kontributor - farmasi.stikesalirsyadclp.ac.id filepetunjuk praktikum kimia organik ini memuat...

28
PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KONTRIBUTOR Septiana Indratmoko, M.Sc., Apt. Melati Aprilliana Ramadhani, M.Farm., Apt. PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMMIYAH CILACAP 2018

Upload: others

Post on 23-Sep-2019

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PETUNJUK PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

KONTRIBUTOR

Septiana Indratmoko, M.Sc., Apt.

Melati Aprilliana Ramadhani, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMMIYAH

CILACAP

2018

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

1. Berdoa sebelum dan sesudah pelaksanaan praktikum

2. Praktikan harus datang paling lambat 10 menit sebelum kegiatan praktikum dimulai,

jika terlambat 15 menit tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan praktikum

3. Praktikan diwajibkan mengenakan jas laboratorium sebelum memasuki ruang

praktek

4. Selama kegiatan prektikum, praktikan :

a. Harus bersikap serius, sopan, dan tidak bercanda

b. Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker dan gloves)

c. Hati-hati dalam bekerja

d. Tidak merokok, makan, minum

e. Tidak boleh menggunakan atau mengoperasikan handphone selama praktek

berlangsung

f. Praktikan wajib mengembalikan alat-alat yang digunakan dalam keadaan lengkap,

bersih dan kering

5. Praktikan yang merusakkan/menghilangkan/memecahkan alat, wajib mengganti

dengan jenis dan kualitas yang sama

6. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium

7. Praktikan wajib mengikuti Pre Test atau Post Test materi yang dipraktikumkan

8. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum harus mengganti / inhall

9. Praktikan wajib membuat laporan sementara pada buku lembar kerja dan membuat

laporan resmi yang dikumpulkan sebelum praktikum selanjutnya dilaksanakan

(waktu: 1 minggu)

10. Praktikan wajib mengikuti ujian praktikum pada akhir pelaksanaan praktikum

11. Hal-hal yang belum ditetapkan akan diatur lebih lanjut

12. Setiap permasalahan dapat dikomunikasikan kepada Koordinator Praktikum

Koordinator Praktikum

( Tim Pengajar)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... ii

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM……………………… iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR.. ................................................................................. v

Percobaan 1 : Identifikasi Unsur dan Gugus Senyawa Organik .................. 1

Percobaan 2 : Sintesis Metil Salisilat............................................................ 6

Percobaan 3 : Sintesis Asam Format .............................................................. 10

Percobaan 4 : Sintesis Aspirin ....................................................................... 12

Percobaan 5 : Sintesis Yodoform .................................................................. 14

Percobaan 6 : Sintesis Para-Nitroasetanilid................................................. .. 16

Percobaan 7 : Sintesis Senyawa Kalkon......................................................... 20

Percobaan 8 : Pembuatan Asetaldehid ........................................................... 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbilamin, segala puji bagi Allah SWT atas ridho dan

rahmad-Nya, sehingga Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik ini dapat disusun

kembali.

Buku petunjuk ini merupakan edisi pertama, yaitu memuat pokok materi

yang akan dipratikumkan. Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan

memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi praktikum. Buku

Petunjuk Praktikum Kimia Organik ini memuat reaksi-reaksi dasar dalam kimia

organik meliputi subsitutusi elektrofilik pada senyawa aromatik, reaksi terhadap

asam karboksilat, esterifikasi, asetilasi, dan halogenasi pada senyawa karbonil.

Selain memuat reaksi dasar diharapkan mahasiswa sekaligus memahami teknik

dasar sintesa organik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku petunjuk ini masih jauh dari

kesempurnaan, terutama dari segi isi dan tata letak, kritik dan saran terhadap edisi

berikutnya sangat kami harapkan.

Cilacap, 1 September 2018

Tim Penyusun Praktikum Kimia Organik

Program Studi S1 Farmasi Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah

1

PERCOBAAN 1

IDENTIFIKASI UNSUR DAN GUGUS SENYAWA ORGANIK

A. TUJUAN PERCOBAAN

Melakukan identifikasi terhadap unsur-unsur senyawa organik (C, H, O,

N, S, P, dan halogenida), gugus (Alkohol, Amina, inti benzena, Aldehid,

Keton, fenol, asam karboksilat, dan ester)

B. IDENTIFIKASI UNSUR

Bahan Percobaan

Campuran serbuk Castellana, senyawa yang mengandung unsur C, N, S,

P, dan halogenida, reagen identifikasi.

Alat Percobaan

Pipa kapiler, tabung reaksi, spiritus, pipet tetes, drupple plate, flakon.

