lapkas abses submandibula

Upload: affracahyo

Post on 02-Jun-2018

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    1/37

    Laporan Kasus

    Abses SubmandibulaOleh :

    Affra Cahyo Wibowo

    Annisa Soraya Putri

    Asti Uki Utari

    Citra Puan MaulidzaFakhrul Gamal Putra

    Lola Dwi Syahtira

    Sri Wahyuni

    Dessy Maharani

    SMF Ilmu THT

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Syiah Kuala

    Tahun 2014

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    2/37

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Abses submandibular merupakan salah satu abses leher dalam yang banyakdisebabkan oleh infeksi gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk tahun

    1997 sampai 2002, menemukan kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus.

    Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus terbanyak kedua setelah abses

    parafaring (38,4%), diikuti oleh angina Ludovici (12,4%), parotis (7%), dan

    retrofiring (5,9%). Sakaguchi dkk memaparkan bahwa dari tahun 1985 sampai

    1994 kasus infeksi leher dalam sebanyak 91 kasus. Rentang usia dari umur 1-81

    tahun, laki-laki sebanyak 78% dan perempuan 22%. Infeksi peritonsil paling

    banyak ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh parafaring 8 kasus, submandibular,

    sublingual dan submaksila 7 kasus dan retrofiring 1 kasus.

    Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan

    pus pada daerah submandibula. Abses submandibula menempati urutan tertinggi

    dari seluruh abses leher dalam. 70-85 % kasus yang disebabkan oleh infeksi gigi

    merupakan kasus terbanyak, selebihnya disebabkan oleh sialadenitis, limfadenitis,

    laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Keadaan ini merupakan salah satu

    infeksi pada leher bagian dalam (deep neck infection). Pada umumnya sumber

    infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut,

    faring, kelenjar limfe submandibula.

    Abses submandibula adalah salah satu abses leher dalam yang sering

    ditemukan. Angka kejadian Abses submandibula berada di bawah abses peritonsil

    dan retrofaring. Namun dewasa ini, angka kejadiannya menduduki urutan tertinggi

    dari seluruh abses leher dalam. 70 85% dari kasus disebabkan oleh infeksi dari

    gigi, selebihnya karena sialadenitis, limfadenitis, laserasi dinding mulut atau

    fraktur mandibula. Selain itu, angka kejadian juga ditemukan lebih tinggi pada

    daerah dengan fasilitas kesehatan yang kurang lengkap. Pada kasus infeksi leher

    dalam rentang usia dari umur 1-81 tahun, laki-laki sebanyak 78% dan perempuan

    22%. Infeksi peritonsil paling banyak ditemukan, yaitu 72 kasus, diikuti oleh

    parafaring 8 kasus, submandibula, sublingual dan submaksila masing-masing 7

    kasus dan retrofaring 1 kasus. kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus.

    Abses submandibula (15,7%) merupakan kasus terbanyak ke dua setelah abses

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    3/37

    2

    parafaring (38,4), diikuti oleh Ludwigs angina (12,4%), parotis (7%) dan

    retrofaring (5,9%). Kasus abses leher dalam yang diteliti April 2001 sampai

    Oktober 2006 mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan 3:2.

    Lokasi abses lebih dari satu ruang potensial 29%. Abses submandibula 35%,

    parafaring 20%, mastikator 13%, peritonsil 9%, sublingual 7%, parotis 3%, infra

    hyoid 26%, retrofaring 13%, ruang karotis 11%.

    Abses submandibula sudah semakin jarang dijumpai. Hal ini disebabkan

    penggunaan antibiotik yang luas dan kesehatan mulut yang meningkat. Disamping

    insisi drainase abses yang optimal, pemberian antibiotik diperlukan untuk terapi

    yang adekuat. Walaupun demikian, angka morbiditas dari komplikasi yang timbul

    akibat abses submandibula masih cukup tinggi sehingga diagnosis dan

    penanganan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    4/37

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Anatomi

    Fasia servikalis terdiri dari lapisan jaringan ikat fibrous yang membungkus

    organ, otot, saraf dan pembuluh darah serta membagi leher menjadi beberapa

    ruang potensial. Fasia servikalis terbagi menjadi 2 bagian yaitu fasia servikalis

    superfisialis dan fasia servikalis profunda. Kedua fasia ini dipisahkan oleh m.

    plastima yang tipis dan meluas ke anterior leher. Muskulus platisma sebelah

    inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula serta meluas ke superior

    untuk berinsersi di bagian inferior mandibula.(Gambar 1)

    Gambar 2.1 Anatomi Leher

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    5/37

    4

    Fasia servikalis superfisialis terletak tepat dibawah kulit leher berjalan dari

    perlekatannya di prosesus zigomatikus pada bagian superior dan berjalan ke

    bawah ke arah toraks dan aksila yang terdiri dari jaringan lemak subkutan. Ruang

    antara fasia servikalis superfisialis dan fasia servikalis profunda berisi kelenjar

    limfe superfisial, saraf dan pembuluh darah termasuk vena jugularis eksterna.

    Fasia servikalis profunda terdiri dari 3 lapisan yaitu :

    1.

    Lapisan superfisial

    Lapisan ini membungkus leher secara lengkap, dimulai dari dasar tengkorak

    sampai daerah toraks dan aksila. Pada bagian anterior menyebar ke daerah wajah

    dan melekat pada klavikula serta membungkus m. sternokleidomastoideus, m.

    trapezius, m. masseter, kelenjar parotis dan submaksila. Lapisan ini disebut juga

    lapisan eksternal, investing layer, lapisan pembungkus dan lapisan anterior.

    2. Lapisan media

    Lapisan ini dibagi atas 2 divisi yaitu divisi muskular dan viscera. Divisi

    muskular terletak dibawah lapisan superfisial fasia servikalis profunda dan

    membungkus m. sternohioid, m. sternotiroid, m. tirohioid dan m. omohioid.

