lapkas stroke berulang

54
LAPORAN KASUS STROKE BERULANG INFARK CAROTIS KIRI PEMBIMBING: dr. H. DENNY RAHARJONO, Sp.S Disusun Oleh: Hardiansa Timori 10310167 Eliza Muthiara Nuur 10310129 Yuliasti Wiranti 103103 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SARAF

Upload: davin-nata

Post on 08-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: LAPKAS Stroke Berulang

LAPORAN KASUS

STROKE BERULANG INFARK CAROTIS KIRI

PEMBIMBING:

dr. H. DENNY RAHARJONO, Sp.S

Disusun Oleh:

Hardiansa Timori 10310167

Eliza Muthiara Nuur 10310129

Yuliasti Wiranti 103103

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SARAF

RSUD CIAMIS

Page 2: LAPKAS Stroke Berulang

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : Ny. K

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Menikah

Tanggal masuk : 27 Juli 2015

Tanggal Periksa : 27 Juli 2015

II. Anamnesis

a. Keluhan Utama

Lemah kaki dan tangan kanan

b. Keluhan Tambahan

Nyeri kepala, bicara pelo.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Ciamis

pukul 10.00 WIB diantar oleh keluarganya dengan keluhan tangan

dan kaki kanan lemas dan bicara pelo. Keluhan dirasakan pasien

secara tiba-tiba ketika pasien sedang beraktivitas menyiram

tanaman. Satu hari sebelumnya pasien juga mengeluhkan nyeri

kepala yang dirasakan berdenyut. Tidak ditemukan mual dan

Page 3: LAPKAS Stroke Berulang

muntah, telinga berdenging (-), penglihatan ganda (-), BAB dan

BAK dalam batas normal.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya pasien pernah mengalami kejadian yang

serupa pada 5 tahun yang lalu.

mempunyai riwayat hipertensi (+) tapi tidak terkontrol.

Riwayat penyakit jantung (-), Diabetes melitus (-), nyeri

dada (-).

e. Riwayat penyakit Keluarga

Ibu pasien pernah mengalami sakit yang serupa .

f. Riwayat Pengobatan

Pasien sempat melakukan pengobatan .

g. Riwayat Kebiasaan

Riwayat merokok dimulai pada umur 9 tahun, sehari pasien

menghabiskan 5 batang rokok, dan belum berhenti merokok hingga

sekarang, pola makan menyukai makanan yang asin-asin dan

bersantan. Mengkonsumsi alkohol disangkal

h. Riwayat Trauma

Riwayat trauma disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign :

TD : 220/110 mmHg

Page 4: LAPKAS Stroke Berulang

Nadi : 88x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36.5oC

Status Generalisata

Kepala : Normocephali

Mata : Conjuntiva anemis : -/- . Sklera ikterik : -/-. Pupil

bulat isokor.

Leher : Tiroid tidak teraba membesar. KGB tidak teraba

membesar.

Thoraks : Simetris. Retraksi (-). Gerakan nafas tertinggal (-).

Paru : Suara nafas vesikuler kiri dan kanan, wheezing

(-/-) , rhonki (-/-)

Jantung : S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, lembut. Nyeri tekan (-). Bising usus (+) normal.

Ekstremitas : Edema (-)

Status Neurologis

- GCS : E4 M6 V5 : 15

- Kesadaran : Compos mentis

- Meningeal Sign :

o Kaku Kuduk : (-)

o Bruzinski I : (-)

o Bruzinski II : (-)

o Bruzinski III : (-)

o Bruzinski IV : (-)

o Kernig : (-)/(+ : 60° terbatas akibat nyeri)

Page 5: LAPKAS Stroke Berulang

- Rangsang Radicular :

o Lasique : (-)/(+ : 60° terbatas akibat nyeri)

o Braggard : (-/+)

o Patrick : (-/-)

o Kontra Patrick : (-/+)

- Nervus Cranial :

Nervus I : Dalam batas normal

Nervus II : Visus : Dalam batas normal

Lapang pandang : Dalam batas normal

Nervus III, IV, VI :

· Letak bola mata : Dalam batas normal

· Ptosis : (-)

· Diplopia : (-)

· Nistagmus : (-)

· Gerak bola mata

o Atas : Dalam batas normal

o Bawah : Dalam batas normal

o Lateral : Dalam batas normal

o Medial : Dalam batas normal

o Atas lateral : Dalam batas normal

o Atas medial : Dalam batas normal

o Bawahlateral : Dalam batas normal

o Bawah medial : Dalam batas normal

Nervus V :

