laporan field trip

7
LAPORAN FIELD TRIP KE MUSEUM BAYT AL-QUR’AN TAMAN MINI INDONESIA INDAH 1 Khairunnisa Nazhifah Yudyawati X-2 18 Desember 2012

Upload: khairunnisa-nazhifah

Post on 28-Jun-2015

1.154 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Tugas, laporan fieldtriep

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan field trip

LAPORAN FIELD TRIP KE MUSEUM BAYT AL-QUR’AN TAMAN MINI INDONESIA INDAH

1

Khairunnisa Nazhifah Yudyawati

X-2

18 Desember 2012

Page 2: Laporan field trip

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahMembaca  al Qur’an sudah menjadi menu utama Sahabat Rasulullah SAW

dimasanya karena itulah salah satu rahasia generasi emas umat muslim saat itu. Tapi kini, al Qur’an hanya dijadikan symbol saja seperti sumpah pada saat pelantikan.

Pada masa sekarang ini banyak orang yang membeli al-Qur’an hanya sebagai ‘hiasan’di rak bukunya. Khususnya remaja-remaja yang masih bersifat labil. Mereka semua belum sadar akan pentingnya membaca al-Qur’an. Seiring dengan berkembangnya teknologi, mereka lebih memilih untuk bermain, menonton dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Padahal membaca al-Qur’an merupakan hal yang lebih menyenangkan lagi, karena banyak sekali manfaat dari membaca al-Qur’an. Yaitu, hati kita menjadi lebih tenang dan damai, dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, menjadi pengingat akan kebesaran Allah, menjadi sebuah pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, menjadi amal shalih.

B. Tujuan dan Manfaat Field Trip1. Agar siswa dapat mengetahui sejarah pembuatan al-Qur’an, khususnya

pembuatan al-Qur’an di Indonesia2. Agar siswa lebih terpacu dalam membaca al-Qur’an 3. Agar siswa dapat mepraktekkan isi al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari

2

Page 3: Laporan field trip

BAB II

Museum Bayt al-Qur’an TMII

a) LokasiBayt Al Qur’an, yang berarti rumah Al Qur’an, dengan materi pokok berupa peragaan

yang berkaitan dengan Al Qur’an. Bayt Al-Qur'an atau Rumah Al-Qur'an berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di Bayt Al-Qur'an ini terdapat koleksi Al-Qur'an dari yang terkecil hingga terbesar dan juga Al-Qur'an dari beberapa daerah dan negara juga terdapat Al-Qur'an Braille. Bangunan Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal, berdiri di atas tanah wakaf almarhumah Ibu Tien Soeharto, seluas ± 20.013 m² dengan luas bangunan 20.402 m²

b) SejarahI. Sejarah Museum Bayt al-Qur’an

Berawal dari penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan dilanjutkan dengan Festival Istiqlal II tahun 1995. Festival tersebut memamerkan beragam khazanah budaya Indonesia yang bernafaskan Islam hasil karya para seniman muslim yang berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru Nusantara.

Penyelenggaraan Festival Istiqlal I dan II boleh disebut sebagai sebuah laboratorium uji coba yang sangat berhasil dalam menampilkan karya seni budaya Indonesia yang Islami karena telah menarik masyarakat luas terutama umat Islam untuk berbondong-bondong datang dan mengunjungi festival.

Sukses penyelenggaraan dua kali festival tersebut dapat menjadi bekal, bahwa sesungguhnya benda-benda seni yang bernafaskan Islam dapat dihimpun dan disajikan kepada masyarakat luas dalam bentuk penyajian yang permanen di sebuah museum agar masyarakat dapat setiap saat melihat dan mempelajarinya. Demikian juga dengan Khazanah Al-Qur’an baik yang paling kuno maupun terbaru tetap tersimpan dan terpelihara dengan baik dan dapat disajikan secara permanen kepada masyarakat luas.Dalam kerangka inilah Departemen Agama (Dr. Tarmizi Taher) telah mengambil prakarsa untuk membangun Bayt Al-Qur’an sebagai wahana untuk mempersembahkan kepada masyarakat luas berbagai macam koleksi mushaf al-Qur’an.

II. Sejarah al-Qur’anAl-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22

tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.

