kopkun corner edisi 25

6
Kopkun Ikuti Work- shop di Seoul, Korea 1 Kopkun Swalayan 2, Sebuah Ca- paian Kolektivitas 2 Galeri Foto: Work- shop Koperasi Kampus di Seoul 3 Kopkun Belajar di iCOOP Korea 4 Membangun Fed- erasi Koperasi Kampus 5 Hujan di Korea 6 Edisi Juli 2013 Volume III, Issue 25 Kopkun Ikuti Workshop di Seoul, Korea M ewakili Indonesia, Kopkun hadiri workshop koperasi kam- pus se Asia Pasifik di Seoul, Korea. Workshop tahunan itu diikuti oleh delapan negara; Korea, Indonesia, Filipina, India, Jepang, Sri Lanka, Singapore dan Thailand. Ada tiga isu utama yang dikaji dalam workshop pada 4-7 Juli 2013 lalu. Pertama, bagaimana prinsip koperasi bisa meningkatkan kesejahteraan koperasi kam- pus. Kedua, kerjasama internasional antar koperasi di Asia Pasifik seperti pertukaran mahasiswa antar kampus. Dan terakhir, partisipasi anggota koperasi dalam komunitas. Sebelum mengkaji beberapa isu tersebut, beberapa panelis dihadirkan untuk memantik gagasan. Dr. Choi, dari Korea, mengurai bagaimana koperasi menjadi alternatif dari kapitalisme global dewasa ini. Ia memulai uraiannya dengan mengambil kasus krisis 2008 dengan ambruknya Lehman Brothers di Amerika. Kemudian Prof. Shoji, Ketua Sub-komite Koperasi Kampus se Asia Pasi- fik, menyampaikan blueprint Cooperative Decade sebagai lanjutan dari International Year of Cooperative 2012 lalu. Dalam Co-op Decade yang ditargetkan sampai tahun 2020, ada lima hal yang menjadi kerangka gerakan. Pertaman, penguatan iden- titas koperasi. Kedua, partisipasi anggota. Ketiga, pembangunan berkelanju- tan. Keempat, tata perundangan dan kelima adalah permodalan koperasi. Dalam sesi country report, Firdaus Putra, Manajer Organisasi Kopkun, men- yampaikan bahwa sejarah koperasi kampus di Indonesia relatif muda. Se- hingga ia menyampaikan perlunya Indonesia membentuk federasi koperasi kampus sebagaimana di Jepang dan Korea untuk mempercepat pengemban- gannya. Hal tersebut dikaji dalam focus group discussion dan masuk dalam re- solusi workshop. Selain workshop, tuan rumah Korea University Cooperative Federation (KUCF), membawa peserta berkunjung ke Soengmisan Village. Bagi para aktivis, sosiolog dan peneliti sosial, pasti akan kagum dengan capaiannya. Sedikitnya ada 50 komunitas berbeda berkembang di desa ini. Pada beberapa hal, warganya memproduksi barang secara mandiri. Bahkan sampai saat ini mereka sedang menguji penggunaan local currency di desa itu. Jika dicari padanannya, desa ini nampak seperti Chiapas di Mexico sana. Wow. [] Inside this issue: Kopkun.com Pojok Kopkun Wakili Indonesia, Kopkun ikuti workshop koperasi kampus di Seoul. Bagaimana Kopkun 2 itu? Tengok langsung! Liat tuh foto kegiatan workshop di Seoul. Berkunjung ke iCOOP Korea untuk belajar koperasi konsumen. Indonesia belum punya federasi koperasi kam- pus, lho! Seperti apa Korea saat hujan turun? Baca! Kopkun Corner

Upload: kopkun-full

Post on 20-Mar-2016

232 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Buletin Bulanan Kopkun Corner diterbitkan oleh Koperasi Kampus Unsoed (Kopkun), Purwokerto, Indonesia | www.kopkun.com

TRANSCRIPT

Page 1: Kopkun Corner Edisi 25

Kopkun Ikuti Work-

shop di Seoul,

Korea

1

Kopkun Swalayan 2, Sebuah Ca-paian Kolektivitas

2

Galeri Foto: Work-

shop Koperasi

Kampus di Seoul

3

Kopkun Belajar di

iCOOP Korea

4

Membangun Fed-

erasi Koperasi

Kampus

5

Hujan di Korea 6

Edisi Juli 2013

Volume III, Issue 25

Kopkun Ikuti Workshop di Seoul, Korea

M ewakili Indonesia, Kopkun

hadiri workshop koperasi kam-

pus se Asia Pasifik di Seoul,

Korea. Workshop tahunan itu diikuti oleh

delapan negara; Korea, Indonesia, Filipina,

India, Jepang, Sri Lanka, Singapore dan

Thailand.

