kontribusi kelompok wanita tani (kwt) kecamatan …

146
Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Terhadap Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Nugroho Aji 11141110000056 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung

Terhadap Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Nugroho Aji

11141110000056

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

Page 2: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …
Page 3: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …
Page 4: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …
Page 5: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.

Tujuan penelitian ini ialah menjelaskan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang

berasal dari ikatan-ikatan sosial di masyarakat dapat menjelma menjadi suatu

kekuatan ekonomi lokal dengan memberikan pengaruh terhadap perkembangan

institusi ekonomi di Kota Depok dengan melihat kemunculan dan perkembangan 2

institusi yaitu pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota Depok. Selain itu

penelitian ini juga menganalisa proses pemberdayaan perempuan dengan melihat

pergeseran peran dan kedudukan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebelum dan

sesudah bergabung dalam kelompok.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan

data melalui wawancara dan observasi. Setelah terkumpul, data diolah kemudian

dianalisis menggunakan kerangka teori. Kerangka teori yang digunakan ialah teori

Strukturasi Anthony Giddens. Teori ini digunakan untuk melihat proses yang

terbentuk dari relasi agen dan struktur (duality of structure) dalam terciptanya

struktur-struktur baru. Hasilnya, dapat dilihat bahwa (1) ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung memiliki kontribusi dalam proses terbentuknya institusi pasar tani di Kota

Depok. (2) Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung berkontribusi aktif dalam

mereproduksi struktur gerai UKM Cipayung yang tidak berkembang dengan baik

sehingga melahirkan struktur baru berupa gerai Cip-Icip Cipayung. Poin-poin

tersebut merupakan bagian dari kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung dalam proses perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.

Selain itu, KWT Kecamatan Cipayung juga dapat menjadi wadah pemberdayaan bagi

para anggotanya. Dengan tergabung dalam KWT, ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung menjadi banyak belajar mengenai hal-hal baru dan membuka jaringan

pertemanan baru. Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung juga mengalami pergeseran

peran dan kedudukan dari yang sebelumnya hanya beraktivitas pada ranah domestik

semata sekarang menjadi banyak beraktivitas di ranah publik.

Kata Kunci: Kelompok Wanita Tani (KWT), Agency, Strukturasi, Institusi

Ekonomi, Kota Depok.

Page 6: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Terhadap

Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok”. Tak lupa shalawat serta salam

selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya.

Skripsi ini adalah bagian dari karya ilmiah awal yang telah memberikan

berbagai pengalaman dan pelajaran penting bagi penulis untuk dapat menciptakan

karya-karya ilmiah di waktu yang akan datang. Selesainya skripsi ini tentu tidak

didapatkan hanya dari duduk dibelakang meja kerja semata namun harus ditempuh

dengan kerja-kerja di lapangan ditambah dengan bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak terkait, untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh jajarannya yang telah

berjuang memajukan kualitas intelektual mahasiswa melalui peran

strukturalnya di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah

membantu dan mendukung penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

3. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si selaku Sekretaris Prodi Sosiologi sekaligus

pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah membimbing,

membantu, mendukung dan memberikan masukan selama proses

penulisan skripsi.

Page 7: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

vii

4. Kasyfiyullah, M.Si selaku dosen sekaligus teman diskusi yang dengan

sabar dan pengertian dalam memberikan ide, kritik dan semangat kepada

penulis selama proses penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Sosiologi FISIP UIN Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan ilmu serta motivasi di dalam kelas maupun di luar kelas

selama penulis kuliah.

6. Seluruh jajaran staf bidang akademik, administrasi, dan perpustakaan

FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis

dalam mengurus berkas, administrasi, mengakses buku, dan literatur

selama perkuliahan.

7. Untuk kedua orang tua tercinta Bapak Irawan dan Ibu Suwartini yang

dengan semangat, kerja keras, tanggung jawab dan kasih sayangnya

membuat penulis dapat menempuh pendidikan sampai saat ini. Terima

kasih juga untuk adik Nugrah Suciati yang senantiasa mengingatkan

penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan lulus kuliah.

8. Ketua dan anggota KWT Kecamatan Cipayung, Ketua KTNA Kecamatan

Cipayung atas kesediaannya membantu penulis dalam mengumpulkan

data penelitian serta memberikan semangat agar skripsi ini segera selesai.

9. Kepala, dan staf BPP Ratu Jaya, staf DKUM Kota Depok yang membantu

dalam mengumpulkan data penelitian serta memberikan semangat kepada

penulis.

10. Wahyu Ramdhani, Ronald Adam, Khalid Syaifullah, Ivan Sulistiana, yang

telah meluangkan waktunya untuk berdiskusi sekaligus memberikan

masukan-masukan untuk pengembangan pengetahuan penulis.

11. Kawan-kawan seperjuangan Sosiologi 2014 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fulki Yuga, Deni Hardiawan, Alif Pahlevi, M. Jibril Ridho, Bayu

Rachmat, Novrizaldi, Fahmaiar Nur Oktavena, Viki Ni’mah Muzayadah,

Azizah Cesa, Restu Setio Wati, Nia Nadia, Harly Adam, Shabrina

Belinda, Isma Aida, Siti Asiah Melati, Risma Tri Handayani, Tina

Page 8: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

viii

Ramadanti, Vicky Anilta, Nining Nia, Novia Putri, Hani Hanifah, Siti

Habibah, Prayogo Pangestu, Shofiyyah Ash Shiddiqoh, Ahmad Bisri,

Ghayda Putri, Nitasari, Runi Sikah, Shonyo Mus’ab, Beby Nurdiana,

Fauzan Jamal, Alif Permana, Ilmiono Rahman, Usman Efendi, Rachmat

Nurdiansyah, dan kawan-kawan lainnya. Terima kasih atas persahabatan,

diskusi dan kerja samanya selama perkuliahan.

12. Zarra Afiyanti, Hana Ika, Fithri Andini, Fathur Kahar, Zamzam Firdaus,

Andes Rojabi, Amalia Nisa Sabila dan kawan-kawan Forum Diskusi

Sosiologi (FOKUS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jangan lupa untuk

tetap santai dalam pembawaan dan serius dalam pemikiran.

13. Allyn Phita Oktaviani, Vanessa Mayrani, Joko Lelono, Chusnul Chotimah

dan kawan-kawan FISIP UIN Jakarta lainnya serta segenap invididu yang

telah terlibat secara langsung maupun tidak dalam proses penelitian ini.

Terima kasih, mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu.

Demikian ucapan terima kasih penulis, semoga semua bantuan maupun

dukungan dibalas oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk orang

banyak. Tak lupa penulis juga menunggu kritik yang membangun dari para pembaca

sekalian.

Depok, 29 Agustus 2018

Nugroho Aji

Page 9: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL…………………………………………………. i

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ……………. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………….. iv

ABSTRAK…………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR……………………………………………… vi

DAFTAR ISI……………………………………………………...... ix

DAFTAR TABEL………………………………………………….. xi

DAFTAR GAMBAR………………………………………….......... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah….………………………………………... 1

B. Pertanyaan Penelitian…………...………………..….………... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………….….…………….... 7

D. Tinjauan Pustaka…………………………….………………... 8

E. Kerangka Teoritis………………………….………………….. 15

F. Metode Penelitian……………………….…………………….. 22

G. Sistematika Penulisan…………………..……………………... 25

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Depok……………….………………. 27

B. Gambaran Umum Kecamatan Cipayung..……………………. 30

C. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung………. 33

Page 10: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

x

D. Pasar Tani…………………………………………………….. 41

E. Gerai Cip-Icip Cipayung……………………………………… 44

BAB III KONTRIBUSI KELOMPOK WANITA TANI (KWT)

KECAMATAN CIPAYUNG TERHADAP PERKEMBANGAN

INSTITUSI EKONOMI DI KOTA DEPOK

A. Pasar Tani…………………..........………….…………..…..… 63

B. Gerai Cip-Icip Cipayung……………………………………… 72

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………...……………….………………………. 86

B. Saran…………………………………………………………... 87

DAFTAR PUSTAKA……………………….............……….……… 89

LAMPIRAN

Page 11: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11

Tabel II.A.1. Jumlah Penduduk Kota Depok …………….............................. 28

Page 12: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Pemetaan Penelitian Terdahulu.……………………............................. 14

Gambar II.1 Peta Wilayah Kota Depok…………………………............................. 29

Gambar II.2 Peta Kecamatan Cipayung.................................................................... 31

Gambar II.3. Garis Koordinasi KWT Cipayung....................................................... 35

Gambar II.4 Produk-Produk KWT Kecamatan Cipayung……………………….... 38

Gambar II.5 Gambaran Distribusi Persentase PRDB Kota Depok Menurut Sektor

2016 .................................................................................................. 40

Gambar II.6. Pasar Tani Kota Depok 2018 ……………………............................. 42

Gambar II.7. Logo Cip-Icip Cipayung...................................................................... 45

Gambar II.8. Gerai Cip-Icip Cipayung ................................................................... 46

Gambar III.1. Pelatihan Pengolahan Belimbing KWT Kecamatan Cipayung…….. 53

Gambar III.2. Pelatihan Kemasan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian…..... 54

Gambar III.3. Pertemuan Rutin KWT Kecamatan Cipayung dihadiri oleh Penyuluh

Pertanian dari BPP Ratu Jaya…………………………………...…. 57

Page 13: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

xiii

Gambar III.4. Kunjungan KWT Kecamatan Cipayung ke KWT Sri Mandiri

Kab.Kuningan………………………………………………..….… 58

Gambar III.5. Kondisi Pasar Tani di Balaikota Depok……………………...…….. 65

Gambar III.6. Tampilan Stand Kecamatan Cipayung……………………...……… 66

Gambar III.7. Gerai Cip-Icip Cipayung…………………………………...………. 76

Page 14: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

1

BAB I

Pendahuluan

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini membahas tentang kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT)

Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.

Penelitian ini akan menjelaskan KWT Kecamatan Cipayung sebagai kelompok

kolektif ibu-ibu rumah tangga yang berawal dari ikatan-ikatan sosial masyarakat

dapat membentuk kekuatan ekonomi lokal dan memiliki kontribusi positif dalam

membangun kegiatan ekonomi di wilayah Kota Depok dengan memberikan

pengaruh terhadap perkembangan pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota

Depok.

Sebagai negara berkembang, Indonesia terus menerus melakukan berbagai

macam pembangunan. Pembangunan tidak hanya berkutat pada bidang

infrastruktur namun juga mencakup pembangunan sumber daya manusia. Sejauh

ini pembangunan sumber daya manusia sering dianggap belum merata pada

semua golongan, salah satunya pada kaum perempuan Indonesia. Perempuan di

Indonesia sejak lama harus berjuang untuk dapat memperbaiki posisinya dalam

rumah tangga dan masyarakat.

Berbagai perjuangan telah dilakukan oleh tokoh-tokoh pahlawan, maupun

organisasi perempuan seperti Perwani (Persatuan Wanita Indonesia), dan Gerwani

pada orde lama. Di era orde baru perjuangan perempuan mendapat sedikit angin

segar dengan adanya UU Perkawinan Tahun 1974 disusul dengan dibentuknya

Page 15: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

2

Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Selain itu, dibentuk pula organisasi-

organisasi perempuan baru seperti Dharma Wanita (organisasi istri pegawai

negeri), Persit Kartika Candra Kirana (organisasi istri militer), dan Persatuan Istri

Dokter Indonesia. Tetapi dengan dibentuknya organisasi-organisasi perempuan ini

menunjukan adanya subordinasi perempuan dan superioritas laki-laki. Hal ini

menegaskan posisi perempuan sebagai pendamping laki-laki dan justru

menempatkan posisi perempuan pada bayang-bayang identitas suami bukan

identitas perempuan itu sendiri (Darwin, 2004:290).

Memasuki era reformasi, banyak masyarakat mengharapkan terbentuknya

wujud „Indonesia Baru‟. Namun harapan tersebut tidak berjalan lurus, gelombang

politik pasca reformasi justru mengalami ketidakstabilan. Kondisi ini pun

berimbas kepada perjuangan perempuan. Muhadjir Darwin mengatakan bahwa :

“Dalam situasi yang kacau seperti ini masalah perempuan menjadi

tenggelam dan seolah-olah terlupakan. Media massa lebih sibuk dengan

liputan politik, konflik sosial, dan peristiwa hukum yang melibatkan

banyak elit. Padahal masalah perempuan, bukan sudah terpecahkan, tetapi

justru berada pada situasi yang lebih rentan” (2004:292).

