kti bab 1-3
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit degeneratif dan kardiovaskuler merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia, diantaranya adalah hipertensi,
diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara
berkembang dari 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi
1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini
(Armilawaty, et al., 2007). Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari
populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Kemenkes, 2010).
Di Indonesia, peluang masyarakat menderita hipertensi belum
sebesar di negara maju, namun ancaman penyakit ini tidak boleh
diabaikan begitu saja, terlebih bagi masyarakat perkotaan yang mudah
mengakses gaya hidup modern yang tidak sehat, seperti banyak
mengkonsumsi makanan cepat saji, kebiasaan hidup yang lebih banyak
duduk dari pada bergerak bagi kebanyakan masyarakat kota yang
bekerja di kantor, dengan gaya hidup tersebut akan menjadi ancaman
yang menakutkan. Pendapat para ahli dari hasil penelitian diperkirakan
bahwa penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit
hipertensi adalah 1,8% - 2,86%. Namun sebagian besar penelitian
menyatakan 8,6% - 10% persentase penderita di perkotaan lebih besar
2
dibandingkan dengan sejumlah penderita di pedesaan (Dalimartha, et
al., 2008).
Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar seseorang yang
menderita penyakit tekanan darah tinggi. Penyakit tekanan darah tinggi
dalam bahasa medis disebut hipertensi. Penyakit ini sebagian besar
diderita oleh seseorang tanpa merasakan gejala-gejala hipertensi
walaupun sudah dalam tahap yang serius. Oleh karena itu, penyakit ini
sering disebut “silent killer” atau pembunuh diam-diam (Cahyono,
2008).
Satu dari lima pria berusia antara 35-44 tahun memiliki tekanan
darah yang tinggi. Angka prevalensi tersebut menjadi dua kali lipat
pada usia antara 45-54 tahun. Separuh dari mereka yang berusia 55-64
tahun mengidap penyakit ini. Pada usia 65-74 tahun, prevalensi
menjadi lebih tinggi lagi, sekitar 60% menderita hipertensi. Sampai usia
55 tahun pria berisiko lebih tinggi dibandingkan wanita. Tetapi diatas
usia tersebut, justru wanita setelah mengalami menopouse yang
berpeluang lebih besar. Para pakar menduga perubahan hormonal
berperan besar dalam terjadinya hipertensi dikalangan wanita usia
lanjut (Sustrani, 2006).
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah
sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang mempunyai
3
prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional dengan prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah
33,6%, sementara berdasarkan diagnosis atau riwayat minum obat
hipertensi prevalensinya adalah 9,7% (Riskesdas, 2007).
Tingginya asupan kopi berkafein dapat mempengaruhi tekanan
darah atau risiko penyakit jantung koroner. Dosis satuan kafein
sebanyak 200-250 mg setara dengan 2-3 cangkir kopi, telah terbukti
dapat meningkatkan tekanan darah sistolik 3-14 mmHg dan tekanan
diastolik 4-13 mmHg dengan segera setelah dikonsumsi oleh orang
yang normotensif atau orang yang memiliki tekanan darah normal
(Noordzij, et al., 2005). Kandungan terbesar yang ada pada kopi adalah
kafein yang memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut,
terutama pada penderita hipertensi. Risiko hipertensi orang yang
mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari lebih tinggi jika dibandingkan
dengan konsumsi kopi 0 cangkir per hari (Klag, et al., 2002).
Di samping kebiasaan minum kopi, lingkar perut juga merupakan
parameter penting untuk menentukan risiko terjadinya penyakit jantung
dan hipertensi. Semakin besar lingkar perut seseorang, risiko terjadinya
penyakit jantung dan hipertensi pada orang tersebut lebih besar. Para
ahli menyimpulkan, setiap penambahan 5 sentimeter pada lingkar
pinggang atau perut, risiko kematian dini akan meningkat antara 13%
hingga 17% (Misnadiarly, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan SP2TP di
Puskesmas Menteng Palangka Raya pada tahun 2012 dilaporkan ada
4
1822 orang penderita hipertensi. Data terakhir yang diperoleh pada
bulan Agustus 2012 tercatat sebanyak 92 orang penderita dan
meningkat pada bulan September 2012 sebanyak 153 orang penderita
dan 175 orang penderita pada bulan Oktober. Kejadian hipertensi
meningkat pada kelompok umur 20-59 tahun, kelompok umur 60-69
tahun dan kejadian hipertensi menurun pada kelompok umur 55-59
tahun serta kelompok umur >70 tahun. Prevalensi hipertensi di
Puskesmas Menteng Palangka Raya Tahun 2012 sebesar 6,4%.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti hubungan antara kebiasaan minum kopi dan lingkar perut
dengan kejadian hipertensi yang dilaksanakan di Puskesmas Menteng
Palangka Raya tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kebiasaan minum kopi dan lingkar
perut dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Menteng Palangka
Raya ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kebiasaan minum kopi dan lingkar
perut dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Menteng Palangka
Raya.
