kontusio serebral dan laserasi

14
KONTUSIO SEREBRAL DAN LASERASI Kontusio serebral merupakan cedera intraaksial yang paling banyak terjadi. Laserasi otak murni jarang dan khas terjadi hanya pada cedera kepala berat (sering fatal). I. Terminologi Pada dasarnya kontusio serebral adalah memar otak. Keadaan ini berkembang waktu demi waktu dan sering terlihat jelas pada scan yang tertunda daripada gambaran awal. Kontusio serebral juga disebut gryal “crest” injuries (2- 57). Istilah “gliding” pada kontusio kadang – kadang digunakan untuk menggambarkan kontusio parasagital. 1

Upload: vithaatetaa

Post on 17-Jan-2016

129 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Kontusio Serebral Dan Laserasi

KONTUSIO SEREBRAL DAN LASERASI

Kontusio serebral merupakan cedera intraaksial yang paling banyak terjadi. Laserasi

otak murni jarang dan khas terjadi hanya pada cedera kepala berat (sering fatal).

I. Terminologi

Pada dasarnya kontusio serebral adalah memar otak. Keadaan ini berkembang

waktu demi waktu dan sering terlihat jelas pada scan yang tertunda daripada

gambaran awal. Kontusio serebral juga disebut gryal “crest” injuries (2-57). Istilah

“gliding” pada kontusio kadang – kadang digunakan untuk menggambarkan kontusio

parasagital.

1

2-57. Kontusio kortikal berlokasi di puncak gyrus ( ), sekitar fisura sylvian SAH paling banyak berdekatan dengan sulkus

Page 2: Kontusio Serebral Dan Laserasi

II. Etiologi

Kebanyakan kontusio serebtal merupakan hasil dari cedera tumpul pada

kepala atau cedera non-missile. Cedera kepala tertutup menyebabkan perubahan tiba-

tiba pada deselerasi dan momentum angular. Otak secara tiba-tiba dan bertabrakan

melawan tepi tulang atau bagian yang keras, bagian yang tajam dari falx serebri dan

tentorium serebeli. Umumnya, tekanan pada fraktur cranium secara langsung merusak

bagian dasar otak.

III. Patologi

a. Lokasi

Kontusio merupakan cedera pada permukaan otak yang melibatkan substansia

grisea dan berbatasan dengan substansia alba subkortikal (2-57), (2-58), (2-59).

2

2-58. Otopsi menunjukkan petekie (→) dan kontusio kortikal luas ( ), SAH berdekatan dengan sulkus ( ), (Courtesy R. Howlett, MD)

2-59. Otopsi menunjukkan kontusio luas pada frontal ( ) dengan perluasan SAH fokal berdekatan sulkus akibat trauma (→).(Courtesy R. Howlett, MD)

Page 3: Kontusio Serebral Dan Laserasi

Bahan-bahan ini sangat berkarakteristik, memiliki prediksi lokasi yang tertinggi.

Setengahnya hampil melibatkan lobus temporalis. Ujung temporal, baik lateral

maupun inferior dan gyrus perisylvian kebanyakan saling mempengaruhi (2-60).

Lobus frontalis inferior (orbital) juga seringkali dipengaruhi (2-61).

Gyrus yang cembung, corpus callosum dorsal, dorsolateral dari otak tengah dan

serebelum tempat yang kurang terjadi kontusio serebral. Lobus occipital juga

jarang terlibat bahkan relatif dengan cedera kepala berat tertutup.

b. Ukuran dan Besar

Kontusio serebral bervariasi dalam ukuran dari lesi sangat kecil hingga hematoma

besar (2-59). Ukuran ini hampir selalu multiple dan sering bilateral (2-62).

3

2-60. Menggambarkan tempat yang paling banyak terjadi kontusio serebral pada area merah, kurang terjadi pada area hijau.

