laporan dhl

Upload: marena-thalita

Post on 09-Oct-2015

253 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Laporan Kimia Fisik II , DAYA HANTAR LISTRIK

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

    DAYA HANTAR LISTRIK

    Nama : Marena Thalita Rahma

    NIM : 121810301031

    Kelompok : 5

    Kelas : A

    Asisten : Wiwik Sofia

    LABORATORIUM KIMIA FISIK

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS JEMBER

    2014

  • BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya serta energy yang

    menyertainya. Penerapan ilmu kimia dapat ditemukan dengan mudah di sekitar kita. Salah

    satu contoh adalah listrik. Listrik tidak akan dapat muncul tanpa adanya sebab. Listrik dapat

    dihasilkan melalui proses potensiometri yaitu menggunakan sel elektrokimia atau yang lebih

    dikenal dengan sel galvani. Proses ini merubah energi kimia menjadi energi listrik yang

    sekarang ini telah menjadi kebutuhan masyarakat.

    Sifat-sifat larutan perlu dipelajari untuk mengetahui larutan yang seperti apa yang

    mampu menghantarkan listrik. Hal ini sangat penting karena tidak semua senyawa dapat

    menghantarkan arus listrik. Senyawa elektrolit khususnya elektrolit kuatlah yang mampu

    menhgantarkan listrik dengan baik.

    Percobaan daya hantar listrik akan mempelajari tentang pengukuran daya hantar listrik

    dengan menggunakan berbagai senyawa dan pengaruh konsentrasinya. Penyebab larutan yang

    dapat menghantarkan arus listrik dan tidak, juga akan dibahas lebih detail lagi. Manfaat yang

    didapatkan adalah semakin bertambahnya pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan

    kontribusi terhadap perkembangan dunia, khususnya dalam bidang energi listrik. Teori dasar

    yang seperti ini menjadi sangat penting untuk dipelajari.

    1.2 Tujuan

    Mengukur daya hantar listrik berbagai senyawa dan mempelajari pengaruh konsentrasi

    terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit.

  • BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)

    2.1.1 Akuades

    Akuades merupakan H2O murni yang terbentuk dari distilasi air. Akuades merupakan

    cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Derajat keasaman (pH) dari akuades adalah netral

    yaitu 7,0. Titik didih dan titik lebur dari akuades berturut-turut adalah 100oC dan 0

    oC.

    Tekanan uap dari akuades pada suhu 20oC adalah 17,5 mmHg. Massa jenis dari akuades

    adalah 1,00 gram/cm3. Rumus formula akuades adalah H2O dengan berat molekul 18,0134

    gram/mol (Anonim, 2014).

    Akuades yang mengenai mata, kulit, tertelan, atau juga terhisap tidak menimbulkan

    gejala serius atau tidak berbahaya. Namun, jika terjadi iritasi segera dibawa ke pihak medis.

    Seperti air pada umumnya akuades tidak mudah terbakar. Penyimpanan sebaiknya di wadah

    tertutup rapat (Anonim, 2014).

    2.1.2 NaCl

    NaCl atau Natrium klorida mempunyai massa molar 58,44 gram/mol. Massa jenisnya

    adalah 2,16 gram/cm3. Titik leleh NaCl adalah 801

    oC dan titik didih 1465

    oC. Garam natrium

    klorida memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Natrium

    klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang

    tinggi (Anonim, 2014).

    NaCl tidak berbahaya bila tertelan namun jika dalam jumlah banyak dapat

    menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama. Jika terkena kulit yang

    teriritasi akan menimbulkan rasa perih. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi ringan.

    Pertolongan yang harus dilakukan membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama

    kurang lebih 15 menit. Jika terjadi iritasi atau gejala yang lebih parah segera hubungi petugas

    medis. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang sejuk, kering, dan tertutup

    (Anonim, 2014).

  • 2.1.3 CH3COOH

    Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat yang mudah ditemui. Asam ini

    memiliki nama lain asam etanoat, asam asetat glasial, asam ethylic, methanecarboxylic acid,

    atau biasa disebut asam cuka. Rumus molekul dari asam asetat ini adalah C2H4O2 atau biasa

    ditulis CH3COOH. Asam asetat mempunyai titik lebur 16,7oC dan memiliki titik didih pada

    118oC. Asam ini memiliki massa jenis 1,05 gram/mL. Berbeda dengan massa jenis cairannya,

    massa jenis uap dari asam asetat adalah 2,07 gram/L. Tekanan uap dari asam cuka adalah 11

    mmHg pada suhu 20oC, dan 30 mmHg pada suhu 30

    oC (Anonim, 2014).

    Bahan ini sangat korosif dan menyebabkan luka bakar yang serius. Sangat berbahaya

    jika tertelan. Asam asetat sebaiknya dijauhkan dari agen oksidator, reduktor, logam, asam,

    alkali. Asam asetat sebaiknya disimpan di kawasan terpisah dan disetujui. Wadah diletakkan

    di tempat yang sejuk dan berventilasi baik. Wadah harus tertutup rapat dan disegel sampai

    siap untuk digunakan. Hindari semua kemungkinan sumber api (Anonim, 2014).

    2.1.4 NH4OH

    NH4OH atau ammonium hidroksida adalah senyawa kimi berwujud cair dan tidak

    berwarna. NH4OH berbau seperti ammonia yang sangat kuat. Senyawa ini memiliki rasa yang

    kuat. Berat molekulnya adalah 35,05 g/mol dengan pH bersifat basa yaitu 11,6. Ammonium

    hidroksida memiliki titik leleh -69,2oC. Massa jenisnya adalah 0,898 kg/L. Tekanan uapnya

    adalah 287,9 kPa dengan ambang baunya adalah 5-50 ppm sebagai ammonia (Anonim, 2014).