Dari tiga era tersebut dapat dilihat bahwa meskipun sepanjang sejarah

Indonesia banyak bermunculan organisasi perempuan, terbitnya undang-undang

yang memperhatikan nasib perempuan, bahkan sampai dibentuknya Kementerian

yang khusus untuk mengakomodir urusan perempuan tetapi hal tersebut belum

dapat membawa kaum perempuan Indonesia ke posisi yang lebih baik.

Posisi perempuan Indonesia dalam pandangan dan keyakinan kebanyakan

masyarakat sampai saat ini masih saja berada dalam area domestik antara dapur,

Page 16: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

3

sumur dan kasur. Hal senada juga dikemukakan oleh Indraswari (2008:51)

“…selama ini perempuan hampir selalu dipotret dalam kaitannya dengan peran

domestik mereka sebagai istri dan ibu yang bertugas mengelola rumah tangga”.

Eksisnya pandangan seperti ini didukung juga dengan adanya budaya partiarki

yang masih diyakini oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.

Di tengah kondisi mayoritas masyarakat yang menyakini bahwa perempuan di

Indonesia berada dalam wilayah domestik antara dapur, sumur, dan kasur,

ditemukan hal yang berbeda dari lingkungan sosial tempat penulis tinggal. Ada

sekelompok ibu-ibu yang bergerak bersama, melakukan serangkaian kegiatan

yang membuat mereka tidak hanya berdiam diri di rumah saja namun mereka

beraktivitas dan dapat menjangkau ranah-ranah publik. Setelah berusaha untuk

mencari informasi lebih lanjut, barulah diketahui bahwa mereka merupakan

sekelompok ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani

(KWT) Kecamatan Cipayung.

Sejauh penelusuran penulis, pada mulanya kelompok wanita tani berasal dari

wanita tani ialah istri-istri para petani di desa yang terlibat secara langsung

maupun tidak dalam kegiatan pertanian (Suraningsih, 2017). Seiring

perkembangan zaman, kelompok wanita tani tidak hanya berada di desa, namun

juga berada di wilayah perkotaan. Ada perbedaan dengan KWT yang berada di

wilayah perkotaan yaitu anggotanya bukan merupakan istri petani, melainkan ibu-

ibu rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk melakukan

kegiatan pertanian atau pun membuat makanan olahan dari hasil pertanian,

peternakan dan perikanan yang hasilnya memiliki nilai jual.

Page 17: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

4

KWT juga terdapat di beberapa tempat seperti Aceh, Semarang, Yogyakarta,

Jakarta, Kudus, dan Pontianak. KWT telah memberikan manfaat bagi perempuan

itu sendiri maupun bagi keluarga, antara lain (1) Secara sosial dapat meningkatkan

kualitas hidup perempuan. Program ataupun kegiatan yang dilakukan dengan

strategi berbasis kolektif merupakan hal yang penting bagi kaum perempuan, hal

ini dibuktikan adanya beberapa penelitian seperti Nowak dan Caufield (dalam

Strempel, 2011) yang menjelaskan bahwa dengan menggalakkan kegiatan

bersama, organisasi perempuan menyediakan kesempatan (opportunity) bagi

perempuan untuk dapat mengembangkan kecakapan diri dalam memimpin,

mengelola, membangun kepercayaan diri dan membantu membina hubungan

dengan kelompok lain yang dapat memberikan bantuan dan dukungan.

Food and Fertiliser Technology Centre (FFTC) (dalam Strempel, 2011) juga

menjelaskan pentingnya mengembangkan kelompok wanita sebagai strategi untuk

memberikan akses perempuan terhadap informasi, meningkatkan kemampuan

mereka untuk ikut mengambil keputusan dan menciptakan kesempatan untuk

membentuk kegiatan bersama dalam usaha mengakses masukan ekonomi.

(2) Mengatasi persoalan gender. Poin penting yang membuat program KWT

dapat memberdayakan kaum perempuan yaitu adanya jaminan bahwa KWT

dikelola dan dijalankan oleh para anggotanya. Artinya, perempuan di sini

dilibatkan dalam proses merancang dan melaksanakan program. Ini merupakan

strategi pemberdayaan yang efektif merujuk pada laporan yang dikeluarkan oleh

International Centre for Research Women (2009), keikutsertaan perempuan dalam

Page 18: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

5

merancang dan menyebarkan program adalah satu dari tujuh strategi pokok untuk

mencapai pemberdayaan lewat perubahan (Strempel, 2011).

(3) Secara ekonomi dapat mengatasi persoalan finansial, namun menghasilkan

uang bukan satu-satunya aspek penting dalam memberdayakan perempuan dari

segi ekonomi. Terdapat aspek penting lainnya yang juga merupakan bagian dari

pemberdayaan secara ekonomi seperti, pelatihan dalam bidang manajemen bisnis,

dan pengembangan kepemilikan oleh perempuan, pengawasan dan keikutsertaan

dalam pengelolaan kekuasaan (UNFPA, dalam Strempel, 2011).

(4) Mengatasi persoalan ketersediaan pangan, (5) Membantu perbaikan

kesehatan dan gizi di keluarga, (6) Menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak

menggunakan bahan kimia dalam merawat tanaman (Strempel, 2011, Wahyuni

dan Sukardja dalam Sri Wahyuni, 2003).

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa KWT juga penulis temukan di

wilayah Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Kota Depok meskipun merupakan

Kota termuda di Jawa Barat yang baru ditetapkan sebagai Kotamadya Daerah

Tk.II pada tanggal 27 April 1999 namun memiliki prestasi dalam perolehan

Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2009 dan 2010, Kota Depok

menempati posisi ketiga dari sepuluh Kabupaten/Kota dengan IPM tertinggi

(Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2011:14).

Prestasi tersebut menyiratkan adanya proses pemberdayaan manusia yang baik,

salah satunya pemberdayaan perempuan melalui kelompok wanita tani.

Page 19: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

6

KWT yang ada di Kota Depok berada dibawah naungan Dinas Ketahanan

Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP). Seiring perkembangannya, KWT

yang ada di Kota Depok mendapatkan ruang untuk memasarkan produknya dalam

Pasar Tani yang diadakan di halaman Balaikota Depok. Diadakannya pasar tani

merupakan salah satu perwujudan program Kota Depok yaitu Depok Sahabat

Petani (Depok.go.id, diakses 14 Februari 2018). Diantara KWT yang ada di Kota

Depok pada bulan April 2017, KWT Kecamatan Cipayung merupakan yang

terbaik menyisihkan 10 KWT dari yang ada di Kota Depok dalam pasar tani

(Observasi, Pidato Imam Bukhori Ketua Kontak Tani dan Nelayan Kecamatan

Cipayung, dalam Rembug KTNA Kecamatan Cipayung, Depok 28 Maret 2018).

Setelah melakukan observasi dalam beberapa kegiatan KWT Cipayung,

penulis mengetahui bahwa KWT Kecamatan Cipayung terdiri dari beberapa KWT

yang aktif seperti KWT Nusa Indah, KWT Sukses Bersama, KWT Lembah Griya

Indah, KWT Usaha Bersama, dan KWT Mawar. KWT yang ada di Cipayung

memiliki kegiatan lain di samping mengelola pangan olahan pertanian yang dapat

menopang jalannnya kelompok tersebut seperti koperasi simpan pinjam, dan juga

adanya gerai Cip-Icip Cipayung sebagai tempat yang khas untuk memasarkan

produk-produk yang dihasilkan dari Kecamatan Cipayung. Adanya prestasi yang

dimiliki oleh KWT Kecamatan Cipayung membuktikan bahwa ada proses

pemberdayaan yang baik dalam menciptakan kelompok wanita tani yang unggul

dan dapat berkontribusi bagi perkembangan ekonomi di wilayah tersebut.

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka studi yang berjudul

“Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Terhadap

Page 20: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

7

Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok” menjadi menarik dan

penting untuk dikaji secara mendalam terutama dalam melihat proses

pemberdayaan perempuan yang berawal dari ikatan-ikatan sosial lalu dapat

menjelma menjadi kekuatan-kekuatan ekonomi lokal. Sehingga pada akhirnya

dapat menunjang perkembangan institusi ekonomi yang ada di Kota Depok.

Dengan menggali hal ini, boleh jadi proses pemberdayaan perempuan melalui

program Kelompok Wanita Tani (KWT) di wilayah perkotaan dapat menjadi

rujukan bagi pihak lain yang membutuhkan solusi bagi persoalan pemberdayaan

perempuan dan pengembangan ekonomi. Penelitian ini juga penting sebab masih

sedikit penelitian yang mengkaji proses kontribusi kelompok wanita tani dalam

kacamata sosiologis.

B. Pertanyaan Penelitian

Mengacu pada pernyataan penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

pertanyaan dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan

Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Utamanya, tujuan dari penelitian ini ialah untuk menjelaskan kontribusi

yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung

terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok. Sekaligus

mendeskripsikan proses pemberdayaan perempuan melalui kelompok wanita tani

di Kecamatan Cipayung Kota Depok.

Page 21: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

8

C.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan teoritis terkait

kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung terhadap

perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok dan menjelaskan proses

pemberdayaan perempuan melalui Kelompok Wanita Tani.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi dan bahan rujukan ilmiah bagi para akademisi, praktisi

atau instansi dalam melihat tema Kelompok Wanita Tani (KWT). Kemudian

memberikan rekomendasi untuk para kelompok yang peduli atau pun

berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, serta tak lupa untuk pemerintah

dalam mengambil kebijakan.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelusuran literatur, penulis menemukan beberapa penelitian

sebelumnya yang membahas tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) maupun

pengembangan institusi ekonomi sebagai bentuk dari kekuatan ekonomi lokal

yang berasal dari perspektif sosiologis maupun disiplin ilmu lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana Chaidir, Dompak Napitupulu,

dan Idris Sardi (2018) membahas mengenai percepatan penumbuhan ekonomi

daerah dapat ditunjang salah satunya melalui pengembangan agroindusti.

Penelitian dengan metode kualitatif ini berfokus pada strategi yang digunakan

oleh KWT Tunas Baru di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh Ulu, Jambi dalam

mengembangkan industri pengolahan ikan patin. Hasilnya ialah KWT Tunas Baru

Page 22: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

9

memiliki kekuatan dalam mengelola industrinya yaitu adanya kepemilikan modal

pribadi, lokasi produksi yang strategis dijangkau masyarakat, tenaga kerja yang

berpengalaman, kualitas yang sudah terjamin dan harga produk yang dijual lebih

murah. Namun meskipun begitu, terdapat kelemahan yang dimiliki dari KWT

Tunas Baru yaitu tenaga kerja yang sedikit, dan kurangnya kegiatan promosi.

Maka strategi yang dapat digunakan agar industri ini dapat berkembang

diantaranya dengan meningkatkan modal, menjaga mutu produk, dan

meningkatkan kegiatan promosi.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Kusumanigrum (2016) melihat

adanya kekuatan ekonomi lokal yang dibangun secara kolektif oleh perempuan

desa. Kusumaningrum dalam penelitiannya di dusun Mrisi menemukan bahwa

adanya labeling terhadap perempuan desa yang dipandang sebelah mata karena

rendahnya tingkat pendidikan membuat perempuan di dusun Mrisi bergerak

bergotong royong untuk mematahkan labeling tersebut. Mereka bergerak bersama

dengan berlandaskan nilai normatif saling asih asuh merintis usaha kripik tempe

sagu yang akhirnya dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan keluarga dan

bahkan membuka lapangan pekerjaan yang baru.

Jamilah (2016) dalam penelitiannya di Tasikmalaya melihat kemunculan

kekuatan ekonomi lokal yang diinisiasi oleh pengusaha bordir dari kalangan

bawah atau non elit di dalam struktur feudal masyarakat Sunda. Kekuatan

ekonomi lokal ini pernah menopang krisis ekonomi Indonesia di tahun 1998.

Terdapat nilai yang menjadi pegangan dari para pengusaha bordir, yaitu nilai etika

Page 23: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

10

Islam dan Sunda. Nilai-nilai inilah yang menjadi salah satu faktor industri bordir

ini dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini.

Adapula penelitian lainnya dari Indraswari (2008) yang melihat posisi

perempuan miskin perkotaan dalam membangun ketahanan ekonomi keluarganya.

