kritik sosial dalam lagu merah dan kuning ...eprints.ums.ac.id/67750/1/naskah publikasi.pdfkritik...
TRANSCRIPT
KRITIK SOSIAL DALAM LAGU MERAH DAN KUNING KARYA EFEK
RUMAH KACA: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN
RELEVANSINYA DENGAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
ILHAM AKBAR MAULANA
A310140037
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
KRITIK SOSIAL DALAM LAGU MERAH DAN KUNING KARYA EFEK RUMAH
KACA: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN BAHAN
AJAR SASTRA DI SMA
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1)latar sosio-historis pengarang; (2)struktur
dalam lagu “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca; (3)kritik sosial dalam lagu
“Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca; (4)relevansi kritik sosial dalam lagu
“Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca pada pembelajaran sastra di SMA.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini
meliputi kata-kata, frasa, klausa, dan kalimat serta wacana yang mengandung kritik sosial
pada lagu “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca. Sumber data dalam penelitian ini
adalah lagu “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca, artikel, jurnal. Teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik validasi
data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode dialektik. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini
adalah (1)Efek Rumah Kaca merupakan grup musik asal Jakarta yang mengangkat
permasalahan sosial dan politik yang ada di Indonesia; (2)struktur puisi pada lagu “Merah”
dan “Kuning” meliputi tema yang keseluruhan mengangkat permasalahan sosial-politik di
masyarakat. Pengimajian yang digunakan yaitu, penglihatan, pendengaran, gerak, dan
intelektual. Majas yang digunakan yaitu, personifikasi, hiperbola, ironi, metafora, tautologi,
retorik dan ironi. Amanat yang ingin disampaikan berisi tentang perilaku manusia dalam hal
kepemimpinan dan menerima perbedaan. Nada dan suasana yang timbul berupa suasana
sendu dan keresahan.; (3)kritik sosial dalam lagu “Merah” dan “Kuning” berupa masalah
kemanusiaan, keagamaan, dan masalah sosial-politik; (4)hasil penelitian ini layak digunakan
sebagai bahan ajar sastra di SMA pada Kompetensi Dasar 3.17 dan Kompetensi Dasar 3.8
untuk kelas peminatan dan sesuai dengan kriteria bahan ajar yaitu bahasa, psikologi, dan latar
budaya.
Kata kunci: sosiologi sastra, kritik sosial, bahan ajar sastra.
Abstract
This study aims to describe (1) the socio-historical setting of the author; (2) structures in the
song "Merah" and "Kuning" by the Greenhouse Effect; (3) social criticism in the song
"Merah" and "Kuning" by the Greenhouse Effect; (4) the relevance of social criticism in the
song "Merah" and "Kuning" by the Greenhouse Effect on literary learning in high school.
This study uses descriptive qualitative research methods. The data in this study include
words, phrases, clauses, and sentences and discourses that contain social criticism on the
song "Merah" and "Kuning" by the Greenhouse Effect. The sources of data in this study were
the songs "Merah" and "Kuning" by the Greenhouse Effect, articles, journals. Data
collection techniques used in this study are library techniques. Data validation techniques in
this study use data triangulation techniques. Data analysis techniques in this study use
dialectical methods. The results and discussion of this study are (1) the Greenhouse Effect is
a music group from Jakarta that raises social and political problems in Indonesia; (2) the
structure of poetry on the songs "Merah" and "Kuning" includes themes that all raise socio-
political problems in the community. The assessment used is vision, hearing, motion and
intellectual. Majas used are, personification, hyperbole, irony, metaphor, tautology, rhetoric
and irony. The mandate to be conveyed contains about human behavior in terms of
leadership and accepting differences. The tone and atmosphere that arises in the form of sad
and restless atmosphere; (3) social criticism in the song "Merah" and "Kuning" in the form
2
of humanitarian, religious and socio-political issues; (4) the results of this study are suitable
to be used as literary teaching materials in high schools on Basic Competencies 3.17 and
Basic Competencies 3.8 for specialization classes and in accordance with the criteria of
teaching materials namely language, psychology, and cultural setting.
Keywords: literary sociology,social criticism,literary teaching materials.
