lap.kasus kpd

28
BAB I STATUS PASIEN Identitas Pasien : Nama : Ny. SD Usia : 24 tahun Nama Suami : Tn. HS Usia : 25 tahun Alamat : Simpang Rambutan, Tungkal Ulu MRS : 27 Desember 2010, jam 21.10 wib Keluhan Utama : Keluar air-air dari kemaluan sejak ± 6 hari SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang : Os rujukan dari PKM Suban, dengan keterangan G1P0A0 Gravida 40-41 minggu dengan gagal induksi, partus tak maju dan KPD ± 18 Jam, di puskesmas sudah diberikan terapi Drip oxitocin dlm RL tetapi tidak didapatkan keterangan jumlah Kolf drip yang telah diberikan dan tidak didapatkan keterangan mengenai partus tak maju yang ditegakkan di puskesmas. Os datang dengan keluhan keluar air-air yang banyak sejak ± 6 hari SMRS, air yang keluar berwarna putih keruh. Os merasa nyeri di bagian perut yang menjalar ke pinggang. Keluar lendir + 1

Upload: dewi-zul

Post on 03-Jul-2015

1.389 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lap.kasus KPD

BAB I

STATUS PASIEN

Identitas Pasien :

Nama : Ny. SD

Usia : 24 tahun

Nama Suami : Tn. HS

Usia : 25 tahun

Alamat : Simpang Rambutan, Tungkal Ulu

MRS : 27 Desember 2010, jam 21.10 wib

Keluhan Utama : Keluar air-air dari kemaluan sejak ± 6 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os rujukan dari PKM Suban, dengan keterangan G1P0A0 Gravida 40-41 minggu

dengan gagal induksi, partus tak maju dan KPD ± 18 Jam, di puskesmas sudah

diberikan terapi Drip oxitocin dlm RL tetapi tidak didapatkan keterangan jumlah

Kolf drip yang telah diberikan dan tidak didapatkan keterangan mengenai partus

tak maju yang ditegakkan di puskesmas. Os datang dengan keluhan keluar air-air

yang banyak sejak ± 6 hari SMRS, air yang keluar berwarna putih keruh. Os

merasa nyeri di bagian perut yang menjalar ke pinggang. Keluar lendir + darah ±

6 hari SMRS. Riwayat jatuh (-), riwayat koitus (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Hipertensi (-), DM (-), Asma (-), PJK (-), Malaria (-)

Riwayat Obstetri :

G1 P0 A0

HPHT : 1 8– 03 – 2010

TP : 25 – 12 – 2010

UK : 40 – 41 minggu

1

Page 2: Lap.kasus KPD

Siklus haid 28 hari, lama haid 4-5 hari.

Minum obat-obatan/jamu (-), Merokok (-), Minum alkohol (-), Hewan peliharaan

tidak ada.

Riwayat TT lengkap.

Kenaikan BB selama hamil 4 Kg.

Pemeriksaan Fisik :

TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,4 oC

Nadi : 84x/I BB : 49 Kg

RR : 20x/I TB : 155 cm

Mata : cloasma gravidarum (-), konjungtiva anemis -/-, skelra ikterik -/-,

RC +/+

Leher : DBN

Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung : murmur -, gallop -

Abdomen : inspeksi : striae +

Ekstremitas : oedema (-)

Status Obsterikus :

Leopold I : TFUt : 32 cm, teraba bagian lunak (bokong)

Leopold II : teraba bagian besar (punggung) di kiri, dan bagian kecil

(ekstremitas) di kanan

Leopold III : teraba bagian keras, bulat (presentasi kepala)

Leopold IV : masuk PAP 2/5

DJJ : 170x/i

HIS : 2 x 10’/20”

TBJ : 3255 gram

PD : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep, penurunan kepala

HII-III.

2

Page 3: Lap.kasus KPD

Pemeriksaaan Penunjang :

Laboratorium : WBC : 13,6 x 103/mm3

RBC : 3,92 x 106/mm3

Hb : 8,8 g/dl

Ht : 26,9 %

PLT : 284.103/mm3

USG : -

Diagnosis :

Ibu : G1 P0 A0, gravida 40-41 minggu, inpartu, Kala 1 fase aktif, dengan KPD ±

+ Gagal induksi + partus tak maju

Bayi : JTH, intra uterin, pres.kep + gawat janin

Prognosis :

Ibu : dubia at bonam

Bayi : dubia at malam

Penatalaksana :

Jam 21.30 Lapor dr. Panggayuh, Sp.OG Advice :

- Tidur miring kiri

- O2 6 liter/ menit

- IVFD Drip defenitip Syntocinon ½ ampul dlm RL 1 kolf 8-40 gtt

- Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr

- Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang

- obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ

- obs KU dan TTV

3

Page 4: Lap.kasus KPD

Follow Up :

