lapkas tht ella
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapkasTRANSCRIPT

TELINGA DALAM
ANATOMI
Telinga Dalam merupakan bagian dari struktur pendengaran dan
keseimbangan. Bagian dalam dari Nervus Kranial VII dan Nervus Kranial VIII
keluar dari rongga dekat pertengahan penduncles cellebelar. Saraf masuk ke
bagian dalam kanal telinga melalui akustikus porus. Penampang telinga dalam
dapat dibagi menjadi empat kuadran, masing-masing kuadran tersebut terdapat
saraf. Krista falciformis membagi dua kuadran atas dari dua kuadran yang lebih
rendah. “Bar Bill’s” membagi kuadran menjadi anterosuperior dan
posterosuperior kuadran. Pada kuadran anterosuperior terdapat nervus fasialis.
Namun tidak dapat tervisualisasi dalam bagian telinga dalam oleh CT Scan namun
dapat terlihat jelas pada MRI. Pada kuadran anteroinferior terdapat saraf koklea.
Pada kuadran posterosuperior terdapat bagian superior dari saraf vestibuler. Pada
kuadran posteriorinferior terdapat bagian inferior dari saraf vestibuler. Saraf
vestibuler terdapat di bagian belakang dari nervus fasialis dan nervus koklea.
Kalimat “seven-up, coke down” mengingatkan kita pada letak dari nervus kranial
ke – VII (nervus fasialis) yang merupakan bagian superior dari nervus koklear.
Nervus yang terletak pada kuadran posterior mudah untuk dibagi karena terdapat
bagian superior dan inferior dari nervus vestibular itu sendiri. Potongan sagital
dan aksial T2 dengan resolusi tinggi ditunjukkan pada gambar berikut.
1

Gambar 1. A) Aksial T2-weighted. Gambar menunjukkan empat nervus pada kanal auditorius internal. Pada posisi gambar simetris, bagian kanan dari kanal auditory internal lebih tinggi dari bagian kiri. Oleh karena itu, kedua nervus yang memasuki bagian kanan dari kanal auditory internal adalah nervus fasialis dan nervus vestibular. Pada bagian kiri dari kanal auditory internal, nervus pada bagian anterior yang memasuki koklea adalah nervus koklea (tanda panah hitam) dan nervus pada bagian posterior yang masuk di koklea adalah bagian inferior dari nervus vestibuler (tanda panah putih). B) Potongan sagital-T2. Pada gambar memperlihatkan persilangan empat nervus. Bagian anterior dan superior adalah nervus fasialis (VII, panah). Bagian anterior dan inferior adalah nervus koklearis (CoN, tanda panah panjang). Bagian posterior dan superior adalah bagian superior dari nervus vestibular (SVN , panah bertanda hitam). Bagian posterior dan inferior adalah bagian inferor dari nervus vestibuler (IVN, tanda panah pendek)
Dalam setiap pembahasan mengenai anatomi dari telinga bagian dalam,
pemahaman mengenai pembagian endolimf dan perilimf sangat dibutuhkan.
Struktur yang terlihat pada CT Scan menunjukkan bagian kerangka tulang dari
sturuktur telinga bagian dalam. Membran pada telinga dalam merupakan struktur
yang paralel dengan tulang dan saluran “soft shell” (rumah siput). Oval window
dan bone window merupakan penghubung ke rongga perilimfatik.
Nervus koklearis berkembang dari ganglion spiralis yang terletak di dalam
modiolus koklea. Pada “imaging studies”, sangat penting untuk memeriksa
lingkaran koklea 2¼ ke 2½. Pada pencitraan axial, bagian dasar, pertengahan dan
atas koklea dapat diidentifikasi. Skala vestibuli koklea dimulai dari oval window,
membentuk lingkaran berputar hingga ke helicotrema pada bagian apex,
sedangkan bagian bawah dari lingkaran tersebut adalah skala timpani yang
berakhir di round window. Skala timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimf.
Ductus koklearis atau biasanya disebut skala media berada diantara skala vestibuli
dan skala timpani yang berakhir di helicotrema.
2
A B