    Senyawa ini mudah larut dalam air dingin. NH4OH sangat reaktif dengan logam dan

    bersifat reaktif dengan asam. NH4OH juga bersifat sangat korosif dengan seng dan tembaga,

    bersifat korosif dengan aluminium, dan bersifat tidak korosif terhadap alloy (Anonim, 2014).

    2.1.5 NaOH

    Natium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat. Nama lain natrium hidroksida adalah

    soda api atau soda kaustik. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat

    ketika dilarutkan dalam air. Senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur

    kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen pada dunia industri. NaOH berwujud

    padat berbentuk kristal berwarna putih. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap

    air dalam keadaan terbuka (higroskopis). NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol.

    Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari

    natrium hidroksida berturut-turut adalah 318oC dan 1390

    oC. NaOH sangat larut dalam air

  • hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini

    adalah -2,43 (Anonim, 2014).

    Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan

    senyawa ini juga larut dalam etanol dan methanol. Senyawa ini dapat menyebabkan luka

    bakar pada mata yang mungkin dapat menimbulkan kebutaan atau menyebabkan kornea mata

    rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar pada kulit. Penyimpanan pada tempat yang

    tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang

    sejuk dan kering (Anonim, 2014).

    2.1.6 NaBr

    Natrium bromida memiliki rumus NaBr. Senyawa ini merupakan garam yang berwujud

    padat, tidak berbau, dan tidak berasa. Padatannya tidak berwarna. Berat molekul senyawa ini

    adalah 102,91 g/mol. Natrium bromida yang dilarutkan dalam air akan memiliki pH netral dan

    sedikit basa. NaBr memiliki pH 6,5-8,0. Titik didih dan titik leleh NaBr berturut-turut adalah

    1390C dan 755C. Massa jenisnya adalah 3,21 kg/L (Anonim, 2014).

    Natrium bromida sangat mudah larut dalam air dingin dan air panas, sedangkan bersifat

    larut dalam metanol. Senyawa ini merupakan senyawa yang stabil, tidak bersifat korosif, dan

    reakstif dengan agen pengoksidasi dan asam. Senyawa ini bersifat higroskopis. Senyawa ini

    dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan pernapasan dalam jumlah yang melebihi

    ambang batas (Anonim, 2014).

    2.1.7 NaI

    Natirum iodida atau NaI adalah bahan kimia berwujud lelehan kristal padat dan

    berwarna putih. Senyawa ini tidak berbau dan memiliki rasa yang pahit. Sifat garamnya

    sangat kuat. Natrium iodida memiliki pH netral yaitu 7. titik lelehnya adalah 651C dan akan

    terurai apabila telah mencapai titik didihnya. Massa jenis senyawa ini adalah 3,67 g/mL

    (Anonim, 2014).

    Senyawa ini mudah larut dalam air panas dan air dingin, akan sedikit larut apabila

    dalam larutan metanol dan aseton.senyawa ini sangat reaktif dengan agen pengoksidasi dan

    asam, bersifat reaktif dengan logam. NaI bersifat sangat korosif dengan aluminium, seng, dan

    tembaga. Senyawa ini bersift korosif dengan baja. NaI tidak bersifat karsinogen dan mutan

    (Anonim, 2014).

  • 2.1.8 NH4Cl

    NH4Cl atau ammonium klorida adalah bahan kimia yang berwujud padat berbentuk

    bubuk. Padatannya berwarna putih. Ammonium klorida tidak berbau dan dingin bila tersentuh

    tangan. Berat molekul senyawa ini adalah 53,49 g/mol dengan pH sekitar 5,5. Titik didihnya

    adalah 520C, sedangkan akan terdekomposisi ketika mencapai titik lelehnya yaitu pada suhu

    338C. massa jenis senyawa ini adalah 1,53 (Anonim, 2014).

    NH4Cl larut dalam air dingin, air panas, dan metanol. NH4Cl tidak larut dalam dietil ter

    dan aseton. Ammonium klorida dapat terionisasi menjadi ammonia dan asam klorida.

    Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan pernapasan. NH4Cl yang terkena

    kulit dan mata langsung dicuci atau disiram dengan air mengalir. Senyawa ini bersifat

    higroskopis sehingga wadah harus dalam keadaan tertutup (Anonim, 2014).

    2.2 Dasar teori

    Air merupakan pelarut yang baik untuk senyawa ion, dan larutan air yang mengandung

    zat-zat ini mempunyai beberapa sifat tak biasa, salah satunya adalah dapat menghantarkan

    arus listrik. Konsep ini dapat diperagakan dengan suatu alat konduktivitas seperti yang

    ditunjukkan pada gambar 1. Elektroda dibenamkan dalam air murni, bohlam tidak menyala

    karena air murni penghantar listrik yang buruk, tetapi jika suatu senyawa ion yang larut,

    bohlam mulai menyala sesaat setelah zat padat itu melarut. Senyawa NaCl yang menghasilkan

    larutan penghantar listrik dikatakan sebagai elektrolit (Brady, 2002).

    Gambar 2. 1. Rangkaian pengujian larutan elektrolit (Anna, 2014).

    Elektrolit adalah suatu zat, yang ketika dilarutkan dalam air menghasilkan larutan yang

    dapat menghantarkan arus listrik (Chang, 2003). Elektrolit merupakan senyawa lelehan atau

  • larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, memberikan gejala berupa menyalanya lampu

    pada alat uji atau timbulnya gelembung gas dalam larutan. Elektrolit juga dapat didefinisikan

    sebagai suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya menjadi

    konduktor elektrik, ion-ion merupakan kumpulan atom yang bermuatan elektrik. Hal itu

    disebabkan karena zat terlarutnya dapat mengalami reaksi ionisasi sehingga pada konsentrasi

    yang sama jumlah partikelnya lebih besar. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa

    senyawa kimia lainnya. Gas dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya

    pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa,

    dan garam kuat (Annoim, 2014).

    Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Senyawa yang

    berikatan ion sebagian besar merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion adalah NaCl.

    NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan dan lelehan atau bentuk liquid dan

    aqueous. Senyawa dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai

    elektrolit. Larutan yang molekul-molekulnya dapat terurai menjadi ion-ion sehingga dapat

    menghantarkan listrik (Keenan, 2005).

    Salah satu metode yang digunakkan untuk mengelompokkan senyawa dalam pembagian

    longgar adalah berdasarkan apakah senyawa lelehan atau larutannya menghantar arus listrik

    tau tidak, dan berdasarkan hal tersebut dibagi menjadi 2, yaitu :

    1. Larutan elektrolit (elektrolit kuat) adalah larutan yang di dalam air terurai atau

    terionisasi dengan sempurna menjadi ion-ion positif (+) dan ion negatif (-), sehingga

    dapat menghantarkan arus listrik dengan baik. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat

    terurai sempurna membentuk ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Arus listrik

    merupakan arus elektron. Elektron tersebut dapat dihantarkan melalui ion-ion dalam

    larutan, seperti dihantarkan oleh kabel ketika dilewatkan ke dalam larutan elektrolit

    kuat. Lampu pada alat uji elektrolit akan menyala dikarenakan zat tersebut memiliki

    ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. Ion-ion inilah yang nantinya

    akan menjadi penghantar. Semakin banyak ion yang dihasilkan semakin baik pula

    larutan tersebut menghantarkan listrik. Contohnya adalah NaCl, NaOH, H2SO4, KOH,

    dan HCl (Chang, 2003).

    Ciri-ciri elektrolit kuat adalah:

    1. Menghasilkan banyak ion

    2. Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali

    3. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna

    4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak,

    lampu menyala

  • 5. Penghantar listrik yang baik

    6. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1

    (Anonim, 2014).

    2. Larutan non elektrolit adalah larutan yang di dalam air tidak terionisasi, hanya melarut

    dan terpecah-pecah menjadi partikel yang lebih kecil. Elektrolit lemah adalah elektrolit

    yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gelembung gas. Jika

    elektrolit lemah dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya kecil (mendekati 0).

    Elektrolit lemah mempunyai daya hantar yang relatif buruk meskipun konsentrasinya

    relatif besar. Contohnya NH4OH, CH3COOH, dan HF (Chang, 2003).

    Ciri-ciri elektrolit lemah adalah:

    1. Menghasilkan sedikit ion

    2. Molekul netral dalam larutan banyak

    3. Terionisasi hanya sebagian kecil

    4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu

    tidak menyala

    5. Penghantar listrik yang buruk

    6. Derajat ionisasi mendekati 0

    (Purba, 2006).

    Konduktivitas merupakan suatu besaran yang diturunkan, karena tak dapat

    diukur langsung. Larutan elektrolit menyatakan besaran yang disebut dengan konduktivitas

    molar. Hukum yang berkaitan dengan konduktivitas molar adalah Hukum Disosiasi Arhenius

    yang menyatakan kenaikan konduktivitas molar sesuai dengan teori Arhenius diakibatkan

    oleh kenaikan derajat disosiasi dan nilai batas itu sesuai dengan disosiasi yang sempurna

    (Dogra, 2002).

    Michael Faraday telah menemukan hubungan antara jumlah listrik yang mengalir dengan

    jumlah zat yang terjadi, baik di anode maupun katode. Hukum Faraday I menyatakan bahwa

    Massa zat yang timbul pada elektrode karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah

    listrik yang mengalir melalui larutan. F disebut bilangan Faraday, satu Faraday adalah

    jumlah listrik yang pada elektrolisis menghasilkan 1 gram-ekivalen zat. 1 faraday adalah 1

    grek listrik .

    M = massa zat yang dihasilkan (gram)

    e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi

    i = kuat arus listrik (amper)

    2.1

  • t = waktu (detik)

    q = muatan listrik (coulomb)

    Hukum Faraday II menyatakan massa dari bermacam-macam zat yang timbul pada

    elektrolisis dengan jumlah listrik sama, berbanding lurus dengan berat ekuivalennya.

    M = massa zat yang dihasilkan (gram)

    PBO = jumlah elektron yang dilepas / koefisien zat

    (Chang, 2003).

    Daya hantar listrik (DHL) adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantar

    listrik. DHL merupakan kebalikan dari hambatan listrik, R, dimana:

    R = Hambatan jenis ()

    A = Luas penampang (m2)

    L = Panjang konduktor (m)

    DHL = konduktivitas (-1 atau S)

    = Sm-1 (atau Scm-1)

    (Anonim, 2014).

    Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit. Konsentrasi

    elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak dapat

    digunakan untuk ukuran suatu larutan, ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar

    m. Konduktivitas molar didefinisikan sebagai suatu kemampuan hantar dari larutan yang

    mengandung satu mol elektrolit sehingga seluruh larutan yang ditempatkan di antara dua

    elektroda tetap terpisah satu sentimeter (Khattar, 2009). Konduktivitas molar dirumuskan

    sebagai berikut

    = hantaran molar (Scm2mol-1)

    K = konduktivitas spesifik (Scm-1

    )

    C = konsentrasi larutan (mol/L)

    (Anonim, 2014).

    Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang digunakan

    adalah

    ..2.3

    2.4

    .....2.5

    ..2.2

  • = hantaran molar (Scm2mol-1)

    K = konduktivitas spesifik (Scm-1

    )

    C = Konsentrasi larutan (mol.cm-3

    )

    (Anonim, 2014).