Ada tiga isu utama yang dikaji dalam

workshop pada 4-7 Juli 2013 lalu. Pertama,

bagaimana prinsip koperasi bisa meningkatkan kesejahteraan koperasi kam-

pus. Kedua, kerjasama internasional antar koperasi di Asia Pasifik seperti

pertukaran mahasiswa antar kampus. Dan terakhir, partisipasi anggota

koperasi dalam komunitas.

Sebelum mengkaji beberapa isu tersebut, beberapa panelis dihadirkan

untuk memantik gagasan. Dr. Choi, dari Korea, mengurai bagaimana koperasi

menjadi alternatif dari kapitalisme global dewasa ini. Ia memulai uraiannya

dengan mengambil kasus krisis 2008 dengan ambruknya Lehman Brothers di

Amerika.

Kemudian Prof. Shoji, Ketua Sub-komite Koperasi Kampus se Asia Pasi-

fik, menyampaikan blueprint Cooperative Decade sebagai lanjutan dari International

Year of Cooperative 2012 lalu. Dalam Co-op Decade yang ditargetkan sampai tahun

2020, ada lima hal yang menjadi kerangka gerakan. Pertaman, penguatan iden-

titas koperasi. Kedua, partisipasi anggota. Ketiga, pembangunan berkelanju-

tan. Keempat, tata perundangan dan kelima adalah permodalan koperasi.

Dalam sesi country report, Firdaus Putra, Manajer Organisasi Kopkun, men-

yampaikan bahwa sejarah koperasi kampus di Indonesia relatif muda. Se-

hingga ia menyampaikan perlunya Indonesia membentuk federasi koperasi

kampus sebagaimana di Jepang dan Korea untuk mempercepat pengemban-

gannya. Hal tersebut dikaji dalam focus group discussion dan masuk dalam re-

solusi workshop.

Selain workshop, tuan rumah Korea University Cooperative Federation

(KUCF), membawa peserta berkunjung ke Soengmisan Village. Bagi para

aktivis, sosiolog dan peneliti sosial, pasti akan kagum dengan capaiannya.

Sedikitnya ada 50 komunitas berbeda berkembang di desa ini. Pada beberapa

hal, warganya memproduksi barang secara mandiri. Bahkan sampai saat ini

mereka sedang menguji penggunaan local currency di desa itu. Jika dicari

padanannya, desa ini nampak seperti Chiapas di Mexico sana. Wow. []

Inside this issue:

Kopkun.com

Pojok Kopkun

Wakili Indonesia, Kopkun

ikuti workshop koperasi

kampus di Seoul.

Bagaimana Kopkun 2

itu? Tengok langsung!

Liat tuh foto kegiatan

workshop di Seoul.

Berkunjung ke iCOOP

Korea untuk belajar

koperasi konsumen.

Indonesia belum punya

federasi koperasi kam-

pus, lho!

Seperti apa Korea saat

hujan turun?

Baca!

Kopkun Corner

Page 2: Kopkun Corner Edisi 25

B anyak orang yang sangsi Kopkun buka cabang.

Saat diberi kabar Kopkun akan buka cabang,

sebagian bertanya ulang, “Mau pindah lagi?”. Tentu

kami harus menjelaskan dengan sedikit geli. Ya, Kop-

kun Swalayan 2 adalah cabang dan bahkan gedung itu

Kopkun beli, bukan sewa.

Satu sisi hal itu menandakan bahwa mereka per-

hatian dengan Kopkun yang pernah dua kali pindah

lokasi. Sisi yang lain, bagaimana kita harus membukti-

kan diri bahwa Kopkun mampu melakukannya.

Meski molor dari tanggal yang dijadwalkan, Kop-

kun 2 buka (soft opening) pada medio Juli 2013. “Kami

harus melakukan renovasi agar gedung ini menjadi layak

untuk swalayan moderen. Dan perlu waktu untuk membuat-

nya sedap dipandang”, ujar Darsono, General Manajer.

Ke depan semua bagian akan melakukan ekspansi.

