lampiran laporan trisno

26

Click here to load reader

Upload: ce-uny-crispye

Post on 12-Aug-2015

131 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lampiran Laporan Trisno

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia dalam bidang industri sekarang sudah

berkembang dengan pesat sesuai dengan permintaan produk yang ada di

masyarakat dan diimbangi dengan pendirian pabrik yang banyak menyerap tenaga

kerja. Proses industrialisasi dan modernisasi teknologi selalu disertai mesin-mesin

atau alat-alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan suatu motor. Sebagian dari

kekuatan mekanis ini disalurkan ke tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk getaran

mekanis. Pada umumnya getaran mekanis ini tidak dikehendaki oleh para pekerja

kecuali getaran pada palu pneumatik, maka perlu diketahui lebih lanjut dari efek

buruk dan batasan-batasan getaran yang aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,

1996:75).

Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam,

perakitan kapal dan otomotif, juga diper tambangan, kehutanan dan pekerjaan

konstruksi. Alat-alat ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efek

merugikan yang berbeda (C. Wijaya, 1995:174).

Alat yang mengakibatkan getaran-getaran pada lengan atau tangan masih

banyak digunakan dalam perusahaan. Selama bekerja dengan menggunakan alat

yang getarannya dibawah nilai ambang batas yaitu 4 m/det2 untuk 8 jam kerja maka

tidak begitu mendatangkan bahaya bagi kesehatan pekerja, tetapi dalam industri

pertambangan dan kehutanan ada pekerjaan yang menggunakan alat-alat bergetar

secara terus menerus dengan nilai diatas ambang batas getaran yaitu 4 m/det2

1

Page 2: Lampiran Laporan Trisno

(Suma’mur, 1996:79-80). Gangguan yang disebabkan oleh getaran dapat muncul

dalam waktu yang berbeda-beda sejak pertama terpapar, tetapi kadang kadang

gejala ini timbul dalam beberapa bulan setelah paparan berat. Perubahan rangka

biasanya timbul tidak lebih awal dari 10 tahun atau lebih (C. Wijaya, 1995:177).

Getaran diukur dengan menentukan besarnya energi mekanik yang di

hantarkan per satuan permukaan selama periode waktu tertentu, energi mekanis ini

adalah fungsi dari frekuensi dan intensitas gerakan osilasi yang menghasilkan

getaran. Besar energi yang diabsorbsi adalah fungsi dari frekuensi, intensitas dan

lamanya getaran (C. Wijaya, 1995:174). Tenaga kerja diatas usia 29 tahun

khususnya rentan terhadap pengaruh-pengaruh getaran. Efek getaran yang

merugikan dipertinggi dengan adanya disfungsi otonom, penyakit pembuluh dan

saraf perifer, sengatan dingin sebelumnya pada tangan (C. Wijaya, 1995:177).

Getaran yang dihasilkan oleh mesin apabila terpapar oleh manusia atau

pekerja dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan antara lain :

Angioneurosis jari-jari tangan, Gangguan tulang, sendi, dan otot, Neuropati, dan

Carpal tunnel syndrome. Getaran pada mesin yang digunakan dengan bantuan

tangan untuk mengoperasikan dapat dapat menyebabkan penyakit Carpal tunnel

syndrome dimana adanya gangguan pada syaraf yang disebabkan karena

terperangkapnya nervus medianus dan atau karena adanya penekanan pada nervus

medianus yang melewati terowongan karpal, gangguan pada syaraf ini berhubungan

dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangkawaktu panjang

secara berulang (J.F. Gabriel, 1996:97).

Hamidah mengungkapkan dalam Koran Tempo hari senin tanggal 14

februari 2005 bahwa sekarang jumlah pasien CTS semakin bertambah. Ia

2

Page 3: Lampiran Laporan Trisno

mencontohkan di Amerika Serikat terdapat 17 penderita CTS berusia 25-34 tahun

setiap 10 ribu pekerja pabrik. Di Indonesia, khususnya di Klinik Neurologi

RSCMJakarta pada 2001 terdapat 238 pasien, pada 2002 sempat turun menjadi 149

pasien (www.korantempo.com). Dari 46 pasien yang diteliti hamidah mendapatkan

36 penderita CTS yang dapat memenuhi kriteria penelitian setelah dilakukan proses

tanya jawab, pemeriksaan laboratorium, dan kecepatan hantar syaraf (EMG). Dari

36 pasien, 20 orang merasakan nyeri pada tangan kanan, 6 orang pada tangan

kirinya, serta 10 orang pada kedua tangannya (www.republika.co.id).

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari dilakukannya praktikum getaran antara lain;

1. Agar dapat merasakan secara langsung meski sekilas efek getaran pada

tubuh.

