laporan farmakologi-skrining hipokratik_1

23
PERCOBAAN III SKRINING HIPOKRATIK I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggnakan teknik Skrining hipokratik 2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat II. TINJAUAN PUSTAKA Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut. Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efek–

Upload: saputra20473

Post on 23-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

farmasi

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

PERCOBAAN III

SKRINING HIPOKRATIK

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggnakan teknik

Skrining hipokratik

2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat

II. TINJAUAN PUSTAKA

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas

farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba

setelah diberi zat uji.

Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi

suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang

timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini

antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik,

parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator.

Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul

pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.

Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang terjadi

pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen

aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji

semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.

Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui

efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga

disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi.

1. Parasimpatomimetik

Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang

sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-

ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:

• Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah

lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.

Page 2: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

• Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan

penurunan tekanan darah.

• Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak

diperbesar.

• Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler

akibat lancarnya pengeluaran air mata.

• Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.

• Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

• Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik

Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)

efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung

sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

• Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antar

lain sekresi liur dan keringat.

• Menurunkan peristaltik usus.

• Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.

• Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

3. Simpatolitik

Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh

aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.

4. Analgetik

Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator

Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah secara

langsung.

6. Vasokonstriktor

Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

7. CNS Activation

Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

• Konvulsi.

• Meningkatkan laju pernapasan.

Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

Page 3: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

• Aktivitasmotorik meningkat

• Temperatur rektum naik

• Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant

Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS

activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

• Aktivitasmotorik menurun

• Laju pernapasan menurun

• Hilang refleks pinal

• Paralisa kaki

• Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant

Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

III. BAHAN DAN ALAT

A. Bahan yang dipakai

o Mencit

o Obat yang dirahasiakan nama/jenisnya (X)

B. Alat yang dipergunakan

o Alat suntik oral

o Stopwatch

o Hotpalate

o Termometer

o Platform

o Rotain road

o Pinset

o Kertas saring

o Alat gelantung

o Jaring kawat

IV. CARA KERJA

Timbang mencit terlebih dahulu.

Page 4: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Tandai dan tentukan dosis yang diperlukan untuk hewan (X 100 mg/kg BB)

BB mencit = 33 gr

VaO = 100mgkg

BB x0,033kg

10mg /ml

VaO = 0,33 ml

Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada Tabel, dan beri skor 1 atau o untuk respon

kualitatif dan 1,2 dan 3 untuk respon kuantitatif

Setelah semua parameter teramati( pada keadaan tak diberi obat = kontrol) injeksi masing-

masing hewan pada dosis yang telah ditentukan

Amati lagi semua parameter diatas pada 5, 10, 15. 30 dan 60 menit setelah penyuntikan obat

Tabelkan hasil pengamatan tersebut

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Parameter K 5’ 10’ 15’ 30’ 60’

