kopiah keranjang

31
Kopiah Keranjang Posted by gtoms | Posted in Nusantaralink Kopiah atau penutup kepala pria adalah hal yang umum dikenal di negeri ini. Umumnya terbuat dari kain beludru hitam, penutup kepala pria ini sempat menjadi salah satu ciri busana nasional. Bahkan sempat pula menjadi ciri kemusliman bagi para pria pemakainya. Memang, penggunaan kopiah hitam seolah tak bisa dilepaskan dari kegiatan ibadah seperti ketika melaksanakan sholat berjamaah di mesjid. Demikian gambaran singkat mengenai penutup kepala yang umumnya melekat di benak anak negeri ini. Namun, seperti juga pelengkap busana yang lain, penutup kepala pria inipun tidak imun dari perkembangan mode. Belakangan ini penggunaan kopiah hitam sebagai penutup kepala telah pula tersentuh oleh laju perkembangan mode yang tak henti melanda. Hitamnya kopiah tidak lagi polos. Sulaman benang keemasan dengan disain unik yang tak jarang berbau etnis tradisional suatu daerah tampak mulai seringkali digunakan. Selain kopiah bersulam, mulai marak pula penggunaan penutup kepala dari kain yang berbentuk bulat dan pas di kepala pemakainya. Seperti pada kopiah, berbagai disain sulaman juga tampak mempermanis penampilan penutup kepala yang bulat ini. Belakangan penutup kepala bulat ala Timur Tengah inipun mulai berkembang pesat. Tidak lagi hanya terbuat dari kain berhias sulaman, penutup kepala ini telah berkembang bahkan terbuat dari anyaman seperti pada Kopiah Keranjang dari Gorontalo. Beruntung saya sempat mengunjungi desa tempat para pengrajin pembuatnya. Oleh karena, menurut beberapa orang Gorontalo yang sempat kami temui, para pengrajin kopiah keranjang ini sudah sangat jarang di masa sekarang. Kalaupun ada, biasanya mereka tinggal terpencil di kawasan pedesaan. Apa yang menarik dari Kopiah Keranjang dari Gorontalo ini? Pertama adalah keunikannya yang sangat kuat

Upload: nugrahangraini

Post on 10-Aug-2015

453 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kopiah Keranjang

Kopiah Keranjang

Posted by gtoms | Posted in Nusantaralink

Kopiah atau penutup kepala pria adalah hal yang umum dikenal di negeri ini. Umumnya terbuat dari kain beludru hitam, penutup kepala pria ini sempat menjadi salah satu ciri busana nasional. Bahkan sempat pula menjadi ciri kemusliman bagi para pria pemakainya. Memang, penggunaan kopiah hitam seolah tak bisa dilepaskan dari kegiatan ibadah seperti ketika melaksanakan sholat berjamaah di mesjid.

Demikian gambaran singkat mengenai penutup kepala yang umumnya melekat di benak anak negeri ini. Namun, seperti juga pelengkap busana yang lain, penutup kepala pria inipun tidak imun dari perkembangan mode. Belakangan ini penggunaan kopiah hitam sebagai penutup kepala telah pula tersentuh oleh laju perkembangan mode yang tak henti melanda. Hitamnya kopiah tidak lagi polos. Sulaman benang keemasan dengan disain unik yang tak jarang berbau etnis tradisional suatu daerah tampak mulai seringkali digunakan.

Selain kopiah bersulam, mulai marak pula penggunaan penutup kepala dari kain yang berbentuk bulat dan pas di kepala pemakainya. Seperti pada kopiah, berbagai disain sulaman juga tampak mempermanis penampilan penutup kepala yang bulat ini. Belakangan penutup kepala bulat ala Timur Tengah inipun mulai berkembang pesat. Tidak lagi hanya terbuat dari kain berhias sulaman, penutup kepala ini telah berkembang bahkan terbuat dari anyaman seperti pada Kopiah Keranjang dari Gorontalo.

Beruntung saya sempat mengunjungi desa tempat para pengrajin pembuatnya. Oleh karena, menurut beberapa orang Gorontalo yang sempat kami temui, para pengrajin kopiah keranjang ini sudah sangat jarang di masa sekarang. Kalaupun ada, biasanya mereka tinggal terpencil di kawasan pedesaan. Apa yang menarik dari Kopiah Keranjang dari Gorontalo ini? Pertama adalah keunikannya yang sangat kuat menampilkan warna etnis tradisional. Dan yang kedua adalah kenyamanan bagi pemakainya. Oleh karena terbuat dari anyaman, kopiah keranjang ini tidak terasa panas meski lama dikenakan. Yang ketiga, adalah bahan baku pembuatannya yaitu kulit kayu Pohon Mintu yang konon hanya ada di hutan-hutan Gorontalo

Tumbuhan Mintu, yang konon hanya tumbuh di hutan-hutan Gorontalo itu tak ubahnya seperti pohon rotan liar. Berbeda dengan rotan yang keras dan getas, sulur-sulur pohon Mintu tampak lebih lentur dan benyak mengandung air. Untuk membuat kopiah keranjang terlebih dahulu sulur Mintu dikeringkan di bawah matahari sampai warna kulitnya kecoklatan. Lalu dengan sangat hati-hati, kulit tersebut dilepaskan dari batangnya dengan menggunakan pisau khusus. Sedangkan bagian dalam batangnya yang mirip batang bambu dibelah-belah sebesar lidi.

Setelah seluruh proses persiapan bahan selesai, barulah penganyaman kopiah dilakukan. Menggunakan lidi yang terbuat bilah-bilah Mintu, Kopiah mendapatkan kerangka yang membuatnya tidak mudah berubah bentuk. Lidi Mintu yang biasanya sangat panjang itu

Page 2: Kopiah Keranjang

kemudian dianyam dengan kulit batangnya sehingga terbentuklah kopiah seperti yang dikehendaki pengrajin. Bentuk Kopiah Keranjangpun bervariasi, ada yang berbentuk seperti kopiah konvensional ada pula yang berbentuk bulat. Apapun bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi warna kulit Mintu tak pernah kehilangan pesonanya. Inilah yang membuat Kopiah Keranjang digemari.