· Menggigit : Dalam batas normal

· Membuka mulut : Dalam batas normal

· Sensibilitas

o R. Opthalmicus : Dalam batas normal

o R. Maksilaris : Dalam batas normal

o R.Mandibularis : Dalam batas normal

Nervus VII :

Page 6: LAPKAS Stroke Berulang

· Mengangkat alis : Dalam batas normal

· mengerutkan dahi : Dalam batas normal

· Memejamkan mata : Dalam batas normal

· Menyeringai : Simetris

Nervus VIII : Tidak dilakukan

Nervus IX, X :

· Disfagia : (-)

· Disfonia : (-)

· Posisi uvula : Simetris ditengah

· Refleks faring : Tidak dilakukan

Nervus XI :

· Mengangkat bahu : Dalam batas normal

· Menoleh : Dalam batas normal

Nervus XII :

· Tremor lidah : (-)

· Lidah mencong : (+) ke kanan

· Disartria : (-)

- Fungsi Motorik :

Simetris

Gerakan involunter (-)

Tonus otot :

N N

N N

Kekuatan otot :

2 5

3 5

- Fungsi Sensorik :

Sentuhan : Dalam batas normal

Nyeri : Dalam batas normal

Page 7: LAPKAS Stroke Berulang

Propioseptik : Dalam batas normal

- Refleks Fisiologis :

Bisep : (+)/(+)

Trisep : (+)/(+)

Patela : (+)/(+)

Achiles : (+)/(+)

- Refleks Patologis :

Babinski : -/-

Chaddock : -/-

Oppenheim : -/-

Schaefer : -/-

Rossolimo : -/-

- Fungsi luhur :

Berbicara : Dalam batas normal

Orientasi orang, waktu, tempat : Baik

- Fungsi vegetative :

BAK : Tidak ada kelainan

BAB : Tidak ada kelainan

IV. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Hematologi :

Hemoglobin : 13,3 g/dl

Hematokrit : 37,0 %

Leukosit : 13600/UL

Trombosit : 184000/UL

Kimia darah :

Page 8: LAPKAS Stroke Berulang

GDS : 125 mg/dl

Radiologi :

Rongent Vertebrae Lumbo-Sacral AP Lateral

Page 9: LAPKAS Stroke Berulang

V. Diagnosis

Radikulopati lumbal sinistra

VI. Penatalaksanaan

Infus Tridex 30 tetes/ menit

Provelyn 150 mg 2x1

Meloxicam 7,5 mg 2x1

Tramadol 3x1 tab

Paracethamol 3x1 tab

Omeprazole 1-0-1

Sulprom forte 2x1

VII. Prognosa

- Ad vitam : dubia ad bonam

- Ad sanationam : dubia ad bonam

- Ad fungsionam : dubia ad bonam

Page 10: LAPKAS Stroke Berulang

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Radikiulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan

gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang

dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan

bersifat dermatomal

Page 11: LAPKAS Stroke Berulang

Tulang Cervical

Page 12: LAPKAS Stroke Berulang

Tulang Thorakal

Tulang Lumbal

Page 13: LAPKAS Stroke Berulang

Gambaran Saraf Dermatom

Page 14: LAPKAS Stroke Berulang

B. Etiologi

Terdapat tiga faktor utama penyebab terjadinya radikulopati, yaitu

proses kompresif, proses inflamasi, dan proses degenerastif sesuai

dengan struktur dan lokasi terjadinya proses patologis.

1. Proses Kompresif

Kelainan-kelainan yang bersifat kempresi sehingga

mengakibatkan radikulopati adalah :

a. Hernated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus

b. Dislokasi traumatik

c. Faktur kompresif

d. Skoliosis

e. Tumor medulla spinalis

f. Neoplasma tulang

g. Spondilosis

h. Spondilolistesis dan Spondilolisis

i. Stenosis spinal

j. Spondilitis tuberkulosis

k. Spondilosis servikal

2. Proses Inflamasi

Kelainan-kelaianan inflamasi yang dapat mengakibatkan

radikulopati adalah :

a. Guillain-Barre Syndrome

b. Herpes Zoster

Page 15: LAPKAS Stroke Berulang

3. Proses Degeneratif

Kelianan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan

radikulopati adalah diabetes millitus.

C. Klasifikasi

1. Radikulopati Cervical

Radiculopati cervical umumnya dikenal dengan “saraf terjepit”

merupakan kompresi pada satu atau lebih radiks saraf pada

leher. Gejala pada radikulopati cervical seringnya disebabkan

oleh spondilosis servical.

