laporan akhir pkmp shinta purnamasari ub
DESCRIPTION
pkmTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PERAWATAN LOKAL DENGAN
SISTEMIK MENGGUNAKAN EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe
Chinensis BAKER) PADA Rattus norvegicus YANG DIINDUKSI
LIPOPOLISAKARIDA SEBAGAI TERAPI REGENERASI TULANG
ALVEOLAR
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
Shinta Purnamasari 115070400111045 2011
Septianita Incha A’raaf 115070400111041 2011
Latifah Fitriani Rakhman 115070400111027 2011
Uci Putri Maulida 135070107111013 2013
Anisah Fitriana Rakhman 135070301111043 2013
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
i
ABSTRAK
Perbandingan Efektifitas Perawatan Lokal dengan Sistemik
Menggunakan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe chinensis Baker) pada Rattus
norvegicus yang Diinduksi Lipopolisakarida sebagai Terapi Regenerasi
Tulang Alveolar
Purnamasari, S. A’raaf, S.I. Rakhman, L.F. Maulida, U.P. Rakhman, A.F.
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: Ranny Rachmawati,
drg., Sp.Perio
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia. Prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur
di Indonesia mencapai 96,58%. Periodontitis merupakan penyakit periodontal
berupa infeksi kronis pada jaringan pendukung gigi sehingga terjadi keradangan
jaringan dan secara perlahan akan menyebabkan kerusakan tulang alveolar. Rute
pemberian obat (routes of administration) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek terapi periodontitis. Pemberian obat dapat dilakukan secara
lokal maupun sistemik yang akan mempengaruhi efektifitas obat dan
menyebabkan kegagalan pengobatan. Beberapa penelitian ilmiah mengenai
khasiat tanaman lidah buaya untuk penyembuhan defek tulang pernah dilaporkan.
Di dalam lidah buaya (Aloe chinensis Baker) terdapat zat aktif acetylated
mannosa (acemannan) yang dapat meningkatkan pembentukan serat kolagen tipe-
1 dan menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada jaringan
periodontal yang terbukti mampu meregenerasi tulang alveolar. Tujuan penelitian
ini mengetahui perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara lokal
maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada Rattus
norvegicus yang diinduksi LPS secara HPA dari sel osteoblas. Penelitian ini
menggunakan desain eksperimen murni (true experimental design) secara in vivo
menggunakan rancangan randomized post test only controlled group design.
Sampel penelitian adalah hewan model tikus strain wistar jantan yang diinduksi
periodontitis menggunakan LPS E. Colli 5 μg/0,05 ml PBS (Indahyani, 2007)
selama lima hari lalu diberikan perlakuan masing-masing sesuai kelompok terdiri
dari kontrol positif, kontrol negatif, kelompok a,b,c untuk perlakuan secara
sistemik dan kelompok d,e,f untuk perlakuan secara lokal. Tikus kemudian
dibedah pada hari ke-11 dan dilakukan pemeriksaan HPA. Hasil pengukuran
hewan coba kontrol maupun perlakuan dianalisa secara statistik dengan
menggunakan program SPSS 17,0 for Windows XP dengan tingkat signifikansi
0,05 (p=0,05) dan taraf kepercayaan 0,95% (α=0,05). Berdasarkan analisis data
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker
dengan rute lokal lebih efektif dibandingkan pemberian dengan rute sistemik.
Kata kunci: ekstrak Aloe chinensis Baker, lokal-sistemik, osteoblas, periodontitis,
regenerasi tulang alveolar
iii
DAFTAR ISI
Halaman Kulit Muka .................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................................. ii
Abstrak ..................................................................................................................... iii
Daftar Isi..................................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4 Luaran yang Diharapkan ...................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periodontitis ......................................................................................................... 3
2.2 Lipopolisakarida (LPS) ........................................................................................ 3
2.3 Perawatan Periodontitis ........................................................................................ 3
2.4 Terapi Regenerasi................................................................................................. 3
2.5 Rute Pemberian Obat ........................................................................................... 4
2.6 Aloe chinensis Baker ............................................................................................ 4
2.7 Komposisi Kimia Aloe chinensis Baker ............................................................... 4
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 5
3.2 Sampel Penelitian ................................................................................................. 5
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................................... 5
3.4 Tempat Penelitian ................................................................................................ 6
3.5 Definisi Opersional ............................................................................................. 6
3.6 Alur Kerja Penelitian ........................................................................................... 6
3.7 Alat dan Bahan .................................................................................................... 7
3.8 Prosedur Penelitian............................................................................................... 7
3.9 Prosedur Pengumpulan dan Analisa Data ............................................................ 8
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ........................... ..... 9
BAB 5. PENUTUP ................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 10
LAMPIRAN ..............................................................................................................11
- Penggunaan Dana .......................................................................................... v
- Bukti-bukti Pendukung Kegiatan ................................................................. vii
iv
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sangat meluas dalam
kehidupan manusia. Dari hasil penelitian The World Oral Health Report,
2003, menyatakan bahwa penyakit periodontal menempati peringkat keempat
penyakit termahal dalam pengobatannya. Dari survei yang dilakukan
Scheffler di Amerika menunjukkan 75% dari populasi penduduk Amerika
mengalami penyakit periodontal. Prevalensi penyakit periodontal pada semua
kelompok umur di Indonesia mencapai 96,58% (Persson, 2011), sedangkan
data Dinas Kesehatan Kota Malang menyebutkan bahwa penyakit periodontal
menduduki urutan ke tujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di Kota Malang
(Dinkes Malang, 2009).