Secara singkat, aktivitas seputar Al Quran di Indonesia dirintis oleh Abdur Rauf Singkel, yang menerjemahkan Al Quran ke dalam bahasa Melayu, pada pertengahan abad XVII. Upaya rintisan ini kemudian diikuti oleh Munawar Chalil (Tafsir Al Quran Hidayatur rahman), A.Hassan Bandung (Al-Furqan, 1928), Mahmud Yunus (Tafsir Quran Indonesia, 1935), Hamka (Tafsir Al-Azhar, 1973), Zainuddin Hamidi (Tafsir Al-Quran, 1959), Halim Hassan (Tafsir Alquranul Karim, 1955), Iskandar Idris (Hibarna), dan Kasim Bakry (Tafsir Alquranul hakim, 1960). dalam bahasa-bahasa daerah, upaya-upaya ini dilakukan oleh Kemajuan Islam Yogyakarta (Quran kejawen dan Quran Sandawiyah), Bisyri Mustafa Rembang (al-Ibriz, 1960), R.Muhammad Adnan (Alquran suci basa jawi, 1969) dan Bakry Syahid (Al-Huda, 1972).

3

Page 4: Laporan field trip

c) Tujuan didirikan Bayt al-Qur’anUntuk menghimpun, menyimpan, dan memelihara mushaf-mushaf Al-Qur’an dan benda-

benda seni budaya yang bernafaskan Islam yang merupakan karya seni para seniman muslim yang tersebar di berbagai penjuru tanah air dan dunia sehingga dapat disajikan/dipamerkan kepada masyarakat luas dalam bentuk penyajian yang permanen di sebuah mauseum agar masyarakat dapat setiap saat melihat dan mempelajarinya.

d) Koleksi Bayt al-Qur’ani. Mushaf Istiqlal

Mushaf ini merupakan tulisan tangan putra-putra terbaik bangsa Indonesia. Mulai ditulis pada tanggal 15 Oktober 1991. Mushaf ini merupakan seni asasi yang suci dan agung karena merupakan bentuk ekspresi estetik seni Islam yang paling otentik dan original.

ii. Mushaf SundawiIluminasinya berasal dari ragam hias daerah Jawa Barat yang secara sosio-kultural

termasuk dalam lingkup budaya Pasundan. Iluminasi Mushaf Sundawi diambil dari jenis tanaman khas Jawa Barat menjadi bentuk-bentuk ornament yang khas dan berkarakter Sundawi.

iii. Mushaf WonosoboMushaf Wonosobo merupakan salah satu mushaf terbesar di Nusantara, ditulis oleh dua

orang santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah, bernama Abdul Malik dan Hayatuddin. Pondok Pesantren tersebut memiliki kekhususan dalam pengajaran tahfiz (hafalan) Al-Qur’an. Mushaf ini ditulis selama 14 bulan, dari tanggal 16 Oktober 1991 hingga 7 Desember 1992. Ukuran halaman 145 x 195 cm, dan ukuran teks 80 x 130 cm, ditulis dengan khat naskhi, dihiasi dengan iluminasi yang sederhana, ditulis di atas kertas karton manila putih, sumbangan Bapak H. Harmoko, mantan Menteri Penerangan RI.

iv. Mushaf PusakaMushaf Pusaka ditulis atas prakarsa Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, dan merupakan

mushaf resmi yang ditulis pertama kali setelah kemerdekaan RI. Mushaf ini dianggap sebagai hadiah dari umat Islam Indonesia atas kemerdekaan RI. Mushaf Pusaka ditulis oleh Prof. H. Salim Fachry, guru besar IAIN Jakarta, dimulai pada 17 Ramadhan 1367 H (23 Juni 1948), dan selesai pada 15 Maret 1950.

v. Manuskrip Al-Qur’an TuaKelompok koleksi ini terdiri dari manuskrip-manuskrip Al-Qur’an tua dari berbagai

provinsi di Indonesia, di antaranya: manuskrip Al-Qur’an Aceh, manuskrip Al-Qur’an Banten, manuskrip Al-Qur’an Cirebon, manuskrip Al-Qur’an Semarang, manuskrip Al-Qur’an Surakarta, manuskrip Al-Qur’an Yogyakarta, dan manuskrip Al-Qur’an Nusa Tenggara Barat.

vi. Dan masih banyak lagi

4

Page 5: Laporan field trip

Gambar-gambar:

Mushaf istiqlal Mushaf Sundawi

Mushaf WonosoboMushaf Pusaka

5

Page 6: Laporan field trip

Mushaf Kuno Nusantara

6