2. Radikulopati Thoracal

Radikulopati thoracal merupakan bentuk yang relatif jarang

dari kompresi saraf pada punggung tengah, daerha ini

strukturnya tidak banyak membengkok seperti pada daerah

lumbal dan servical. Oleh karena itu, area thoraks lebih jarang

menyebabkan sakit pada spinal. Namun, kasus yang sering

ditemukan pada bagian ini adalah nyeri pada infeksi herpes

zoster.

3. Radikulopati Lumbal

Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada

daerah lumbal yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari

radiks saraf lumbal. Radikulopati sering juga disebut siatika.

Ppada radikulopati lumbal, keluhan nyeri punggung bawah

(low back pain) sering didapatkan.

Page 16: LAPKAS Stroke Berulang

D. Patofisiologi

1. Proses Kompresi pada Lumbalis Spinalis

- Pergerakan antara vertebrae L4-5 dan L5-S1 lebih leluasa

sehingga lebih sering terjadi gangguan. Vertebrae lumbalis

memiliki beban yang besar untuk menahan bagian atas

tubuh sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan

lunaknya lebih besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses

degenerasi dimulai pada usia lebih awal seperti pada masa

remaja dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti

protusi atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat

penting adalah arah protusi ke posterior, medial atau ke

lateral yang menyebabkan tarikan dan bahkan robekan

nukleus fibrosus,

- Protusi diskus proterolateral diketahui sebagai penyebab

kompresi dari radiks. Protusi diskus dapat menhenai semua

jenis kelamin dan berhubungan dengan riwayat trauma

sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif

dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi

malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi

penebalan dari ligamentum flavum.

- Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi

sepanjang vertebrae lumbalis, sehingga menyebabkan

kanalis menjadi tidak bulat dan membentuk :trefoil axial

shape”. Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan

proses penuaan. Stenosis kanalis bertebrae lumbalis sering

mengenai laki-laki pekerja usia tua.

Page 17: LAPKAS Stroke Berulang

- Sendi faset (facet joint), nukleus, dan otot juga dapat

mengalami perubahan degeneratif dengan atau tanpa

kelainan pada diskus.

a. Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau Herniasi

Diskus

Herniated nucleus pulposus atau herniasi diskus, disebut

juga ruptured, prolapsed atau protruded disc, diketahui

sebagai penyebab terbanyak back pain dengan nyeri tungkai

berulang. Herniasi nukleus merupakan tonjolan yang lunak,

tetapi suatu waktu mengalami perubahan menjadi

fibrokartilago, akhirnya menjadi tinjolan kalsifikasi. HNP

kebanyakan terjadi diantara vertebra L5-S1, jarang terjadi

pada L4-L5, L3-L4, L2-L3, L1-L2, dan vertebrae thorakal.

Frekuensi yang sering terjadi juga terjadi pada bertebrae

C5-C6 dan C6-C7 penyebab biasanya ialah trauma fleksi,

tetapi pada beberapa kasus bisa juga tanpa adanya trauma.

Penyebab lain adalah kefenderungan degenerasi diskus

intervertebralis, yang mana meningkat sesuai dengan

peningkatan umur, dapat mengenai daerah servikal dan

lumbal pada penderita yang sama

b. Dislokasi Traumatik

Pada trauma yang menumbulkan dislokasi dari sendi faset

bertebrae akan menumbulkan nyeri punggung yang hebat.

Keadaan ini akan menyebabkan penyempitan foramen

Page 18: LAPKAS Stroke Berulang

interbertebralis, sehingga radiks dan jaringan yang

berdekatan mengalami iritasi dan kompresi didalam

kanalisnya dengan gejala-gejala radikuler.

c. Fraktur Kompresif

Pada fraktur yang bersifat kompresi, bila terjadi penekanan

pada radiks atau penyempitan pada foramen intervertebralis

yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf akan

menimbulkan defisit neurologis.

d. Skoliosis

Skoliosis umumnya terjadi pada orang dewasa dengan

kuluhan utama nyeri punggung. Keadaan ini sering

berhubungan dengan lengkungan lumbal dan

torakholumbal. Nyeri tersebut disebabkan oleh adanya

proses degeneratif pada sendi faset lengkungan itu sendiri.

e. Tumor Medulla Spinalis

Tumor didarah lumbosakral dapat terjadi pada kasus

medularis dan kauca ekuina. Tumor yang tersering adalah

ependioma. Tumor ini berasal dari sel-sel ependim yang

terdapat pada konus medularis dan filum terminale. Tumor

ini timbul lambat, hanya sebagian kecil yang berasal dari

konus, sebagian bersarnya ialah berasal dari filum terminale

yang kemudian mengenai radiks saraf.

