laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

42
LAPORAN KASUS SEORANG LAKI-LAKI 63 TAHUN DATANG DENGAN KELUHAN LEMAS Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Tugurejo Semarang Disusun oleh : Anada Kaporina H2A009003 Pembimbing : dr. Zulfachmi Wahab, Sp.PD – FINASIM

Upload: anada-kaporina

Post on 17-Jul-2016

268 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

lapsus interna tentang anemia defisiensi besi, anemia mikrositik hipokromik

TRANSCRIPT

Page 1: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 63 TAHUN

DATANG DENGAN KELUHAN LEMAS

Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam

di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh :

Anada Kaporina H2A009003

Pembimbing :

dr. Zulfachmi Wahab, Sp.PD – FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2014

Page 2: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA : ANADA KAPORINA

NIM : H2A009003

FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM

BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM

PEMBIMBING : dr. Zulfachmi W, Sp.PD - FINASIM.

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal November 2014

Pembimbing,

dr. Zulfachmi Wahab Sp. PD – FINASIM

Page 3: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

DAFTAR MASALAH

No Masalah aktif Tanggal Keterangan1. Klinis Anemia 13/11/20142.. Dispepsia 13/11/2014

No Masalah Pasif Tanggal Keterangan2. Kesan Ekonomi kurang 13/11/2014

Page 4: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. A

Umur : 63 tahun

Alamat : Ngabean RT.1/6, Boja, Kab. Kendal

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

No RM : 461361

Tanggal masuk : 12 November 2014

Tanggal diperiksa : 13 November 2014

Pasien bangsal : Dahlia 3 kamar 9

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13/11/2014 pukul 08.00 di

bangsal Dahlia 3.

a. Keluhan utama : lemas

b. Riwayat penyakit sekarang

± 7 hari SMRS pasien tiba-tiba mulai mengeluh kepala pusing.

Pusing terasa cekot-cekot seluruh kepala. Keluhan dirasakan hilang

timbul sehingga pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan

belum mengganggu aktifitas, berkurang saat istirahat. Selama pusing

pasien belum minum obat. Saat pusing pasien merasa mata berkunang-

kunang. Semakin hari keluhan dirasakan tidak berkurang, justru akhir-

akhir ini pasien juga merasa lemas, badan lesu, dan cepat lelah saat

melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien mengatakan tidak demam dan

tidak pingsan. Pasien juga merasa badan menggigil terutama kaki terasa

dingin. Selain itu pasien merasa tidak enak (perih) di ulu hati, mual, dan

tidak muntah. BAB dan BAK nya tidak ada keluhan.

Page 5: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

± 2 hari SMRS pasien merasa keluhan semakin bertambah, bahkan

sampai mengganggu aktivitas. Pasien mengaku tidak bisa BAB. BAK

lancar berwarna kuning biasa, tidak berwarna pekat seperti teh. Karena

pasien merasa keluhan tidak berkurang jadi pasien berobat ke puskesmas

dan disarankan untuk rawat inap. Selama dirawat dilakukan pemeriksaan

laboratorium dan hasilnya pasien dikatakan menderita kekurangan

darah. Karena pasien merasa tidak ada perubahan dan semakin lemas

serta puskesmas tidak bisa menangani transfusi darah maka pasien

dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Saat di IGD Rabu malam tanggal

12 November 2014 pasien merasa badan lemas dan pusing serta tampak

pucat.

Saat dilakukan pemeriksaan di bangsal dahlia pasien mengeluh

kepala masih pusing, tapi sudah berkurang dari sebelumnya. Pasien

tidak mengeluh lemas, tidak demam. Pasien mengaku sudah bisa BAB.

BAK tidak ada keluhan. Pasien mengaku mendapat transfusi darah 1

kantong yang dimasukkan mulai pukul 01.30 dini hari tadi.

c. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Riwayat transfusi : disangkal

Riwayat maag : disangkal

d. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat alergi : disangkal

Page 6: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

e. Riwayat Pribadi

- Kebiasaan merokok : disangkal

- Kebiasaan minum alkohol : disangkal

- Kebiasaan makan dan minum manis : disangkal

- Kebiasaan makan-makanan berlemak : disangkal

- Kebiasaan makan-makanan asin : disangkal

- Pasien mangaku sering terlambat makan dan makan dengan menu

yang seadanya. Pasien juga mengaku jarang makan sayur dan

makanan bergizi sehingga asupan gizi kurang.

f. Riwayat sosial ekonomi

Pasien tinggal bersama istrinya. Pasien sudah tidak bekerja sejak sakit

seperti ini, dahulu pasien bekerja sebagai petani. Biaya pengobatan

ditanggung BPJS.