    Daya hantar suatu larutan tergantung dari:

    a. Jumlah ion yang ada

    b. Kecepatan dari ion pada beda potensial antara kedua elektroda Faktor-faktor yang

    mempengaruhi kecepatan ion antara lain, berat dan muatan ion, adanya hidrasi, orientasi

    atmosfer pelarut, gaya tarik antar ion, temperature, viskositas (Pike, 1991).

    Konduktivitas molar elektrolit tidak tergantung pada konsentrasi. Jika K tepat sebanding

    dengan konsentrasi elektrolit. konduktivitas molar bervariasi terhadap konsentrasi karena

    jumlah ion dalam larutan tidak sebanding dengan konsentrasi larutan elektrolit, misalnya

    konsentrasi ion dalam larutan asam lemah tergantung pada konsentrasi asam secara rumit dan

    penduakalian konsentrasi nominal asam itu tidak menduakalikan jumlah ion tersebut. Faktor

    laim karena ion saling berinteraksi dengan kuat, maka konduktivitas larutan tidak tepat

    sebanding dengan jumlah ion yang ada. Konduktivitas pada elektrolit kuat sedikit berkurang

    dengan bertambahnya konsentrasi. Konduktivitas molar pada elektrolit lemah adalah normal

    pada konsentrasi mendekati nol, tetapi turun tajam sampai nilai terendah saat konsentrasi

    bertambah (Atkins, 1987).

    Kasus pada larutan yang diencerkan, elektrolit lemah -nya semakin besar dan pada

    elektrolit kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Daya hantar ekivalent elektrolit pada

    pengenceran tidak terhingga hanya tergantung pada jenis ionnya. Masing-masing ion

    mempunyai daya hantar ekivalen yang tergantung pada jumlah ion dan kecepatan ion pada

    beda potensial antara kedua elektroda (Bird, 1997). Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis

    elektrolit (kuat/lemah) dan konsentrasi. Pengenceran larutan baik untuk elektrolit lemah/kuat

    akan memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada pengenceran tak

    berhingga (Sukardjo, 1990).

    .....2.6

  • BAB 3. METODE PRAKTIKUM

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Alat

    a. Gelas piala

    b. Konduktometri

    c. Pipet tetes

    d. Kabel

    e. Gelas ukur

    3.1.2 Bahan

    a. Minyak tanah

    b. Asam cuka glasial

    c. Akuades

    d. Larutan NaCl

    e. Kristal NaCl

    f. NaBr

    g. NaI

    h. NH4Cl

    3.2 Cara Kerja

    3.2.1 Menentukan Daya Hantar Listrik

    25 mL Minyak Tanah

    - dimasukkan salam gelas piala 100 ml

    - diukur daya hantar listriknya

    - ditentukan sifat zat terhadap arus listrik

    - diulangi langkah 1-3 dengan asam cuka glasial, akuades, larutan NaCl

    dan kristal NaCl

    Hasil

  • 3.2.2 Mempelajari Pengaruh Konsentrasi terhadap Daya Hantar Lisrik Larutan Elektrolit

    Larutan NaCl

    - dibuat dengan konsentrasi 0,01, 0,05, 0,10, 0,50, dan 1,00 M

    - diukur daya hantar listriknya dengan memulai larutan terencer

    - digambar grafik daya hantarnya terhadap konsentrasi

    - diulangi langkah 1-3 menggunakan NaBr, NaI, dan NH4Cl

    - dibandingkan daya hantar listriknya

    Hasil

  • BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

    3.1 Hasil

    3.1.1 Menentukan Daya Hantar Listrik berbagai Senyawa

    No. Nama Senyawa v

    (volt)

    Arus

    (mA) Perubahan Sifat Zat

    1. Minyak Tanah 5 - Tidak ada perubahan Konduktor

    2. Asam Asetat

    Glasial 5 - Tidak ada perubahan Konduktor

    3. Air Suling 5 0 Tidak ada perubahan Konduktor

    4. Kristal NaCl 5 22 Terdapat banyak gelembung

    di kedua elektroda Isolator

    5. Larutan NaCl 5 71 Terdapat banyak gelembung

    di kedua elektroda Isolator

    3.1.2 Mengetahui Pengaruh Konsentrasi terhadap Daya Hantar Listrik

    Konsentrasi

    (M)

    Voltase

    (volt)

    Arus (mA)

    NaCl NaBr NaI NH4Cl

    0,01 5 85 90 95 4,1

    0,05 5 86 93 93 79

    0,1 5 87 92 94 81

    0,5 5 88 93 96 82

    1,0 5 89 93 97 83

    3.2 Pengolahan Data

    3.2.1 Menentukan Daya Hantar Listrik berbagai Senyawa

    Nama Senyawa Voltase

    (volt)

    Arus

    Listrik

    (mA)

    Hambatan

    ()

    Daya Hantar

    Listrik (-1)

    Sifat Senyawa

    Minyak tanah 5 - ~ ~ Non elektrolit

    Asam asetat 5 - ~ ~ Non elektrolit

  • glasial

    Air suling 5 0 0 0 Non elektrolit

    Kristal NaCl 5 22 227 4,40 x 10-4

    Elektrolit

    Larutan NaCl 5 71 70,4 0,014 Elektrolit

    3.2.2 Mengetahui Pengaruh Konsentrasi terhadap Daya Hantar Listrik

    Nama

    Senyawa Pengukuran

    Konsentrasi (M)

