landasan teori crashing time of project

28
10 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TINJAUAN UMUM Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan urutan pekerjaan sistematis yang bertujuan untuk mewujudkan bangunan infrastruktur (gedung, jalan, bendungan, dll) dalam batasan biaya, mutu, dan waktu yang telah disepakati sesuai kontrak kerja. Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya permintaan atau kebutuhan akan infrastruktur yang diharapkan yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Ketika gagasan tersebut memenuhi kelayakan dalam rangka mewujudkannya, maka proses selanjutnya adalah tahap desain, yang meliputi desain persiapan (preliminary design), desain pengembangan (development design), dan terakhir adalah desain akhir (final design) yang akan menjadi patokan dalam pengerjaan di lapangan. Dalam proses pembangunan (construction) suatu proyek dibutuhkan metode- metode kerja khusus yang harus digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan kontrak baik biaya, mutu dan waktu. Pengendalian proyek konstruksi yang sistematis harus direncanakan dengan matang dan teliti agar dapat menghasilkan waktu penyelesaian dan biaya yang paling efisien (Soeharto, 1997). Keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan suatu proyek konstruksi seringkali disebabkan oleh kurang terencananya kegiatan proyek serta pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien. Hal ini akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas pekerjaan, dan membengkaknya biaya pelaksanaan. Dalam kaitannya dengan biaya dan waktu proyek, pelaksana lapangan (kontraktor dan pengawas lapangan) harus bisa efisien dan bijaksana dalam penggunaan waktu dalam setiap aktivitas atau

Upload: mujib-ahmad

Post on 21-Nov-2015

129 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Landasan teori dalam analisis percepatan proyek konstruksi dengan metode time-cost trade-off. Opsi yang digunakan adalah dengan mengadakan kerja lembur selama 1 dan 2 jam untuk mempercepat durasi proyek yang terlambat.

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 TINJAUAN UMUM

    Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan dengan urutan

    pekerjaan sistematis yang bertujuan untuk mewujudkan bangunan infrastruktur

    (gedung, jalan, bendungan, dll) dalam batasan biaya, mutu, dan waktu yang telah

    disepakati sesuai kontrak kerja.

    Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dengan lahirnya suatu

    gagasan yang muncul dari adanya permintaan atau kebutuhan akan infrastruktur

    yang diharapkan yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap

    kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Ketika gagasan

    tersebut memenuhi kelayakan dalam rangka mewujudkannya, maka proses

    selanjutnya adalah tahap desain, yang meliputi desain persiapan (preliminary

    design), desain pengembangan (development design), dan terakhir adalah desain

    akhir (final design) yang akan menjadi patokan dalam pengerjaan di lapangan.

    Dalam proses pembangunan (construction) suatu proyek dibutuhkan metode-

    metode kerja khusus yang harus digunakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut

    sesuai dengan kontrak baik biaya, mutu dan waktu. Pengendalian proyek konstruksi

    yang sistematis harus direncanakan dengan matang dan teliti agar dapat

    menghasilkan waktu penyelesaian dan biaya yang paling efisien (Soeharto, 1997).

    Keberhasilan atau kegagalan dari pelaksanaan suatu proyek konstruksi

    seringkali disebabkan oleh kurang terencananya kegiatan proyek serta

    pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien. Hal ini

    akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas pekerjaan, dan

    membengkaknya biaya pelaksanaan. Dalam kaitannya dengan biaya dan waktu

    proyek, pelaksana lapangan (kontraktor dan pengawas lapangan) harus bisa efisien

    dan bijaksana dalam penggunaan waktu dalam setiap aktivitas atau

  • 11

    kegiatannya, sehingga biaya dapat diminimalkan dari rencana awal.

    Perencanaan kegiatan-kegiatan proyek merupakan masalah yang sangat

    penting karena merupakan dasar untuk pelaksanaan pekerjaan agar dapat selesai

    dengan biaya dan waktu yang paling optimal. Pada tahap perencanaan proyek,

    diperlukan adanya estimasi durasi waktu pelaksanaan proyek tersebut. Realita di

    lapangan menunjukkan bahwa penyelesaian suatu proyek konstruksi sangatlah

    bervariasi karena sangat tergantung pada kondisi lapangan saat itu yang bisa saja

    terdapat hal yang diluar perkiaraan, sehingga waktu penyelesaian riil di lapangan

    banyak yang meleset dari dari rencana awal. Selain ketepatan perkiraan waktu,

    penegasan hubungan antar kegiatan suatu proyek juga sangat berpengaruh dalam

    perencanaan pelaksanaan antar kegiatan yang saling terkait. Dalam mengestimasi

    waktu dan biaya proyek maka diperlukan adanya optimalisasi yang bertujuan untuk

    mengoptimalkan sumber daya yang ada namun tetap mendapatkan hasil yang

    optimal.

    3.2 PROYEK

    Proyek merupakan suatu tugas yang perlu dirumuskan untuk mencapai

    sasaran yang dinyatakan secara konkret serta harus diselesaikan dalam suatu

    periode tertentu dengan menggunakan tenaga manusia dan alat-alat yang terbatas

    sehingga dbutuhkan pengelolaan dan kerja sama yang berbeda dari yang biasanya

    digunakan (Karaini, 2011). Sedangkan menurut Cleland dan King (1988) proyek

    merupakan gabungan dari berbagai sumber daya yang dihimpun dalam organisasi

    sementara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

    Ciri-ciri pokok proyek diantaranya adalah sebagai berikut :

    a. memiliki tujuan yang khusus, produk akhir, atau hasil kerja akhir;

    b. jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai

    tujuan di atas telah ditentukan;

    c. bersifat sementara, dalam arti umumnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik

    awal dan akhir ditentukan denga jelas;

    d. nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah

    sepanjang proyek berlangsung.