Salah satu penyakit periodontal adalah periodontitis. Periodontitis
merupakan penyakit infeksi kronis pada jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh bakteri sehingga terjadi keradangan jaringan dan secara
perlahan akan menyebabkan kerusakan tulang (Laine, 2012). Mikroba utama
yang menyebabkan periodontitis adalah Porphyromonas gingivalis,
Prevotella intermedia dan Actinobacillus actinomycetemcomitans, namun
mikroba lain juga dapat memicu periodontitis seperti Escherichia coli,
Fusobacterium nucleatum, dan A. israelii yang semuanya merupakan bakteri
Gram negatif (Caranza, 2006). Penelitian Umezu et. al. membuktikan bahwa
tikus yang diinjeksi dengan LPS E. Colli di daerah mukosa regio molar
pertama rahang atas menyebabkan terjadinya resopsi tulang alveolar.
Perawatan periodontitis bertujuan untuk mengeliminasi infeksi dan
inflamasi untuk mencapai jaringan periodontal yang sehat (McDonnell and
Mills, 2004). Rute pemberian obat (routes of administration) merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi efek terapi periodontitis. Pemberian obat
dapat dilakukan secara lokal maupun sistemik. Terapi lokal adalah pemberian
obat yang bekerja setempat, sedangkan terapi sistemik jika obat beredar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Proses penyerapan dasar penting
dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan obat selama proses
penyerapan akan mempengaruhi efektifitas obat dan menyebabkan kegagalan
pengobatan (Tjay dan Rahardja, 2006). Oleh karena itu diperlukan pemilihan
terapi yang tepat pada periodontitis untuk memaksimalkan efek terapi.
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki beraneka ragam flora
dan fauna. Banyak diantara kekayaan alam tersebut yang telah dimanfaatkan
sebagai obat tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan. Salah satu bahan
alam yang sangat berpotensi adalah lidah buaya. Beberapa penelitian ilmiah
mengenai khasiat tanaman lidah buaya untuk penyembuhan defek tulang
pernah dilaporkan (Syukur, 2007).
1
Di dalam lidah buaya (Aloe chinensis Baker) terdapat zat aktif
acetylated mannosa (acemannan) yang merupakan polisakarida terbesar yang
dapat meningkatkan pembentukan serat kolagen tipe 1 (Wiedosari, 2007).
Penelitian lain oleh Jittapiromsak et al. juga menyatakan acemannan dapat
menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada fibroblas pulpa dan
jaringan periodontal yang terbukti mampu meregenerasi tulang.
Dalam penelitian ini, ekstrak lidah buaya (Aloe chinensis) sebagai
terapi regenerasi tulang alveolar akan diberikan secara lokal dan sistemik
untuk membandingkan dan mengetahui efek terapi yang paling efektif pada
kasus Rattus norvegicus yang telah diinduksi LPS (periodontitis). Indikator
yang digunakan adalah jumlah dan diferensiasi sel odontoblas yang akan
dievaluasi secara histopatologi anatomi (HPA).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara
lokal maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada
Rattus norvegicus yang diinduksi LPS?
2. Diantara terapi lokal dan sistemik, manakah yang paling efektif sebagai
terapi regenerasi tulang alveolar menggunakan ekstrak Aloe chinensis
Baker pada Rattus norvegicus yang dinduksi LPS?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui potensi ekstrak Aloe chinensis Baker sebagai terapi
regenerasi tulang alveolar pada Rattus norvegicus yang diinduksi LPS.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan efektifitas terapi regenerasi tulang alveolar secara
lokal maupun sistemik menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada
Rattus norvegicus yang diinduksi LPS.
2. Mengetahui efek terapi regenerasi tulang alveolar yang paling efektif
menggunakan ekstrak Aloe chinensis Baker pada Rattus norvegicus yang
dinduksi LPS.
1.4 Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan berupa artikel ilmiah dan/atau paten.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk
pengembangan penelitian selanjutnya di bidang kedokteran gigi, khususnya
tentang terapi regenerasi tulang alveolar; meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lidah buaya, dan meningkatkan
budidaya dan pemanfaatan lidah buaya sebagai kekayaan alam Nusantara.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periodontitis
Periodontitis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada jaringan
periodontal termasuk gingiva, ligamen periodontal, tulang, dan sementum. Hal
ini mengakibatkan interaksi antara biofilm plak yang berakumulasi pada
permukaan gigi dan host ditandai dengan hilangnya jaringan ikat, resopsi
tulang alveolar, dan pembentukan poket periodontal (Gehrig dan Willman,
2008). Kerusakan jaringan pendukung gigi (jaringan periodontal) dalam
jangka panjang menimbulkan defek tulang dalam tiga tipe kerusakan yaitu
defek infraboni (vertikal), defek supraboni (horizontal), dan defek inter-
radikular (furkasi) (Cortellini dan Tonneti, 2008).
