kualitas informasi sistem informasi akuntansi universitas

25
1 KUALITAS INFORMASI BAGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI UNIVERSITAS Naskah Asli: Information Quality for a University Accounting Information System Diterjemahkan oleh Tiyo Widodo © 2010 Ringkasan: Penelitian ini berisi laporan tentang kualitas informasi bagi sistem informasi akuntansi universitas. Departemen yang bersangkutan dengan SIA pada universitas bertujuan untuk menyediakan informasi yang berkualitas untuk staf (baik staf akademik maupun staf administrasi) dan mahasiswa yang menggunakan sistem informasi akuntansi. Sejumlah temuan kasus selama penelitian menunjukkan banyaknya masalah yang menghadang staf maupun mahasiswa. Kesemua masalah yang timbul berpengaruh terhadap pengalaman, motivasi, kemanfaatan dan kemudahan penggunaan serta kegunaan sistem informasi akuntansi. Data kualitatif menunjukkan sebuah perbedaan yang tidak sesuai dengan ketentuan pengguna serta karakteristik sistem informasi akuntansi. Bukti hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil kerja pengguna SIA sangat dipengaruhi oleh buruknya informasi yang merek peroleh. 1. Pendahuluan Penelitian ini menggunakan subyek universitas yang telah memiliki reputasi yang terpercaya sebagai perguruan tinggi penyelenggara kuliah jarak jauh di negara Australia. Adapun departemen atau jurusan yang menjadi tempat penelitian berada di kantor pusat dan bertanggung jawab menyediakan pelayanan kepada staf dan mahasiswa internasional pada kampus-kampus lain. Tujuan pokok departemen ialah meningkatkan frekuensi pendaftaran mahasiswa luar negeri di universitas tersebut. Dalam proses ini departemen juga memiliki tanggung jawab untuk menyediakan informasi yang bermutu bagi staf dan mahasiswa dalam hal sistem layanan berbasis elektronik. Fungsi-fungsi lain yang dijalankan oleh Departemen antara lain mengatur hubungan konsumen dengan mahasiswa internasional baru, mengatur aplikasi pendaftaran mahasiswa internasional dan menjalankan tanggung jawab hukum dan administratif untuk pengadaan website universitas. Departemen tersebut saat ini tengah menjalankan sistem penyediaan layanan elektronik melalui website. 2. Kerangka Teori Pembahasan yang diuraikan dalam laporan penelitian ini dilandasi oleh konsep-konsep teori. Kerangka teori berfungsi untuk menjadi dasar analisis bukti yang diperoleh berikut implikasinya di dalam sistem informasi akuntansi. Rogers (1983)

Upload: tiyo-widodo

Post on 27-Jun-2015

632 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

1

KUALITAS INFORMASI BAGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

UNIVERSITAS

Naskah Asli: Information Quality for a University Accounting Information System

Diterjemahkan oleh Tiyo Widodo

© 2010

Ringkasan: Penelitian ini berisi laporan tentang kualitas informasi bagi sistem informasi

akuntansi universitas. Departemen yang bersangkutan dengan SIA pada universitas

bertujuan untuk menyediakan informasi yang berkualitas untuk staf (baik staf akademik

maupun staf administrasi) dan mahasiswa yang menggunakan sistem informasi akuntansi.

Sejumlah temuan kasus selama penelitian menunjukkan banyaknya masalah yang

menghadang staf maupun mahasiswa. Kesemua masalah yang timbul berpengaruh terhadap

pengalaman, motivasi, kemanfaatan dan kemudahan penggunaan serta kegunaan sistem

informasi akuntansi. Data kualitatif menunjukkan sebuah perbedaan yang tidak sesuai

dengan ketentuan pengguna serta karakteristik sistem informasi akuntansi. Bukti hasil

penelitian menunjukkan bahwa hasil kerja pengguna SIA sangat dipengaruhi oleh buruknya

informasi yang merek peroleh.

1. Pendahuluan

Penelitian ini menggunakan subyek universitas yang telah memiliki reputasi yang

terpercaya sebagai perguruan tinggi penyelenggara kuliah jarak jauh di negara Australia.

Adapun departemen atau jurusan yang menjadi tempat penelitian berada di kantor pusat dan

bertanggung jawab menyediakan pelayanan kepada staf dan mahasiswa internasional pada

kampus-kampus lain. Tujuan pokok departemen ialah meningkatkan frekuensi pendaftaran

mahasiswa luar negeri di universitas tersebut. Dalam proses ini departemen juga memiliki

tanggung jawab untuk menyediakan informasi yang bermutu bagi staf dan mahasiswa

dalam hal sistem layanan berbasis elektronik. Fungsi-fungsi lain yang dijalankan oleh

Departemen antara lain mengatur hubungan konsumen dengan mahasiswa internasional

baru, mengatur aplikasi pendaftaran mahasiswa internasional dan menjalankan tanggung

jawab hukum dan administratif untuk pengadaan website universitas. Departemen tersebut

saat ini tengah menjalankan sistem penyediaan layanan elektronik melalui website.

2. Kerangka Teori

Pembahasan yang diuraikan dalam laporan penelitian ini dilandasi oleh

konsep-konsep teori. Kerangka teori berfungsi untuk menjadi dasar analisis bukti yang

diperoleh berikut implikasinya di dalam sistem informasi akuntansi. Rogers (1983)

Page 2: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

2

berpendapat bahwa atribut-atribut yang memiliki pengaruh tidak langsung terhadap

adopsi-adopsi inovasi dapat pula berperan sangat penting. Atribut-atribut yang dimiliki oleh

pengguna SIA dapat saja mempengaruhi keputusan penggunaan sistem informasi akuntansi

berbasis web. The Technology Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis

(1989, 1993) memuat pemahaman tentang kegunaan/manfaat Sistem Informasi dan perilaku

menerima sistem tersebut (Davis et al., 1989). TAM telah diterapkan dalam berbagai studi

yang berorientasi pada pengguna akhir di world-wide-web (Heijden 2000; Gefen dan Straub

2000; Steer et al 2000; Moon dan Kim 2001; dan Wright dan Granger 2001).

Aplikasi model TAM untuk menyelidiki penerimaan pengguna terhadap sistem

informasi akuntansi dapat memberikan wawasan tentang hal apa saja yang membuat sistem

informasi akuntansi menjadi berguna dan seramah apakah sistem tersebut bagi

penggunanya. TAM menitikberatkan pada dua keyakinan: kegunaan nyata (perceived

usefulness, PU) dan kemudaan untuk digunakan secara nyata (perceived ease of use,

PEOU); dapat kita simpulkan bahwa faktor orientasi pada pengguna-akhir dapat

berpengaruh bagi penerimaan pengguna (Davies 1999 dan Vekantesh 2000).

TAM tidak terlalu mementingkan sikap terhadap pemanfaatan sebuah teknologi

(Davis 1989), meskipun sikap sebelumnya dari para pengguna untuk mengendalikan sistem

(namun tidak berlaku sebaliknya) berperan penting di dalam penerapan teknologi dimaksud

dan oleh karena itu kadar manfaat dari teknologi tersebut. Riset menggunakan model TAM

ini menemukan bahwa pengalaman pengguna yang menjalankan standar yang tetap dan

yang melakukan personalisasi bidang-bidang tugas menurut keinginan sendiri tidak

ditemukan.

Peneliti menemukan celah antara persoanlisasi pengguna terhadap tugas (meskipun

berada di dalam bagian sistem dan tidak pada penggunanya sendiri) dan ruang lingkup

layanan elektronik yang membantu penyelesaian tugas pengguna. Pengguna menentukan

bahwa persepsi-persepsi awal tentang sistem baru ini tidaklah mudah untuk digunakan.

Manajemen senior dan tim pengembangan sistem, pada saat menjalankan sistem, berusaha

keras untuk menyusun sebuah konsep tentang standarisasi output layanan elektronik

berbasis web. Konsep ini dikembangkan untuk mengantisipasi keenganan pengguna akhir

untuk memanfaatkan layanan elektronik berbasis web.

Page 3: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

3

Pengguna-akhir menemukan faktor manfaat dapat mereka peroleh dari sistem dan

bukan dari diri mereka sendiri (misalnya, pengguna-akhir) dan hal ini membuat tugas

elektronik menjadi sulit untuk dijalankan. Pengguna-akhir mendasarkan harapan-harapan

mereka pada pengalaman yang lazim mereka alami pada masa lalu pada saat tugas

ditentukan oleh pengguna, bukan sistem. Pada sejumlah aspek pengguna merasa

terkucilkan semenjak diperkenalkan sistem informasi elektronik berbasis web dan situasi

ini membuat konflik semakin sulit untuk diatasi.