Namun, seperti kebanyakan kerajinan khas daerah, Kopiah Keranjang Gorontalo ini tidak terlalu mudah ditemui di pertokoan. Disamping tingkat produksinya sangat tergantung pada semakin sedikitnya jumlah pengrajin, bahan baku yang berasal dari pohon Mintu pun hanya ada di Gorontalo. Oleh karenanya, sangat beruntunglah mereka yang memperoleh kesempatan untuk memiliki Kopiah Keranjang yang unik dan langka ini.

Page 3: Kopiah Keranjang

Songkok / Kopiah Keranjang Khas Gorontalo

26-08-2011 06:20

Quote:

Kopiah atau Songkok atau lazim di sebut penutup kepala pria adalah hal yang umum dikenal di negeri ini, umumnya terbuat dari kain beludru hitam. Penutup kepala pria ini sempat menjadi salah satu ciri busana nasional. Bahkan sempat pula menjadi ciri kemusliman bagi para pria muslim yang memakainya. Memang, penggunaan kopiah hitam seolah tak bisa dilepaskan dari kegiatan ibadah seperti ketika melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Demikian gambaran singkat mengenai penutup kepala yang umumnya melekat di benak kita semua. Namun, seperti juga pelengkap busana yang lain, penutup kepala pria inipun tidak luput dari perkembangan mode. Belakangan, penggunaan kopiah hitam sebagai penutup kepala telah pula tersentuh oleh laju perkembangan mode yang tak henti melanda. Hitamnya kopiah tidak lagi polos. Sulaman benang keemasan dengan desain unik yang tak jarang berbau etnis tradisional suatu daerah tampak mulai seringkali digunakan pada acara acara resmi dan kegiatan �keagamaan. Begitupun adanya dengan songkok khas gorontalo yang di kenal dengan nama Upiya Karanji.

Penutup Kepala anyaman khas Gorontalo ini merupakan realita modernisasi yang bernuansa tradisional dan sebuah evolusi dari songkok songkok yang ada di pasaran umum. Memiliki warna yang khas serta �desain sulaman yang memiliki nilai seni pada setiap sisi songkoknya. Kerajinan Kopiah Keranjang khas masyarakat Gorontalo sering di jadikan cendera mata atau oleh oleh bagi yang pernah mengunjungi �gorontalo atau warga gorontalo yang akan berkunjung ke daerah lain. Songkok ini sering dipakai pada acara acara resepsi ke� keluargaan, resepsi kenegaraan dan kegiatan keagamaan.

Songkok Khas Gorontalo yang sering di jadikan cendera mata

bagi yang mengunjungi daerah ini

Apa sih yang menarik dari Kopiah Keranjang (Upiya Karanji) khas Gorontalo ini? Pertama adalah keunikannya yang sangat kuat menampilkan warna etnis tradisional dan seni budaya suku gorontalo. Dan yang Kedua adalah kenyamanan bagi pemakainya, karena terbuat dari anyaman mintu, kopiah

Page 4: Kopiah Keranjang

keranjang ini tidak terasa panas meski lama dikenakan. Yang ketiga, adalah bahan baku pembuatannya yaitu kulit kayu Pohon Mintu yang konon hanya ada di hutan hutan Gorontalo.�

Pohon Mintu, yang hanya tumbuh di hutan hutan Gorontalo itu tak ubahnya seperti pohon rotan liar. �Berbeda dengan rotan yang keras dan getas, sulur sulur p� ohon Mintu tampak lebih lentur dan benyak mengandung air. Untuk membuat kopiah keranjang terlebih dahulu sulur Mintu dikeringkan di bawah matahari sampai warna kulitnya kecoklatan. Lalu dengan sangat hati hati, kulit tersebut dilepaskan dari �batangnya dengan menggunakan pisau khusus. Sedangkan bagian dalam batangnya yang mirip batang bambu dibelah belah sebesar lidi.�

Songkok Khas Gorontalo (Upiya Karanji)

yang bersulamkan Nama Daerah Gorontalo

Selain Songkok, produksi kerajinan lainnya adalah

Topi Keranjang dengan berbagai macam motif

Setelah seluruh proses persiapan bahan selesai, barulah penganyaman kopiah dilakukan. Menggunakan lidi yang terbuat dari bilah bilah Mintu, Kopiah mendapatkan kerangka yang membuatnya tidak mudah �berubah bentuk. Lidi Mintu yang biasanya sangat panjang itu kemudian dianyam dengan kulit batangnya sehingga terbentuklah kopiah seperti yang dikehendaki pengrajin. Bentuk Kopiah Keranjangpun bervariasi, ada yang berbentuk seperti kopiah konvensional ada pula yang berbentuk bulat. Apapun bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi warna kulit Mintu tak pernah kehilangan pesonanya. Inilah yang membuat Kopiah Keranjang (Upiya Karanji) khas Gorontalo sangat digemari oleh pengunjung daerah ini. Untuk proses pembuatan Kopiah Keranjang ini, akan di bahas pada artikel berikutnya secara lengkap dan mendetail.

Seperti kebanyakan kerajinan khas daerah se Nusantara, Kopiah Keranjang Gorontalo ini tidak terlalu �mudah ditemui di pertokoan. Di pasar pasar tradisional pun agak� nya semakin sulit di temukan. Disamping tingkat produksinya sangat tergantung pada semakin sedikitnya jumlah pengrajin (Kebanyakan berada di daerah pelosok), bahan baku yang berasal dari pohon Mintu pun hanya ada di Gorontalo. Pemerintah Daerah Gorontalo pun telah memprogramkan kerajinan ini pada sentra UKM masyarakat guna menunjang kesejahteraan masyarakat Gorontalo dan lestarinya kerajinan khas Gorontalo, Upiya Karanji.

Page 5: Kopiah Keranjang

Kondisi Danau Limboto Semakin MemprihatinkanREP | 09 October 2011 | 15:45 Dibaca: 666 Komentar: 4 1 inspiratif

Pada Akhir Agustus 2011 lalu, saya berkesempatan mengunjungi Provinsi Gorontalo.  Gorontalo merupakan provinsi ke-32 di Indonesia.  Sebelumnya Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 pada tertanggal 22 Desember 2000.

Provinsi yang memiliki luas wilayah 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (Sensus Penduduk 2010) ini, sedang mengalami kemajuan pesat dalam memacu pembangunannya. Terbukti, Fadel Muhammad mantan gubernur Bumi Hulondalo ini dipercayakan menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Program Minapolitan dari sosok yang disayangi rakyat Gorontalo ini menarik SBY untuk mengangkatnya sebagai pembantu dalam Kabinet Indonesia Bersatu.