2. Mengetahui prinsip kerja alat pengukur getaran, yaitu whole body vibration

dan Segmental Vibration.

3. Dapat menggunakan whole body vibration dan Segmental Vibration.

4. Untuk memperoleh data dari Vibration meter yang kemudian sebagai bahan

evaluasi.

5. Untuk mengetahui cara mengukur getaran.

3

Page 4: Lampiran Laporan Trisno

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Getaran

Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda

atau media dengan arah bolak–balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran

terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya

bersifat mekanis (Sugeng Budiono, 2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi

disekitar sebuah titik (J.M. Harrington,1996:187). Vibrasi adalah getaran, dapat

disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-

alat mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96). Getaran merupakan efek suatu

sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003:21). Getaran (vibrasi)

adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan

sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan

mekanis yang di pergunakan dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002:253).

Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah

bolak- balik dari kedudukan keseimbangannya(KepMenaker-1999).

2.2 Jenis Getaran

2.2.1 Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada akustik.

Menurut Gierke dan Nixon (1976) yang dikutip oleh J.F. Gabriel (1996:96),

getaran udara juga disebabkan oleh benda bergetar dan diteruskan melalui udara

sehingga akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan

4

Page 5: Lampiran Laporan Trisno

menyebabkan gangguan vestibulur yaitu gangguan orientasi, kehilangan

keseimbangan, dan mual-mual. Akan tetapi dapat menimbulkan nyeri pada telinga,

nyeri dada, dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.

2.2.2 Getaran karena getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau turut

bergetarnya alat-alat tubuh.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000:87) yang dikutip oleh Arief Budiono

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh

alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat

menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Getaran mekanis

dapat dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran

seluruh badan dan getaran pada lengan dan tangan.

2.3 Sumber Getaran

Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam,

perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan, dan pekerjaan

konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan adalah: bor pneumatik, alat alat

ini menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang

berbeda (Wijaya C , 1995:174). Pada perum perhutani sumber getaran yang ada

pada peralatan seperti band resaw, cross cut, log band saw, planer, band saw,

double cross cut, dan spindel moulder.

2.4 Efek Getaran Mekanis

2.4.1 Getaran Seluruh Badan (whole body vibration)

Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi

getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri dimana

landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya frekuensi getaran ini adalah

5

Page 6: Lampiran Laporan Trisno

sebesar 5-20 Hz (Emil Salim, 2002:253). Getaran seperti ini biasanya dialami oleh

pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek

pada organ tertentu bergantung pada resonansi alamiah organ tersebut : dada (3-6

Hz), kepala (20-30 Hz), rahang (100-150 Hz), dan seterusnya.

Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti

ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang

menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (J.M. Harrington, 2003:187-188).

Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi

sebab kelelahan. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam

alat-alat dengan bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi

sebab kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di otak

menjadi sebab mabuk. Sebaliknya, frekuensi diatas 20 Hz menyebabkan

pengenduran otot. Lain dari itu getaran-getaran frekuensi tinggi 30- 50 Hz digunakan

dalam kedokteran olah raga untuk memulihkan otot sesudah kontraksi luar biasa

(Suma’mur, 1996:78).

Badan merupakan susunan elastis yang komplek dengan tulang sebagai

penyokong alat-alat dan landasan kekuatan serta kerja otot. Kerangka, alat-alat,

urat, dan otot memiliki sifat elastis yang bekerja secara serentak sebagai peredam

dan penghantar getaran. Pengaruh getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh

posisi tubuh atau sikap kerja (J.F. Gabriel, 1996:97). Menurut Emil Salim (2002:253)

yang dikutip Arief Budiono menyebutkan getaran pada seluruh tubuh atau umumnya

(Whole Body Vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil

duduk atau sedang berdiri tetapi landasannya bergetar.

2.4.2 Getaran pada Lengan Tangan (Tool Hand vibration) (ENTERKI PAK)

6

Page 7: Lampiran Laporan Trisno

Menurut Emil Salim (2002:253) yang dikutip Arief Budiono menyebutkan

Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian

peralatan yang bergetar, frekuensinya biasnya antara 20-500 Hz. Frekuensi yang

paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada

frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada pekerjaan seperti :

1. Operator gergaji rantai

2. Tukang semprot, potong rumput

3. Gerinda

4. Penempa palu

Efeknya lebih mudah dijelaskan dari pada mengungkapkan patofisiologinya, efek ini

disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas:

1. Efek vaskuler-pemucatan pada episodik buku jari ujung yang bertambah parah

pada suhu dingin (Fenomena Raynoud).