Regan dan O'Connor (1994) mengusulkan sejumlah teknik untuk mengembangkan

dan mendukung model konseptual interface di dalam pengembangan sistem. Teknik-teknik

yang diperkenalkan meliupti penggunaan metafora, penghindaran terhadap mode,

memastikan konsistensi, penciptaan interface berbasis pengguna, dan membuat interface

menjadi transparan. Membantu pengguna untuk melakukan interaksi yang konsisten dengan

metafor-metafor yang memuat makna yang sama akan membuat pengguna semakin

mengendalikan tugas layanan elektronik. Laporan penelitian kali ini akan memfoksukan

permasalahan pada usaha untuk mempermudah interface tugas pengguna di dalam

lingkungan berbasis web.

3. Metode Penelitian

Masalah yang mengganggu departemen penerimaan mahasiswa internasional ialah

karena staf belum menerapkan sistem layanan elektronik di dalam proses aplikasi

pendaftaran mahasiswa; mereka lebih cenderung bertahan pada sistem lama yang

mengutamakan sistem pelayanan manual (menggunakan lembar formulir kertas). Mencetak

dokumen, menyimpan ke dalam folder, dan memroses korespondensi dengan mahasiswa

melalui surat tradisional cenderung masih tetap dipertahankan. Staf tampaknya lebih

familiar dengan alur kerja seperti ini. Padahal kebergantungan terhadap sistem manual ini

memiliki tingkat resiko kesalahan yang tinggi. Disamping itu, terlalu banyaknya berkas

dokumen telah terbukti membuat para staf kebingungan dan terlalu sibuk menatanya.

Akibat dari keengganan mencoba sistem baru ini, kinerja departemen menjadi lamban

sehingga proses penyelesaian berkas pendaftaran mahasiswa menjadi sering terlambat.

Departemen memperkenalkan layanan elektronik web untuk menanggulangi

keterlambatan proses dan memperbaiki layanan kepada mahasiswa. Staf didorong untuk

Page 4: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

4

mengubah cara manual yang biasa mereka jalankan dengan cara baru.

Studi kasus kali ini mengkaji bukti yang diperoleh dari berbagai sumber dokumentasi,

wawancara terbuka, dan observasi responden (Yin 1994). Diskusi dan wawancara

dilakukan secara terbuka, diawali dengan penyajian topik oleh peneliti dan dilanjutkan

dengan jajak pendapat responden mengenai peristiwa-peristiwa yang menjadi bahan

pembahasan. Responden diminta untuk memahami pelaksanaan pengendalian di dalam

sistem informasi akuntansi. Setiap wancara direkam dan ditranskripkan untuk bahan

analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang masuk akan guna menyelaraskan

respon dengan informasi yang diperoleh dari sumber lain.

Responden dimotivasi untuk memberikan pendapat mereka sendiri tentang masalah

dan kemudian dicocokkan dengan responden lain dan sumber. Periset berusaha

menghindari terjadinya pengalihan topik pembicaraan karena situasi semacam itu akan

membatasi lingkup penelitian dan mengganggu kelayakan informasi.

4. Analisis Kasus dan Pembahasan

A. Pengalaman staf dengan sistem informasi akuntansi

Reaksi yang ditunjukkan oleh staf di dalam menggunakan sistem informasi

akuntansi meliputi isu-isu yang terjadi dengan pekerjaan mereka sehari-hari. Sebagian

besar staf percaya bahwa manfaat sistem informasi akuntansi sudah sepantasnya membantu

mereka untuk menyelesaikan pekerjaan secara elektronik. Hal demikian tidaklah mungkin

terjadi pada saat penelitian berlangsung, dan dalam kurun waktu 2 tahun mendatang karena

sistem informasi akuntansi belum mengalami perkembangan yang signifikan. Sebagian

besar staf (90%) merespon situasi tersebut dengan mengambil langkah yang berbeda, yakni

menggunakan fitur-fitur sistem informasi akuntansi dan membuat sejumlah keputusan yang

berbeda mengenai benar/tidaknya setiap fitur SIA dapat dimanfaatkan untuk membantu

pekerjaan dan mengumpulkan informasi. Persepsi staf menunjukkan bahwa mereka merasa

kesulitan untuk menerima dan kemudian menggunakan sistem informasi akuntansi karena

sejumlah tugas tidak terselesaikan secara tuntas menggunakan sistem informasi elektronik

sedangkan sisanya harus diselesaikan menggunakan sistem yang lama secara manual.

Persepsi staf menunjukkan bahwa mereka kesulitan untuk memilih sistem mana yang

paling tepat untuk membantu penyelesaian tugas.

Page 5: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

5

Semua staf administrasi (100%) mengeluhkan bahwa pada saat menjalankan proses

pendaftaran mahasiswa secara elektronik, sistem informasi akuntansi justru dirasa

menambah beban kerja mereka, memperlambat proses kerja, dan menambah rumit

pelaksanaan tugas oleh sebab buruknya kualitas informasi. Alasan dari kesimpulan ini ialah

semakin banyaknya jumlah dokumen yang dijadikan sumber informasi; mereka masih

memiliki tugas lain, yakni mengisikan sistem informasi akuntansi secara manual sebelum

tahap pemrosesan aplikasi pendaftaran secara elektronik. Sejumlah dokumen, misalnya

biaya kuliah dan catatan keuangan, tidak semuanya tidak dapat dimasukkan ke dalam

sistem informasi akuntansi karena sistem yang digunakan masih kekurangan fitur

pendukung sehingga memperburuk kualitas aktual dari sistem informasi tersebut. Alhasil,

dampak negatif berpengaruh bagi persepsi staf.

Opini anggota staf secara keseluruhan menunjukkan bahwa tim perancang sistem

tidak mampu memenuhi kebutuhan staf untuk memahami urutan tugas dari awal hingga

akhir atau kebutuhan mereka untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi ke dalam sistem

informasi akuntansi berbasis kecakapan staf. Akibatnya 70% jumlah staf kurang terampil di

dalam menggunakan dan mengoperasikan sistem informasi yang ada. Land (1999)

sebelumnya menyimpulkan bahwa pengguna sistem dapat saja tidak memiliki keterampilan

yang memadai untuk menggunakan sistem karena perbedaan tingkat keahlian. Hal ini juga

ditemukan selama penelitian terhadap staf departemen.

Pelaksanaan tugas secara elektronik menuntut staf untuk memiliki pengalaman yang

lebih dan mengetahui apa yang tengah terjadi di luar layar komputer. Dalam sistem berbasis

kertas (sistem manual), proses-proses yang berbeda yang menghubungkan tugas telah tidak

asing bagi staf: yakni di mana informasi disimpan/dihimpun, misalnya dalam bentuk file,

dan organisasi serta penyimpanan dokumentasi, serta pemanfaatan informasi yang saling

terkait secara sistematis. Di dalam sistem informasi baru, hanya sedikit hal yang mampu

dipahami oleh staf tentang hal apa yang mempengaruhi proses tugas sistem informasi

akuntansi di luar layar komputer, pada saat tiba saatnya penyebaran proses informasi

kepada pengguna yang berbeda-beda. Dokumentasi yang benar yang memuat informasi

yang tepat menurut pendapat responden belum dapat dilakukan atau jika telah ada

kualitasnya masih memprihatinkan sehingga membawa dampak negatif bagi persepsi staf.

Page 6: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

6

Selain itu staff juga melaporkan bahwa atribut-atribut interface dengan sistem,

seperti fungsi navigasi dan panel tugas, belum jelas dan berkualitas buruk meskipun

sebelumnya telah diadakan pelatihan mengenai pengoperasiannya. Sebagai contoh,

responden (3) dari jajaran staf menyebutkan:

Kami belum terlalu berpengalaman bekerja dengan sistem informasi akuntansi.

Kami tidak mengetahui apa yang harus kami lakukan dan jalankan serta apa yang

dapat kami harapkan dari hasil kerja tersebut. Dari pengalaman masa lalu kami

menggunakan sistem informasi akuntansi kami mengetahui bahwa cara yang

sekarang ini diterapkan tidak dapat digunakan untuk semua bidang pekerjaan kami

dan masih dalam taraf pengembangan menuju penyempurnaan. Sistem ini belum

sempurna 100% dan membawa resiko yang signfikan bagi kami.

Responden diminta untuk memasukkan semua informasi secara langsung ke dalam

sistem informasi akuntansi tanpa terlebih dahulu mengetahui bagaimana cara mendapatkan

kembali informasi tersebut. Bahkan meskipun telah diberi bekal pelatihan, 90% responden

menolak untuk menggunakan sistem informasi akuntansi dan jumlahnya semakin

bertambah selama berlangsungnya penelitian serta penelitian lanjutan terhadap responden

dalam kurun waktu 12 bulan. Hal demikian menjadi semacam isu yang penting karena

kebingungan yang terjadi pada berbagai tingkat pekerjaan yang disebabkan oleh tidak

sempurnanya fungsi sistem baru dan buruknya integrasi dengan sistem lain yang digunakan

dalam Departemen. Seorang responden menyatakan:

Ada beberapa bidang yang tidak memungkinkan bagi kami untuk menerapkan

sistem informasi akuntansi. Sistem benar-benar tidak dapat berjalan di situ. Kami

terpaksa menggunakan sistem manual untuk menyelesaikan pekerjaan dan beban

pekerjaan kami menjadi bertambah berat karena harus menjalankan dua sistem

secara bersamaan. Kami perlu waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan sistem

dan harus mengandalkan keduanya dan terkadang merasa kebingungan untuk

memahami sistem mana yang lebih baik.