Ductus koklearis merupakan bagian dari membran labirin yang berisi
cairan endolimf. Skala vestibuli, duktus koklearis, dan skala timpani tidak dapat
dibedakan dengan menggunakan CT Scan dan MRI tetapi mungkin dapat
dibedakan jika menggunakan MRI dengan resolusi yang sangat tinggi.
Bagian superior dan inferior dari nervus vestibuler menembus tulang
vestibuler dan sinaps dalam ganglion vestibuler. Utrikulus dan sakulus termasuk
dalam tulang vestibuler. Utrikulus dan sakulus merupakan struktur pengatur
keseimbangan yang disebut makula dimana dapat memberi stimulus mengenai
posisi kepala serta memberi informasi tentang kecepatan dan perlambatan.
Serabut saraf pada utrikulus dan sakulus berasal dari ganglion vestibuler.
Terdapat tiga kanalis semisirkularis yang berbentuk seperti tapal kuda:
bagian lateral, superior, dan posterior kanalis semisirkularis, yang akan bergabung
menjadi satu sumbu. Kanalis semisirkularis posterior dan anterior memberikan
gambaran “common cruz”. Oleh karena itu, hal ini membuktikan terdapat lima
saluran yang terhubung pada utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis terdapat
duktus semisirkularis yang merupakan bagian dari membran labirin yang
didalamnya mengalir perilimf. Setiap duktus semisirkularis mempunyai ampulla
yang mengandung krista ampullaris yang sensitif terhadap pergerakan kepala.
Serabut saraf ampullaris dari ampulla menuju ke ganglion vestibuler kanalis
semisirkularis superior yang menonjol ke arah pertengahan fosa kranialis.
Penonjolan tersebut disebut eminentia arkuata. Dalam beberapa kasus, jika terjadi
sesuatu dengan pembungkus tulang kanalis semisirkularis superior maka dapat
mengakibatkan suatu gangguan yang berhubungan dengan bunyi dan/atau vertigo.
Hal ini biasa terjadi karena tulang tersebut kecil dan pipih namun harus
melindungi sebagian besar bagian lateral dari kanalis semisirkularis lateral,
disamping dapat menjadi penghubung terbentuknya fistula antara telinga tengah
dan telinga dalam.
Nervus fasialias merupakan rangkaian yang kompleks yang terdapat pada
struktur telinga dalam. Setelah keluar melalui meatus auditorius interna, nervus
fasialis berbelok kearah anteromedial dengan jarak yang dekat menuju ke
ganglion geniculata. Segmen pertama dari nervus fasialis disebut dengan segmen
3

labirin. Dari ganglion geniculata, rangkaian nervus fasialis berbalik arah ke
posterolateralis tepat dibawah kanalis semisirkularis lateral, hingga mencapai
genu posterior. Segmen kedua disebut segmen horisontal atau segmen timpani.
Dari genu posterior, nervus fasialis berbelok hampir 90º agak mengarah turun
kearah posterolateralis menuju ketempat berakhirnya perjalanan nervus fasialis.
Tempat ini diketahui sebagai segmen vertikal atau segmen mastoid dari nervus
fasialis. Nervus stapedius merupakan cabang dari segment mastoid nervus fasialis
yang menginvervasi muskulus stapedius. Pada percabangan korda timpani yang
merupakan bagian inferior dari segmen vertikal nervus fasialis yang melalui
kavum timpani, terletak persilangan dari manubrium maleus dan prosessus inkus.
Korda timpani menginervasi indra pengecapan (lidah) dan submandibular serta
kelenjar sublingual. Segmen vertikal nervus fasialis keluar melalui foramen
stylomastoideus yang terletak antara prossessus styloideus dan ujung dari mastoid,
selanjutnya nervus tersebut masuk ke glandula parotid.
Koklea aqueduct merupakan saluran yang menghubungakan koklea
dengan rongga intrakranial subarakhnoid. Saluran ini tampak seperti versi “mini”
dari meatus auditori internal, tetapi terletak di bagian kaudal. Koklea aqueduct
berhubungan dengan skala vestibuli, skala timpani, kanalis semisirkularis
termasuk perilimf. Fungsi dari koklea aqueduct belum diketahui secara pasti
hingga saat ini, namun koklea aqueduct dapat menjadi rute yang potensial untuk
penyebaran infeksi meningitis ke telinga dalam.
Vestibular aqueduct merupakan saluran yang menghubungkan rongga
cerebral subarakhnoid dengan telinga dalam. Saluran ini terletak sejajar dengan
kanalis semisirkularis dan hampir tegak lurus dengan meatus auditori internal.
Saluran ini merupakan perpanjangan dari pars petrosa yang letaknya horisontal
dengan bagian bawah dari duktus yang berisi endolimf. Vestibular aqueduct
termasuk dalam duktus endolimfatik. Diameter maksimal dari vestibular aqueduct
adalah kira-kira berdiameter 1,5 mm yang merupakan batas tengah antara
common cruz dan celah pada tulang di vestibular aqueduct.
4