Kelopak mata ↓ 0 0 0 0 1 1

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0

Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0

Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 1

Ekor Memerah 0 0 0 0 0 0

Telinga memerah 0 0 0 0 0 0

Ekor pucat 0 0 1 1 1 1

Fasikulasi 1 1 1 1 1 1

Tremor 0 0 0 0 0 0

Aktiv. Motorik menurun 0 0 1 2 2 2

Aktiv. Motorik meningkat 0 0 0 0 0 0

Respirasi meningkat 1 1 2 2 2 2

Respirasi menurun 1 1 0 0 0 0

Gerak berputar 0 0 0 0 0 0

Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

Page 5: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Agresif 0 1 0 0 0 0

Rasa Ingin tahu ↑ 0 0 0 0 0 0

Rasa ingin tahu ↓ 0 0 0 0 0 0

Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0

Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0

Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0

Salvias 0 0 1 1 0 0

Lakrimasi 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi ↓ 0 0 0 0 0 0

Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0

Tremor 0 0 0 0 0 0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0

Urinasi 0 0 0 0 0 0

Diare 1 0 0 0 1 1

Temperatur rectum ↑ 0 0 0 0 2 2

Temperatur rectum ↓ 0 2 2 2 0 0

Jatuh dari Rotaroad 0 3 3 3 3 3

Katelepsi 0 0 0 0 0 0

Tonus tubuh menuruns 0 0 0 1 2 2

Reaksi plat panas ↓ 0 1 2 2 2 2

Reaksi jepit ekor ↓ 1 1 1 0 1 1

Menggeliat 1 1 1 0 0 0

Pandangan tak lurus 1 1 0 1 0 0

Pupil mengecil 0 0 0 1 0 0

Pupil melebar 1 1 1 0 0 0

Page 6: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Ekor naik 1 0 0 0 1 1

Berat badan ↑ 0 0 0 2 0 0

Berat badan ↓ 0 0 0 0 0 0

1. PENURUNAN SISTEM SARAF PUSAT

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor Total Skor

Maksimum

Kelopak mata ↓ 0 0 0 1 1 2x1=2 2x1x1=2

Respirasi ↓ 1 0 0 0 0 1x2=2 1x1x2=2

Rasa ingin tahu ↓ 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x5=0

Reflex kornea hilang 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Reflex telinga hilang 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Temperature rectum ↓ 2 2 2 0 0 6x1=6 6x2x1=12

Jatuh dari rotaroad 3 3 3 3 3 15x1=15 15x3x1=45

Katalepsi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Tonus tubuh ↓ 0 0 1 2 2 5x1,5=7,5 5x2x1,5=15

Rx plat panas ↓ 1 2 2 2 2 9x1=9 9x2x1=18

Rx jepit ekor ↓ 1 1 0 1 1 4x1=4 4x1x1=4

Pandangan tak lurus 1 0 1 0 0 2x2=4 2x1x2=4

Pupil mengecil 0 0 1 0 0 1x1,5=1,5 1x1x1,5=1,5

Aktiv. Motorik

menurun0 1 2 2 2 7x1=7 7x2x1=14

Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

∑ skor total/

SBT = 58

∑ skor

maksimu/

SMT = 117,5

Page 7: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

% EFEK PENEKANAN SISTEM SARAF PUSAT = SBT/SMT X 100%

= 58/117,5 X 100 % = 49,36 %

II. RELAKSASI OTOT

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor

Total

Skor

Maksimum

Kelopak mata ↓ 0 0 0 1 1 2x1=2 2x1x1=2

Aktiv. Motorik menurun 0 1 2 2 2 7x1=7 7x2x1=14

Respirasi ↓ 1 1 0 0 0 2x2=4 2x1x2=4

Rasa ingin tahu ↓ 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Reflex telinga hilang 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=1

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Jatuh dari rotaroad 3 3 3 3 3 15x1=15 15x3x1=45

Tonus tubuh ↓ 0 0 1 2 2 5x1,5=7,5 5x2x1,5=1

5

Rx plat panas ↓ 1 2 2 2 2 9x1=9 9x2x1=18

Rx jepit ekor ↓ 1 1 0 1 1 4x1=4 4x1x1=4

Menggeliat 1 1 0 0 0 2x0,5=1 2x1x0,5=1

SBT =

49,5

SMT = 104

% EFEK RELAKSASI OTOT = SBT/SMT X 100%

= 49,5/104 X 100% = 47,60%

III. SIMPATOMIMETIK

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor total Skor

maksimal

Bola mata menonjol 0 0 0 1 1 2x1,5=3 2x1x1,5=3

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0x0,5=0 0x0x0,5=0

Lakrimasi ↓ 0 0 0 0 0 0x2=0 0x5=0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Page 8: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Temperature rectum ↑ 0 1 0 2 2 5x2=10 5x2x2=20