Ada sebuah pandangan yang konsisten diantara sebagian besar responden (80%)

bahwa sistem informasi akuntansi tidak memenuhi syarat dan hal ini sangat jelas terlihat

pada seluruh sesi wawancara dan diskusi dengan responden bahwa tidak ada seorangpun

responden yang percaya terhadap pelatihan yang diberikan. Land (1999) berpendapat

bahwa keterampilan di dalam menggunakan sistem dapat dikuasai, sehingga menambah

Page 7: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

7

pengalaman belajar. Penelitian tidak menemukan gejala ini. Justru sebaliknya responden

(dalam hal ini staf) direpotkan oleh banyak sekali sumber berbasis manual untuk

mengumpulkan informasi yang diperlukan guna menyelesaikan tugas sistem informasi

akuntansi. Seorang responden mengatakan:

Kami perlu mengandalkan dokumen kertas dan database lainnya untuk

menyelesaikan tugas...kami harus menggunakan kedua sistem (manual dan

elektronik)...dan terkadang kami sangat sibuk; situasi ini sungguh terlalu. Kami

perlu memiliki keahlian yang lebih lagi untuk dapat menggunakan sistem; bukannya

memudahkan pekerjaan, sistem yang baru malah membuat kami kerepotan dalam

menjalankan tugas. Terdapat catatan manual, yang tidak memiliki hubungan

apapun dengan sistem informasi akuntansi. Kami menggunakannya pula. Selain itu,

kami juga menggunakan database lain, yang tidak ada sangkut pautnya dengan

sistem informasi akuntansi, namun Manajer IT meminta kami untuk segera

menggunakan sistem informasi akuntansi. Himbauan ini telah lama disampaikan

dan hingga saat ini belum memberikan hasil.

Dalam diskusi dan wawancara dengan responden, responden memfokuskan

perhatian pada isu-isu tentang manfaat, kemudahan, dan cara kerja sistem dibandingkan

dengan sistem yang lama, dan tentang seberapa kompleksnya tugas yang dijalankan saat

bekerja. Kompleksnya tugas dapat didefinisikan dalam lingkup navigasi sistem informasi

akuntansi, pemanfaatan dan pencarian informasi, pemrosesan transaksi, dan pendukung

online (misal, bantuan/solusi). Responden telah mengevaluasi sistem dalam lingkup

manfaat dan sejauh mana sistem tersebut mampu memberikan keuntungan bagi mereka.

Terkait dengan hal ini seorang responden mengutarakan:

Sistem informasi akuntansi tidak terlalu cerdas untuk mengecek kesalahan kecil

dengan menggunakan teknologi pengecek ejaan (spelling checks), atau pengecek

grammar, seperti yang kami alami saat menggunakan MS Office. Sarana ini sangat

mendasar dan penting yang mempermudah pekerjaan. Di dalam sistem informasi

akuntansi, sarana seperti ini tidak kami temukan, dan pada saat kami sibuk

keberadaannya sangat berpengaruh...menghindari kesalahan kecil dengan

mengecek ejaan, mengoreksi grammar memerlukan waktu yang lama. Kami

berpendapat bahwa sistem sebaiknya dilengkapi dengan piranti seperti yang sering

kami gunakan sebelumnya. Mengapa sistem yang baru tidak mampu

melakukannya?

Pada intinya, harapan pengguna, dalam hal ini staf yang menjadi responden

penelitian, untuk menggunakan dan memanfaatkan sistem belum mencapai tingkat yang

Page 8: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

8

diharapkan. Kurangnya informasi untuk membantu penyelesaian tugas dan pekerjaan

menunjukkan adanya pengalaman negatif para staf pengguna dengan sistem informasi

akuntansi.

Penelitian sebelumnya menghasilkan temuan bahwa jika sebuah sistem informasi

akuntansi memenuhi kebutuhan informasi yang pokok bagi pengguna, maka sistem tersebut

kemungkinan besar berpengaruh positif terhadap kemajuan pengguna di dalam

menjalankan aktivitasnya sehingga memperlancar alur kerja (Csikszentmihalyi 1990;

Hoffman dan Novak 1995). Dalam kaitannya dengan alur kerja yang lancar, seseorang

sangat terlibat dalam kegiatan yang dibantu oleh komputer. Selain itu, individu kurang peka

terhadap apa yang terjadi di sekitarnya karena terlalu dalamnya interaksi dengan kegiatan

yang dibantu oleh komputer. Dalam studi kasus ini, alur kerja yang lancar tidak ditemukan

atau setidaknya menghadapi kendala yang serius. Staf tidak mampu menjalankan semua

tugas yang memerlukan informasi yang lengkap di dalam lingkungan elektronik. Dalam

diskusi bersama peneliti, sebagian besar staf menemui hambatan sehingga tidak mudah di

dalam menggunakan sistem informasi akuntansi. Sebagai contoh:

Kami harus menggunakan terlalu banyak dokumen dan informasi referensi sebelum

kami dapat memastikan apakah sistem informasi akuntansi benar atau salah.

Terdapat banyak dokumen kertas/manual yang harus kami sortir dan himpun. Jika

dokumen-dokumen tersebut tersedia dalam bentuk digital (elektronik) dalam sistem

informasi akuntansi, maka hal tersebut akan sangat membantu kami di dalam

menyelesaikan tugas. Akan tetapi kami tidak menemukannya. Kami harus

menyimpan dan mengelola informasi mahasiswa internasional secara manual, baik

itu data baru maupun data lama. Bank data manual yang kami miliki bahkan telah

melampaui batas.

Lebih dari setengah jumlah staf responden penelitian (65%) mengungkapkan

keengganannya terhadap sistem karena mereka tidak mengetahui bagaimana cara

mendapatkan/menggunakan kembali informasi jika sistem informasi akuntansi mengalami

gangguan operasi. Responden berkeyakinan bahwa mereka tidak memiliki pilihan selain

tetap mempertahankan sistem informasi akuntansi meskipun dalam prakteknya tidak

berjalan dengan baik.

Responden telah mengetahui bahwa jika sistem informasi akuntansi tidak mampu

berfungsi dengan baik, maka mereka dapat mengandalkan alternatifnya (misalnya, sistem

Page 9: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

9

manual yang telah lama digunakan) guna menyelesaikan tugas. Perbedaan pengalaman

responden antara menggunakan sistem manual dan sistem digital juga menimbulkan

masalah. Jika responden menganggap bahwa tugas dapat terselesaikan, maka mereka akan

menggunakan sistem informasi akuntansi; sebaliknya, jika sistem gagal maka mereka akan

kembali kepada sistem manual. Setiap kesan negatif diarahkan pada sistem informasi

akuntansi selama penelitian berlangsung, sehingga mempengaruhi keputusan untuk

menggunakan sistem tersebut. Sebagai misal, seorang responden melaporkan:

Verifikasi informasi tidak dapat dilakukan menggunakan sistem informasi

akuntansi. Kami masih harus mengecek data mahasiswa pada dokumen manual

(dalam hal ini kertas). Dan hal demikian memerlukan waktu. Kami harus yakin

bahwa mahasiswa internasional yang mendaftar ke universitas kami telah

memenuhi standar ketentuan. Sistem informasi akuntansi tidak memiliki fitur-fitur

yang berhubungan dengan ketentuan di atas. Semuanya harus dikerjakan secara

manual. Kami tidak boleh membuat kesalahan. Pada masa lalu terdapat banyak

kesalahan yang dibuat oleh sistem informasi akuntansi. Itulah mengapa kami harus

mengecek ulang semua informasi yang masuk.