2. Efek Neurologik buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal (APA INI

MAKSUDNYA PAK).

3. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat bergetar berlanjut

dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah, gangrene (APA INI

MAKSUDNYA PAK)..

Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada

tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi

dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan berupa:

2.5 Penyakit akibat paparan getaran alat kerja

2.5.1 Angioneurosis jari-jari tangan.

Fenomenon Raynaud (jari-jari putih) adalah syndrome akibat getaran yang

paling sering di wilayah-wilayah dunia yang dingin. Gejala-gejala nonspesifik

7

Page 8: Lampiran Laporan Trisno

pertama adalah akroparestesia pada tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan

pada waktu kerja atau sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain gangguan

kepekaan terhadap getaran, tidak ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase

berikutnya, diamati kepucatan paroksismal sporadik pada ujung-ujung jari tangan.

Paroksisme disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan oleh

paparan terhadap suhu dingin lokal atau umum. Biasannya terjadi pada musim

dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit setelah tangan dihangatkan.

Selama paroksisme, kepekaan nyeri taktil sangat berkurang. Fase ini menimbulkan

kesulitan diagnostik yang besar, karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat

dikonfirmasi dengan pemeriksaan di ruang konsultasi dokter. Observasi secara

langsung suatu serangan di tempat kerja mempermudah diagnosanya (Wijaya.C,

175-176).

Stadium lebih lanjut dari penyakit ini ditandai dengan kepucatan

paroksismal, tidak hanya pada ujung-ujung jari, tetapi menyebar pada hampir

seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari. Parokisme dapat diprovokasi oleh suhu

yang sedikit dingin, bahkan dapat timbul gejala pada suhu lingkungan. Pada stadium

yang lebih lanjut, angiospasme diganti oleh paresis dinding pembuluh darah kecil

yang mengakibatkan akrosianosis. Gejala-gejala yang menonjol adalah rasa kebal

ditangan, gangguan kecepatan jari, dan gangguan sensitivitas. Juga dapat timbul

perubahan-perubahan tonus lokal. Berbeda dengan endarteritis obliterans, nekrosis

sangat jarang terjadi.

Uji diagnosik yang paling umum digunakan adalah induksi parokisme jari

dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai ke siku) direndam

selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus-kubus es (Beberapa

dokter menambah rasa dingin dengan meletakan handuk basah pada bahu).

8

Page 9: Lampiran Laporan Trisno

Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang menginduksi parokisme jari

tangan dibandingkan getaran pada situasi kerja yang nyata.

Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang

melambat seperti : ujung jari didistal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu

yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksaan

laboratorium yang dapat diterapkan pada pemeriksaan pencegahan meliputi

plestimografi jari (gangguan gelombang denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler dan

pengukuran suhu kulit (termometer kontak atau termografi). Mungkin terdapat

penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal

setelah tes air dingin (Darmanto Djojodibroto, 1995:137).

2.5.2 Gangguan tulang sendi, dan otot

Patologi osteoartikular sering kali terbatas pada tulang-tulang karpal

(khususnya lunata dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala

subjektif biasanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan fungsional dapat

cukup berarti.

Perubahan radigram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal,

radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang karpal,yang

dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula yang

menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon disekitar sendi tersebut biasanya

juga terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului

perubahan radiogram yang jelas (Wijaya.C, 176).

2.5.3 Neuropati

Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan otonom

perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek-efek pada syaraf

perifer (ulnaris, medianus, radialis). Ahli lainya menganggap trauma saraf umumnya

9

Page 10: Lampiran Laporan Trisno

sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu faktor tambahan

sering kali neuropati kompresif misalnya, perubahan osteoartikuler di sekitar batang

saraf tersebut (Darmanto Djojodibroto, 1995:139). Terkenanya serat-serat sensoris

menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan seratserat motorik,

gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi. pengukuran kecepatan konduksi saraf

adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan gangguan

otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer (Wijaya.C, 176).

2.6 Nilai ambang batas getaran mekanis

Pengukuran getaran yang ada dibandingkan dengan NAB yang tercantum

pada peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor Per.13/men/x/2011

tahun 2011 tentang nilai ambang batas fakto fisika dan faktor kimia di tempat kerja ,

mengenai Nilai Ambang Batas getaran untuk pemanjanan adalah:

(TABEL BERAPA INI PAK)Nilai ambang batas getaran untuk pemajanan

lengan dan tangan:

Jumlah waktu per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan

m/det2 Gram

(1) (2) (3)

4 jam dan kurang dari 8 jam

2 jam dan kurang dari 4 jam

1 jam dan kurang dari 2 jam

Kurang dari 1 jam

4

6

8

12

0,40

0,61

0,81

1,22

Sumber : Menteri Tenaga Kerja nomor : Per.13/men/x/2011 (GARIS MIRINGKI)

Menteri tenaga kerja Per.13/men/x/2011: (ENTERKI SAJA PAK)

10

Page 11: Lampiran Laporan Trisno

Menyebutkan bahwa nilai ambang batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak

langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja ditetapkan

sebesar 4 m/det2.