Sampai dengan 2011, wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabupaten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), dan 1 kota (Kota Gorontalo), dengan 75 kecamatan, 532 desa, dan 69 kelurahan.

Kedatangan saya kali ini ke Gorontalo, dalam rangka mendokumentasikan sebuah tradisi dalam masyarakat Gorontalo dalam menyambut datangnya Idul Fitri. Malam Pasang Lampu atau lebih

Page 6: Kopiah Keranjang

dikenal dengan nama Tumbilatohe. Sebuah tradisi turun menurun, yang dilakukan 3 hari menjelang Idul Fitri. Namun, saya juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Danau Limboto.

Danau Limboto

Danau Limboto terletak diantara dua daratan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo yang meliputi empat kecamatan, yakni Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Biru, Batuda’a, dan Kota Barat. Danau ini masuk dalam wilayah adminsitrasi Kabupaten Limboto.

Dari Bandara Jalaludin Gorontalo, Danau Limboto dapat ditempuh selama 45 menit dengan menggunakan kenderaan bermotor. Akses lainnya dapat dilalui dari Pusat Kota Gorontalo melalui jalan Trans Batudaa-

Bongomeme. Berjarak kurang lebih 2 km, paling asyik menggunakan Bentor, yang merupakan salah satu moda transportasi yang banyak tersedia di Kota Gorontalo.

Menurut catatan Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo (2000), Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter. Malah pada tahun 1932, luas perairannya mencapai 7.000 ha. Kedalaman air Danau Limboto pada masa itu dimanfaatkan sebagai tempat mendaratnya pesawat bertipe amphibi. Tercatat Presiden RI pertama, Soekarno dalam kunjungannya ke Gorontalo, memanfaatkan Danau Limboto sebagai lokasi pendaratan. Peristiwa itu diabadikan dengan membangun sebuah Monumen Peringatan di tepi Danau, yang terpelihara sampai saat sekarang.

Menurut tuturan cerita, Danau Limboto dahulunya merupakan hamparan laut yang luas. Ditengahnya terdapat dua buah gunung, yaitu Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila.  Sampai saat sekarang, danau ini menjadi salah satu daya tarik wisata di Gorontalo. Danau ini juga merupakan bagian dari sejarah Gorontalo. Dimana di danau ini sejarah awal terciptanya perdamaian pada masyarakat Gorontalo, ketika abad XVII, saat Raja Limboto Popa dan Raja Gorontalo Eyato mengakhiri perang dengan melepas cincin di danau tersebut.

Didekat danau ini, terdapat pula Benteng bersejarah. Benteng Otonaha. Terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe I, Kota Barat, benteng yang dibangun pada tahun 1522 pada masa bangsa Portugal mejelajahi Nusantara. Keindahan Danau Limboto sangat jelas, jika kita melihatnya dari atas Benteng Otanaha.

Kondisi Memprihatinkan

Kondisi diatas sangat berbeda sekali saat sekarang. Saat ini daerah paling dalam  Danau Limboto hanya mencapai 1,9 meter. Luas perairannya pun hanya tersisa 1.980 ha. Aktivitas masyarakat

Page 7: Kopiah Keranjang

disekitar danau telah membuat proses sendimentasi semakin parah.  Pengundulan hutan disekitarnya juga menambah beban danau yang indah ini.

Enceng Gondok, yang merupakan masalah utama di hampir semua danau di Indonesia, turut menyumbang  parahnya pedangkalan danau yang juga menjadi sumber mata air utama. Ironisnya, tumbuhan menjalar yang proses perkembangbiakkannya yang sangat cepat ini, dulunya tidak pernah ada di Danau Limboto.

Dambuhi, 40 tahun, seorang nelayan yang sejak kecil menjadikan danau ini sebagai sumber penghasilan keluarganya menuturkan, “menurut cerita orang tua, eceng gondok ini berasal dari ikan yang dibawah dari pulau

Jawa, Ikan-ikan itu telah menelan bibit eceng gondok, dan pada akhirnya bibit itu keluar dari perut ikan dan tumbuh memenuhi hampir seluruh danau.” Kini sejauh mata memandang, sejauh itu pula hamparan eceng gondok terlihat.

Letak Danau Limboto berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone Bolango, berada di ketinggian 4,5 meter dpl, menjadi muara bagi 23 anak sungai yang ada di sekitarnya, menjadikan Danau Limboto menanggung beban yang sangat berat. Terlebih lagi dengan aktivitas kehidupan masyarakat disekitarnya yang seakan tidak peduli dengan hilangnya bagian danau yang justru merupakan sumber penghidupan bagi ekosistem di sekitar danau.

Pada kunjungan saya di akhir bulan Agustus lalu, saya sempat mengabadikan sebuah ironi, dimana seorang anak sedang menimpa air dari sumur pompa yang dibuat, ditempat yang dulunya merupakan bagian dari air danau dengan kedalaman 7 meter.

Kini kondisi Danau Limboto semakin memprihatinkan. Jika tidak ada penanganan yang serius terhadap pedangkalannya, tidak mustahil danau yang indah ini akan lenyap dalam beberapa tahun kedepan.

Danau Limboto sedang mengalami proses eutrofikasi. Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar.  Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa.

Page 8: Kopiah Keranjang

Tetapi aktivitas manusia disekitarnya yang tak terkendali secara tidak sadar mempercepat proses penuaan ini dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom.

Salah satu yang memberikan kontribusi terhadap semakin hilangnya area Danau Limboto adalah aktivitas nelayan dengan jaring apung yang menyebar di hampir semua bagian danau. Sekali lagi menurut Dumbuhi (40) salah seorang pemilik jaring apung, “hampir setiap tahun kami mengganti bambu yang menjadi tiang penyangga jaring, tetapi setiap kali itu pula, bambu-bambu itu hanya di tenggelamkan di dasar danau, tidak diangkut ke daratan sebagai sampah.” Terdapat ratusan nelayan yang mengantungkan mata pencahariannya dengan menebar jaring apung.

Kesadaran pemerintah bersama masyarakat untuk segera menyelematkan danau yang indah ini dari kepunahan sangat diperlukan. Agar bagian dari sejarah daerah Gorontalo di danau ini, tidak hanya menjadi kenangan pada sebuah daratan tanpa air.