2.2 Lipopolisakarida (LPS)
LPS adalah struktur utama bakteri Gram negatif dalam membangun
integritas struktural bakteri dan melindungi bakteri dari pertahanan imunitas
host (Murray dan Wilton, 2003). LPS mempunyai aktivitas biologis yang
berperan pada patogenesis penyakit periodontal (Fine et. al., dalam
Kusuawardani, 2005). LPS dapat meningkatkan akses ke jaringan gingiva,
mengawali dan menimbulkan inflamasi yang menyebabkan produksi sitokin
pro inflamatori dengan kadar tinggi sehingga terjadi destruksi jaringan ikat,
ligamen periodontal, dan resorpsi tulang alveolar (Roelan, 2002).
2.3 Perawatan Periodontitis
Perawatan periodontitis meliputi terapi non bedah dan terapi bedah
yang bertujuan untuk mengeliminasi infeksi dan inflamasi untuk mencapai
jaringan periodontal yang sehat (McDonnell and Mills, 2004). Terapi non
bedah berupa kontrol diet, skeling, dan penghalusan akar, koreksi restoratif
dan prostetik, ekskavasasi karies dan restorasi, terapi antimikroba dan oklusal,
minor orthodontic movement, splinting, dan protesa. Terapi bedah berupa
pocket reduction surgery dan koreksi anatomi morfologi (Carranza, 2006).
2.4 Terapi Regenerasi
Tujuan utama dari terapi periodontal adalah regenerasi jaringan
periodontal yang rusak akibat periodontitis, karena secara histologis jaringan
yang terbentuk adalah jaringan yang fungsional. Penyembuhan jaringan
periodontal regeneratif terjadi melalui pembentukan periodonsium baru yaitu
pembentukan tulang alveolar, ligamen periodontal yang fungsional dan
sementum baru. Indikator proses regenerasi tulang adalah meningkatnya
diferensiasi dan jumlah sel tulang (sel osteoblas) (Baghban, Dehghani, dan
Ghanavati, 2009).
3
2.5 Rute Pemberian Obat (Routes of Administration)
Rute pemberian obat dibagi menjadi dua, yaitu terapi lokal dan terapi
sistemik. Terapi sistemik adalah jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah, sedangkan terapi lokal adalah efek obat yang bekerja
setempat seperti salep atau gel (Anief, 1990).
Efek sistemik dapat diperoleh dengan cara:
1. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
2. Parenteral dengan cara intravena, intramuskuler, dan subkutan
3. Inhalasi langsung ke dalam paru-paru
Efek lokal dapat diperoleh dengan cara:
1. Intraokular, intranasal, aural, dengan diteteskan pada mata, hidung, telinga
2. Intrarespiratoral, berupa gas masuk paru-paru
3. Rektal, uretral, dan vaginal, dengan jalan memasukkan ke dalam dubur,
saluran kencing, dan kemaluan wanita, obat meleleh atau larut pada
keringat badan atau larut dalam cairan tubuh
2.6 Aloe chinensis Baker
Berikut taksonomi tanaman lidah buaya jenis Aloe chinensis: (Aguilar, 1999)
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Aloe
Spesies : Aloe chinensis Baker Gambar 1. Aloe chinensis Baker
Jenis lidah buaya yang banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya
Kalimantan Barat, merupakan lidah buaya dari jenis Aloe chinensis. Tanaman
ini berdaun tebal dan banyak mengandung air dengan duri-duri lunak pada
tepi daun serta tersusun roset. Tanaman ini memiliki bunga merah dan
perakaran yang tipis Tanaman ini tumbuh dengan baik di lahan gambut sekitar
khatulistiwa dapat dijadikan sebagai komoditas utama di Indonesia jika
pemanfaatannya dapat dimaksimalkan (Syukur, 2007).
2.7 Komposisi Kimia Aloe chinensis Baker
Aloe chinensis Baker mengandung zat aktif acetylated mannosa
(acemannan) yang merupakan polisakarida terbesar untuk meningkatkan
pembentukan serat kolagen tipe 1 dan sebagai imunostimulator untuk
meningkatkan respon imun T-helper1 (Th1) sebagai pertahanan terhadap
patogen intraseluler seperti virus, bakteri dan parasit (Wiedosari, 2007).
Penelitian lain oleh Jittapiromsak et al. juga menyatakan acemannan dapat
menstimulasi ekspresi bone morphogenic protein-2 pada jaringan periodontal
yang terbukti mampu meregenerasi tulang alveolar.