“Ya, tahun ke 7 ini harus menjadi tonggak bagi Kopkun

untuk menggeliat. Ini adalah harapan anggota sejak dua tahun

lalu. Dan alhamdulillah tahun ini bisa kita realisasikan. Ke

depan semua bagian harus menggeliat: swalayannya, simpan-

pinjamnya dan juga perkaderan/ keanggotaannya baik dari

sisi jumlah pun kualitas”, terang Herliana, Ketua Kop-

kun.

Sebagai gambaran, gedung di Jl. Soeparno No. 2

Karangwakal itu lantai satunya digunakan sebagai

swalayan. Lantai duanya, ruang aktivitas kader seluas

4x6 meter persegi. Di sampingnya Unit Simpan-

Pinjam seluas 5x6 meter. Di sebelah dua ruang itu ada

selasar seluas 1,5x9 meter. Selasar terbuka ini diguna-

kan sebagai ruang bebas.

Kemudian ada ruang Pendidikan Dasar (Diksar)

yang menyatu dengan ruang siaran. Ruang seluas

2,5x2,5 meter itu akan difasilitasi monitor 21 inch dan

penunjang lainnya. Pasalnya ke depan Diksar akan

diselenggarakan dengan multi media.

Di bagian tengah antara ruang Diksar dan Manajer

Organisasi ada ruang tamu yang representatif. Ke-

mudian dua ruang gudang untuk persediaan swalayan.

Dan bagian terakhir adalah mini pantry dan ruang salat

karyawan.

Paling tidak butuh

dua bulan untuk men

yiapkan semuanya. “Saat

ini semua energi fokus untuk

menyiapkan gedung ini”,

terang Sutarno, Manajer

Usaha, yang mengga-

wangi proses renovasi

dari awal sampai akhir.

Adi Bahari, Benda-

hara, menyampaikan,

“Umpama berkeluarga, ini

adalah rumah pertama. Dan

biasanya rumah pertama itu

apa adanya. Semoga di

rumah kedua dan ketiga,

nanti bisa lebih representatif

lagi”, ucapnya saat me-

mantau proses renovasi.

Grand opening Kop-

kun Swalayan 2, ren-

cananya dilaksanakan

pada bulan Agustus/

September bertepatan

dengan momen peneri-

maan mahasiswa baru

Unsoed.

Sedang Unit Simpan-

Pinjam, Istinganah,

Manajer USP Kopkun

menerangkan, “Pelayanan

kami akan lebih prima dan

meluas. Ditambah pasca

RAT 6 anggota sepakat jasa

pinjaman turun dari 1,5%

menjadi 1%. Sedang jasa

simpanan tetap 0,5% per

bulan. Jadi lebih kompetitif”,

kata perempuan berjilbab

itu. []

Kopkun Swalayan 2, Sebuah Capaian Kolektivitas

Page 2 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 25

“Alhamdulillah tahun ini bisa kita

realisasikan. Ke depan semua bagian harus menggeliat”

swalayannya,

Dan demikianlah seharusnya Kopkun. Tumbuh dari kecil

jadi besar. Dari satu jadi dua dan seterusnya.

Keterangan: Papan nama gedung Kopkun 2 di Jl. Soeparno No. 2 Karangwangkal. Tiga unsur diramu jadi satu: ruang perkaderan, unit simpan pinjam dan swalayan. Papan ini seluas 2x9,5 meter persegi.

Page 3: Kopkun Corner Edisi 25

Page 3 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 25

Galeri Foto: Workshop Koperasi Kampus di Seoul

di www.kopkun.com

Kompetisi Esai Mahasiswa #5

Tema: Pendidikan, Lingkungan Hidup, Demokrasi, HAM, Kewirausahaan, Kebudayaan, dll.

Hadiah:

Juara I memperoleh laptop dan 6 juta rupiah

Juara I memperoleh laptop dan 4 juta rupiah

Juara I memperoleh laptop dan 2 juta rupiah

30 Besar mengikuti Kemah Kepemimpinan

Deadline: 17 Agustus 2013

Info: www.tempo-institute.org

Kiri ke kanan: Perkenalan dari Kopkun oleh Firdaus Putra | Peserta mengikuti presentasi Dr. Choi.

Kiri ke kanan: Focus group discussion dengan tiga isu berbeda | Kunjungan ke Soengmisan Village.

Kiri ke kanan: Cooking contest membuat masakan Korea | Peserta menulis testimoni saat penutupan.

Page 4: Kopkun Corner Edisi 25

Page 4 Kopkun Corner Volume 3 , I s sue 25

Membangun Federasi Koperasi Kampus | Oleh: Suroto Ph.