Kesan ekonomi : kurang.

g. Anamnesis sistem

Keluhan utama : Pusing

Kepala : Sakit kepala (-), pusing (+), nggliyer (-), jejas (-),

leher kaku (-)

Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),

pandangan berputar (-), berkunang-kunang (+)

Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)

Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar

cairan (-), darah (-)

Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-

pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-)

Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)

Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk

darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)

Page 7: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri

dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), diare (-), nyeri ulu

hati (+), nafsu makan menurun (-), BB turun (-)

Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi(-), kaku otot(-)

Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),

keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai

kencing (-), warna kencing kuning jernih (+), anyang-anyangan (-),

berwarna seperti teh (-)

Ekstremitas

Atas : Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-),

panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-)

Bawah : Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-),

kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)

Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-)

mengigau (-), emosi tidak stabil (-)

Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (+), gatal (-),

bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan

kaki (-).

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 November 2014 pukul 08.30

WIB di bangsal Dahlia 3.

a) Keadaan umum : baik

b) Kesadaran : compos mentis

c) Status gizi : BB : 35 kg

TB : 146 cm

IMT : 16,42

Kesan : underweight

d) Vital sign

TD : 120/64 mmHg

Page 8: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Nadi : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,70C (axiller)

e) Status Internus

Kepala : kesan mesocephal

Mata :

konjungtiva anemis (+/+)

sklera ikterik (-/-)

pupil isokor (+/+)

reflek pupil (+/+)

Hidung :

napas cuping hidung (-)

nyeri tekan (-)

krepitasi (-)

Sekret (-)

septum deviasi (-)

konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)

Mulut :

sianosis (-)

bibir kering (-)

Pursed lips-breathing (-)

lidah kotor (-)

kandidiasis (-)

uvula simetris (-)

tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-)

gigi karies (-)

Telinga :

Sekret (-/-)

Serumen (+/+)

Laserasi (-/-)

Leher :

Page 9: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

nyeri tekan trakea (-)

pembesaran limfonodi (-/-)

Pembesaran tiroid (-/-)

Pergerakan otot bantu pernafasan (-)

Thoraks

Cor :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea

midclavicula sinistra, kuat angkat (-)

Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra

Pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea sternalis dextra

Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea

mid clavicula sinistra

Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler

Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)

Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal

Pulmo

Pulmo : Sinistra Dextra

Depan1. Inspeksi

Bentuk dada HemitorakWarna

2. PalpasiNyeri tekanStem fremitus

3. Perkusi

4. AuskultasiSuara dasarSuara tambahan

datarSimetris statis dinamisSama dengan kulit sekitar

(-)(+) normal, Kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang paru

Vesikuler (+)

datarSimetris statis dinamisSama dengan kulit sekitar

(-)(+) normal, kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang paru

Vesikuler (+)

Page 10: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Wheezing Ronki kasar RBH Stridor

(-)(-)(-)(-)

(-)(-)(-)(-)

Belakang1. Inspeksi

Warna

2. PalpasiNyeri tekanStem Fremitus

3. Perkusi

4. AuskultasiSuara dasarSuara tambahan

Wheezing Ronki kasar RBH Stridor

Sama dengan kulit sekitar

(-)(+) normal, kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang paru

Vesikuler (+)

(-)(-)(-)(-)

Sama dengan kulit sekitar

(-)(+) normal, kanan = kiri

Sonor di seluruh lapang paru

Vesikuler (+)

(-)(-)(-)(-)

Tampak anterior paru Tampak posterior paru

Vesikuler Vesikuler

b) Abdomen

Inspeksi :

Bentuk : permukaan datar

Warna : sama dengan warna kulit sekitar

Auskultasi : Bising usus (+) normal 10x/menit

Palpasi :

Supel (+), Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium

Defance muscular : (-)

Page 11: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Hepar : dalam batas normal

Lien : dalam batas normal

Ginjal : dalam batas normal, tidak teraba

Perkusi :

Timpani di seluruh kuadran

Pekak hati (+)