    0,001 0,005 0,1 0,5 1,0

    NaCl

    Tegangan (volt) 5 5 5 5 5

    Arus (mA) 85 86 87 88 89

    Hambatan () 58,8 58,1 57,5 56,8 56,2

    Daya Hantar Listrik (-1) 0,0170 0,0172 0,0174 0,0176 0,0178

    NaBr

    Tegangan (volt) 5 5 5 5 5

    Arus (mA) 90 93 92 93 93

    Hambatan () 55,5 53,8 54,3 53,8 53,8

    Daya Hantar Listrik (-1) 0,0180 0,0186 0,0184 0,0186 0,0186

    NaI

    Tegangan (volt) 5 5 5 5 5

    Arus (mA) 95 93 94 96 97

    Hambatan () 52,6 53,8 53,2 52,1 51,5

    Daya Hantar Listrik (-1) 0,0190 0,0186 0,0188 0,0192 0,0194

    NH4Cl

    Tegangan (volt) 5 5 5 5 5

    Arus (mA) 4,1 79 81 82 83

    Hambatan () 1220 63,3 61,7 61,00 60,2

    Daya Hantar Listrik (-1) 0,00082 0,0158 0,0162 0,0164 0,0166

  • BAB 4. PEMBAHASAN

    Percobaan ini membahas tentang daya hantar listrik. Daya hantar listrik (DHL) adalah

    ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat menghantarkan listrik. zat yang diuji daya hantar

    listriknya adalah padatan dan cairan. Percobaan ini menentukan sifat daya hantar listrik

    senyawa dan menentukan pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik.

    Bahan yang digunakan adalah minyak tanah, asam asetat glasial, air suling, kristal

    NaCl, larutan NaCl, NaBr, NaI, dan NH4Cl. Penentuan sifat daya hantar listrik senyawa

    menggunakan bahan minyak tanah, asam cuka glasial, air suling, kristal NaCl dan larutan

    NaCl. Bahan ini dimasukkan dalam beaker glass lalu diukur daya hantar listriknya

    menggunakan konduktometer. Konduktometer dapat mengukur daya hantar yang dihasilkan

    larutan koloid karena dapat merubah energi mekanik menjadi energi listrik pada larutan

    tersebut. Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan dalam

    larutan akan menerima rangsang (dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor).

    Hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa angka yang tertera pada

    layar kaca konduktometer (Masyukri, 2014).

    Kelima bahan ini diuji daya hantar listriknya menggunakan konduktometer dengan

    menggunakan elektroda karbon. Elektroda ini dicelupkan ke dalam larutan. Gelembung-

    gelembung kecil akan menempel dikedua elektroda. Gelembung-gelembung yang dihasilkan

    tersebut adalah gas yang dihasilkan dari reaksi redoks pada anoda dan katoda. Senyawa yang

    mudah terionisasi akan menghasilkan elektron dan akan menghasilkan dari arus yang

    mengalir dari arus yang lebih tinggi ke arus yang lebih rendah. Senyawa yang sangat mudah

    terionisasi akan semakin banyak menghasilkan kation dan anion sehingga semakin banyak

    elektron yang akan dihasilkan. Hal tersebut menyebabkan semakin besar arus yang akan

    dihasilkan. Senyawa yang demikian ini disebut dengan larutan elektrolit.

    Kelima bahan tersebut yang merupakan larutan elektrolit adalah kristal NaCl dan

    larutan NaCl. Natrium klorida dalam keadaan padat seharusnya merupakan senyawa non-

    elektrolit (Anonim, 2014) . Hal tersebut dikarenakan NaCl dalam keadaan padat tidak dapat

    terionisasi. Kristal padat pada hasil percobaan ini dapat menghantarkan arus listrik

    dikarenakan kristal NaCl bercampur air, atau wadah yang belum kering ketika ditambahkan

    kristal di dalamnya. Kristal NaCl sangat mudah larut dalam air, sehingga kemungkinan besar

    kristal ini dapat menghantarkan listrik karena padatan yang tercampur sedikit air atau padatan

    telah meleleh menjadi sedikit berair. Arus yang dihasilkan oleh senyawa ini merupakan arus

  • yang sangat lemah bila dibandingkan dengan arus yang dihasilkan larutan NaCl sehingga

    adanya arus yang dihasilkan oleh kristal NaCl ini merupakan kesalahan praktikan.

    Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik karena merupakan senyawa yang dapat

    terionisasi sempurna dalam air. Ketika ion diberi beda potensial, ion yang bermuatan negative

    akan bergerak menuju anoda, sedangkan ion yang bermuatan positif akan bergerak menuju

    katoda. Elektron yang ada dalam larutan akan mengalir dari anoda ke katoda sehingga akan

    didapatkan arus yang muncul pada konduktometer. Aliran yang terjadi itulah yang dapat

    menghantarkan arus listrik. Larutan NaCl ini merupakan larutan elektrolit kuat dengan derajat

    ionisasi sama dengan 1.

    Minyak tanah, asam cuka glasial, dan air suling tidak dapat menghantarkan arus listrik

    karena merupakan larutan nonelektrolit. Minyak tanah (oktana) merupakan senyawa nonpolar

    yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Senyawanya yang panjang dan berukuran besar

    membuat minyak tanah sulit untuk terionisasi dalam air. Uji konduktivitas pada minyak tanah

    juga tidak menghasilkan gelembung pada kedua elektrodanya sehingga dapat digolongkan

    senyawa non elektrolit. Minyak tanah adalah senyawa non elektrolit dan bersifat isolator

    karena tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini sesuai karena pada percobaan ini arus

    minyak tanah tidak dapat diukur. Kemungkinan yang terjadi adalah konduktometer yang

    digunakan tidak mampu mengukur arus karena arus yang dihasilkan tidak pada jangkauan

    alatnya.

    Asam cuka glasial adalah asam cuka murni dengan konsentrasi yang cukup tinggi

    sekitar 99,5% (Anonim 2014). Asam cuka glasial tidak dapat menghantarkan arus listrik

    karena merupakan senyawa murni dengan jumlah pelarut yang kecil (sedikit) sehingga sulit

    terionisasi dan tidak dapat menghantarkan arus listrik. Asam cuka glasial merupakan senyawa

    non elektrolit. Arus minyak tanah dan asam cuka glasial tidak dapat terdeteksi. Hal ini

    dikarenakan senyawa tersebut merupakan larutan non elektrolit yang tidak terionisasi

    sehingga tidak dapat menghasilkan arus listrik dan tidak dapat terdeteksi pada konduktometer.