1. PENDAHULUAN
Lagu saat ini menjadi salah satu media sastra yang banyak digemari orang. Dengan
menciptakan sebuah lagu, seseorang bisa mengekspresikan dirinya dan menggambarkan
keadaan yang ada disekitarnya. Sekarang ini, banyak pula grup-grup musik yang gemar
menciptakan sebuah lagu yang berdasar pada keadaan disekitarnya, hingga sebuah kritik dari
keadaan tersebut.
Salah satu grup musik yang menciptakan lagu-lagu tentang keadaan disekitar
pengarang adalah grup musik bernama Efek Rumah Kaca. Lagu digunakan sebagai media
sastra dalam mengungkapkan apa yang terjadi di kehidupan pengarang serta mengimplisitkan
makna seperti puisi. Banyak lagu-lagu dari grup musik ini yang menggambarkan tentang
keadaan di sekitarnya. Lagu berjudul merah dan kuning adalah lagu yang diciptakan oleh
Efek Rumah Kaca yang dimana isinya menguak tentang keadaan yang terjadi di Indonesia.
Kedua lagu tersebut berisi tentang kehidupan politik di Indonesia hingga masalah
keberagaman.
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman yang luas
dibandingkan negara-negara lainnya. Berbagai macam suku, ras, agama, kebudayaan, bahasa
menjadikan Indonesia sebagai negara yang kompleks akan keberagaman. Namun,
keberagaman yang ada di Indonesia sudah mulai memudar karena terkontaminasi oleh
budaya asing di era milenial sekarang ini. Permasalahan ini menjadi kompleks ketika
berbagai paham yang berbeda saling berseteru dan tak mengindahkan adanya cerminan
negara yang mengedepankan sikap toleransi dari keberagaman.
Permasalahan tersebut tertuang pula dalam lagu berjudul “Merah” dan “Kuning”.
Permasalahan politik yang terjadi sekarang ini hingga permasalahan keberagaman yang
semakin memudar. Permasalahan keberagaman yang ini memicu adanya kemuduran dalam
perkembangan bahasa, sastra dan budaya.
Karya sastra adalah suatu hasil karya seni baik lisan maupun tertulis yang –lazimya-
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan memberikan gambaran tentang kehidupan
dengan segala kompleksitas, problema, dan keunikannya baik tentang cita-cita, keinginan dan
harapan, kekuasaan, pengabdian, makna dan tujuan hidup, perjuangan, eksistensi dan ambisi
3
manusia, juga cinta, benci dan iri hati, tragedi dan kematian, serta hal-hal yang bersifat
transedental dalam kehidupan manusia, (Al-Ma’ruf 2017:3). Karya sastra memiliki beberapa
jenis, yakni puisi, prosa, dan drama. Salah satu karya sastra yang dipilih dalam penelitian ini
adalah puisi yang berupa lirik lagu. Puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan
perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama (Pradopo,
2014: 7). .
Tujuan dari penelitian ini yakni (1) mendeskripsikan latar sosio-historis dari grup
musik Efek Rumah Kaca, (2) menjabarkan struktur lagu “Merah” dan “Kuning” karya Efek
Rumah Kaca, (3) mendeskripsikan kritik sosial dalam lirik lagu “Merah” dan “Kuning” karya
Efek Rumah Kaca dengan kajian sosiologi sastra, (4) mendeskripsikan relevansi lirik lagu
“Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca dalam pembelajaran sastra di SMA.
Puisi memiliki unsur-unsur yang membangun di dalamnya, menurut Richards (dalam
Al-Ma’ruf, 2017:38) bahwa unsur-unsur yang membangun sebuah puisi terdiri atas metode
dan hakikat, untuk menggantikan istilah bentuk dan isi puisi, atau struktur fisik dan struktur
batin puisi. Metode atau struktur fisik puisi terdiri atas bahasa figuratif (figurative language)
dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma(rhyme and rhytme). Adapun hakikat puisi atau
struktur batin yang terdiri atas tema (sense), amanat (intention), perasaan (feeling), nada
(tone).
Pada analisis struktural, unsur pembangun dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik. Sedangkan dalam struktur intrinsik, dibagi menjadi tiga, yaitu tema,
fakta cerita atau struktur faktual, dan sarana cerita.
Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat. Dasar
filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan
masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya sastra
dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat, dan c)
pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d) hasil karya sastra itu
dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna 2009:60).
Rene Wellek dan Austin Warren (2016:100) mengklasifikasikan sosiologi sastra
menjadi tiga, pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra.
Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial,
status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di
luar karya sastra. Yang kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat
dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Yang terakhir
4
adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana sastra ditentukan
atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial.
Hudson (dalam Suyitno, 2009:4) mengungkapkan bahwa istilah kritik dalam artinya
yang tajam ialah penghakiman yang dilakukan oleh seorang kritikus. Kritikus adalah seorang
ahli yang memiliki kepandaian khusus untuk membedah karya sastra, memeriksa kebaikan-
kebaikan serta cacat-cacatnya, dan memberikan pendapatnya. Pada dasarnya, tujuan dari
kritik adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu karya sastra, tapi tujuan
utama dari kritik adalah bagaimana seorang pembaca atau peneliti mengapresiasi sebuah
karya sastra dengan pandangan mereka sendiri, sehingga dapat diketahui seperti apa karya
sastra yang ditulis oleh pengarang/penyair.
Peter dan Sangeetha (2018:154), The term social criticism often refers to a mode of
criticism that locates the reasons for malicious conditions prevalent in a society considered
to be in flawed social structure. It examines the literature in the cultural, economic, and
social context in which literary pieces written or received. Social commentary is the act of
using rhetorical means to provide commentary on issues in a society. (Istilah kritik sosial
sering mengacu pada salah satu bentuk kritik yang menunjukkan alasan dalam kondisi
berbahaya yang lazim dalam masyarakat, dianggap termasuk struktur sosial yang cacat. Itu
membahas sastra dalam konteks budaya, ekonomi, dan sosial di mana karya sastra ditulis atau
diterima. Komentar sosial adalah bentuk penggunaan cara efektif untuk memberikan
komentar tentang isu-isu yang ada di masyarakat).
Jika ahli sosiologi sastra kendor, tidak melakukan penelitian ke arah sastra dan
kekuasaan, pemerintah seringkali tuli. Pemerintah tidak mau melek terhadap kritik sosial
sastra. Hal ini tentu tergantung kepiawaian sosiolog sastra, untuk membawakan karyanya
agar tetap memiliki nyali. Jika perspektif sosiologi sastra tersebut lengah, tidak berarti bahwa
sastra sedang kurang perhatiannya pada masyarakat. Sosiologi sastra justru ingin
menunjukkan keterkaitan erat di antara keduanya(Endraswara, 2012:174).
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data yang digunakan
pada penelitian ini berupa kata-kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang mengadung
kritik sosial. Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah dua lagu yang berjudul
“Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca yang mengandung kritik sosial. Sumber data
sekunder penelitian ini diambil dari artikel, video yang ada di internet dan jurnal.
5
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka
yang menggunakan sumber-sumber tertulis yang terkait dengan data yang dibutuhkan.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Teknik analisis data yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode dialektik.
Inti metode dialektik adalah dalam analisis sastra, peneliti harus melakukan kajian
bolak-balik antara teks sastra dengan realitas di luar karya sastra secara berulang-ulang untuk
menemukan hubungan antara unsur-unsur dalm sastra dengan realitas di luar karya sastra.
Prinsip dasar metode dialektik ini adalah bahwa gagasan atau unsur-unsur dalam karya sastra
itu tidak terlepas dari realitas kehidupan sosial yang ada (Goldman dalam Al-Ma’ruf, 2016:
14).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan mengenai, latar sosio-historis pengarang, struktur puisi dari
lagu “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca, kritik sosial yang terdapat dalam lagu
“Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca, dan relevansi hasil penelitian sebagai bahan
ajar sastra di SMA.
3.1 Latar Sosio-historis Pengarang
Efek Rumah Kaca yang banyak dikenal oleh para pecinta musik indie merupakan salah satu
grup musik tanah air yang lagu-lagunya sangat digemari para kaum milenial. Grup musik
yang berasal dari Jakarta ini, terdiri dari empat anggota yang diantaranya, Cholil Mahmud
(vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal
latar). Grup musik ini dibentuk pada tahun 2001 dengan mengusung genre pop dalam setiap
musiknya.