    Dibagian superior melekat pada os hioid dan kartilago tiroid serta dibagian

    inferior melekat pada sternum, klavikula dan skapula.

    Divisi viscera membungkus organ organ anterior leher yaitu kelenjar

    tiroid, trakea dan esofagus. Disebelah posterosuperior berawal dari dasar

    tengkorak bagian posterior sampai ke esofagus sedangkan bagian anterosuperior

    melekat pada kartilago tiroid dan os hioid. Lapisan ini berjalan ke bawah sampai

    ke toraks, menutupi trakea dan esofagus serta bersatu dengan perikardium. Fasia

    bukkofaringeal adalah bagian dari divisi viscera yang berada pada bagian

    posterior faring dan menutupi m. konstriktor dan m. buccinator.

    3. Lapisan profunda

    Lapisan ini dibagi menjadi 2 divisi yaitu divisi alar dan prevertebra. Divisi

    alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi

    prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan

    bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi alar

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    6/37

    5

    melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding

    anterior dari danger space.

    Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan ke lateral

    meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot didaerah tersebut. Berjalan

    dari dasar tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding posterior

    dari danger space dan dinding anterior dari korpus vertebra.

    Ketiga lapisan fasia servikalis profunda ini membentuk selubung karotis

    (carotid sheath) yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang

    faringomaksilaris sampai ke toraks.

    Fasia servikalis:

    A. Fasia servikalis superfisialis

    B. Fasia servikalis profunda :

    1.Lapisan superfisial

    2.Lapisan media :

    -

    divisi muskular

    - divisi viscera

    3.Lapisan profunda :

    -

    divisi alar

    - divisi prevertebra

    Daerah ini meluas mulai dari dasar tengkorak sampai ke mediastinum

    setinggi bifurkasio trakea (vertebra torakal I atau II) dimana divisi viscera dan alar

    bersatu. Daerah retrofaring terbagi menjadi 2 daerah yang terpisah di bagian

    lateral oleh midline raphe. Tiap tiap bagian mengandung 2 5 buah kelenjar

    limfe retrofaring yang biasanya menghilang setelah berumur 4 5 tahun. Kelenjar

    ini menampung aliran limfe dari rongga hidung, sinus paranasal, nasofaring,

    faring, tuba Eustakius dan telinga tengah. Daerah ini disebut juga dengan ruang

    retroviscera, retroesofagus dan ruang viscera posterior.

    Ruang potensial leher dibagi menjadi ruang yang melibatkan seluruh leher,

    ruang suprahioid dan ruang infrahioid. Ruang yang melibatkan seluruh leher

    terdiri dari ruang retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang prevertebra.

    Prevertebral space dibatasi oleh divisi prevertebra pada bagian anterior dan korpus

    vertebra pada bagian posterior (tepat di belakang danger space). Ruang ini

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    7/37

    6

    berjalan sepanjang kollumna vertebralis dan merupakan jalur penyebaran infeksi

    leher dalam ke daerah koksigeus. Danger space dibatasi oleh divisi alar pada

    bagian anterior dan divisi prevertebra pada bagian posterior (tepat di belakang

    ruang retrofaring).

    Ruang suprahioid terdiri dari ruang submandibula, ruang parafaring, ruang

    parotis, ruang peritonsil dan ruang temporalis. Ruang infrahioid meliputi bagian

    anterior dari leher mulai dari kartilago tiroid sampai superior mediastinum

    setinggi vertebra ke empat dekat arkus aorta.

    Ruang Submandibula

    Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual, submaksila dan

    submental. Muskulus milohioid memisahkan ruang sublingual dengan ruang

    submental dan submaksila. Ruang sublingual dibatasi oleh mandibula di bagian

    lateral dan anterior, pada bagian inferior oleh m. milohioid, di bagian superior

    oleh dasar mulut dan lidah, dan di posterior oleh tulang hioid. Di dalam ruang

    sublingual terdapat kelenjer liur sublingual beserta duktusnya.

    Ruang submental di anterior dibatasi oleh fasia leher dalam dan kulit dagu,

    di bagian lateral oleh venter anterior m. digastrikus, di bagian superior oleh m.

    milohioid, di bagian inferior oleh garis yang melalui tulang hyoid. Di dalam ruang

    submental terdapat kelenjer limfa submental.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    8/37

    7

    Gambar 2.2 Ruangan leher dalam

    Ruang maksila bagian superior dibatasi oleh m. milohioid dan m.

    hipoglossus. Batas inferiornya adalah lapisan anterior fasia leher dalam, kulit

    leher dan dagu. Batas medial adalah m. digastrikus anterior dan batas posterior

    adalah m. stilohioid dan m. digastrikus posterior. Di dalam ruang submaksila

    terdapat kelenjer liur submaksila atau submandibula beserta duktusnya. Kelenjar

    limfa submaksila atau submandibula beserta duktusnya berjalan ke posterior

    melalui tepi m. milohioid kemudian masuk ke ruang sublingual. Akibat infeksi

    pada ruang ini mudah meluas dari satu ruang ke ruang lainnya.

    II. Definisi

    Abses submandibular didefinisikan sebagai terbentuknya abses pada ruang

    potensial di regio submandibular yang disertai dengan rasa nyeri tenggorok,

    demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibular

    merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang

    potensial diantara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai

    sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher.

    Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri dan pembengkakan diruang leher

    dalam yang terlibat.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    9/37

    8

    III. Epidemiologi

    Huang dkk, dalam penelitiannya pada tahun 1997 sampai 2002, menemukan

    kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Abses submandibula (15,7%)

    merupakan kasus terbanyak ke dua setelah abses parafaring (38,4), diikuti oleh

    angina Ludovici (12,4%), parotis (7%) dan retrofaring (5,9%).