    Asam cuka glasial ini tergolong isolator karena tidak dapat menghantarkan arus

    Air suling merupakan senyawa yang murni yang telah dihilangkan mineral dan

    garamnya. Air suling tidak menunjukkan adanya arus yang dihasilkan pada uji menggunakan

    konduktometer yaitu menunjukkan nilai 0 mA. Hal ini menunjukkan bahwa air suling

    merupakan senyawa non elektrolit karena tidak dapat terionisasi atau derajat ionisasinya sama

    dengan 0. Kedua elektrodanya tidak terdapat gelembung, sehingga dapat diduga bahwa tidak

    ada reaksi di dalamnya. Aquades juga termasuk isolator karena tidak dapat menghantarkan

    arus listrik.

  • Uji konduktivitas selanjutnya adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi

    terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang terionisasi

    dalam air dan dapat menghantarkan arus listrik. Larutan yang diuji daya hantar listriknya

    adalah NaCl, NaBr, NaI, dan NH4Cl. Masing-masing larutan tersebut diencerkan hingga

    didapatkan konsentrasi 0,01 M, 0,05 M, 0,1 M, 0,5 M, dan 1,0 M. Pengukuran daya hantar

    listrik atau konduktivitas ini dilakukan dengan konsentrasi yang paling encer. Hal ini

    bertujuan agar tidak mempengaruhi hasil yang sangat signifikan yang disebabkan banyaknya

    jumlah ion dalam larutan dengan konsentrasi pekat yang lebih banyak dibandingkan jumlah

    ion dalam konsentrasi encer. Faktor lain adalah untuk mengurangi kesalahan dan

    mempermudah untuk tidak dilakukan pencucuian. Namun, untuk mendapatkan hasil yang

    lebih akurat seusai pengukuran konduktivitas dilakukan pencucian pada kedua elektroda.

    Pengukuran konduktivitas pada larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi hasilnya

    meningkat seiring bertambahnya konsentrasi. Hal ini disebabkan semakin besar konsentrasi

    semakin banyak jumlah ion yang ada di dalam larutan. Ion-ion ini yang akan menghantarkan

    arus listrik sehingga semakin banyak ion yang terdapat dalam larutan semakin besar daya

    hantar listriknya. Daya hantar listrik yang makin meningkat dapat diamati banyaknya

    gelembung pada kedua elektroda ketika pengukuran konduktivitas. Jumlah gelembung yang

    dihasilkan semakin banyak apabila jumlah konsentrasinya meningkat. Hal ini disebabkan

    semakin banyaknya ion yang terdapat dalam larutan sehingga semakin banyak gas yang

    dihasilkan dalam larutan. Kenaikan daya hantar listrik NaCl seiring bertambahnya konsentrasi

    dapat dilihat pada grafik di bawah ini,

    Grafik 4.1 Hubungan DHL terhadap Konsentrasi

    0,0168

    0,017

    0,0172

    0,0174

    0,0176

    0,0178

    0,018

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi(M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaCl

    Series1

  • Larutan yang selanjutnya diuji konduktivitasnya adalah larutan NaBr. Larutan ini juga

    merupakan senyawa elektrolit kuat yang mudah terionisasi dalam air. Senyawa ini dapat

    menghantarkan listrik yang dapat dilihat pada kedua elektroda yang terdapat gelembung

    disekitar elektroda. Nilai daya hantar listrik yang didapatkan dari pengukuran larutan NaBr

    cenderung konstan. Daya hantar listriknya meningkat pada konsentrasi 0,005 M yaitu 0,0186

    -1 dan menurun pada konsentrasi 0,1 M yaitu 0,0184 -1 lalu meningkat kembali pada

    konsnetrasi 0,5 M menjadi 0,0186 -1. Daya hantar listrik pada konsentrasi 1,0 M sama

    dengan konsentrasi 0,5 M yaitu 0,0186 -1. Hasil yang didapatkan ini seharusnya menigkat

    seiring bertambahnya konsentrasi. Hal ini disebabkan kesalahan praktikan ketika pengukuran

    ataupun ketika pembuatan larutan sehingga konsentrasi yang diinginkan tidak sama dengan

    yang diukur. Grafik hubungan antara konsentrasi dan daya hantar listrik larutan NaBr adalah

    Grafik 4.2 Hubungan Daya Hantar Listrik terhadap Konsentrasi

    Larutan yang selanjutnya diukur konduktivitasnya adalah NaI. NaI merupakan senyawa

    elektrolit kuat sehingga sangat mudah terionisasi dalam air. Ionisasi ini menyebabkan adanya

    ion-ion dalam larutan sehingga membuat larutan dapat menghantarkan arus listrik. Permukaan

    elektroda pada pengukuran konduktivitas senyawa ini terdapat gelembung di sekitar

    permukaan elektroda. Gelembung yang dihasilkan ini menandakan adanya reaksi di

    dalamnya. Daya hantar listrik yang dihasilkan meningkat seiring bertambahnya konsentrasi.