Cara Percobaan

1. Unsur C

a. Sampel senyawa (yang mengandung unsur C) diletakkan dalam cawan

porselin, dipanaskan diatas lampu spiritus nyala kecil, terbentuk

warna hitam, menunjukkan adanya unsur C.

b. Dalam tabung reaksi masukkan sampel senyawa (yang mengandung

unsur C), tambahkan Pb Kromat, pijarkan diatas lampu spiritus. Pada

mulut tabung reaksi diletakkan pipet tetes yang berisi Ba(OH)2,

apabila cairan dalam pipet tetes menjadi keruh/endapan putih, maka

ada unsur C.

2. Unsur N

a. Campurkan lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung unsur N) dengan 2 bagian campuran serbuk Castellana,

campur diatas kertas.

b. Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi aquadest,

gerus dengan batang pengaduk.

2

c. Saring filtratnya, masukkan dalam tabung reaksi.

d. Tambahkan beberapa tetes larutan Ferro Sulfat jenuh (akan terbentuk

endapan warna hijau tua).

e. Campuran dipanaskan hingga mendidih, setelah dingin tambahkan

dengan HCl 4 N dan beberapa tetes larutan FeCl4. Warna biru atau

hijau (prusian blue) yang terbentk menunjukkan adanya unsur N.

3. Unsur S

a. Campuran lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung unsur S) dengan 2 bagian campuran serbuk Castellana,

campur di atas kertas.

b. Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi aquadest,

gerus dengan batang pengaduk.

c. Saring filtrat, masukkan dalam tabung reaksi.

d. Filtrat diteteskan dalam drupple plate, tambahkan larutan Natrium

Nitroprusida jenuh, akan terbentuk warna merah violet.

e. Filtrat diasamkan dengan asam asetat akan terbentuk endapan hitam

coklat dari Pbs.

4. Unsur P

a. Campurkan lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung P) dengan 2 bagian campuran serbuk Castellana, campur

diatas kertas.

b. Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi aquadest,

gerus dengan batang pengaduk.

c. Saring filtratnya, masukkan dalam tabung reaksi.

d. Filtrat ditambahkan ammonium molibdat dan asam nitrat pekat, akan

terbentuk endapan kuning kenari.

3

5. Unsur Halogenida (Cl, Br, I)

a. Unsur Cl (Klorida)

1) Campurkan lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung usur Cl) dengan 2 bagian campuran serbuk

Castellanna, campur diatas kertas.

2) Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi

aquadest, gerus dengan batang pengaduk.

3) Saring filtratnya, masukkan dalam tabing reaksi.

4) Filtrat ditambahkan asam sulfat pekat beberapa tetes, kemudian

dihangatkan. Batang pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan

amonia diletakkan diatas mulut tabung, akan terbentuk kabut

putih.

5) Filtrat diasamkan dengan asam nitrat, kemudian ditambahkan

larutan AgNO3, akan terjadi endapan putih. Endapan ini larut

dalam amonia encer, KCN dan Natrium tiosulfat.

b. Unsur Br (Bromida)

1) Campurkan lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung unsur Br) dengan 2 bagian campuran serbuk

Castellanna, campur diatas kertas.

2) Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi

aquadest, gerus dengan batang pengaduk.

3) Saring filtratnya, masukkan dalam tabung reaksi.

4) Filtrat diasamkan dengan asam nitrit, kemudian ditambahkan

larutan AgNO3, akan terjadi endapan kuning pucat. Endapan ini

sukar larut dalam amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN,

Natrium tiosulfat.

4

c. Unsur I (Iodida)

1) Campurkan lebih kurang 1 bagian serbuk sampel (senyawa yang

mengandung unsur I) dengan 2 bagian campuran serbuk

Castellanna, campur diatas kertas.

2) Masukkan campuran dalam pipa kapiler, panaskan diatas spiritus

hingga membara, segera masukkan dalam flakon yang berisi

aquadest, gerus dengan batang pengaduk.

3) Saring filtratnya, masukkan dalam tabung reaksi.

4) Filtrat diasamkan dengan asam nitrit, kemudian ditambahkan

larutan AgNO3, akan terjadi endapan kuning pucat. Endapan ini

sukar larut dalam amonia encer, larut dalam amonia pekat, KCN,

Natrium tiosulfat.

5) Filtrat ditambahkan K2SO4 pekat dan K2Cr2O7, letakkan segera

kertas amilum menutupi mulut tabung, akan terbentuk iod bebas

yang bereaksi dengan kertas amilum menjadi berwarna biru.

C. IDENTIFIKASI GUGUS

1. Gugus Alkohol

a. Alkohol primer (Etanol)

1) Sampel ditambah dengan KMnO4 dan asam sulfat pekat, warna

ungu hilang.