    Sakaguchi dkk, menemukan kasus infeksi leher dalam sebanyak 91 kasus

    dari tahun 1985 sampai 1994. Rentang usia dari umur 1-81 tahun, laki-laki

    sebanyak 78% dan perempuan 22%. Infeksi peritonsil paling banyak ditemukan,

    yaitu 72 kasus, diikuti oleh parafaring 8 kasus, submandibula, sublingual dan

    submaksila 7 kasus dan retrofaring 1 kasus.

    Fachruddin,melaporkan 33 kasus abses leher dalam selama Januari 1991-

    Desember 1993 di bagian THT FKUI-RSCM dengan rentang usia 15-35 tahun

    yang terdiri dari 20 laki-laki dan 13 perempuan. Ruang potensial yang tersering

    adalah submandibula sebanyak 27 kasus, retrofaring 3 kasus dan parafaring 3

    kasus.

    Di subbagian laring faring FK Unand/RSUP M Djamil Padang selama

    Januari 2009 sampai April 2010, tercatat kasus abses leher dalam sebanyak 47

    kasus, dengan abses submandibula menempati urutan ke dua dengan 20 kasus

    dimana abses peritonsil 22 kasus, abses parafaring 5 kasus dan abses retrofaring 2

    kasus.

    IV. Etiologi

    Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjer liur atau

    kelenjer limfa submandibula. Sebagian lain dapat merupakan kelanjutan infeksi

    ruang leher dalam lainnya.

    Sebelum ditemukan antibiotika, penyebab tersering infeksi leher dalam

    adalah faring dan tonsil, tetapi sekarang adalah infeksi gigi. Bottin dkk,

    mendapatkan infeksi gigi merupakan penyebab yang terbanyak kejadian angina

    Ludovici (52,2%), diikuti oleh infeksi submandibula (48,3%), dan parafaring.

    Sebagian besar kasus infeksi leher dalam disebabkan oleh berbagai kuman,

    baik aerob maupun anaerob. Kuman aerob yang paling sering ditemukan adalah

    Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Neisseria sp, Klebsiella sp, Haemophillus

    sp. Pada kasus yang berasal dari infeksi gigi, sering ditemukan kuman anaerob

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    10/37

    9

    Bacteroides melaninogenesis, Eubacterium Peptostreptococcus dan yang jarang

    adalah kumanFusobacterium.

    V.

    PatogenesisBeratnya infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan

    lokasi anatomi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran

    infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya.

    Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke

    parafaring. Perluasan infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang

    submandibula. Selanjutnya infeksi dapat menjalar ke daerah potensial lainnya.

    Gambar 2.3 Infeksi Submandibula

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    11/37

    10

    Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu limfatik,

    melalui celah antara ruang leher dalam dan trauma tembus.

    Gambar 2.4 Patofisiologi penyebaran abses leher

    Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang

    terbentuk dalam jaringan yang disebabkan oleh suatu proses infeksi oleh bakteri,

    parasit atau benda asing lainnya. Abses merupakan pus yang terlokalisir akibat

    adanya infeksi dan supurasi jaringan. Abses merupakan reaksi pertahanan yang

    bertujuan mencegah agen-agen infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Pus itu

    sendiri merupakan suatu kumpulan sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel darah

    putih, organisme penyebab infeksi atau benda-benda asing dan racun yang

    dihasilkan oleh organisme dan sel-sel darah. Abses bisa terjadi pada semua

    struktur atau jaringan rongga mulut.

    Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan

    pus pada daerah submandibula. Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    12/37

    11

    leher bagian dalam (deep neck infection). Abses di ruang submandibula adalah

    salah satu abses leher dalam yang sering ditemukan. Ruang submandibula terdiri

    dari ruang sublingual dan submaksila yang dipisahkan oleh otot milohioid. Ruang

    submaksila dibagi lagi menjadi ruang submental dan submaksila (lateral) oleh otot

    digastrikus anterior.

    Pada umumnya sumber infeksi pada ruang submandibula berasal dari proses

    infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga

    kelanjutan infeksi dari ruang leher dalam lain.Selain disebabkan oleh infeksi gigi,

    infeksi di ruang submandibula bisa disebabkan oleh sialadenitis kelenjar

    submandibula, limfadenitis, trauma, atau pembedahan dan bisa juga sebagai

    kelanjutan infeksi ruang leher dalam lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh

    kuman aerob, anaerob atau campuran. Infeksi di ruang submandibula biasanya

    ditandai dengan pembengkakan di bawah rahang, baik unilateral atau bilateral dan

    atau di bawah lidah yang berfluktuasi, dan sering ditemukan trismus.Beberapa

    penelitian melaporkan bahwa infeksi gigi atau odontogenik merupakan penyebab

    terbanyak dari abses leher dalam. Berhubungan dengan ini, ruang submandibula

    sering terkena infeksi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal.

    Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya

    Gambar 2.5 Penyebaran infeksi melalui gigi

    Lee dkkmelaporkan 83,3% hasil kultur positif untuk kuman aerob dan

    31,3% untuk anaerob pada abses leher dalam. Pada abses leher dalam yang

    bersumber dari infeksi gigi, bakteri yang paling sering ditemukan adalah grup

    Streptococcus milleri dan bakteri anaerob. Mazita dkk, melaporkan mayoritas

    hasil kultur tidak ditemukan pertumbuhan kuman. Di Bagian THT-KL Rumah

    Sakit Dr. M. Djamil Padang, periode April sampai Oktober 2010 dari hasil kultur

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    13/37

    12

    didapatkan 73% spesimen tumbuh kuman aerob, 27% tidak tumbuh kuman aerob.

    Pada pemeriksaan ini tidak dilakukan kultur pada kuman anaerob.

    VI.

    Gejala KlinisMenurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada

    lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejala tersebut dapat

    berupa :

    - Nyeri

    - Teraba hangat

    - Pembengkakan

    - Kemerahan

    - Demam

    Pada abses submandibular didapatkan pembengkakan dibawah dagu atau

    dibawah lidah baik unilateral atau bilateral, disertai rasa demam, nyeri tenggorok

    dan trismus. Mungkin didapatkan riwayat infeksi atau cabut gigi. Pembengkakan

    dapat berfluktuasi atau tidak.