Kurangnya pengalaman staf pengguna dengan fitur-fitur sistem informasi akuntansi

terutama didasari oleh persepsi mereka tentang karakteristik website di dalam menyajikan

informasi yang kurang berguna. Website sistem informasi akuntansi didesain tanpa

mempertimbangkan kemampuan kinerja staf. Staf mengalami kesulitan di dalam

memanfaatkan fitur-fitur sistem informasi akuntansi karena tautan (links) yang tidak aktif,

hilangnya e-mail, informasi yang tidak lengkap, dan ukuran huruf yang tidak terbaca karena

terlalu kecil. Seorang repsonden mengatakan:

Sistem informasi akuntansi perlu disempurnakan, misalnya diperlengkapi dengan

fitur dan fungsi yang mempermudah pekerjaan. Saat ini kami sangat sulit

memahami panel navigasi yang mana yang harus kami tuju dan fungsi apa yang

dapat dijalankan oleh panel tersebut. Sejumlah tautan (link) tentang muatan

website tidak dapat berfungsi. Sungguh menyebalkan. Terkadang kami juga tidak

menerima e-mail dari mahasiswa. Kami menemukan bahwa ukuran huruf (font)

yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak terbaca. Masalah semakin rumit jika

e-mail dikirimkan oleh pengirim yang berasal dari negara yang tidak berbahasa

nasional Inggris. Kami dituntut untuk memperbesar ukuran huruf, dan mengubah

tampilan halaman agar sesuai dengan kebutuhan. Kami harus mampu mengatur

e-mail dan mengelompokkannya ke dalam folder-folder. Akan tetapi kami tidak

dapat melakukan semuanya.

Page 10: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

10

Dalam alur kerja (flow state) (Csikszentmihalyi 1990; Hoffman dan Novak 1995)

mendefinisikan pernyataan responden di atas sebagai pernyataan yang terbatas pada

bidang-bidang stimulus tertentu, sehingga mengganggu pola pikir responden.

Csikszentmihalyi (1975) berpendapat bahwa dalam sebuah alur kerja seseorang melebur ke

dalam kegiatan, di mana pada waktu bersamaan kesadaran mereka terhadap proses-proses

mental bertambah pada saat berinteraksi dengan website. Layar komputer dapat berfungsi

sebagai bidang stimulus yang terbatas, yang memfokuskan pada perhatian individu

(Webster et al. 1993). Responden melaporkan bahwa mereka mengalami hambatan di

dalam menggunakan website sistem informasi akuntansi, misalnya selama alur kerja.

Hambatan tersebut mempengaruhi perhatian responden terhadap rendahnya kualitas

informasi pada saat menjalankan tugas. Sebagai contoh, beberapa staf melaporkan bahwa

mereka menitikberatkan pada pencantuman informasi ke dalam sistem, namun selanjutnya

sistem akan memutus, mengaburkan perhatian, dan pada akhirnya informasi yang

dihasilkan tidak lengkap. Seorang responden berpendapat:

Karena terjadi situasi putusnya hubungan staf dengan sistem informasi akuntansi,

maka staf harus memasukkan informasi dari awal lagi... kondisi demikian membuat

informasi yang terdapat pada sistem menjadi ganda. Tentu saja akan semakin sulit

memilah-milah informasi tersebut kembali di dalam aplikasi yang berbeda. Kami

tidak tahu mengapa sistem ini tidak berjalan dengan lancar; mengapa pula terus

digunakan?

Dalam Departemen, pada saat seorang staf mengalami masalah dengan sistem

informasi akuntansi mereka menyelesaikannya dengan menggunakan pendekatan

tradisional berupa interaksi langsung/tatap muka, bukan menggunakan pendekatan online.

Staf melaporkan bahwa mereka menemui Manajer IT secara langsung untuk meminta

bantuan, bukan melalui komunikasi online dengan e-mail. Butuh waktu yang tidak sedikit

untuk saling berkomunikasi dari satu tempat ke tempat lain. Pemborosan waktu dan tenaga

ini menimbulkan frustrasi dan membuktikan betapa tidak berdayanya sistem.

Staf kemudian membuat penilaian terhadap efektivitas sistem informasi akuntansi.

Mereka merasa frustrasi dengan lemahnya fungsi sistem di dalam memberikan informasi

yang berkualitas terkait dengan pekerjaan yang harus diselesaikan. Pengalaman mereka

menunjukkan bahwa sistem tidak memberikan sesuatu hal yang bermanfaat. Justru

Page 11: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

11

sebaliknya, sistem informasi akuntansi diibaratkan sebagai serangkaian kegagalan dan

frustrasi yang tiada pernah berakhir lantaran sistem tersebut tidak mampu menyediakan

informasi yang memadai. Seorang responden menjelaskan:

Kami tidak dapat menawarkan sistem informasi akuntansi kepada mahasiswa

internasional dari perguruan tinggi riset yang mendaftar kepada kami karena

sistem tidak dilengkapi dengan template surat. Kami harus menawarkannya secara

manual. Kami juga harus menyimpan dan menjaga data dokumen dan terus

memperbaruinya selama korespondensi terus berlangsung. Terkadang terasa

mustahil bagi kami untuk mencatat semua informasi karena beberapa mahasiswa

internasional berkomunikasi lewat e-mail dan kami membalasnya lewat e-mail

pula. Pada bagian manapun, sistem informasi akuntansi tidak memiliki kemampuan

untuk menyimpan data mahasiswa internasional. Kami harus menyimpannya secara

manual dan dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah. Kami menjadi

merasa kerepotan manakal diminta untuk mengurangi jumlah dokumen manual.

Sistem informasi akuntansi harusnya berfungsi baik dalam masalah ini.

Tingkat toleransi pada saat menggunakan sistem informasi akuntansi boleh

dikatakan tinggi (Zeithmal et al. 2000). Tingkat toleransi yang tinggi menunjukkan bahwa

individu yang harapannya tidak terpenuhi oleh sistem informasi akuntansi akan mencari

cara-cara lain untuk memenuhi harapannya tersebut sesegera mungkin. Staf pada

Departemen tempat penelitian begitu cepat berbalik ke sistem manual karena pengalaman

positif mereka dan keterpenuhan informasi yang mereka dapatkan. Tingkat toleransi staf

untuk sistem informasi akuntansi, reaksi cepat mereka terhadap kegagalan sistem informasi

akuntansi dan perilaku lanjutan mereka untuk kembali menggunakan sistem manual, saling

berkaitan dan merupakan hasil dari kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang

berkualitas yang mendukung penyelesaian kerja. Informasi yang tidak lengkap membentuk

landasan persepsi negatif pada diri staf terhadap dan ketidakmampuan riil untuk

mendapatkan pengalaman praktis dan positif dengan sistem informasi akuntansi.

Manakala sebuah sistem mengalami kegagalan, maka sistem tersebut menuju pada

titik-titik yang berada di luar zona toleransi staf (Zeithaml et al. 1993). Sejauh pengamatan

peneliti tidak menemukan hal apapun mengenai tingkat toleransi staf terhadap kegagalan

sistem informasi akuntansi, atau kemungkinan keluhan mereka terhadap kegagalan layanan

online (van Riel et al. 2001). Staf tidak memiliki pengalaman yang dibutuhkan untuk

memecahkan masalah dengan sistem informasi akuntansi baik secara sendiri maupun

Page 12: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

12

bersama-sama. Seorang responden berpendapat:

Staf tidak memiliki keberanian untuk meminta bantuan yang diperlukan....dan

beberapa dari mereka mendapatkan informasi yang keliru. Muncul sejumlah situasi

manakala staf memberikan informasi yang salah kepada mahasiswa internasional

melalui sistem informasi akuntansi. Saya sendiri merasakan bahwa sama sekali

tidak memiliki keberanian untuk meminta bantuan pada saat menjalankan sistem

informasi akuntansi.

Hasil wawancara dan diskusi dengan staf Departemen mendukung simpulan bahwa

dalam sebuah lingkungan yang sarat akan informasi, staf berusaha mendapatkan kembali

informasi yang berguna dan manajemen yang didukung oleh teknologi komputer yang

ramah pengguna, dan bahwa manajemen informasi hanya efektif ketika staf telah dibekali

pelatihan penggunaan teknologi (Venkatesh 2000). Seorang responden melaporkan:

Sistem informasi akuntansi semakin hari semakin menjamur. Di dalam sistem

manual saya mendapatkan nama-nama mahasiswa dan saya dapat mengecek

informasi secara detil, yang berisi keterangan tentang mahasiswa mana yang telah

terdaftar dan mana yang belum, serta mahasiswa mana pula yang gagal seleksi. Di

dalam sistem informasi akuntansi kami tidak dapat memperoleh informasi semacam

ini. Bahkan meskipun informasi itu ada kami tidak tahu bagaimana cara

mendapatkannya...barangkali kami perlu pelatihan bidang ini.