D i lingkungan kampus di Indonesia, orang

lebih mengenal Koperasi Mahasiswa

(Kopma), Koperasi Dosen (Kopdos) atau Koperasi

karyawan kampus yang kalau di universitas negeri

biasa disebut dengan istilah Koperasi Pegawai

Negeri (KPN) atau Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI) dan atau koperasi Karyawan

(Kopkar) bagi kampus swasta. Kegiatan koperasi-

koperasi di lingkungan kampus ini biasanya menye-

lenggarakan layanan unit pertokoan yang menjual

kebutuhan sehari-hari, foto copy, kantin, dan lain

sebagainya.

Mengikuti model koperasi fungsional yang

merupakan hasil dari fragmentasi politik pemerintah

Orde Baru pada umumnya, koperasi-koperasi terse-

but walaupun hidup di lingkungan kampus semua

namun antara yang satu dengan yang lainya tidak

ada proses integrasinya. Kecenderungannya yang

terjadi biasanya justru saling bersaing dan

mengeliminasi. Sudah dapat dipastikan, seringkali

Kopma sebagai pihak yang lemah kedudukan poli-

tisnya di kampus adalah menjadi target sasaran

tereliminasi dari kampus. Sebut saja contohnya

adalah Kopma Unibraw (Universitas Brawijaya)

yang tadinya diunggulkan sebagai Kopma terbesar

di Indonesia langsung lenyap tergusur oleh kebija-

kan kampus yang pemimpinnya tidak jelas komit-

menya terhadap arti penting Kopma ini.

Koperasi Kampus (Koppus) atau dalam termi-

nologi internasional sering disebut dengan University

Co-op adalah merupakan konsep yang selangkah

lebih maju dibandingkan dengan model-model

konsep koperasi di lingkungan kampus di Indonesia

tersebut. Kopppus ini adalah tempat belajar dan

bekerja serta mitra sejajar dalam membangun de-

mokrasi di kampus dengan keangotaan terbuka bagi

warga kampus (dosen, mahasiswa, karyawan,

alumni, orang tua maupun warga sekitar kampus)

yang pada prinsipnya sesungguhnya juga terbuka

bagi siapapun mengikuti prinsip koperasi yang ber-

laku secara universal.

Betapa memang tidak mudah untuk mengim-

plementasikanya. Persoalan mendasarnya karena

untuk membangun integrasi antar koperasi yang

sudah ada tersebut memang tidak mudah ditambah

lagi memang karena dalam praktek memang di In-

donesia ini sulit dicari bentuknya. Kalaupun ada,

saat ini salah satu rintisan penting yang dimotori

oleh Kampus Universitas Jenderal Soedirman

(Unsoed) ternyata memang banyak menghadapi

tantangan.

Tantangan selanjut-

nya, bagi pionerisasi

Kopkun pada akhirnya

harus dapat menjadi

proyek benchmark bagai-

mana agar konsep ini juga

dapat dikembangkan di

universitas-universitas

lain.

Sehingga pada

akhirnya nanti akan ber-

diri satu federasi Koppus

sebagaimana berkembang

di Jepang dengan nama

National Federation of

University Co-op Asso-

ciation (NFUCA) yang

saat ini perananya telah

meluas tidak hanya di

lingkungan kampus dan

negerinya tapi juga ber-

peran besar bagi proses

promosi perdamaian dan

demokrasi di tingkat

internasional.

Untuk itu, penting

bagi Kopkun dan juga

koperasi di lingkungan

kampus untuk

memikirkan hal ini, entah

hal tersebut difasilitasi

oleh Kopkun, Kampus,

Kopkar, Kopdos, Kopma

untuk memikirkan bentuk

afiliasi strategis ini baik

dalam model federasi di

tingkat kampus ataupun

merger dari koperasi-

koperasi tersebut atau

membangun koperasi

yang sama sekali baru.

Praktek sudah ada,

pelajaran bisa dipetik dan

sisanya tergantung ke-

mauan kita. []

“Praktek sudah ada, pelajaran bisa

dipetik dan sisanya tergan-

tung kemauan kita”

Suroto Ph., Ketua Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I) dan Ketua

Asosiaasi Kader Ekonomi Sosial Strategis (AKSES) Indonesia.

Beliau adalah inisiator Koperasi Kampus di Indonesia.

Logo NFUCA

Japan. Seleng-

kapnya bisa

kunjungi

website

mereka di

www.univcoop.or.