Pekak sisi (+) normal

c) Ekstremitas

Superior InferiorAkral dinginOedemSianosisGerakKekuatanTremor

-/--/--/-Dalam batas normal5/5-/-

-/--/--/-Dalam batas normal5/5-/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Laboratorium (tanggal 12/11/2014 jam 08.08 di Puskemas Boja)

b. Laboratorium (tanggal 12/11/2014 jam 23.02 di RSUD Tugurejo)

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalWBC 5.4 4.0 – 10.0 x109/LLimfosit % 22.9 20.0 - 40.0 %Monosit % 9.5 1.0 – 15.0 %Neutrofil % 67.6 50.0 – 70.0 %Limfosit absolute 1.2 0.6 – 4.1 x109/LMonosit absolute 0.5 0.1 – 1.8 x109/LNeutrofil absolute 3.7 2.0 – 7.8 x109/LRBC 1.89 L 3.50 – 5.50 x1012/LHemoglobin 3.3 L 11.0 – 16.0 g/dLHematokrit 12.1 L 36.0 – 48.0 %MCV 64.3 L 80.0 – 99.0 fL MCH 17.4 L 26.0 – 32.0 pgMCHC 27.2 L 32.0 – 36.0 g/dLRDW-SD 35.3 L 37.0 – 54.0 fL RDW-CV 16.4 H 11.5 – 14.5 % Trombosit 337 H 100 – 300 x109/LMPV 9.1 7.4 – 10.4 fLPDW 15.1 10.0 – 17.0 %

Page 12: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

- Darah rutin

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 4.68 3,6 – 11Eritrosit 2.05 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 3.90 (L) 11.7-15.5Hematokrit 14.10 (L) 35-47MCV 68.80 (L) 80 – 100MCH 19.00 (L) 26 – 34MCHC 27.70 (L) 32 – 36Trombosit 372 150 – 440RDW 19.80 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 0.51 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.03 0 – 0,2Neutrofil absolute 2.37 1,8 – 8Limfosit absolute 1.39 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.38 0,16 – 1Eosinofil 10.90 (H) 2 – 4Basofil 0.60 0 – 1Neutrofil 50.70 50 -70Limfosit 29.70 25 - 40Monosit 8.10 (H) 2 – 8

- Kimia klinik (serum) B

Pemeriksaan Hasil 13/10/14 Nilai normalGDS 104 <125 mg/dlUreum 24.0 10.0-50.0 mg/dlKreatinin 0.80 0,60-0.90 mg/dlKalium 4.40 3,5- 5,0 mmol/LNatrium 137 135-145 mmol/L

V. DAFTAR ABNORMALITAS

Page 13: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

a. Anamnesis

1. Pusing

2. Pandangan berkunang-kunang

3. Badan lemas

4. Lesu

5. Cepat lelah

6. Mual

7. Nyeri ulu hati

8. Kaki terasa dingin

9. Jarang makan sayur dan makanan bergizi

10. Sering terlambat makan

11. Kekurangan darah

b. Pemeriksaan Fisik

12. Status gizi underweight (IMT: 16,42)

13. Konjungtiva anemis (+/+)

14. Nyeri tekan abdomen regio epigastrium

15. Tampak pucat

c. Pemeriksaan Penunjang

VI. PROBLEM LIST1. Klinis Anemia : 1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,13,15,16,17,18,192. Dispepsia : 6,7,10,14

VII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH1. Klinis Anemia

1. Hemoglobin L2. MCV L 3. MCH L4. MCHC L

Page 14: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

a. Ass. Etiologi

Perdarahan (anemia pasca perdarahan akut, anemia akibat

perdarahan kronik)

Penurunan produksi

- Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit (anemia

defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, anemia

defisiensi vitamin B12)

- Gangguan utilitas besi (anemia akibat penyakit kronik)

- Kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik, anemia

mieplastik)

- Anemia akibat kekurangan eritropoeitin (anemia pada Gagal

Ginjal Kronik)

Peningkatan destruksi

- Anemia hemolitik intrakorpuskular (gangguan membran

eritrosit, enzim eritrosit, hemoglobin)

- Anemia hemolitik ekstrakorpuskular (anemia hemolitik

autoimun, anemia hemolitik mikroangiopati)

b. Ass. Faktor risiko

Hemolisis

Defisiensi nutrient

Penekanan sumsum tulang

c. Ass. Komplikasi

Gagal Jantung

Kejang

Syok hipovolemik

d. I pDx

lab. Darah Rutin dan khusus (Morfologi darah tepi)