Fitur-fitur pencarian pada sistem informasi akuntansi harus memberikan akses cepat

menuju informasi yang dibutuhkan. Sistem perlu dilengkapi dengan petunjuk pencarian

informasi. Sebagai contoh, mesin pencari pada Internet (search engine), peta situs atau

indeks, dapat berfungsi sebagai pendukung pencarian kembali informasi tentang sistem

informasi akuntansi. Pencarian kembali informasi berasal dari kebutuhan awal untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki, dan dengan sendirinya akuisisi proses pengalaman

informasi (Csikszentmihalyi 1990; Ghani et al 1991; Trevino dan Webster 1992; Webster et

al 1993; Hoffman dan Novak 1999). Staf juga perlu mendapatkan pemahaman dari

pengalaman mereka di mana letak informasi yang ia butuhkan. Jika informasi tidak tersedia

baik secara online maupun offline, maka staf akan terpaksa menjalankan sebuah proses

pencarian murni berdasarkan pengalaman pribadinya (Csikszentmihalyi 1990). Staf dalam

studi kasus Departemen kali ini dihadapkan oleh situasi-situasi yang mana kemudahan

penggunaan fitur-fitur pencarian untuk informasi yang relevan dan dibutuhkan tidak

Page 13: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

13

memenuhi syarat dan tidak berkualitas. Sebagai contoh sistem akuntansi keuangan tidak

dipadukan dengan sistem informasi akuntansi dan staf harus mengecek secara manual guna

mendapatkan informasi tentang pembayaran biaya kuliah. Hal demikian sangat

merepotkan. Kesimpulannya, pencarian dan kemudahan informasi tidak tercapai.

Pengalaman positif staf dengan pencarian kembali dan penelusuran informasi telah

sekian lama mereka dapatkan dengan sistem manual; artinya, staf mengetahui bagaimana

cara kerja dan kualitas sistem manual. Hal demikian terbukti dengan kemudahan yang

efisien dari sistem manual bagi staf, sebuah fakta yang ditegaskan oleh semua staf dan oleh

pihak Manajemen sendiri. Sebagai misal pendataan dokumen, penulisan surat, laporan

keuangan, dan informasi pendaftaran mahasiswa, didokumentasikan oleh staf dengan

menggunakan sistem informasi manual. Sistem informasi manual itu sendiri sebenarnya

kompleks, namun staf telah berpengalaman dan merasa nyaman dengan kemudahannya.

Terlepas dari hal itu, sistem informasi akuntansi menghasilkan tingkat kerumitan yang

baru. Dimensi dan skala kerumitan dalam hal teknologi dan keterkaitannya dengan

pencarian kembali dan penelusuran informasi harusnya memberikan titik

integrasi/keterpaduan di mana batasan teknologi berpotongan dengan pengalaman staf.

Pengembangan sebuah pendekatan untuk mempelajari proses pengalaman terkait dengan

interaksi sistem dan individu sangat penting (Venkatesh 2000; Khalifa dan Liu 2003).

Dalam studi kasus pada Departemen kali ini perubahan menuju tingkat kerumitan yang

lebih tinggi menimbulkan masalah bagi staf. Situasi yang semakin kompleks membuat staf

perlu menambah pengalaman dan terpaksa menerima keberadaan sistem informasi

akuntansi yang sejatinya sangat kompleks dan sarat masalah. Ada sebuah masalah yang

serius seperti dibuktikan dalam opini yang diutarakan oleh staf, dan celah yang jelas antara

pengalaman staf dalam mencari informasi dengan sistem manual dan dengan sistem

informasi akuntansi.

Penelitian terdahulu (Hoffman dan Novak 1995; Heijden 2000) menyimpulkan

bahwa sebuah sistem informasi akuntansi sebaiknya memberikan ruang kepada staf untuk

lebih terampil; menemukan apa yang mereka butuhkan dengan menggunakan sistem

informasi akuntansi; memiliki tingkat keyakinan dengan pencarian dan penggunaan sistem

informasi akuntansi; secara mudah mengakses dan memahami website sistem informasi

Page 14: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

14

akuntansi; memiliki akses yang mudah menuju bagian-bagian yang berbeda dari sistem

informasi akuntansi; menjaga alur kerja (flow state) dan keterlibatan dalam tugas dengan

sistem informasi akuntansi; dan menghubungkan interaksi yang positif dengan sistem

informasi akuntansi untuk kunjungan berikutnya. Dalam studi kasus ini, masing-masing

fitur tersebut di atas terbukti menimbulkan masalah bagi staf karena sistem informasi

akuntansi tidak dikembangkan secara sempurna dan lemah fungsi sehingga mengganggu

proses kerja. Sistem informasi akuntansi dibangun secara bertahap dan dari pespektif teknis

tanpa mempertimbangkan standar kemampuan dan kebutuhan staf. Tidak ada satupun staf

(0%) yang menjadi responden penelitian yang terlibat di dalam pengembangan sistem

informasi akuntansi; padahal keterlibatan ini sangat penting untuk menjaga kualitas

informasi karena pada ujungnya staf-lah yang memerlukan.

Dengan demikian penerimaan staf, dalam kapasitasnya sebagai pengguna, terhadap

sistem informasi akuntansi dipengaruhi oleh serangkaian isu fungsi yang berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan. Staf menilai sistem tidak

berfungsi, sulit digunakan dan menimbulkan frustrasi. Hal ini mempengaruhi kemudahan

sistem untuk digunakan. Buruknya alur kerja mengandung arti bahwa staf berusaha mencari

bentuk sistem lain yang lebih praktis, bahkan kembali lagi menggunakan sistem manual.

Sekali lagi mereka hanya menggunakan sistem secara esensial karena Manajemen meminta

untuk menggunakannya. Jika staf diberi kesempatan untuk memilih, maka mereka semua

akan sepakat berpendapat bahwa mereka lebih baik menunggu hingga sistem

disempurnakan. Pada gilirannya nanti, sistem akan membawa pengaruh bagi kesanggupan

mereka untuk terus menggunakan sistem dimaksud.

B. Motivasi staf dan sistem informasi akuntansi

Sebanyak 95% dari jumlah staf yang menjadi responden penelitian menyatakan

bahwa mereka menginginkan agar sistem informasi akuntansi dapat memberikan

fleksibilitas agar memperlancar pekerjaan, misalnya mengedit/mengoreksi dokumen;

kemudahan akses menuju pencarian informasi melalui sistem informasi akuntansi; layanan

berkecepatan tinggi karena sistem informasi akuntansi yang ada saat itu tergolong lamban;

satu layar login yang terpadu, bukan terbagi-bagi ke dalam beberapa layar; fitur-fitur

manajemen tugas yang mudah difahami berikut fungsinya; kemampuan menyelesaikan

Page 15: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

15

seluruh pekerjaan secara elektronik secara total sehingga staf tidak perlu menggabungkan

antar sistem digital dan sistem manual; perbaikan penampilan kerja (work performance);

sesi pelatihan yang sesering mungkin untuk mengetahui tentang sistem informasi akuntansi

dan kapabilitasnya; peluang untuk memahami kemudahan sistem dan dipengaruhi secara

positif oleh manfaat yang dihasilkan; dan akurasi informasi dari pekerjaan yang dilakukan.

Penelitian-penelitian terdahulu (Hoffman dan Novak 1995; Heijden 2000;

Venkatesh 2000) mempelajari sejauh mana motivasi individu mempengaruhi penyelesaian

tugas di dalam lingkungan sistem informasi akuntansi. Kajian karakteristik motivasi

memerlukan fokus terhadap persepsi staf tentang interaktivitas sistem informasi akuntansi.

Bukti yang dihimpun dari diskusi dan wawancara dengan staf pada Departemen yang

diteliti menyimpulkan bahwa staf pada awalnya termotivasi untuk menerima dan

menggunakan sistem pada sejumlah aspek. Berikut pendapat responden mengenai hal ini:

Sistem informasi akuntansi, yang secara keseluruhan tidak mampu beroperasi,

menyebabkan kesulitan. Menurut saya sistem mendorong orang untuk secara aktif

menggunakannya dan mempelajarinya. Setiap waktu sistem mendadak macet dan

staf menjadi semakin malas dan hilang kepercayaan terhadap sistem. Sistem belum

mampu menjalin koneksi yang mulus dengan staf. Hubungan yang baik antar

keduanya tidak muncul atau belum menuju ke arah sana namun terus-menerus

terhambat prosesnya.

Motivasi dapat bersifat intrinsik (internal) atau ekstrinsik (eksternal). Motivasi

intrinsik adalah dorongan-diri dan staf terinspirasi untuk menyelesaikan tugas. Motivasi

ekstrinsik berasal dari pengaruh luar yang mendorong individu untuk menyelesaikan tugas

(Csikszentmihalyi 1977; Graef et al 1983; Davis et al 1992; Hoffman dan Novak 1995).

Peran pokok dari motivasi dan pengaruh sub faktor lain membimbing/mengarahkan staf

untuk menjalankan tugas dengan menggunakan sistem dan website sistem informasi

akuntansi. Bukti yang diperoleh dari penelitian ini mendukung kesimpulan bahwa staf

dipengaruhi pada saat mereka mendapatkan hal-hal positif tentang sistem informasi

akuntansi dari kolega mereka. Inilah yang pertama kali muncul. Staf melaporkan bahwa

mereka antusias dan beberapa diantaranya bahkan mengaku telah memberitahukan kepada

staf lain tentang sebaik apa demonstrasi sistem baru yang diperkenalkan kepada mereka.