Page 9: Kopiah Keranjang

Pemerintah Tak Serius Tangani Danau Limboto 

Sumber:  http://regional.kompas.com/  3 Januari 2012 

GORONTALO, KOMPAS.com — Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, menilai pemerintah daerah tidak serius menangani persoalan di Danau Limboto.

Kualitas danau yang semakin menurun dari tahun ke tahun, seperti sedimentasi dan pencemaran danau, tidak pernah dicegah. Padahal, Danau Limboto berperan sebagai kawasan tangkapan air yang dapat mencegah banjir.

”Pemerintah memang tidak serius menangani semua persoalan dan permasalahan di Danau Limboto. Danau Limboto termasuk danau yang kritis dan perlu penanganan serius sejak di wilayah hulu,” ujat Verrianto, Selasa (3/1/2012), di Gorontalo.

Verrianto menambahkan, Danau Limboto mempunyai peran penting bagi pencegahan banjir di wilayah Gorontalo. Jika sedimentasi di dasar danau dikeruk untuk memulihkan kedalaman danau, daya tampung air di danau itu akan meningkat. Meskipun hujan deras, danau dapat menampungnya sehingga mampu mencegah banjir di Gorontalo.

”Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi danau akan semakin buruk. Sedimentasi terus meningkat bahkan lama-kelamaan danau akan rata dengan daratan alias musnah,” ucap Verrianto.

Dari catatan Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, luasan permukaan Danau Limboto yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen di antaranya atau sekitar 2.100 hektar tertutup eceng gondok. Sedimentasi di dasar danau menyebabkan kedalaman air danau menurun drastis dari 30 meter pada 1932 menjadi 2,5-3 meter sejak 1990-an.

”Pemerintah Provinsi Gorontalo sudah menganggarkan dana Rp 93 miliar untuk revitalisasi Danau Limboto tahun ini,” kata Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki.

Page 10: Kopiah Keranjang

Danau Limboto Menjanjikan

Sumber:  http://gorontalo.tribunnews.com/ 3 Januari 2012 

GORONTALO, TRIBUNGORONTALO.COM – Tanaman eceng gondok dan endapan lumpur yang berada di dasar Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, menyimpan potensi ekonomi besar. Eceng gondok di permukaan danau seluas 2.100 hektar jika diolah menjadi pupuk organik bernilai Rp 200 miliar.

Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo bahkan memperkirakan potensi ekonomi di Danau Limboto tidak hanya dari eceng gondok, tetapi juga dari endapan lumpur di dasar danau yang bernilai ekonomi jika dibuat batu bata. Namun, hingga kini potensi tersebut belum diberdayakan.

Kepala Bidang Lingkungan Hidup Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki, Selasa (27/12), mengungkapkan, pihaknya sudah menghitung ada potensi ekonomi bernilai tinggi dari Danau Limboto.

Saat ini luasan eceng gondok mencapai 70 persen atau 2.100 hektar dari 3.000 hektar luas permukaan Danau Limboto. Jika seluruh eceng gondok itu dibuat pupuk organik, misalnya, akan ada potensi senilai Rp 200 miliar.

“Perhitungan kami, jika eceng gondok dibuat pupuk organik akan menghasilkan volume pupuk sekitar 1 juta meter kubik. Jika harga pupuk organik per meter kubiknya adalah Rp 200.000, maka akan ada potensi ekonomi senilai Rp 200 miliar,” ujarnya.

Selain eceng gondok, endapan dari dasar Danau Limboto juga berpotensi ekonomi yang bernilai tinggi. Selain bisa dibuat batu bata, endapan dasar danau juga bisa dibuat barang kerajinan, seperti tas, tikar, kursi, dan perlengkapan rumah tangga lainnya.

“Sayangnya, sampai sekarang potensi itu belum dimanfaatkan sama sekali,” kata Rugaya yang belum menghitung berapa nilai ekonomi dari potensi endapan lumpur tersebut.

Dangkal

Kendati menyimpan potensi ekonomi yang tinggi, pemulihan kondisi Danau Limboto mendesak dilakukan menyusul makin dangkalnya danau tersebut.

Pada tahun 1932 kedalamannya mencapai 14 meter, tetapi saat ini kedalaman danau tersebut hanya 2,5-3 meter. Luas permukaan danau juga menyusut dari 7.000 hektar di tahun 1932 menjadi kurang dari 3.000 hektar saat ini.

Dalam upaya memulihkan Danau Limboto, tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo menganggarkan dana sekitar Rp 93 miliar untuk program pengerukan endapan lumpur dan pembersihan eceng gondok.

Page 11: Kopiah Keranjang

Perlu penghijauan

Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, mengatakan, yang perlu dilakukan dalam pemulihan Danau Limboto adalah program penghijauan di daerah hulu danau. Sebab, endapan lumpur di dasar danau terjadi akibat penggundulan hutan di wilayah hulu. Air yang mengalir menuju danau membawa tanah yang tererosi.

Untuk memaksimalkan potensi ekonomi di Danau Limboto, gerakan bersama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sekitar danau harus ada.

“Penanaman pohon bisa mencegah erosi tanah yang terbawa ke area danau yang menimbulkan endapan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan masyarakat atau organisasi lingkungan yang ada di Gorontalo untuk pemulihan fungsi Danau Limboto,” kata Verrianto. (*/tribungorontalo.com)

Nelayan Gorontalo Mengeluh Sulit Dapat Ikan 

Sumber: http://regional.kompas.com/   3 Januari 2012 

Enceng gondok terlihat menutupi sebagian permukaan Danau Limboto, di Gorontalo, Senin (2/1.2012). Dari luas permukaan danau yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen atau 2.100 hektar tertutup enceng gondok. Hal itu berdampak bagi nelayan karena pergerakan perahu mereka terbatas sehingga sulit mendapat ikan.

GORONTALO, KOMPAS.com – Nelayan di Danau Limboto, Gorontalo, mengeluh karena semakin sulit mendapat ikan di danau. Pasalnya, serangan enceng gondok yang meraja-lela dan hampir menutupi seluruh permukaan danau, membuat pergerakan perahu nelayan terbatas. Apalagi, ikan banyak bersembunyi di bali rerimbunan enceng gondok.

Ridwan Akuba (30), salah satu nelayan di Danau Limboto, Selasa (3/1/2012), mengatakan, sebelum enceng gondok mendominasi permukaan danau, dalam sehari dirinya bisa menangkap ikan hingga 7-8 kilogram. Sekarang, tangkapan ikan berkurang hingga separuhnya atau 3-4 kilogram sehari. Jenis ikan yang banyak ditangkap di Danau Limboto adalah ikan mujair, tawes, nila, dan sepat.