2) Sampel ditambah dengan KMnO4 dan asam sulfat pekat,

ditambahkan reagen Schiff, akan berwarna merah.

b. Alkohol sekunder (Isopropanol)

Sampel ditambah aqua bromata, Natrium nitroprusida, ammonium

klorida, amonia akan membentuk warna merah coklat/ungu.

2. Gugus Aldehid (benzaldehid dan glukosa)

a. Sampel dalam tabung reaksi ditambah 1 ml reagen Benedict,

dipanaskan hingga terbentuk endapan merah bata.

b. Sampel dalam tabung reaksi ditambah 1 ml reagen Schiff akan

berwarna merah sampai ungu.

5

3. Gugus Keton (Asetofenon dan fruktosa)

Sampel dalam tabung reaksi ditambah 5 tetes larutan Natrium

nitroprusida, ammonium klorida dan amonia akan berwarna biru violet

(ungu).

4. Gugus Amina (glisin dan parasetamol terhidrolisis)

a. Sampel dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes larutan

Dimetilbenzaldehida HCl (DAB HCl) akan berwarna merah jingga

(amina aromatik).

b. Sampel dalam tabung reaksi, ditambah beberapa tetes aseton dan

Natrium nitroprusida, diamkan 5-7 menit akan berwarna merah

pears (amina alifatik primer)

5. Gugus inti Benzena (benzena)

Sampel ditambah asam nitrat pekat, dinginkan, ditambah etanol,

serbuk Zn dan asam klorida pekat, dinginkan, tambahkan larutan

NaNO2 dan β-Naftol dalam amonia akan terbentuk cincin warna

merah.

6. Gugus Fenol (fenol)

Sampel ditambah 1 tetes larutan FeCl3 akan berwarna ungu tua, bila

ditambah etanol akan menjadi kuning.

7. Gugus asam karboksilat (asam benzoat)

Sampel ditambah etanol, ditambah asam sulfat pekat, bila perlu dengan

pemanasan, akan berbau ester asetat (harum).

8. Gugus ester atau turunan asam karboksilat.

a. Sampel etil asetat ditambah larutan AgNO3, akan terbentuk

endapan perak asetat.

b. Sampel asam oksalat ditambah larutan AgNO3, akan terbentuk

endapan putih perak oksalat.

6

PERCOBAAN 2

SINTESIS METIL SALISILAT

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari reaksi esterifikasi dari gugus karboksil asam salisilat

dengan gugus hidroksil dari methanol dalam suasana asam.

B. DASAR TEORI

Metil salisilat diperoleh dari sintesis atau maserasi dan dilanjutkan

dengan destilasi uao daun Gaultheria procumbens Linne (Familia: Ericaceae)

atau kulit batang betula lente Linne. Metil salisilat berupa cairan, tidak

berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau khas dan rasa seperti

gandapura. Mendidih antara 219oC dan 224oC disertai peruraian. Senyawa ini

sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan larut dalam asam asetat glasial.

Metil salisilat digunakan sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit

dan sebagai antipiretik untuk mengurangi demam. Penggunaan obat ini untuk

pemakaian topikal mempunyai potensi analgetik sama dengan turunan

salisilat-salisilat lainnya. Metil salisilat diresorbsi baik oleh kulit dan banyak

digunakan dalam obat gosok dan krim (3-10%) untuk nyeri otot, sendi, dan

lain-lain.

Berdasarkan strukturnya, metil salisilat merupakan senyawa ester, yaitu

hasil reaksi esterifikasi antara asam salisilat dengan metanol, seperti terlihat

dalam reaksi sebagai berikut:

7

Suatu ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung

gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil ataupun aril. Suatu ester dapat

dibentuk dengan reaksi langsung antara asam karboksilat dan suatu alkohol.

Reaksi esterifikasi berkatalis asam dan merupakan reaksi yang reversibel.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan rendemen yang besar, kesetimbangan

harus digeser ke kiri (ke arah produk) dengan cara memperbesar jumlah salah

satu reagen yang murah dari campuran reaksi tersebut.

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat tergantung terutama pada

hubungan sterik dari alkohol dan asam karboksilatnya. Reaksi alkohol

terhadap esterifikasi sebagai berikut: ROH tersier < ROH sekunder < ROH

primer < CH3OH. Kuat asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil

dalan laju pembentukan ester. R3CCO2H < R2CHCO2H < RCH2CO2H <

CH3CO2H < HCO2H. Seperti reaksi aldehid dan keton, esterifikasi suatu asam

karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahapan reaksi protonasi dan

deprotonasi. Oksigen dan karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik

menyerang karbon positif dan eliminasi air menghasilkan ester.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Percobaan

Asam salisilat, metanol absolute, asam sulfat pekat, natrium

bikarbonat, magnesium, sulfat anhidrst.