Page 19: LAPKAS Stroke Berulang

f. Neoplasma Tulang

Tumor ganas dapat meerupakan tumor primer dari tulang

ataupun sekunder dari hasil metastase dari tempat lain,

seperti kelenjar mamae, paru-paru, prostat, tiroid, ginjal,

lambung, dan uterus.

Tumor ganas primer yang sering ditemukan adalah multiple

myeloma yang menyerang dan merusak tulang terutama

pada laku-laki dewasa tua berusia 40 tahun. Dapat

menyebabkan kolaps bertebrae dengan keluhan pertama

ialah nyeri punggung.

Tumor ganas sekunder juga sering ditemukan pada

vertebrae, dapat merupakan tumor osteoblastik (metastasis

dari kelenjar mammae) atau osteolitik yang dapat berasal

dari kelenjar mammaer, paru-paru, ginjal dan tiroid.

g. Spondilosis

Spondilosis merupakan penyakit degeneratif pada tulang

belakang. Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan

degeneratif pada tulang belakang, yang terdiri dari dehidrasi

dan kolaps nukleus pulposus serta penonjolan kesemua arah

dari annlus fibrosus. Annulus mengalami kalsifikasi dan

perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus

vertebrae, membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan

penyempitan rongga intervertebralis, sendi intervertebralis

Page 20: LAPKAS Stroke Berulang

dapat mengalami subluksasi dan penyempitan foramina

intervertebralis, yang dapat juga ditimbulkan oleh osteofit.

Nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis.

Disestersia tanpa nyeri dapat timbul pada daerah distribusi

radiks yang terkena, dapat disertai kelumpuhan otot dan

gangguan refleks. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian

yang lebih sentral dari korpus vertebrae yang menekan

medulla spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi

pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanalis llumbalis.

Gejalanya berupa sindrom kauda ekuina dengan paraparesis,

defisit sensorik pada kedua tungkai, serta hilangnya kontrol

sfingter. Sindrom pseudoklaudikasi dapat terjadi dimana

pasien mengeluhkan nyari pinggang dan tungkai saat berdiri

atau berjalan, dan akan menghilang bila berbaring.

h. Spondilolitesis dan Spondilolisis

Spondilolistesis adalah pergeseran kearah depan dari satu

korpus vertebrae terhadap korpus vertebrae dibawahnya.

Hal ini sering terjadi pada spondilosis, yaitu suatu kondisi

dimana bagian posterior unit vertebrae menjadi terpisah,

menyebabkan hilangnya kontinuitas antara prosesus

artikularis superior dan inferior. Spondilolistesis diduga

disebabkan oleh karena fraktur arkus neural segera setelah

lahir, walaupun ini jarang simtomatis sampai dewasa; usia

rata-rata pesien yang mencari pengobatan adalah 35 tahun.

Lokasi yang paling sering dari keterlibatan adalah L5 yang

Page 21: LAPKAS Stroke Berulang

mengalami subluksasi terhadap sakrum. Yang lebih jarang

ialah terjadi akibat penyakit degeneratif tulang belakang, ini

biasanya meliputi L5 atau L4

Gejala paling sering adalah nyeri punggung bawah,

biasanya dimulai pada usia yang lebih dini dan perlahan-

lahan memburuk, yang diperkuat oleh gerakan ekstensi.

Tetapi, nyeri dapat timbul mendadak bila cedera. Nyeri

tungkai akibat kompresi radiks saraf kurang sering

ditemukan. Bila deformitas berat maka kauda ekuina dapat

terkena kompresi.

i. Stenosis Spinal

Stenosis spinal merupakan penyembitan kanal medulla

spinalis yang mungkin terjadi secara kongenital atua

menyempit karena penonjolan annulus, hipertrofi sendi

faset, atau ligamentum longitudinal posterior yang tebal

atau mengeras, sehingga menekan saraf yang mengandung

beberapa radiks.

Penyempitan kanalis lumbalis dapat disebabkan oleh

pedikel yang pendek karena kongenital, lamina dan sendi

faset yang tebal, kurva skoliosis, dan lordotik. Kebanyakan

kasus merupakan idiopatik dan sering terjadi pada usia

pertengahan dan usia tua.