  • 12

    Selain proyek dikenal juga program yang mempunyai sifat sama dengan

    proyek. Perbedaannya terletak pada kurun waktu pelaksanaannya dan besarnya

    sumber daya yang dibutuhkan. Program memiliki skala yang lebih besar

    dibandingkan dengan proyek. Umumnya, program dapat dipecah menjadi lebih

    dari satu proyek, atau suatu program merupakan kumpulan dari bermacam-macam

    proyek. Berikut ini adalah beberapa perbedaan lain antara proyek dengan program

    ditunjukkan pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Perbedaan Proyek dengan Program

    No Proyek Program

    a. Bersifat dinamis Bersifat rutin

    b. Berlangsung dalam kurun waktu

    terbatas

    Berlangsung kontinu/jangka panjang

    c. Intensitas kegiatan berbeda-beda Intensitas kegiatan relatif sama

    d. Kegiatan harus selesai sesuai dana

    dan waktu tertentu

    Batasan tidak setajam proyek, hanya

    diatur dalam anggaran tahunan

    e. Menyangkut kegiatan yang

    beragam dan perlu klarifikasi

    tenaga kerja yang bermacam-

    macam

    Tidak terlalu banyak macam-macam

    kegiatan

    f. Guna memperoleh hasil yang

    efektif perlu diatur jalur

    komunikasi dan tanggung jawab

    baik vertikal maupun horizontal

    Penekanannya pada jalur vertikal

    Sumber : Karaini (2011)

    Soeharto (1997) juga menyatakan bahwa proyek dapat dikelompokkan

    menjadi :

    a. Proyek Engineering-Konstruksi

    Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan

    konstruksi.

    b. Proyek Engineering-Manufaktur

    Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk,

    manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.

    c. Proyek Penelitian dan Pengembangan

    Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka

    menghasilkan produk tertentu.

  • 13

    MUTU

    WAKTU

    BIAYA

    Gambar 3.1 Hubungan Biaya, Mutu dan Waktu (Sumber : Karaini, 2011)

    d. Proyek Pelayanan Manajemen

    Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik,

    tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen.

    e. Proyek Kapital

    Proyek kapital merupakan proyek yang berhubungan dengan penggunaan

    dana kapital untuk investasi.

    Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa proyek konstruksi adalah suatu

    usaha untuk mendirikan sebuah bangunan dengan biaya, mutu, jangka waktu

    tertentu dan sumber daya yang terbatas.

    3.2.1 Sasaran Proyek

    Pada poin diatas sudah disebutkan bahwa proyek mempunyai sasaran yang

    jelas, misalnya rumah tinggal, jembatan atau gedung perkantoran. Didalam proses

    mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan yaitu besaran biaya (anggaran)

    yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan itu biasa

    disebut sebagai tiga kendala (triple constrain) yang saling berhubungan seperti

    yang diperlihatkan pada Gambar 3.1.

    Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek

    yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek yang mempunyai sifat saling

    tarik-menarik. Artinya, semakin kompleks dan unik suatu bangunan, maka

    umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya berakibat pada

    naiknya anggaran biaya. Sebaliknya jika ingin menekan biaya, maka harus

    berkompromi dengan mutu atau jadwal.

  • 14

    3.2.2 Tahapan Proyek Konstruksi

    Tahapan proyek konstruksi terdiri dari :

    1. Tahap perencanaan

    a. Gagasan dan ide.

    b. Studi kelayakan : Aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah teknis,

    ekonomi, lingkungan, dan lain-lain.

    2. Tahap perancangan

    a. Tahap prarancangan : Mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi

    biaya konseptual.

    b. Tahap pengembangan rancangan : Merupakan pengembangan dari tahap

    pra rancangan dan estimasi lebih terperinci.

    c. Tahap desain akhir : Hasil gambar detail, spesifikasi, daftar volume, RAB,

    syarat-syarat administrasi dan peraturan-peraturan umum.

    3. Tahap pengadaan/pelelangan

    a. Pengadaan jasa konstruksi.

    b. Pengadaan material dan peralatan.

    4. Tahap pelaksanaan

    a. Merupakan hasil perancangan, dengan SPK dan kontrak.

    b. Perlu manajemen proyek.

    3.3 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

    Menurut Kerzner (1982) manajemen proyek adalah merencanakan,

    menyusun organisasi, memimpin dan mengendalikan sumber daya perusahaan

    untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Dari pengertian

    tersebut dapat kita simpulkan bahwa manajemen proyek konstruksi adalah suatu

    usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi dan

    mengawasi kegiatan dalam proyek konstruksi sedemikian rupa sehingga sesuai

    dengan jadwal waktu dan anggaran yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu konsep

    manajemen proyek konstruksi meliputi :

    a. Proyek merupakan suatu kegiatan yang sifatnya sementara dengan tujuan dan

    memanfaatkan sumber daya tertentu.

  • 15

    b. Manajemen proyek adalah proses pencapaian tujuan proyek dalam suatu

    wadah tertentu.

    c. Manajemen proyek meliputi langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan,

    pengawasan dan penyelesaian proyek.

    d. Kendala atau hambatan proyek adalah biaya, spesifikasi kerja (mutu), dan

    waktu.

    Beberapa alasan kenapa dalam sebuah pembangunan proyek konstruksi harus

    ada manajemen proyek yang baik diantaranya sebagai berikut :

    a. Tingkat kesulitan dalam tugas-tugas yang diperintahkan meningkat.

    b. Cepatnya perkembangan teknik baik teori maupun praktik.

    c. Biaya meningkat, umur dan nilai ekonomis alat/barang yang selalu menurun

    seiring bertambahnya umur.

    d. Resiko dan biaya proyek di masa mendatang dapat berubah diluar perkiraan.

    Adapun fungsi dari manajemen proyek konstruksi itu sendiri adalah sebagai

    berikut :

    a. Sebagai quality control sehingga dapat menjaga kesesuaian antara

    perencanaan dan pelaksanaan.

    b. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak pasti

    serta mengatasi kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan.

    c. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai. Hal itu

    dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.

    d. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan dalam pengambilan keputusan

    terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

    e. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sebuah sistem informasi yang

    baik yang dapat digunakan untuk menganalisis performa dilapangan.

    3.4 BIAYA PROYEK

    Biaya merupakan uang yang dikeluarkan untuk (menghasilkan, mendirikan,

    membuat, dsb) sesuatu. Sedangkan biaya proyek adalah sejumlah biaya atau modal

    yang diperlukan untuk melakukan seluruh kegiatan dari awal pembangunan proyek

    sampai selesai, dan siap untuk dioperasikan (Soeharto, 1997).

  • 16

    Perkiraan biaya merupakan unsur penting dalam pengelolaaan biaya proyek

    secara keseluruhan. Perkiraan biaya memiliki fungsi yang cukup luas, yaitu

    merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja,

    ataupun waktu. Tahap pertama adalah tahap konseptual yang dipergunakan untuk

    mengetahui berapa besar biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek

    tersebut.

    Meskipun hasil output biaya proyek ini mempunyai fungsi yang sama yaitu

    untuk menyelesaikan proyek sesuai rencana awal, tapi maksud dan tujuannya bisa

    saja berbeda tergantung dari sudut pandangnya. Misalanya saja bagi pemilik

    proyek, besarnya biaya proyek yang dikeluarkan menunjukkan jumlah perkiraan

    biaya yang dijadikan sebagai patokan untuk menentukan kelayakan berinvestasi.