5
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik sampel yang meliputi umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
b. Mengidentifikasi kebiasaan minum kopi pada pasien hipertensi
yang berkunjung di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
c. Mengidentifikasi lingkar perut pada pasien hipertensi yang
berkunjung di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
d. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada pasien hipertensi yang
berkunjung di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
e. Menganalisis hubungan kebiasaan minum kopi dengan kejadian
hipertensi di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
f. Menganalisis hubungan lingkar perut dengan kejadian hipertensi
di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan
memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
penelitian ilmiah, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian hipertensi.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan dan dapat menambah wawasan bagi
mahasiswa serta dapat dijadikan sebagai referensi dalam
6
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang
hubungan antara kebiasaan minum kopi dan lingkar perut
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Menteng Palangka
Raya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah
suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,
2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah. WHO (World Health Organization) memberikan
batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg, dan
tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
8
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua
golongan yaitu:
1) Hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatic. Terdapat
sekitar 90% - 95% kasus. Penderita hipertensi ini banyak
dipengaruhi oleh pola hidup, misalnya makanan yang tidak
sehat dan kurang gerak.
2) Hipertensi sekunder terdapat sekitar 5% - 10% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penyakit ginjal,
syndrome chusing, koarktasio aorta (Mansjoer, 2005).
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada
orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
9
c. Klasifikasi
1) Menurut The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2
(Chobanian, 2003).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Kriteria Tekanan Darah
Sistolik(mmHg)
Diastolik(mmHg)
NormalPrehipertensiHipertensi grade IHipertensi grade II
< 120120 – 139140 – 159
≥ 160
< 8080 – 8990 – 99≥ 100
Sumber: Chobanian, 2003.
2) Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health
Organization) di dalam (Mansjoer, 2005).
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Menurut WHO
KategoriSistolik(mmHg)
Darah Diastolik(mmHg)
Normal < 130 < 85Normal tinggi 130 – 139 85 – 89Stadium 1 (Hipertensi ringan)
140 – 159 90 – 99
Stadium 2 (Hipertensi sedang)
160 – 179 100 – 109
Stadium 3 (Hipertensi berat)
180 – 209 110 – 119
Stadium 4 (Hipertensi maligna)
≥ 210 ≥ 120
Sumber : WHO di dalam Mansjoer, 2005.
10
d. Faktor Risiko Hipertensi
1) Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
a) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama
dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi
pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi
berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini, et al.,
2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila
terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
11
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause
(Marliani, 2007).
b) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi
tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung
mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus
ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia
tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada
usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada
usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause.
Wolff (2008), menyatakan bahwa hipertensi makin
meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan
hormon. Hipertensi dengan usia kurang dari 35 tahun
akan menaikkan penyakit arteri koroner dan kematian
prematur.
12
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan
kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada
umur 50-60 tahun. Dengan bertambahnya umur, dapat
meningkatkan risiko hipertensi (Marliani, 2007).
c) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu
akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya
rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus
hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarga (Anggraini, et al., 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
13
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
(Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah
seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan
darah tinggi, maka berpeluang sebesar 25% untuk
mewarisinya selama hidup. Jika kedua orang tua
mempunyai tekanan darah tinggi maka peluang untuk
terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
2) Faktor risiko yang dapat dikontrol
a) Obesitas
Pada usia pertengahan dan dewasa lanjut,
asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi
karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan
meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh
darah, hipertensi (Rohaendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas
atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat
badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan
IMT adalah sebagai berikut:
14
Berat Badan (kg)
IMT = -----------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya
normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-
30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai
penyakit jantung dan pembuluh darah. Disebut obesitas
apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau Indeks
Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah
25. BMI memberikan gambaran tentang risiko kesehatan
yang berhubungan dengan berat badan. Marliani juga
mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian
besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak
menutup kemungkinan orang yang berat badanya
normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan
dengan berat badannya normal (Marliani, 2007).
15
b) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa
apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih
berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi
karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai
detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras
dan sering jantung harus memompa semakin besar pula
kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa
berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah.
Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau
masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health
Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang
aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik
dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low
16
Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran
arteri (Rohaendi, 2008).
c) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan
darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan
peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh
dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang
awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus
diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan
dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak
pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
d) Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
17
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium) per
hari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,
sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Wolff,
2008).
e) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol
dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk
pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Marliani,
2007).
f) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari
satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di
mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
18
g) Pil KB
Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian (±
12 tahun berturut-turut).
h) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga
melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat
menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun
hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Rohaendi, 2008). Menurut
Anggraini, et al., (2009), stress akan meningkatkan
resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan,
kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
e. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri terjadi melalui
beberápa cara yaitu :
19
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga melahirkan lebih
bayak cairan pada setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
dipaksa melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Kondisi inilah
yang terjadi pada usia lanjut, dinding arterinya telah
menebal dan kaku karena hormone sclerosis. Dengan cara
yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokontriksi arteri kecil (arteriola) untuk sementara
waktu mengerut karena rangsangan saraf atau hormon di
dalam darah (hormon adrenalin)
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan darah, hal ini terjadi jika dapat
kelainan fungsi ginjal, sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air di dalam tubuh. Akibatnya volume
darah juga meningkat.
(Anies, 2006).
f. Manifestasi Klinis
Penyakit ini sebagian besar diderita oleh seseorang
tanpa merasakan gejala-gejala hipertensi walaupun sudah
dalam tahap serius. Dari beberapa penelitian, ada beberapa
20
gejala yang dirasakan oleh seseorang. Gejala-gejala tersebut
bervariasi antara lain :
1) Pusing
2) Rasa berat ditengkuk
3) Sukar tidur
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Cepat marah
6) Mata berkunang-kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat
(Cahyono, 2008)
g. Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain
yang timbul kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai
akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut:
1) Stroke
2) Gagal jantung
3) Gagal ginjal
4) Penyakit Arteri Koroner
(Rusdi, et al., 2009).
21
h. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Tujuan deteksi penatalaksanaan hipertensi adalah
menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas
yang terkait. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor
risiko. Hal ini dicapai dengan modifikasi gaya hidup atau
dengan obat anti hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang
dianjurkan :
a) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
(Indeks Masa Tubuh > 27).
b) Meningkatkan aktivitas fisik (aerobic 30 – 45 menit /
hari).
c) Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh
dan kolesterol dalam makanan.
(Anies, 2006).
2) Pengobatan
a) Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari
menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan berat
badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan
22
garam dan asupan lemak, latihan fisik serta
meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
(1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa
sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat
penting dalam mengontrol hipertensi.
(2) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko
terkena hipertensi 30-50% dari pada yang aktif.
Oleh karena itu, aktivitas fisik (misalnya senam
aerobik dan jalan cepat) antara 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.
(3) Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan,
maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh
dokter.
(4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih
cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol
lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi (Rusdi, et al., 2009).
23
b) Farmakologis
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan
dengan beberapa obat :
1) Diuretic Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix
(Furosemide). Merupakan golongan obat hipertensi
dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine.
Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang
dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi
potasium harus dilakukan.
2) Beta-blockers Atenolol (Tenorim), Capoten
(Captopril). Merupakan obat yang dipakai dalam
upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses
memperlambat kerja jantung dan memperlebar
(vasodilatasi) pembuluh darah.
3) Calcium channel blockers Norvasc (amlopidine),
Angiotensin converting enzyme (ACE). Merupakan
salah satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui
proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah
(Rusdi, et al., 2009).
24
2. Kopi
a. Definisi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses
pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Sejarah kopi telah
dicatat pada abad ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di
Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia
dataran tinggi. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika,
terutama bangsa Etiopia yang mengkonsumsi biji kopi yang
dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk
memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh. Akan tetapi,
ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi
pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi disana
ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai
meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya
sebagai minuman mulai menyebar. Kopi kemudian terus
berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling
populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan
masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih
dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Indonesia di era tahun
1990-an pernah menjadi negara pengekspor kopi 3 terbesar di
dunia setelah Brazil dan Columbia (Cahyono, 2011).
25
b. Klasifikasi
Klasifikasi kopi menurut (Anonim, 2010) adalah sebagai
berikut :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea arabica
Minuman kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari
proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Ada 2 jenis
kopi yang memiliki nilai komoditas ekonomi yang tinggi
dipasaran, yaitu :
1) Kopi Arabika
Kopi arabika berasal dari Etiopia & Abessinia. Kopi
arabika dapat tumbuh dengan ketinggian 700-1700 mdpl
dan temperatur 16-200 C. Kopi arabika berbuah setahun
sekali. Kopi arabika menguasai pasar kopi di dunia hingga
70%. Kopi arabika memiliki aroma yang khas. Kopi arabika
memiliki rasa yang asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis
robusta. Kopi arabika memiliki perbedaan antara kopi
lainnya karena rasa kopi tergantung dari cuaca dan tanah
tempat kopi di tanam (Anonim, 2010).
26
Meski di seluruh dunia ada sekitar 70 spesies pohon
kopi, dari yang berukuran seperti semak belukar hingga
pohon dengan tinggi 12 meter. Kopi arabika juga memiliki
jenis lainnya yang masih satu jenis antara lain Abesinia,
Pasumah, Margo Type dan Congensis. Kedua spesies ini
digunakan untuk produksi sekitar 98% produksi kopi dunia.
Kopi yang pertama kali dikembangkan di dunia adalah kopi
arabika yang berasal dari spesies pohon kopi Coffea
arabica. Kopi jenis ini yang paling banyak diproduksi, yaitu
sekitar lebih dari 60% produksi kopi dunia. Kopi arabika dari
spesies Coffea arabica menghasilkan jenis kopi yang
terbaik. Pohon spesies ini biasanya tumbuh di daerah
dataran tinggi. Tinggi pohon kopi ini antara 4 hingga 6
meter. Kopi arabika memiliki kandungan kafein tidak lebih
dari 1,5% serta memiliki jumlah kromosom sebanyak 44
kromosom (Anonim, 2010).
Ciri-ciri dari tanaman kopi arabika ini yaitu panjang
cabang primernya rata-rata mencapai 123 cm, sedangkan
ruas cabangnya pendek – pendek. Batangnya
berkayu ,keras, dan tegak serta berwarna putih keabu-
abuan. Keunggulan dari kopi arabika antara lain bijinya
berukuran besar, beraroma harum, dan memiliki cita rasa
yang baik. Secara umum, ciri-ciri kopi arabika yaitu sebagai
berikut :
27
a) Beraroma wangi yang sedap menyerupai aroma
perpaduan bunga dan buah
b) Terdapat cita rasa asam yang tidak terdapat pada kopi
jenis robusta
c) Saat disesap di mulut akan terasa kental
d) Cita rasanya akan jauh lebih halus (mild) dari kopi
robusta
e) Terkenal pahit
(Anggara, et al., 2011).
2) Kopi Robusta
Kopi robusta berasal dari Kongo dan tumbuh pada
ketinggian 400-700 mdpl. Produksi kopi robusta lebih
sedikit daripada kopi arabika. Kopi robusta hanya mencapai
30% di pasaran komoditi dunia. Kopi robusta juga sudah
banyak tersebar di wilayah Indonesia dan Filipina. Kopi
robusta memiliki rasa seperti cokelat, memiliki aroma yang
khas dan rasa yang manis, memiliki warna bervariasi
sesuai dengan cara pengolahan. Kopi robusta memiliki
tekstur lebih kasar dari kopi arabika. Jenis lainnya dari kopi
robusta seperti Qillou, Uganda dan Chanepora. Dalam
pertumbuhannya kopi robusta hampir sama dengan kopi
arabika yakni tergantung pada kondisi tanah, cuaca dan
proses pengolahan dan pengemasan kopi ini akan berbeda
28
untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit
banyak juga berbeda (Anonim, 2010).
Kopi robusta biasanya digunakan sebagai kopi instant
atau cepat saji. Kopi robusta memiliki kandungan kafein
yang lebih tinggi, rasanya lebih netral, serta aroma kopi
yang lebih kuat. Kandungan kafein pada kopi robusta
mencapai 2,8% serta memiliki jumlah kromosom sebanyak
22 kromosom. Produksi kopi robusta saat ini mencapai
sepertiga produksi kopi seluruh dunia (Anonim, 2010).
Secara umum, ciri – ciri dari kopi robusta adalah sebagai
berikut :
a) Memiliki rasa yang menyerupai coklat
b) Aroma yang dihasilkan khas dan manis
c) Warna bijinya bervariasi, tergantung dari cara
pengolahannya
d) Teksturnya lebih kasar dari kopi arabika
(Anggara, et al., 2011).
3) Kopi Jenis Lain
Selain jenis kopi arabika dan robusta, masih ada
beberapa jenis kopi yang juga dikenal (Anggara, et al.,
2011), yaitu di antaranya :
29
a) Kopi Liberika ( Coffe libberica )
Kopi yang dapat tumbuh di daerah dataran
rendah ini berasal dari Angola dan mulai masuk ke
Indonesia pada tahun 1965. Kopi ini berbuah
sepanjang tahun, tetapi kualitas buahnya relative
rendah dan tidak seragam.
b) Kopi golongan Ekselsa
Kopi golongan ini memiliki cabang primer yang
daoat bertahan lama, berbatang kekar, dan dapat
berbunga pada batang tua. Kopi golongan ini memiliki
daya adaptasi terhadap iklim yang lebih luas dan
resisten terhadap penyakit HV, tetapi pembentukan
buah kopi ekselsa lambat serta memiliki ukuran buah
yang kecil dan tidak seragam.
c) Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan jenis kopi hasil
persilangan antara dua spesies atau varietas yang
memiliki sifat – sifat unggul. Pembiakan kopi hibrida
biasanya dilakukan melalui cara vegetative, misalnya
dengan stek atau sambungan.
d) Kopi Luwak
Kopi luwak dikenal banyak masyarakat di dunia
dikarenakan proses pembentukannya yang unik
sehingga kopi luwak kerap disebut sebagai subvarietas
30
yang baru dari kopi. Keunikannya berasal dari biji buah
kopi yang telah dimakan oleh musang kelapa Asia /
luwak (Paradoxurus hermaphroditus) dan kerabat
musang lainnya.
Kopi luwak menjadi lebih istimewa karena luwak
hanya mencari buah kopi yang 90% matang dengan
menggunakan daya penciumannya yang tajam. Dalam
satu pohon kopi, hanya 1 – 2 butir buah saja yang
dimakan, yakni buah dengan kematangan tertinggi.
Sampai saat ini kopi luwak dikenal sebagai kopi paling
dicari dan paling mahal di dunia. Di Indonesia, kopi
luwak diproduksi di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan
Kepulauan Indonesia lainnya. Di negara lain, kopi luwak
diproduksi di Filipina, dengan nama kopi motit di daerah
Cordillera dan kape alamid di daerah Tagalog. Selain di
Filipina, kopi luwak diproduksi juga di Timor Leste
dengan nama kafe-laku.
31
c. Komposisi
Tabel 3. Komposisi Nutrisi Secangkir Kopi Tanpa Gula(237 ml)
Komposisi mg/cangkir (237 ml)Protein 300Kalsium 4,7Omega 6 2,4Magnesium 7,9Vitamin K 0,002Fosfor 7,1Niasin 0,5Kalium 116Folat 4,7Natrium 4,7Kolin 6,2Kafein 94,8Polifenol (antioksidan) 200
Sumber: Adrogue, 2007.
1) Kafein
Sebagai kandungan utama kopi yang bersifat
stimulan (perangsang) yang mencandu. Kandungan kafein
pada biji kopi bervariasi menurut jenisnya. Kafein terdapat
pada biji, daun atau di bagian lain kopi. Kafein
mempengaruhi sistem kardiovaskuler seperti peningkatan
detak jantung dan tekanan darah. Satu cangkir (250 ml)
kopi rata-rata mengandung 100-150 miligram kafein
(Krummel, 2004).
2) Kalium
Kopi menurunkan darah sistolik dan diastolik dengan
menghambat pelepasan renin sehingga terjadi peningkatan
ekskresi natrium dan air. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya penurunan volume plasma, curah jantung, dan
32
tekanan perifer sehingga tekanan darah akan turun
(Adrogue, 2007).
3) Polifenol
Kopi merupakan minuman utama penduduk dunia
dengan kandungan antioksidan terbanyak sekitar 200-550
mg per cangkir. Kopi mengandung senyawa polyphenol
total. Kandungan polifenol (antioksidan) pada kopi sekitar
6%, sedangkan buah berry 25%, teh 23%, anggur 13% dan
sayuran 6% dari seluruh total antioksidan. Polifenol bersifat
menurunkan tekanan darah dan menghambat terjadinya
atherogenesis dan memperbaiki fungsi vaskuler (Krummel,
2004).
4) Asam amino dan protein
Asam amino merupakan unsur-unsur yang
membentuk protein. Kumpulan asam amino disebut protein.
Asam amino terdapat secara bebas atau terikat protein
pada biji kopi. Protein merupakan polimer yang tersusun
dari asam amino. Kandungan protein pada biji kopi antar
varietas sedikit bervariasi yaitu antara 8,7 – 12,2%
(Krummel, 2004).
33
5) Cafestol dan kahweol
Cafestol dan kahweol merupakan bahan kimia yang
muncul saat bubuk kopi dituangi oleh air panas. Kafestol
adalah senyawa yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam tubuh manusia terutama kolesterol LDL
hingga sebesar 10% serta dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung, pembuluh darah dan hipertensi (Anonim,
2010).
d. Kebiasaan Minum Kopi
Kebiasaan minum kopi merupakan kebiasaan subjek tiap
harinya dalam hal minum kopi, yang didefinisikan sebagai
subjek yag memiliki kebiasaan minum kopi apabila secara rutin
mengkonsumsi kopi minimal satu cangkir per hari. Kebiasaan
minum kopi ini dilihat berdasarkan sendok kopi per cangkir
yang dikonsumsi, lama minum kopi, frekuensi minum kopi
(cangkir per hari, dengan air 150 cc per cangkir), dan
kekentalan kopi ( rasio kopi, gula, dan krim dalam satuan sdt
serta air dalam satuan cc) (Krummel, 2004).
Kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein, memiliki
efek terhadap tekanan darah secara akut, terutama pada
penderita hipertensi. Peningkatan tekanan darah ini melalui
mekanisme biologi antara lain kafein mengikat reseptor
adenosin, mengaktifasi sistem saraf simpatik dengan
34
meningkatkan konsentrasi cathecolamines dalam plasma dan
menstimulasi kelenjar adrenalin serta meningkatkan produksi
kortisol. Hal ini berdampak pada vasokontriksi dan
meningkatkan total resistensi perifer yang akan menyebabkan
tekanan darah naik (Uiterwaal, 2007).
Kandungan kafein pada kopi berbeda-beda tergantung
pada jenis kopi, asal kopi, iklim daerah kopi dibudidayakan dan
proses pengolahan kopi. Kopi yang diproduksi dan
diperdagangkan di Indonesia sebagian besar adalah kopi
robusta. Jenis kopi ini memiliki kandungan kafein (2-3%) yang
lebih tinggi dibandingkan kopi arabika (1-1,3%). Kandungan
kafein tiap cangkir kopi adalah 60,4 - 80 mg (Kenneth, 2009).
Jenis kopi dibagi menjadi dua yaitu kopi murni dan kopi
tidak murni. Kopi murni adalah kopi hitam yang diseduh tanpa
menggunakan campuran susu atau krim. Tiap cangkir kopi
yang dikonsumsi oleh sampel mengandung 1-2 sdt kopi hitam.
Takaran kopi yang digunakan oleh subjek penelitian ini
sebagian besar menggunakan 2 sdt. Takaran ini berhubungan
dengan kekentalan kopi. Semakin kental kopi, maka kandungan
kafein semakin tinggi.
Sedangkan kopi tidak murni adalah kopi instan yang
merupakan campuran kopi, krimer dan gula. Tiap 1 sdm krimer
mengandung 10 mg kalori, 2 gr karbohidrat, 500 mg gula, 500
mg lemak dan 5 mg natrium. Rendahnya kandungan gizi yang
35
terdapat dalam krimer ini tidak banyak mempengaruhi tekanan
darah, walaupun di dalamnya terkandung natrium yang
diketahui dapat meningkatkan tekanan darah jika dikonsumsi
dalam jumlah yang berlebihan (Wanyika, 2010).
Kafein memiliki efek yang antagonis kompetitif terhadap
reseptor adenosin. Adenosn merupakan neuromodulator yang
mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf pusat. Hal
ini berdampak pada vasokontriksi dan meningkatkan total
resistensi perifer yang akan menyebabka tekanan darah naik.
e. Klasifikasi Kebiasaan Minum Kopi
Tabel 4. Klasifikasi Kebiasaan Minum Kopi Setiap Hari
Frekuensi (cangkir) Kategori1-3 Ringan4-6 Sedang> 6 Berat
Sumber: Krummel, et al., 2004.
3. Lingkar Perut
a. Definisi
Menurut Endang (2009), lingkar perut adalah parameter
penting untuk menentukan risiko terjadinya penyakit jantung
dan hipertensi. Semakin besar lingkar perut seseorang, risiko
terjadinya penyakit jantung dan hipertensi pada orang tersebut
lebih besar. Jenis kegemukan atau obesitas dapat dibagi dua,
yaitu yang merata seluruh tubuh dan yang lokal terutama di
36
perut yang disebut obesitas sentral. Kedua jenis obesitas ini
mempunyai dampak pada kesehatan tubuh secara langsung.
Tubuh yang berat akan membebani lutut mengakibatkan
keradangan sendi, memicu hipertensi, mengganggu kesuburan
dan dapat mengakibatkan kematian mendadak saat tidur.
Kelebihan asupan makanan mengakibatkan meningkatnya
lemak darah yang tidak diinginkan (kolesterol LDL dan
Trigliserida). Selain itu, jaringan lemak tubuh yang merupakan
tempat deposit kelebihan kalori, terutama dibagian dalam
rongga perut, ikut mengganggu kerja insulin (resistensi insulin)
(Endang, 2009).
Gangguan lemak darah dan resisitensi insulin
mengkibatkan kumpulan gejala yang disebut sindroma
metabolik, yang ditandai dengan obesitas sentral, hipertensi,
dislipidemia (kolesterol total, LDL, trigliserida tinggi, sedangkan
kolesterol HDL rendah) dan gula darah puasa yang meningkat.
Keadaan ini akan memicu terjadinya diabetes dan
menimbulkan penyempitan pembuluh darah yang pada
akhirnya meningkatkan kejadian serangan jantung dan stroke
(Endang, 2009).
37
b. Klasifikasi
Para ahli menyimpulkan, setiap penambahan 5
sentimeter pada lingkar pinggang atau perut, risiko kematian
dini akan meningkat antara 13% hingga 17% (Endang, 2009).
Tabel 5. Kriteria Lingkar Perut dan Risiko Hipertensi
KategoriLingkar Perut (cm)
Pria WanitaRisiko rendah < 90 < 80Risiko sedang 90 80Risiko berat > 90 > 80
Sumber: Endang, 2009.
38
c. Cara Mengukur Lingkar Perut
1) Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut
dan tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam
pengukuran.
2) Untuk pengukuran ini responden diminta dengan cara yang
santun untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
3) Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
4) Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
5) Tetapkan titik tengah di antara di antara titik tulang rusuk
terakhir titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
dan tandai titik tengah tersebut dengan alat tulis.
6) Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan
normal (ekspirasi normal).
7) Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari
pinggang dan perut kembali menuju titik tengah diawal
pengukuran.
8) Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke
bawah, pengukuran mengambil bagian yang paling buncit
lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
(Depkes, 2007).
39
B. Kerangka Konsep
Kejadian Hipertensi
Obesitas
Kurang Olahraga
Kebiasaan Merokok
Konsumsi Garam Berlebih
Konsumsi Alkohol
Pil KB
Kebiasaan Minum Kopi
40
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
C. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat : Kejadian hipertensi
2. Variabel bebas : Kebiasaan minum kopi dan lingkar perut
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian
hipertensi.
2. Ada hubungan antara lingkar perut dengan kejadian hipertensi.
E. Definisi Operasional
1. Kebiasaan Minum Kopi
Jenis kelaminUmurKeturunan (Genetik)
stress
Lingkar Perut
41
Jumlah kopi yang biasa diminum atau dikonsumsi dalam sehari
yang diukur dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Skala : Nominal
Kategori :
a. Bukan peminum kopi : 0 cangkir per hari
b. Peminum kopi tingkat ringan : 1 – 3 cangkir per hari
c. Peminum kopi tingkat sedang : 4 – 6 cangkir per hari
d. Peminum kopi tingkat berat : > 6 cangkir per hari
2. Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dimulai atau diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal pengukuran yang diukur dalam
satuan sentimeter dengan menggunakan alat bantu meteran merk
“clever cat metals” yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
Skala : Ordinal
Kategori :
a. Risiko rendah : ≤ 90 cm (Laki-laki)
≤ 80 cm (Perempuan)
b. Risiko tinggi : > 90 cm (Laki-laki)
> 80 cm (Perempuan)
3. Kejadian hipertensi
Suatu kondisi tekanan darah di atas normal yang diketahui dari
data status pasien.
Skala : Ordinal
42
Kategori :
a. Hipertensi grade I : 140 - 159 / 90 - 99 mmHg
b. Hipertensi grade II : ≥ 160 / ≥ 100 mmHg
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup gizi masyarakat
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum
kopi dan lingkar perut dengan kejadian hipertensi yang dilaksanakan
di Puskesmas Menteng Palangka Raya pada Bulan April - Mei Tahun
2013.
B. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini mengidentifikasi
melalui pengukuran lingkar perut secara langsung kepada sampel
yang sudah ditetapkan dan dikumpulkan dalam waktu bersamaan,
kemudian dilakukan analisis ada tidaknya hubungan kebiasaan minum
kopi dan lingkar perut dengan kejadian hipertensi.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Saryono, 2008).
44
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien hipertensi
usia 20-59 tahun yang berkunjung ke poli umum Puskesmas
Menteng Palangka Raya pada Bulan April - Mei Tahun 2013.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti oleh
peneliti (Saryono, 2008).
a. Besar Sampel
Dari data yang diperoleh dari laporan tahunan SP2TP
Puskesmas Menteng Palangka Raya, jumlah kunjungan
penderita hipertensi pada tahun 2012 sebanyak 1822 orang.
Rata-rata jumlah kunjungan per bulan dengan kisaran usia
antara 20-59 tahun sebanyak 98 orang. Dengan demikian
jumlah sampel dapat diketahui dengan rumus sampel :
n = N
1 + N (d)2
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = Derajat Kesalahan
Dengan mengambil derajat kesalahan 10 %, Caranya :
n = 98
1 + 98 ( 0,1)²
45
n = 98
1 + 98 (0,01)
n = 98
1 + 0,98
n = 98
1,98
n = 50 orang
Jadi didapat jumlah sampel sebanyak 50 orang. Namun
pada saat penelitian ada 38 orang sampel, ini dikarenakan
kurangnya waktu bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian
yaitu hanya 20 hari kerja, sehingga jumlah sampel tidak sesuai
dengan target.
b. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
a) Bersedia menjadi sampel
2) Kriteria Eksklusi
a) Ada gangguan berbicara, mendengar atau melihat.
b) Tidak berdomisili di wilayah kerja Puskesmas
c. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel adalah Non Probability
Sampel dengan menggunakan teknik Accidental Sampling,
46
yaitu sampel yang dipilih adalah yang berkunjung ke poli umum
Puskesmas Menteng pada saat penelitian dilakukan.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Karakteristik Sampel
Meliputi data umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan
pekerjaan yang dikumpulkan melalui wawancara menggunakan
kuesioner.
b. Lingkar Perut
Dikumpulkan dengan cara pengukuran langsung menggunakan
alat bantu meteran merk “clever cat metals” dengan ketelitian
0,1 cm.
c. Kebiasaan Minum Kopi
Dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan
kuesioner.
2. Data Sekunder
Yaitu data gambaran poli umum Puskesmas Menteng yang
diperoleh dari laporan tahunan SP2TP di Puskesmas Menteng
Palangka Raya pada tahun 2012.
47
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Kemudian data
dikelompokkan sesuai dengan variabel independen, lalu dihitung
persentasenya. Tahap – tahap pengolahan data yaitu :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan
terhadap hasil pengukuran yang diperoleh.
b. Coding
Merupakan kegiatan pengelompokan data dengan
pemberian lambang atau kode tertentu.
c. Prossesing
Setelah hasil pengukuran dan perhitungan kebiasaan
minum kopi dan lingkar perut diperoleh dilanjutkan dengan
pengolahan data.
d. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali kemungkinan terdapat
kesalahan pada data yang telah diolah.
2. Analisis Data
a) Analisis Univariat
Data dari kriteria sampel penelitian dan variabel
independen diolah dan dianalisis menggunakan analisis
48
univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
untuk mencari persentase dari kriteria sampel variabel
independen digunakan rumus :
Keterangan :
P : Persentase sampel sesuai dengan kriteria sampel dan
variabel independen
F : Frekuensi
n : Jumlah sampel
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan
antar variabel. Kemudian dilakukan pengujian statistik dengan
menggunakan program SPSS 16.0. Uji Chi-Square digunakan
untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum kopi
dengan kejadian hipertensi dan uji Fisher Exact Test digunakan
untuk mengetahui hubungan antara lingkar perut dengan
kejadian hipertensi.
Apabila p-value ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Berarti ada
hubungan yang signifikan antara kebiasaan minum kopi dan
lingkar perut dengan kejadian hipertensi. Sedangkan apabila p-
value > 0,05 maka Ho diterima. Berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan minum kopi dan lingkar perut
dengan kejadian hipertensi.
P = F x 100 % n