2. Proses Kompresi pada Torakal dan Lumbal Spinalis Spondilitis

Tuberkulosa

Page 22: LAPKAS Stroke Berulang

Spondilitia tuberkulosa sering terjadi pada vertebrae torakhal

dan lumbal. Bertebrae yang sering terinfeksi adalah

torakolumbal T8-L3. Bagian anterior vertebra lebih sering

terinfeksi dibandingkan agian posterior dengan gejala awal

berupa nyeri radikuler yang dikenal sebagai nyeri interkostalis

Perjalanan infeksi pada vertebra dimulai setelah terjadinya fase

hematogen atau reaktivasi kuman dorman. Basil masuk ke

korpus vertebrae melalui jalur arteri dan penyebaran

berlangsung secara sistemik sepanjang arteri ke perifer

termasuk kedalam korpus vertebralis yang berasal dari arteri

segmentalis interkostalis. Didalam korpus, artei ini berakhir

sebagai “end artery”, sehingga perluasan infeksi korpus

vertebra sering dimulai pada daerha paradiskal.

Jalur kedua adalah melalui pleksus batson, suatu anyaman vena

epidural dan peridural. Vena dari korpus vertebra mengalir ke

pleksus Batson pada perivertebral. Vena dari korpus keluar

melalui bagian posterior. Pleksus ini beranastomose dengan

vena dasar otak, dinding dada, interkostal, lumbal, dan vena

pelvis. Aliran retrograde yang dapat terjadi akibat perubahan

tekanan dinding dada dan abdomen dapat menyebabkan basil

menyebar dari infeksi tuberkulosa yang berasal dari organ

didalam aliran darah vena tersebut.

Jalur ketiga adalah dari abses paravertebral yang telha

terbentuk dan menyebar sepanjang ligamentum longitudinal

anterior dan posterior ke korpus vertebra yang berdekatan.

Infeksi pada korpus vertebra berlanjut menjadi nekrosis dan

Page 23: LAPKAS Stroke Berulang

destriksi sehingga pada bentuk sentral dapat terjadi kompresi

spontan akibat trauma, sedangkan pada bentuk paradiskus akan

menimbulkan kompresi, iskemi, dan nekrosis diskus. Pada

bentuk anterior, terjadi destruksi dari korpus dibagian anterior

sehingga korpus vertebrae menjadi bentuk baji dan pada pasien

terlihat adanya “gibbus formation” apabila prises ini telah

berjalan lama. Gangguan neurologis yang terjadi pada fase

awal adalah akibat penekanan oleh pus, peerkejuan atau

jaringan granulasi dengan nyeri sebagai keluhan pertama yang

muncul. Nyeri dapat dirasakan terlokalisir disekitar lesi atau

berupa nyeri menjalar sesuai saraf yang terkena.

3. Porses Kompresi pada Servical

a. Spondilosis Servical

Sering dengan bertambahnya usia terjadi pula perubahan

degeneratif pada tulang punggung, seperti dehidrasi dan

kolaps nukleus pulposus, serta penonjolan annulus fibrosus

ke segala arah. Annulus menjadi kalsifikasi dan perubahan

hipertrofik terjadi pada pinggir korpus vertebral seperti

osteofit, dengan penyempitan rongga intervertebral. Dapat

mengenai satu atau beberapa radiks, unilateral atau bilateral,

namun keluhannya tidak sehebat herniasi diskus.

b. Herniated Nucleus Pulposus (HNP)

Mekanisme herniasi diskus dicervical sama seperti pada

bgian lumbal. Namun insidensinya 15 kali lebih jarang

Page 24: LAPKAS Stroke Berulang

dibandingkan dengan HNP di darah lumbal. Nyeri yang

terasa menjalar sepanjang lengan, yang dinamakan

brakhialgia, akibat lesi iritatif di radiks posterior C4-T1.

4. Proses Inflamasi

a. Guallain-Barre Syndrome

Merupakan kelainan sistem imun tubuh yang mana

menyerang bagian dari system saraf perifer. Gejala pertama

dari kelaianan ini derajatnya bervariasi meliputi kelemahan

atau sensasi kesemutan pada kedua tungkai kaki. Dalam

banyak kasus kelemahan simetris dan sesuai abnormal

menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas. Gejala ini dapt

meningkatkan intensitas sampai otot-otot tertentu tidak

dapat digunakan sama sekali dan bila berat, pasien GBS

hampir mengalami lumpuh total. Dalam kasus-kasus

gangguan yang mengancam kehidupan- berpotensi

mengnganggu pernapasan dan pada saat yang bersamaan

dengan gangguan tekanan darah atau denyut jantung dan

dianggap sebagai kegawat daruratan medis.

b. Herpes Zoster

Herpes zoster paling sering termanifestasi pada satu atau

lebih ganglia vertebra posterior atau ganglia sensoris

kranial, kemungkinan karena partikel virus yang menetap

Page 25: LAPKAS Stroke Berulang

dalam ganglia ini dalam keadaan tidak aktif sejak episode

awal varicella. Hal ini menyebabkan rasa sakit dan temuan

karakteristik kutaneus sepanjang dermatom sensoris yang

sesuai dari ganglia yang terlibat.