Page 12: Kopiah Keranjang

“Pergerakan perahu nelayan menjadi terbatas karena terhalang enceng gondok. Hasil tangkapan ikan nelayan di danau menjadi berkurang. Semoga pemerintah mau memperhatikan kondisi Danau Limboto dengan mengadakan pemberantasan enceng gondok,” kata Ridwan.

Dari catatan Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, luasan permukaan Danau Limboto yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen di antararanya atau sekitar 2.100 hektar tertutupi eceng gondok. Sedimentasi di dasar danau menyebabkan kedalaman air danau menurun drastis dari 30 meter pada 1932 menjadi 2,5-3 meter saja sejak 1990-an.

“Pemerintah Provinsi Gorontalo sudah menganggarkan dana Rp 93 miliar untuk revitalisasi Danau Limboto tahun ini,” kata Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Balihristi Provinsi Gorontalo, Rugaya Biki.

Jejak Soekarno di Danau Limboto

Sumber:  http://regional.kompas.com/9 Januari 2012 

GORONTALO, KOMPAS.com — Di tepian Danau Limboto, tepatnya di Desa Iluta, Kecamatan Batuda’a, Kabupaten Gorontalo, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, pernah menjejakkan kakinya di sana. Soekarno untuk pertama kalinya berkunjung ke Gorontalo pada 1950 dan kembali lagi pada 1956. Kini, jejak Soekarno di tempat itu dibuat sebagai museum.

Bangunan Museum Pendaratan Pesawat Ampibi di tepian Danau Limboto, Desa Iluta, Kecamatan Batuda’a, Kabupaten Gorontalo. Museum ini didirikan untuk mengenang kedatangan Presiden pertama RI, Soekarno, ke Gorontalo pada 1950 dan 1956 menggunakan pesawat amfibi

dan mendarat di danau.

Museum itu bernama Museum Pendaratan Pesawat Ampibi. Pasalnya, saat Soekarno berkunjung ke Gorontalo, dua kali menggunakan pesawat amfibi dan mendarat di Danau Limboto. Kala itu, kedalaman Danau Limboto diperkirakan lebih dari 20 meter. Adapun museum tersebut berada sekitar 15 meter dari bibir danau.

Page 13: Kopiah Keranjang

Sejatinya, bangunan yang kini menjadi museum tersebut adalah rumah peninggalan Belanda yang dibangun pada 1936. Selanjutnya, pada 29 Juni 2002 rumah itu direnovasi dan diresmikan oleh Presiden RI yang kelima, Megawati Soekarnoputri, sebagai museum.

Museum itu didirikan untuk mengenang semangat juang Soekarno mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam papan nama museum.

Museum yang berupa rumah dengan arsitektur Belanda itu berukuran 5 meter x 15 meter. Ruangan di dalam museum terbagi menjadi dua sekat. Satu ruang yang paling kecil sebelumnya berfungsi untuk toilet. Sisanya dipakai untuk memajang benda-benda kuno, seperti foto-foto Soekarno dan uang kertas di era awal kemerdekaan RI. Foto dan uang kertas terpajang rapi pada semua bagian dinding museum.

Di ruang beranda atau ruang tamu, ada kotak kaca berukuran 1 meter x 1 meter. Kotak itu berisi tujuh buku dan satu radio transistor model kuno. Buku-buku yang dipajang mengisahkan tentang sosok Soekarno dan salah satunya adalah buku karya Soekarno yang terkenal, Di Bawah Bendera Revolusi, jilid pertama cetakan kedua.

Saat Kompas berkunjung ke museum itu akhir pekan lalu, kebersihan dan kerapian di dalam museum amat terjaga. Lantai keramik warna putih tampak mengilap pertanda senantiasa disapu atau dipel. Langit-langit rumah cukup tinggi, yakni sekitar 5 meter, membuat udara di dalam ruangan menjadi lega atau tidak pengap.

”Saya menjaga dan membersihkan ruangan ini setiap hari. Tapi, tidak terlalu banyak tamu yang berkunjung ke sini,” ujar Mamin Adam (31), penjaga museum tersebut.

Dari buku catatan tamu, hanya sekitar 600 orang saja yang berkunjung ke museum sepanjang 2010. Lalu, jumlah itu meningkat menjadi sekitar 1.000 orang pada 2011. Menurut Mamin, meningkatnya jumlah tamu karena pada Oktober 2011 ada hajatan peringatan Hari Pangan Sedunia yang diperingati di Indonesia dan dihadiri perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia.

”Banyak perwakilan dari berbagai provinsi yang turut memperingati Hari Pangan Sedunia di Gorontalo saat itu singgah ke museum ini. Kalau dari warga Gorontalo sendiri, justru jarang yang berkunjung,” tutur Mamin.

Dana 90 M tidak Cukup Selamatkan Danau Limboto

Sumber: http://gorontalo.tribunnews.com/ 30 Januari 2012 

Laporan : Fransiska NoelGORONTALO,TRIBUNGORONTALO.COM- Anggaran sebesar kurang lebih 90 Milyar rupiah yang dikucurkan pemerintah pusat untuk menyelamatkan danau Limboto dari pendangkalan dinilai LSM Payulimo Fundation Gorontalo tidak cukup.

Kepada Tribun belum lama ini, presdisen LSM PFG Helmin Hipi, menegaskan seharusnya jika pemerintah benar-benar serius ingin danau Limboto terbebas dari pendangkalan sekaligus

Page 14: Kopiah Keranjang

memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar danau maka seharusnya dana bisa diperjuangkan sampai angka 1 hingga 2 triliun rupiah.

“Yang terjadi selama ini dana yang diberikan mubazir saja dan tidak jelas kemana peruntukannnya dan tidak terlihat hasilnya,” ujar Helmin.

Menurut Helmin tidak cukup jika dana yang diterima oleh balai wilayah sungai Sulawesi II Gorontalo sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pelestarian dana Limboto hanya digunakan untuk pengadaan armada kapal pengeruk lumpur saja.

“Yang terjadi selama ini pemerintah hanya bekerja mengatasi pendangkalan danau dengan melakukan pengerukan lumpur. Usai dikeruk, lumpur menumpuk lagi, dan begitu seterusnya,” jelas Helmin.