28-12-2010 Jam 21.30 KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/i, RR : 24x/i, S :

36,2 oC

DJJ : 170x/menit His 3 x 10’/ 20’’

VT : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep,

penurunan kepala HII-III

Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gawat janin + gagal

induksi + partus tak maju

Tidur miring kiri

O2 6 liter/ menit

Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr

Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang

obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ

obs KU dan TTV

01.30. KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/i, RR : 24x/i,

S : 36,2 oC

DJJ : 150x/menit His 3 x 10’/ 20’’

VT : Portio tipis, Ø 9 cm, ketuban kering, pres.kep,

penurunan kepala HII-III

Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gagal induksi + partus

tak maju

Obs. HIS, DJJ & Kemajuan persalinan

Drip Kolf 1 habis, lapor dr.panggayuh advice :

sambung drif Kolf II syntocinon 1 ampul dalam RL 1

Kolf 20-40 gtt,

Injeksi antibiotik teruskan

Os menolak di drip, karena tidak tahan sakit, os minta

di SC.

Karena menolak di drip IVFD RL 20 tetes/menit

4

Page 5: Lap.kasus KPD

Jam 05.30. KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 84x/i, RR : 24x/i,

S : 36,2 oC

DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 20’’

VT : Ø 9-10 cm, ketuban kering, pres.kep, penurunan

kepala HII-III

Dx : Inpartu Kala I fase Aktif + gagal induksi + partus

tak maju

Lapor dr. panggayuh, Sp. OG advice :

Tunggu Ø lengkap persalinan pervaginam

Jam 07.00 Os minta di SC karena sudah capek dan tidak punya

tenaga lagi

KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,

S : 36,4 oC

DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 25’’

VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan

kepala HII-III

Dx : inpartu kala II

Os dipimpin mengedan 5 kali selama 2 jam

Jam 09.15 KU : sedang, TD : 120/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,

S : 36,4 oC

DJJ : 148x/menit His 3 x 10’/ 25’’

VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan

kepala HIII

Dx : Kala II lama

Lapor dr. panggayuh, Sp. OG advice :

Vacum ekstraksi bila kepala turun HIII+

Jam 09.30 KU : sedang, TD : 130/80 mmHg, N : 82x/i, RR : 24x/i,

S : 36,4 oC

DJJ : 150x/menit His 4 x 10’/ 45’’

VT : Ø lengkap, ketuban kering, pres.kep, penurunan

kepala HIII+

5

Page 6: Lap.kasus KPD

Dx : Inpartu kala II lama

vacum ekstraksi dimulai oleh dr. Fitri

Jam 09.55 bayi lahir secara vacum, segera menangis JK: Laki-laki,

BBL : 3200 gram, PBL : 50 cm A/S : 7/8 KWH kental,

Kaput (+) Bayi rawat PRT

Injeksi Syntocinon 1 ampul

Jam 10.05 Adanya semburan darah Tiba-tiba, tali pusat

memanjang

Lakukan PTT, Plasenta + selaput janin lahir spontan

lengkap

Injeksi methergin 1 ampul

Jam 10.15 Kontraksi uterus Baik, perineum episiotomi

Hetting perineum HC VIII

IVFD RL + piton 1 ampul + metergin 1 ampul 20

tetes/menit dalam 24 jam

Pasang DC menetap 24 jam

PO : Ciplofloxacine 3x500mg, As.Mefenamat

3x500mg,

Moloco B 12 2x1

2 jam Post Partum Os pindah bangsal

29-12-2010 Jam 09.00 Nyeri Luka jahitan

KU sedang, TD 110/70 mmHg, S : 36ºC N : 80x/menit

Post partum Hari ke 2

Mobilisasi

Kontrol jahitan

Bledder training

Therapi oral teruskan

Os pulang Atas Permintaan Sendiri

Laporan Vacum ekstaksi :

Ibu ditidurkan di meja gynekologi

6

Page 7: Lap.kasus KPD

Kandung kemih dikosongkan

Drip Oksitocin 1 ampul 30 tetes/menit

Dilakukan episiotomi mediolateral, dipasang cup vacum, diberikan

tekanan 0,2 , 0,4 , 1,6 mmH2O cup vacum lepas 1 kali

Jam 09.55 bayi lahir JK : laki-laki BBL : 3200 gram, PBL : 50 cm, A/S

7/8, KWH, Kaput (+)

Jam 10.05 plasenta + selaput janin lahir spontan lengkap

KU ibu post vacum baik

Therapi :

IVFD RL + piton 1 ampul + metergin 1 ampul 20 tetes/menit

dalam 24 jam

Pasang DC menetap 24 jam

PO : Ciplofloxacine 3x500mg, As.Mefenamat 3x500mg, Moloco B

12 2x1

7

Page 8: Lap.kasus KPD

BAB II

ANALISA KASUS

1. Apakah Diagnosis Pasien ini sudah tepat ?

Diagnosis Ketuban Pecah dini pada pasien ini sudah tepat karena :

didapatkan :

primigravida, ketuban pecah spontan dan diikuti dengan tanda-tanda

persalinan, ketuban pecah ± 6 hari sebelum inpartu, dan ketuban pecah

sebelum pembukaan serviks 3 cm

Dalam Literatur, KPD bila ketuban pecah sebelum pembukaan servik pada

primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang dari 5 cm.2-4

Diagnosis gawat janin pada pasien ini karena DJJ 170x/menit, dari VT : ketuban

kering.