Tes TIBC, transferin

Tes Serum Besi

Pemeriksaan sumsum tulang: bone narrow punction

e. I pTx

Page 15: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

medikamentosa

inf. Na Cl 0,9% 20 tpm

Transfusi PRC (4 kolf)

Preparat besi oral

Asam folat 3x1 tablet

f. I pMx

Keadaan umum

Vital sign

Monitoring lab darah rutin

g. I pEx

Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien

Istirahat yang cukup

Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang

bergizi

2. Dispepsia

a. Ass. Etiologi

Asam lambung meningkat

Dismolitas dan hipersensitivitas viseral

Psikis

infeksi Helicobacter pylori

b. Ass. Faktor risiko

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol

Kebiasaan konsumsi kafein

Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengiritasi

lambung seperti NSAID, antibiotik,iron,biphosponate,steroid

Tinggal di tempat dengan prevalensi helicobacter pylori tinggi

Stres

c. Ass. Komplikasi

Ulkus peptikum

Page 16: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Perdarahan

Muntah darah

Kanker lambung

d. IpDx

Lab. darah

Foto polos abdomen

USG abdomen

EGD

e. IpTx

Ranitidin injeksi 25mg per 12 jam

f. IpMx

Keadaan Umum

Tanda Vital

Keluhan pasien

g. IpEx

Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita

Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat teratur

Menganjurkan pada pasien untuk makan tepat pada waktunya

VIII. PROGRES NOTEKlinis Anemia

Tanggal Follow Up13/11/2014 S : pusing, lemes berkurang

Page 17: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

14/11/2014

O : KU : tampak lemah TD : 120/64 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/-

Pemeriksaan penunjang :Lab: 13/11/2014, 18.16

Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 8.05 3,6 – 11Eritrosit 3.13 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 6.50 (L) 11.7-15.5Hematokrit 21.60 (L) 35-47MCV 69.00 (L) 80 – 100MCH 20.80 (L) 26 – 34MCHC 30.10 (L) 32 – 36Trombosit 357 150 – 440RDW 18.70 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 0.81 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.04 0 – 0,2Neutrofil absolute 5.51 1,8 – 8Limfosit absolute 1.39 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.30 0,16 – 1Eosinofil 10.10 (H) 2 – 4Basofil 0.50 0 – 1Neutrofil 68.40 50 -70Limfosit 17.30 (L) 25 - 40Monosit 3.70 2 – 8

A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 2 kolf

S : tidak ada keluhanO : KU : baik TD : 124/62 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/- Telinga : dbn Hidung : dbn Mulut : dbn

Page 18: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

15/11/2014

Leher : dbn Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler +/+ Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (+) N Ekstreminitas : dbn Pemeriksaan penunjang : -A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 1 kolf

S : tidak ada keluhanO : KU : baik TD : 127/63 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/- Telinga : dbn Hidung : dbn Mulut : dbn Leher : dbn Thorax : BJ I-II regular

SD Vesikuler +/+ Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (+) N Ekstreminitas : dbn Pemeriksaan penunjang :

Lab: 15/11/14, 19.20Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 8.03 3,6 – 11Eritrosit 3.64 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 8.40 (L) 11.7-15.5Hematokrit 27.30 (L) 35-47MCV 75.00 (L) 80 – 100MCH 23.10 (L) 26 – 34MCHC 30.80 (L) 32 – 36Trombosit 381 150 – 440RDW 21.10 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 1.15 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.06 0 – 0,2Neutrofil absolute 4.64 1,8 – 8Limfosit absolute 1.56 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.62 0,16 – 1Eosinofil 14.30 (H) 2 – 4Basofil 0.70 0 – 1Neutrofil 68.40 50 -70

Page 19: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

16/11/2014

Limfosit 19.40 (L) 25 - 40Monosit 7.70 2 – 8

A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 1 kolf

PAPS

IX. ALUR PIKIR

Pasien Laki-laki usia 63 tahun dengan keluhan lemas dan tampak pucat

Page 20: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

PEMBAHASAN

I. ANEMIA

a. Definisi Anemia

Page 21: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah

kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis

kelamin.

b. Penyebab Anemia

Perdarahan

Persalinan

Ulkus Peptikum

Kanker atau polip saluran pencernaan

Keganasan

Kandungan zat besi dalam makanan yang tidak mencukupi

c. Jenis – Jenis Anemia

Anemia Mikrositik Hipokromik

Adalah anemia dengan ciri ukuran sel darah merah lebih kecil dari ukuran

normal dan berwarna coklat yang disebabkan oleh kekurangan ion Fe

sebagai komponen hemoglobin disertai penurunan kuantitatif pada sintesa

Hb. Patofisiologi simpanan zat besi, kadar serum menurun dengan gejala

klinis timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkut

oksigen ke jaringan tubuh.