5. Proses Degeneratif

a. Penyakit Diabetes Mellitus

Pasien DM merupakan predisposisi dari berbagai macam

gangguan saraf perifer berupa “peripheral neurophaty”

yang cenderung progresif dan ireversibel. Keluhan pada

pasien DM terutama ialah polineuropati distal sensoris yang

simetris.

- Gejala Sensoris

Nerupari sensorik biasanya onsetnya perlahan dan

menunjukka distribusi stoking-dan-sarung tangan (Stocking-

and-glove distribution) di ekstremitas distal. Gejala sensorik

mengkin negatif atau positif, fokal atau difus. Gejala

sensorik neatif termasuk baal atau mati rasa, yang mana

pasien dapat menggambarkannya seperti mengenakan

sarung tangan atau kaus kaki. Kehilangan keseimbangan,

terutama dengan mata tertutup, dan luka tanpa rasa sakit

akibat hilangnya sesnsai yang umum. Gejala positif dapat

digambarkan sebagai rasa terbakar, nyeri seperti tertusuk-

tusuk, kesemutan, perasaan seperti tersengat listrik, sakit,

ada hipersensitivitas terhadap kesemutan.

Page 26: LAPKAS Stroke Berulang

- Gejala Motorik

Kelainan motorik meliputi kelemahan distal, atau beberapa

kelemahan yang bersifat fokal. Pada ekstemitas atas, gejala

morot distal meliputi gangguan koordinasi halus pada

tangan, seperti membuka tutup botol atau mengunci pintu.

Kaki sering terpeleset atau jatuh dan lecet kemungkinan

merupakan gejala awal dari kelemahan kaki. Gejala

kelemahan anggota bawah proksimal meliputi kesulitan

menaiki atau menuruni tangga, atau sulit bangun dari posisi

duduk atau terlentang. Sedangkan gejala kelemahan anggota

gerak atas proksimal ialalh kesulitan dalam mengangkat

lengan atas.

E. Gejala Klinis Radikulopati

Secara umum, manifestasi klinis radikulopati adalah sebagai

berikut:

1. Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah

parasentral dekat vertebra hingga kearah ekstremitas. Rasa

nyeri ini mengikuti pola dermatomal. Nyeri bersifat tajam dan

diperhebat oleh gerakan, bentuk, mengedan, atau bersin.

2. Paresthesia yang mengikuti pola dermatomal.

3. Hilang atua berkurangnya sensorik (hipesthesia) dipermukaan

kilit sepanjang distribusi dematom radiks yang bersangkutan.

4. Kelemahan otot-otot yang dipersarafi radiks yang

bersangkutan.

Page 27: LAPKAS Stroke Berulang

5. Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang

bersangkutan menurun atau bahkan menghilang.

Gejala radikulopati tergantung pada lokasi radiks saraf yang terkena

(yaitu pada cervical, thorakal atua lumbal). Nyeri redikular yang

muncul akibat lesi iritatif di radiks pisterior tingkal servical

dinamakan brachialgia, karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan.

Demikian juga nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai,

yaitu dinamakan ischialgia, karena nyerinya menjalar sepanjang

perjalanan nervus ischiadikus dan lanjutannya ke perifer.

Manifestasi Klinik Radikulopati Lumbal

a. Rasa nyeri pada daerah sakroiliaka yang menjalar hingga ke

bokong, paha, betis, dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan

Valsava Maneuvers (seperti : batuk, bersin, atau mengedan saat

defekasi).

b. Pada rupture diskus intervertebra, nyeri dirasakan lebih berat

bila penderita sedang duduk atau akan berdiri. Ketika duduk,

penderita akan menjaga lututnya dalam keadaan fleksi dan

menumpukan berat badannya pada bokong yang berlawanan.