PATOLOGI
Kelainan yang dapat ditemukan dalam pencitraan telinga dalam dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel . Abnormalitas dari telinga tengah
Abnormalities
Congenital
Meatus auditory
internaPenyempitan
Tulang labirin
Michel (aplasia labirin)
Mondini (Perkembangan yang tidak
komplit dari koklea)
Common Cavity
Aplasia/Hipoplasia Koklea
Displasia/Aplasia Kanalis
Semisirkularis
Sindrom Pembesaran dari Vestibular
Aqueduct
Membran LabirinScheibe
Alexander
Otodystrophies
Otosklerosis/otospongiosis
Fenestral
Retrofenestral
Paget’s
Displasia fibrosa
Osteopetrosis
Osteogenesis Imperfecta
Massa Schwannoma Intralabirin
Schwannoma Nervus Fasialis
Hemangioma
5

Tumor duktus endolimfatikus
Metastase Tumor
InflamasiLabirinitis dan Osifikasi Labirinitis
Postradiation Labyrinithis
Trauma Fraktur/Pneumolabyrynth
Pada penyempitan dari Meatus Auditori Internal (MAI) kasus tuli sensorineural
kongenital sering tidak terdapat nervus koklea (Gambar 2). Potongan Oblique
Sagital dari MRI resolusi tinggi dapat mengevaluasi ada tidaknya serta kegunaan
nervus koklea dalam MAI.
A. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital dari tulang labirin menunjukkan gambaran
abnormalitas tulang karena tidak berkembangnya tulang tersebut.
Perkembangan telinga dalam berpisah dari perkembangan telinga luar dan
tengah, sehingga malformitas telinga dalam tidak berhubungan dengan
malformitas telinga luar dan tengah. Namun terpisahnya perkembangan
6
Gambar 2. Penyempitan dari Meatus Auditory Internal (MAI). Pada CT Scan terlihat bagian tulang dari anak perempuan dengan tuli sensorineural kongenital dimana terdapat penyempitan dari meatus auditory internal. Pada kasus ini (jika terdapat hasil MRI) sangat sering terdapat nervus fasialis yang melewati MAI namun nervus tidak terdapat nervus vestibuler dan koklea.

tersebut tidaklah mutlak, pada beberapa kasus malformasi telinga dalam dapat
terjadi bersamaan dengan malformasi telinga tengah dan telinga luar.
Deformitas michel adalah bentuk aplasia komplit dari labirin. Dalam
pencintraan, tidak terlihat struktur normal dari telinga dalam. Pada
malformasi mondini, terdapat ketidaklengkapan pada dinding koklea, hanya
terdapat 1½ lingkaran koklea dimana lingkaran tengah dan atas dari koklea
saling bertemu menjadi satu bagian. Lingkaran bawah dari koklea terlihat
normal. Suatu rongga besar terbentuk dari koklea, vestibuler, dan kanalis
semisirkularis (Gambar 3). Pada displasia dan aplasia kanalis semisirkularis,
satu atau dapat pula seluruh kanalis semisirkularis kemungkinan abnormal.
Kanalis semisirkularis lateralis berkembang setelah kedua kanalis
semisirkularis lainnya terbentuk normal, perkembangan abnormal ini dapat
berpengaruh pada perkembangan kanalis semisirkularis secara keseluruhan.
Hal ini awalnya berpengaruh pada kanalis semisirkularis superior atau
posterior kemudian kanalis semisirkularis lateral. Syndrome vestibular
aqueduct enlarged (Gambar 4) adalah kelainan pencitraan yang paling sering
didapatkan pada tuli sensorineural pada masa pertumbuhan atau anak-anak.
Sindrom ini sering terjadi pada pertengahan antara permulaan aqueduct yang
menuju subarachnoid dan common cruz. Diameter vestibuler aqueduct
seharusnya tidak lebih dari 1,5 mm. Perbandingan diameter dengan lebar dari
kanalis semisirkularis lateral mungkin berguna, karena normalnya sama atau
vestibular aqueduct lebih kecil. Kadang-kadang vestibular aqueduct terlihat
normal di CT Scan, namun pada MRI dapat terlihat pambesaran dari saluran
endolimfatik. Vestibuler aqueduct yang besar biasanya berhubungan dengan
kelainan pada koklea, terutama jika terdapat defisiensi dari modiolus.
7