Dalam penelitiannya, Indraswari melihat perempuan aktif bergerak mengatasi

keterbatasan ekonomi yang dialami oleh keluarganya. Cara yang ditempuh oleh

perempuan ini, salah satunya dengan membangun modal sosial dengan sesama

perempuan di lingkungan tempat tinggal. Tujuannya yaitu untuk membangun

dana kolektif yang dapat diakses oleh mereka sebagai cara dalam menyelamatkan

keluarga mereka dari kemiskinan. Arisan dan koperasi adalah salah satu bentuk

kerja sama dan jaringan yang sengaja dibentuk oleh perempuan perkotaan secara

kolektif. Tujuannya agar mereka memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat dilihat bahwa ada kesamaan antara

penelitian-penelitan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

subjek yang diteliti sama-sama kelompok wanita tani dan seputar kemunculan

kekuatan ekonomi lokal. Sementara perbedaannya ialah penelitian sebelumnya

mengkaji kelompok wanita tani dengan fokus pada strategi pengembangan

industri yang dirintisnya. Belum ada yang mengkaji kelompok wanita tani yang

berangkat dari ikatan-ikatan sosial di masyarakat mampu menjelma menjadi

kekuatan ekonomi lokal dan memberikan pengaruh terhadap perkembangan

institusi ekonomi dalam cakupan yang lebih luas seperti dalam satu kota.

Kemudian, dari penelitian-penelitian sebelumnya tidak banyak yang

menggunakan teori-teori sosiologi sebagai pisau analisa. Sedangkan penelitian ini

Page 24: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

11

akan menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens untuk menganalisa

kontribusi KWT terhadap perkembangan institusi ekonomi. Maka dari itu

penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan sebab hendak mengisi lubang

kosong yang terdapat dari literatur penelitian tentang kelompok wanita tani.

Untuk memudahkan pembaca dalam melihat temuan-temuan dari

penelitian terdahulu, maka penulis merangkumnya dalam bentuk tabel dibawah

ini:

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka

No. Nama dan Judul Teori Metodologi Hasil

1 Nurdiana Chaidir,

Dompak Napitupulu,

dan Idris Sardi (2018).

“Strategi

Pengembangan

Agroindusti Ikan Patin

(Studi Kasus di Desa

Pudak Kecamatan

Kumpeh Ulu

Kabupaten Muaro

Jambi)

Analisis SWOT Kualitiatif KWT Tunas Baru

di Desa Pudak

memiliki

agroindustri

pengolahan ikan

patin. Kekuatan

yang dimiliki oleh

KWT Tunas Baru

dalam mengelola

industrinya ini

berasal dari adanya

kepemilikan modal

pribadi, lokasi

produksi yang

strategis dijangkau

masyarakat, tenaga

kerja yang

berpengalaman,

kualitas yang sudah

terjamin dan harga

produk yang dijual

lebih murah.

Adapun kelemahan

yang dimiliki dari

KWT Tunas Baru

yaitu tenaga kerja

yang sedikit, dan

kurangnya kegiatan

promosi.

Page 25: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

12

2 Demeiati Nur

Kusumanigrum (2016).

“Pengaruh Perspektif

Pemberdayaan

Perempuan dalam

Kebangkitan Ekonomi

Lokal: Industri Tempe

Sagu di Dusun Mrisi-

Yogyakarta”

Teori

Pemberdayaan

Perempuan

Kualitatif Kemunculan UKM

Kripik Tempe Sagu

dilihat sebagai

wadah

pemberdayaan

perempuan desa.

Potret perempuan

desa yang

dipandang sebelah

mata membuat

perempuan di

dusun Mrisi

bergerak bergotong

royong dengan

berlandaskan nilai

normatif saling asih

asuh merintis

produksi kripik

tempe sagu yang

akhirnya dapat

memberikan

sumbangan bagi

pendapatan

keluarga dan

bahkan membuka

lapangan pekerjaan

yang baru.

3 Joharotul Jamilah

(2016) “Ketahanan

Industri Bordir di

Tasikmalaya: Studi

Etika Moral Ekonomi

Islam Pada Komunitas

Tatar Sunda”.

Teori

Embeddedness

dan

Isomorphism

Kualitatif Kemunculan

kekuatan ekonomi

lokal berupa

industri bordir di

Tasikmalaya

dipelopori oleh

kelompok non elit,

kelas bawah, dan

masyarakat yang

menempati posisi

marginal di dalam

struktur feudal

Page 26: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

13

sunda. Namun

mereka para

pengusaha industri

bordir dapat

berjuang bertahan

karena memegang

teguh nilai etika

Islam dan Sunda.

4 Indraswari (2008).

“Perempuan, Sumber

Daya Ekonomi dan

Modal Sosial

Modal Sosial Kualitatif Modal sosial dalam

kalangan

perempuan

berfungsi sesuai

dengan kelas sosial.

Modal sosial pada

perempuan yang

tidak terlalu miskin

namun masih

mampu

membangun kerja

sama dan jaringan

seperti arisan dan

koperasi dapat

menjadi akses

kepada sumber

daya ekonomi.

Kemudian mereka

juga masih dapat

membuka warung

kelontong sebagai

upaya untuk

mendapatkan

sumber daya

ekonomi. Upaya-

upaya ini mereka

bangun guna

menyelamatkan

perempuan dan

keluarganya dari

kemiskinan yang

parah.

Page 27: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

14

Selanjutnya, untuk memastikan kedudukan dan ide baru dari penelitian ini

di antara penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:

Gambar I.1. Pemetaan Penelitian Terdahulu

Ide penelitian ini sekaligus menjadi yang terbaru dalam tema penelitian

kelompok wanita tani yakni akan mengkaji bagaimana KWT dapat berkontribusi

terhadap aspek yang lebih luas seperti perkembangan institusi ekonomi di satu

Kota. Penelitian ini akan menjelaskan proses kontribusi yang diberikan oleh

anggota KWT Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di

“Indraswari (2008). “Perempuan,

Sumber Daya Ekonomi dan Modal

Sosial

Kontribusi KWT Kec.

Cipayung Terhadap

Perkembangan Institusi

Ekonomi di Kota Depok

Nugroho Aji (2018)

Joharotul Jamilah (2016) “Ketahanan

Industri Bordir di Tasikmalaya: Studi

Etika Moral Ekonomi Islam Pada

Komunitas Tatar Sunda”.

Demeiati Nur Kusumanigrum (2016).

“Pengaruh Perspektif Pemberdayaan

Perempuan dalam Kebangkitan

Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu

di Dusun Mrisi-Yogyakarta”

Nurdiana Chaidir, Dompak

Napitupulu, dan Idris Sardi (2018).

“Strategi Pengembangan Agroindusti

Ikan Patin (Studi Kasus di Desa Pudak

Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten

Muaro Jambi)

Page 28: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

15

Kota Depok dengan melihat kemunculan dan perkembangan dari institusi pasar

tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.

E. Kerangka Teoritis

1. Definisi Konseptual

a) Kontribusi

Kontribusi dalam pengertiannya secara umum yakni pemberian andil dalam

sebuah kegiatan, baik dalam bentuk masukan ide maupun lainnya (Badudu, 1994).

Soerjono (1997) menjelaskan bahwa kontribusi ialah ikut serta atau memberikan

ide, tenaga, dan lain sebagainya dalam sebuah kegiatan. Adapula Ahira (2012)

menjelaskan kontribusi sebagai keikutsertaan, keterlibatan, maupun sumbangan

materi atau tindakan. Tindakan dalam hal ini diartikan dengan perilaku yang

dilakukan oleh individu yang selanjutnya dapat memberikan dampak positif

ataupun negatif terhadap pihak lain.

b) Kelompok Wanita Tani

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan istri-istri para petani di desa yang

terlibat secara langsung maupun tidak dalam kegiatan pertanian (Suraningsih,

2017). Saat ini, KWT tidak hanya berada di wilayah pedesaan namun juga

terdapat di wilayah perkotaan sekaligus menjadi wadah bagi ibu-ibu rumah tangga

dalam meningkatkan produktivitas dirinya. KWT di perkotaan memiliki fokus

dalam mengolah hasil-hasil pertanian, baik yang ditanam sendiri maupun dari

petani sekitar.

c) Institusi Ekonomi

Page 29: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

16

Institusi Ekonomi merupakan institusi yang memiliki fungsi untuk

memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi,

menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta. Sebagai contoh,

pertanian, peternakan, koperasi, industri, dan perbankan (Setiadi dan Usman

Kolip, 2011:291). Institusi ekonomi merupakan bagian dari sistem sosial di

masyarakat yang saling berkaitan satu sama lain dengan institusi lainnya seperti

institusi keluarga, agama, dan pendidikan yang memiliki peran yang berbeda-beda

(Ogburn, 1964).

2. Definisi Operasional

a) Kontribusi

Kontribusi dalam penelitian ini diartikan sebagai pemberian andil berupa

masukan ide, keterlibatan, keikutsertaan, dan sumbangan lain baik berupa materi

atau tindakan yang dilakukan oleh individu yang akan memberikan dampak untuk

pihak lain.

Kontribusi yang akan dianalisis dalam penelitian ini berfokus pada

sumbangan ide maupun materi, keikutsertaan, dan keterlibatan yang dilakukan

oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung terhadap institusi pasar tani dan gerai

Cip-Icip Cipayung.

b) Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung Kota Depok

Berdasarkan dari definisi tentang KWT diatas maka dalam penelitian ini

KWT dibatasi sebagai kelompok bagi para perempuan atau ibu rumah tangga di

perkotaan dalam melakukan produktivitas serta dapat menjadi wadah untuk

memberdayakan ekonomi untuk menunjang kesejahteraan keluarga. Jumlah

Page 30: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

17

anggota kelompok idealnya sekitar 15-30 orang atau dapat juga disesuaikan

dengan kondisi dan wilayah kerja kelompok.

KWT dalam penelitian ini adalah KWT yang berada di Kecamatan

Cipayung Kota Depok. KWT di Kecamatan Cipayung terdiri dari KWT Nusa

Indah, KWT Lembah Griya Indah, KWT Sukses Bersama, KWT Usaha Bersama,

dan KWT Mawar. Dipilihnya KWT di Kecamatan Cipayung Kota Depok sebagai

subjek penelitian dikarenakan KWT Cipayung merupakan salah satu KWT yang

ada di Kota Depok dengan beberapa keunggulan diantaranya yaitu mendapatkan

predikat KWT terbaik dalam pasar tani April 2017 dan telah memiliki Gerai Cip-

Icip Cipayung yang menjadi tempat untuk membeli oleh-oleh pangan olahan khas

dari Kecamatan Cipayung. Dengan melihat kondisi ini, KWT Kecamatan

Cipayung menjadi berkembang selangkah lebih maju dari KWT lainnya di Kota

Depok. Kelompok Wanita Tani inilah yang akan menjadi subjek dalam penelitian

ini.

c) Institusi Ekonomi

Merujuk pada definisi institusi ekonomi diatas yang merupakan institusi

dengan fungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian hidup,

memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi hasil produksi dan harta,

maka institusi ekonomi yang akan diteliti pada penelitian ini ialah gerai Cip-Icip

Cipayung, dan Pasar Tani.

Pasar tani dan Gerai Cip-Icip Cipayung dipilih sebab dua institusi ekonomi

ini menjadi ranah yang sentral bagi ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam

Page 31: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

18

melakukan aktivitasnya. Selanjutnya, dua institusi ini mencerminkan adanya relasi

yang terbentuk antara praktik sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung dengan perkembangan (struktur) institusi ekonomi di Kota Depok.

c) Kajian Teori: Teori Strukturasi (Anthony Giddens)

Teori strukturasi merupakan teori yang dikemukakan oleh Anthony

Giddens. Menurut teori ini, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah

pengalaman masing-masing aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas

kemasyarakatan, melainkan praktik-praktik sosial yang terjadi sepanjang ruang

dan waktu (Giddens, 2010).

Teori ini memusatkan perhatiannya pada praktik sosial yang berulang

antara agen dan struktur (Ritzer, 2004:507). Aktivitas-aktivitas atau praktik sosial

tidak dihadirkan oleh para aktor sosial, melainkan terus menerus diciptakan oleh

mereka melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka sebagai aktor (Giddens,

2010). Menurut Bernstein (dalam Ritzer, 2004) dasar tujuan dari teori ini ialah

untuk menjelaskan hubungan dialektika dan saling pengaruh-mempengaruhi

antara agen dan struktur. Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh

struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling jalin menjalin

tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia. Fokus dari analisis teori

strukturasi adalah praktik atau tindakan manusia yang berulang-ulang. Artinya,

aktivitas bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial namun secara terus-

menerus mereka ciptakan ulang melalui suatu cara, dan dengan cara itu juga

mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor (Ritzer, 2004).