Anemia Sel Sabit

Page 22: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Merupakan bentuk anemia yang bersifat kronis dan bersifat bawaan dimana

sebagian atau seluruh hemoglobin normal diganti dengan hemoglobin

abnormal. Penyebabnya bermacam – macam seperti dari faktor keturunan,

malaria, autoimun dan karena bahan kimia tertentu

Anemia Megaloblastik

Adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar

akibat gangguan maturasi inti sel tersebut yang dinamakan megaloblas yang

terjadi karena kekurang an vitamin b12, asam folat gangguan metabolisme

b12 dan asam folat.

Anemia Aplastik

Anemia Aplastikm merupakan kegagalan hemopoiesis yang relatif jarang

ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh

pansitopenia dan aplasia sum sum tulang.

Berdasarkan pendekatan morfologi

Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah

pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah

merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter dengan diameter kira-

kira 7-8 micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang

berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut

makrositik.

Sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut

mikrositik. Automaticcell counter memperkirakan volume sel darah merah

dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka mean

corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka

dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau

RBC distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%.

Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan

pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi

Page 23: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

- Anemia Makrositik

Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV di atas

100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh

Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah

(defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa

asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)

Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia,

leukemia akut)

Penggunaan alkohol

Penyakit hati

Hipotiroidisme.

- Anemia Mikrositik

Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel darah

merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya

disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan penurunan MCH

(mean concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran

mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab anemia mikrositik

hipokrom:

Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, anemia penyakit

kronis/anemia inflamasi, defisiensi tembaga.

Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik

kongenital dan didapat.

Berkurangnya sintesis globin: talasemiadan hemoglobinopati.

- Anemia Normositik

Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-100

fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :

Anemia pada penyakit ginjal kronik.

Page 24: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan penyakit

ginjal kronik.

Anemia hemolitik:

o Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah:

Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi

siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).

o Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik

o Sel darah merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan

kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan

lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura

trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi

(malaria), dan zat kimia (bisa ular).

d. Patogenesis Anemia

Anemia karena kehilangan darah

Anemia kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel

darah merah yang hilang dari tubuh seseorang akibat kecelakaan atau

dimana tejadi perdarahan yang banyak jumlahnya. Perdarahan bisa

disebabkan racun atau obat – obatan, selain itu ada perdarahan kronis seperti

pada kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser atau wasir.

Anemia karena pengrusakan sel – sel darah merah

Anemia ini dapat terjadi karena bibit penyakit atau parasit yang masuk ke

dalam tubuh seperti malaria atau cacing tambang sehingga terjadi hemolisis

eritrosit. Bila eritrosit pecah dan rusak maka zat besi tidak hilang tetapi bisa

digunakan kembali sebagai pembentukan sel – sel darah merah namun jika

asam folat yang dirusak maka tidak dapat digunakan lagi.

Anemia karena gangguan pada produksi sel darah merah

Sumsum tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah yang

baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang

sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak

Page 25: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

di dalam darah dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat

gizi.

e. Pemeriksaan Fisik

Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem

dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu

memperhatikan:

adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.

pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku,

wajah atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70%

dan 70-100%.

ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering

sulit dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62

tenaga medis, icterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5

mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL.

penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada

talasemia.

lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi Fe.

limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum);

nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infi

ltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik (pada myeloma

multipel atau metastasis kanker).

petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.

kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi Fe.

Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia

sideroblastik familial).

Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.

f. Pemeriksaan Laboratorium

Complete blood count (CBC)

Page 26: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,jumlah eritrosit,

ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium,

pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan

dalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak

automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang

menggambarkan variasi ukuran sel

Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi apusan darah tepi harus dievaluasi

dengan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan

automated blood counter.

Hipersegmentasi neutrofil

Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan

lebih dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus

> 6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik

berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defisiensi vitamin B12 dan

asam folat).