Page 5: Kopkun Corner Edisi 25

Page 5 Kopkun Corner Volume 3 I s sue 25

“Ada ujiannya. Jika gagal ya tidak bisa jadi pengurus. Dan

mereka harus mengikuti lagi

pendidikan perkoperasian”

Kopkun Belajar di iCOOP Korea

P ersis setahun lalu Kopkun pernah mengulas

tentang iCOOP pada Buletin Kopkun Corner

Edisi 13 Juli 2012. Dan pada tahun ini, diwakili Fir-

daus Putra, Manajer Organisasi, Kopkun berkesem-

patan melihat langsung iCOOP di Seoul Korea.

Benarlah, kisah iCOOP bukan isapan jempol

belaka. Melalui diskusi intensif bersama Ms. Juhee

Lee, Bagian Hubungan Internasional iCOOP, kita

jadi tahu mendalam bagaimana iCOOP itu.

Per April 2012, mereka memiliki 129 swalayan.

Swalayan itu bernama Natural Dream Store. Menarik-

nya, pada tiap swalayan akan dipampang nama-nama

pendiri toko itu (seperti foto di atas). Sehingga satu

toko dengan yang lain bisa berbeda daftar namanya.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi dan bukti

pemilikan toko oleh anggotanya.

Di lantai duanya ada kafe, namanya Natural

Dream Café. Tempatnya asik dengan desain utama

natural dengan kayu kecoklatan. Sayangnya, hanya

anggota saja yang boleh belanja atau nongkrong di

toko atau kafe. Ini adalah kebijakan pemerintah Ko-

rea terhadap koperasi di sana. Ketika dikonfirmasi,

Ms. Juhee mengatakan bahwa iCOOP sudah beru-

paya mempengaruhi kebijakan itu, namun gagal.

Di sisi lain, iCOOP tidak memberikan Sisa Hasil

Usaha (SHU) per tahun pada anggotanya. Yang ada

adalah anggota menerima diskon baik di kafe atau

toko rata-rata sebesar 15%. Sebenarnya ini sama

dengan SHU, hanya saja dibayar di depan.

Dalam konteks produk, apa yang dijual di toko

atau kafe sudah melalui seleksi ketat. Ada tiga tahap

seleksi yang dilakukan oleh Pengurus. Yang ke-

mudian mereka membuat kriteria AAA, AA dan A

pada tiap produknya.

Khusus produk yang mereka impor, misalnya

kopi dari Timor Timur, gula dari Filipina, mereka

lakukan dalam mekanisme fair trade. Sehingga baik di

toko pun kafe, selalu ada logo fair trade pada produk

tersebut.

Meski ada beberapa yang impor, sebagian besar

produk mereka produksi

sendiri. Seperti misalnya

mie ramen yang mana

mereka punya pabriknya

di lembah Gurye.

Sedang produk perta-

nian, mereka lakukan

kontrak dengan para

petani yang memuat

klausul tertentu, misalnya

organik, bebas pestisida

dan sebagainya. Ms. Ju-

hee mengatakan

meskipun sebagian besar

koperasi di Korea men-

jual produk organik,

hanya iCOOP yang se-

cara langsung membuat

kebijakan ethical consumer-

ism untuk melindungi dan

menjaga kesehatan ang-

gotanya.

Soal pendidikan,

mereka lakukan secara

rutin. Bahkan per tahun

2012, mereka lakukan 8

ribu kali pendidikan den-

gan partisipasi mencapai

17 ribu orang. Pendidi-

kan ini dilakukan pada

anggota, pengurus dan

manajemen.

Bahkan, untuk men-

jadi pengurus iCOOP,

Ms. Juhee menerangkan,

“Ada ujiannya. Jika gagal

ya tidak bisa jadi pengurus.

Dan mereka harus mengikuti

lagi pendidikan perkopera-

sian”. Itulah kuncinya! []

Dari kiri ke kanan: 1. Diskusi intensif bersama Ms. Juhee Lee, Bagian Hubungan Internasional iCOOP 2. Tata letak/ display produk pada Natural Dream Store 3. Nama-nama anggota iCOOP (pada toko di 서울 양천구 신정동 1020-27번지 (1020-27, Shinjeong-dong, Yangcheon, Seoul) ), terletak di samping pintu.