    VII. Diagnosis

    Diagnosis abses leher dalam ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yang

    cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada beberapa kasus

    kadang-kadang sulit untuk menentukan lokasi abses terutama jika melibatkan

    beberapa daerah leher dalam dan jika pasien sudah mendapatkan pengobatan

    sebelumnya.

    Pemeriksaan penunjang sangat berperan dalam menegakkan diagnosis. Pada

    foto polos jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral didapatkan gambaran

    pembengkakan jaringan lunak, cairan di dalam jaringan lunak, udara di subkutis

    dan pendorongan trakea. Pada foto polos toraks, jika sudah terdapat komplikasi

    dapat dijumpai gambaran pneumotoraks dan juga dapat ditemukan gambaran

    pneumomediastinum.

    Jika hasil pemeriksaan foto polos jaringan lunak menunjukkan kecurigaan

    abses leher dalam, maka pemeriksaan tomografi komputer idealnya dilakukan.

    Tomografi Komputer (TK) dengan kontras merupakan standar untuk evaluasi

    infeksi leher dalam. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara selulitis dengan

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    14/37

    13

    abses, menentukan lokasi dan perluasan abses. Pada gambaran TK dengan kontras

    akan terlihat abses berupa daerah hipodens yang berkapsul, dapat disertai udara di

    dalamnya, dan edema jaringan sekitar. TK dapat menentukan waktu dan perlu

    tidaknya operasi.

    Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan pencitraan resonansi

    magnetik (Magnetic resonance Imaging/MRI) yang dapat mengetahui lokasi

    abses, perluasan dan sumber infeksi. Sedangkan Ultrasonografi (USG) adalah

    pemeriksaan penunjang diagnostik yang tidak invasif dan relatif lebih murah

    dibandingkan TK, cepat dan dapat menilai lokasi dan perluasan abses.

    Foto panoramik digunakan untuk menilai posisi gigi dan adanya abses pada

    gigi. Pemeriksaan ini dilakukan terutama pada kasus abses leher dalam yang

    diduga sumber infeksinya berasal dari gigi. Pemeriksaan darah rutin dapat melihat

    adanya peningkatan leukosit yang merupakan tanda infeksi. Analisis gas darah

    dapat menilai adanya sumbatan jalan nafas. Pemeriksaan kultur dan resistensi

    kuman harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik yang sesuai.

    VIII. Tatalaksana

    Penatalaksanaan abses submandibula umumnya adalah dengan evakuasi

    abses baik dilakukan dengan anestesi lokal maupun dengan anestesi umum serta

    dengan pemberian antibiotik intravena dosis tinggi. Antibiotika dosis tinggi

    terhadap kuman aerob dan anaerob diberikan secara parenteral. Hal yang paling

    penting adalah terjaganya saluran nafas yang adekuat dan drainase abses yang

    baik.

    Infeksi leher dalam sering disebabkan campuran bakteri (gram positif, gram

    negatif, aerob dan anaerob) sehingga diberikan antibiotik kombinasi secara

    empiris menunggu hasil kultur keluar. Antibiotik yang dapat diberikan yaitu

    seftriakson dan metronidazole.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan antibiotik adalah

    efektifitas obat terhadap kuman target, risiko peningkatan resistensi kuman

    minimal, toksisitas obat rendah, stabilitas tinggi dan masa kerja yang lebih lama.

    Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid,

    tergantung letak dan luas abses. Eksplorasi dilakukan secara tumpul sampai

    mencapai ruang sublingual, kemudian dipasang salir.Pasien dirawat inap sampai

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    15/37

    14

    1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

    IX. Komplikasi

    Komplikasi terjadi karena keterlambatan diagnosis, terapi yang tidak tepatdan tidak adekuat. Komplikasi diperberat jika disertai dengan penyakit diabetes

    mellitus, adanya kelainan hati dan ginjal dan kehamilan. Komplikasi yang berat

    dapat menyebabkan kematian.

    Infeksi dapat menjalar ke ruang leher dalam lainnya, dapat mengenai

    struktur neurovaskular seperti arteri karotis, vena jugularis interna dan n. X.

    Penjalaran infeksi ke daerah selubung karotis dapat menimbulkan erosi sarung

    karotis atau menyebabkan trombosis vena jugularis interna. Infeksi yang meluas

    ke tulang dapat menimbulkan osteomielitis mandibula dan vertebra servikal.

    Dapat juga terjadi obstruksi saluran nafas atas, mediastinitis, dehidrasi dan sepsis.

    X. Prognosis

    Pada umumnya prognosis abses retrofaring baik apabila dapat didiagnosis

    secara dini dengan penanganan yang tepat dan komplikasi tidak terjadi. Pada fase

    awal dimana abses masih kecil maka tindakan insisi dan pemberian antibiotika

    yang tepat dan adekuat menghasilkan penyembuhan yang sempurna.

    Apabila telah terjadi mediastinitis, angka mortalitas mencapai 40 - 50%

    walaupun dengan pemberian antibiotik. Ruptur arteri karotis mempunyai angka

    mortalitas 20 40% sedangkan trombosis vena jugularis mempunyai angka

    mortalitas 60%.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    16/37

    15

    BAB III

    LAPORAN KASUS

    3.1Identitas Pasien

    Nama : Nn. R

    Umur : 25 tahun

    Alamat : Geulanggang Baroe, Bireuen

    JenisKelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Suku : Aceh

    No. CM : 1-02-25-48

    Tanggal Masuk : 3 Desember 2014

    Tanggal Pemeriksaan : 2014

    3.2Anamnesis

    1.Keluhan Utama

    Nyeri di pipi kanan

    2. Keluhan Tambahan

    Sulit membuka mulut, lemas dan demam.3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke IGD RSUD ZA atas rujukan RSUD Fauziah Bireuen

    dengan keluhan nyeri pada pipi kanan sejak 5 hari yang lalu. Nyeri pada gigi yang

    berlubang dirasakan pasien 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

    Awalnya pasien mengaku tersangkut makanan pada giginya yang berlubang pada

    pagi hari. Kemudian pasien berusaha untuk mengeluarkannya dengan cara

    mencongkel gigi dengan lidi yang di ambil pasien di pohon kelapa depan

    rumahnya. Pada malam harinya pasien merasakan nyeri pada gusi dan gigi kanan

    bawah belakang. Keluhan terus dirasakan memberat dan disertai bengkak pada

    pipi kanan sehingga pasien tidak dapat membuka mulut dan sulit memakan

    makanan. Selain itu pasien juga merasakan lemas.