Grup musik ini sukses membuat album pertamanya pada tahun 2007 yang kemudian
mendapat respon baik dari para penikmat musik di tanah air. Bukan hanya dari musiknya
yang enak didengar, bahkan mereka menyulap lirik-liriknya yang berisi kritik dan
menggambarkan keadaan yang ada di Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku
dan sesuai dengan ketatabahasaan bahasa Indonesia mereka gunakan sebagai bentuk
kecintaan mereka dengan bahasa Indonesia. Mereka mengatakan bahwa musik adalah hidup
mereka. Semua yang terjadi dalam hidup mereka terlihat dalam musik. Mereka juga
digambarkan sebagai grup musik pop yang kental dengan pesan-pesan sosial dan politik
dalam lirik mereka. Pada tahun 2015, grup musik ini mengeluarkan album ketiga yang diberi
judul ‘Sinestesia’. Sinestesia seperti sebuah ‘ajakan’ dari ERK untuk mendalami lebih jauh
6
dan luas sisi musikalitas mereka. Album ini berisi enam lagu yang diberi judul berdasarkan
enam warna yakni Merah, Biru, Jingga, Hijau, Putih, dan Kuning.
Karya-karya yang dihasilkan oleh Efek Rumah Kaca berupa, efek rumah kaca
(Paviliun Record, 2007), kamar gelap (Aksara Record, 2008), Sinestesia (Jangan Marah
Record, 2015), Merdeka (Jangan Marah Record, 2016), Seperti Rahim Ibu (Masak Suara
Studio, 2018). Efek Rumah Kaca merupakan grup musik yang berasal dari Jakarta yang
sukses memperkenalkan kepada para pemuda dan penikmat musik tentang situasi sosial,
politik, kemanusiaan, lingkungan, dan semangat kebangsaan kepada para pendengarnya.
Menggugah kepedulian dan spirit baru untuk memahami apa yang terjadi pada bangsa ini.
mengajak generasi muda untuk bangun dan berbuat sesuatu untuk negara. Efek Rumah Kaca
merupakan salah satu grup musik yang memiliki ciri khas yang berupa, bernuansa religius,
mengungkapkan tentang kerusakan alam, menjunjung rasa kemanusiaan, dan bernuansa cinta
dan kasih sayang.
3.2 Struktur Puisi
3.2.1 Metode Puisi
Pada metode puisi adanya penggunaan diksi yang berupa denotatif dan konotatif. Lagu
berjudul “Merah” dan “Kuning” memiliki pengimajian (imagery) yang berupa imaji
penglihatan, pendengaran, gerak, intelektual. Bahasa figuratif yang digunakan pada lagu
“Merah” dan “Kuning” ini yaitu, personifikasi, hiperbola, ironi, metafora, tautologi, retorik,
dan ironi. Salah satu majas atau bahasa figuratif dalam lagu “Merah” dapat dilihat pada bait
berikut.
Bait ke-5
Aku akan menjadi karang dilautan mereka
Aku akan menjadi kanker dalam tubuh mereka
(Merah, 2015)
Pada bait tersebut dapat diketahui bahwa adanya penggunaan majas atau bahasa
figuratif hiperbola. Salah satu majas atau bahasa figuratif dalam lagu “Kuning” dapat dilihat
pada bait berikut.
Bait ke-5
Terjerembab demi akhirat
Akalnya lenyap, hati berkarat
Hati berkarat, cacat, pekat, karat
(Kuning, 2015)
Pada bait ke-5 di atas, dapat diketahui adanya penggunaan majas metafora pada kata
/hati berkarat/ yang tidak memiliki arti yang sebenarnya, tetapi mengungkapkan
perbandingan ataupun persamaan.
7
Penggunaan rima dan ritma pada lagu berjudul “Merah” dan “Kuning” ini dapat
diketahui dengan adanya penggunaan aliterasi dan asonansi pada setiap baitnya.
3.2.2 Hakikat Puisi
Hakikat puisi ini memiliki beberapa unsur berupa tema, amanat, perasaan, nada dan suasana.
Tema pada lagu “Merah” dapat diketahui dengan menganalisis setiap bait pada liriknya.
Secara keseluruhan, tema pada lagu “Merah” ini berisi tentang kedaulatan rakyat. Pada lagu
“Kuning” mengangkat tema yang kental dengan religiusitas serta keberagaman. Amanat yang
dapat diketahui pada lagu berjudul “Merah” ini berisi tentang seorang pemimpin yang
seharusnya mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi. Pada lagu
“Kuning”, amanat yang dapat diambil berisi tentang menerima segala perbedaan yang ada
bagi setiap manusia untuk mendapatkan berkah dari Tuhan. Perasaan yang timbul dan dapat
diteliti pada lagu “Merah” dan “Kuning” ini berupa perasaan sedih, keresahan seseorang, dan
bernuansa sendu. Nada dan suasana yang dapat diketahui pada lagu “Merah” dan “Kuning”
ini yaitu nada yang menggebu dan sendu serta berisi tentang semangat seseorang
mempertahankan kedaulatan rakyat.