2. Bahan Percobaan

Labu alat bulat (LAB), labu destilasi, pendingin Liebig, Allihn

condensor, tabung reaksi, dan corong pisah.

8

Gambar 1. Rangkaian alat refluks

D. CARA KERJA

1. Sintesis

Ke dalam labu alas bulat (LAB) 500 ml dimasukkan 14 gram asam

salisilat dan ditambahkan 40,5 ml metanol absolut dan 4 ml asam sulfat

pekat, dan dimasukkan 2-3 buah batu didih. LAB kemudian dihubungkan

dengan pendingin tegak, direfluks selama 1,5 jam, suhu reaksi 700C-800C.

2. Isolasi

Kelebihan metanol didestilasi dengan suhu 800C (proses ini

dinyatakan optimal, jika tidak ada lagi tetesan destilat (metanol dari pipa

alonga), Kemudian residu (metil salisilat) yang diperoleh dituang ke

corong pisah, ambil lapisan metil salisilat. Lapisan metil salisilat yang

diperoleh ditambahkan larutan natrium bikarbonat, digojok-gojok,

dipisahkan (diulang beberapa kali sampai netral, tidak terbentuk

gelembung CO2). Cairan metil salisilat telah netral, dihitung volumenya

dan rendemennya. Setelah itu, hasil sintesis dikeringkan (diikat tapak-

tapak airnya) dengan cara ditambahkan 2,5 gram magnesium sulfat

anhidrida dalam wadah erlenmeyer, diamkan selama 30 menit pada suhu

kamar, disaring dengan kertas saring, kemudian filtrat yang diperoleh

dikumpulkan untuk dimurnikan lebih lanjut.

9

Gambar 2. Alat destilasi Gambar 3. Corong pisah

3. Pemurnian

Hasil isolasi didestilasi kembali dengan suhu 2240C, kemudian

destilat ditampung dalam wadah yang kering dan bersih. Hasil sintesis

disimpan dalam wadah gelap, tertutup rapat dan terlindung cahaya

matahari.

4. Identifikasi hasil sintesis

a. Analisis organoleptis meliputi warna, bau, rasa, dan bentuk kristal.

b. Pengukuran indeks bias dengan menggunakan refraktometer.

c. Bandingkan hasil sintesis dengan teori.

10

PERCOBAAN 3

SINTESIS ASAM FORMAT/ASAM SEMUT

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mengenal reaksi terhadap asam-asam karboksilat

B. DASAR TEORI

Oksidasi alkohol primer biasanya menghasilkan aldehida yang dapat

dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Oksidator yang biasanya

digunakan untuk tujuan ini adalah kalium permanganat dalam larutan netral,

asam atau basa atau asam kromat.

Asam semut (secara sistematis disebut asam formay atau asam metanoat)

merupakan asam karboksilat yang paling sederhana dengan rumus HCOOH

atau CH2O2. Senyawa ini merupaka senyawa intermediate yang penting

dalam sintesis kimia dan terjadi secara alami. Asam format paling banyak

ditemukan dalam sengat lebah dan semut.

Gambar 4. Struktur Kimia Asam Format

Sejumlah signifikan asam format dihasilkan sebagai produk samping dari

pembuatan bahan kimia lain, khususnya asam asetat. Dalam percobaan ini,

asam format dapat diperoleh dengan memanaskan asam oksalat dengan

gliserol anhidrat dan diekstraksi dengan destilasi uap.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat percobaan

Labu destilasi, pendingin liebig, erlenmeyer, lampu spiritus,

termometer, statif & klem, kaki tiga & kawat kasa.

11

2. Bahan percobaan

Gliserol, asam oksalat (berair kristal), pereaksi kalium permanganat,

serbuk magnesium.

D. CARA KERJA

1. Di dalam labu destilasi yang telah dihubungkan dengan pendingin,

panaskan campuran dari 2,5 g (BJ : 1,25 g/ml) Gliserol dan 2,5 g kristal

asam oksalat yang mengandung air kristal, maka akan terjadi pengeluaran

gas. Amati reaksi yang terjadi.

2. Tambahkan ke dalam labu 1,25 g asam oksalat lagi dan teruskan

pemanasan. Tampunglah destilat yang terjadi dengan labu erlenmeyer.

E. REAKSI TERHADAP FORMIAT

Terhadap destikat tersebut lakukan percobaan-percobaan di bawah ini:

1. Oksidasi asam semut dengan kalium permanganat

Ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan destilat, teteskan

sedikit larutan kalium permanganat. Biarkan untuk beberapa lama dan

amati reaksi yang terjadi.