Pupil melebar 1 1 0 0 0 2x0,5=1 2x1x0,5=1

SBT = 14 SMT = 24

% EFEK SIMPATOMIMETIK = SBT/SMT X 100%

= 14/24X 100% = 58,33%

IV. PARA SIMPATOMIMETIK

Paremeter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor total Skor

maksimal

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0x0,5=0 0x0x0,5=0

Fasikulasi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Salivasi 0 1 1 0 0 2x1=2 2x1x1=2

Lakrimasi ↑ 0 0 0 0 0 0x0,5=0 0x0,5=0

Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0x1,5=0 0x0x1,5=0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Urinasi 0 0 0 0 0 0x2=0 0x0x2=0

Diare 0 0 0 1 1 2x1=2 2x1x1=2

Temperature rectum ↓ 2 2 2 0 0 6x1=6 6x2x1=12

Pupil mengecil 0 0 1 0 0 1x1,5=1,5 1x1x1,5=1,5

Pupil melebar 1 1 0 0 0 2x0,5=1 2x1x0,5=1

SBT = 12,5 SMT = 16,5

% EFEK PARASIMPATOMIMETIK = SBT/SMT X 100%

= 12,5/16,6 X 100% = 75,76%

V. STIMULASI SISTEM SARAF PUSAT

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 6

0’

Skor total Skor maksimal

Page 9: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Faskulasi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Tremor 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Respirasi ↑ 1 2 2 2 2 9x1=9 9x2x1=18

Gerak berputar 0 0 0 0 0 0x1=2 0x0x1=1

Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Agresif 1 0 0 0 0 1x1=1 1x1x1=1

Rasa ingin tahu ↑ 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Temperature rekctum ↑ 0 1 0 2 2 5x2=10 5x2x2=20

Tonus tubuh ↑ 0 0 1 2 2 5x1,5=7,5 5x2x1,5=7,5

Aktiv. Motorik meningkat 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

SBT = 29,5 SMT = 47,5

% EFEK STIMULASI SSP = SBT/SMT X 100%

= 29,5/47,5 X 100% = 62,10%

VI. ANALGETIK

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor total Skor

maksimal

Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0x0,5=0 0x0x0,5=0

Gerak berputar 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

Rx plat panas ↓ 1 2 2 2 2 9x1=9 9x2x1=18

Rx jepit ekor ↓ 1 1 0 1 1 4x1=4 4x1x1=4

Pupil melebar 1 1 0 0 0 2x0,5=1 2x1x0,5=1

Ekor naik 0 0 0 1 1 2x0,5=1 2x1x0,5=1

SBT= 15 SMT= 24

% EFEK ANALGETIK = SBT/SMT X 100%

Page 10: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

= 15/24 X 100% = 62,5%

VII. SIML

Parameter 5’ 10’ 15’ 30’ 60’ Skor total Skor

maksimal

Konvulsi 0 0 0 0 0 0x1=0 0x0x1=0

temperature rectum ↓ 2 2 2 0 0 6x1=6 6x2x1=12

pupil mengecil 0 0 1 0 0 1x1,5=1,5 1x1x1,5=1,5

SBT = 7,5 SMT = 13,5

% EFEK SIML = SBT/SMT X 100%

= 7,5/13,5 X 100% = 55,55%

B. Pembahasan

Percobaan kali inidigunakan satu ekor mencit yang beratnya 33 gram. Mencit tersebut

diberi obat secara peroral dengan dosis 100 mg / kg BB.

Kemudian kedua mencit tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi

pada menit ke-0, 10, 15, 30, dan 60. mencit memberikan kondisi awal normal. Aktivitas motorik

yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod lebih dari satu menit. Setelah

penyuntikkan obat, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, laju pernafasan yang menurun

secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod, tikus ini juga mengalami eksoftalmus,

bulu berdiri, dan mengalami diare dan urinasi serta berat badan yang menurun.

Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah

parasimpatomimetik(75,76%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain

Penurunan SSP (49,36 %), Relaksasi otot ( 47,60%), simpatomimetik (58,33 %), stimulasi SSP

(62,10 %), Analgetik (62,5 % ), simpatolitik (55,55 %).