Page 32: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

19

Adapun elemen-elemen teori strukturasi yang dijelaskan oleh Giddens

(1984) ialah :

1. Agen, Agensi

Dalam teori strukturasi, Giddens menjelaskan tentang agensi yakni suatu

konsep yang merujuk kepada aksi atau tindakan sosial yang dilakukan oleh agen.

Agen adalah aktor atau pelaku yang melakukan tindakan dan aktivitas sosial.

Konsep agen biasanya merujuk pada individu, namun konsep ini juga dapat

merujuk pada kolektivitas atau kelompok terorganisir, organisasi dan bangsa

(Ritzer, 2004:506).

Terdapat 3 aspek fundamental yang terdapat pada diri agen atau aktor

dalam melakukan aktivitas sosialnya. (a) Monitoring tindakan secara refleksif

(Reflexive monitoring of action) ialah aktor memonitor pemikiran dan aktivitas

mereka sendiri termasuk yang berhubungan dengan orang lain mencakup aspek

sosial dan fisik. (b) Rasionalisasi tindakan (Rationalization of action) ialah aktor

mengembangkan kebiasaan sehari-hari atau memelihara „theoretical

understanding’ yang berkelanjutan terhadap aktivitas sosialnya. Kemudian, aktor

juga memiliki (c) Motivasi tindakan (Motivation of action) ialah keinginan dan

hasrat yang mendorong aktor untuk melakukan tindakan (Ritzer, 2004:509).

Dalam bagian kesadaran, Giddens membedakan antara kesadaran diskursif

yaitu kemampuan untuk melukiskan tindakan-tindakan aktor dengan kata-kata

sedangkan kesadaran praktis yaitu tindakan-tindakan yang diterima begitu saja

oleh aktor tanpa mampu mengungkapkan kata-kata tentang apa yang mereka

lakukan. Kesadaran praktis inilah yang sangat penting bagi teori strukturasi, yang

Page 33: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

20

lebih memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan aktor ketimbang apa yang

dikatakannya (Ritzer, 2004:509)

Sesuai dengan penekanannya pada keagenan, Giddens memberikan

(power) kepada agen ialah kapasitas individu untuk mengubah (sense of

transformative capacity) dan membuat perbedaan. Aktor berhenti menjadi agen

apabila ia kehilangan kemampuan untuk menciptakan perbedaan (Ritzer, 2004).

2. Struktur, Strukturasi

Letak inti teori strukturasi Giddens terletak pada pemikiran mengenai

struktur, sistem, dan dualitas struktur. Struktur merupakan perangkat sosial yang

memiliki aturan dan sumber daya, perangkat yang memungkinkan praktik sosial

serupa dapat dijelaskan untuk eksis di sepanjang ruang dan waktu yang

membuatnya menjadi bentuk sistemik (Giddens dalam Ritzer, 2004). Sistem

didefinisikan sebagai praktik sosial yang direproduksi (reproduced) atau

hubungan yang direproduksi antara aktor dan kolektivitas yang diorganisir

sebagai praktik sosial tetap. Strukturasi didefinisikan sebagai kondisi yang

mengatur keberlanjutan atau perubahan (transformation) struktur dan oleh karena

itu mereproduksi sistem sosial. Strukturasi meliputi hubungan dialektika antara

agen dan struktur atau yang disebut sebagai dualitas struktur (Ritzer, 2004). Agen

dan struktur mengalami dualitas, struktur tidak akan ada tanpa agen, agen tidak

akan bisa melakukan praktik sosial tanpa adanya struktur.

Struktur bagi Giddens hanya ada di dalam dan melalui aktivitas manusia

sebagai agen. Struktur merupakan akibat atau hasil dari praktik sosial yang

dilakukan oleh agen. Seluruh interaksi yang dilakukan oleh agen melibatkan

Page 34: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

21

pemaknaan, penggunaan kekuasaan dan sanksi normatif. Dalam interaksi yang

terjadi, agen menggambarkan dan mereproduksi sifat-sifat kultural dari sistem

sosial yang saling berkaitan, yakni signifikansi (S), dominasi (D) dan legitimasi

(L). Giddens menjelaskannya sebagai berikut :

S-D-L : Institusi Simbolik

D (auth)-S-L : Institusi Politik

D (alloc)-S-L : Institusi Ekonomi

L-D-S : Institusi Hukum

Dari konsep subtantivis di atas, Giddens ingin menjelaskan bahwa terdapat

keterkaitan antara ketiga institusi tersebut. Institusi simbolik akan eksis apabila

signifikansi telah ada dan diikuti dengan dominasi dan legitimasi. Institusi politik

akan ada jika terdapat keterkaitan antara dominasi otoritatif, signifikansi dan

legitimasi. Institusi ekonomi akan terbentuk jika terdapat kondisi yang saling

berkaitan antara dominasi alokatif, signifikansi dan legitimasi. Institusi hukum

akan ada jika ada keterkaitan antara legitimasi, dominasi dan signifikansi.

Struktur dalam teori strukturasi bersifat dinamis. Struktur dapat juga

mengalami keusangan (obsolence) dan akhirnya direproduksi. Keusangan yang

dimaksud ialah perubahan pada struktur lama menjadi struktur baru dalam

rangka penyesuaian dengan praktik sosial yang terus berkembang (Priyono,

2002).

Setelah penjabaran di atas, penulis melihat teori strukturasi dapat

digunakan untuk menganalisis kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung sebagai agen terhadap perkembangan institusi ekonomi

Page 35: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

22

(struktur) di Kota Depok. Penulis mencoba melihat bagaimana praktik-praktik

sosial yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat memberi

pengaruh terhadap perkembangan institusi ekonomi yang ada di Kota Depok.

F. Metode Penelitian

F.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk menangkap sekaligus memahami makna

yang terdapat pada rangkaian proses kegiatan KWT Kecamatan Cipayung yang

dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota

Depok. Maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah

pendekatan dengan mengeksplorasi dan memahami makna yang dimiliki oleh

sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan (Creswell, 2010).

Untuk dapat mengeksplorasi dan memahami makna dari proses kegiatan

yang dilakukan oleh KWT Kecamatan Cipayung, penulis melakukan interaksi

yang intens dengan ibu-ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung sebagai pihak

yang diteliti. Adapun interaksi yang dilakukan berupa datang berkunjung ke acara

pertemuan rutin, rembug kelompok, pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.

Termasuk di dalamnya penulis harus mampu memahami dan mengembangkan

pola-pola, dan analisis terhadap proses-proses sosial yang terjadi di dalam KWT

Kecamatan Cipayung (Creswell, 2010). Dengan demikian, pendekatan kualitatif

ini dirasa tepat untuk menangkap makna yang terkandung dari proses kontribusi

Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan

institusi ekonomi di Kota Depok.

Page 36: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

23

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Creswell (2010:20)

menjelaskan metode studi kasus merupakan strategi penelitian yang membuat

peneliti menyelidiki secara cermat suatu peristiwa, aktivitas, proses atau

sekelompok individu. Namun, kasus-kasus yang diteliti harus dibatasi oleh waktu

dan aktivitas. Studi kasus dipilih karena penelitian ini ingin menyelidiki secara

cermat rangkaian-rangkaian yang terjadi dalam cakupan proses kegiatan KWT

Kecamatan Cipayung yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan

institusi ekonomi di Kota Depok.

F.2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara

langsung oleh peneliti dari lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang

tidak dikumpulkan secara langsung oleh peneliti, atau dikumpulkan melalui

sumber-sumber lain yang telah tersedia (Silalahi, 2010). Penggunaan kedua jenis

data ini dilakukan sebagai upaya untuk memperkuat dan melengkapi satu sama

lain. Data primer penulis dapatkan langsung dari hasil wawancara dan observasi

lapangan tentang aktivitas yang dilakukan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

selama penelitian. Data sekunder didapatkan dari ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung atau sumber lain yang dapat menunjang proses penelitian ini.

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan yaitu wawancara dan

observasi. Proses wawancara dilakukan dengan tatap muka (face to face

interview) dengan informan. Kemudian, wawancara juga dapat dilakukan dengan

Page 37: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

24

cara tidak terstruktur (unstructured interviews) yaitu peneliti dan informan saling

berinteraksi dengan cair (Marvasti, 2004).

Proses observasi dilakukan dengan turun langsung ke lapangan penelitian

yaitu mengamati proses kegiatan-kegiatan yang dilakukan para KWT Kecamatan

Cipayung diantaranya saat pertemuan rutin kelompok, rembug KTNA Kecamatan

Cipayung, proses produksi pangan, pelaksanaan pasar tani dan bazar UKM di

Walikota Depok. Ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran langsung mengenai

dinamika dan aktivitas yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Cipayung sehingga

dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota

Depok

Dalam penelitian ini pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive

sampling, yang didasarkan pada siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk

memberikan informasi yang dibutuhkan terkait kontribusi yang diberikan KWT

Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.

Maka informan dalam wawancara dibatasi pada ketua Kontak Tani Nelayan

Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung Kota Depok 1 orang, ketua dan anggota

Kelompok Wanita Tani Kecamatan Cipayung sebanyak 8 orang, staf Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM) Kota Depok 1 orang dan Kepala Balai

Penyuluh Pertanian 1 orang.

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan

dokumen dan materi visual (Creswell, 2010). Pengumpulan dokumen dilakukan

dengan bersumber pada dokumen-dokumen berita di internet yang berkaitan

dengan kegiatan KWT Kecamatan Cipayung. Sementara pengumpulan materi

Page 38: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

25

visual dilakukan dengan mengumpulkan foto-foto atau gambar-gambar dari

aktivitas anggota KWT Kecamatan Cipayung yang diambil secara langsung

maupun tidak langsung.

Proses pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan dibeberapa

tempat seperti kediaman ketua dan anggota KWT Kecamatan Cipayung, Kantor

Kecamatan Cipayung, Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM)

Kota Depok, Kantor Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya dan ditambah

melalui website yang relevan dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

ini. Lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa lokasi merupakan tempat-tempat

yang menjadi ruang beraktivitas anggota KWT Kecamatan Cipayung.

F.3. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisa data, penulis merujuk pada Miles dan Huberman

(1994 dalam Marvasti, 2004:88-90) yaitu saat proses menganalisa data dalam

kualitatif harus melewati beberapa tahap. Pertama, penulis akan melakukan

reduksi data yaitu proses memilih, menyederhanakan, mengabstraksi, dan

mentransformasi data yang terkumpul dari proses pengumpulan data aktivitas-

aktivitas ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung di lapangan. Proses reduksi ini terus

berkelanjutan selama penelitian ini berlangsung. Tahap kedua yaitu penulis

melakukan display data yaitu menyusun informasi secara terstruktur agar

menimbulkan adanya proses penarikan kesimpulan serta pengambilan keputusan

terhadap data yang terkumpul. Tahap ketiga, penulis melakukan penarikan

kesimpulan yang dalam proses ini terdapat penggambaran makna dari data yang

Page 39: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

26

ditampilkan terkait kontribusi KWT Kecamatan Cipayung terhadap

perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini penulis memberikan penjelasan tentang pernyataan masalah,

pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

teoritis, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum Kota Depok dan

Kecamatan Cipayung berdasarkan letak geografi, wilayah administrasi, serta

kependudukan. Kemudian, penulis juga memberikan penjelasan mengenai

Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung dan gambaran umum

institusi pasar tani dan gerai Cip-Icip Cipayung.

BAB III Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung

Terhadap Perkembangan Institusi Ekonomi di Kota Depok

Bab ini berisikan tentang proses kontribusi yang diberikan KWT Kecamatan

Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok

BAB IV Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran bagi penelitian

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Page 40: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

27

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Depok

Penelitian ini dilakukan di Kota Depok provinsi Jawa Barat. Daerah yang

dijuluki Kota Belimbing ini pada awalnya hanya sebuah Kecamatan yang

berada di lingkungan Kewedanan (Pembantu Bupati) wilayah Parung

Kabupaten Bogor. Pada tahun 1981, pemerintah membentuk Kota

Administratif Depok dengan berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor

43 tahun 1981. Saat itu terdapat 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa.

Setelah 17 tahun terbentuknya Kota Administratif Depok, ternyata terjadi

perkembangan yang pesat di berbagai bidang seperti pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan. Hal ini dibuktikan dengan semua Desa

berganti menjadi Kelurahan dan terjadinya pemekaran Kelurahan, sehingga

jumlah Kelurahan mencapai 23 (dua puluh tiga).

Semakin berkembangnya wilayah ini, membuat pemerintah menaikkan

statusnya menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan yang diberikan

menjadi lebih baik dan maksimal. Tepat pada tanggal 27 April 1999,

Kotamadya Tk.II Depok diresmikan. (Depok.go.id, diakses pada 5 April 2018).