3.3 Kritik Sosial
Kritik sosial yang terdapat pada penelitian ini berupa kritik sosial tentang masalah
kemanusiaan, masalah keagamaan, masalah sosial-politik (politik dan kesenjangan sosial).
Masalah kemanusiaan dapat dilihat pada bait berikut.
Bait ke-6
Sampai kapan kau biarkan dia tak berperan
Ditelantarkan harapan, dia kesakitan
Terburai berantakan, tak karuan
Marah dimana-mana
(Merah, 2015)
Pada masalah keagamaan banyak dilihat pada lagu berjudul “Kuning”, berikut salah
satu bait yang mengandung kritik sosial tentang masalah keagamaan.
Bait ke-3
Manusia menafikan Tuhan
Melarang atas perbedaan
Persepsi belenggu tradisi
Jiwa yang keruh pun bersemi
Nihil maknanya
Hampa surganya
(Kuning, 2015)
8
Kritik sosial selanjutnya tentang masalah sosial-politik, pada lagu “Merah” dan
“Kuning” ini ada dua masalah, yang pertama tentang masalah politik, kemudian yang kedua
tentang masalah kesenjangan sosial. Berikut akan dijelaskan tentang masalah politik yang ada
pada lagu “Merah”.
Bait ke-3
Dan kita dorong mereka
Badut jadi kepala
Politik terlalu kaotis
Dan kita teramat praktis
(Merah, 2015)
Pada bait di atas menunjukkan adanya permasalahan politik yang terjadi pada
pengarang. Permasalahan ini terjadi di Indonesia, dimana politik menjadi terkotak-kotak dan
membuat masyarakat yang mendukungnya saling berseteru. Dibalik megahnya politik,
pengarang mengungkapkan bahwa banyak calon pemimpin yang diungkapkan seperti badut.
Masalah sosial-politik yang selanjutnya adanya masalah yang berkenaan dengan
kesenjangan sosial. Berikut akan dipaparkan masalah kesenjangan sosial yang terdapat pada
lagu “Merah” dan “Kuning”.
Bait ke-9
Sampai kapan kau relakan dia kekeringan
Dihisap jiwa raganya, seluruh hidupnya
Marah dimana-mana
Lara dima-mana
(Merah, 2015)
Bait ke-3
Manusia menafikan Tuhan
Melarang atas perbedaan
Persepsi belenggu tradisi
Jiwa yang keruhpun bersemi
Nihil maknanya
Hampa surganya
(Kuning, 2015)
Kedua bait di atas menunjukkan adanya bentuk masalah kesenjangan sosial yang
terjadi pada masyarakat di Indonesia. Pada bait ke-9 lagu “Merah” diketahui adanya bentuk
masalah kesenjangan sosial antara orang yang berkuasa di sebuah negara dengan masyarakat
kecil yang dijadikan budak yang dapat diserap seluruh jiwa raganya demi kepentingan
pribadi. Pada bait ke-3 lagu “Kuning” di atas juga dapat diketahui adanya bentuk masalah
9
kesenjangan sosial antara setiap orang yang menolak adanya perbedaan demi kepentingan
pribadi dirinya.
3.4 Relevansi
Dalam KI-KD Kurikulum 2013 edisi revisi 2017 mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Kompetensi Dasar 3.17 pada Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X, dijelaskan bahwa
siswa diharapkan mampu menganalisis unsur pembangun puisi. Pada Kompetensi Dasar 3.8
untuk kelas peminatan juga dijelaskan bahwa siswa diharapkan mampu menganalisis puisi
bertema sosial, budaya, dan kemanusiaan dengan memperhatikan struktur fisik (tipografi,
diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, verifikasi: rima, ritma dan metrum) dan unsur
batin puisi (tema, feeling, nada, dan amanat).
Kesesuaian penelitian ini dengan bahan pengajaran sastra di SMA mengacu pada tiga
aspek yakni dari segi bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya (Rahmanto, 2004: 27-33).
Dilihat dari aspek bahasa, penelitian ini dapat dikatakan sesuai untuk digunakan sebagai
bahan pengajaran sastra, karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta
didik.