2.8 Pengendalian getaran

Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran adalah sebagai

berikut :

2.8.1 Pengendalian secara teknis

1) Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi

dengan damping/peredam).

2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya

membalut pegangan alat dengan karet.

3) Memelihara/merawat alat dengan baik, dengan mengganti bagian yang aus atau

memberu pelumas

4) Meletakan alat dengan teratur, alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil

dan kuat menyebabkan getaran disekelilingnya.

5) Menggunakan remote kontrol, tenaga kerja tidak akan terkena paparan karena

dikendalikan dari jarak jauh.

2.8.2 Pengendalian secara administratif

Yaitu dengan mengatur waktu kerja, misalnya:

1) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3

orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak

sepenuhnya mengenai salah seseorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan

kemudian C.

A B C A B C A B C

11

Page 12: Lampiran Laporan Trisno

2) Mengurangi jam kerja sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.

2.8.3 Pengendalian secara medis.

Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali.

Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun

sekali.

2.8.4 Pemakaian alat pelindung diri

Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung

tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).

Efek-efek berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik dicegah

dengan memperbaiki desain alat-alat yang bergetar tersebut, dan pemakaian sarung

tangan pelindung, Resiko dapat juga dikurangi dengan memperpendek waktu

paparan. Pemeriksaan sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala

mempermudah pengenalan dini individu-individu yang terutama rentan dan

membantu mengurangi meluasnya masalah (Wijaya C, 1995:175).

12

Page 13: Lampiran Laporan Trisno

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

1. Vibration meter

2. Alat pijat

3. Stopwatch

4. Bor listrik

5. Angkutan kota

3.2 Lokasi dan waktu pengambilan sampel

1. Lokasi pengambilan sampel :

a. Segmental Vibration : Laboraturium FKM UNHAS lantai 3

b. Whole Body Vibration : Angkutan Kota

2. Waktu pengambilan sampel : Jumat 13 april 2012 , pukul 14.00 – 16.00 WITA

3.3 Prosedur kerja

3.3.1 Alat pemijat.

1. Siapkan Vibration Meter dan Alat Pemijat.

2. Nyalakan (tekan tombol ON pada Alat Pemijat) dan letakan tangan pada

penampangya.

3. Ujung dari magnet Vibration meter diletakkan pada tangan yang ada di

penampang Forteks Mixer sambil digenggam.

4. Hitung selama 2 menit , kemudian tekan “Hold”.

5. Setelah menekan hold, lihat hasil pengukuran pada display Vibration Meter,

lalu dicatat.

13

Page 14: Lampiran Laporan Trisno

6. Lakukan pengukuran sebanyak 5 kali.

3.3.2 Bor listrik

1. Siapkan Vibration Meter dan bor listrik.

2. Nyalakan (tekan tombol ON pada bor listrik) dan letakan tangan pada

penampangnya.

3. Ujung dari magnet Vibration meter diletakkan pada tangan yang ada di

penampang bor listrik sambil digenggam.

4. Hitung selama 2 menit , kemudian tekan “Hold”.

5. Setelah menekan hold, lihat hasil pengukuran pada display Vibration Meter,

lalu dicatat.

6. Lakukan pengukuran sebanyak 5 kali.

3.3.3 Angkutan Kota

1. Siapkan Vibration level meter

2. Pasang alat kemudian letakkan dibawah lantai mobil deoan supir

angkutan

3. Hitung selama 2 menit kemudian di catat

4. Lakukan pengukuran selama 5 kali

14

Page 15: Lampiran Laporan Trisno

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan

4.1.1 Alat pemijat(Slow)

2 menit

I II III IV V

0,7(m/s2) 0,4(m/s2) 0,2(m/s2) 0,2(m/s2) 0,1(m/s2)

4.1.2 Alat pemijat(high)

2 menit

I II III IV V

0,0(m/s2) 0,1(m/s2) 0,2(m/s2) 0,9(m/s2) 3,1(m/s2)

4.1.3 Bor listrik

2 menit

I II III IV V

0,2(m/s2) 0,2(m/s2) 0,9(m/s2) 0,9(m/s2) 0,4(m/s2)

4.1.4 angkutan kota

2 menit

15

Page 16: Lampiran Laporan Trisno

I II III IV V

87,3(dB) 91,8(dB) 92,3(dB) 89,2(dB) 90,9(dB)

(TABEL ITU TIDAK BOLEH TERPOTONG) DAN JUGA NAMANYA TABEL

HARUS DINARASIKAN

4.2 Pembahasan

- Keterangan : Alat ukur kurang maksimal kondisinya, karena alat yang digunakan

memiliki tingkat sensitifitas yang rendah , jadi kemungkinan hasil ukurnya kurang

maksimal.