Potret aktivitas di Natural Dream Store. Lihat label A di atas. Sila

kunjungi www.icoopkorea.coop

Page 6: Kopkun Corner Edisi 25

B anyak yang bertanya bagaimana menjadi anggota

Kopkun? Edisi kali ini akan kami beberkan mu-

dahnya menjadi anggota: 1. Mengisi formulir pen-

daftaran 2. Mengikuti Pengenalan Dasar (wajib)

3. Menyelesaikan administrasi termasuk membayar

Simpanan Pokok Rp. 1.000 dan Simpanan Wajib Rp.

10.000. Kelengkapan yang perlu disiapkan: foto kopi

KTP/ KTM dan pas foto 4x6/ 3x4 dua lembar.

Keuntungan jadi anggota Kopkun: 1. Diskon

untuk produk tertentu di Kopkun Swalayan 2. Diskon

20% untuk Sekolah Menulis Storia & Entrepreneur

Creativa. 3. Belajar berwirausaha, kepemimpinan dan

manajerial. 4. Berpeluang menjadi parttimer dan atau

fasilitator 5. Kemanfaatan dalam bentuk sosial-budaya

lainnya. Lebih lengkapnya datang langsung ke Kop-

kun Lt.2. Kami tunggu ya!

Jadi Anggota & Manfaatnya

S eharusnya saat ini Korea musim panas, bukan peng

hujan. Negeri itu punya empat musim. Mei sampai

Agustus kaprahnya musim panas. Lantas apa menariknya

Korea saat hujan turun?

Sebagian kita merasa risih saat hujan turun. Tentu

karena jalanan jadi becek, dingin dan baju bisa basah.

Belum lagi kita harus menenteng payung. Entah kenapa,

sebagian besar kita enggan atau malu saat menenteng

payung. Apa lagi bagi kebanyakan pria.

Berbeda dengan Korea. Saat hujan, seperti sekarang

ini, kita bisa lihat semua orang menenteng payung.

Wanita, pria, tua, muda membawanya dengan santai.

Seperti saat saya naik subway (seperti KRL di Jakarta),

bagaimana seorang pria berjas elegan menenteng payung.

Ini akan jadi pemandangan asing di Indonesia, bukan?

Dan tidak di sana!

Belum lagi, saat masuk ke kafe, toko, outlet pakaian

dan sebagainya, mereka sediakan plastik pembungkus

payung. Maksudnya agar payung basah kita tidak buat

becek tempat itu. Dan untuk itu, mereka punya alatnya.

Sejenis alat packing berisi plastik yang service by self.

Apa yang menarik dari itu semua adalah tentang

budaya tanggap hujan masyarakat Korea. Indonesia, yang

sedari dulu punya dua musim; panas dan hujan, saya lihat

belum punya daya adaptif sedemikian rupa. Tenteng

payung pun masih kita anggap sebagai hal yang kurang

enak. Apalagi soal alat pembungkus payung basah.

Imbasnya, seringkali

kita batalkan agenda ter-

tentu karena hujan turun.

Hujan masih menjadi

alasan untuk tak hadiri

kegiatan tertentu.

Ironisnya, kita sudah

hidup ratusan tahun den-

gan musim itu. Dan

anehnya, masih saja hujan

dijadikan sebab. Seolah

hujan adalah hal tak ter-

prediksi. Padahal, selalu

ada ramalan cuaca. Dan

bukankah seringkali hujan

datang dengan tidak tiba-

tiba?

Itu kemudian yang

membuat payung di Indo-

nesia tak semodis payung

di sana. Karena di negeri

ini, tak banyak permintaan

akan payung. Sehingga

pasar payung jadi ala ka-

darnya. Jika tak percaya,

tengoklah payung mereka

di film dramanya. []

Hujan di Korea

Oleh: Firdaus Putra, S.Sos.

(Manajer Organisasi Kopkun)

Sekretariat:

Kopkun Lt. 2 Jl. HR. Boenyamin

Komplek Ruko Depan SKB Purwokerto

(0281) 631768 | www.kopkun.com

[email protected]

Redaksi Kopkun Corner

Penanggungjawab: Ketua Kopkun

Redaktur Pelaksana: Firdaus Putra

Reporter: Dwi, Nurul, Nalora

Layouter: Ghani, Maya

Distribusi: Asad, Faiz, Anis, Hadi, Karto, Triono

Untuk pengguna Ipad dan Android,

sila pindai barcode ini!

Tengoklah begitu modis dan colorfull payung itu. Itu karena

mereka sudah adaptif dengan hujan.

FB: Kopkun Dua & Kopkun Unsoed Full