Pada aspek psikologi yang terdapat pada kedua lagu dalam penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pengajaran sastra, kedua lagu ini memiliki penekanan dalam kata-
katanya yang cukup mempengaruhi pembaca untuk masuk ke kehidupan pengarang dengan
terciptanya nuansa sendu, tegang, dan lain-lain. Aspek latar belakang budaya yang terdapat
pada penelitian ini dapat dikatakan sesuai dengan bahan pengajaran sastra karena kedua lagu
dalam penelitian ini menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan latar belakang budaya dari
grup musik Efek Rumah Kaca yang berasal dari Jakarta. Dengan latar belakang budaya yang
berasal dari Indonesia, membuat peserta didik mampu memahami setiap isi yang terdapat
pada kedua lagu dalam penelitian ini.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Kritik Sosial dalam Lagu “Merah”
dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca, dapat diambil simpulan. Simpulan tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Efek Rumah Kaca adalah grup musik yang berasal dari Jakarta. Grup musik ini terdiri
dari empat anggota yang diantaranya, Cholil Mahmud, Adrian Yunan Faisal, Akbar Bagus
Sudibyo, Airil Nur Abadiansyah. Grup musik ini mulai merintis karir dari tahun 2001 hingga
sekarang. Banyak karya yang diciptakan oleh grup musik ini, diantaranya album berjudul efek
rumah kaca, kamar gelap, sinestesia. Grup musik ini memiliki latar budaya yang kental
10
dengan sosial budaya di Indonesia, salah satu cirinya dengan lagu-lagu yang mengedepankan
penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kebahasaan dan juga
menggambarkan keadaan sosial yang ada di Indonesia.
Struktur yang terdapat pada lagu “Merah” adalah adanya penggunaan diksi (konotatif,
denotatif), pengimajian (penglihatan, gerak, Intelektual), bahasa figuratif (personifikasi,
hiperbola, ironi), rima dan ritma (aliterasi, asonansi), dan hakikat puisi yang berisi, tema,
amanat, perasaan, nada dan suasana. Pada lagu “Kuning” struktur yang dapat diketahui
adalah adanya penggunaan diksi (konotatif, denotatif), pengimajian ( penglihatan,
pendengaran, gerak), bahasa figuratif (metafora, tautologi, retorik, dan ironi), rima dan ritma
(aliterasi, asonansi), dan hakikat puisi yang berisi; tema, amanat, perasaan, nada dan suasana.
Kritik sosial dalam lagu berjudul “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah Kaca
disampaikan secara implisit dan eksplisit. Kritik sosial yang ada pada kedua lagu tersebut
adalah tentang, masalah kemanusiaan, keagamaan, sosial-politik (politik, kesenjangan sosial).
Relevansi kritik sosial dalam lagu berjudul “Merah” dan “Kuning” karya Efek Rumah
Kaca, dapat digunakan sebagai bahan ajar di SMA kelas X baik umum maupun peminatan
sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD). Pada kelas X mata pelajaran umum, menggunakan
Kompetensi Dasar (KD) 3.17, siswa diharuskan menganalisis unsur pembangun dalam puisi.
Pada kelas X (peminatan), menggunakan Kompetensi Dasar (KD) 3.8, siswa diharuskan
untuk menganalisis puisi bertema sosial, budaya, dan kemanusiaan dengan memperhatikan
struktur fisik (tipografi, diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, verifikasi: rima, ritma, dan
metrum) dan struktur batin puisi (tema, feeling, nada, dan amanat).
DAFTAR PUSTAKA
Al- Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2017. Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi.
Surakarta: Djiwa Amarta Press.
Endraswara, Suwardi. 2012. Teori Pengkajian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta Press.
Nofal, Khalil Hasan. 2011. “Syntatic Aspect of Poetry: A Pragmatic Perspective.”
International Journal of Business and Social Science, halaman 47-63 Vol. 2 No. 16,
September 2011.
Peter, Christy dan Sangeetha, M. 2018. “Social Criticism in T.S. Eliot’s The
Wasteland”. Laguange in India Journal, halaman 154-160, Vol. 18:1, Januari 2018.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
11
Rahmanto, B. 2004. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika: kajian puitika bahasa, sastra, dan budaya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyitno. 2006. Kritik Sastra. Surakarta: UNS Press.
Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.