Ketika akan berdiri, penderita menopang dirinya pada sisi yang

sehat, meletakkan tangannya di punggung, menekuk tungkai

yang terkena (Minor’s Sign). Nyeri mereda ketika pasien

berbaring. Umumnya penderita merasa nyaman dengan

berbaring terlentang disertai fleksi sendi coxae dan lutut, serta

bahu disangga dengan bantal untuk mengurangi lordosis

Page 28: LAPKAS Stroke Berulang

lumbal. Pada tumor intraspinal, nyeri tidak berkurang atau

bahkan memburuk ketika berbaring.

c. Gangguan postur atau kurvatura vertebra. Pada pemeriksaan

dapat ditemukan berkurangnya lordosis vertebra lumbal karena

spasme involunter otot-otot punggung. Sering ditemui skoliosis

lumbal, dan mungkin juga terjadi skoliosis torakal sebagai

kompensasi. Umumnya tubuh akan condong menjauhi area

yang sakit, dan panggung akan bungkuk ke depan dan kearah

yang sakit untung menghindari stretching pada saraf yang

bersangkutan. Jika iskialgia sangat berat, pasien akan

menghindari ekstensi sendi lutut, dan berjalan dengan bertumpu

pada jari kaki (karena dorsofleksi kaki menyebabkan stretching

pada saraf, sehingga memperburuk nyeri). Pasien membungkuk

ke depan, berjalan dengan langkah kecil dan semifleksi sendi

lutut, disebut Neri’s Sign.

d. Ketika pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang

menggantung dan tampak lipatan kulit tambahan karena otot

Page 29: LAPKAS Stroke Berulang

gluteus yang lemah. Hal ini merupakan bukti keterlibatan radiks

S1.

e. Dapat ditemukan nyeri tekan pada sciatic notch dan sepanjang

nervus iskiadikus.

f. Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan

gangguan sensasi, paresthesia, kelemahan otot, dan gangguan

refleks tendon. Fasikulasi jarang terjadi.

g. HNP biasanya terletak di posterolateral dan mengakibatkan

gejala yang unilateral. Tetapi, jika letak hernia agak besar dan

sentral, dapat menyebabkan gejala pada kedua sisi yang

mungkin dapat disertai gangguan berkemih dan buang air besar.

F. Pemeriksaan Fisik

Page 30: LAPKAS Stroke Berulang

Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah suatu hal yang penting.

Penting memperhatikan abnormalitas postur, deformitas, nyeri

tekan, dan spasme otot. Pada pemeriksaan neurologis harus

diperhatikan :

- Gangguan sensorik (hipesthesia atau hiperesthesia). Perlu

dibedakan gangguan saraf perifer dan segmental.

- Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi,

fasikulasi, dan spasme otot).

- Perubahan refleks. Pemeriksaan panggul dan rektum perlu

dilakukan untuk menyingkirkan adanya neoplasma dan

infeksi di luar vertebra

Pemeriksaan Fisik Radikulopati Lumbal

1. Tes Lasegue (Straight Leg Raising Test)

Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

a. Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua

tungkainya.

b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu

dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggulnya (sendi

coxae), sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi.

c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan

lurus (ekstensi).

Page 31: LAPKAS Stroke Berulang

d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan

menyebabkan. stretching nervus iskiadikus (saraf spinal L5-

S1).

e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat

atau lebih sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.

f. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan di sepanjang nervus

iskiadikus sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat, maka

disebut tanda Lasegue positif (pada radikulopati lumbal).

Lasegue’s Sign (SLR’s Test)

2. Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragard’s Sign, Sicard’s

Sign, dan Spurling’s Sign)

Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan

tes Lasuge disertai dengan dorsofleksi kaki (Bragard’s Sign)

atau dengan dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard’s Sign). Dengan

Page 32: LAPKAS Stroke Berulang

modifikasi ini, stretching nervus iskiadikus di daerah tibial

menjadi meningkat, sehingga memperberat nyeri. Gabungan

Bragard’s sign dan Sicard’s sign disebut.

a) Bragard’s Sign b) Spurling’s Sign

3. Tes Lasegue Silang atau O’Conell Test

Tes ini sama dengan tes Lasegue, tetapi yang diangkat tungkai

yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai

yang sakit (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk

menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).

4. Nerve Pressure Sign Pemeriksaan dilakukan dengan cara :

- Lakukan seperti pada tes Lasegue (sampai pasien merasakan

adanya nyeri) kemudian lutut difleksikan hingga

membentuk sudut 20 derajat.

- Lalu, fleksikan sendi panggul/coxae dan tekan nervus

tibialis pada fossa poplitea hingga pasien mengeluh adanya

nyeri.

- Tes ini positif bila terdapat nyeri tajam pada daerah lumbal,

bokong sesisi, atau sepanjang nervus iskiadikus

Page 33: LAPKAS Stroke Berulang

5. Naffziger Tests

Tes ini dilakukan dengan menekan kedua vena jugularis selama

2 menit. Tekanan harus dilakukan hingga pasien mengeluh

adanya rasa penuh di kepalanya. Kompresi vena jugularis juga

dapat dilakukan dengan sphygmomanometer cuff, dengan

tekanan 40 mmHg selama 10 menit. Dengan penekanan

tersebut, dapat mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat.