    Sedangkan bagi kontraktor, besarnya keuntungan finansial yang diperoleh

    tergantung seberapa jauh ketelitian dan kecakapan seseorang (estimator) dalam

    menentukan perkiraan biaya. Tapi pengertian biaya proyek ini tentu akan berbeda

    lagi bagi konsultan yang menjadikan perkiraan biaya yang ditawarkan oleh

    kontraktor kepada pemilik untuk dilakukan pengkajian ulang agar mendapatkan

    biaya terbaik yang realistis sesuai mutu yang telah disepakati.

    Biaya proyek dikelompokkan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya

    tidak langsung (indirect cost).

    1. Biaya Langsung (Direct Cost)

    Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi

    komponen permanen hasil akhir proyek yang berupa fisik proyek itu sendiri.

    Biaya langsung terdiri dari :

    a. Biaya material

    Biaya material diperoleh dengan menerapkan harga satuan yang berlaku

    pada saat itu. Harga material merupakan harga lokal di mana

    proyek itu dikerjakan, karena biasanya material yang dipakai pada sebuah

    proyek konstruksi merupakan material lokal agar menekan biaya

    pengangkutan ke lokasi proyek.

    b. Biaya tenaga kerja

    Estimasi komponen tenaga kerja merupakan aspek paling sulit dari

    keseluruhan analisis biaya konstruksi. Faktor yang paling sulit adalah

  • 17

    mengukur dan menetapkan tingkat produktivitas tenaga kerja. Untuk

    mendapatkan nilai koefisien produktivitas tenaga kerja tidak cukup hanya

    berdasarkan pada ketelitian dan kecermatan dalam mencatat pekerjaan

    yang dihasilkan terhadap waktu yang dibutuhkan, akan tetapi juga

    diperlukan pula pengalaman kerja dan pemahaman matang tentang

    perilaku kehidupan tenaga kerja.

    c. Biaya peralatan

    Biaya peralatan terdiri dari pembelian atau penyewaan, mobilisasi dan

    demobilisasi, dan pengoperasian peralatan sebagai pendukung

    kerja pada saat proyek konstruksi tersebut berlangsung. Biaya yang mahal

    menjadikan kita harus cermat dalam memilih dan menggunakan peralatan

    sesuai kebutuhan kita di lapangan. Selain itu juga perlu beberapa aspek

    yang perlu diperhatikan ketika kita ingin menggunakan atau

    mendatangkan alat di lapangan, yaitu kapasitas, kemampuan,

    produktivitas, umur alat dan spesifikasi teknis lainnya.

    d. Biaya pembebasan lahan

    e. Biaya penyiapan lahan

    2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

    Biaya tidak langsung adalah biaya pengeluaran untuk manajemen, supervisi

    dan jasa pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi produk permanen,

    tetapi diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek.

    Biaya tidak langsung pada pelaksanaan proyek terdiri dari (Soeharto, 1997) :

    a. Gaji tetap dan tunjangan bagi manajemen, tenaga engineering, dll.

    b. Biaya untuk kendaraan dan peralatan konstruksi seperti biaya

    pemeliharaan, pembelian bahan bakar, minyak pelumas dan suku cadang.

    c. Pembangunan fasilitas sementara, seperti kantor, barak pekeja, wc/kamar

    mandi, mushola, dll.

    d. Pengeluaran umum yang meliputi berbagai macam keperluan yang dapat

    dimasukkan ke dalam butir lain sebagai pendukung kelancaran proyek.

    e. Fee bagi pegawai dan manajemen proyek.

  • 18

    f. Overhead yang meliputi biaya operasional perusahaan terlepas dari ada

    atau tidaknya kontrak yang sedang dijalani, seperti biaya pemasaran,

    advertensi (iklan), telepon, komputer, printer, dll.

    g. Pajak, pungutan, sumbangan, biaya izin dan asuransi.

    3. Hubungan Antara Biaya dan Waktu

    Salah satu cara untuk mengetahui hubungan antara biaya dengan waktu

    pelaksanaan adalah dengan menggambarkannya pada sebuah grafik. Berdasarkan

    pembagian komponen biaya di atas, maka terdapat dua buah grafik, yaitu grafik

    waktu-biaya langsung dan waktu-biaya tidak langsung. Selanjutnya dari kedua

    buah grafik tersebut dapat digambarkan sebuah grafik yang menunjukkan antara

    waktu dengan biaya total pelaksanaan suatu proyek.

    Besarnya biaya langsung untuk pelaksanaan suatu proyek berdasarkan pada

    jumlah tenaga kerja yang dapat bekerja secara efisien serta jumlah peralatan yang

    dapat digunakan dengan produktivitas maksimum. Dengan dibuatnya jaringan

    kerja, dapat ditentukan jalur kritis proyek tersebut untuk selanjutnya diperoleh

    waktu pelaksanaan total proyek.

    Sedangkan besarnya biaya tidak langsung pada pelaksanaan suatu proyek

    bergantung pada lamanya waktu pelaksanaan proyek tersebut. Semakin lama waktu

    pelaksanaan pekerjaan proyek, maka jumlah biaya tidak langsungnya pun juga

    semakin besar. Penambahan biaya tidak langsung proyek biasanya ditetapkan

    sebagai fungsi langsung dari pelaksanaan proyek, berupa jumlah tetap yang harus

    dikeluarkan untuk setiap satuan waktu pelaksanaan.

    Grafik hubungan antara waktu dengan biaya langsung merupakan garis non

    linier yang menggambarkan perbandingan terbalik antara keduanya, sehingga

    dengan mempersingkat waktu pelaksanaan proyek maka biaya langsung yang

    dibutuhkan juga semakin membesar. Sedangkan untuk hubungan antara waktu

    dengan biaya tidak langsung merupakan garis linier yang merupakan perbandingan

    lurus, dimana bila kita mempercepat waktu pelaksanaan proyek maka biaya tidak

    langsungnya pun akan menurun (Adianto dkk, 2006). Grafik hubungan waktu

    dengan biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total berturut-turut dapat

    dilihat pada Gambar 3.2, Gambar 3.3 dan Gambar 3.4 berikut.