    4. Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien menderita gigi yang berlubang sejak 1 tahun yang lalu, yaitu 2 gigi

    geraham belakang kanan dan 1 geraham belakang kiri. Pasien menderita sakit

    ginjal sejak 3 tahun yang lalu.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    17/37

    16

    5. Riwayat Pemakaian Obat:

    Pasien berobat ke ahli tradisional sebanyak 2 kali sejak keluhan muncul,

    namun keluhan tidak berkurang. Kemudian pasien berobat ke puskesmas dan

    keluhan juga tiak berkurang, sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke

    RSUD Fauziah Bireuen selama 2 hari dan dirujuk ke RSUDZA.

    6.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama dengan

    pasien.

    7.

    Riwayat Kebiasaan Sosial

    Pasien mempunyai kebiasaan mengorek telinga sejak kecil, sering mandi di

    laut sehingga telinganya sering masuk air, suka makan bakso, sering berobat ke

    puskesmas tetapi tidak pernah tuntas karna pasien merasa keluhan sudah

    berkurang.

    Vital sign

    TD: 120/80 mmHg

    N : 90x/menit

    RR: 20 x/menit

    T : 36,90

    C

    3.3Status Lokalis (THT)

    Pemeriksaan Dextra Sinistra

    Preaurikuler Tenang Tenang

    Aurikula Normal Normal

    CAE Lapang/tenang Lapang/tenang

    Serumen Minimal Minimal

    Sekret Tidak ada Tidak ada

    Membran timpani Intak Intak

    Refleks cahaya Arah jam 5 Arah jam 7

    Retroaurikuler Fistel (-), Abses (-) Fistel (-), Abses (-)

    Rhinoskopi anterior

    Mukosa Tidak hiperemis Tidak hiperemis

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    18/37

    17

    Sekret Tidak ada Tidak ada

    Massa Negatif Negatif

    Konka Inf. Dalam batas normal Dalam batas normal

    Septum nasi Tidak deviasi Tidak deviasi

    Pasase udara Lancar Lancar

    Orofaring

    Tonsil T1, tenang T1,tenang

    Kripta Tidak melebar Tidak melebar

    Detritus Negatif Negatif

    Perlengketan Negatif Negatif

    Sikatrik Negatif Negatif

    Faring

    Mukosa Tenang Tenang

    Granul Negatif Negatif

    Bulging Negatif Negatif

    Reflek muntah (+) (+)

    Arkus faring Simetris Simetris

    Maksilofasial

    Simetri Tidak simetris Tidak simetris

    Parese n. Kranialis Negatif Negatif

    Massa Negatif Negatif

    Hematoma Negatif Negatif

    Oedem Positif Positif

    Leher

    Upper juguler Pembesaran Pembesaran

    Mid juguler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

    Lower juguler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

    Sub mandibula Pembesaran Pembesaran

    Sub mental Pembesaran Pembesaran

    Supra Klavikula Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    19/37

    18

    Dorsum nasi : Dalam batas normal

    Palatum : Tidak hiperemis

    Gigi-geligi : Terdapat karies dentis (gigi 7, 8 bawah kanan dan

    gigi 8 bawah kiri)

    Trimus : (+)

    Nistagmus : (-)

    Laringoskopi indirek : Tidak dilakukan

    3.4Diagnosa banding

    1. Abses submandibular dekstra

    2.

    Abses buccal meluas ke mandibula

    3. Angina Ludovici (Ludwigs angina)

    4. Abses parafaring

    3.5Pemeriksaan Penunjang

    1. Kultur Mikroorganisme

    Hasil : Tidak ada pertumbuhan mikroorganisme bakteri maupun jamur

    2. Laboratorium Darah

    Pemeriksaan 2-12-2014 5-12-2014 10-12-2014

    Hemoglobin 9,5 g/dl 9,4 g/dl 9,7 g/dl

    Hematokrit 28 % 28 % 28 %

    Eritrosit 3,6 x 10 / ul 3,5 x 10 / ul 3,6 x 10 / ul

    Leukosit 19,0 x 10 /ul 12,0 x 10 /ul 5,7 x 10 /ul

    Trombosit 149.000/mm 174.000/mm 524.000/mm

    LED

    E/B/NS/L/M 1/0/85/6/8 0/0/88/8/4

    115 mm/jam

    1/2/57/26/14

    Creatinin 0,80 mg/dl 0,80 mg/dl

    Ureum 55 55

    Chlorida Darah

    Kalium Darah

    Natrium Darah

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    20/37

    19

    3. Foto thoraks (2 Desember 2014)

    Kesimpulan : Cor dan Pulmonal dalam batas normal

    Albumin

    Globulin

    Protein total

    MCV

    MCH

    MCHC

    CT 7

    BT

    SGOT

    SGPT

    2

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    21/37

    20

    4. CT Scan mandibula tanpa contras (3 Desember 2014)

    1.