8
Gambar 3. Common Cavity. Pada potongan aksial CT Scan terlihat rongga pada tulang dimana koklea, vestibuler, dan kanalis semisirkularis “menyatu” menjadi suatu rongga.
Gambar 4. Sindrom pembesaran vestibuler aqueduct pada penderita laki-laki 40 tahun dengan tuli sensorineural bilateral. A) Potongan axial CT Scan terlihat rongga pada tulang temporal kanan dimana terlihat pembesaran vestibular aqueduct (tanda panah hitam) maupun defisiensi dari modiolus koklear. B) Tulang temporal kiri juga memperlihatkan hal yang sama namun dengan kelainan yang tidak terlalu parah. Vestibular ditandai dengan tanda V.
A B

B. Otosklerosis
Otosklerosis dibagi dalam 2 tipe, yaitu:
1. Fenestral otosklerosis – Fenestral otosklerosis (Gambar 5) adalah bentuk
dan tergabungnya oval window dan bagian kaki dari stapes yang paling
sering terjadi. Pada pencitraan yang paling sering ditemui adalah
penipisan tulang yang hampir tidak terlihat pada dinding anterior dari
oval window. Penipisan ini mengganti tulang yang normal dangan tulang
yang terspongiosis. Kelainan abnormal tulang hingga mencapai bagi kaki
dari stapes. Akhirnya, jaringan sklerosis berkembang pada pertemuan
dari stapes dan oval window. Pada kelainan ini timbul tuli konduktif.
2. Retrofelestral otosklerosis – Retrofenestral otosklerosis (Gambar 6)
biasanya disebut dengan otosklerosis koklear dan menimbulkan tuli
sensorineural atau tuli campuran. Pada CT-Scan, cincin yang berkilau
yang mengelilingi koklea merupakan karakteristik dari penyakit ini. Pada
MRI, kelainan tulang memperlihatkan intensitas signal dari T2-weighted
images dan peningkatan postgadolinium.
9
Gambar 5. Fenestral Otosklerosis. Potongan axial dari CT Scan memperlihatkan rongga pada tulang dimana terjadi penipisan dari tulang bagian lateral dari koklea dan bagian anterior dari vestibular. Oval window ditandai dengan (*) sebagai bagian crura dari stapes (tanda panah putih)

C. Schwannomas
Schwannomas dapat terbentuk dalam labirin, pada tempat yang paling sering
di MAE. Schwannomas dapat timbul dalam vestibula atau koklea (Gambar 7)
atau sepanjang nervus fasial (Gambar 8). Schwannomas nervus fasialis
cenderung terbentuk di ganglion geniculata. Kadang-kadang bertumbuh
secara signifikan dan mengarah ke dalam fossa kranial dan menyerang ke
otak.
D. Hemangioma Tulang Temporal
Hemangioma pada tulang temporal merupakan jenis tumor jinak (benign)
yang cenderung terbentuk disepanjang nervus fasial dan juga dalam MAE.
Terbentuknya tulang spicules dan lainnya disebut ossifying hemangioma.
Pada CT-Scan, pembesaran fokal pada nervus fasialis dan kalsifikasi irreguler
atau osifikasi tulang menunjukkan terdapatnya lesi ini. Pada MRI, lesi ini
sangat khas berupa lesi yang terang pada T2-weighted images dan
meningkatkan postgadolinium.
E. Endolymphatic Sac Tumors
Endolymphatic sac tumors (Gambar 10) tumbuh dari duktus endolimphatic,
kantong atau keduanya dan mengikis dengan agresif sehingga terjadinya
perubahan bentuk tulang sepanjang bagian posterior dari pars petrosa dan
kapsul otic. Hal ini dapat menyebabkan kelainan pada struktur telinga dalam
dimana terbentuk fistula dan sering terjadi perdarahan. Lesi ini bersifat
heterogen pada MRI dan memperlihatkan aliran yang menyolok dan
peningkatan yang nyata. Peningkatan insiden dari lesi ini terlihat dalam von
hippel-lindau syndrome.
10