  • 19

    Gambar 3.2 Grafik Hubungan Waktu dengan Biaya Langsung (Sumber : Soeharto, 1997)

    Gambar 3.3 Grafik Hubungan Waktu dengan Biaya Tidak Langsung (Sumber : Soeharto, 1997)

    Gambar 3.4 Grafik Hubungan Waktu dengan Biaya Total (Sumber : Soeharto, 1997)

  • 20

    3.5 PENJADWALAN PROYEK

    Penjadwalan adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan

    urutan kerja atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang

    terperinci. Penjadwalan proyek merupakan bagian yang paling penting dari sebuah

    perencanaan proyek, yaitu untuk menentukan kapan sebuah proyek dilaksanakan

    berdasarkan urutan tertentu dari awal sampai akhir hingga diketahui durasi yang

    dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Dengan adanya penjadwalan

    proyek, maka kita dapat mengetahui urutan pekerjaan serta rencana pengendalian

    pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

    Metode penjadwalan proyek sangat beragam, namun yang sering dipakai di

    lapangan adalah diagram batang beserta kurva S (bar chart) dan jaringan kerja

    (network diagram). Metode penjadwalan dibuat untuk mencapai efektifitas dan

    efesiensi yang tinggi dari sumber daya yang digunakan selama masa pelaksanaan

    proyek konstruksi. Komponen yang digunakan untuk perencanaan waktu

    produktivitas dan biaya adalah tenaga kerja , material, dan peralatan.

    Sumber daya tersebut harus direncanakan seefisien mungkin, agar diperoleh

    biaya pelaksanaan yang minimum tapi kualitasnya tetap terpenuhi. Berikut ini

    adalah beberapa manfaat dari penjadwalan dan perencanaan proyek :

    a. Mengorganisir kegiatan-kegiatan yang terkait dalam proyek.

    b. Memperkirakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

    c. Menentukan pembagian, waktu dan cara pelaksanaan tugas.

    d. Mengalokasikan tanggung jawab pelaksana proyek.

    e. Mempermudah dalam pengontrolan dan pengendalian kemajuan atau

    keterlambatan proyek.

    f. Mengantisipasi kondisi yang tidak diharapkan dalam perubahan rencana

    yang mungkin terjadi selama proyek berlangsung.

    Penjadwalan dan perencanaan proyek memiliki dua fungsi utama, yaitu :

    a. Fungsi pengorganisasian (tahap permulaan)

    Pada tahap awal sebelum proyek dimulai, penjadwalan dan perencanaan

    proyek dibutuhkan dalam pembentukan organisasi proyek serta pembagian

    tugas kerja.

  • 21

    b. Fungsi pengendalian (tahap pelaksanaan)

    Pada tahap pelaksanaan ini penjadwalan dan perencanaan berperan penting

    dalam pengalokasian ulang sumber daya yang dipakai, untuk mengambil

    keputusan lebih lanjut ataupun mengubah keputusan yang telah dibuat bila

    selama proyek berlangsung terjadi kondisi yang tidak diharapkan.

    Walaupun unsur utama dalam penjadwalan dan perencanaan adalah sebuah

    peramalan kondisi di masa mendatang, tentu hal ini harus diperhatikan dan

    dilakukan dengan cermat dengan mempelajari pola-pola yang sudah ada atau

    berdasarkan pengalaman kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut ini

    adalah beberapa hal yang harus diperhaitkan dalam membuat penjadwalan dan

    perencanaan yang efektif :

    a. Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

    b. Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat, dimana perkiraan waktu,

    sumber daya, dan biayanya berdasarkan pada proyek-proyek sebelumnya.

    c. Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.

    d. Fleksibel terhadap perubahan-perubahan.

    e. Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil yang dicapai dan pengendalian

    proyek.

    Dalam proyek konstruksi ada tiga hal yang menjadi penentu keberhasilan

    proyek, yaitu biaya , mutu dan waktu. Tapi pengalaman yang ada di lapangan

    menunjukkan masih banyaknya kesalahan penjadwalan dan perencanaan yang

    berakibat pada membengkaknya biaya ataupun durasi pekerjaan proyek.

    Perencanaan biaya dan waktu harus berdasarkan ketersediaan sumber daya dan

    material yang selanjutnya dituliskan dalam bentuk gambar, diagram, atau petunjuk

    lain sehingga bisa dikomunikasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek

    tersebut dan dapat berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian.

    3.5.1 Diagram Batang (Bar Chart) dan Kurva S

    Bar chart atau diagram batang/balok adalah diagram alur pelaksanaan

    pekerjaan yang dibuat untuk menentukan waktu penyelesaian pekerjaan yang

    dibutuhkan. Metode ini diperkenalkan oleh H. L. Gant pada tahun 1917.

  • 22

    Diagram batang disusun dengan tujuan mengidentifikasi unsur waktu dan urutan

    dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai dan berakhirnya.

    Sedangkan kurva S adalah grafik yang menunjukkan kemajuan persentase

    pada sebuah proyek dalam satuan waktu tertentu, baik dari sisi perencanaannya

    maupun relaisasinya. Kurva S merupakan pengembangan dan penggabungan dari

    diagram batang dengan Hannum Curve yang dilengkapi bobot tiap pekerjaan yang

    dinyatakan dalam %. Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan maka harus dihitung

    dahulu volume dan biaya pekerjaannya sehingga didapatkan biaya total proyek.

    Selanjutnya agar ukuran yang digunakan setiap pekerjaan dalam menghitung bobot

    sama, maka satuan tiap pekerjaan dinyatakan dalam satuan uang. Disebut sebagai

    kurva S karena kurva yang terbentuk menyerupai huruf S yang menunjukkan

    kegiatan di awal dan akhir proyek berlangsung.

    Pada umumnya dalam sebuah proyek konstruksi, kontraktor diharuskan untuk

    menyerahkan jadwal induk rencana (master schedule) kepada owner yang

    memperlihatkan tanggal rencana dimulai dan berakhirnya proyek tersebut.

    Biasanya master schedule tersebut berupa perpaduan diagram batang dan kurva S

    karena merupakan rencana kerja paling sederhana sehingga mudah dipahami

    bahkan oleh orang umum sekalipun.

    Dalam rencana kerja ini berturut-turut dari bagian paling kiri merupakan item

    pekerjaan, selanjutnya adalah bobot pekerjaan yang merupakan besar persentase

    antara anggaran per item pekerjaan terhadap anggaran total proyek, dan terakhir

    pada bagian paling kanan adalah balok-balok horisontal yang menunjukkan awal,

    akhir dan durasi pekerjaan. Sedangkan pada bagian bawah terdapat persentase

    rencana dan juga persentase realisasi untuk tiap satuan waktu dan persentase

    kumulatif dari rencana tersebut. Kurva realisasi merupakan hasil nyata di lapangan

    yang berfungsi sebagai pembanding terhadap kurva rencana dimana jika hasil

    realisasi berada diatas kurva rencana maka proyek mengalami prestasi, sedangkan

    bila berada dibawah kurva rencana berarti proyek mengalami keterlambatan. Kurva

    S ini sangat efektif untuk mengevaluasi dan mengendalikan waktu dan biaya proyek

    karena dapat menampilkan secara visual adanya penyimpangan yang mungkin

    terjadi sehingga selalu dipakai dalam di lapangan.