Organisasi sering berkeinginan mencetuskan sebuah sistem baru bagi staf mereka

Page 16: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

16

dengan pemahaman yang terbatas mengenai apakah sistem membawa dampak positif atau

negatif. Seperti yang dilaporkan, Manajemen Departemen sangat sadar bahwa mereka perlu

memenuhi sasaran dan target strategis yang ditetapkan oleh pihak universitas dan percaya

bahwa cara terbaik untuk mencapainya ialah dengan meningkatkan efisiensi staf.

Manajemen berpendapat bahwa tujuan akan dapat dipenuhi dengan menerapkan sistem

informasi akuntansi baru. Benar tidaknya sistem membantu atau menghambat staf, semua

bergantung pada sejauh mana sistem dapat menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan.

Berikut pendapat responden:

Menurut saya staf kadang-kadang tertarik pada sistem informasi akuntansi

manakala mereka mendengar hal positif dari staf lain. Rasa penasaran dan

ketertarikan itu masih ada. Menurut saya, sangat disayangkan bahwa banyak

universitas dan organisasi lain cenderung memperkenalkan sistem-sistem baru

kepada staf mereka tanpa pembahasan atau kesepakatan terlebih dahulu, yang

barangkali tidak riil. Artinya, munculnya sistem baru boleh saya katakan sebagai

kemunduran sistem informasi akuntansi. Inisiatif sistem telah lama muncul dan

telah banyak perbincangan tentang hal tersebut dan akhirnya pada saat

diluncurkan sistem dimaksud tidak jalan. Dan hal tersebut mendorong orang untuk

tidak lagi secara aktif menggunakan sistem baru.

Kurang dari 10% responden termotivasi untuk menjalankan sistem baru dan

menggunakannya. Akan tetapi, mereka menghadapi masalah yang mengurangi antusiasme

untuk menggunakan sistem informasi akuntansi. Responden melaporkan bahwa mereka

tidak memahami proses-proses yang berbeda di dalam sistem yang berhubungan dengan

penggunaan yang efektif di dalam menjalankan sistem informasi akuntansi. Sehingga staf

menghadapi kesulitan yang mengurangi motivasi mereka untuk menggunakan sistem.

Berikut pendapat responden:

Terdapat banyak masalah dengan sistem informasi akuntansi dan sistem tersebut

belum berfungsi dengan baik serta sangat sulit bagi staf untuk membedakan antara

enquiri dan aplikasi sistem. Antusiasme kami untuk menggunakan sistem begitu

rendah. .... Hal ini sangat jelas di dalam tingkat layanan offline namun bagaimana

cara menangani tingkat online sangatlah sulit karena staf telah terbebani tugas

yang berat. Kami memperlukan pelatihan tentang tatacara menangani jenis

pekerjaan di dalam sistem informasi akuntansi. Demikianlah perbedaan antara

sistem informasi akuntansi dan sistem yang telah kami terapkan sebleumnya.

Penelitian terdahulu juga membuktikan peranan penting motivasi individu di dalam

Page 17: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

17

menerapkan dan memanfaatkan Sistem Informasi (Csikszentmihalyi 1977; Graef et al

1983; Davis et al 1992; Hoffman dan Novak 1995; Zaichkowsky 1986). Davis et al (1992)

berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik berlaku bagi kegiatan-kegiatan yang dijalankan

karena mereka merupakan pelengkap untuk mencapai hasil yang berharga, sedangkan

motivasi intrinsik berlaku bagi kegiatan-kegiatan yang dijalankan "karena tidak adanya

inisiatif selain proses pelaksanaan aktivitas." Hal ini lazim ditemukan pada sikap responden

terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi. Seorang responden berpendapat:

Saya akan termotivasi jika sistem berjalan baik. Motivasi saya akan bertambah dan

berkurang jika sistem berjalan baik atau berjalan buruk. Motivasi menuju pada titik

terendah jika sistem tidak berjalan sesuai harapan. Saya menjadi frustrasi. Pekan

lalu saya melakukan konfirmasi terhadap lima mahasiswa internasional

menggunakan sistem informasi akuntansi dan saya merasa nyaman dan puas.

motivasi saya bertambah dan saya beritahukan kepada rekan-rekan bahwa sistem

informasi akuntansi sangat membantu pekerjaan. Mereka mengetakan bahwa sistem

cocok bagi saya. Jujur saya saya tidak mengendalikan/mempengaruhi rekan kerja

untuk ikut menggunakan sistem informasi akuntansi atau jika mereka ingin

menggunakannya. Namun setelah menyebarkan kabar baik itu saya mendapati

beberapa rekan ikut menggunakan sistem informasi akuntansi.

Paduan situasi dan relevansi diri membentuk perhatian yang mempengaruhi

keterlibatan dan usaha pemahaman (Celsi dan Olson 1988). Setiap individu memiliki

motivasi yang berbeda-beda dalam menggunakan sistem pada tempat kerja yang berbeda.

Dalam Departemen tempat penelitian, staf melaporkan bahwa mereka termotivasi untuk

menggunakan sistem karena sistem tersebut dipromosikan kepada mereka sebagai sarana

untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Beberapa staf bahkan

melaporkan bahwa mereka pada awalnya merasa kesulitan menggunakan sistem karena

ketidaktahuan dan kurang pengalaman. Kemudian mereka berusaha keras untuk

menyesuaikan diri. Webster et al. (1993) berpendapat bahwa korelasi positif yang

signifikan terjadi antara faktor-faktor bagi minat atau kepenasaran intrinsik dan perhatian

yang terfokus. Seorang responden mengatakan:

Di rumah ketika saya menjalankan sistem informasi akuntansi saya merasa lebih

rileks sedangkan ketika di kantor saya merasakan tekanan kerja karena harus

bekerja cepat dan dikejar target. Saya lebih termotivasi untuk bekerja

menggunakan sistem. Pada saat saya berada di rumah saya tidak lagi suka

menggunakan sistem informasi akuntansi karena saya telah berkutat dengan

Page 18: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

18

komputer sepanjang hari. Motivasi saya berkurang sehingga enggan menggunakan

sistem informasi akuntansi di rumah.

Motivasi juga berbeda-beda antara satu tim dan tim lain pada departemen. Seorang

responden melaporkan tingginya motivasi tim, sebagai berikut:

Beberapa tim berhasil menjaga performa dan mampu menghindari kesulitan yang

pernah mereka dapatkan paa semester lalu dan beberapa tahun yang telah lalu.

Jumlahnya sangat banyak namun kami bekerja sama untuk menanggulangi

kesulitan dan beban kerja. Jika sistem dapat bekerja, maka tim akan mampu

menjaga kondisi dan memperoleh dampak positif dari sistem.

Banyak staf lain yang mengatakan bahwa tim-tim yang performanya lebih baik

memiliki anggota yang lebih termotivasi dalam menggunakan sistem informasi akuntansi.

Kinerja staf dalam tim yang performanya lebih tinggi mempengaruhi motivasi mereka

untuk menjaga performa agar tetap prima dan baik. Seorang staf lain melaporkan tentang

tingkat performa, sebagai berikut:

Dengan adanya sistem informasi akuntansi, para pemimpin tim, yang menunjukkan

performa baik bersama tim mereka, enggan memberikan bantuan dan dukungan

kepada tim-tim yang performanya buruk. Alasan keengganan untuk membantu ini

ialah karena performa buruk tim lain dapat mempengaruhi performa tim yang baik.

Sebanyak 30% staf percaya bahwa sistem informasi akuntansi dapat berjalan efektif

meskipun pada waktu yang sama semua fungsinya dapat saja berjalan di luar harapan.

Motivasi staf untuk menciptakan sebuah jalinan komunikasi dengan mahasiswa

internasional untuk lebih memahami mereka adalah salah satu pendorong digunakannya

sistem. Berikut pendapat seorang responden:

Sisi baiknya ialah bahwa anda dapat mengirimkan e-mail mahasiswa internasional

ke dalam sistem informasi akuntansi. Dengan sistem manual saya harus bolak-balik

dari program-program e-mail ke database untuk mengirimkan e-mail...Saya dapat

mengurusi aplikasi pendaftaran 20 orang mahasiswa dalam waktu bersamaan.

Terkadang sistem informasi akuntansi begitu cepat dan hal ini sangat baik bagi

mahasiswa internasional untuk mengetahui siapa diri saya dan bagi saya untuk

mengetahui siapa mereka dalam waktu yang bersamaan.

Namun demikian, sebagian besar staf yang menjadi responden penelitian (85%)

Page 19: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

19

percaya bahwa mereka dapat bekerja lebih cepat jika menggunakan sistem manual. Dalam

situasi demikian hasrat staf untuk menggunakan sistem manual adalah satu-satunya opsi.