2-61. Otopsi otak menunjukkan lokasi khas kontusio, anteroinferior frontal dan lobus temporal. (Courtesy R.Hewlett, MD)

Page 4: Kontusio Serebral Dan Laserasi

Kontusio dapat terjadi pada arah 1800 berlawanan dengan tempat trauma secara

langsung (“pukulan mendadak”) yang biasanya disebut lesi “contre-coup”

c. Gross Pathology

Jarak kontusio menunjukkan pertemuan dari peteki berukuran kecil hingga

perdarahan besar. Kontusio kortikal biasanya berhubungan dengan perdarahan

subarachnoid traumatic yang berdekatan dengan sulcus.

d. Mikroskopik

Bentuk mikrohemoragik perivaskular kemudian bergabung membentuk

hematoma. Tampak edema di sekeliling lokasi hemoragik. Adanya aktivasi dan

proliferasi astrosit bersama makrofag.

4

2-62. NECT scan menunjukkan kontusio bilateral inferior frontal (→), edema perilesional ( ), traumatic SAH ( )

Page 5: Kontusio Serebral Dan Laserasi

Nekrosis dengan hilangnya neuronal dan astrogliosis maupun makrofag

hemosiderin-laden juga ada pada lesi subakut dan kronik.

IV. Manifestasi Klinik

a. Epidemiologi dan Demografi

Kontusio serebral dilaporkan kira-kira setengah dari seluruh lesi trauma

parenkim. Terjadi pada semua golongan usia, dari anak-anak hingga orang tua.

Puncak usia dari 15-24 tahun dengan perbandingan M : F yaitu 3 : 1.

b. Gambaran Klinik

Gejala awal sangat bervariasi dari tampak kebingungan, kejang, atau

obtundation. Dibandingkan dengan Diffuse Axonal Injuries, kontusio serebral

seringkali digabungkan dengan penurunan kesadaran atau lesi otak akibat trauma

(trauma brainsterm atau axonal injuries)

c. Riwayat Penyakit

Memburuknya status neurologic paling banyak terjadi pada pasien usia tua.

Pasien dengan kontusio luas, awalnya Glasgow Coma Scores (GCS) turun,

terjadi koagulopati, dan adanya hematoma subdural yang mudah mengakibatkan

perburukan klinis. Jika kontusio ringan, awalnya GCS baik dan tidak ada

perburukan klinik dalam 48 jam berarti tidak memerlukan pembedahan.

Pada pasien dengan perluasan hematoma memerlukan intervensi bedah yang

terjadi kira-kira 20% dari pasien yang hanya mendapakan terapi konservatif.

Pasien yang perburukan klinisnya sulit untuk digambarkan maka harus dilakukan

pengulangan foto.

d. Pilihan Terapi

Pilihan terapi sangat bervariasi mulai dari konservatif (observasi dengan

pengulangan foto jika perburukan klinis) hingga tindakan pembedahan pada

5

Page 6: Kontusio Serebral Dan Laserasi

hemotama fokal yang luas. Craniotomy ditujukan pada pasien dengan cedera

kepala yang bertambah berat dan mencegah herniasi otak yang berakibat fatal.

V. Imaging

a. Gambaran Umum

Dalam pemilihan waktu yang baik, kontusio kortikal menjadi terlihat jelas pada

gambaran foto. Kemajuan radiologi dapat terlihat tanpa kecuali. Hampir setengah

dari seluruh pasien menunjukkan peningkatan ukuran dan besar lesi setelah 24 –

48 jam. Walaupun tidak ada perburukan klinis perlu di dokumentasi hal tersebut.

b. Temuan CT

Scan awal yang dilakukan segera setelah cedera kepala tertutup mungkin

memberikan gambaran normal. Kebanyakan memberikan gambarab abnormal

dengan adanya tanda peteki hemoragik di sekitar puncak gyrus hingga calvaria

(2-63). Gabungan peteki hemoragik dan edema memberi gambaran hipodens.