4
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen murni (true
experimental design) secara in vivo menggunakan rancangan randomized post
test only controlled group design.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah hewan model tikus strain wistar jantan yang
diinduksi periodontitis menggunakan LPS E. Colli 5 μg/0,05 ml PBS
(Indahyani, 2007) selama lima hari lalu diberikan perlakuan masing-masing
sesuai kelompok selanjutnya dibedah pada hari ke-13.
Kriteria inklusi:
1. Tikus berbulu putih, sehat, bergerak aktif, dan tingkah laku normal.
2. Berat rata-rata 200-250 gram
Kriteria eksklusi:
1. Tikus yang selama penelitian tidak mau makan
2. Tikus yang kondisinya menurun atau mati selama penelitian berjalan
Pada penelitian ini, dilakukan pengulangan bagi tiap kelompok untuk
mencegah terjadinya bias. Jumlah pengulangan menggunakan rumus Federer
sebagai berikut: (n-1) (t-1) ≥ 15 ; dengan t = jumlah kelompok = 5 ; n =
jumlah sampel ; (n-1) (5-1) ≥ 15 = 4 (n-1) ≥ 15 = n ≥ 19/4 = 4,75 ∞ 5.
Penelitian ini dilakukan pada 8 kelompok perlakuan dengan dua rute
pemberian obat yaitu lokal dan sistemik, tiap kelompok perlakuan terdiri dari
lima ekor, sehingga total sampel penelitian sejumlah 40 ekor.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Kelompok 1: kelompok kontrol negatif yaitu hewan coba yang tidak diinduksi
periodontitis dan tanpa diberi perlakuan.
Kelompok 2: kelompok kontrol positif yaitu hewan coba diinduksi LPS E.
Colli tanpa diberi perlakuan.
Kelompok 3: kelompok perlakuan A yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 200
mg/KgBB secara per oral (sistemik).
Kelompok 4: kelompok perlakuan B yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 400
mg/KgBB secara per oral (sistemik).
Kelompok 5: kelompok perlakuan C yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker 800
mg/KgBB secara per oral (sistemik).
5
Kelompok 6: kelompok perlakuan D yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi
70% secara injeksi interdental (lokal).
Kelompok 7: kelompok perlakuan E yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi
85% secara injeksi interdental (lokal).
Kelompok 8: kelompok perlakuan F yaitu hewan coba diinduksi LPS E. Colli
dan diberi perlakuan ekstrak Aloe chinensis Baker konsentrasi
100% secara injeksi interdental (lokal).
Variabel tergantung adalah jumlah dan diferensiasi sel odontoblas dari
hasil uji histopatologi anatomi (HPA) dilihat pada hari ke-13.
3.4 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah laboratorium biokimia
FKUB, laboratorium PA FKUB dan laboratorium farmakologi FKUB.
3.5 Definisi Operasional
Ekstraksi : kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair.
LPS : endotoksin, sebuah molekul berukuran besar yang mengandung
lipid dan karbohidrat yang dapat menginduksi periodontitis.
Per oral : memasukkan ekstrak Aloe chinensis Baker menggunakan sonde
gastric sehingga langsung masuk ke lambung (terapi sistemik).
Injeksi : menginjeksi ekstrak Aloe chinensis Baker pada sulkus gingiva
interdental menggunakan jarum insulin 30G pada daerah kasus (terapi lokal).
3.6 Alur Kerja Penelitian
6
3.7 Alat dan Bahan
Bahan penelitian yaitu pytosome ekstrak Aloe chinensis Baker,
ketamin (40 mg/kg BB), povidone iodine 10% 50 cc, alkohol dengan
konsentrasi bertingkat, formalin 10%, etanol 70%, xylol, air serta EDTA 10%.
Alat penelitian diantaranya kandang, tempat minum, sekam dan
tepung, spuit 1 ml, 3 ml, dan 5 ml untuk anastesi, cincin elsastik, sonde
gastric, benang wol, cincin besi, alat bedah minor, sterofoam, neraca analitik,
pipet tetes, mikropipet 10-100 µl dan 200-1.000 µl beserta tipnya, maserator,
termometer, oven, kertas saring, rotary evaporator, rotary microtome,
mikroskop, botol bertutup, tabung organ, object glass, blok parafin lunak
maupun keras, dan alat uji HPA.
3.8 Prosedur Penelitian
1. Perawatan Tikus sebagai Hewan Coba
Tikus wistar jantan datang di laboratorium, kemudian ditimbang
dilanjutkan dengan adaptasi selama satu minggu. Hewan coba
dimasukkan ke dalam kandang berukuran 30x20x20 cm, setiap kandang
berisi dua hewan coba. Hewan coba diberikan makanan standard dan
diberi minuman air setiap hari.