Meskipun staf telah memiliki opsi untuk menggunakan sistem informasi akuntansi, mereka

berpendapat bahwa sistem yang baru terlalu lamban, tidak berfungsi dengan baik,

sementara staf sendiri kurang menguasai sistem karena belum terlatih dan miskin

kemampuan teknis; kesemua faktor penghambat ini menjadikan staf kurang termotivasi

untuk menggunakan sistem informasi akuntansi. Seorang responden berpendapat tentang

lambannya sistem:

Saya belum membuktikan bahwa sistem informasi akuntansi bekerja lebih cepat.

Beberapa kali kami menjalankan sistem untuk memproses order dan sistem tidak

bekerja lebih cepat dari sistem manual yang biasa kami gunakan. Pada saat

mengunduh data, sistem juga terlalu lamban responnya.

Staf melaporkan bahwa mereka juga merasa frustrasi dan menjadi tidak termotivasi

pada saat mereka kehilangan data dan pekerjaan yang penting melalui sistem informasi

akuntansi. Staf merasa terganggu ketika harus lebih dahulu login ke dalam lima layar dialog

untuk mendapatkan informasi yang mendukung penyelesaian tugas. Mereka melaporkan

bahwa motivasi mereka untuk menggunakan sistem informasi akuntansi lama-kelamaan

berkurang. Seperti yang dikemukakan oleh seorang responden berikut ini:

Terkadang saya mengerjakan tugas menggunakan sistem informasi akuntansi. Pada

waktu bersamaan ada seorang mahasiswa berkunjung dan saya harus keluar

beberapa menit bersamanya. Pada saat saya kembali sistem informasi akuntansi

sudah tidak ada lagi dan pekerjaan saya yang tadi hilang. Saya harus login lagi ke

dalam sistem. Ini sangat mengganggu dan saya harus ulangi lagi pencarian

mahasiswa internasional melalui sistem tersebut, terkadang supervisor saya

meminta untuk melakukan dua pekerjaan sekaligus. Sistem seharusnya tidak

melakukan log-off, terlebih pada saat sistem dijalankan di kantor. Menurut saya

keamanan kantor cukup terjamin. Menurut saya tidak akan ada orang asing yang

masuk dan mengganggu. Saya harus masuk ke dalam lima halaman dan jika sistem

log-off, saya harus mengulangi lagi langkah yang memakan waktu tersebut.

Benar-benar membuat frustrasi.

Ketidakikutsertaan staf dalam pengembangan sistem informasi akuntansi membuat

motivasi mereka rendah untuk menjalankan sistem. Seorang responden mengomentari

masalah tidak dilibatkannya mereka ke dalam pengembangan sistem, sebagai berikut:

Page 20: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

20

Menurut saya, keenggana staf untuk menggunakan sistem sangat jelas alasannya;

staf merasa tidak dilibatkan di dalam pengembangannya. Saya katakan alasan ini

sangatlah jelas dan oleh karena kami tidak ikut dalam tahap pengembangan, maka

kami tidak paham tentang fungsi-fungsi dasar dari sistem. Staf perlu diajak

konsultasi mengenai keberadaan sistem sebelum sistem tersebut diterapkan.

Harapan dan pemahaman bahwa sistem informasi akuntansi akan berjalan sesuai

harapan tidak terwujud dan mempengaruhi motivasi staf untuk menggunakan sistem.

Seorang responden berpendapat tentang rasa frustrasi mereka terhadap sistem:

Kadang-kadang saya merasa frustrasi manakala saya hendak menyelesaikan

pekerjaan dengan sistem informasi akuntansi; sistemnya tidak berjalan. Pekerjaan

tidak selesai dan hal tersebut membuat saya marah. Saya benar-benar ingin

menyelesaikan semua pekerjaan secara online. Cara demikian menghemat waktu

karena saya tidak perlu pergi ke sana ke mari mengirim faks dan surat. Saya hanya

perlu meng-klik, mengirim, offload dan selesai tugas. Harusnya sistem informasi

akuntansi mampu melakukan hal itu semua. Setidaknya, demikian kesan saya pada

saat pertama kali diperkenalkan dengan sistem informasi akuntansi. Namun

kenyataan sekarang berbeda jauh.

Kurangnya motivasi staf juga berhubungan dengan derajat keakraban tim kerjanya.

Terdapat tujuh buah tim yang masing-masing beranggotakan tiga orang staf (staf

administrasi pengguna sistem, bagian pemasaran dan manajer wilayah), yang diantara

mereka ada yang telah akrab dengan sistem informasi akuntansi, ada pula yang sama sekali

belum mengenal sistem informasi akuntansi. Responden menyebutkan adanya perbedaan

tingkat motivasi sebagai berikut:

Kebiasaan, keakraban, dan kebiasaan menggunakan sistem informasi manual

selama bertahun-tahun membuat staf memahami sejauh mana tugas dan pekerjaan

dapat mereka selesaikan. Menurut saya setiap orang memiliki respon yang berbeda.

Ada tim yang telah terbiasa menggunakan sistem informasi akuntansi, ada pula tim

yang belum mengenal sama sekali sistem tersebut.

Regan dan O'Connor (1994) mengemukakan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang

melahirkan motivasi pelakunya memiliki karakteristik sebagai berikut: Orang tersebut...

1. mendapatkan arti penting dan manfaat di dalam pekerjaannya;

2. merasa bertanggung jawab terhadap hasil kegiatannya;

3. memiliki pengetahuan tentang hasil aktual dari pekerjaannya;

Page 21: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

21

4. merasakan tingkat kepuasan yang semakin tinggi yang merupakan wujud dari

tingkat kepercayaan orang tersebut terhadap peluang kerja dan pengembangan;

5. mendapatkan pemenuhan kebutuhan, yang merupakan kekuatan dari hasrat untuk

berkembang.

Staf yang menggunakan sistem informasi akuntansi selama penelitian menunjukkan

bahwa banyak karakteristik yang relevan dengan pekerjaan. Dilaporkan bahwa persepsi

individu menunjukkan karakteristik kebiasaan menggunakan sistem manual. Staf

melaporkan bahwa sistem yang baru diperkenalkan 'tidak lengkap' dan oleh karena itu tidak

dapat membantu penyelesaian pekerjaan secara sempurna. Salah satu tujuan Manajemen

pada saat menjalankan sistem ialah untuk menambah keyakinan dan produktivitas staf.

Akan tetapi, staf masih memilih menggunakan sistem manual dibandingan sistem informasi

akuntansi karena mereka merasa lebih terpenuhi kebutuhannya. Bahkan di dalam lingkup

tim sekalipun, hilangnya motivasi untuk menggunakan sistem muncul disebabkan oleh

tidak terpenuhinya kebutuhan yang diharapkan.

Setelah menggunakan sistem informasi akuntansi selama kurang-lebih dua bulan,

terdapat 95% staf melaporkan bahwa mereka mengharapkan sistem agar segera dirubah:

- kemampuan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan secara elektronik;

- layar login yang lebih sederhana;

- kemudahan mengedit dokumen;

- cek grammar di dalam sistem informasi akuntansi;

- akses untuk laporan penjelasan; dan

- layar yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan pengguna

Harapan-harapan staf tersebut di atas tidak terpenuhi dan belum kunjung terpenuhi

hingga dua tahun sistem berjalan. Tingkat kemudahan penggunaan sistem baru dinilai

rendah. Akibatnya staf kehilangan motivasi untuk belajar menggunakan sistem baru. Tanpa

adanya motivasi, motivasi untuk menggunakan sistem baru akan hilang.

C. Perspektif staf terhadap kemudahan penggunaan sistem informasi akuntansi

Atribut-atribut yang berhubungan dengan kemudahan penggunaan sistem didasari

oleh interaksi dengan sistem yang jelas dan mudah dipahami. Staf berpendapat bahwa

sistem informasi akuntansi sulit untuk dijalankan. Sistem dirasa tidak memiliki tingkat

Page 22: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

22

fleksibilitas yang memadai yang mempermudah staf untuk menyelesaikan pekerjaan

berdasarkan kemampuan mereka. Staf terus mengeluhkan tentang cara editing dokumen,

penambahan template baru untuk surat, pencarian nama dan data mahasiswa, pengecekan

grammar dan data lain, pemasukan data, pembedaan antara aplikasi dan enquiri, dan

pencegahan terjadinya data ganda. Menurut pendapat mereka, sistem terlalu sulit untuk

dijalankan.

Semua responden (100%) melaporkan bahwa mereka secara aktif mencari sistem

informasi akuntansi yang baru yang lebih mudah dibandingkan sistem manual. Sebuah

sistem yang baik adalah sistem yang mampu melengkapi dan mengitegrasikan/memadukan

kemudahan penggunaan fitur-fitur yang tidak asing bagi staf dan sesuai dengan keahlian

staf (Regan dan O'Connor 1994). Staf membandingkan sistem manual dengan sistem

informasi akuntansi di dalam membantu penyelesaian tugas. Perbandingan ini menjadi titik

tolak untuk memutuskan sistem mana yang paling baik untuk digunakan di tempat kerja.