  • 23

    Gambar 3.5 Time Schedule dengan Metode Bar Chart dan Kurva S

    Kelebihan dari teknik penjadwalan ini adalah mudah dibuat dan dipahami tapi

    tetap efektif untuk pengontrolan dan pengendalian terhadap pelaksanaan yang ada

    ataupun yang mengalami penyimpangan. Adapun kekurangannya adalah sebagai

    berikut :

    a. Tidak dapat menunjukkan hubungan ketergatungan antar pekerjaan secara

    spesifik, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari

    keterlambatan atau penyimpangan terhadap jadwal keseluruhan proyek.

    b. Sulit untuk dilakukan pembaharuan (updating) karena umumnya harus

    membuat bagan baru.

    c. Untuk proyek-proyek besar dan kompleks penggunaan teknik ini akan

    megalami kesulitan dalam penyusunan dan penyajian data secara

    sistematis.

    Berikut ini adalah contoh dari teknik penjadwalan barchart dan kurva S dapat

    dilihat pada Gambar 3.5 :

    (Sumber : harispradipta.blogspot.com)

  • 24

    3.5.2 Diagram Jaringan Kerja (Network Diagram)

    Diagram jaringan kerja (network diagram) adalah suatu rencana kerja yang

    disusun berdasarkan urutan-urutan kegiatan dari semua kegiatan sehingga

    keterkaitan antar pekerjaan satu dengan yang lainnya bisa terlihat dengan jelas.

    Metode penjadwalan ini sering digunakan pada proyek-proyek besar dengan

    kompleksitas yang tinggi sehingga tidak cukup hanya dilakukan penjadwalan

    dengan metode bar chart dan kurva S. Metode network diagram merupakan

    penyempurnaan dari metode bar chart karena mempunyai kelebihan dapat

    mengetahui hubungan antar pekerjaan, pekerjaan kritis dan mampu membuat

    perkiraan jadwal yang paling ekonomis. Ada beberapa macam network diagram

    yang sering dipakai dalam penjadwalan dan perencanaan proyek konstruksi yaitu :

    1. CPM (Critical Path Method)

    CPM adalah teknik penjadwalan yang terdiri dari lintasan kritis dan lintasan

    non kritis pada rangkaian item pekerjaannya. Jalur/lintasan kritis merupakan jalur

    yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang apabila terlambat maka akan

    mengakibatkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan.

    Berikut ini adalah beberapa aturan dalam penyusunan CPM :

    a. Sebelum aktifitas dimulai maka seluruh aktifitas pendahulunya harus

    sudah selesai.

    b. Anak panah berfungsi untuk menyatakan hubungan ketergantungan antar

    aktifitas.

    c. Anak panah/arrow () menyatakan sebuah kegiatan/aktifitas dengan

    durasi pekerjaan tertentu. Hal ini karena CPM termasuk dalam klasifikasi

    AOA (Activity On Arrow).

    d. Lingkaran/node (O) menyatakan suatu kejadian/peristiwa/event.

    e. Anak panah putus-putus (--->) menyatakan kegiatan semu/dummy yaitu

    kegiatan yang tidak mempunyai durasi dan tidak membutuhkan sumber

    daya.

  • 25

    B = 5

    Gambar 3.6 Perhitungan Durasi pada Metode CPM (Sumber : Prabowo, 2013)

    Arah perhitungan dalam CPM ada 2 yaitu :

    a. Perhitungan Maju (EET/Earliest Event Time)

    Perhitungan paling dini dari terjadinya setiap aktifitas pada lintasan proyek

    sehingga menunjukkan seberapa cepat aktifitas tersebut dapat dimulai.

    b. Perhitungan Mundur (LET/Latest Event Time)

    Perhitungan waktu paling lambat dari setiap aktifitas tanpa mempengaruhi

    waktu proyek secara keseluruhan.

    Gambar 3.6 dibawah ini menjelaskan contoh perhitungan pada metode CPM.

    Keterangan: N = Nomor peristiwa

    EET = Waktu kegiatan paling awal

    LET = Waktu kegiatan paling akhir

    A = Kegiatan

    B = Durasi

    2. PERT (Programme Evaluation and Review Technique)

    Tujuan PERT menurut (Heizer & Render, 2005) adalah untuk membagi seluruh

    proyek ke dalam kejadian dan aktifitas. Suatu kejadian menandai mulai atau

    selesainya tugas atau aktifitas tertentu. Sama dengan metode CPM, PERT juga

    termasuk klasifikasi AOA (Activity On Arrow). Pada awalnya metode ini dibuat

    untuk mengevaluasi rencana-rencana dan jadwal yang dibuat, tetapi dalam

    perkembangannya tidak hanya terbatas pada hal tersebut, karena PERT juga dapat

    digunakan sebagai metode penjadwalan dan perencanaan baru.

    Metode ini menawarkan beberapa cara dalam menentukan estimasi waktu

    penyelesaian proyek yang kadang sering mengalami ketidakpastian karena faktor-

    faktor tertentu. Adapun estimasi waktu yang ditawarkan tersebut adalah sebagai

    berikut :

    0

    0

    5

    0 5

    0

  • 26

    a. Waktu optimis/Optimistic time (a)

    Adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila sesuatunya

    berjalan mulus sesuai rencana. Waktu ini diperkirakan hanya terjadi satu

    kali dalam seratus kali kegiatan yang sama/berulang-ulang.

    b. Waktu pesimis/Pessimistic time (b)

    Adalah waktu paling lama untuk menyelesaikan kegiatan bila sesuatunya

    berjalan tidak sesuai rencana. Waktu ini juga diperkirakan hanya terjadi

    satu kali dalam seratus kali kegiatan yang sama/berulang-ulang.

    c. Waktu paling mungkin/Most likely time (m)

    Adalah waktu yang paling sering terjadi dibandingkan dengan yang lain

    bila kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.

    Setelah menentukan angka-angka tersebut langkah selanjutnya adalah

    merumuskan hubungan ketiga angka tersebut menjadi satu angka yang disebut te

    atau kurun waktu yang paling diharapkan (expected duration time) menjadi sebuah

    persamaan.