Meningkatnya tekanan intrakranial atau intraspinal, dapat

menimbulkan nyeri radikular pada pasien dengan space

occupying lesion yang menekan radiks saraf. Pada pasien

ruptur diskus intervertebra, akan didapatkan nyeri radikular

pada radiks saraf yang bersangkutan.Pasien dapat diperiksa

dalam keadaan berbaring atau berdiri.

G. Pemeriksaan Penunjang Radikulopati

1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen Tujuan utama foto polos

Roentgen adalah untuk mendeteksi adanya kelainan structural.

2. MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk

mendeteksi kelainan diskus intervertebra. MRI selain dapat

mengidentifikasi kompresi medulla spinalis dan radiks saraf,

juga dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan

degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki

keunggulan dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya

potongan sagital dan dapat memberikan gambaran hubungan

diskus intervertebra dan radiks saraf yang jelas,sehingga MRI

Page 34: LAPKAS Stroke Berulang

merupakan prosedur skrining yang ideal untuk menyingkirkan

diagnose banding gangguan structural pada medulla spinalis

dan radiks saraf

CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang

vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus

untuk herniasi diskus intervertebra. Namun demikian,

sensitivitas CT-Scan tanpa myelography dalam mendeteksi

herniasi masih kurang bila dibandingkan dengan MRI.

3. Myelography Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis

yang detail, terutama elemen osseus vertebra. Myelography

merupakan proses yang invasif, karena melibatkan penetrasi

pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram dilakukan

sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan

dengan CT-Scan

4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG)

NCS dan EMG sangat membantu untuk membedakan asal

nyeri atau untuk menentukan keterlibatan saraf, apakah dari

radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal. Selain itu,

pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi kompresi

radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti

secara pemeriksaan klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis

tidak dianjurkan.

Page 35: LAPKAS Stroke Berulang

5. Laboratorium seperti darah lengkap perifer, laju endap darah,

faktor rematoid, fosfatase alkali/asam, dan kalsium, serta urin

berguna untuk penyakit nonspesifik.

H. Penatalaksanaan

1. Terapi Non Farmakologi

a. Akut :

- Imobilisasi

- Pengaturan berat badan, posisi, dan aktivitas

- Modalitas termal (terapi panas dan dingin)

- Pemijitan

- Traksi (tergantung kasus)

- Pemakaian alat bantu (misalnya korset atau

tongkat)

b. Kronik :

- Terapi Psikologis

- Modulasi nyeri (akupuntur atau modalitas

termal)

- Latihan kondisi otot

- Rehabilitasi vokasional

- Pengaturan berat badan, posisi tubuh, dan

aktivitas.

Page 36: LAPKAS Stroke Berulang

2. Terapi Farmakologi

- NSAID

Contohnya ;

Ibuprofen

Dosis dan penggunaan dewasa 300-800 per oral 6 jam

- Anti Depresan Trisiklik

Contohnya ;

Amitriptyline

Dosis dan penggunaan dewasa 100-300 mg 1x1 hari pada

malam hari

- Analgetik

Contohnya ;

Tramadol

Dosis dewasa 50-100 mg peroral setiap 4-6 jam jika

diperlukan

3. Invasif Non Bedah

- Blok saraf dengan anestetik lokal

- Injek steroid (metilprednisolone) pada apidural untuk

mengurangi pembengkakan sehingga menurunkan kompres

radiks saraf

4. Bedah (pada HNP)

Indikasi :

Page 37: LAPKAS Stroke Berulang

- Skiatika dengan terapi konservatif selama > 4 minggu: nyeri

berat, menetap, dan progresif

- Defisit neurologis memburuk

- Sindrom kauda

- Stenosis kanal (setelah terapi konservatif tidak berhasil)

- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan

neurofisiologis dan radiologi

I. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Page 38: LAPKAS Stroke Berulang

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology 11 Edition

2. Adams and Victor’s. Principle of Neurology 8 Edition

3. Richard S. Snell. Clinical Neuroanatomy 6 Edition

4. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga

5. http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical Cervical Radiculopathy

Clinical Presentation. Diakses 20 November 2014, pkl : 22.00 WIB

6. http://emedicine.medscape.com/article/95025-overview. Lumbosacral Radiculopathy. Diakses 20 November 2014, pkl : 22.10 WIB