11
Gambar 6. Retrofenestral Otosklerosis. Potongan axial CT Scan memperlihatkan tulang yang rapuh (panah hitam) terletak di sekitar koklea. Kelainan dapat terjadi pada tulang yang berdekatan dengan oval window (kepala panah hitam)
Gambar 7. Schwanomma di vestibuler seorang laki-laki dengan tuli sensorineural akut telinga kanan. Postgadolinium T1-weighted image dengan saturasi memperlihatkan massa dari vestibuler (tanda panah) dengan penambahan jaringan pada kanalis semisirkularis. Pertimbangan letak pada gambar ini adalah diantara intralabirin schwannoma versus labirinitis. Setelah dilakukan follow up selama beberapa bulan, lesi tersebut semakin bertumbuh dan intralabirin schwannoma nantinya harus dilakukan penanganan operatif.
Gambar 8. Schwanomma nervus fasialis. Potongan axial postgadolinium T1 – weighted image dengan saturasi memperlihatkan massa pada Meatus Akustikus Internal (MAI) dan juga sepanjang bagian horizontal (segment timpani) dan CN VII (panah putih). MAI sebelah kanan yang normal (dua tanda panah yang kecil) dan dapat dibandingkan.

12
A B
C
Gambar 9. Hemangioma pada wanita 40 tahun dengan spasme hemifasial sebelah kanan. Postgadolinium coronal T1 – weighted image menunjukkan pertumbuhan massa yang cepat pada bangian ganglion geniculata hingga ke bagian pertengahan fossa kranial. Bagian duramater utuh dan tidak terdapat kerusakan/kelainan pada otak. Diagnosa hemangioma baru dapat ditegakkan pada saat operasi berlangsung.
Gambar 10. Endolimfatik sac tumor. A) Potongan axial CT Scan pada bone window terlihat lesi yang dekstruktif (tanda panah) pada pertengahan bagian posterior pars petrosa, pengikisan dari capsul otic dan penyebaran lesi ke telinga tengah dan mastoid. IAC, Meatus Akustikus Internal; V, Vestibula. B) Potongan axial T2 – weighted image pada pasien yang sama menunjukkan lesi yang heterogen dengan hiperintensitas predominan. Beberapa signal yang terlihat berbentuk linear dan saling berurutan menunjukkan pembesaran pembuluh darah dan pada beberapa tempat menunjukkan fragmen tulang. Cairan dapat ditemukan pada bagian lateral rongga mastoid. C) Potongan axial T1 – weighted dengan saturasi menunjukkan lesi yang heterogen, berlobus pada tulang temporal (panah) dengan daerah yang mempunyai signal intrinsik pada perdarahan dan yang dipenuhi dengan protein. Gambar ini adalah pregadolinium image. Tidak terdapatnya signal yang menandakan perdarahan hemoragik dengan saturasi memperlihatkan tidak adanya lemak walaupun dengan intensitas yang tinggi. Peningkatan lesi pada postgadolinium (seharusnya tidak telhat) pada pertengahan lesi dapat terlihat.

F. Penyebaran Perineural
Penyebaran perineural dari tumor malignancy parotid sepanjang nervus
fasialis (Gambar 11) merupakan hal yang sangat penting untuk diidentifikasi
pada pasien biasanya terdapat massa pada kelenjar parotid tapi, pada beberapa
kasus hanya fasial palsy atau bahkan dapat terbentuk massa pada telinga
tengah dan dalam.
G. Inflamasi dan Infeksi
Inflamasi dan proses infeksius pada telinga dalam dapat diklasifikasi menurut
asal dan penyebabnya: tympanogenic, meningogenic, hemitogenic, autoimun
atau post-traumatik. Pada labirinitis tympanogenic, proses inflamasi dari
telinga tengah dapat menyebar secara langsung ke telinga dalam, biasanya
menyerang oval dan round window. Infeksi dapat menyebar pula pada fistula
dan sering terdapat pada kanalis semisirkularis lateral. Labirinitis jenis
tympanogenic biasanya unilateral.
Meningogenic labirinitis biasanya bilateral dimana pada kasus ini organisme
dan sel inflamatory masuk ke telinga dalam melalui meatus auditory interna
dan koklear aqueduct. Patogen yang sering menyebabkan hematogenik
labirinitis adalah mumps dan measles. Kasus ini terjadi bilateral. Labirinitis
13
Gambar 10. Penyebaran Perineural pada adenokarsinoma parotid. Potongan koronal postgadolinium T1 – weighted images dengan saturasi menunjukkan penebalan asimetris dan pertumbuhan sepanjang segmen mastoid dari nervus fasialis (tanda panah putih). Bagian kiri nervus fasialis normal dan hampir tidak terlihat (kepala panah warna putih)..