2. Pembuatan Simplisia Lidah Buaya (Aloe chinensis Baker)
Tanaman lidah buaya segar dipanen, kemudian disortasi basah, dicuci
bersih, dikeringkan menggunakan oven. Setelah kering, simplisia disortasi
kering kemudian dioven pada suhu 600C selama 48 jam dan dihaluskan
hingga menjadi serbuk (Chippada et. al., 2011)
3. Ekstraksi Lidah Buaya
Setiap 100 mg serbuk simplisia Aloe chinensis Baker dimasukkan ke
dalam botol 25 ml. Kemudian setiap sampel ditambahkan etanol teknis 10
ml dan dicampur dalam maserator dengan pengadukan pelan selama 30
menit pada awal perendaman. Campuran dalam maserator disimpan
selama 4 hari dengan sering dilakukan pengadukan. Setelah itu, filtrat
disaring dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator (suhu 800C)
(George et. al., 2009).
4. Induksi Periodontitis
Terlebih dahulu hewan coba dilakukan anestesi dengan ketamin. Infeksi
pada jaringan periodontal dilakukan dengan induksi LPS E. Coli. LPS
disuntikan pada sulkus gingiva gigi insisif pertama kanan rahang bawah
bagian labial dengan dosis 5 μg/0,05 ml PBS menggunakan jarum insulin
30G sebanyak 0,02 ml, 1 kali sehari selama 5 hari (Indahyani, 2007).
5. Pemberian Perlakuan
Pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dilakukan pada hari ke-6 setelah
dilakukan induksi LPS selama 5 hari. Cara pemberian ekstrak Aloe
chinensis Baker dibagi menjadi dua, yaitu rute sistemik dan rute lokal.
7
Rute sistemik dilakukan dengan menggunakan sonde gastric dan dibagi
dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok A 200 mg/KgBB, kelompok B 2
400 mg/KgBB, dan kelompok C 800 mg/KgBB. Rute lokal dilakukan
dengan menggunakan jarum insulin 30G tepat pada sulkus gingiva yang
sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli. Kelompok perlakuan rute lokal
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok D konsentrasi 70%,
kelompok E konsentrasi 85%, dan kelompok F konsentrasi 100%. Semua
perlakuan dilakukan setiap hari sampai hari ke-10 dan masing-masing
dosis diberikan sebanyak 2 cc untuk rute sistemik dan 0,02 cc untuk rute
lokal per hewan coba dalam sehari. 6. Pembedahan Tulang Alveolar Mandibula
Pembedahan dilakukan pada hari ke-11. Pertama hewan coba diberi
anastesi total ketamin (40 mg/kg BB) kemudian dilakukan pemotongan
mandibula tikus Wistar dengan melakukan insisi dari sudut mulut ke arah
posterior sampai rahang bawah terlepas dari tengkorak, selanjutnya
dimasukkan kedalam larutan fiksasi yaitu formalin 10% dan EDTA 10%
untuk mendekalsifikasi jaringan. Jasad tikus wistar kemudian dikuburkan
dengan layak.
7. Pembuatan Preparat Jaringan Keras Gigi dan Tulang Mandibula
Jaringan tulang mandibula dan gigi diambil melalui pembedahan tikus
wistar. Pembuatan preparat jaringan menggunakan metode parrafin.
Jaringan tulang mandibula dan gigi difiksasi dengan menggunakan larutan
formalin 10 % selama sehari semalam (24 jam) kemudian dilanjutkan
dengan tahap pencucian menggunakan air minimal 1,5 jam. Selanjutnya
dilakukan proses dekalsifikasi menggunakan EDTA 10 % selama 14 hari.
Kemudian dilakukan dehidrasi dengan merendam jaringan pada alkohol
dengan konsentrasi 30%, 50%, 70%, 85%, 95% dengan masing-masing
selama 30 menit. Setelah itu dilakukan clearing dengan xilol 2x selama 1
jam kemudian proses infiltrasi dengan paraffin lunak pada suhu 42o-46
oC
selama 2 x 1 jam. Lalu dimasukkan pada blok parafin hasil embedding
pada penjepit (block holder) mikrotom dengan ukuran tertentu Irisan
jaringan diambil dengan kuas dan dimasukkan ke dalam air pada suhu 38-
40°C. Irisan yang terentang sempurna diletakkan pada obyek glass.
Selanjutnya dikeringkan dan diletakkan di atas hot plate 38-40°C sampai
kering dan melekat erat. Jaringan yang berada di gelas objek dimasukkan
ke dalam xylol selama 3x5 menit.
8. Pewarnaan Hematoksilin-Eosin
Pertama pemberian Haris Hematoxilen selama 15 menit, lalu ditetesi
alkohol asam selama 3-10 detik dilanjutkan dengan pemberian larutan
amunium selama 3-10 detik. Kemudian diberi counter staining selama
15-20 detik dilanjudkan dengan dehidrasi pada alkohol bertingkat.
Terakhir pemberian xilol selama 5 menit dan mounting menggunakan
8
entelan kemudian pengamatan dilakukan dengan menggunakan
mikroskop (Rrosen. 2008) .
9. Pemeriksaan Sediaan Histopatologis
Mengamati jaringan gigi khususnya pada pulpa melihat proliferasi dan
diferensiasi sel odontoblas pada preparat di mikroskop. Analisis
histopatologi subyektif menggunakan mikroskop kamera dp 40.
Parameter berikut dianalisis: perbandingan banyaknya proliferasi dan
diferensiasi sel odontoblas.