    Te = a + 4m + b

    6 (3.1)

    Keterangan : Te = Waktu yang diharapkan

    a = Waktu optimis

    b = Waktu pesimis

    m = Durasi paling mungkin

    Dalam menentukan nilai te dipakai asumsi kemungkinan terjadinya waktu optimis

    dan waktu pesimis adalah sama besar, sedangkan waktu paling sering adalah empat

    kali lebih besar dari keduanya.

    3. PDM (Precedence Diagram Method)

    PDM merupakan jaringan kerja dengan klasifikasi AON (Activity On Node)

    dimana kegiatan dituliskan dalam node yang biasanya berbentuk segi empat, dan

    anak panah berfungsi sebagai petunjuk dari kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.

    Dengan demikian kegiatan dummy yang merupakan tanda penting untuk

    menunjukkan hubungan ketergantungan antar kegiatan dalam metode CPM dan

  • 27

    Gambar 3.7 Pembagian Ruangan pada Node PDM (Sumber : Prabowo, 2013)

    PERT, di metode PDM ini tidak berlaku.

    Aturan dasar pada klasifikasi AOA adalah bahwa kegiatan boleh dimulai ketika

    kegiatan pendahulunya (predecessor) selesai, maka untuk proyek dengan kegiatan

    yang saling tumpang tindih dan berulang-ulang akan memerlukan garis dummy

    yang banyak sekali sehingga tidak praktis dan kompleks.

    Kegiatan peristiwa pada PDM dituliskan dalam node yang berbentuk kotak,

    sehingga harus dicantumkan nama aktifitas dan durasinya dimana setiap node

    mempunyai dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir. Ruangan dalam node

    dibagi menjadi bagian kecil yang berisi keterangan dari kegiatan tersebut, yaitu

    kurun waktu (D), float, identitas kegiatan, mulai dan selesainya kegiatan ES

    (Earliest Start), EF (Earliest Finish), LS (Latest Start), LF (Latest Finish)

    sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.7.

    Pada metode PDM ini dikenal ada empat macam pembatasan (constrain) yang

    menunjukkan hubungan antar kegiatan. Selain itu pada garis konstrain juga perlu

    diberikan penjelasan mengenai waktu mendahului (lead), waktu tundaan (lag) dan

    waktu tenggang/keterlambatan yang diperbolehkan (float). Berikut ini adalah

    keempat konstrain dalam PDM tersebut :

    a. Finish to Start (FS)

    Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktifitas berikutnya

    tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya.

    b. Start to Start (SS)

    Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya aktifitas berikutnya

    tergantung pada mulainya aktifitas sebelumnya.

  • 28

    Gambar 3.8 Konstrain Finish to Start (Sumber : Prabowo, 2013)

    c. Finish to Finish (FF)

    Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktifitas

    berikutnya tergantung pada selesainya aktifitas sebelumnya.

    d. Start to Finish (SF)

    Adalah hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya aktifitas

    berikutnya tergantung pada mulainya aktifitas sebelumnya.

    Dengan adanya parameter yang bertambah banyak, maka perhitungan untuk

    mengidentifikasi kegiatan atau jalur kritis akan menjadi kompleks sehingga harus

    lebih cermat dalam menghitungnya. Seperti halnya pada metode CPM, PDM juga

    mempunyai dua cara perhitungan yaitu :

    a. Perhitungan maju ke muka (Forward pass computation)

    Adalah perhitungan untuk mendapatkan waktu mulai dan selesai tercepat

    (ES dan EF). Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan yang bergabung

    maka diambil nilai ES/EF terbesar dengan anggapan bahwa waktu awal

    adalah 0.

    - Hubungan FS

    EFi = ESi +Di (3.2)

    ESj = EFi + FSij (3.3)

    ESj = Di + FSij (3.4)

    EFj = ESj +Dj (3.5)

    - Hubungan SS

    ESj = ESi + SSij (3.6)

    EFj = ESj + Dj (3.7)

  • 29

    Gambar 3.9 Konstrain Start to Start (Sumber : Prabowo, 2013)

    Gambar 3.10 Konstrain Start to Finish (Sumber : Prabowo, 2013)

    Gambar 3.11 Konstrain Finish to Finish (Sumber : Prabowo, 2013)

    - Hubungan SF

    EFj = ESi + SFij (3.8)

    ESj = EFj Dj (3.9)

    - Hubungan FF

    EFj = EFi + FFij (3.10)

    ESj = EFj Dj (3.11)

    b. Perhitungan mundur ke belakang (Backward pass computation)

    Adalah perhitungan untuk mendapatkan waktu mulai dan selesai paling

    lambat (LS, LF dan float). Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan yang

    bergabung maka diambil nilai LS/LF terkecil.

    - Hubungan FS

    LFi = LSj FSij (3.12)

    LSi = LFi Di (3.13)

  • 30

    - Hubungan SS

    LSi = LSj - SSij (3.14)

    LFi = LSi + Di (3.15)

    - Hubungan SF

    LFi = LFj - FFij (3.16)

    LSi = LFi Di (3.17)

    - Hubungan FF

    LSi = LFj - SFij (3.18)

    LFi = LSi + Di (3.19)

    Selanjutnya hubungan di antara empat konstrain tersebut dipilih nilai yang terbesar:

    a. Perhitungan maju ke muka

    Contoh : mencari ESj

    ESj = ESi + SSij atau

    ESi + SFij atau

    EFi + FSij atau ESj dipilih nilai terbesar

    EFi + FFij Dj

    b. Perhitungan maju ke muka

    Contoh : mencari LSi

    LSi = LSj - SSij atau

    LSj FSij - Di atau

    LFj FFij - Di atau LSi dipilih nilai terkecil

    LFj - SFij

    Sedangkan float yang dipakai pada metode PDM ada 2 macam yaitu :

    a. Total Float (TF)

    Adalah tenggang total atau keterlambatan yang diperkenankan untuk

    aktifitas tanpa mengakibatkan keterlambatan pada penyelesaian proyek.

    Contoh : TFi = ( LFi ESi Di ) / ( LSi ESi )

    b. Free Float (FF)

    Adalah keterlambatan yang diperkenankan untuk suatu aktifitas tanpa

  • 31

    mengakibatkan keterlambatan untuk memulai aktifitas selanjutnya.

    Contoh : FFi = ESj EFi FSij

    3.6 PENGENDALIAN PROYEK

    Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis dalam memantau,

    mengkaji, dan mengadakan koreksi terhadap adanya kemungkinan penyimpangan

    pelaksanaan untuk kembali sesuai standar perencanaan.