akut diidentifikasi dengan MRI jika terdapat perubahan intensitas signal dari
cairan telinga dalam, perubahan dari struktur telinga dalam, atau keduanya.
Labirinitis dapat menandakan intensitas dari peningkatan T1 – weighted
images hingga peningkatan kandungan protein pada membran labirin serta
perdarahan karena inflamasi tersebut. Postgadolinium terbentuk dari
peningkatan kontras yang khas hingga ke labirin, yang berlangsung
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Pregadolinium T1 – weighted
images sangat membantu dalam menentukan hipersensitivitas yang terlihat
pada postgadolinium T1-weighted images yang berupa perdarahan dan
kelainan dimana terbentuknya massa pada intralabirin. Jika tidak terdapat
kelainan yang terlihat pada pregadolinium T1 – weighted images serta
peningkatan signifikan dari postgadolinium diharapkan untuk melakukan
follow up study agar memastikan pasien tidak menderita intralabirin
schwanomma akut. Labirinitis dapat mengakibatkan terbentuknya sklerosis
dari tulang labirin yang disebut labirinitis osificans (Gambar 12). Labirinitis
juga dapat disebabkan oleh radioterapi dan non-infeksious lainnya (Gambar
13).
H. Penyimpangan dari nervus fasialis
Terkadang penyimpangan dari nervus fasialis terjadi di telinga dalam. Kasus
ini sering ditemukan pada atresia auditus bagian luar, namun dapat terjadi
karena suatu keadaan sindrom malformasi. Pengetahuan mengenai nervus
fasialis sangat penting untuk rencana preoperatif.
I. Fraktur tulang petrosus
Fraktur tulang petrous dapat membahayakan struktur telinga bagian dalam
dimana dapat mengganggu rangkaian osiccular. Pada CT Scan kepala pasien
trauma, adanya cairan dalam rongga udara mastoid menunjukkan fraktur
tulang temporal juga begitu juga terdapat pneumocephlus yang berdekatan
dengan rongga udara mastoid. CT Scan seharusnya lebih sensitif terhadap
trauma pada pasien dengan fraktur tulang temporal. Dalam beberapa kasus,
frank pneumolabyrinth mungkin dapat terlihat (Gambar 13)
14

15
Gambar 11. Osifikasi labirinitis. A) Potongan axial CT Scan pada bone window memperlihatkan osifikasi dan oleh karena itu visualisasi pada pertengahan dan bagian atas koklea (tanda panah). B) Potongan axial T2 – weighted image pada pasien yang sama memperlihatkan tidak terdapatnya cairan pada bagian tengah dan bagian atas dari koklea (tanda panah merupakan indikasi posisi yang diharapkan) konsistensi dengan osifikasi. Terdapat penyempitan bagian bawah, tapi masih terdapat cairan dibawahnya. Informasi yang jelas mengenai ruangan berisi cairan dapat diperoleh melalu MRI. Hal ini dapat berguna untuk indikasi dilakukan implantasi koklea.
Gambar 12. Radiasi pada labirinitis. Seorang pasien dengan tuli bilateral yang mendapatkan terapi radiasi 10 tahun sebelum terjadi perlekatan dari medulablastoma pada bagian posterior tulang. Postgadolinium T1 – weighted images dengan saturasi memperlihatkan perkembangan yang tidak terkontrol dari koklea telinga dalam (ditandai dengan kepala panah) dan intensitas perkembangan dari koklea telinga kiri (kepala panah).

16
Gambar 13. Fraktur. Potongan axial CT Scan bone window menunjukkan fraktur melintang yang melintasi vestibuler dan diakibatkan oleh pneumolabirin. Frakturnya juga melintang pada karotid (kepala panah hitam) oleh karena itu diduga terdapat kelainan pada vaskularisasi. ICA, arteri karotid injury. V, Vestibular