2. Reduksi dengan serbuk magnesium

Ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan destilat bubuhkan

sedikit serbuk magnesium. Amati reaksi yang terjadi.

12

PERCOBAAN 4

SINTESIS ASPIRIN (ASAM ASETIL SALISILAT)

A. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk memberikan pengenalan tentang reaksi asetilasi terhadap gugus

fenol.

B. DASAR TEORI

Asam asetil salisilat yang biasa disebut aspirin, dapat digunakan sebagai

obat analgesik, antipiretik, dan asnti rematik. Senyawa ini dapat disintesis di

laboratorium dari asam salisilat dan asetat anhidrida yang melibatkan reaksi

asetilasi gugus fenolik asam salisilat dan dikatalisis oleh asam. Reaksinya

sebagai berikut:

Asetat anhidride asam salisilat Aspirin Asam asetat

Produk dipurifikasi dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut

alkohol 96%. Kemurnian produk ditentukan dengan mudah menggunakan

“spot test” untuk asam salisilat yang tidak bereaksi. Karena asam salisilat

memiliki gugus fenolik, maka keberadaan asam ini menghasilkan uji yang

sangat positif karena bereaksi dengan larutan besi (III) klorida (FeCl3) encer

menghasilkan larutan berwarna ungu yang kuat. Sedangkan aspirin murni

tidak memberikan warna ungu.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat percobaan

LAB, penangas air, termometer, statif & klem, kompor listrik,

corong gelas, corong buchner, pendingin bola.

13

2. Bahan percobaan

Asam salisilat kering, asam asetat anhidrida, asam sulfat pekat,

alkohol 96%, Aq.dest, Besi (III0 klorida 10%.

D. CARA KERJA

Ke dalam pemanas 100 ml yang kering masukkan 5 g salisilat, 7,5 g

asam asetat anhidrida (BJ: 1,08 g/ml) dan 5 tetes asam sulfat pekat.

Campuran dikocok sampai terjadi pencampuran sempurna. Kemudian

panaskan diatas pemanas air (suhu didalam labu dijaga ± 50-600C) sambil

diaduk dengan termometer selama 15 menit.

Isolasi

Dinginkan sambil tetap diaduk dan ditambah 75 ml air, kemudian saring

dengan pertolongan penghisapan.

Pemurnian

Lakukan pemurnian dengan rekristalisasi. Pelarut yang digunakan adalah

campuran 15 ml alkohol 96% dan 40 ml aq. Dest. Masukkan kristal kedalam

pelarut dan panaskan hingga kristal semuanya larut, kemudian dinginkan

perlahan-lahan. Akan diperoleh kristal berbentuk jarum, kemudian hasil ditest

dengan pereaksi besi (III) klorida.

14

PERCOBAAN 5

SINTESIS YODOFORM

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari reaksi halogenasi pada senyawa karbonil (substitusi α).

B. DASAR TEORI

Reaksi substitusi α adalah reaksi penggantian atom H yang terletak

pada Cα (atom karbon yang terikat pada atom karbon karbonil) oleh suatu

elektrofil. Reaksi ini dikatalisis oleh basa ataupun asam. Senyawa karbonil

akan berperan sebegai nukleofil melalui pembentukkan anion enolat (dengan

katalisis basa) ataupun senyawa enol (dengan katalis asam). Dalam ini atom

karbon α akan bertindak sebagai karbanion. Salah satu reaksi substitusi α

adalah pembentukkan yodoform.

CH3-CO-CH3 + I2 CH3 + CH3-COONA

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Percobaan

LAB, erlenmeyer, pendingin balik (refluk), penangas air, gelas arloji,

pipet ukut.

2. Bahan Percobaan

Aseton (pro sintesis), etanol 99% (pro analisis), NaOH 6 N (pro

analisis), kalium iodida, kaporit (CaOCl2), Aquadest.

D. CARA KERJA

SINTESIS

Ke dalam labu LAB dimasukkan 3 g KI dan 100 ml aquadest + 1 ml

aseton. Kemudian tambahkan bertetes-tetes sambil dikocok larutan 5%

kaporit (akan timbul endapan), teruskan penambahan hingga 1 tetes kaporit

5% sudah tidak menimbulkan endapan lagi.

15

ISOLASI

Campuran didiamkan selama 10 menit, kmudian disaring dengan

saringan penghisap. Kristal dicuci 3 x dengan aquadest dingin hingga tidak

bereaksi alkalis (cek dengan kertas lakmus).

PEMURNIAN

Kristal dimasukkan dalam LAB yang telah dilengkapi pendingin balik.