Mencit tersebut juga mengalami diare, yang mengakibatkan berat badannya menurun.

Dan tikus tersebut mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat ini mungkin golongan

parasimpatomimetik.

Page 11: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Dosis obat yang lebih besar seharusnya akan memberikan efek terapi yang lebih besar

sehingga efek lebih terlihat. Pada percobaan ini kami menggunakan dosis menengah sehingga

efek yg ditimbulkan kurang jelas terlihat.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi

mencit yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan

pada mencit. mencit tersebut juga mungkin saja kurang memberikan efek terapi yang seharusnya

ada oleh karena sifat mencit yang agak resisten, bisa dilihat dari persentase efek yang sangat

kecil.

VII. KESIMPULAN

Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah

parasimpatomimetik(75,76%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain

Penurunan SSP (49,36 %), Relaksasi otot ( 47,60%), simpatomimetik (58,33 %), stimulasi SSP

(62,10 %), Analgetik (62,5 % ), simpatolitik (55,55 %).

- Zat yang diuji (larutan X) merupakan Parasimpatomimetik

- Zat atau obat yang diberikan dengan dosis berbeda seharusnya memberikan besar efek

yang berbeda pula.

VII. PERTANYAAN

1. Apa beda skrining buta dengan skrining spesifik ?

Jawab :

Skrining buta merupakan penapisan aktivitas suatu obat/ bahan obat hanya melihat aktifitas secara

keseluruhan. Sedangkan skrining spesifik merupakan penapisan aktifitas suatu obat/ bahan obat

dilihat secara spesifik apa yang menonjol pada aktifitasnya tersebut.

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik ? Apa

pula kelemahannya ?

Jawab :

Kelebihan :

Membedakan suatu bahan/ obat yang berguna dan tidak berguna dengan cepat dan biaya yang

relative murah.

Page 12: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Kelemahan :

Agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan pada hewan uji dalam uji

skrining hipokratik.

3. Apakah toksisitas bahan dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini ? Jelaskan

Jawab :

Bisa, karena uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui

efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak

(toksisitas). Skrining ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba

setelah diberi zat uji. Setelah dilihat maka dapat kita ramalkan apakah obat tersebut memiliki efek

baik atau justru memberikan efek toksisitas tergantung pada dosis yang diberikan.

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar ia dapat

digunakan secara klinis.

Jawab :

Tahap-Tahap Pengembangan dan Penilaian Obat :

1. Meniliti dan skrining bahan obat.

2. Mensintesis dan meneliti zat/senyawa analog dari obat yang sudah ada dan diketahui efek

farmakologinya.

3. Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi struktur

4. Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian yang dilaksanakan secara sistematik,

terencana dan terarah untuk mendapatkan data farmakologik yang mempunyai nilai terapetik

Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

1. Uji Praklinik

Suatu senyawa yang baru ditemukan (hasil isolasi maupun sintesis) terlebih dahulu diuji dengan

serangkaian uji farmakologi pada hewan. Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada

manusia, dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik,

farmasetika, dan efek toksiknya pada hewan uji. Serangkaian uji praklinik yang dilakukan

antaralain :

Uji Farmakodinamika, Untuk mengetahui apakah bahan obat menimbulkan efek farmakologik

seperti yang diharapkan atau tidak, titik tangkap, dan mekanisme kerjanya. Dapat dilakukan secara

in vivo dan in vitro.

Uji Farmakokinetik, yaitu untuk mengetahui ADME, merancang dosis dan aturan pakai

Uji Toksikologi, yaitu untuk mengetahui keamanannya

Page 13: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Uji Farmasetika, Memperoleh data farmasetikanya, tentang formulasi, standarisasi, stabilitas,

bentuk sediaan yang paling sesuai dan cara penggunaannya.