Dengan fakta bahwa terdapat sekitar 20 sungai yang bermuara di dana Limboto dinilai Helmin menjadi salah satu penyebab utama makin cepat terjadinya pendangkalan danau.

“Seharusnya yang dilakukan pemerintah adalah mengatasi sedimentasi lumpur dari hulu dan hilir sungai yang bermuara di danau. Itu butuh dana yang besar tetapi efektif untuk selamatkan danau,” terang Helmin.

Menurut Helmin dibutuhkan perencanaan bertahap dan profesional jika pemeriantah termasuk masyarakat sekitar dana serius ingin melakukan revitalisasi dana Limboto.

“Butuh kerjasama yang baik semua pihak, untuk atasi penyebaran eceng gondok, sedimentasi, termasuk masalah penggundulan hutan di hulu sungai yang ikut berperan mendangkalkan dana,” ujar Helmin.

Jika tidak segera diatasi dengan bertahap dan profesional, Helmin khawatir dalam waktu tidak terlalu lama warga Gorontalo akan kehilangan danau yang menjadi maskot dan kebanggaan daerah. “Karena dari waktu ke waktu kedalaman dana makin berkaurang dan luas danau makin mengecil. Saya berharap pemeriantah dan masayarakat peduli dengan kondisi ini,” ujar Helmin. (*/tribungorontalo.com)

Penulis : taufiq; Editor : taufiq

Februari 2012

Pemprov Akan Bersihkan Danau Limboto

Sumber:  http://www.antaragorontalo.com/ 06 February 2012 

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Pemerinta Provinsi Gorontalo akan membersihkan enceng gondok yang ada di Danau Limboto, sebagai salah satu agenda merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) daerah tersebut.

Page 15: Kopiah Keranjang

Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim mengatakan kegiatan tersebut dilakukan untuk menyelamatkan danau yang kini dalam keadaan kritis itu.

“Danau Limboto menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini, karena seharusnya danau ini memiliki fungsi yang lebih besar namun sekarang sudah kritis,” ujarnya, Minggu.

Penyusutan luas dan pendangkalan danau terjadi karena serangan enceng gondok serta penggunaan kawasan danau untuk pemukiman.

Kegiatan pembersihan enceng gondok tersebut, kata Idris, akan melibatkan sejumlah elemen terkait serta masyarakat di sekitar Danau Limboto.

Meski hanya bersifat sementara, pembersihan gulma air itu diharapkan bisa memulihkan kondisi danau yang menjadi mata pencaharian warga selama ini. “Kami akan menempuh langkah selanjutnya yang lebih tepat untuk menyelamatkan danau ini,” jelasnya.

Sebelumnya, wagub mengatakan bahwa perayaan HUT Provinsi Gorontalo ke-11 pada 16 Februari 2012 mendatang, tidak perlu menghamburkan uang.

Kegiatan yang akan dilakukan adalah yang tepat sasaran dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat, diantaranya yakni membersihkan danau.(Debby Mano)

ANTARA NewsCOPYRIGHT © 2011

Tangkapan Ikan Danau Limboto Berkurang

Sumber: http://www.antaragorontalo.com/ 14 February 2012 

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Hasil tangkapan ikan nelayan di Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, terus berkurang menyusul mulai keruhnya air danau tersebut pada musim penghujan.

Salah satu nelayan dari Desa Tabumela, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, Muhammad (49), mengatakan, minimnya hasil tangkapan ikan itu, mulai dirasakan sejak beberapa bulan terakhir.

“Sejak musim hujan melanda daerah itu, air danau mulai keruh dan dipenuhi eceng gondok, banyak ikan seperti nila dan mujair yang mati karena kondisi tersebut,” kata dia.

Sementara Rikman Wantu (36), salah seorang nelayan di desa Bulila, Hutada’a, Kabupaten Gorontalo, mengakui minimnya produksi tangkapan ikan itu.

“Hasil tangkapan menurun drastis, tak jarang yang kami peroleh kurang dari satu kilogram,” kata dia.

Page 16: Kopiah Keranjang

Sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, menyatakan tingkat sedimentasi danau Limboto kian tinggi.

“Salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan eceng gondok, yang telah menutupi 30 persen permukaan danau,” kata Rugaiya Biki, Kepala bidang Lingkungan Balihristi setempat.

Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp93 miliar untuk rehabilitasi Danau Limboto pada tahun 2012.

Syamsul HudaCOPYRIGHT © 2011

Gerakan Bersih Pesisir Danau Limboto Dicanangkan

Sumber: http://infopublik.org/mc/gorontalo/ 16 Februari 2012 

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Gorontalo Dr.Drs.Idris Rahim, MM saat mencanangkan gerakan bersih pesisir danau limboto sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam peringatan HUT Provinsi Gorontalo ke – 11 di Kel. Dembe I Kota Gorontalo, Rabu (15/1).

Wagub Idris Rahim dalam sambutannya menyampaikan, salah satu penyebab dari pendangkalan danau limboto adalah pertumbuhan tanaman eceng gondok yang tidak terkendali. Sehingga kemungkinan keberadaan danau limboto akan lenyap 15 tahun lagi karena pendangkalan yang terjadi terus-menerus setiap tahun. “Kini, kedalaman danau hanya 3 meter saja atau menurun dari 14 meter pada tahun 1932. Luas danau juga berkurang drastis dari 7.000 hektare pada tahun 1932 menjadi 3.000 hektare saja pada tahun ini,” ungkap Wagub Idris Rahim.

Untuk itu Wagub Idris Rahim menekankan, diperlukan upaya yang serius untuk mengatasi hal tersebut, karena danau limboto bukan hanya sebagai salah satu keajaiban alam tetapi terdapat makna historis bagi masyarakat gorontalo. “Yaitu perjanjian damai dan diakhirinya perang antara kerajaan gorontalo dan kerajaan limboto di tengah danau limboto,” tutur Wagub Idris Rahim.

Tanaman enceng gondok yang merupakan masalah utama di hampir semua danau di Indonesia, juga turut menyumbang parahnya pedangkalan danau yang menjadi sumber mata air utama. Sebagai salah satu upaya alami untuk menanggulangi penyebaran eceng gondok di Danau Limboto, Pemprov Gorontalo Gorontalo bersama dengan masyarakat pesisir danau telah menebarkan bibit ikan koan sebagai salah satu predator alami dari tanaman eceng gondok tersebut. Bibit ikan koan tersebut oleh Gubernur Gorontalo Drs. H. Rusli Habibie, M.Ap pada kesempatan tersebut diserahkan secara langsung kepada masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar danau limboto.