    Namun, pada konsentrasi 0,001 didapatkan nilai 0,0190 -1 lalu menurun pada pengukuran

    konsentrasi 0,005 dan 0,1 dan meningkat kembali pada konsentrasi 0,5. Hasil yang

    seharusnya didapatkan sama dengan pengukuran sebelumnya. Daya hantar listrik semakin

    0,0176

    0,0178

    0,018

    0,0182

    0,0184

    0,0186

    0,0188

    0,01 0,05 0,1 0,5 1

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi (M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaBr

    Series1

  • meningkat seiring meningkatnya konsentrasi. Perbedaan ini disebabkan karena terjadi

    elektrolisis pada pengukuran konsentrasi 0,001. Hal ini berdampak pada pengukuran

    selanjutnya, karena terjadinya elektrolisis dapat menghambat proses penghantaran arus listrik

    sehingga arus yang didapatkan menurun pada pengukuran selanjutnya. Pengukuran meningkat

    kembali karena dampak elektrolisis sudah mulai berkurang. Grafik daya hantar listrik

    terhadap konsentrasi seperti di bawah ini,

    Grafik 4.3 Hubungan antara Daya Hantar Listrik dengan Konsentrasi

    Larutan terakhir yang diukur konduktivitasnya adalah NH4Cl. Larutan ini merupakan

    larutan elektrolit lemah artinya hanya sebagian saja yang terionisasi menjadi ion-ionnya. Hal

    ini dapat dibuktikan dengan besarnya daya hantar listrik yang diukur menunjukkan nilai yang

    kecil jika dibandingkan dengan larutan sebelumnya. Nilai daya hantar listrik mengalami

    kenaikan seiring bertambahnya konsentrasi yang disebabkan semakin banyaknya jumlah ion

    dalam larutan. Daya hantar listrik senyawa NaCl dan NH4Cl berbeda dimana daya hantar

    listriknya lebih besar NaCl dibandingkan larutan NH4Cl. Hal ini disebabkan NaCl merupakan

    larutan elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air sedangkan NH4Cl merupakan

    larutan elektrolit lemeah yang terionisasi sebagian. Jumlah ion yang dihasilkan oleh larutan

    NaCl lebih banyak dibandingkan jumlah ion yang dihasilkan oleh NH4Cl sehingga daya

    hantar listrik NaCl lebih besar daripada NH4Cl. Trend kenaikan daya hantar listrik larutan

    ammonium klorida adalah

    0,01850,01860,01870,01880,0189

    0,0190,01910,01920,01930,01940,0195

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi(M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaI

    Series1

  • Grafik 4.4 Hubungan Daya Hantar Listrik terhadap Konsentrasi

    Daya hantar listrik NaI lebih besar dibandingkan dengan NaBr dan NaCl. Hal ini

    disebabkan ukuran dari senyawa tersebut. Ukuran ion iodida lebih besar dibandingkan dengan

    ion Cl dan ion Br dalam larutan sehingga NaI lebih mudah terionisasi daripada NaCl dan

    NaBr. Ketiga larutan ini merupakan larutan elektrolit kuat yang mampu menghantarkan arus

    listrik. Kekuatan larutan tersebut secara berturut-turut dari yang memiliki kekuatan daya

    hantar listrik adalah NaI > NaBr > NaCl. Nilai konduktivitas yang didapatkan sesuai dengan

    teori yang bisa dilihat dari grafik berikut ini,

    Grafik 4.5 Perbandingan DHL NaCl, NaBr, dan NaI

    0

    0,002

    0,004

    0,006

    0,008

    0,01

    0,012

    0,014

    0,016

    0,018

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi (M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NH4Cl

    Series1

    0,0155

    0,016

    0,0165

    0,017

    0,0175

    0,018

    0,0185

    0,019

    0,0195

    0,02

    0,01 0,05 0,1 0,5 1

    Day

    a H

    anta

    r Li

    stri

    k

    Grafik DHL NaCl, NaBr, dan NaI

    NaCl

    NaBr

    NaI

  • BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Senyawa yang dapat menghantarkan listrik adalah senyawa elektrolit.

    2. Senyawa elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih besar dibandingkan dengan senyawa

    elektrolit lemah.

    3. Daya hantar listrik larutan sebanding dengan konsentrasi larutannya. Semakin tinggi

    konsentrasinya, semakin besar daya hantar listriknya.

    5.2 Saran

    1. Praktikan sebaiknya lebih teliti dan lebih hati-hati dalam melakukan pengukuran.

    2. Praktikan sebaiknya dilarang bergurau dalam laboratorium agar didapatkan hasil yang lebih

    baik dan mengurangi kesalahan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anna. 2014. Mengukur DHL dari larutan elektrolit , Analisis Kesehatan. [Serial Online].

    http://nuyinana.blogspot.com/2012/06/mengukur-dhl-dari-larutan-elektrolit.html.

    [diakses 30 September 2014].

    Anonim. 2014. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit. [Serial Online].

    https://docs.google.com/document/d/16nvlSLO0YmlRZ9wWSwqF6zVGybxZbQ09cta

    Bfsmu39Q/edit?hl=en_US&pli=1. [diakses 7 Oktober 2014].

    Anonim. 2014. Penentuan Daya Hantar suatu Senyawa. [Serial Online].

    https://www.academia.edu/3672533/PENENTUAN_DAYA_HANTAR_SUATU_SEN

    YAWA. [diakses 30 September 2014].

    Atkins, P.W. 1987. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.

    Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia: Pusaka Utama.

    Brady. 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa Aksara.

    Chang, Raymon. 2003. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

    Dogra & Dogra. 2002. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta : UI Press

    Fessenden, R.J. dkk. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Hiemenz, P.C. dkk. 1997. Principles of Cotloid and Surface Chemistry 3rd

    . New York: Marcel

    Dekker Inc.

    Khattar, Dinesh. 2009. AIEEE ( All India Engineering Entrance Examination) . New Delhi :

    Dorling Kindersley

    Keenan, C.W. 2005. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

    Material Safety Data Sheet: Akuades MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9927062. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: CH3COOH MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9927572. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: NaBr MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9928762. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: NaCl MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId

    =9937120. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: NaI MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9929362. [Diakses 28 September 2014].

  • Material Safety Data Sheet: NaOH MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=99077062. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: NH4Cl MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9976482. [Diakses 28 September 2014].