Kondisi demografi Kota Depok juga terus mengalami perkembangan.

Tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi adalah hasil dari peningkatan

jumlah wilayah pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Jumlah

penduduk di Kota Depok pada tahun 2016 mencapai 2.179.813 jiwa yang

terdiri dari 1.098.473 laki-laki dan 1.081.340 perempuan. Untuk wilayah

Page 41: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

28

dengan luas keseluruhan sekitar 200,29 km2

jumlah kepadatan penduduk tahun

2016 mencapai 10.883 jiwa/km2

(BPS Kota Depok, 2017:4). Populasi

penduduk perempuan yang cukup besar, menunjukan bahwa kontribusi aktif

perempuan akan diperhitungkan dalam proses perkembangan Kota Depok itu

sendiri. Tidak hanya kaum laki-laki saja yang dapat memberikan kontribusi

bagi perkembangan dan kemajuan Kota Depok.

Tabel II.A.1. Jumlah Penduduk Kota Depok

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1. Laki-laki 1.098.473

2. Perempuan 1.081.340

Total : 2. 179.813

Sumber: BPS Kota Depok, 2017

Secara geografis, Kota Depok berada dalam wilayah Jabodetabek. Wilayah

Kota Depok berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lainnya. Sebelah

Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan dan

Wilayah DKI Jakarta. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok

Gede Kota Bekasi dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Sebelah

Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede

Kabupaten Bogor. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan

Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor (Buku Putih Sanitasi Pemkot

Depok, 2011). Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan

dataran rendah. Kota Depok dialiri dua sungai-sungai besar yaitu sungai

Ciliwung dan Cisadane.

Page 42: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

29

Gambar II.1. Peta Wilayah Kota Depok

Sumber: Google

Di tahun 2005 luas wilayah terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%)

dari luas wilayah Kota Depok. Meningkatnya jumlah pemukiman membawa

dampak pada penurunan kondisi alam Kota Depok. Kondisi yang demikian

membuat pembangunan pertanian tanaman pangan di Kota Depok akan

semakin sulit, sebab lahan sawah akan semakin menyempit (Depok.go.id,

diakses pada 5 April 2018). Kondisi inilah yang membuat KWT di Kota Depok

lebih memilih bergerak pada bidang olahan hasil pertanian.

Kondisi sosial ekonomi di Kota Depok juga berkembang mengikuti

perkembangan dibidang lainnya. Secara sosial, angka Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) Kota Depok sudah berada dalam kriteria tinggi yaitu sebesar

79,60. Penduduk Kota Depok sebagian besar merupakan kaum komuter yang

Page 43: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

30

melakukan aktifitas ekonomi khususnya di wilayah luar Depok namun tinggal

di Kota Depok.

Di tahun 2016, penduduk Kota Depok sudah tidak ada yang pengeluaran per

orang sebulannya di bawah Rp 200.000. Sektor perekonomian yang mengalami

pertumbuhan tinggi di tahun 2016 adalah sektor informasi dan komunikasi

(14,23%), sektor jasa keuangan dan asuransi (10,91%) sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum (9,77%), dan sektor konstruksi (9,44%).

B. Gambaran Umum Kecamatan Cipayung

Kecamatan Cipayung merupakan lokasi pusat dari kegiatan KWT

Kecamatan Cipayung. Kecamatan ini adalah hasil dari pemekaran yang

dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok pada tanggal 30 Oktober 2009

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2007. Wilayah administrasi

Kecamatan Cipayung terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Cipayung,

Kelurahan Cipayung Jaya, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kelurahan Ratu

Jaya dan Kelurahan Pondok Jaya.

Dari sisi demografi, jumlah penduduk Kecamatan Cipayung mencapai

117.725 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebebsar 60.189 jiwa dan

perempuan 57.536 jiwa. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bojong

Pondok Terong sebesar 29.599 jiwa sedangkan paling sedikit berada di

Kelurahan Cipayung Jaya sebesar 17.188 jiwa (Cipayung.depok.go.id, Diakses

pada 5 April 2018). Kepadatan penduduk secara umum di Kecamatan

Cipayung adalah 12.867 jiwa/km2.

Page 44: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

31

Secara geografis, wilayah Kecamatan Cipayung berjarak ± 5 Km kearah

selatan dari pusat pemerintahan Kota Depok. Wilayah ini merupakan dataran

rendah dengan luas sebesar 11,63 km2

. Kecamatan Cipayung sebelah Utara

berbatasan dengan Kecamatan Pancoran Mas. Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Bogor. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Sukmajaya dan Kecamatan Cilodong. Sebelah Barat berbatasan dengan

Kecamatan Sawangan. Penggunaan lahan di Kecamatan Cipayung mayoritas

digunakan untuk hunian perumahan yakni sebesar 53,56 %

(Cipayung.depok.go.id, Diakses pada 5 April 2018).

Gambar II.2. Peta Kecamatan Cipayung

Sumber: Cipayung.depok.go.id

Page 45: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

32

Kondisi pendidikan di Kecamatan Cipayung juga masih memprihatinkan,

masih banyak masyarakat yang status pendidikannya tidak tamat Sekolah

Dasar (SD) yaitu sebesar 9.239 jiwa. Status pendidikan terakhir masyarakat

Kecamatan Cipayung paling banyak yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) sebesar 26.916 jiwa sedangkan yang lulus dari Universitas sebesar

12.022 jiwa. Angka melek huruf Kecamatan Cipayung sebesar 96,55 % yang

menempati urutan kedua terendah diantara Kecamatan lainnya di Kota Depok

(BPS Kota Depok, 2016).

Penduduk Kecamatan Cipayung memiliki jenis pekerjaan yang beragam.

Jenis pekerjaan yang menempati urutan pertama atau paling banyak digeluti

oleh masyarakat Kecamatan Cipayung adalah buruh yaitu sebanyak 27. 104

jiwa, lalu posisi kedua wiraswasta sebanyak 25.241 jiwa, dan posisi ketiga

yaitu pedagang sebanyak 11.271 jiwa.

Mayoritas penduduk Kecamatan Cipayung menganut agama Islam yaitu

sebesar 109.931 jiwa. Hal ini diperkuat dari banyaknya jumlah majelis taklim

yang tersebar di wilayah ini serta kultur masyarakatnya yang islami. Agama-

agama lainnya hanya minoritas, jumlahnya pun tidak sampai setengah dari

jumlah penganut agama Islam di Kecamatan Cipayung. Penganut agama

Katolik hanya sebesar 1.603 jiwa, Protestan sebesar 2. 278 jiwa, Hindu sebesar

631 jiwa, dan Budha 722 jiwa.

Di bagian pertanian, produksi tanaman palawija yang dihasilkan sangat

kecil apabila dibandingkan dengan jenis sayur-sayuran. Hal ini terjadi karena

Page 46: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

33

semakin berkurangnya lahan untuk pertanian akibat tingginya permintaan

untuk kebutuhan perumahan. Banyak sekali lahan pertanian yang beralih fungsi

menjadi perumahan penduduk. Kondisi ini juga yang membuat ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung memilih bergerak dibidang olahan hasil pertanian.

C. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung

Kelompok Wanita Tani (KWT) merupakan kelompok perempuan yang

asal mulanya adalah istri para petani yang memiliki aktifitas untuk

mengimbangi aktifitas petani baik pada saat melengkapi proses pertaniannya

maupun proses pengolahan hasil dari pertanian tersebut (Wawancara, Pak

Sutarman, Staf Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya, Depok, 28 Maret 2018).

KWT yang ada di Kecamatan Cipayung memiliki perbedaan dengan

KWT seperti pada mulanya. Mengingat luas lahan pertanian yang ada di

Kecamatan Cipayung semakin menyusut akibat lebih banyak dipergunakan

sebagai lahan perumahan maka KWT yang ada di Cipayung adalah kelompok

tani yang bergerak dalam bidang olahan, bukan yang turun langsung

melakukan aktifitas pertanian seperti kelompok wanita tani pada mulanya

(Wawancara, Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Cipayung, Depok, 10 April

2018).

Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Kecamatan Cipayung berada

dalam naungan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Cipayung. Dalam

pengukuhan sekaligus pergantian pengurus yang baru yaitu tanggal 28 Maret

2018 di Aula Kecamatan Cipayung, KTNA Cipayung menaungi beberapa

Page 47: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

34

kelompok tani dan nelayan seperti Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani),

Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan), Poknak (Kelompok Peternak), dan

KWT (Kelompok Wanita Tani).

Adapun Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Kecamatan

Cipayung terdiri dari beberapa Kelompok Wanita Tani yang tersebar di

Kelurahan yang ada dalam wilayah administratif Kecamatan Cipayung,

diantaranya :

1. Kelompok Wanita Tani (KWT) Sukses Bersama. KWT ini berlokasi

di Kampung Bulak Barat Indah RT 01 RW 08 Kelurahan Cipayung,

Kecamatan Cipayung Kota Depok. Terbentuk pada tanggal 19 April

2012.

2. Kelompok Wanita Tani (KWT) Lembah Griya Indah. Berlokasi di

Perumahan Lembah Griya Indah RW 09 Kelurahan Cipayung Jaya,

Kecamatan Cipayung, Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 7

Oktober 2011.

3. Kelompok Wanita Tani (KWT) Nusa Indah. Berlokasi di Kampung

Rawa Sari RW 05 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung,

Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 6 Oktober 2016.

4. Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar. Berlokasi di RW 08

Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok.

Dibentuk pada tanggal 26 Oktober 2011.

Page 48: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

35

5. Kelompok Wanita Tani (KWT) Usaha Bersama. Berlokasi di

Kampung Utan RW 03, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan

Cipayung. Kota Depok. Dibentuk pada tanggal 6 April 2009.

G

a

m

b

a

r

II.3. Garis Koordinasi KWT Cipayung

Dalam proses pembentukannya, semua KWT yang ada di Kecamatan

Cipayung memiliki proses yang hampir sama. Bermula dari adanya

perkumpulan ibu-ibu seperti arisan ataupun pengajian lalu diumumkan bahwa

akan ada pelatihan dari pemerintah untuk mencetak Kelompok Wanita Tani.

Setelah terkumpul ibu-ibu yang berminat untuk mengikuti pelatihan,

selanjutnya mereka menjadi peserta yang dididik dan dilatih selama kurang

lebih satu minggu oleh Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan

(DKPPP) yang dahulu bernama Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan).

Kemudian setelah pelatihan, peserta akan dikukuhkan secara resmi menjadi

KWT dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) dari Kelurahan yang

diketahui oleh Kecamatan dan DKPPP (Wawancara, Ibu Purwaningsih, Ketua

KWT Cipayung, Depok, 10 April 2018).

KTNA Cipayung

KWT Sukses Bersama

KWT Lembah Griya Indah

KWT Nusa Indah KWT Usaha Bersama

KWT Mawar

KWT Cipayung

Page 49: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

36

Tujuan dibentuknya KWT Kecamatan Cipayung yaitu untuk menambah

pendapatan ibu rumah tangga, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

serta meningkatkan kerja sama antara petani, pedagang, dan kelompok tani.

Kerja sama antara petani dengan KWT muncul dalam proses mendapatkan

bahan baku olahan. Hal ini dikarenakan, KWT yang ada di Kecamatan

Cipayung tidak memproduksi langsung bahan-bahan baku untuk produk olahan

yang mereka hasilkan melainkan membeli dari para petani yang ada di

lingkungan sekitarnya.

Kegiatan-kegiatan yang ada di KWT Cipayung beragam. Kegiatan

utamanya yaitu mengadakan pertemuan rutin setiap bulan dengan beberapa

kegiatan di dalamnya seperti membuat produk olahan, ataupun melakukan

evaluasi terhadap perkembangan kelompok secara keseluruhan. Dalam

pertemuan biasanya dihadiri juga oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Ratu Jaya untuk mendampingi sekaligus

me-monitoring KWT tersebut.

Selain itu, ada pula kegiatan pelatihan yang diberikan oleh Dinas

Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) dan Balai Penyuluh

Pertanian (BPP) diantaranya pelatihan membuat makanan olahan, pelatihan

fotografi produk, pelatihan penanaman hidroponik dan manajemen keuangan.

Pelatihan yang didapat tidak hanya dari DKPPP dan BPP yang merupakan

pembina KWT secara struktural tetapi ada juga pelatihan ataupun sosialisasi

yang dilakukan oleh pihak lain seperti dari Industri Dagang (Indag) Kota

Depok yang memberikan pelatihan pengemasan produk olahan, kemudian ada

Page 50: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

37

pula dari asosiasi dan kampus-kampus yang mengadakan sosialisasi pemasaran

secara online.