    Dalam rangka pengendalian dan pengawasan di lapangan atau sering juga

    disebut monitoring, diperlukan suatu media atau alat yang mampu merangkum

    informasi-informasi secara tepat dan cepat. Beberapa media yang bisa dipakai

    adalah kurva S, diagram jaringan kerja, spesifikasi teknis, gambar, dll. Media

    komunikasi tersebut bermanfaat untuk memastikan kemajuan proyek, masalah

    yang terjadi, serta keputusan dan tindakan yang perlu diambil.

    Pengendalian proyek dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen yaitu :

    1. Pengendalian Mutu

    Pengendalian ini berfungsi dalam mengendalikan jalannya pelaksanaan

    proyek agar dapat mencapai mutu sesuai syarat yang tertera dalam kontrak

    kerja. Beberapa alat yang bisa dijadikan sebagai pengendali mutu adalah :

    a. Spesifikasi teknis (pabrikan; RKS).

    b. Metode palaksanaan (pabrikan; RKS).

    c. Gambar kerja.

    d. Hasil tes bahan dari laboratorium.

    e. Peraturan pemerintah.

    f. Peraturan dalam RKS.

    2. Pengendalian Waktu

    Pengendalian waktu ini merupakan suatu proses pengendalian terhadap

    kegiatan yang saling berkaitan yang menuju sasaran tertentu dengan waktu

    yang terbatas. Hal utama yang harus diperhatikan adalah bahwa kita harus

    benar-benar mengetahui urutan tiap pekerjaan agar proyek tersebut bisa

    terlaksana sesuai rancangan awal. Pada umumnya alat yang digunakan dalam

    pengendalian waktu adalah time schedule beserta kurva S atau diagram

  • 32

    jaringan kerja (CPM, PDM atau PERT). Dengan adanya pengendalian waktu

    ini maka dapat diketahui hal-hal sebagai berikut :

    a. Setiap saat dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus

    dilaksanakan, berapa dana yang harus disediakan, berapa jumlah tenaga

    kerja serta jenis keahliannya, jenis-jenis mesin dan peralatan yang

    dibutuhkan.

    b. Apakah dapat dilakukan perataan penggunaan tenaga kerja, peralatan dan

    biaya.

    c. Kegiatan apa saja yang harus diawasi secara intensif agar proyek dapat

    selesai tepat waktu.

    d. Kegiatan apa saja yang harus dipercepat, ketika proyek ingin diselesaikan

    lebih cepat dari rencana awal dan berapa besar biaya yang dibutuhkan,

    demikian pula kalau proyek ingin diperpanjang waktunya.

    e. Dapat mengetahui waktu yang diizinkan pada suatu kegiatan tertentu

    untuk terlambat atau tertunda tanpa memperlambat selesainya proyek

    secara keseluruhan.

    3. Pengendalian Biaya

    Pengendalian biaya dimaksudkan dalam mengontrol agar biaya proyek tidak

    melebihi dari anggaran yang sudah direncanakan. Hal-hal yang harus

    diperhatikan adalah sebagai berikut :

    a. Mengetahui jenis kontrak yang akan dilaksanakan (lumpsum/unit price).

    b. Mengetahui batasan persentase pekerjaan tambahan yang diizinkan sesuai

    yang tercantum dalam kontrak (misal 10% dari nilai kontrak).

    c. Mengetahui cara perhitungan pembobotan masing-masing item pekerjaan.

    d. Mengetahui cara mengukur/menghitung volume pekerjaan yang telah

    dilaksanakan di lapangan dibandingkan dengan biaya pelaksanaan yang

    telah dikeluarkan (misal melalui kurva S).

    e. Cash flow proyek (laporan keuangan yang menggambarkan arus kas

    masuk dan keluar selama proyek berjalan).

  • 33

    3.7 PERCEPATAN DURASI PROYEK

    Ada kalanya dalam sebuah proyek dibutuhkan langkah untuk mempercepat

    durasi pelaksanaan kegiatan untuk mencapai prestasi yang diharapkan, baik

    digunakan untuk mengejar keterlambatan prestasi kerja ataupun sengaja ingin

    membuat durasi pekerjaan selesai lebih awal dari rencana yang sudah ada.

    Prabowo (2013) mengatakan bahwa dalam suatu pelaksanaan proyek,

    kontraktor dapat memutuskan untuk melakukan percepatan waktu apabila memiliki

    alasan alasan khusus antara lain :

    a). Pelaksanaan proyek sudah tidak sesuai dengan jadwal perencanaan semula,

    sehingga dilakukan percepatan waktu untuk menghindari denda.

    b). Adanya permintaan dari pemilik proyek untuk menyelesaikan proyek tersebut

    sebelum jadwal perencanaan semula agar investasi untuk proyek tersebut

    dapat segera kembali.

    c). Kontraktor juga menangani proyek lain, sedangkan sumber daya yang

    tersedia (tenaga kerja dan peralatan) terbatas, sehingga kontraktor harus

    memikirkan kemungkinan untuk mempercepat proyek yang sedang

    berjalan tersebut dibandingkan dengan menyediakan sumber daya untuk

    proyek yang lalu.

    Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk mempersingkat waktu

    pelaksanaan proyek adalah dengan menyempurnakan hubungan atau logika

    ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lainnya. Apabila langkah

    ini belum berhasil, maka biasanya langkah yang diambil adalah dengan

    mempercepat waktu kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis. Ada beberapa alternatif

    yang dapat digunakan dalam mempercepat durasi proyek seperti menambah tenaga

    kerja, mengadakan lembur, menambah/mengganti alat bantu yang lebih produktif,

    atau juga dengan mengganti metode pelaksanaan yang ada.

    Langkah alternatif apapun yang diambil untuk melakukan percepatan akan

    mengakibatkan perubahan biaya, baik biaya total, biaya langsung dan juga biaya

    tidak langsung dari proyek itu sendiri. Perubahan biaya yang terjadi bervariasi, bisa

    saja mengalami kenaikan biaya, bisa saja biayanya tetap tanpa ada perubahan, atau

    bahkan biaya mengalami penurunan setelah dilakukan percepatan.

  • 34

    Gambar 3.12 Indikasi Menurunnya Produktivitas karena Kerja Lembur (Sumber : Soeharto, 1997)

    Pada penelitian ini penulis mengambil alternatif percepatan dengan

    mengadakan kerja lembur untuk mencapai durasi percepatan yang diinginkan.

    Salah satu alasannya adalah sudah tidak memungkinkannya area kerja untuk

    ditambahkan tenaga baru untuk mengejar prestasi yang diharapkan.