    Material Safety Data Sheet: NH4OH MSDS. 2014. http://www.sciencelab.com/msds.php?

    msdsId=9927482. [Diakses 28 September 2014].

    Masyuki. 2014. Konduktometri. [Serial Online]. http://masykuri.staff.fkip.uns.ac.id/files

    /2009/11/HandOut3-Konduktometri.pdf. [diakses 30 September 2014].

    Pike, Ronald. 1991. Microscale Inorganic Chemistry. United Stated of America

    Purba, Michael. 2006. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.

    Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta

    Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntuk Praktikum Kimia Fisik I. Jember : FMIPA Universitas

    Jember.

  • LAMPIRAN

    1. Pengenceran

    Pembuatan Larutan NaCl 0,5 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,5 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaCl 0,1 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,1 M. 100 mL

    V1 = 10 mL

    Pembuatan Larutan NaCl 0,05 M dari 0,1

    M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,05 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaCl 0,01 M dari 0,1

    M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,01 M. 25 mL

    V1 = 2,5 mL

    Pembuatan Larutan NaBr 0,5 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,5 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaBr 0,1 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,1 M. 100 mL

    V1 = 10 mL

    Pembuatan Larutan NaBr l 0,05 M dari 0,1

    M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,05 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaBr 0,01 M dari 0,1 M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,01 M. 25 mL

    V1 = 2,5 mL

    Pembuatan Larutan NaI 0,5 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,5 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaI 0,1 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,1 M. 100 mL

    V1 = 10 mL

    Pembuatan Larutan NaI 0,05 M dari 0,1 M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,05 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NaI 0,01 M dari 0,1 M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,01 M. 25 mL

    V1 = 2,5 mL

    Pembuatan Larutan NH4Cl 0,5 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,5 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NH4Cl 0,1 M dari 1,0 M

    M1.V1 = M2.V2

    1,0 M.V1= 0,1 M. 100 mL

    V1 = 10 mL

  • Pembuatan Larutan NH4Cl 0,05 M dari 0,1

    M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,05 M. 25 mL

    V1 = 12,5 mL

    Pembuatan Larutan NH4Cl 0,01 M dari 0,1

    M

    M1.V1 = M2.V2

    0,1 M.V1= 0,01 M. 25 mL

    V1 = 2,5 mL

    2. Perhitungan Hambatan (R) dan DHL

    a. Minyak tanah

    Diket : V= 5 v

    I = 0 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    b. Asam asetat Glasial

    Diket : V= 5 v

    I = 0 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    c. Kristal NaCl

    Diket : V= 5 v

    I = 22 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    d. Larutan NaCl

    Diket : V= 5 v

    I = 71 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    e. Larutan NaCl 0,01 M

    Diket : V= 5 v

    I = 85 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    f. Larutan NaCl 0,05 M

    Diket : V= 5 v

    I = 86 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

  • g. Larutan NaCl 0, 1 M

    Diket : V= 5 v

    I = 87 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    h. Larutan NaCl 0,5 M

    Diket : V= 5 v

    I = 88 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    i. Larutan NaCl 1,0 M

    Diket : V= 5 v

    I = 89 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    j. Larutan NaBr 0,01 M

    Diket : V= 5 v

    I = 90 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    k. Larutan NaBr 0,05 M

    Diket : V= 5 v

    I = 93 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    l. Larutan NaBr 0,1 M

    Diket : V= 5 v

    I = 92 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    m. Larutan NaBr 0,5 M

    Diket : V= 5 v

    I = 93 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    n. Larutan NaCl 1,0 M

    Diket : V= 5 v

    I = 93 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

  • o. Larutan NaI 0,01 M

    Diket : V= 5 v

    I = 95 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    p. Larutan NaI 0,05 M

    Diket : V= 5 v

    I = 93 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    q. Larutan NaI 0,1 M

    Diket : V= 5 v

    I = 94 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    r. Larutan NaI 0,5 M

    Diket : V= 5 v

    I = 96 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    s. Larutan NaI 1,0

    Diket : V= 5 v

    I = 93 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    t. Larutan NH4Cl 0,01 M

    Diket : V= 5 v

    I = 4,1 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    u. Larutan NH4Cl 0,05 M

    Diket : V= 5 v

    I = 79 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    v. Larutan NH4Cl 0,05 M

    Diket : V= 5 v

    I = 81 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

    w. Larutan NH4Cl 0,1 M

    Diket : V= 5 v

    I = 82 mA

    Ditanya : R dan DHL

  • Jawab :

    x. Larutan NH4Cl 1,0 M

    Diket : V= 5 v

    I = 83 mA

    Ditanya : R dan DHL

    Jawab :

  • 3. Grafik Daya Hantar Listrik Terhadap Konsentrasi

    0,0168

    0,017

    0,0172

    0,0174

    0,0176

    0,0178

    0,018

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi(M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaCl

    Series1

    0,0176

    0,0178

    0,018

    0,0182

    0,0184

    0,0186

    0,0188

    0,01 0,05 0,1 0,5 1

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi (M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaBr

    Series1

  • 0,0184

    0,0186

    0,0188

    0,019

    0,0192

    0,0194

    0,0196

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi(M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NaI

    Series1

    0

    0,002

    0,004

    0,006

    0,008

    0,01

    0,012

    0,014

    0,016

    0,018

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

    DH

    L (

    -1)

    Konsentrasi (M)

    Grafik DHL terhadap Konsentrasi Larutan NH4Cl

    Series1

    0,0155

    0,016

    0,0165

    0,017

    0,0175

    0,018

    0,0185

    0,019

    0,0195

    0,02

    0,01 0,05 0,1 0,5 1

    Day

    a H

    anta

    r Li

    stri

    k

    Grafik DHL NaCl, NaBr, dan NaI

    NaCl

    NaBr

    NaI