Dalam Literatur Diagnosis gawat janin saat persalinan didasarkan pada denyut

jantung janin yang ab-normal (kurang dari 100 per menit atau lebih dari 160 per

menit. Air ketuban hijau kental.. Diagnosis lebih pasti jika disertai air ketuban

hijau dan kental/ sedikit.

Diagnosis gagal induksi dan partus tak maju pada kasus ini didasarkan keterangan

dari puskesmas yang merujuk bahwa pasien di puskesmas gagal induksi sudah

diberikan terapi Drip oxitocin dlm RL tetapi tidak didapatkan keterangan jumlah

Kolf drip yang telah diberikan dan tidak didapatkan keterangan mengenai partus

tak maju yang ditegakkan di puskesmas.

8

Page 9: Lap.kasus KPD

2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat ?

Penatalaksanaan pada pasien ini belum tepat, karena pada kasus ini diberikan

terapi :

- Tidur miring kiri

- O2 6 liter/ menit

- IVFD Drip defenitip Syntocinon ½ ampul dlm RL 1 kolf 8-40 gtt

- Inj. Cefotaxim 3 x 1 gr

- Tranfusi PRC 1 Kolf Jam 00.00 tranfusi Kolf 1 terpasang

- obs.kemajuan persalinan, HIS, DJJ

- obs KU dan TTV

Dari literatur pengelolaan gawat janin adalah1,2,4:

Untuk memperbaiki aliran darah uterus dilakukan :

Miringkan ibu ke sebelah kiri untuk memperbaiki sirkulasi plasenta

Hentikan infus oksitosin (bila sedang diberikan) Untuk memperbaiki

hipotensi ibu (setelah pemberiab anastesi epidura) segera berikan infus 1

liter kristaloid (larutan Ringer)

Kecepatan infus cairan-cairan intravaskular hendaknya dinaikkan untuk

meningkatkan aliran darah arteri uterina.

Untuk memperbaiki aliran darah umbilikus ubah posisi ibu seperti yang

tersebut diatas

Beri ibu oksigen dengan kecepatan 6-8 liter/menit

Perlu kehadiran seorang dokter spesialis anak

Biasanya resusitasiintrauterine tersebut dilakukan selama 20 menit

Tergantung pada terpenuhinya syarat-syarat, melahirkan janin dapat

pervaginam ataupun perabdominam.

3. Mengapa terjadi gawat janin ?

Gawat janin terjadi pada kasus ini disebabkan oleh :

Partus kering, Dari VT didapatkan air ketuban kering

9

Page 10: Lap.kasus KPD

Dalam literatur disebutkan : Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena

partus lama, Infuse oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu

diabetes, kehamilan pre dan posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini harus segera

dideteksi dan perlu penanganan segera.

KESIMPULAN

Diagnosa pasien ini adalah:

G1P0A0 gravida 40-41 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD +

gagal induksi + partus tak maju, JTH intra uterine preskep + gawat janin

Diagnosis pasien ini sudah tepat karena

1. KPD : primipara ketuban pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm

2. Gagal Induksi : keterangan dari puskesmas yang merujuk sudah di drip

oksitosin

3. Partus tak maju : Keterangan dari puskesmas yg merujuk

4. Gawat janin : DJJ 170x/menit

Dari diagnosis di atas seharusnya pada kasus ini dilakukan SC Cyto, pada

karena alasan :

1. Gawat janin

2. Gagal induksi

3. Partus tak maju

Pada kenyataannya pada pasien ini tidak dilakukan SC Cyto,

kesimpulannya penanganan pada kasus ini tidak tepat.

Prognosis janin pada kasus ini adalah jelek karena setiap kasus yang harus

ditangani secara cyto menandakan bahwa prognosisnya jelek.

10

Page 11: Lap.kasus KPD

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan

ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan

organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel

amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu

hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5

liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5

liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen

dari seluruh volume dalam tiap jam. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir

kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan,

sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).1,2

Ada bermacam-macam batasan, teori dan definisi mengenai KPD.