Hitung retikulosit

Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitungretikulosit dapat berupa

persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit

absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah

merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus

dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia.

g. Komplikasi

Komplikasi dari anemia adalah sebagai berikut:

- Gagal jantung

Anemia akan akan menginduksi terjadinya mekanisme kompensasi

terhadap penurunan konsentrasi Hb untuk memnuhi kebutuhan oksigen

jaringan. Pada keadaan anemia, jantung akan meningkatkan venous return.

Maka sesuai mekanisme Frank-Starling, jantung akan meningkatkan

stroke volume, sehingga dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri, dengan

myofibril jantung yang memanjang, gagal jantung kongestif, kejadian

gagal jantung berulang dan kematian.

Page 27: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

- Gagal ginjal

Dengan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal

akan terjadi kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

- Hipoksia

Hipoksia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai

ditingkat fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh

tubuh. Jika terjadi penurunan Hb maka akan terjadi hipoksia bahkan dapat

menyebabkan kematian.

h. Prognosis

Prognosis pada penderita anemia jika ditangani dengan cepat maka

prognosisnya baik. Anemia berat yang tidak diobati dapat menyebabkan syok

hingga koma dan meninggal.

II. SINDROM DISPEPSIA

a. Definisi

Adalah rasa nyeri atau tidak enak pada bagian ulu hati yang menetap atau

mengalami kekambuhan.

b. Klasifikasi Etiologi Dispepsia

Penyebab dispepsia pada anak-anak adalah memberi makan terlalu

banyak atau susu kaleng yang tidak cocok. Namun kadang-kadang dapat pula

timbul karena penyakit, misalnya tukak lambung. Penyebab timbulnya gejala

dispepsia sangat banyak sehingga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya

penyebab dispepsia yaitu :

i. Dispepsia Organik

Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan

organik sebagai penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada

usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.12

Dispepsia organik dapat digolongkan menjadi :

Page 28: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

o Dispepsia Tukak

Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri ulu hati.

Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan

makanan. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat

menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum.

o Refluks Gastroesofageal

Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di

dada dan regurgitasi asam terutama setelah makan.

o Ulkus Peptik

Ulkus peptik dapat terjadi di esophagus, lambung, duodenum atau

pada divertikulum meckel ileum. Ulkus peptikum timbul akibat kerja

getah lambung yang asam terhadap epitel yang rentan. Ulkus dapat

berkaitan dengan hiperparatiroidisme, sirosis, penyakit paru dan

jantung. Kortikosteroid meningkatkan resiko ulkus peptik dan

perdarahan saluran pencernaan. Faktor-faktor yang berhubungan

dengan terjadinya ulkus peptik antara lain merokok, penyakit hati

kronik, penyakit paru kronik, pankreatitis kronik dan gastritis kronik

o Penyakit Saluran Empedu

Sindroma dispepsia ini biasa ditemukan pada penyakit saluran

empedu. Rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau di ulu hati yang

menjalar ke punggung dan bahu kanan.

ii. Dispepsia fungsional

Adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gejala yang berasal dari

daerah perut bagian atas tanpa kelainan organik, keluhan dispepsia ini

meliputi rasa nyei atau tidak nyaman perut bagian atas, perut terasa penuh,

mual, sendawa dan kembung.

Dispepsia fungsional dibagi menjadi dua kategori berdasarkan gejala atau

keluhan:

a. Postprandial Distress Syndrome

Page 29: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Rasa kembung setelah makan, terjadi setelah mengkonsumsi

makanan porsi biasa paling sedikit beberapa kali selama seminggu.

Cepat terasa penuh perut sehingga tidak dapat mernghabiskan

makanan dengan porsi biasa paling tidak beberapa kali selama

seminggu.

b. Epigastric Pain Syndrome

Nyeri atau rasa terbakar terlokalisasi di epigastrium dengan tingkat

keparahan sedang yang dialami minimal sekali seminggu.

Nyeri interimiten.

Tidak berkurang dengan defekasi atau flatus.

Tidak memenuhi kriteria kelainan kandung empedu.

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut

atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan

kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, A. W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FK UI ; 2009.

Page 30: laporan kasus anemia mikrositik hipokromik

Oehadian, Amaylia, Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia, Continuing Medical Education, Bandung, 2010.

Mansjoer Arief. M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 : 492 . Jakarta : media ausculapius FKUI.

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25583/4/Chapter%2011.pdf

Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30001/4/Chapter%2011.pdf