Budidaya Ikan Koan Berantas Enceng Gondok

Sumber: http://www.antaragorontalo.com/ 16 February 2012 

Page 17: Kopiah Keranjang

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Sejumlah nelayan di pesisir Danau Limboto mulai membudidayakan ikan koan, untuk memberantas enceng gondok di danau tersebut.

Ikan koan yang disalurkan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo itu akan ditebar dalam keramba ikan milik nelayan, serta diberi makan enceng gondok.

“Dengan cara ini kami optimis enceng gondok di Danau Limboto akan berkurang, karena beberapa tahun belakangan tangkapan ikan menurun drastis,” kata Yasin Yusuf, salah seorang nelayan.

sebelumnya, pemprov telah menebar ribuan ekor ikan pemakan enceng gondok tersebut di Danau Limboto, dengan tujuan untuk mengurangi serangan gulma.

Namun, cara itu dinilai kurang berhasil karena ikan koan justru sering tertangkap jaring milik nelayan, sehingga populasinya berkurang.

“Jika ikan koan dipelihara nelayan, akan terukur berapa banyak enceng gondok yang berkurang di danau,” kata Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim saat kegiatan bersih Danau Limboto, Rabu.

Untuk itu, kata dia, pemprov memberi bantuan berupa bibit ikan koan kepada seluruh kelompok nelayan untuk dibudidayakan.

Ia menjelaskan, pada tahun 1932 luas Danau Limboto masih mencapai 7.500 hektare dengan kedalaman 30 meter. Namun, saat ini luasnya hanya sekitar dua ribu hektare dan kedalaman tinggal satu hingga dua meter saja.

Penyebabnya yakni serangan enceng gondok, sedimentasi serta penggunaan kawasan danau untuk pemukiman. (Debby Mano)

ANTARA NewsCOPYRIGHT © 2011

KOMISI VII DPR DUKUNG PENYELAMATAN KEBERADAAN DANAU

Sumber: http://www.pu.go.id/  22 Februari 2012  

Komisi VII DPR RI mengundang beberapa Direktur Jenderal dari berbagai instasi yang terkait dengan penanganan masalah danau-danau. Wakil rakyat ini juga sangat memprihatinkan banyaknya danau-danau di tanah air yang kini fungsi dan manfaatnya sangat kurang optimal akibat adanya sedimentasi yang parah. Menyikapi masalah ini wakil rakyat itu meminta kepada instansi yang terkait agar keberadaan danau-danau khusus 15 danau prioritas dapat direhabilitasi guna memaksimalkan fungsi dari infrastruktur ini.

Page 18: Kopiah Keranjang

“Terus terang kami tidak ada urusan dengan proyek yang ada di dalamnya. Kami juga tidak mempersalahkan adanya instansi yang enggan mengucurkan anggarannya untuk perbaikan keberadaan danau yang semakin lama minim perhatian pemerintah,” tegas Ismayatun (F-PDIP) anggota Komisi VII kemarin (21/2) disela-sela rapat dengar pendapat di Jakarta.

Menyikapi pertemuan Konferensi PBB di Bali mengenai perubahan iklim tahun 2009 lalu, pemerintah berupaya kembali menggalakkan reboisasi. Harus dipahami, diluar tuntutan permintaan Negara maju yang menginginkan kelestarian hutan dipertahankan, disisi lain Indonesia juga sangat berkepentingan dalam permasalahan ini. Hilangnya atau kerusakan lebih dari ratusan ribu hektar hutan, mengancam bencana seperti longsor dan kekeringan yang semakin parah.

Kerusakan lingkungan kenyataannya bukan hanya dikarenakan oleh rusaknya hutan melainkan juga hilangnya lahan-lahan resepan air seperti danau, situ-situ, waduk yang kini telah berubah menjadi permukiman.Bahkan ada catment area yang berubah menjadi lahan kelapa sawit. Karuan Komisi VII DPR RI merasa prihatin dan mengingatkan pemerintah untuk segera mengatasi masalah yang dinilai semakin kronis.

Menurut Sekretaris Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Sugiyanto kegiatan pemulihan daerah sempadan di 15 danau prioritas telah dilakukan sesuai dengan tingkat kerusakan yang ada. Masalahnya hasilnya memang tidak terlihat dalam waktu singkat. Pasalnya, dalam menata ulang daerah sempadan danau banyak jenis pekerjaan yang juga diperhatikan misalnya perkuatan tebing batas tepi danau berikut prasarana drainase di dalamnya.

Khusus upaya pengendallian sedimentasi yang kini hampir melanda seluruh (15 danau prioritas) Sugiyanto menyatakan penanganannya dapat melalui metode konservasi non structural dan metode konservasi structural. Dalam pelaksanaan keterlibatan rencana Tata Ruang jelas terlibat. Rencana Tata ruang khusus kawasan danau akan diatur melalui PP.

“Saat ini sedang disusun Rencana PP mengenai Kawasan Strategis Nasional yang mengatur tentang Rencana Tata Ruang masing-masing kawasan danau oleh Ditjen Penataan Ruang,” tegasnya.

Danau Limboto misalnya dulu memiliki kedalaman 15 meter. Tapi saat ini ke dalamannya tinggal 2 meter saja. Sebagian besar permukaan danau tertutup oleh tumbuhan eceng gondok. Lebih memprihatinkan lagi, yakni sebagian pinggir Danau yang yang dimanfaatkan menjadi cocok tanam sayuran oleh penggarap, tambahnya. Adapun ke -15 Danau yang mendapatkan prioritas yaitu Kerinci, Sentarum, Tondano, Limboto, Poso, Tempe. Selain itu Danau Rawa pening, Toba, Maninjau, SingkarakKerinci, Rawa Danau, Batur, Tempe dan Danau Matano. (Sony/ind)

Pusat Komunikasi Publik220212

LikeBe the first to like this.