    Kesimpulan : Suspect soft tissue swelling dengan air bubble di mandibula

    sampai ke temporal dekstra ke dalam mengenai oropharyng dekstra

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    22/37

    21

    5. CT Scan mandibula dengan contras (3 Desember 2014)

    Kesimpulan: Soft tissue swelling dengan air bubble di dalamnya di mandibula

    sampai ke temporal dekstra ke dalam mengenai oropharyng dekstra suspect abses

    fase infiltrat.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    23/37

    22

    6.

    CT Scan cervical AP/Lat

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    24/37

    23

    Kesimpulan : soft tissue massa region submandibula dekstra dan sinistra.

    3.6Diagnosis kerja

    Abses submandibular dekstra

    3.7Penatalaksanaan

    Medikamentosa:Terapi THT

    - IVFD Ringer Laktat 10 tetes per menit

    -

    Injeksi Cefotaxim 1 gr per 12 jam

    - Injeksi Metronidazole 500 mg vial per 8 jam

    Non Medimentosa

    -

    Operatif : Insisi dan Drainage Evakuasi Abses Submandibular

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    25/37

    24

    3.8Prognosis

    - Quo ad vitam : Dubia ad bonam

    -

    Quo ad functionam : Dubia ad bonam

    -

    Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

    FOLLOW UP PASIEN

    4/12/2

    014

    H1

    S/

    Bengkak pipi kanan

    (+)

    Mulut susah di buka

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/70 mmHg

    HR : 80x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,5OC

    Status lokalis:

    - Wajah : asimetris,benjolan di pipikanan

    - Mulut : trismus 2

    jari, pus (+)

    Ass/

    Abses submandibula

    dekstra

    Th/

    Terapi THT

    - IVFD Ringer Laktat

    10 tetes per menit

    -

    Injeksi Cefotaxim 1gr per 12 jam (H1)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg ampul per 8 jam

    (H1)

    - Betadine Gurgle

    P/

    - Operasi insisi +

    drainage abses

    submandibula

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    26/37

    25

    -Leher : benjolan(+/+).

    5/12/2

    014H2

    S/

    Sakit kepala (+),keluar cairan dari

    telinga kiri kental dan

    berbau (+) lengan

    kanan atas terasa

    kebas

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/70 mmHg

    HR : 80x/i

    RR : 20x/iT : 36,5

    OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terpasang drain

    dan terbalut verban,

    drain mengeluarkan

    pus (+), nyeri (+),

    berbau (+)

    Ass/

    Post insisi dandrainage abses

    submandibular

    dekstra

    Th/

    Terapi THT- IVFD Ringer Laktat

    20 tetes per menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H2)

    - Injeksi Ketorolac

    3% per 12 jam (H1)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H2)- Betadine Gurgle

    p/ Rawat luka

    6/12/2

    014

    POD

    I

    S/

    Nyeri luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    Kes : Compos mentis

    TD : 95/70 mmHg

    HR : 74x/i

    RR : 17x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terpasang drain

    dan terbalut verban,

    drain mengeluarkan

    pus (+), nyeri (+),

    berbau (+)

    Ass/

    Post insisi dan

    drainage abses

    submandibular

    dekstra

    Th/

    Terapi THT

    -

    IVFD Ringer Laktat

    20 tetes per menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H3)

    - Injeksi Ketorolac

    3% per 12 jam (H2)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H1)

    -

    Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H3)

    - Betadine gurgle

    - Diet MI

    p/

    - Rawat Luka

    7/12/2 S/ Ass/ Th/

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    27/37

    26

    014

    POD

    II

    Nyeri luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/60 mmHgHR : 72x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terpasang drain

    dan terbalut verban,

    drain mengeluarkan

    pus (+), nyeri (+),

    berbau (+)

    Post insisi dan

    drainage abses

    submandibular

    dekstra

    Terapi THT

    - IVFD Ringer Laktat

    20 tetes per menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam(H4)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H2)

    - Injeksi Ketorolac

    3% per 12 jam (H3)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H4)

    -

    Betadine Gurgle

    p/

    - Buka draine(8/12/2014)

    8/12/2

    014

    POD

    III

    S/

    Nyeri luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/60 mmHg

    HR : 72x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    pus (+), darah (+)

    Ass/

    Post insisi dan

    drainage abses

    submandibular

    dekstra

    Th/

    Terapi THT

    - IVFD Ringer Laktat

    20 tetes per menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H5)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H3)

    - Injeksi Ketorolac

    3% per 12 jam

    (H4)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H5)

    -

    Betadine Gurgle

    p/

    -

    9/12/2

    014

    POD

    IV

    S/

    Nyeri dan berdenyut

    luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    berwana putih

    Ass/

    Post insisi dandrainage absessubmandibulardekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes per

    menit

    - Injeksi Cefotaxime

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    28/37

    27

    kekuningan

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/60 mmHg

    HR : 72x/iRR : 19x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    pus (+), darah (+),

    nyeri (+)

    1 gr per 12 jam

    (H6)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H4)- Injeksi Ketorolac

    3% per 12 jam

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H6)

    - Ambroxol 3x1C

    - Asam mefenamat

    3x500 mg

    - Betadine Gurgle

    p/- Rawat luka

    - Ganti verban 2x

    sehari

    10/12/

    2014

    POD

    V

    S/

    Nyeri luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    berwana putih

    kekuningan

    Kes : Compos mentisTD : 120/80 mmHg

    HR : 76x/i

    RR : 26x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    pus (+), darah (+),

    nyeri (+)

    Ass/

    Post insisi dandrainage absessubmandibulardekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes per

    menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H7)- Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H5)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H7)

    - Ambroxol 3x1C

    (H2)

    - Asam mefenamat

    3x500 mg (K/P)

    -

    Betadine Gurgle

    p/

    -

    11/12/

    2014

    POD

    VI

    S/

    Nyeri luka operasi (+)

    Batuk berdahak

    berwana putih

    kekuningan

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/80 mmHg

    Ass/

    Post insisi dan drainage

    abses submandibular

    dekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes per

    menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H8)

    -

    Injeksi Gentamisin

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    29/37

    28

    HR : 76x/i

    RR : 26x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:Luka terbalut verban,

    pus (+), darah (+),

    nyeri (+)

    80 mg per 12 jam

    (H6)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H8)- Ambroxol 3x1C

    (H3)

    - Asam mefenamat

    3x500 mg (K/P)

    - Betadine Gurgle

    p/

    -

    12/12/

    2014

    PODVII

    S/

    Nyeri luka operasi (-)

    Kes : Compos mentis

    TD : 130/80 mmHg

    HR : 83x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    kering.