Lesi “berbunga” seringkali terjadi dan menunjukkan peningkatan hemoragik

yang progresif, edema dan efek lain. Lesi kecil dapat bergabung membentuk

hematoma fokal luas. Perkembangan lesi baru juga tidak ditemukan pada

gambaran foto awal.

6

2-63. NECT scan 24 jam setelah trauma menunjukkan kontusio frontotemporal (→), subdural hygroma inferior frontal kiri ( ),

Page 7: Kontusio Serebral Dan Laserasi

c. Temuan MR

7

2-64A. T2W1 memperoleh segera setelah CT scan menunjukkan kontusio (→), edema perilesional ( ), subdural hygromas bilateral (

)

2-64B. T2* GRE menunjukkan “berbunga” dari kontusio frontotemporal kanan (→), Kontusio temporal kiri ( ) terlihat tidak jelas T2W1

Page 8: Kontusio Serebral Dan Laserasi

MR sangat sensitif dari CT dalam mendeteksi kontusio serebral tetapi jarang

digunakan padaa cedera kepala akut akibat trauma. Scan T1 dapat menunjukkan

hanya inhomogen intensitas sedang dan efek masa. Scan T2 menunjukkan

potongan-potongan kecil hiperintens (edema) yang mengelilingi area hemoragik

fokal yang hipodens (2-64A).

FLAIR Scan lebih sensitive untuk mendeteksi edema kortikal dan hemoragik

subarachnoid akibat trauma, keduanya terlihat hiperintens fokal. T2 (GRE,SWI)

sensitif untuk hemoragik parenkim. Gambaran “berbunga” khas pada lesi akut

(2-64B).

Kontusio hemoragik terjadi diikuti oleh hematoma parenkim dengan

berkembangnya T1. Atrofi, demyelinasi dan mikroglial terlihat pada FLAIR dan

T2W1. Berkurangnya volume parenkim dengan pembesaran ventrikular dan

sulkus biasanya terjadi.

DWI pada pasien dengan kontusio kortikal menunjukkan batasan difus pada area

sel yang mati. DTI dapat memperlihatkan kerusakan substansia alba akibat

trauma kepala bahkan MR standar pun normal.

VI. Diagnosa Banding

Diagnosa banding mayor dari kontusio kortikal adalah diffuse axonal injury (DAI).

Kedua kontusio serebral dan DAI sering ada pada pasien cedera kepala sedang.

Kontusio cenderung pada superficial, berlokasi mendekati puncak gyrus. DAI

umumnya banyak ditemukan dalam corona radiata dan mendekati traktus substansia

alba seperti kapsul internal dan corpus callosum.

8

Page 9: Kontusio Serebral Dan Laserasi

Kontusio kortikal berat dengan hematoma mungkin sulit untuk membedakan laserasi

otak pada gambaran foto. Laserasi otak terjadi ketika trauma berat menganggu

bagian dasar otak.

“Lobus pecah” merupakan manifestasi berat terbanyak dari laserasi otak (2-65), (2-

66). Di sinilah lobus sebagian besar sudah terganggu, dengan hematoma luas dan

hemoragik subarachnoid akibat trauma. Pada beberapa kasus khususnya tekanan

akibat fraktur cranium, arachnoid juga terjadi laserasi dan perdarahan dari lobus

yang pecah sehingga memperluas secara langsung ruang subdural, membentuk

hematoma subdural.

9

2-66. NECT scan menunjukkan lobus “pecah” hemoragik parenkim yang cepat pada otak bagian dalam. Pasien meninggal setelah scan.

2-65. Otopsi menunjukkan lobus “pecah” dengan laserasi “sangat tebal” meluas di permukaan (→) hingga ventikel. (Courtesy R. Howlett, MD)

Page 10: Kontusio Serebral Dan Laserasi

BAGIAN ILMU RADIOLOGI JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2014

UNIVERSITAS PATTIMURA

CEREBRAL CONTUSIONS AND LACERATIONS

Disusun Oleh:

Chresta D. Illintutu (2008-83-048)

Supervisor :

dr. H. M. Manuputty, Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

10