Dalam hal pendanaan, KWT yang ada di Kecamatan Cipayung

mendapatkan modal dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan

(DKPPP). Setelah mereka mendapatkan pelatihan maka mereka juga dibantu

dalam hal permodalan dan pengadaan alat-alat untuk memproduksi olahannya

masing-masing. Sebagai contoh pada tahun 2015, DKPPP selaku pembina

KWT Kecamatan Cipayung mengeluarkan dana sebesar 15 juta rupiah untuk

modal produksi di satu KWT.

Para anggota KWT Cipayung menghasilkan produk-produk olahan dari

pertanian seperti stik jambu merah, stik daun jambu merah, dodol jambu

merah, jus jambu merah, jelly jambu merah, dan peyek mini. Di bidang

perikanan ada olahan stik telur ikan, dan nugget ikan lele.

Page 51: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

38

Gambar II.4. Produk-Produk KWT Kecamatan Cipayung

Page 52: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

39

Produk-produk yang telah dihasilkan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT)

Cipayung kemudian dipasarkan ke Pasar Tani yang ada di Balaikota Depok,

Gerai Cip-Icip Cipayung, dan ada juga yang dijual ke warung-warung kecil.

Tidak ada pembatasan tentang pemasaran produk KWT ini, bahkan secara

online melalui media sosial.

Dalam perkembangan KWT Kecamatan Cipayung juga terjadi dinamika

yang menarik. Untuk peraturan, setiap kelompok memiliki peraturannya

masing-masing. Sebagai contoh di salah satu KWT aturannya yaitu setiap ada

pasar tani maka anggota KWT wajib mengirimkan produknya, dan setiap

anggota KWT harus menghadiri pertemuan rutin yang diadakan. Namun

apabila ada anggota yang melanggar atau tidak melaksanakan aturan tersebut,

tidak ada hukuman atau sanksi yang baku karena mengingat beberapa hal

seperti perbandingan tingkat penjualan di pasar tani dengan tempat lainnya.

Dari tingkat perkembangan, ada KWT yang proses perkembangannya

selalu meningkat karena motivasi yang besar dari anggota-anggotanya, namun

ada pula yang mengalami stagnansi yang disebabkan rendahnya motivasi

maupun karena kesibukan lain dari para anggotanya.

Untuk menunjang perkembangan KWT sekaligus membuka jaringan atau

relasi dengan pihak luar maka KWT Cipayung seringkali mengadakan

kunjungan-kunjungan maupun studi banding ke KWT di daerah lain dan juga

Usaha Kecil Menengah (UKM). Kunjungan dan studi banding yang pernah

dilakukan diantaranya ke daerah peternakan dan pengolahan susu di Boyolali

Page 53: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

40

pada tanggal 28 Maret 2017 dan ke UKM yang bergerak dibidang makanan

gudeg di Yogyakarta pada tanggal 28 Oktober 2017.

Adanya KWT Kecamatan Cipayung yang bergerak di bidang olahan dapat

memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan Pendapatan Regional

Domestik Bruto (PRDB) untuk Kota Depok. Struktur ekonomi Kota Depok

berdasarkan Produk Regional Domestik Bruto (PRDB) didominasi oleh sektor

industri pengolahan sebesar 32,34 (BPS Kota Depok, 2017:16-21). Dari sini

dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang diberikan dari sektor industri olahan

seperti industri olahan pangan untuk perkembangan perekonomian Kota

Depok.

Gambar II.5.

Gambaran Distribusi Persentase PRDB Kota Depok Menurut Sektor 2016

32%

1% 17% 22%

5% 4% 0%

19%

Distribusi Persentase PRDB Kota Depok 2016

Industri Pengolahan

Pertanian

Jasa-jasa

Perdagangan besar dan eceran

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan akomodasi dan Makan minum

Pengadaan air, listrik dan gas

Konstruksi

Page 54: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

41

D. Pasar Tani

Pasar Tani disini seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya

penjual dan pembeli untuk melakukan tindakan ekonomi jual beli. Pasar Tani

merupakan institusi atau tempat untuk para petani lokal yang ada di Kota

Depok memasarkan produk-produknya.

Adapun jenis produk yang ditampilkan seperti sayur-sayuran, buah-buahan,

olahan buah, tanaman hias (pertanian), olahan daging ayam, olahan susu

(peternakan), dan olahan ikan (perikanan). Semua produk merupakan hasil dari

seluruh petani se-Kota Depok yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan

Andalan (KTNA) yang di dalamnya terdiri dari Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan), Kelompok Peternak (Poknak), Kelompok Pembudidaya Ikan

(Pokdakan), dan juga Kelompok Wanita Tani (KWT) (Dkppp.depok.go.id,

diakses pada 5 April 2018).

Jika merujuk definisi pasar pada umumnya, maka yang menjadi penjual

dalam pasar tani adalah para petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok

tani di Kota Depok sedangkan pembelinya adalah masyarakat umum.

Pasar tani adalah kegiatan yang diadakan oleh Dinas Pertanian dan

Perikanan (Distankan) Kota Depok untuk menjalankan program Depok Sahabat

Petani yang berlokasi di lapangan PBB Balai Kota Depok. Tujuannya adalah

untuk membantu para petani lokal dalam memasarkan produknya agar dapat

bersaing di pasar dan menciptakan rasa bangga masyarakat terhadap produk

pangan lokal Kota Depok.

Page 55: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

42

Gambar II.6. Pasar Tani Kota Depok 2018

Sumber: Dokumentasi peneliti 9 Maret 2018 dan Depok.go.id

Bila melihat sejarahnya, pasar tani bermula dari aspirasi yang berkembang

di grassroot kelompok petani lokal agar Dinas Pertanian dan Perikanan

(Distankan) yang telah mengalami perubahan nomenklatur menjadi Dinas

Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) untuk mengadakan

kegiatan atau event , hal ini dijelaskan oleh Bapak Sutarman:

“Dulu pas penyelenggaraan pasar tani ada cetusan bahwa aspirasi

yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3 membuat event.

Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,

menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan,

dikemas, ini mungkin dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang

diadakan ditingkat nasional. Tingkat nasional kan ada, yang di depan

DepTan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi antara tingkat

lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya

gabungan dari semua provinsi, kalo regional dari kabupaten kota, kalo

lokal dari kecamatan”. (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).

Jadi pasar tani pada awalnya memang belum bernama pasar tani, dulu nama

kegiatannya adalah Pameran Fasilitasi Promosi Pertanian dan Perikanan 2015.

Kegiatan ini diadakan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota

Page 56: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

43

Depok yang bekerja sama dengan CV. Global Inmarco Sejahtera yang

bertindak sebagai event management. Waktu pelaksanaannya ialah tanggal 22

sampai dengan 24 April 2015 di lapangan upacara Balai Kota Depok. Kegiatan

ini diadakan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Ke-16 Kota Depok

(Dkppp.depok.go.id, diakses pada 5 April 2018).

Diadakannya pasar tani bukan hanya sebagai ajang pemasaran atau

promosi produk-produk kelompok petani lokal. Namun, kegiatan ini juga untuk

membuat kegiatan yang serupa dengan yang ada di tingkat nasional yaitu pasar

tani yang diadakan di halaman depan Kementerian Pertanian.

Dalam pelaksaaannya, terdapat perbedaan antara pelaksanaan pasar tani di

tahun 2018 dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya, pasar tani

dapat diikuti oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan kelompok tani,

maka tahun 2018 diperketat. Yang diperbolehkan mengikuti atau menjadi

peserta pasar tani hanyalah kelompok petani, baik itu Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani), Kelompok Wanita Tani (KWT), dan kelompok lainnya yang

tergabung dalam KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) di bawah binaan

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP).

Waktu pelaksanaan pasar tani juga tidak setiap hari, ada waktu-waktu

tertentu. Kegiatan pasar tani diadakan satu bulan sekali berlokasi di halaman

kantor PBB Balaikota Depok. Namun jika ada event penting yang berkaitan

dengan Kota Depok, maka jumlah pelaksanaan pasar tani dapat ditambah.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutarman:“Per bulan. Itu diagendakan

Page 57: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

44

sampai Desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT Kota Depok yang ke

19, diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali. Nah itu

campuran kalo pasar tani yang di HUT Kota Depok. Dindag, UMKM,

semuanya bisa nampil” (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).

Berbeda dengan pasar tani pada biasanya, dalam pasar tani yang diadakan

pada HUT Kota Depok semua kelompok petani dan pelaku bisnis pangan

lainnya boleh ikut sebagai peserta. Tidak terbatas hanya petani-petani yang

tergabung dalam kelompok tani saja.

Yang terbaru dalam terkait pasar tani adalah lokasi pasar tani ditahun 2018

tidak hanya terpusat di lapangan PBB Balaikota Depok saja, tetapi juga akan

dilaksanakan di Kecamatan dan juga Kelurahan yang ada di Kota Depok.

Namun dengan syarat bahwa ada pengajuan permohonan pelaksanaan pasar

tani dari Kecamatan atau Kelurahan tersebut lalu kemudian diakomodasi oleh

DKPPP (Depok.go.id, diakses pada 6 April 2018).

E. Gerai Cip-Icip Cipayung

Gerai Cip-Icip Cipayung merupakan gerai yang menjadi tempat pemasaran

produk-produk hasil dari beberapa kelompok masyarakat yang ada di

Kecamatan Cipayung seperti Kelompok Wanita Tani (KWT) Cipayung,

Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Cipayung, Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Cipayung, dan juga Usaha Kecil

Mikro (UKM) yang ada di Cipayung (Wawancara, Ibu Evi, Pengelola Gerai

Cip-Icip Cipayung, 14 April 2018).

Page 58: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

45

Gerai ini berada di lantai 1 Depok Town Square (DETOS). Dalam

perjalanannya gerai ini berawal dari keinginan ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung untuk memperkenalkan, mengangkat dan membesarkan nama

Kecamatan Cipayung ke masyarakat luas. Berbekal jaringan pertemanan

dengan kelompok-kelompok masyarakat lain yang ada di Kecamatan

Cipayung, maka Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) sebagai aktor

yang berperan penting dalam berdirinya gerai Cip-Icip Cipayung mengajak

kelompok-kelompok tersebut untuk berjuang bersama mengangkat nama

Kecamatan Cipayung melalui produk-produk olahan yang dihasilkan dari

kelompok-kelompok usaha di Kecamatan Cipayung.

Ini merupakan langkah progresif yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung agar selangkah lebih maju disbanding KWT lain yang

ada di Kota Depok. Mereka mampu memasarkan produk-produk unggulannya

di pusat perbelanjaan.

Gambar II.7. Logo Cip-Icip Cipayung

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Page 59: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

46

Sekitar bulan Agustus 2017 gerai ini resmi dibuka dengan nama Cip-Icip

Cipayung. Produk-produk yang dijual berasal dari daerah Kecamatan

Cipayung, sehingga secara tidak langsung gerai ini dapat disebut sebagai

tempat oleh-oleh khas Cipayung persis yang tercantum dalam papan nama

gerai.

Gambar II.8. Gerai Cip-Icip Cipayung

Sumber: Dokumen Pribadi Pengelola Gerai Cip-Icip Cipayung

Page 60: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

47

BAB III

KONTRIBUSI KELOMPOK WANITA TANI (KWT) KECAMATAN

CIPAYUNG TERHADAP PERKEMBANGAN INSTITUSI EKONOMI DI

KOTA DEPOK

Sebelum memulai pembahasan mengenai kontribusi Kelompok Wanita Tani

(KWT) Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Depok,

perlu untuk membahas terlebih dahulu mengenai proses terbentuknya Kelompok

KWT di Kecamatan Cipayung itu sendiri. Pembahasan ini sebagai pengantar

untuk melihat ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok wanita tani sebagai aktor

atau agency yang melakukan praktik sosial dalam rutinitas sehari-hari.

KWT Kecamatan Cipayung merupakan kelompok wanita tani yang fokus

pada bidang olahan hasil tani. Berbeda dengan kelompok wanita tani pada

awalnya yang anggotanya terdiri dari istri-istri petani di desa yang memiliki

fungsi untuk mendampingi, mengimbangi, dan membantu kegiatan bertani suami

mereka. Membantu mulai dari proses bertani, memanen sampai mengolah hasil

pertanian itu sendiri (Pak Sutarman dalam Observasi pada saat Rembug KTNA

Kecamatan Cipayung, 28 Maret 2018).