    Ass/

    Post insisi dan drainage

    abses submandibulardekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes permenit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H9)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H7)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H9)

    - Ambroxol 3x1C

    (H2)

    - Asam mefenamat

    3x500 mg (K/P)

    - Betadine Gurgle

    p/

    -

    13/12/

    2014

    POD

    IX

    S/

    Nyeri luka operasi

    berkurang

    Kes : Compos mentis

    TD : 120/80 mmHg

    HR : 80x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,6OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    kering

    Ass/

    Post insisi dan drainage

    abses submandibular

    dekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes per

    menit

    - Injeksi Cefotaxime

    1 gr per 12 jam

    (H10)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H8)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam

    (H10)

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    30/37

    29

    - Ambroxol 3x1C

    (H2)

    - Asam mefenamat

    3x500 mg (K/P)

    -

    Betadine Gurgle- Injeksi vit C 200

    mg per 12 jam

    - Ranitidin 2x1 tab

    p/

    - Rawat luka +Nebacitin tabor

    - Ganti verban 2 xsehari

    14/12/

    2014

    POD

    VI

    S/

    Nyeri luka operasi

    berkurang

    Kes : Compos mentis

    TD : 110/70 mmHg

    HR : 76x/i

    RR : 19x/i

    T : 36,5OC

    SL a/r mandibula:

    Luka terbalut verban,

    kering

    Ass/

    Post insisi dan drainage

    abses submandibular

    dekstra

    Th/

    - IVFD Ringer

    Laktat 20 tetes per

    menit

    - Cefixime 2 x 200

    mg tab (H1)

    - Injeksi Gentamisin

    80 mg per 12 jam

    (H5)

    - Injeksi

    Metronidazole 500

    mg per 8 jam (H7)

    -

    Ambroxol 3x1C

    (H2)

    - Asam mefenamat

    3x500 mg (K/P)

    - Betadine Gurgle

    p/

    - Rawat luka +Nebacitin tabor

    - Ganti verban 2 x

    sehari

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    31/37

    30

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    32/37

    31

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Di laporkan pasien perempuan berusia 25 tahun dengan diagnosis

    submandibula dekstra. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada pipi kanan yang

    dirasakan sejak 5 hari SMRS. Awalnya pasien mengaku tersangkut makanan

    pada giginya yang berlubang pada pagi hari. Kemudian pasien berusaha untuk

    mengeluarkannya dengan cara mencongkel gigi dengan lidi yang di ambil pasien

    di pohon kelapa depan rumahnya. Pada malam harinya pasien merasakan nyeri

    pada gusi dan gigi kanan bawah belakang. Keluhan terus dirasakan memberat dan

    disertai bengkak pada pipi kanan sehingga pasien tidak dapat membuka mulut dan

    sulit memakan makanan. Pada pemeriksaan fisik pada regio submandibula dekstra

    terdapat udem(+), eritema (+), kalor (+), nyeri tekan (+), Fluktuasi (+) dan tidak

    ada pembesaran kelenjar getah bening.Penegakan diagnosis abses submandibula dekstra pada pasien ini berdasrkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

    Hal ini sesuai yang dikemukana Smeltzer dan Bare (2001) gejala abses tergantung

    kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap suatu organ, gejala tersebut yaitu: nyeri,

    teraba hangat pada lesi, pembengkakan, kemerahan dan demam. Hal ini sesuia

    dengan teori yang dikemukanan Smeltzer dan Bare, pada pemeriksaan fisik

    didapatkan pembengkakan dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan

    berfluktuasi. Adanya pembengkakan dinding lateral faring hingga menonjol ke

    arah media.

    Diagnosis banding pasien ini adalah Angina Ludovici merupakan infeksi

    ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakan

    submandibula. Sumber infeksi berasal dari gigi dan dasar mulut, oleh kuman

    aerob dan anaerob. Gejala klinis berupa nyeri tenggorokan dan leher, disertai

    pembengkakan di daerah submandibula yang hiperemis dan keras pada perabaan,

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    33/37

    32

    dasar mulut yang membengkak dapat mendorong lidah ke atas belakang sehingga

    menimbulkan sesak napas .

    Pada kasus tersebut, pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu

    pemeriksaan darah lengkap, pada darah ditemukan leukosit 19,0 x 103/ul , ini

    menunjukkan bahwa terdapat tanda infeksi (leukositosis) pada pasien. Hasil CT

    Scan mandibula tanpa kontras didapatkan Kesimpulan : Suspect soft tissue

    swelling dengan air bubble di mandibula sampai ke temporal dekstra ke dalam

    mengenai oropharyng dekstra. CT Scan mandibula dengan kontras didapati

    kesimpulan: Soft tissue swelling dengan air bubble di dalamnya di mandibula

    sampai ke temporal dekstra ke dalam mengenai oropharyng dekstra suspect abses

    fase infiltrat. CT Scan cervical AP/Lat Kesimpulan : soft tissue massa region

    submandibula dekstra dan sinistra. Ct Scan merupakan gold standar untuk

    mengevaluasi infeksi pada leher dalam. Abses akan tampak sebagai bangunan

    atau lesi, air fluid level, dan lokulasi.