Seorang responden mengutarakan perbandingan antara sistem manual dan sistem informasi

akuntansi, sebagai berikut:

Sistem manual begitu mudah dijalankan. Kami tahu rangkaian kode dan kegiatan

apa yang harus dilakukan. Sistem manual berjalan baik dan cocok bagi staf internal

serta membantu pekerjaan, sedangkan sistem informasi akuntansi lebih cocok dan

baik bagi pihak luar seperti mahasiswa internasional untuk mengirimkan aplikasi

pendaftaran kepada kami.

Fitur-fitur informasi yang terdapat di dalam sistem informasi akuntansi yang

tersedia bagi staf begitu teratas dan, menurut laporan responden, tidak mudah untuk

digunakan. Fitur-fitur tersebut memiliki rangkaian fungsi yang tak dapat dirubah yang

ditentukan oleh Manajer IT tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan staf. Meskipun

fitur-fitur informasi semacam ini membatasi fleksibilitas sistem informasi akuntansi,

fitur-fitur tersebut juga membatasi rekayasa pekerjaan staf sehingga staf tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan menurut cara mereka sendiri. Responden penelitian melaporkan

bahwa kemudahan penggunaan sistem terlalu sulit untuk direkayasa. Di bawah ini pendapat

responden:

Dalam sistem manual kami dapat membuat template sendiri, dan mengedit susunan

kata pada surat menurut kemauan kami. Di dalam sistem informasi akuntansi kami

Page 23: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

23

tidak dapat melakukannya. Kami tidak dapat mengedit dokumen karena Manajer

IT-lah yang menentukan semuanya. Kami juga tidak menyukai apa yang terdapat di

dalam sistem informasi akuntansi. Biasanya saya edit dulu surat yang akan

dikirimkan kepada penerima. Namun sejak adanya sistem baru saya tidak dapat

melakukannya. Terdapat banyak batasan di dalam sistem informasi akuntansi.

Terdalat 75% responden yang percaya bahwa sistem informasi akuntansi membuat

mereka bingung. Kebingungan yang mereka rasakan berasal dari aspek-aspek teknis dari

sistem informasi akuntansi. Salah seorang responden menyebutkan bahwa sistem informasi

akuntansi begitu kacau dalam sejumlah aspek. Penjelasan dari "kacau" di sini adalah bahwa

ada beberapa bagian dari sistem informasi akuntansi yang tidak tertata rapi. Berikut

pendapat responden mengenai hal tersebut:

Kadang-kadang banyak hal menjadi kacau pada saat kami menjalankan sistem

informasi akuntansi. Namun, apa yang dapat kami lakukan? Jika sistem dapat

diperbaiki maka sistem tersebut dapat diperbaiki, namun jika tidak dapat, ya...kami

akan mengambil langkah sebisa kami untuk menyelesaikan pekerjaan.

Ada pula pernyataan dari responden lain yang menyebutkan bahwa sistem informasi

akuntansi tidak memiliki fleksibilitas yang mempermudah penyelesaian pekerjaan. Seperti

pernyataan responden di bawah ini:

Yang kami butuhkan ialah sejumlah bentuk perbaikan yang menyeluruh di dalam

sistem informasi akuntansi. Kami dituntut mampu menyempurnakan pekerjaan,

membuat perubahan-perubahan dokumentasi, mengurutkan formulir aplikasi, dan

tetap terhubung dengan sistem. Pada saat sistem mati ketika saya tidak

mempergunakannya dan saya mendapatkan penjelasan bahwa matinya sistem

disebabkan oleh alasan keamanan, maka putuslah hubungan saya dengan

mahasiswa internasional di luar sana.

Semua responden (100%) berpendapat bahwa tingkat duplikasi data pada sistem

informasi akuntansi tergolong tinggi sehingga mempersulit penyelesaian dan pengaturan

kerja, karena staf harus memilah-milah aplikasi yang begitu banyak jumlahnya dan

memakan waktu lama. Staf harus melakukannya secara manual, satu-per-satu. Mereka

menganggapnya sulit dan berpengaruh bagi kemudahan penggunaan. Berikut pendapat dari

seorang responden:

Jika seorang mahasiswa memasukkan data ke dalam aplikasi online dan di tengah

perjalanan sistem mengalami putus hubungan, maka mahasiswa tersebut harus

Page 24: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

24

mengulangi proses pendaftaran. Pada saat mahasiswa log-in lagi, tidak akan ada

lagi filter yang membantu staf mendeteksi aplikasi yang sama karena mahasiswa

terpaksa mendaftar dua kali. Terdapat banyak sekali data yang ganda terjadi pada

sistem informasi akuntansi. Jika sistem dapat mendeteksi dan memberikan

peringatan kepada mahasiswa agar memasukkan data sekali saja, barangkali

masalah tidak akan serumit ini. Terkadang duplikasi data yang sama bisa sampai 4

hingga 5 kali dan hal ini semakin mempersulit pengurutan data secara manual.

Akan lebih baik bila sistem tidak menduplikasi aplikasi pendaftaran.

Semua staf, yakni responden penelitian, sangat kritis terhadap estetika sistem

informasi akuntansi. Mereka menyadari bahwa pengunjung sistem informasi akuntansi

dapat saja menemui kesulitan di dalam membaca teks karena ukuran huruf yang terlalu

kecil. Menurut pendapat responden, situasi demikian membuat sistem menjadi tidak ramah

pengguna. Banyaknya jumlah gambar juga memperlambat download website sistem

informasi akuntansi. Menanggapi karakteristik layar website sistem informasi akuntansi ini,

seorang responden berpendapat:

Sebenarnya saya cocok dengan layar tampilan website namun ukuran hurufnya

terlalu kecil. Pengunjung website yang berasal dari kawasan yang tidak berbahasa

Inggris, atau bahasa Inggris bukan menjadi bahasa nasional, akan kesulitan

memahaminya. Koneksi internet juga terlalu lamban sehingga download gambar

terlalu lama. Saya menyukai warna tampilannya yang begitu indah dan menarik,

namun terlalu banyak gambar juga tidak bagus untuk kecepatan akses.

Guna mengatur pekerjaan secara efektif, staf memerlukan tingkat pengendalian

manajemen yang tinggi terhadap laporan yang dihasilkan melalui sistem informasi

akuntansi. Kemudahan penggunaan laporan sulit untuk diakses karena sistem susah

digunakan. Staf membandingkan cara menghasilkan laporan sejenis dengan menggunakan

sistem manual. Seorang responden menyatakan bahwa tingkat pengendalian yang lebih

tinggi diperlukan untuk menjalankan sistem informasi akuntansi agar pekerjaan lebih cepat

selesai:

Perlu pengendalian yang lebih terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam sistem

informasi akuntansi. Kami tidak mampu menghasilkan laporan. Sistem informasi

akuntansi semakin banyak jumlahnya. Dalam sistem manual, saya dapat

memperoleh nama-nama mahasiswa dan dapat mengecek informasi secara lengkap,

sehingga saya dapat memberitahu informasi umpan balik kepada mahasiswa.

Sedangkan dalam sistem informasi akuntansi kami tidak dapat memperoleh data

Page 25: Kualitas Informasi Sistem Informasi Akuntansi Universitas

25

yang dibutuhkan secara cepat dan tepat waktu.

Masalah lain ialah tidak adanya dokumentasi bagi staf. Menurut responden, tidak

adanya laporan dokumentasi mempersulit penggunaan dokumen dan data. Hal demikian

mempengaruhi hasrat dan kesanggupan para staf sebagai pengguna sistem untuk lebih

memilih sistem informasi akuntansi. Jika dokumentasi ada maka staf berpendapat bahwa

sistem informasi akuntansi akan berfungsi lebih baik daripada sistem manual. Namun

kenyataannya tidak demikian, setidaknya hingga penelitian ini berlangsung.

D. Perspektif staf terhadap manfaat/kegunaan sistem informasi akuntansi

Semua staf yang menjadi responden penelitian berharap agar tingkat kemudahan

penggunaan sistem informasi akuntansi bertambah sehingga meningkatkan efisiensi serta

mendukung perbaikan kinerja berbasis elektronik. Pada saat staf harus menggunakan sistem

manual untuk mengisi celah yang disebabkan oleh kurang optimalnya peran sistem

informasi akuntansi, staf menyebutkan bahwa mereka merasa ragu terhadap kegunaan dari

sistem baru berikut kemampuannya untuk mendukung pekerjaan. Evaluasi staf terhadap

manfaat sistem informasi akuntansi berasal dari penilaian mereka tentang kebenaran bahwa

semua pekerjaan dapat dibereskan secara elektronik. Staf juga melaporkan bahwa manfaat

sistem informasi elektronik dipengaruhi oleh sejumlah isu teknis. Staf bagian pendaftaran

juga mengemukakan bahwa sistem tampak lambat dan menyebabkan akses data terganggu.