2. Uji Klinik

Uji dilakukan pada manusia. Dibagi menjadi 4 Fase :

Uji Klinik Fase I

Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada manusia. Yang diteliti

disini ialah keamanan dan tolerabilitas obat, bukan efikasinya, maka dilakukan pada sukarelawan

sehat, kecuali untuk obat yang toksik (misalnya sitostatik), dilakukan pada pasien karena alasan

etik

Tujuan fase ini adalah menentukan besarnya dosis maksimal yang dapat toleransi (maximally

tolerated dose = MTD), yakni dosis sebelum timbul efek toksik yang tidak dapat diterima.

Pada fase ini, diteliti juga sifat farmakodinamik dan farmakokinetiknya pada manusia. Hasil

penelitian farmakokinetik ini digunakan untuk meningkatkan ketepatan pemilihan dosis pada

penelitian selanjutnya.

Uji klinik fase I dilaksanakan secara terbuka, artinya tanpa pembanding dan tidak tersamar, dengan

jumlah subyek bervariasi antara 20-50orang.

Uji Klinik Fase II

Pada fase ini dicobakan pada pasien sakit. Tujuannya adalah melihat apakah obat ini memiliki efek

terapi.

Pada fase II awal, pengujian efek terapi obat dikerjakan secara terbuka karena masih merupakan

penelitian eksploratif, karena itu belum dapat diambil kesimpulan yang mantap mengenai efikasi

obat yang bersangkutan.

Untuk menunjukkan bahwa suatu obat memiliki efek terapi, perlu dilakukan uji klinik komparatif

(dengan pembading) yang membandingkannya dengan plasebo; atau jika penggunaan plasebo tidak

memenuhi persyaratan etik, obat dibandingkan dengan obat standar (pengobatan terbaik yang ada).

Ini dilakukan pada fase II akhir atau awal, tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi pasien,

dan monitoring pasiennya. Untuk menjamin validasi uji klinik komparatif ini , alokasi pasien harus

acak dan pemberian obat dilakukan secara tersamar ganda. Ini disebut uji klinik berpembanding,

acak, tersamar ganda.

Fase ini terjakup juga studi kisaran dosis untuk menetapkan dosis optimal yang akan digunakan

selanjutnya.

Uji Klinik Fase III

a. Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok pembanding

b. Cakupan lebih luas baik dari segi jumlah pasien maupun keragaman.

Page 14: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

c. Setelah terbukti efektif dan aman obat siap untuk dipasarkan

Uji Klinik Fase IV

a. Uji terhadap obat yang telah dipasarkan (post marketing surveilance)

b. Mamantau efek samping yang belum terlihat pada uji-uji sebelumnya

c. Dug safety : drug mortality atau drug morbidity

d. MESO : Monitoring Efek Samping Obat

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-aktivitas

yang ditentukan.

Jawab :

1. Parasimpatomimetik

Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang

sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-

ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:

Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan

getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.

Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan

penurunan tekanan darah.

Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi

dahak diperbesar.

Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan

intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.

Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik

Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang

sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya.

Efek-efek yang ditimbulkan adalah:

Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antar lain

sekresi liur dan keringat.

Menurunkan peristaltik usus.

Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.

Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

3. Simpatolitik

Page 15: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas

susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.

4. Analgetik

Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator

Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah secara

langsung.

6. Vasokonstriktor

Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator.

7. CNS Activation

Zat-zat yang dapat merangsang Sistem Saraf Pusat. Efek-efek yang ditimbulkan adalah :

a) Konvulsi

b) Meningkatkan laju pernapasan.

Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

a) Aktivitas motorik meningkat

b) Temperatur rektum naik.

c) Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant

Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS activation.

Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:

a) Aktivitas motorik menurun

b) Laju pernapasan menurun

c) Hilang refleks pinal

d) Paralisa kaki

e) Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant

Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant

Page 16: Laporan Farmakologi-skrining Hipokratik_1

Daftar Pustaka

- Andrajati, Retno. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Depok: Laboratorium

Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.

- Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

- Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia