kromatografi gas dan aplikasinya pada pemisahan
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

TUGAS KIMIA PEMISAHAN
KROMATOGRAFI GAS DAN APLIKASINYA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Disusun Oleh :
Listya Andhika Pratiwi (H1A011004)Fauziah Sri Pambayun (H1A011007)
Diyu Mantari (H1A011020)Siti Chotijah (H1A011023)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKHNIKJURUSAN MIPA
PROGRAM STUDI KIMIAPURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu analisis kimia menjadi meragukan jika pengukuran sifat tidak
berhubungan dengan sifat spesifik senyawa terukur. Analisis meliputi
pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang
dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran.
Banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak
digunakan. Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michael Tswett, seorang
ahli botani Rusia, pada tahun 1906. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani
‘Kromatos’ yang berarti warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis.
Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan
distribusi dari penyusun cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tinggal pada system
dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya, dinamakan fasa gerak, memperkolasi
melalui celah-celah fasa diam. Gerakan fasa menyebabkan perbedaan migrasi
dari penyusun cuplikan.
Banyaknya macam-macam kromatografi yang salah satunya adalah
kromatografi gas, yang merupaka metode kromatografi pertama yang
dikembangkan pada zaman instrumen dan elektronika. Kromatografi gas dapat
dipakai untuk setiap campuran dimana semua komponennya mempunyai
tekanan uap yang berarti, suhu tekanan uap yang dipakai untuk proses
pemisahan. Tekanan uap memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Kromatografi gas metode
yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Metode
ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan eter. Analisis minyak mentah dan tekanan uap dalam buah
telah dengan sukses dilakukan dengan tehnik ini.
Efisien pemisahan ditentukan ditentukan dengan besarnya interaksi
antara sampel dan cairan, dengan menggunakan fase cair standar yang
diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Pada prinsipnya pemisahan dalam
kromatografi gas adalah sisebabkan oleh perbedaan dalam kemampuan

distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam di dalam kolom pada
kecepatan dan waktu yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kromatografi gas?
2. Bagaimana prinsip kerja kromatografi gas?
3. Bagaimana aplikasi kromatografi gas dalam kehidupan dan pemisahan?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan kromatografi gas ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang kromatografi gas.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja kromatografi gas.
3. Mengetahui aplikasi kromatografi gas dalam kehidupan dan pemisahan.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan kromatografi gas

BAB II
ISI
A. Pengertian Kromatografi Gas
Secara etimologi, Kromatografi berasal dari bahasa yunani yang berarti ‘warna’ dan ‘tulis’. Kromatografi gas (GC), merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan dan analisis, Oleh karena itu, senyawa-senyawa kimia yang akan dipisahkan haruslah dalam bentuk gas pula. GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Kromatologi gas memisahkan suatu campuran berdasarkan kecepatan migrasinya di dalam fasa diam yang dibawa oleh fasa gerak. Sedangkan perbedaan migrasi ini disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi diantara senyawa-senyawa kimia tersebut (di dalam campuran) dengan fasa diam dan fasa geraknya. Interaksi ini adalah adsorbsi, partisi, penukar ion dan jel permiasi.
Gambar 1. Alat Kromatografi Gas Gambar 2. Alat Kromatografi Gas
Pada dasarnya komponen penting pada yang harus ada pada setiap
alat kromatografi gas adalah :
1. Tangki pembawa gas
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi
4. Kolom
5. Detektor
6. Rekorder
Gambar 3. Skema Peralatan Kromatografi Gas

B. Prinsip Kerja Kromatografi Gas
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat melalui satu
sisi detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom ada suatu alat di
mana sampel-sampel bisa dimasukkan ke dalam gas pembawa (tempat injeksi).
Sampel-sampel tersebut dapat berupa gas atau cairan yang volatil (mudah
menguap). Lubang injeksi dipanaskan agar sampel teruapkan dengan cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom merupakan jantung
intrumen tempat di mana kromatografi berlangsung. Kolom berisi suatu
padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan relatif inert. Namun
padatan teresebut hanya sebuah penyangga mekanika untuk cairan. Sebelum
diisi ke dalam kolom, padatan tersebut diimpregnasi dengan cairan yang
diinginkan yang berperan sebagai fasa diam atau stasioner sesungguhnya,
cairan ini harus stabil dan nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai
dengan pemisahan tertentu.
Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain detektor.
Maka elusi zat terlarut dari kolom mengatur ketidakseimbangan antara dua sisi
detektor yang direkam secara elektrik.
C. Aplikasi Kromatografi Gas dalam Kehidupan dan Pemisahan
1. Kromatografi Gas dalam Kehidupan
Kromatografi gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-senyawa
dalam berbagai bidang. Berikut ini beberapa aplikasi kromatografi gas,
yaitu :
a. Polusi Udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan yang
digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan detektor GLC menjadi
alat yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat dalam
udara yang kotor, KGCdipakai untuk menetukan Alkil-Alkil Timbal,
Hidrokarbon, aldehid, keton SO , HS, dan beberapa oksida dari nitrogen dan
lain-lain.
b. Klinik

Diklinik kromatografi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-senyawa
dalam klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO , dan O dalam
darah, asam-asam lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida, plasma
steroid, barbiturate, dan vitamin.
c. Bahan-bahan Pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa, karet dan
resin-resin sintesis.
d. Minyak Atsiri
Digunakan untuk pengujian kulaitas terhadap minyak permen, jeruk sitrat
dan lain-lain.
e. Bahan Makanan
Digunakan dengan TLC dan kolom-kolom, untuk mempelajari
pemalsuanatau pencampuran, kontaminasi dan pembungkusan dengan
plastic pada bahan makanan, juga dapat dipakai unutk menguji jus, aspirin,
kopi dan lain-lain.
f. Sisa-sisa Pestisida
KGC dengan detektor yang sensitive dapat menentukan atau pengontrolan
sisa-sisa peptisida yang diantaranya senyawa yang mengandung halogen,
belerang, nitrogen, dan fosfor.
g. Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan unutk memisahkan dan mengidentifikasi
hasil-hasil dari gas-gas hidrokarbon yang ringan.
h. Bidang Farmasi dan Obat-obatan
Kromatografi gas digunakan dalam pengontrolan kualitas, analisa hasil-hasil
baru dalam pengamatan metabolisme dalam zat-zatalir biologi.
i. Bidang Kimia/Penelitian
Digunakan untuk menentukan lama reaksi pada pengujian kemurnian hasil
2. Aplikasi Kromatografi Gas pada Pemisahan
a. Percobaan Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Krotmaografi Gas

Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,
mulai dari beberapa detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk
campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat
diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang
khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan
berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari
jejak pencatat pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam
KCKT dan Rf dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas)
komponen campuran dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG
adalah bahwa ia tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan
campuran pada tingkat g mungkin dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat
pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika tidak ada metode lain.
1) Alat dan Bahan
Alat : Kromatografi gas, jarum suntik ukuran mikro liter, tabung gas
nitrogen, filler, labu takar 10ml, pipet ukur 1ml, dan timbangan
analitis.
Bahan : Senyawa standar yang sudah diketahui rumus kimia dan
konsentrasinya dan sampel campuran beberapa zat organik yang
tidak diketahui senyawa dan komposisinya.
2) Cara Kerja
1. Beberapa senyawa standar disiapkan (diketahui rumus kimia dan
kemurniannya).
2. Campuran beberapa senyawa yang diketahui perbandingannya
(misalnya 1:1:1:1 volume atau massa) dibuat.
3. Kondisi kerja ala kromatografi, terutama temperature kolom, laju alir
gas pembawa, detektor, besar arus yang melalui detektor, attenuator,
kecepatan kertas recorder, dan posisi pen pada recorder diatur.
4. Sebelum mengambil senyawa dengan menggunakan jarum suntik,
jarum tersebut dicuci terlebih dahulu dengan senyawa yang akan

digunakan untuk menghindari adanya intervensi senyawa lain akibat
pemakaian jarum suntik tersebut sebelumnya, dengan cara :
Senyawa yang akan digunakan dengan menggunakan jarum ukuran
mikro liter yang akan dipakai diambil dan dibuang beberapa kali.
Gagang suntikan ditarik hingga keluar dari badan jarum.
Gagang suntikan tersebut dibersihkan dengan menggunakan tissue.
Suntikan tersebut dibilas kembali dengan cara ambil dan buang
senyawa tersebut.
Gagang suntikan ditarik dan didorong dengan posisi ujung jarum
berada di tissue dengan tujuan membersihkan sisa senyawa yang
masih menempel di jarum suntik.
5. Alat kromatografi gas dipastikan siap untuk dipakai.
6. Tombol zero, enter, sig 1 ditekan pada alat kromatografi gas.
7. Senyawa standar diambil.
8. Senyawa standar disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas masing
masing sebanyak 1 kali.
9. Tombol start ditekan tepat pada saat penyuntikkan dan alat
kromatografi dibiarkan bekerja.
10. Jarum suntik yang digunakan dicuci terlebih dahulu setiap kali akan
digunakan untuk mengambil atau menyuntikkan senyawa yang berbeda.
11. Dengan cara yang sama seperti senyawa standar, larutan standar
campuran dan sampel campuran disuntikkan.
3) Hasil Pengamatan
Pada saat penyuntikan, alat kromatografi gas melaporkan hasil dari
kromatografi dalam bentuk signal, adapun hasil signal tersebut untuk
beberapa senyawa/larutan adalah sebagai berikut:
Metanol :

Propanol :
Butanol :
Pentanol :
Larutan standar dengan komposisi 1:1:1:1

Dengan RT adalah waktu retensi (Retention Time), Area adalah luas
segitiga di bawah puncak, Type adalah jenis puncak yang tercatat (PB:
Penetrate to Base, BB: Base to Base), Width adalah jebar dasar puncak, dan
Area% adalah persentase perbandingan luas segitiga di bawah puncak
(untuk suatu komponen) dengan luas total segitiga yang ada.
4) Analisis dan Pembahasan
1. Cara Kerja Alat Kromatografi Gas
Pada dasarnya, dalam alat kromatografi gas, ada dua jenis detektor, yang
pertama adalah Flame Ionization Detektor, dan yang kedua adalah Thermal
Conductivity Detektor. Namun, untuk praktikum kali ini, jenis detektor yang
dipakai adalah Thermal Conductivity Detektor. Fasa diam yang dipakai adalah
metal silicon gum. Gas yang digunakan sebagai gas pembanding dan gas
pembawa adalah gas nitrogen karena di samping nitrogen cenderung murah jika
dibandingkan dengan jenis gas yang lain, nitrogen juga inert, aman (dibandingkan
dengan gas lain yang mudah terbakar), dan mudah didapat.
Secara umum syarat dari bahan yang menjadi fasa stasioner adalah:
o Memiliki volatilitas yang rendah (idealnya titik didih bahan minimal 1000C
lebih tinggi dari temperatur maksimum kolom)
o Memiliki stabilitas termal
o Inert
o Karakteristik solvent (dapat menguraikan substansi lain)
Pada percobaan kali ini, suhu kolom yang digunakan adalah 50-90ºC
dengan Initial time 1 menit, laju perubahan suhu adalah 10ºC per menit, dan final
time adalah 1 menit. Maksudnya, pada saat alat kromatografi gas digunakan, suhu
kolom akan bertahan di 50ºC selama 1 menit, setelah itu suhu akan naik secara
bertahap dengan kelajuan 10ºC per menit sampai suhu kolom itu mencapai 90ºC.
Setelah mencapai suhu 90ºC, alat kromatografi gas pun akan kembali menahan
suhu kolom selama 1 menit dan setelah itu, proses kromatografi akan berhenti.
Dalam kromatografi gas, suhu di bagian injeksi harus lebih tinggi dari suhu akhir

kolom. Pada detektor pun, suhu yang digunakan cukup relative tinggi, yaitu
160ºC. Kolom yang digunakan pun adalah kolom kapiler yang sangat panjang
namun mempunyai diameter yang sangat kecil. Total panjang kolom kapiler
dalam alat kromatografi gas ini adalah 30 meter dengan diameter 0,053 mm. Metil
Silicon Gum yang ada di dalam kolom kapiler ini mempunyai sifat polar yang
cenderung tarik menarik dengan senyawa yang mempunyai sifat polar juga.
Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan
perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam melalui kolom.
Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu
retensinya (RT).
· Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi :
Nilai/harga waktu retensi (RT) tiap komponen disebabkan oleh perbedaan
titik didih (Td) masing-masing komponen, perbedaan massa molekul relative
(Mr)/perbedaan ukuran komponen, interaksi/keterikatan masing-masing
komponen dengan fasa stasioner/fasa diam (misalnya oleh karena sifat kepolaran
fasa diam serta fasa geraknya), panjang kolom, diameter kolom, temperatur kolom
dan laju/temperatur aliran gas pembawa serta tingkat kejenuhan kolom.
Semakin rendah titik didih suatu komponen maka waktu retensinya akan
semakin kecil/singkat karena pada temperatur tertentu zat tersebut sudah menjadi
fasa uap sehingga bisa bergerak bebas/lebih cepat sebagai fasa gerak dalam kolom
kapiler sedangkan komponen lainnya masih dalam fasa cairan. Jadi komponen
yang terlebih dahulu menjadi uap akan lebih cepat keluar dari kolom. Oleh karena
itu, methanol mempunyai waktu retensi lebih singkat dari propanol, propanol
mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari butanol, dan butanol
mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari pentanol.
Semakin kecil ukuran sebuah komponen dan semakin kecil nilai massa
molekul relatifnya (Mr) maka sebuah komponen akan lebih dapat bergerak
bebas/lebih cepat keluar dari kolom. Jadi semakin kecil ukuran komponen dan
semakin kecil Mr komponen maka waktu retensinya akan semakin kecil pula.
Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu retensi lebih singkat dari propanol,

propanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari butanol, dan butanol
mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari pentanol.
Jika fasa diamnya bersifat nonpolar, maka komponen yang akan terelusi
lebih cepat adalah komponen yang paling polar, karena ikatan dengan fasa
diamnya relatif lebih lemah. Begitu juga sebaliknya jika fasa diamnya polar maka
komponen yang lebih cepat yaitu komponen yang paling nonpolar. Jadi kepolaran
fasa diam dan fasa gerak sangat mempengaruhi waktu retensi masing-masing
komponen.
Semakin panjang kolom, maka RT menjadi lambat karena jarak yang harus
ditempuh oleh senyawa tersebut cenderung lebih jauh. Sebaliknya, jika kolom
pendek, maka RT menjadi lebih cepat karena jarak yang harus ditempuh oleh
senyawa tersebut untuk menuju detektor cenderung lebih dekat.
Temperatur kolom harus disesuaikan dengan titik didih larutan senyawa
organik. Apabila temperatur kolom terlalu rendah daripada titik didih larutan,
maka tidak akan timbul puncak karena kalor atau temperature kolom tidak cukup
untuk menguapkan senyawa yang ada. Sedangkan jika temperatur kolom jauh
lebih tinggi daripada titik didih larutan, maka TR menjadi sangat cepat karena
senyawa yang ada langsung menerima kalor dengan cepat untuk segera mengubah
wujudnya menjadi gas.
· Pengaruh pengotor
Pada percobaan kali ini, jika kita memperhatikan hasil cetakan dari alat
kromatografi gas, kita dapat melihat adanya puncak puncak kecil. Puncak-puncak
kecil itu adalah pengotor, baik itu pengotor yang ada di dalam kolom yang
akhirnya terbaca oleh detektor, maupun pengotor yang ada di dalam senyawa
(terbawa oleh senyawa ketika penyuntikkan). Seharusnya, tidak ada pengotor di
dalam kita melakukan suatu analisis terhadap suatu sampel atau suatu senyawa.
Hasil yang paling ideal adalah ketika yang dihasilkan adalah suatu garis lurus
yang ada pada base yang diikuti oleh puncak-puncak yang cukup significant yang
menunjukkan komponen utama dari senyawa tersebut.
· Faktor kesalahan

Dalam praktikum ini, ada beberapa factor kesalahan yang membuat hasil
kromatografi gas tidak seideal yang diharapkan, yaitu kemurnian analit dan
ketidaktepatan waktu penginjeksian dengan penekanan tombol start pada alat
kromatografi gas. Untuk itu, kita dapat menggunakan analit dengan tingkat
kemurnian yang lebih tinggi dan kita dapat melatih atau membiasakan diri
melakukan kromatografi gas sehingga waktu penginjeksian dan penekanan tombol
dapat dioptimalkan setepat mungkin.
· Pembahasan hasil percobaan
o Pada saat senyawa methanol dianalisis, hasil analisis menyatakan bahwa waktu
retensi untuk methanol adalah 1,369 menit dan keseluruhan analit adalah
methanol murni.
o Pada saat menganalisis senyawa propanol, timbul/ terdapat dua buah puncak, yaitu
dengan waktu retensi 1,302 menit dan 1,795 menit dengan perbandingan
persentase area 15,51498% dan 84,48502. Jika kita bandingkan dengan waktu
retensi methanol (1,369), maka kita bisa mendapatkan hasil bahwa senyawa
propanol yang kita analisis mengandung kurang lebih 15% methanol dan bukan
100% propanol murni. Kemungkinan penyebabnya adalah propanol yang ada
sudah berinteraksi dengan udara bebas karena dibiarkan terbuka, sehingga ada
rantai propanol yang terputus dan menjadi methanol.
o Sama halnya seperti propanol, hasil analisis buthanol juga menunjukkan bahwa
buthanol yang kita analisis mengandung 14% methanol karena terdapat puncak
pada waktu retensi 1,310 dengan persentase area 14%. Selebihnya, terdapat
puncak pada waktu retensi 2,414 dengan persentase area 85% yang tidak lain
adalah buthanol itu sendiri.
o Pada saat menganalisis pentanol, ternyata pentanol yang ada pun bukanlah
pentanol murni 100%. Terdapat 8% methanol yang kemungkinan juga merupakan
hasil dari pentanol yang terurai karena telah cukup lama berinteraksi dengan udara
bebas. Waktu retensi dari pentanol itu sendiri adalah 2,818 menit.
o Jika kita perhatikan waktu retensi masing masing senyawa tersebut, kita telah
berhasil membuktikan bahwa waktu retensi methanol lebih kecil dari waktu

retensi propanol, waktu retensi propanol lebih kecil dari waktu retensi buthanol,
dan waktu retensi buthanol lebih kecil dari waktu retensi pentanol.
o Ketika senyawa campuran dengan dianalisis, timbul empat buah puncak yang
masing masing puncaknya timbul di sekitar waktu retensi berada di sekitar waktu
retensi methanol, propanol, buthanol dan pentanol. Dari waktu retensi dan
perbandingan persentase area yang ada, kita bisa melihat bahwa perbandingan
antara methanol, propanol, buhanol, dan pentanol dalam senyawa campuran
mendekati 1:1:1:1. Namun jika kita amati lebih lanjut, persentase area untuk
pentanol hanya sekitar 20%, kemungkinan penyebabnya adalah pentanol itu sudah
terurai menjadi senyawa yang lain karena berinteraksi dengan udara bebas.
o Untuk sample, setelah dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas,
didapatkan juga ada 4 buah puncak yang waktu retensinya juga berkisar di antara
waktu retensi methanol, propanol, buthanol, dan pentanol. Untuk puncak dengan
waktu retensi 1,330 (methanol), persentase perbandingan area terhadap total area
puncak adalah 48,88542% mendekati 50%. Untuk puncak dengan waktu retensi
1,590 (propanol), persentase perbandingan area puncak adalah 15,96455%,
mendekati 15%. Untuk puncak dengan waktu retensi 2,125 (buthanol),
perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak adalah
19.80757% mendekati 20%. Dan untuk puncak dengan waktu retensi 2,754
(pentanol), perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak
adalah 15,34246% mendekati 15%. Jika kita bandingkan keempat persentase
tersebut, maka kita bisa mendapatkan perbandingan methanol : propanol :
buthanol : pentanol = 50 : 15 : 20 : 15 = 10 : 3 : 4 :3.
B. Isolasi minyak biji mengkudu
Untuk menentukan komposisi bahan dalam buah mengkudu, maka terlebih
dulu harus dilakukan proses pemisahan terhadap buah mengkudu dengan
menggunakan alat ekstruder. Alat ekstruder dapat digunakan untuk memisahkan
komponen buah mengkudu menjadi kulit dan biji, serta daging buah dan jus.
Dari hasil pemisahan, biji dan kulit mengkudu merupakan bahan kedua
terbesar setelah daging buah, yaitu sekitar 27 kg/100 kg buah. Hal ini

menunjukkan, proses produksi jus mengkudu menghasilkan limbah biji yang
cukup besar dan selama ini masih belum dimanfaatkan. Sebagai gambaran, sebuah
koperasi penghasil jus mengkudu di Bogor dalam sebulan minimal memerlukan
10.000 kg buah, sehingga dengan perhitungan di atas, minimal akan dihasilkan
produk buangan berupa biji mengkudu seberat 2.700 kg.
Proses selanjutnya adalah proses pemisahan biji mengkudu dengan kulit
buah, yaitu dilakukan dengan cara pencucian dengan air dan penyaringan. Untuk
menurunkan kandungan air dalam biji mengkudu, maka dilakukan pengeringan
terhadap biji mengkudu menggunakan sinar matahari sehingga diperkirakan kadar
airnya tersisa 2% – 8%. Biji kering tersebut selanjutnya dihaluskan untuk
memudahkan analisis proksimat dan proses isolasi minyak.
Analisis proksimat menunjukkan, proses pengeringan berhasil
menurunkan kadar air dalam serbuk biji mengkudu menjadi 6,74%, juga dapat
dilihat serat dan karbohidrat merupakan senyawa kimia dominan dalam biji
mengkudu. Sedangkan lemak atau minyak merupakan senyawa dominan ketiga,
yaitu 13,2%, sehingga dimungkinkan untuk diisolasi menggunakan pelarut
organik atau menggunakan proses mekanik berupa pengepresan.
Dalam penelitian ini dilakukan proses isolasi minyak menggunakan proses
ekstraksi. Berdasarkan sifat lemak yang non polar, maka dilakukan isolasi minyak
menggunakan pelarut nonpolar yaitu n-heksana dengan alat sokhlet. Proses isolasi
dilakukan pada suhu 80 oC selama 4 jam. Kondisi suhu dipilih berdasarkan
pertimbangan titik didih pelarut dan kestabilan minyak, sedangkan parameter
waktu didasarkan pada prosedur umum untuk penentuan lemak kasar. Rendemen
hasil ekstraksi minyak dengan n-heksana adalah berkisar antara 11,59% –
12,60%. Minyak yang dihasilkan umumnya berwarna kuning jernih dan tak
berbau.
Selanjutnya terhadap minyak hasil isolasi dilakukan uji kualitas dan
kandungan asam lemak. Uji kualitas dilakukan terhadap beberapa parameter
yaitu : bilangan penyabunan, bilangan iod, bilangan asam, bilangan peroksida,
berat jenis, dan indeks bias.

Bilangan penyabunan menunjukkan banyaknya basa (mg KOH) yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Besarnya bilangan penyabunan
bergantung dari massa molekul minyak, semakin besar massa molekul semakin
rendah bilangan penyabunannya. Hal ini dapat dijelaskan, dengan semakin
panjang rantai hidrokarbon suatu minyak, maka akan semakin kecil proporsi
molar gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan basa. Data analisis bilangan
penyabunan minyak mengkudu adalah 185 mg KOH/gram contoh, angka ini
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan angka penyabunan minyak kelapa
yaitu 255 – 265 mg KOH/gram contoh.
Hal ini diduga erat kaitannya dengan kandungan asam lemak dari minyak
mengkudu. Data analisis kromatografi gas menunjukkan bahwa minyak
mengkudu mengandung asam lemak dengan massa molekul yang lebih besar bila
dibandingkan dengan asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa.
Bilangan iod menunjukkan banyaknya molekul iod yang dapat mengadisi
ikatan rangkap pada minyak, dinyatakan dalam gram iod per 100 gram contoh
minyak. Bilangan ini sangat penting dalam menentukan kualitas minyak
berdasarkan banyaknya ikatan rangkap dalam asam lemaknya. Semakin besar
bilangan iod, maka semakin banyak ikatan rangkap yang ada dalam asam lemak
suatu minyak. Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu
minyak,maka minyak tersebut akan semakin mudah rusak, karena sifatnya yang
mudah teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa kimia atau proses pemanasan.
Data analisis menunjukkan, minyak mengkudu mempunyai angka iod
yang sangat tinggi yaitu 114 gram iod/100 gram minyak. Angka ini jauh lebih
besar daripada angka iod minyak kelapa yaitu 8 – 10 gram iod/100 gram minyak.
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak
dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga
merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi
hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau reaksi enzimatis.

Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang telah
terhidrolisis. Data analisis menunjukkan, bilangan asam minyak mengkudu
sebesar 21,12 mg KOH/gram minyak. Besarnya bilangan ini diduga karena telah
terjadi proses hidrolisis pada minyak mengkudu terutama pada saat pemeraman
buah dan pengolahan.
Pengujian kandungan komponen asam lemak dalam minyak mengkudu
bertujuan untuk mengetahui jenis asam lemak yang ada dan dilakukan dengan
menggunakan alat kromatografi gas. Data analisis data kualitatif berdasarkan
perbandingan waktu retensi beberapa puncak kromatogram contoh terhadap
standar asam lemak, maka diamati minyak mengkudu mengandung beberapa
asam lemak yaitu asam palmitat, asam linolenat, asam oleat dan asam linoleat.
Selain itu terdapat beberapa puncak dengan waktu retensi lain yang dapat
diamati, tetapi belum dapat disimpulkan karena keterbatasan jenis asam lemak
standar. Tapi berdasarkan hasil penelitian peneliti lain juga didapatkan adanya
kandungan asam lemak yang lain seperti asam stearat.
Dari empat jenis asam lemak yang dapat diamati, ternyata minyak
mengkudu mempunyai kandungan jenis asam lemak tak jenuh yang lebih banyak.
Seperti diketahui asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat merupakan asam
lemak tak jenuh dengan jumlah ikatan rangkap tak jenuh masing-masing berturut-
turut adalah satu, dua dan tiga. Kandungan inilah yang diduga mengakibatkan
besarnya bilangan iodium dan peroksida. Hal ini diduga juga akan menimbulkan
mudahnya minyak mengkudu untuk rusak dan berbau tengik. Hasil penelitian
menunjukkan, biji mengkudu dapat dijadikan sebagai bahan alternatif untuk
memproduksi minyak.

D. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas
1. Kelebihan Kromatografi Gas
a. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
b. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
c. Gas mempunyai viskositas yang rendah.
d. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitas tinggi.
e. Pemakaian fasa cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fasa
diam yang sangat beragam untuk mimisahkan hampir segala macam
campuran.
2. Kekurangan Kromatografi Gas
a. Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
b. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat (mg) mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat garm mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau tonsukar dilakukan kecuali jiaka ada metode
lain.
c. Fasa gas dibandingkan sebagian besar fasa cair tidak bersifat reaktif
terhadap fasa diam dan zat terlarut.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas
distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa. Menurut pengertian
ini kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam (Stationary
Phase) dan fasa gerak (Gerak Phase). Fase diam dapat berupa padatan atau
cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau suatu adsorben),
sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut, atau gas
pembawa inert.
2. Prinsip kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut :
a. Menyalakan instrumen dan mencek kondisi instrumen.
b. Mengatur aliran gas.
c. Memanaskan oven.
d. Menginjeksikan sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis pada
mesin.
e. Menunggu laporan hasil analisis instumen.
3. Aplikasi kromatografi gas pada pemisahan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan analisis:
a. Minyak Bumi
b. Minyak Atsiri
c. Kedokteran
d. Penelitian
e. Pestisida
f. Lingkungan
g. Minyak Biji Mengkudu
4. Kelebihan dan kekurangan kromatografi gas diantaranya yaitu Waktu analisis
yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi, Dapat menggunakan
kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi, Gas
mempunyai viskositas yang rendah. Kekurangan kromatografi gas yaitu
kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Apry. 2010. Kromatografi Gas dan Aplikasinya pada Pemisahan (online).
http://apryshinsetsuboy.blogspot.com/2010/12/kromatografi-gas-dan-
aplikasinya-pada.html . Diakses pada tanggal 16 Juni 2013.
Day, Jr dan Underwood, A.L. 1991. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Erlangga.