Kemudian tambahkan alkohol hingga tepat larut sambil dipanaskan diatas

penangas air. Dalam keadaan panas, larutan disaring dengan penyaring panas

(corong buchner direndam dahulu dalam air panas). Filtrat didinginkan

sambil digoyang-goyang hingga terbentuk kristal kembali dengan sempurna.

Saring dengan corong buchner, keringkan. Hitung rendemennya.

IDENTIFIKASI

Tentukan titik lebur (cek dengan teori), organoleptis (cek dengan teori),

tes dengan larutan perak nitrat.

16

PERCOBAAN 6

SINTESIS PARA-NITROASETANILID

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari reaksi substitusi elektrofilik kedua (nitrasi) pada senyawa

aromatis asetanilida dalam sintesis para-nitroasetanilida.

B. DASAR TEORI

Senyawa aromatik adalah suatu tipe senyawa yang memperoleh

penstabilan cukup banyak oleh delokalisasi elektron-π. Senyawa aromatik

bersifat siklik dan datar, tiap cincin harus memiliki orbital p tegak lurus

bidang cincin dan orbital-orbital p harus mengandung (4n+2) elektron-π

(aturan Huckel).

Benzen atau aromatik lainnya dapat bereaksi substitusi aromatik

elektrofilik. Reaksi umum substitusi elektrofilik adalah sebagai berikut:

Suatu benzen tersubstitusi dapat mengalami substitusi gugus kedua.

Beberapa benzen tersubstitusi bereaksi lebih mudah dari benzennya sendiri,

sementara benzen tersubstitusi lain lebih sukar bereaksi, tergantung gugus

pertama merupakan gugus aktivator (misal: -NH2) atau deaktivator (misal: -

NO2). Substitusi kedua menghasilkan isomer orto dan para atau meta,

tergantung pada substituen pertama. Pengaruh orto dan para (kecuali R,

metal/alkil) mempunyai elektron yang dapat disumbangkan ke cincin secara

resonansi. Semua pengarah orto dan para (kecuali X, halida), mengaktifkan

cincin keseluruhan terhadap elektrofilik. Semua pengarah meta dan gugus X

mendeaktivasi cincin terhadap substitusi elektrofilik lanjutan dengan cara

penarikan elektron.

17

Contoh reaksi substitusi elektrofilik kedua adalah nitrasi asetanilid

menghasilkan 3 isomer yaitu: 4-nitroasetanilid, 2-nitroasetanilid, dan 2,4-

dinitroasetanilid. Reaksi nitrasi asetanilid sebagai berikut:

O

H

N CH3 NHCOCH3 NHCOCH3 NHCOCH3

NO2 NO2

HNO3 + +

H2SO4

NO2 NO2

Tidak seperti anilin, asetanilid menunjukkan reaktivitas yang moderat

dalam substitusi elektronik aromatik. Selain itu, tidak seperti anilin, asetanilid

tidak dioksidasi oleh asam nitrat. Nitrasi asetanilid secara prinsipal dapat

menghasilkan orto dan para mononitroasetanilida (dengan para lebih banyak

daripada orto), dan dengan sangat sedikit menghasilkan 2,4-dinitroasetanilida.

Untuk mencegah dinitrasi asetanilida, campuran penitrasi asam nitrat dan

asam sulfat ditambahkan dalan jumlah kecil pada larutan asetanilida,

sehingga konsentrasi agen penitrasi dijaga minimum.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Percobaan

Beker glass 100 ml, termometer, gelas pengaduk, corong pisah, gelas

ukur, corong buchner, kertas lakmus, alat pengukur titik lebur.

2. Bahan Percobaan

Asetanilid, natrium klorida, asam asetat glasial, asam sulfat pekat,

asam nitrat pekat, etanol, dan es.

D. CARA KERJA

a. Persiapan reagen

Pembuatan asam penetrasi :

Dibuat asam penetrasi sebanyak 9 ml dengan cara mencampur 5,5 ml

asam sulfat pekat dengan 3,5 ml asam nitrat pekat ke dalam beker glass.