    Abses submandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan

    pus pada daerah submandibula. Abses mandibula menempati urutan tertinggi dari

    seluruh abses leher dalam mencapai 70-85% kasus yang disebabkan oleh infeksi

    gigi ini merupakan kasus terbanyak selebihnya disebabkan oleh sialandenitis,

    limfadenitis, laserasi dinding mulut atau fraktur mandibula. Pada pasien ini abses

    submandibula diduga kuat disebabkan oleh dentogenik yaitu infeksi ini terjadi

    akibat perjalanan dari infeksi gigi yaitu karies dentis pada gigi 7, 8 bawah kanan

    dan gigi 8 bawah kiri. Pasien juga mengaku tersangkut makanan pada giginya

    yang berlubang kemudian pasien berusaha untuk mengeluarkannya dengan cara

    mencongkel gigi dengan lidi yang di ambil pasien di pohon kelapa, ini lah yang

    juga ikut menjadi faktr terjadinya abses submandibula yaitu personal hygienepasien yang buruk. Pasien menggunakan alat-a;at yang tidak sesuai standar dan

    steril.

    Prinsip pengelolaan abses adalah pemberian antibiotik perenteral dosis

    tinggi dan evakuasi abses. Evakuasi abses dapat dilakukan dengan anestesi lokal

    untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila

    letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi.

    Antibiotik yang diberikan pada pasien ini Cefotaxime 1 gr/12 jam yang sensitif

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    34/37

    33

    pada kuman aerob dan Metronidazole 500 mg/ 8 jam yang sensitif pada kuman

    anaerob. Cefotaxime merupakan golongan antibiotik golongan sepalosphorin

    generasi ke tiga yang efektif terhadap gram positif dan gram negatif. Kuman aerob

    memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap Cefotaxime. Metronidazole memiliki

    sensitifitas yang tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif.

    Sebagian besar abses leher disebabkan oleh campuran berbagai kuman baik

    kuman aerob, anaerob maupun fakultatif anaerob. Kuman aerob yang sering

    ditemukan Staphylococcus, Streptococcus sp, Haemifilus influenza, Streptococcus

    pneumonia, Moraxtella cattarrhalis, Klebsiella sp, Neisseria sp.Kuman anaerob

    yang sering ditemukan pada abses leher dalam adalah kelompok basil gram

    negatif, seperti Bacteroides, Prevotella dan Fusobacterium. Namun pada hasil

    mikrobiologi pasien ini tidak ditemukan adanya bakteri. Diduga disini terdapat

    kesalahan dari pengambilan sampel atau proses pengerjaan sampel pada

    laboraturium.

    Prognosis pasien pada kasus ini ad bonam jika pasien mengatasi etiologi

    dari abses yaitu merawat gigi geligi dan menjalankan odontektomi pada gigi yang

    mengalami karies dentist srta mengikuti nasehat dari tenaga medis.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    35/37

    34

    BAB V

    KESIMPULAN

    Abses submandibular merupakan suatu kondisi dimana terbentuknya abses

    pada ruang potensial di regio submandibular yang disertai dengan rasa nyeri

    tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses

    submandibular merupakan bagian dari abses leher dalam. Pada abses

    submandibular didapatkan pembengkakan dibawah dagu atau dibawah lidah baik

    unilateral atau bilateral, disertai rasa demam, nyeri tenggorok dan trismus.

    Mungkin didapatkan riwayat infeksi atau cabut gigi. Pembengkakan dapat

    berfluktuasi atau tidak.

    Diagnosis abses leher dalam ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis yang

    cermat, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada beberapa kasus

    kadang-kadang sulit untuk menentukan lokasi abses terutama jika melibatkan

    beberapa daerah leher dalam dan jika pasien sudah mendapatkan pengobatan

    sebelumnya. Pemeriksaan penunjang sangat berperan dalam menegakkan

    diagnosis. Pada foto polos jaringan lunak leher anteroposterior dan lateral

    didapatkan gambaran pembengkakan jaringan lunak, cairan di dalam jaringan

    lunak, udara di subkutis dan pendorongan trakea. Pada foto polos toraks, jika

    sudah terdapat komplikasi dapat dijumpai gambaran pneumotoraks dan juga dapat

    ditemukan gambaran pneumomediastinum.

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    36/37

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Scott BA, Steinberg CM, Driscoll BP. Infection of the deep Space of the

    neck. In: Bailley BJ, Jhonson JT, Kohut RI et al editors. Otolaryngology

    Head and neck surgery. Philadelphia: JB.Lippincott Company 2001.p.701-

    15

    2. Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam: Iskandar M, Soepardi AE

    editor. Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi ke 7.

    Jakarta: Balai Penerbit FK-UI. 2007:p. 185-8

    3.

    Sakaguchi M, Sato S, Ishiyama T, Katsuno T, Taguchi K. characterization

    and management of deep neck infection. J. Oral Maxillofac Surg.

    1997;26:131-134

    4.

    Huang T, chen T, Rong P, Tseng F, Yeah T, Shyang C. Deep neck

    infection: analysis of 18 cases. Head and neck. Ock, 2004.860-4

    5. Lawson W, Reino AJ. Odontogenic infection. In: Byron Bailey, MD

    editor. Otolaryngologi head and neck surgery. Philadelphia:

    JB.Lippincott.Co 1998:p. 671- 80

    6. Fachruddin DR, Helmi. Penatalaksanaan infeksi leher dalam. Up-date

    1995. Prinsip dasar penatalaksanaan penyakit infeksi, dalam rangka dies

    natalis FK-UI ke- 46(1995)

    7. Bottin R, Marioni G, Rinalsi R, boninsema M, Salvadori L, Staffieri A.

    Deep neck infection: a present-day complication. A retrospective review

    of 83 cases (1998-2001). Eur Arch Otolaryngol.2003; vol 260;576-9

    8. Ballenger JJ. Leher, orofaring dan nasofaring. Dalam : Ballenger JJ, Ed.

    Penyakit THT Kepala & Leher, Jilid 1, Edisi ke 13.Jakarta : Binarupa

  • 8/10/2019 Lapkas abses submandibula

    37/37

    Aksara, 199 . h. 295 -