3.9 Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Hasil pengukuran hewan coba kontrol maupun perlakuan dianalisa
secara statistik dengan menggunakan program SPSS 17,0 for Windows XP
dengan tingkat signifikansi 0,05 (p=0,05) dan taraf kepercayaan 0,95%
(α=0,05). Langkah-langkah uji hipotesis komparatif dan korelatif adalah uji
normalitas data, uji homogenitas varian, uji One-Way ANOVA, Post Hoc Test,
dan uji korelasi Pearson (Dahlan, 2004).
BAB 4
HASIL YANG DICAPAI
4.1.Ekstraksi Lidah Buaya
Serbuk lidah buaya yang didapatkan sebanyak 400 gr. Kemudian setiap 100
mg serbuk simplisia Aloe chinensis Baker dimasukkan ke dalam botol 25 ml.
Kemudian setiap sampel ditambahkan etanol teknis 10 ml dan dicampur
dalam maserator dengan pengadukan pelan selama 30 menit pada awal
perendaman. Campuran dalam maserator disimpan dan dilakukan
pengadukan selama 4 hari. Setelah itu, filtrat disaring dan pelarut diuapkan
dengan rotary evaporator (suhu 800C) . Hasil ekstraksi didapatkan 3 dosis
yang berbeda sebanyak masing-masing 25ml.
4.2.Induksi Periodontitis
Terlebih dahulu hewan coba dilakukan anestesi dengan ketamin. Hewan coba
kemudian diinduksi LPS E. Coli pada sulkus gingiva gigi insisif pertama
kanan rahang bawah bagian labial dengan dosis 5 μg/0,05 ml PBS
menggunakan jarum insulin 30G sebanyak 0,02 ml. Induksi dilakukan selama
5 hari.
4.3.Pemberian Perlakuan
Pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dilakukan pada hari ke-6 setelah
dilakukan induksi LPS selama 5 hari. Pemberian ekstrak Aloe chinensis
Baker dibagi menjadi dua, yaitu rute sistemik dengan menggunakan sonde
gastric dan rute lokal dengan menggunakan jarum insulin 30G tepat pada
sulkus gingiva yang sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli. Kelompok
perlakuan rute sistemik ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: kelompok A
200 mg/KgBB, kelompok B 2 400 mg/KgBB, kelompok C 800 mg/KgBB
9
dan yang sebelumnya telah diinduksi LPS E. Coli kelompok C 4 gr/200 gram
BB. Sedangkan kelompok perlakuan rute lokal dibagi dalam tiga kelompok,
yaitu: kelompok D konsentrasi 70%, kelompok E konsentrasi 85%, dan
kelompok F konsentrasi 100%. Semua perlakuan dilakukan setiap hari sampai
hari ke-10 (lokal) dan hari ke-12 (sistemik). Masing-masing dosis diberikan
sebanyak 2 cc untuk rute sistemik dan 0,02 cc untuk rute lokal per hewan
coba sekali per harinya.
4.4.Pembedahan Tulang Alveolar Mandibula
Pembedahan dilakukan pada hari ke-11 dengan membeda tikus sebanyak 40
ekor. Pertama hewan coba diberi anastesi total ketamin (40 mg/kg BB)
kemudian dilakukan pemotongan mandibula tikus Wistar dengan melakukan
insisi dari sudut mulut ke arah posterior sampai rahang bawah terlepas dari
tengkorak, selanjutnya dimasukkan kedalam larutan fiksasi yaitu formalin
10% dan EDTA 10% untuk mendekalsifikasi jaringan. Jasad tikus kemudian
dikuburkan dengan layak.
4.5 Pembuatan Preparat Jaringan Keras Gigi dan Tulang Mandibula
Jaringan tulang mandibula dan gigi dimasukkan pada blok parafin hasil
embedding pada penjepit (block holder) mikrotom dengan ukuran tertentu
Irisan jaringan diambil dengan kuas dan dimasukkan ke dalam air pada suhu
38-40°C. Irisan yang terentang sempurna diletakkan pada obyek glass.
Selanjutnya dikeringkan dan diletakkan di atas hot plate 38-40°C sampai
kering.
4.6 Pewarnaan Hematoksilin-Eosin
Prosedur pertama adalah pemberian Haris Hematoxilen selama 15 menit, lalu
ditetesi alkohol asam selama 3-10 detik dilanjutkan dengan pemberian larutan
amunium selama 3-10 detik. Kemudian diberi counter staining selama 15-20
detik dilanjudkan dengan dehidrasi pada alkohol bertingkat. Terakhir
pemberian xilol selama 5 menit dan mounting menggunakan entelan
kemudian pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop (Rrosen,
2008) .
4.7 Pemeriksaan Sediaan Histopatologis
Mengamati jaringan gigi khususnya pada pulpa melihat proliferasi dan
diferensiasi sel odontoblas pada preparat di mikroskop. Analisis histopatologi
subyektif menggunakan mikroskop kamera dp 40. Parameter berikut
dianalisis: perbandingan banyaknya proliferasi dan diferensiasi sel
odontoblas.