18

Dari campuran tersebut kemudian diambil 3 ml dengan pipet ukur dan

dimasukkan ke dalam corong pisah untuk digunakan dalam sintesis para

nitroasetanilid.

b. Sintesis

Di dalam beker glass 100 ml, dilarutkan 4,2 gram serbuk halus

asetanilida kering ke dalam 4,3 ml asam asetat glasial (bila perlu

dihangatkan untuk mempermudah pelarutan), sambil terus diaduk

tambahkan 8,3 ml asam sulfat pekat (campuran reaksi akan menjadi

hangat dan jernih), Kemudian, beker glass berisi campuran reaksi,

dimasukkan ke dalam cairan pendingin (es dan garam NaCl), diletakkan

termometer ke dalam beker glass, kemudian ditambahkan secara

perlahan-lahan larutan asam penetrasi sebanyak 3 ml dengan corong pisah

(penambahan asam penetrasi secara perlahan, dijaga suhu campuran

reaksi kurang dari 100C). Setelah selesai penambahan asam penetrasi,

beker glass berisi campuran reaksi diambil dan dibiarkan pada suhu

kamar selama 30 menit.

c. Isolasi

Ke dalam campuran reaksi, dimasukkan sebanyak 30 gram crusheed

ice (es batu), diamkan selama 15 menit (akan terbentuk endapan putih-

kekuningan), kemudian disaring menggunakan corong buchner dengan

pertolongan vakum penyedot. Residu yang diperoleh dicuci dengan

aquadest dingin sampai bebas asam (cek dengan kertas lakmus biru),

kemudian dikeringkan, ditimbang, dan dihitung rendemennya.

d. Pemurnian

Pemurnian menggunakan metode rekristalisasi dengan cara sebagai

berikut: ditimbang sebanyak 1 gram serbuk hasil isolasi kemudian

dilarutkan dalam etanol secukupnya sampai tepat larut (bantu dengan

pemanasan untuk menyempurnakan kelarutan). Dalam keadaan panas,

ditambahkan dengan segera aquadest dingin untuk mendapatkan kristal

kembali. Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan, dihitung

recovery-nya.

19

e. Identifikasi hasil sintesis

1. Analisis organoleptis meliputi warna, bau, rasa, bentuk kristal.

2. Pengukuran jarak lebur dengan menggunakan alat ukur titik lebur.

3. Bandingkan hasil sintesis dengan teori.

20

PERCOBAAN 7

SINTESIS SENYAWA KALKON

A. TUJUAN PERCOBAAN

Mempelajari reaksi kondensasi karbonil

B. DASAR TEORI

Reaksi kondenasi karbonil merupakan reaksi dua senyawa karbonil yang

melibatkan kombinasi dua reaksi yaitu adisi nukleofilik dan substitusi α.

Senyawa karbonil satu bertindak sebagai nukleofilik pemberi elektron,

sedangkan senyawa karbonil lain bertindak sebagai elektrofil penerima

elektron. Reaksi kondensasi karbonil merupakan reaksi yang sangat penting

dalam kimia organik. Reaksi ini banyak terjadi dalam biokimia tubuh dan

biosintesis senyawa alam.

Salah satu reaksi kondensasi karbonil yang terjadi antara aldehid dan

keton dikenal dengan kondensasi aldol. Kondensasi aldol terjadi akibat dari

senyawa karbonil yang memiliki hidrogen α dengan adanya suatu asam atau

basa akan membentuk suatu enol atau enolat yang selanjutnya akan

menyerang senyawa karbonil lain. Dengan reaksi kondensasi aldol dapat

dihasilkan suatu senyawa β-hidroksi karbonil dan terhidrasi membentuk

senyawa α,β-tak jenuh. Hidrogen yang berposisi α terhadap suatu gugus

karbonil bersifat asam dan dapat disingkirkan oleh suatu basa kuat. Sifat

keasaman hidrogen α terutama disebabkan stabilisasi resonansi dari ion enolat

produknya.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Percobaan

LAB leher tiga, pendingin liebig, corong tetes, alat-alat gelas

kualitas pyrex, motor pengaduk, pH meter, heating mantle, timbangan

analitik, Melting Point Apparatus SMP-3, Spektrometer UV-Vis.

2. Bahan Percobaan

Asetofenon (pro sintesis), benzaldehid (pro sintesis), NaOH 10%,

etanol, aquadest.

21

D. CARA KERJA

a. Sintesis

Sebanyak 15 mmol asetofenon dimasukkan dalam 7,5 ml etanol

dalam LAB leher tiga, diaduk selama beberapa menit pada suhu kamar.