Beberapa penulis mendefinisikan KPD yaitu apabila ketuban pecah spontan dan

tidak diikuti tanda-tanda persalinan, ada teori yang menghitung beberapa jam

sebelum inpartu, misalnya 1 jam atau 6 jam sebelum inpartu. Ada juga yang

menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala I, misalnya ketuban pecah

sebelum pembukaan servik pada primigravida 3 cm dan pada multigravida kurang

dari 5 cm.2-4

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut.

Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat

berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah

kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :2,4

1. Serviks inkompeten (leher rahim yang lemah), kanalis sevikalis yang

selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,

curetage).

2. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh

beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya

11

Page 12: Lap.kasus KPD

KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena

biasanya disertai infeksi.

3. Kelainan letak, misalnya letak lintang, sungsang, sehingga tidak ada

bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP

(sepalo pelvic disproporsi).

5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban

dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.

(Amnionitis/ Korioamnionitis).

6. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan

genetik).

7. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase

laten

a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi

b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa

menimbulkan morbiditas janin.

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena diagnosa

yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu

awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya

diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai

resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh

karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD ditegakkan

dengan cara :4

1. Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak

secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga

diperhatikan warna, keluanya cairan tersebut tersebut his belum teratur atau

belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

12

Page 13: Lap.kasus KPD

2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila

ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini

akan lebih jelas.

3. Pemeriksaan dengan spekulum.

pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari

orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus

uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan manuver

valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari

ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

4. Pemeriksaan dalam

Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.

Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan,

pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu

diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari

pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina

yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.

Pemeriksaan dalam vagina hanya dillakaukan kalau KPD yang sudah dalam

persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit

mungkin.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboraturium

Pemeriksaan darah, yakni leukosit untuk mendeteksi adanya tanda infeksi,

leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3). Cairan

yang keluar dari vagina juga perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan

pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin

juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan

kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.

b. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru

menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah

dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.

13

Page 14: Lap.kasus KPD

c. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek

dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran

daun pakis.

d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam

kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.

Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion.

Beberpa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD

keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian

infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan

permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin

muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya.4

Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan

dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan

dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit

ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi

persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.2,4

Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.

Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun

pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya

sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian

antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan

pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah

terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam.4

Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera

diberikan atau ditunggu samapai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi

inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD

dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus

tindakan dapat dikurangi.4

14

Page 15: Lap.kasus KPD

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat

terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan

komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi

yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi

semakin kepanjangan (his kurang kuat).

Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio

sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25µg- 50 µg intravaginal tiap 6 jam

maksimal 4 kali, bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan

persalinan diakhiri.

Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score

jika > 5 induksi dapat dilakukan,

sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri

persalinan dengan seksio sesaria.1,2

Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD :

1. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia,

atonia), sepsis cepat (karena daerah uterus dan intramnion memiliki

vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.

2. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.3

15

Page 16: Lap.kasus KPD

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka sarwono

Prawiroharjo. 2008

2. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Ilmu Kebidanan, edisi 4, Cetakan Kedua, Jakarta,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009

3. Cunningham FG, Gant F.G, et all, William Manual of Obstetrics, 21st Edition

Boston, McGraw Hill, 2003.

4. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 1, Jakarta, EGC, 2004.

5. Smith Joseph.F., Premature Rupture of Membranes, di unduh dari :

http://www.chclibrary.org/micromed/00061770. Di akses pada tanggal 30 juni

2010.

16

Page 17: Lap.kasus KPD

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan

RahmatNya pula saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini. Adapun penulisan

laporan kasus ini berjudul ”Ketuban Pecah Dini” yang merupakan bagian dari

tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD

Raden Mattaher Jambi..

Ucapan terima kasih saya kepada : dr. Hanif M Noor, Sp. OG selaku

pembimbing yang telah memberikan arahan hingga terselesaikan penulisan

Laporan Kasus ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan Laporan Kasus ini.

Saya menyadari Laporan Kasus ini masih banyak kekurangan, untuk itu

saya mohon kritik maupun saran yang bersifat membangun. Sebagai penutup

semoga kiranya Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi kita khususnya dan

kepada dunia kesehatan pada umumnya.

Wasalammualaikum Wr. Wb

Jambi, 4 Januari 2011

Penulis

17

Page 18: Lap.kasus KPD

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB LAPORAN KASUS .......................................................................................... 1

BAB II ANALISA KASUS …………………………………………........................ 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

18

Page 19: Lap.kasus KPD

LAPORAN KASUS

KETUBAN PECAH DINI

Pembimbing :

dr. Hanif M Noor, Sp.OG

Oleh :

Afriska Norma Utama, S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN OBSTETRI GYNEKOLOGI RSUD RADEN MATTAHER / FK. UNJA

2011

19

Page 20: Lap.kasus KPD

20