4.8. Analisis Data
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker dengan rute lokal lebih efektif
dibandingkan pemberian dengan rute sistemik.
10
4.9 Presentase Hasil Keseluruhan Target Kegiatan
No Kegiatan Target Proporsi Ketercapaian
1. Persiapan laboratorium, alat dan bahan 9 % 9 %
2. Pembuatan ethical clearance 5 % 5 %
3. Pembuatan ekstrak Aloe chinensis 15 % 15 %
4. Pengadaptasian mencit 7 % 7 %
5. Induksi periodontitis 14 % 14 %
6. Perlakuan hewan coba 12 % 12 %
7. Pembedahan mandibula 7 % 7 %
8. Perendaman jaringan dan pembuatan
preparat 8 % 8%
9. Pewarnaan HE dan pemeriksaan HPA 7 % 7%
10. Pengamatan sel odontoblas 5 % 5%
11. Pengumpulan data 3 % 3%
12. Analisa data 3 % 3%
13. Penarikan kesimpulan 2 % 2%
14 Laporan Akhir 3 % 3%
Total 100% 100%
POTENSI HASIL
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk
pengembangan penelitian selanjutnya di bidang kedokteran gigi, khususnya
tentang terapi regenerasi tulang alveolar; meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan masyarakat dalam pemanfaatan lidah buaya, dan meningkatkan
budidaya dan pemanfaatan lidah buaya sebagai kekayaan alam Nusantara.
BAB 5 PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak Aloe chinensis Baker mampu meregenerasi tulang alveolar pada
tikus wistar jantan yang diinduksi lipopolisakarida dilihat dari
peningkatkan jumlah sel osteblas.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sel osteoblas dengan
varian dosis ekstrak Aloe chinensis Baker. Dosis yang menunjukkan
peningkatan jumlah sel osteoblas yang paling signifikan adalah dosis 100
% dengan pemberian secara lokal.
Berdasarkan kekurangan yang ada pada penelitian ini, maka perlu diadakan
penelitian yang lebih lanjut sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker
dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab periodontitis secara
mikrobiologi.
11
2. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian ekstrak Aloe chinensis Baker
pada kasus periodontitis yang ada berkaitan erat dengan penyakit sistemik
tertentu (misalkan diabetes mellitus).
3. Perlu dilakukan penelitian efek pemberian Aloe chinensis Baker dalam
meregenerasi tulang alveolar dalam jangka waktu yang lebih panjang yaitu
14 hari, 30 hari, dan 60 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Baghban Aa, Dehghani A, Ghanavati F. 2009. Comparing Alveolar Bone
Regeneration using Bio-oss and Autogenous Bone Graft in Humas: A
Systemic Review and Meta-analysis. Iranian Endodontic Journal.
Carranza FA, Takei HH. Phase II Periodontal Therapy in: Newman MG,
Takei HH, Klokkevold PR. 2006. Carranza’s Clinical Periodontology
10th ed. Missouri: Saunders Elsevier.
Cortellini P, Tonetti M. 2008. Regenerative Periodontal Therapy. UK:
Balckwell Munksgarrd.
Dinas Kesehatan Kota Malang. 2009. Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas
Tahun 2009. Tidak Diterbitkan.
Gehrig JSN, Willman DE. 2008. Foundation Periodontist for The Dental
Hygienist. Tokyo: Wolters Kluwer.
Indonesia D. Survey Kesehatan Nasional 2011. 2012. Laporan SKRT 2011:
Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Laine ML, Crielaard W, Loos BG. 2012. Genetic Susceptibility to
Periodontitis.
Mc Donnell HT, Shlossman M, Budding LM. 2004. Periodontal Disease and
NIDDM in Pima Indians. Diabetes Care.
Murray, JA., Wilton JMA. 2003. LPS from Periodontal Pathogen P.
gingivalis Prevents Apoptosis of HL60-Derived Neutrophils in Vitro. J
Infect Immun; 71(12): 7232-7235.
Syukur C, Hernani. 2007. Budi Daya Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.