Page 19: Kopiah Keranjang

Danau Limboto MenjanjikanSelasa, 3 Januari 2012 16:47 WITAMore Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on myspace Share on google Share on twitter Berita TerkaitGORONTALO, TRIBUNGORONTALO.COM - Tanaman eceng gondok dan endapan lumpur yang berada di dasar Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, menyimpan potensi ekonomi besar. Eceng gondok di permukaan danau seluas 2.100 hektar jika diolah menjadi pupuk organik bernilai Rp 200 miliar.

Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo bahkan memperkirakan potensi ekonomi di Danau Limboto tidak hanya dari eceng gondok, tetapi juga dari endapan lumpur di dasar danau yang bernilai ekonomi jika dibuat batu bata. Namun, hingga kini potensi tersebut belum diberdayakan.

Kepala Bidang Lingkungan Hidup Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki, Selasa (27/12), mengungkapkan, pihaknya sudah menghitung ada potensi ekonomi bernilai tinggi dari Danau Limboto.

Saat ini luasan eceng gondok mencapai 70 persen atau 2.100 hektar dari 3.000 hektar luas permukaan Danau Limboto. Jika seluruh eceng gondok itu dibuat pupuk organik, misalnya, akan ada potensi senilai Rp 200 miliar.

"Perhitungan kami, jika eceng gondok dibuat pupuk organik akan menghasilkan volume pupuk sekitar 1 juta meter kubik. Jika harga pupuk organik per meter kubiknya adalah Rp 200.000, maka akan ada potensi ekonomi senilai Rp 200 miliar," ujarnya.

Selain eceng gondok, endapan dari dasar Danau Limboto juga berpotensi ekonomi yang bernilai tinggi. Selain bisa dibuat batu bata, endapan dasar danau juga bisa dibuat barang kerajinan, seperti tas, tikar, kursi, dan perlengkapan rumah tangga lainnya.

"Sayangnya, sampai sekarang potensi itu belum dimanfaatkan sama sekali," kata Rugaya yang belum menghitung berapa nilai ekonomi dari potensi endapan lumpur tersebut.

Dangkal

Kendati menyimpan potensi ekonomi yang tinggi, pemulihan kondisi Danau Limboto mendesak dilakukan menyusul makin dangkalnya danau tersebut.

Pada tahun 1932 kedalamannya mencapai 14 meter, tetapi saat ini kedalaman danau tersebut hanya 2,5-3 meter. Luas permukaan danau juga menyusut dari 7.000 hektar di tahun 1932 menjadi kurang dari 3.000 hektar saat ini.

Dalam upaya memulihkan Danau Limboto, tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo menganggarkan dana sekitar Rp 93 miliar untuk program pengerukan endapan lumpur dan pembersihan eceng gondok.

Page 20: Kopiah Keranjang

Perlu penghijauan

Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, mengatakan, yang perlu dilakukan dalam pemulihan Danau Limboto adalah program penghijauan di daerah hulu danau. Sebab, endapan lumpur di dasar danau terjadi akibat penggundulan hutan di wilayah hulu. Air yang mengalir menuju danau membawa tanah yang tererosi.

Untuk memaksimalkan potensi ekonomi di Danau Limboto, gerakan bersama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sekitar danau harus ada.

"Penanaman pohon bisa mencegah erosi tanah yang terbawa ke area danau yang menimbulkan endapan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan masyarakat atau organisasi lingkungan yang ada di Gorontalo untuk pemulihan fungsi Danau Limboto," kata Verrianto. (*/tribungorontalo.com)

Penulis : taufiqEditor : taufiqSumber : Kompas.com

Page 21: Kopiah Keranjang

Tahun 2025 Danau Limboto Hanya Tinggal Nama?Selasa, 15 Mei 2012, 19:21 WIB

Komentar : 0

panoramio.com

Danau Limboto

A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID,GORONTALO--Danau Limboto di Provinsi Gorontalo diprediksi mengalami kepunahan pada 2025.

Demikian disampaikan Kepala Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Pelaksana Jaringan Sumber Air Sulawesi II Kegiatan Prasarana Konservasi SDA Ruhban Ruzziyatno, Selasa.

Dia menjelaskan, upaya revitalisasi danau akan segera dimulai pada Tahun Anggaran 2012 meliputi pembangunan penahan sedimen (checkdam), pelindung tebing (revetment), groundsill, pemasangan patok sebagai sistem peringatan banjir dan pengerukan danau.

Seluruh jadwal pelaksanaannya akan dimulai pada awal Mei hingga Desember 2012. Pemerintah menilai kelestarian danau merupakan faktor utama yang memiliki nilai sejarah, ekonomi dan sosial serta kebanggaan bagi masyarakat Gorontalo.Dia menggambarkan kondisi aktual Danau Limboto pada pertemuan bersama Pemerintah

Page 22: Kopiah Keranjang

Kabupate Gorontalo.

Pada 1932, rata-rata kedalamannya mencapai 30 meter dengan luas 8.000 hektare, tahun 1955 menurun menjadi 16 meter, kemudian tahun 1970 berkurang menjadi 15 meter dan luasannya menyusut menjadi 4.500 hektare.

Sementara itu, pada 1993 sampai 2012 kedalaman Danau limboto rata-rata 2,5 meter dan luasnya tinggal 2.537 hektare.

"Sehingga, bisa disimpulkan bahwa sepanjang kurun waktu 52 tahun, luas Danau Limboto berkurang sekitar 4.304 hektare atau sekitar 62,60 persen dari total luas danau," katanya.

Kondisi tersebut diperparah akibat permukaan danau yang tertutup eceng gondok dan tanaman air lainnya yang mencapai sekitar 70 persen dari luas danau.

Di sisi lain produksi tangkapan di danau itu terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Produksi tangkapan tahun 1977-1997 mengalami penurunan sampai 2.344 ton atau 79,19 persen.

Bahkan kepunahan ikan danau seperti mangaheto, botua, bulaloa, boidelo terjadi dan kini tersisa hanya ikan mujair, nila dan ikan gabus.

"Jika rata-rata luas danau berkurang sekitar sekitar 65,89 hektare per tahun, maka diprediksi pada tahun 2025 nanti akan berubah menjadi daratan," ungkap dia.Ruhban mengatakan, upaya pelestarian melalui revitalisasi danau harus segera dilakukan dan menjadi prioritas utama.

Program tersebut akan menelan anggaran APBN sebesar Rp93 miliar sehingga diharapkan pemanfaatan anggaran dilakukan tepat sasaran, untuk menanggulangi dampak kekritisan danau dan meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Redaktur : Taufik Rachman

Sumber : antara