KWT Kecamatan Cipayung adalah salah satu kelompok tani yang memiliki

basis produksi di wilayah perkotaan, bukan wilayah pedesaan seperti kelompok

wanita tani pada mulanya. Semakin berkembangnya Kota Depok sebagai bagian

dari daerah penyangga Ibu Kota menyebabkan terjadinya penyempitan lahan

pertanian. Ini terjadi karena tingginya permintaan lahan untuk kawasan hunian

Page 61: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

48

perumahan. Kondisi ini membuat berubahnya lahan-lahan yang dahulu digunakan

sebagai lahan pertanian menjadi kawasan tempat tinggal, baik dengan cara dibeli

oleh developer perumahan maupun dijadikan rumah untuk anak-anak pemilik

lahan itu sendiri. Dari 11,63 km2

luas dataran Kecamatan Cipayung, 53, 56

persen digunakan untuk kawasan hunian perumahan (BPS Kota Depok, 2015).

Wilayah perkotaan yang semakin hari semakin sedikit lahan untuk

melakukan aktivitas pertanian membuat anggota kelompok wanita tani

mensiasatinya dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam.

Namun memanfaatkan lahan pekarangan rumah pun kurang maksimal. Maka

dengan terbatasnya lahan kelompok wanita tani ini memilih untuk bergerak di

bidang olahan hasil tani. Bahan baku hasil pertanian didapatkan dari lahan

pertanian yang tersisa milik anggota kelompok dan juga dari hasil panen petani

sekitar.

KWT Kecamatan Cipayung berada dalam garis koordinasi Kontak Tani

Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung. KWT Kecamatan Cipayung

terdiri dari beberapa kelompok yang tersebar di beberapa Kelurahan di wilayah

Kecamatan Cipayung. Sebenarnya, KWT di Kecamatan Cipayung sudah lama

terbentuk. Sebelum terjadi pemekaran wilayah Kecamatan Cipayung pada 2009

pun sudah ada kelompok wanita tani, namun saat itu kondisinya masih berjalan

sendiri-sendiri dan belum ada pengintegrasian secara wilayah administratif

Kecamatan Cipayung.

Page 62: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

49

KWT yang pertama berdiri di wilayah Kecamatan Cipayung adalah KWT

Usaha Bersama pada tahun 6 April 2009 yang berlokasi di Kampung Utan, RW

03, Kelurahan Pondok Jaya. Kemudian setelah terbentuknya KWT Mawar dan

terjadi pemekaran wilayah barulah banyak dibentuknya kelompok-kelompok

wanita tani lain di wilayah Kecamatan Cipayung.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, terdapat 5 kelompok wanita tani

yang aktif di wilayah Kecamatan Cipayung hingga saat ini. Sebenarnya jumlah

kelompok wanita tani yang ada di wilayah Kecamatan Cipayung lebih dari 5,

namun dalam perkembangannya ada beberapa kelompok yang tidak berkembang

bahkan tidak aktif setelah pembentukan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal

seperti kesibukan dengan mengurus rumah tangga maupun rendahnya motivasi

dari anggota-anggotanya.

Secara umum, proses pembentukan kelompok wanita tani memiliki pola

mekanisme yang hampir sama. Pertama, ibu-ibu yang berada di suatu wilayah

dikumpulkan terlebih dahulu. Cara mengumpulkannya pun beragam, ada salah

satu orang yang bergerak memberikan pemberitahuan tentang adanya program

pembentukan kelompok wanita tani di acara arisan atau pengajian di majelis

taklim, ada pula yang memberikan pemberitahuan secara person to person

(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung, Depok 10

April 2018).

Hal ini dilakukan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan

Cipayung) “…tadinya ibu-ibu itu cuma kumpul-kumpul misalnya arisan atau

Page 63: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

50

anter anak sekolah TK atau kita punya temen se grup, terus dibikin KWT itu

dengan tujuan ibu-ibu menambah penghasilan uang atau menambah

pendapatan”. (Wawancara, 10 April 2018).

Setelah pemberitahuan tentang program kelompok wanita tani itu sampai ke

masyarakat, maka langkah berikutnya ialah melakukan pertemuan di satu tempat,

bisa di salah satu rumah warga maupun di ruang publik yang tersedia seperti

majelis taklim atau masjid. Pertemuan tersebut dihadiri oleh ibu-ibu setempat

yang ingin bergabung dalam kelompok wanita tani, wakil dari Kelurahan dan juga

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) selaku utusan dari Balai Penyuluh Pertanian

(BPP) yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Pertanian Kota Depok.

Dalam pertemuan akan dijelaskan mengenai kelompok wanita tani, tujuan dan

manfaat, serta langkah lebih lanjut untuk membentuk kelompok.

Proses ini dilakukan oleh Ibu Evi dalam merangkul ibu-ibu lain untuk

membentuk KWT. Bu Evi menjelaskan:

“Nah jadi dibentuklah KWT Lembah Griya Indah, ibu yang mempelopori.

Waktu itu pak RW nya masih Pak Ende. Terus kita ngumpulin orang di masjid,

terbentuklah KWT Lembah Griya Indah, anggotanya 30 orang. Tapi karena ibu

sudah ketua di GPOP waktu itu, hanya sebagai istilahnya inisiator”.

(Wawancara, 14 April 2018).

Proses selanjutnya dari pertemuan tersebut akan didata ibu-ibu yang ingin

menjadi anggota kelompok. Proses ini disebut sebagai prosedur mekanisme

pembentukan kelompok. Adapun prasyarat untuk membentuk sebuah kelompok

Page 64: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

51

dijelaskan oleh Pak Sutarman (Kepala Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya)

“…langkah pertama ada kesepakatan dari orang per orang lalu dikumpulkan.

Nah jadi kelompok ini tidak dibentuk atas dasar pesanan, baik itu pesanan

individu maupun pesanan organisasi. Tapi betul-betul memiliki niatan ingin

mempunyai wadah dari masing-masing” (Wawancara, Depok 5 Juni 2018).

Setelah ada kesepakatan dari ibu-ibu yang hadir, maka akan dimusyawarahkan

perihal nama kelompok, dan susunan kepengurusannya.

Setelah terbentuk kelompok, ternyata proses merintisnya tidak selalu lancar.

Ada perjuangan yang harus ditempuh agar KWT ini dapat berlanjut. Seperti yang

dijelaskan oleh Ibu Evi:

“Tahun 2014, ibu kan buka kantin dari Blue Bird di Cimanggis sana jadi

ibu off tuh semua kegiatan di sini karena fokus kegiatannya di Cimanggis bahkan

ibu ngekost di sana. Nah setelah berapa lama, ibu kasih anak buah ibu buat

megang kantin di sana, paling ibu kesana ambil hasil aja. Nah ibu balik kan ke

Griya, sekali ibu liat, UPPKS nggak jalan, KWT juga nggak jalan, terusnya

Kelurahan ganti lagi Pak Lurahnya. Terus Ibu Lurah yang lama bilang “Bu Evi

sini tolongin, ini temen Ibu, Pak Suprihatin ini ibunya, Bu Aliyah ini PNS

kerjanya di Departemen Agama sehingga dia belum pernah jadi lurah lah, belum

pernah punya pengalaman ibaratnya dari nol, tolong dibantu Bu Evi”. Ya

kebetulan karena saya juga udah nggak di Cimanggis, saya terima lagi. Saya jadi

sekretaris lagi. Saya lihatlah UPPKS, kok nggak jalan, kan saya suruh ganti

kepengurusan, ngga ada yang mau alasannya sibuk. Akhirnya ibu jalan lagi. Pas

pergantian RW kemarin juga pak Endang bilang “tolong bu di aktifkan lagi”. Ya

Page 65: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

52

saya bilang “yang kemarin juga sudah ada SKnya tapi tidak berjalan, ada

dibentuk tapi kegiatannya tidak ada”. Nah jalanlah karena mau ada pasar tani,

“udah Mama Aji, gapapa SK belum kita ganti kita memproklamirkan diri aja

KWT gitu”. Jadi Mama Aji, Bu Rini Sukorini, Bu Nedi, sama Saya. Jadi tuh kita,

pakai namanya memang sudah ada kan KWT Lembah Griya. Pokoknya kita ikut

pasar tani, ikut apa, apa. Teteplah karena ibu dulu sudah olahan jambu merah,

kebetulah bu Rini juga punya kebun jambu di Serong sini. Jadilah kita terkenal

bahwa Lembah Griya itu olahan unggulannya jambu merah”.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa ada masalah yang membuat KWT

tidak berjalan, seperti kesibukan dari anggota ataupun alasan lainnya. Sebagai

inisiator sekaligus aktor, Bu Evi akhirnya berjuang untuk menggerakan kembali

KWT yang sempat vakum. Dengan mengajak beberapa teman, akhirnya KWT

menjadi bergerak kembali dan aktif mengikuti pasar tani maupun kegiatan

lainnya. Berangkat dari proses pembentukan KWT ini nantinya akan dilihat

bahwa ikatan-ikatan sosial yang terdapat di masyarakat ternyata dapat juga

bergerak menjadi kekuatan ekonomi.

Setelah resmi terbentuk kelompok wanita tani, maka ibu-ibu akan diberikan

pelatihan-pelatihan oleh Dinas Pertanian yang sekarang mengalami nomenklatur

menjadi Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP). Pelatihan

yang diberikan seputar membuat olahan dari hasil tani seperti olahan dari

belimbing, olahan dari pisang dan olahan dari singkong.

Page 66: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

53

Dalam prosesnya karena kelompok wanita tani yang berada di Kecamatan

Cipayung merupakan kelompok tani di wilayah perkotaan dan juga berada

dibawah binaan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan maka olahan

yang dibuat tidak terbatas pada hasil pertanian, namun juga mencakup olahan dari

hasil peternakan dan perikanan seperti olahan telur asin, olahan nugget, dan

olahan susu sapi (Wawancara Ibu Saminah, anggota KWT Kecamatan Cipayung,

Depok 31 Mei 2018).

Gambar III.1. Pelatihan Pengolahan Belimbing KWT Kecamatan Cipayung

Sumber: Dokumen pribadi informan

Uniknya, pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak hanya terbatas dari Dinas

Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) semata namun juga dari

pihak-pihak lainnya. Hal ini terjadi karena KWT Kecamatan Cipayung dianggap

sebagai asset masyarakat dan memiliki potensi untuk berkembang lebih maju

maka banyak sekali pihak-pihak yang turut serta memperhatikan

Page 67: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

54

perkembangannya (Wawancara, Imam Bukhori, Ketua KTNA Kecamatan

Cipayung, Depok 28 Maret 2018).

Adapun pihak lain yang ikut memperhatikan ialah Dinas Koperasi dan

Usaha Mikro (DKUM), Dinas Perdagangan dan Perindustrian, dan juga dari pihak

akademisi yang bergerak dibidang ekonomi dan pemasaran. Pelatihan yang

diberikan oleh pihak di luar DKPPP ini lebih mengarah kepada pelatihan desain

kemasan, pelatihan manajemen keuangan, dan pelatihan marketing online.

Gambar III.2. Pelatihan Kemasan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian

Sumber: Dokumen pribadi informan

Selain diberi pelatihan, kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung juga

mendapatkan kebutuhan penyokong awal kelompok seperti yang dijelaskan oleh

Page 68: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

55

Ibu Mulyani “…Ya terus kita dikasih modal, namanya uang hibah kan, terus

dikasih peralatan juga, gitu” (Wawancara, Ibu Mulyani, anggota KWT

Kecamatan Cipayung, Depok 28 Mei 2018). Bantuan modal diberikan oleh Dinas

Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan ini berkisar pada angka 15 juta rupiah

(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung 10 April

2018).

Pelatihan, peralatan dan modal yang diberikan untuk kebutuhan produksi

harus dipertanggung jawabkan dengan adanya produk yang dihasilkan. Sebab

akan dipertanyakan hasilnya oleh Dinas terkait (DKPPP, DKUM), seperti yang

dijelaskan oleh Ibu Suwartini (anggota KWT Kecamatan Cipayung) “…nanti

akan dipertanyakan menggunakan fasilitas pelatihan kalo engga produksi juga

dipertanyakan, “kenapa?” gitu. kita harus tetap berjalan meskipun sedikit”

(Wawancara, 21 Mei 2018).