Tjay, Tan Hoan dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT
Gramedia
12
LAMPIRAN
PENGGUNAAN DANA
Bulan Februari 2015
Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01-02-15 Iuran kelompok @300.000 1.500.000
02-02-15 Peminjaman pada pihak lain 4.000.000
02-02-15 Pembelian handscone, masker,
kapas, 94.500
02-02-15 Pembelian spuit insulin 42.000
02-02-15 Pembelian spuit 5 cc 10.000
02-02-15 Pembelian alkohol, aquadest 10.000
02-02-15 Pembelian cover glass 20.000
02-02-15 Pembelian centrifuge tube 15.000
02-02-15 Pembelian materai 7.000
02-02-15 Pembelian pulsa @20.000 107.500
03-02-15 Pembelian LPS e-colli Sigma 4.000.000
04-02-15 Pembelian serbuk lidah buaya dan
determinasi 585.000
04-02-15 Pembuatan ekstrak lidah buaya 400.000
05-02-15 Print dan fotocopy proposal 36.500
08-02-15 Pembelian map 3.000
10-02-15 Print dan fotocopy proposal 8.000
23-02-15 Dana talangan Universitas 2.500.000
25-02-15 Pembelian ATK dan logbook 29.500
26-02-15 Print dan fotocopy proposal 5.600
Total Rp.2.626.400 Rp.5.373.600
BulanMaret 2015
Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01-03-15 Debit Bulan Februari 2.626.400
04-03-15 Pembelian tikus 1.680.000
11-03-15 Pembelian handscone dan masker 62.000
11-03-15 Pembelian air mineral 5.000
16-03-15 Print etik 9.500
25-03-15 Print 12.400
v
25-03-15 Fotocopy 18.800
26-03-15 Pembelian botol organ dan alkohol
70% 60.000
26-03-15 Jilid proposal 12.000
Total Rp. 766.700 Rp. 1.859.700
Bulan April 2015
Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01-04-15 Debit Bulan Maret 766.700
01-04-15 Iuran kelompok @200.000 1.000.000
06-04-15 Pembelian handscone dan syringe 45.000
09-04-15 Pembelian antiseptik 20.000
11-04-15 Pembelian formalin 35.000
17-04-15 Pembayaran Lab Farmakologi 1.265.000
Total Rp 401.700 Rp.1.365.000
Bulan Mei 2015
Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01-05-15 Debit Bulan April 401.700
04-05-15 Print dan Jilid 13.500
08-05-15 ATK 13.500
Total Rp 373.700 Rp.27.000
Bulan Juni 2015
Tanggal Uraian Kegiatan Debit (Rp) Kredit (Rp)
01-06-15 Debit Bulan Mei 373.700
04-06-15 Urunan kelompok 1.500.000
08-06-15 Peminjaman pada pihak lain 1.700.000
10-06-15 Pembayara Lab PA (40 slide) 3.400.000
Total Rp 173.700 Rp.3.400.000
vi
BUKTI-BUKTI PENDUKUNG KEGIATAN
Persiapan Penelitian
Determinasi Aloe Chinensis Baker Keterangan Laik Etik
Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya
Serbuk Lidah Buaya Pembuatan ekstrak lidah buaya
Ekstrak Lidah Buaya (lokal) Ekstrak Lidah Buaya (sistemik)
Adaptasi Hewan Coba
vii
Hewan Coba Pembuatan Makanan Hewan Coba
Penggantian Sekam Kelompok hewan coba
Induksi LPS Pemberian ekstrak rute lokal
Pemberian ekstrak rute sistemik Pembedahan mandibula (1)
Pembedahan mandibula (2) Pembedahan mandibula (3)
viii
Fiksasi mandibula Jasad hewan coba
Pewarnaan HPA Pembacaan Slide
(A) Kelompok A: Ekstrak Aloe
chinensis Baker 200 mg/KgBB
. (B) Kelompok B: Ekstrak Aloe chinensis
Baker 400 mg/KgBB.
(C) Kelompok C: Ekstrak Aloe
chinensis Baker 800 mg/KgBB.
(D) Kelompok Ekstrak Aloe chinensis
Baker 70%
D
ix
(E) Ekstrak Aloe chinensis Baker
85%
(F) Ekstrak Aloe chinensis Baker 100%
(G) Kontrol positif
(H) kontrol negatif
Analisis Data
1. Rute Lokal
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlah osteoblas kelompok D .197 5 .200* .943 5 .685
kelompok E .198 5 .200* .957 5 .787
kelompok F .136 5 .200* .987 5 .967
kontrol (-) .258 5 .200* .902 5 .419
kontrol (+) .215 5 .200* .901 5 .415
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
jumlah osteoblas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.158 4 20 .111
ANOVA
jumlah osteoblas rute lokal
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9543.440 4 2385.860 313.105 .000
Within Groups 152.400 20 7.620
Total 9695.840 24
x
G
H
F E
Correlations
kelompok jumlah osteoblas
kelompok Pearson Correlation 1 .974**
Sig. (2-tailed) .000
N 15 15
jumlah osteoblas Pearson Correlation .974** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Rute Sistemik
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
jumlah osteoblas kelompok A .110 5 .200* 1 00 5 1 00
kelompok B .212 5 .200* .932 5 .613
kelompok C .243 5 .200* .922 5 .544
kontrol (-) .258 5 .200* .902 5 .419
kontrol (+) .215 5 .200* .901 5 .415
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variances
jumlah osteoblas rute sistemik
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.597 4 20 .669
ANOVA
jumlah osteoblas rute sistemik
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 10002.160 4 2500.540 144.540 00
Within Groups 346 00 20 17.300
Total 10348.160 24
Correlations
kelompok jumlah osteoblas
kelompok Pearson Correlation 1 .933**
Sig. (2-tailed) 00
N 15 15
jumlah osteoblas Pearson Correlation .933** 1
Sig. (2-tailed) 00
N 15 15
**. Correlation is significant at the 0 1 level (2-tailed).
xi