Ditambahkan 9 ml larutan NaOH 10% (45 mmol) dalam air tetes demi

tetes selama beberapa menit dan 15 mmol benzaldehid. Pengadukan

dilanjutkan selama 3 jam pada temperatur 20-250C.

b. Isolasi

Hasil reaksi dicuci dengan aquadest hingga pH netral (cek dengan

kertas lakmus). Kristal yang diperoleh dikumpulkan dengan disaring pada

corong buchner.

c. Pemurnian (rekristalisasi)

Pemurnian menggunakan metode rekristalisasi dengan cara sebagai

berikut: Ditambang sebanyak 1 gram serbuk hasil isolasi kemudian

dilarutkan dalam etanol secukupnya sampai tepat larut (bantu dengan

pemanasan untuk menyempurnakan kelarutan). Dalam keadaan panas,

ditambahkan dengan segera aquadest dingin untuk mendapatkan kristal

kembali. Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan, dihitung

recovery-nya.

d. Identifikasi

1. Analisis organoleptis meliputi warna, bau, rasa, bentuk kristal.

2. Pengukuran indeks bias dengan menggunakan refraktometer.

Pengujian dengan spektrometer UV-Visible: senyawa hasil sintesis

dilarutkan dalam etanol p.a, dicari bentuk spektra UV-Vis nya dan

serapan maksimumnya, bandingkan dengan senyawa benzaldehid.

3. Bandingkan hasil sintesis dengan teori.

22

PERCOBAAN 8

PEMBUATAN ASETALDEHIDA

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengenal reaksi pembuatan asetaldehida

2. Memahami persamaan dan perbedaan sifat kimia aldehida dan keton

B. DASAR TEORI

Aldehida dan keton mempunyai gugus fungsional karbonil (C=O).

Aldehida dapat dibuat dari oksidasi alkohol primer. Aldehid dapat

dioksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Keton dapat dibuat

melalui oksidasi alkohol sekunder dan tidak mudah dioksidasi lebih lanjut.

Aldehid dan keton mengalami reaksi umum bagi senyawa karbonil.

Pada percobaan ini, asetaldehid dapat dibuat dari oksidasi senyawa

alkohol menggunakan oksidator kalium dikromat.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat Percobaan

Labu destilasi, pendingin Leibig, erlenmeyer, tabung reaksi, drupple plat,

pipet.

23

Bahan Percobaan

Etanol, kalium bikromat, asam sulfat pekat, batu didih.

D. CARA KERJA

1. Pembuatan Aldehida

Ke dalam labu destilasi masukkan 7,5 g kalium bikromat, campuran

dari 30 mL air dengan 5,5 mL asam sulfat pekat, kemudian 10 mL

larutan etanol 90 %. Segera hubungkan dengan pendingin Leibig.

Reaksi akan berjalan dengan sendirinya, kalau perlu panaskan dengan

nyala api yang kecil. Tamping destilat yang terjadi dengan

menggunakan labu ukur.

2. Reaksi-reaksi terhadap Aldehida

a. Reduksi larutan perak amoniakal

Larutan perak amoniakal dapat dibuat dengan

membubuhkan larutan natrium hidroksida sedikit berlebih

ke dalam larutan perak nitrat dan kemudian teteskan

amoniak sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula-

mula terbentuk larut.

Masukkan larutan destilat ke dalam tabung reaksi,

bubuhkan ke dalam larutan ini beberapa tetes larutan perak

amoniakal kemudian gojog. Panaskan tabung reaksi di atas

pemanas sampai temperature 70oC, amati apa yang terjadi.

Reduksi larutan perak amoniakal adalah reaksi yang sangat

peka dan reaksi yang sangat umum terhadap larutan-larutan

aldehida. Reagensia yang lebih peka dari larutan perak

amoniakal adalah reagen Tollens. Untuk ini buatlah dua

macam larutan :

1) Larutan 10% perak nitrat dengan larutan 10% amoniak

dengan volume yang sama

2) Larutan 10% natrium hidroksida

24

Kalau reagen ini akan dipergunakan, campurlah dahulu

kedua larutan tersebut dengan volume yang sama.

b. Reaksi dengan reagen Fehling

Reagen ini terdiri dari dua macam larutan, yaitu :

1) Larutan Fehling A, yaitu larutan 69,3 g tembaga sulfat dalam 1

liter air

2) Larutan Fehling B, yaitu larutan yang tiap liternya mengandung

346 g garam Seignette (kalium natrium tartrat) dan 100 g

natrium hidroksida.

Kalau reagensia ini akan digunakan, campurlah dulu kedua larutan

tersebut dengan volume yang sama. Bubuhkan reagen Fehling ke

dalam larutan destilat, kemudian panaskan sampai mendidih untuk

beberapa menit. Amati yang terjadi.

c. Pendamaran oleh Alkali

Bubuhkan larutan natrium hidroksida 10% ke dalam sebagian

destilat, lalu panaskan. Amati yang terjadi.

E. PERTANYAAN

1. Tuliskan mekanisme reaksi pembentukan asetaldehid dari oksidasi

etanol menggunakan kalium bikromat.

2. Selain kalium bikromat, oksidator apa lagi yang bisa digunakan ?

3. Tuliskan reaksi-reaksi yang terjadi pada asetaldehida.