4.2.1 Alat pemijat(slow)

Berdasarkan hasil dari pengukuran getaran dari Alat Pemijat dalam posisi

slow yang menyala terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 0,7 m/s2. Jika dibandingkan

dengan nilai ambang batas maka nilai tersebut berarti hanya diperbolehkan selama

tidak melewati batas yaitu 4 jam dan kuran dari 8 jam agar tidak berbahaya bagi

kesehatan manusia

Rata-rata getaran yang diperoleh

0,7+0,4+0,4+0,2+0,1 = 0,32 m/s2

5

4.2.2 Alat pemijat(high)

Berdasarkan hasil dari pengukuran getaran dari Alat Pemijat dalam posisi

low yang menyala hampir sama nilainya dengan posisi slow , terlihat bahwa nilai

tertinggi adalah 3,1 m/s2. Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas maka nilai

tersebut berarti masih diperbolehkan selama tidak melewati batas yaitu selama 4

jam dan kurang dari 8 jam agar tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Rata-rata getaran yang diperoleh

0,0+0,1+0,2+0,9+3,1 = 0,86m/s2

16

Page 17: Lampiran Laporan Trisno

5 (INI MASUK KE HASIL BUKAN PEMBAHASAN)

4.2.3 Bor listrik.

Dari hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai

getaran tertinggi pada bor listrik didapatkan pada pengukuran yang ke-3 dan ke-4

dengan besar getaran 0,9 m/s2. Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas maka

nilai tersebut berarti masih diperbolehkan selama tidak melewati batas yaitu selama

4 jam dan kurang dari 8 jam agar tidak berbahaya bagi kesehatan pekerja.

Rata-rata getaran yang diperoleh

0,2+0,2+0,9+0,9+0,4 = 0,52 m/s2

5 (INI MASUK KE HASIL BUKAN PEMBAHASAN)

4.2.4 Angkutan Kota

Dari hasil pengambilan sampel yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai

getaran tertinggi pada angkutan kota didapatkan pada pengukuran yang ke-3

dengan besar getaran 92,3 Db. Dari hasil pengukuran ini didapatkan fakta bahwa

sebaiknya pengemudi angkutan kota harus bekerja secara bergantian setiap 2 jam .

Rata-rata getaran yang diperoleh

87,3+91,8+92,3+89,2+90,9 = 90,3m/s2

5 (INI MASUK KE HASIL BUKAN PEMBAHASAN)

17

Page 18: Lampiran Laporan Trisno

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengan adanya kegiatan paraktikum ini kita dapat mengenal dan

mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai suatu getaran yaitu

Vibration Meter. Selain itu praktikum ini juga mengajarkan kita untuk dapat

menggunakan Vibration Meter dan cara mengoperasikannya sehingga kita dapat

mengukur tingkat getaran suatu benda.

Dari hasil praktikum ini diharapkan kedepannya kita dapat mengadakan

penelitian mengenai getaran sehingga kita dapat mengetahui nilai getaran suatu

tempat ataupun benda agar dapat membuat lingkungan kerja yang nyaman dan

sehat bagi pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya dan

mencegahnya agar tidak sakit. (KESIMPULAN YANG DI BLOK INI HAPUS G

PETING JUSTRU YANG DIJADIKAN SEBAGAI KESIMPULAN ITU ADALAH HASIL

PENELITIANMU YANG SUDAH DISESUAIAKAN DENGAN STANDAR MEMENUHI

ATAU TIDAK)

5.2 Saran

1. Alat yang digunakan (Vibration Meter) sebaiknya dalam keadaan yang baik

agar mendapatkan data yang valid.

18

Page 19: Lampiran Laporan Trisno

2. Harus konsentrasi ketika sedang mengukur suatu benda agar tidak terjadinya

kesalahan. (APA MAKSUDNYA INI PAK ?)SARAN ITU BERISI HASIL PENELITIAN

MU YANG TIDAK MASUK STANDAR BAGAIMANA CARANYA SUPAYA TIDAK

TERPAPAR NOMOR 1 SARANMU BISAJI DIKASIH MASUK.

19