    Kerja lembur ini sebenarnya mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya

    adalah menurunnya produktivitas kerja yang disebabkan faktor kelelahan,

    kurangnya pencahayaan, menurunnya konsentrasi dan penglihatan, dll

    sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.12. Meskipun terdapat beberapa

    kekurangan tersebut, pada kenyataannya alternatif ini sering dipilih karena cukup

    representatif untuk mencapai prestasi kerja yang diinginkan.

    Perhitungan durasi percepatan (lembur) dapat ditentukan dengan mengikuti

    persamaan atau fungsi berikut ini :

    Dc =

    +(0 ) (3.20)

    keterangan :

    Dc = Durasi crash

    Dn = Durasi normal

    h = Jam kerja normal per-hari

    ho = Jam kerja lembur per-hari

    e = Efektifitas lembur; dengan ketentuan jika ho adalah 1 jam, 2 jam, 3 jam,

    4 jam maka nilai e berturut-turut adalah 0.9; 0.8; 0.7; 0.6

  • 35

    Sedangkan untuk penentuan upah kerja lembur menyesuaikan Kepmenakertrans

    no.102/MEN/VI/2004 sebagai berikut :

    a. Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah)

    kali upah sejam;

    b. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua)

    kali upah sejam.

    Sehingga dari uraian tersebut dapat disimpulkan rumus sebagai berikut :

    Biaya lembur Per-Hari = (jam kerja lembur pertama x 1,5 x upah satu jam normal)

    + (jam kerja lembur berikutnya x 2 x upah satu jam normal) (3.21)

    Analisis dan perhitungan yang digunakan untuk mengetahui perubahan durasi

    terhadap biaya proyek dalam penelitian ini adalah dengan metode time-cost trade

    off. Metode ini biasa digunakan untuk menganalisis seberapa jauh jadwal atau

    durasi pekerjaan dapat dipercepat secara ekonomis. Percepatan hanya dilakukan

    pada kegiatan-kegiatan kritis yang masih memungkinkan untuk dilakukan

    percepatan sehingga menghasilkan durasi baru yang lebih singkat. Hal ini

    dikarenakan durasi pekerjaan normal yang pendek tidak akan menghasilkan

    perubahan durasi yang signifikan walaupun sudah dilakukan percepatan, sehingga

    kalau tetap diaplikasikan maka justru kenaikan biaya langsung akan lebih besar

    dibandingkan biaya tidak langsungnya.

    Konsep yang digunakan dalam metode ini adalah dengan menentukan biaya

    dan waktu proyek pada kondisi optimum dengan melakukan percepatan pada

    kegiatan-kegiatan kritis yang masih memungkinkan. Metode ini bertujuan untuk

    mempersingkat waktu penyelesaian proyek sehingga didapatkan jadwal proyek

    yang optimal yaitu jadwal dengan durasi dan biaya total proyek minimum.

    Adianto dkk. (2006) menguraikan bahwa untuk membuat perencanaan atau

    percepatan waktu dan biaya pelaksanaan suatu proyek perlu dilakukan langkah

    langkah sistematis seperti mempelajari spesifikasi pekerjaan, menguraikan

    pekerjaan, mempelajari hubungan antar kegiatan, membuat jaringan kerja,

    membuat analisis waktu dan biaya tiap pekerjaan, membuat tabel biaya waktu dan

  • 36

    biaya pelaksanaan, melakukan proses optimasi waktu dan biaya, dan yang terakhir

    baru dapat diketahui waktu dan biaya optimum proyek.

    Spesifikasi pekerjaan dapat diperoleh dari data-data awal dalam sebuah

    pelaksanaan suatu proyek. Data-data tersebut dapat berupa jangka waktu

    pelaksanaan, metode pelaksanaan yang akan dipakai, dan lain sebagainya yang

    digunakan sebagai acuan dalam membuat perencanaan waktu dan biaya

    pelaksanaan proyek tersebut.

    Selanjutnya adalah menguraikan pekerjaan menjadi sejumlah kegiatan yang

    relevan untuk dianalisis dan menentukan hubungan ketergantungan antar kegiatan.

    Pada tahap ini ditentukan hubungan masing-masing kegiatan/pekerjaan. Biasanya

    hubungan yang sering dipakai adalah hubungan yang bersifat seri, atau secara

    logika kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan apabila kegiatan sebelumnya selesai

    dikerjakan.

    Selanjutnya adalah membuat diagram kerja untuk kegiatan tersebut, dimana

    hasil dari langkah-langkah sebelumnya berupa kegiatan-kegiatan yang harus

    dilakukan beserta logika ketergantungannya. Setelah diagram selesai dibuat, maka

    dapat dilihat model waktu pelaksanaan untuk masing-masing kegiatan.

    Selanjutnya adalah membuat analisis waktu dan biaya (biaya langsung dan

    biaya tidak langsung) untuk masing-masing kegiatan. Setelah analisis tersebut

    selesai maka langkah berikutnya adalah menysusun waktu dan biaya hasil dalam

    sebuah tabel. Dari hasil tabulasi tersebut proses optimasi waktu dan biaya dapat

    dilakukan. Hasil dari optimasi ini adalah biaya total terendah untuk tiap-tiap waktu

    pelaksanaan proyek yang dilakukan.

    Berikut ini adalah definisi yang dipakai dalam proses perhitungan

    akselerasi/percepatan durasi proyek ditunjukkan pada Persamaan 3.22 dan Gambar

    3.13 :

    a. Normal Duration (Dn) : durasi yang diperluakan untuk melakukan kegiatan

    dalam keadaan normal.

    b. Normal Cost (Cn) : biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan

    kegiatan dengan durasi normal.

  • 37

    Gambar 3.13 Hubungan Waktu-Biaya Normal dan Biaya dipersingkat

    Gambar 3.14 Hubungan Biaya dan Pelaksanaan Proyek

    (Sumber : Adianto, 2006)

    c. Crash Duration (Dc) : waktu tercepat untuk menyelesaikan suatu kegiatan

    dalam proyek dengan melihat teknis yang ada.

    d. Crash Cost (Cc) : biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan

    kegiatan dengan durasi tercepat.

    e. Cost Slope (Ri) : biaya langsung per-satuan waktu yang diperlukan untuk

    mempercepat waktu pelaksanaan.

    Sehingga dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :

    Ri =

    (3.22)

    (Sumber : Soeharto, 1997)

    Sedangkan titik optimum untuk biaya dan durasi pelaksanaan proyek dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

    Durasi/waktu Optimum

    Biaya Optimum