Perihal waktu produksi yang dilakukan dikembalikan pada masing-masing

anggota. Seperti yang dikemukakan Ibu Mulyani“..Lagi ini sih pernah seminggu

bisa dua kali.” (Wawancara, Depok 28 Mei 2018), ada pula yang berdasarkan

pesanan dan jika setiap ada event seperti pasar tani. Produk-produk yang

dihasilkan pun harus memiliki standarisasi seperti telah tersertifikasi Pangan

Industri Rumah Tangga (P-IRT) yang didahului dengan sertifikat telah mengikuti

program Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), lalu Good Manufacturing

Practice (GMP), dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

(Wawancara Ibu Purwaningsih, Ketua KWT Kecamatan Cipayung 10 April

2018).

Page 69: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

56

Selain itu, kelompok wanita tani juga memiliki kewajiban untuk memiliki

catatan administrasi, minimal buku catatan inventaris barang, buku catatan

kepengurusan, buku surat masuk dan keluar, buku laporan, dan buku rencana

kegiatan. Kemudian, mereka juga memiliki kewajiban untuk mengadakan

pertemuan rutin. Perihal pertemuan rutin ini, terdapat dua pendapat yang berbeda,

menurut pak Sutarman (Kepala Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya) minimal 2

minggu sekali, namun dari beberapa anggota KWT Cipayung mengatakan

pertemuan rutin diadakan minimal satu bulan sekali, keputusan waktunya pun

dikembalikan pada kesepakatan anggota KWT Kecamatan Cipayung.

Pertemuan rutin yang dilakukan oleh kelompok wanita tani Kecamatan

Cipayung memiliki jadwal satu bulan sekali. Lokasinya di rumah anggota

kelompok dan bergiliran dari satu rumah ke rumah yang lainnya. Di dalam

pertemuan rutin, yang dibahas ialah seputar perkembangan kelompok, evaluasi

produk seperti hambatan atau kesulitan dalam proses produksi, rencana kegiatan

kelompok, dan juga pemberitahuan informasi terbaru dari Ketua kelompok wanita

tani.

Page 70: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

57

Gambar III.3. Pertemuan Rutin KWT Kecamatan Cipayung dihadiri oleh

Penyuluh Pertanian dari BPP Ratu Jaya

Sumber: Dokumen informan

Rutinitas pertemuan ini menjadi ruang untuk bertukar pengalaman, dan

informasi sebab dalam pertemuan tidak hanya anggota dan pengurus saja yang

hadir namun juga dihadiri oleh Ketua KWT Kota Depok, dan penyuluh pertanian

dari BPP. Kehadiran mereka untuk memberikan masukan-masukan tentang

produk yang dihasilkan kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung, informasi

terbaru seputar perkembangan produk yang ada di pasaran, maupun memberikan

informasi tentang event-event untuk memasarkan produk seperti pasar tani, dan

sebagainya (Wawancara Ibu Yanti, anggota KWT Kecamatan Cipayung, 6 Juni

2018).

Page 71: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

58

Selain pertemuan rutin setiap satu bulan, rutinitas lain yang dilakukan oleh

ibu-ibu kelompok wanita tani ialah kunjungan. Kunjungan yang dimaksud adalah

semacam studi banding untuk melihat kondisi kelompok wanita tani di daerah lain

yang sudah lebih maju. Beberapa kunjungan yang pernah dilakukan yaitu antar

KWT di Kecamatan lain dalam wilayah Kota Depok maupun luar Kota seperti ke

Boyolali, Bandung, Jogja, Malang, dan yang terbaru ke daerah Kuningan tepatnya

Desa Sembawa, Kabupaten Kuningan. Di sana terdapat kelompok wanita tani Sri

Mandiri yang bergerak pada olahan tani ubi-ubian dengan jangkauan pasar serta

produksi yang lebih luas dan sudah memiliki kemitraan dengan lembaga

pemerintahan, maupun pihak swasta seperti Alfamart (Wawancara Ibu

Purwaningsih, Pak Sutarman dan Ibu Titik).

Gambar III.4. Kunjungan KWT Kecamatan Cipayung ke KWT Sri Mandiri

Kab.Kuningan

Sumber: Dokumen informan

Page 72: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

59

Secara sosiologis, kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung bermula dari

ikatan sosial yang ada di masyarakat lalu ditransformasikan ke dalam sebuah

kelompok yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk-produk olahan

dari hasil pertanian, perikanan dan peternakan yang memiliki nilai jual dan nilai

ekonomi. Sesuai dengan teori strukturasi, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

dalam penelitian ini dapat disebut sebagai agen (agent), yakni aktor yang

melakukan aktivitas atau praktik sosial. Praktik sosial yang dilakukan agen

bukanlah dihasilkan sekali jadi namun dilakukan secara terus menerus mereka

ciptakan ulang melalui suatu cara dan dengan cara itu juga mereka menyatakan

diri sebagai aktor (Ritzer, 2004). Artinya, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

melakukan praktik sosial yang dimanifestasikan dalam kegiatan-kegiatannya

dalam kelompok wanita tani.

Agen memiliki 3 aspek penting yang terdapat dalam melakukan aktivitas

sosialnya. (a) Monitoring tindakan secara refleksif (reflexive monitoring of action)

ialah aktor memonitor pemikiran dan aktivitas mereka sendiri termasuk yang

berhubungan dengan orang lain mencakup aspek sosial dan fisik. (b) Rasionalisasi

tindakan (rationalization of action) ialah aktor mengembangkan kebiasaan sehari-

hari atau memelihara “theoretical understanding” yang berkelanjutan terhadap

aktivitas sosialnya. Kemudian, aktor juga memiliki (c) motivasi tindakan

(motivation of action) ialah keinginan dan hasrat yang mendorong aktor untuk

melakukan tindakan (Giddens, 1984, Ritzer, 2004).

Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam aspek yang pertama yaitu

monitoring tindakan (reflexive monitoring of action) terlihat dalam proses

Page 73: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

60

perjuangan merintis KWT dan aktivitas pertemuan rutin. Di dalam perjuangannya

merintis KWT seperti yang dilakukan oleh Ibu Evi, aktor memonitor kondisi

kelompok yang sempat mengalami kevakuman atau tidak berjalan. Kemudian,

berbekal kemampuannya sebagai aktor seperti yang dikatakan Giddens bahwa

aktor memiliki kemampuan untuk mengubah (sense of transformative capacity)

maka Ibu Evi mengubah kondisi kelompok yang tidak aktif tersebut menjadi aktif

kembali. Mereka melakukan kembali aktifitas-aktifitas yang biasanya dilakukan

oleh KWT seperti membuat produk dan juga mengikuti pasar tani.

Selanjutnya, monitoring tindakan juga terjadi dalam aktivitas pertemuan

rutin. Dalam pertemuan rutin dilakukan pembahasan mengenai aktivitas

kelompok wanita tani selama ini, rencana kegiatan kelompok, sekaligus

melakukan evaluasi terhadap aktivitas yang telah dilakukan. Ini merupakan cara

ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dalam memonitor tindakannya secara terus-

menerus, dan juga aspek sosial dan fisik di tempat mereka berada. Monitoring

tindakan terlihat dalam hal pembahasan mengenai perkembangan kelompok

wanita tani sejauh ini, dan adanya pembahasan mengenai rencana kegiatan yang

akan dilakukan oleh kelompok wanita tani di waktu selanjutnya. Monitoring

mengenai aspek sosial dilakukan dalam pembahasan mengenai evaluasi produk

yang dihasilkan. Termasuk pembahasan mengenai hambatan-hambatan yang

dialami sewaktu produksi. Tidak hanya itu, dalam pertemuan rutin juga terjadi

tukar pengalaman antara masing-masing anggota, yang dengan hal ini para

anggota dapat merefleksikan rasa kekeluargaan dan solidaritasnya dalam satu

kelompok.

Page 74: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

61

Kemudian, dalam pertemuan rutin, Ketua KWT Kecamatan Cipayung juga

memberikan informasi-informasi tentang hal-hal terbaru seputar KWT seperti

mengenai program pelatihan yang akan diselenggarakan di waktu yang akan

datang. Ini merupakan bagian dari cara mereka memonitoring tindakan (reflexive

monitoring of action) dalam hal mengatur hubungan dengan pihak lain secara

kontinyu.

Selanjutnya, aspek rasionalisasi tindakan (razionalization of action) yang

dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung terlihat dari proses produksi

yang mereka lakukan. Dalam kegiatan produksi, anggota KWT Kecamatan

Cipayung melakukan rasionalisasi berupa mengembangkan kebiasaan sehari-hari

atau memelihara “theoretical understanding” yang berkelanjutan terhadap

aktivitas produksinya tersebut. Dengan melakukan produksi, mereka telah

mengaplikasikan pengetahuan atau wawasan baru tentang cara menghasilkan

suatu produk olahan dari hasil pertanian yang mereka dapatkan selama pelatihan.

Proses produksi yang mereka lakukan juga mengembangkan kemampuan mereka

sebagai anggota kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung untuk terus

berinovasi dengan olahan hasil tani.

Dengan melakukan proses produksi, anggota KWT Kecamatan Cipayung

telah mempertanggung jawabkan pemberian pelatihan, peralatan dan modal yang

telah mereka dapatkan dari pemerintah. Memproduksi suatu produk juga menjadi

salah satu cara sebagai anggota KWT untuk mengikuti event pasar tani yang

diadakan setiap satu bulan sekali di lapangan Balai Kota Depok.

Page 75: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

62

Aspek motivasi tindakan (motivation of action) yaitu keinginan dan hasrat

yang mendorong aktor untuk melakukan tindakan. Aspek ini dapat terlihat dalam

kunjungan yang dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung ke KWT di

wilayah lain. Untuk dapat membuat KWT Kecamatan Cipayung lebih maju dan

berkembang dari sebelumnya maka ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

memotivasi kelompoknya dengan cara melakukan kunjungan atau semacam studi

banding ke kelompok wanita tani yang berada di daerah lain yang sudah lebih

berkembang dan maju seperti KWT Sri Mandiri di Kabupaten Kuningan. Dengan

melihat, mengamati, dan bertukar pengalaman dengan kelompok wanita tani yang

sudah lebih maju, maka akan mendorong anggota KWT Kecamatan Cipayung

untuk lebih semangat dan inovatif dalam mengembangkan kelompoknya.

Dalam teori strukturasi, ditekankan pula bahwa agen memiliki power dalam

dua hal yaitu kemampuan untuk mengubah (sense of transformative capacity) dan

kemampuan untuk membuat perbedaan (make a difference) (Giddens, 1984). Ibu-

ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen mampu menciptakan

perubahan dan membuat perbedaan dengan sumber daya berupa pengetahuan,

kemampuan dan otoritas yang dimilikinya dalam memproduksi suatu produk

olahan. Dengan hal tersebut, maka anggota KWT Kecamatan Cipayung dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang institusi ekonomi yang berada di Kota

Depok.

Namun dalam kesehariannya, meskipun anggota KWT Kecamatan

Cipayung (agen) disatu sisi memiliki otoritas atas proses tumbuh kembangnya

institusi ekonomi (struktur) di Kota Depok, tetapi disisi lain anggota KWT juga

Page 76: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

63

harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam struktur tersebut. Dari hal ini

dapat dilihat bahwa power yang dimiliki oleh anggota KWT Cipayung bersifat

tidak kaku dan karena itu pula, mereka bisa mempengaruhi dan berkontribusi

untuk institusi-institusi di tempat mereka beraktivitas dan bergerak. Dinamika

inilah yang dijelaskan oleh Giddens sebagai dialectic of control dalam sistem-

sistem sosial.

Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung memiliki kontribusi

terhadap perkembangan dua institusi ekonomi di Kota Depok. Adapun dua

institusi tersebut yaitu (A) Pasar Tani, (B) Gerai Cip-Icip Cipayung.

A. Pasar Tani

Kontribusi pertama yang diberikan KWT Kecamatan Cipayung terhadap

perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok ialah terbentuknya pasar tani.

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa otoritas (power) yang dimiliki

oleh KWT Kecamatan Cipayung bersifat tidak kaku maka kontribusi yang

diberikan pun akan menggambarkan sebuah hubungan yang bersifat dialektis.

Perkembangan KWT Kecamatan Cipayung tidak dapat dipisahkan dari tumbuh

kembang pasar tani, sedangkan kemunculan pasar tani sendiri merupakan hasil

dari kontribusi KWT Kecamatan Cipayung.

Terbentuknya pasar tani bermula dari adanya aspirasi yang berkembang di

kalangan kelompok tani supaya Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan

Perikanan (DKPPP) yang dahulu bernama Dinas Pertanian dan Perikanan untuk

mengadakan sebuah event yang isinya untuk memberitahukan adanya produk-

Page 77: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

64

produk hasil pertanian dari kelompok tani di Kota Depok. Hal ini dijelaskan oleh

Bapak Sutarman (Kepala Badan Penyuluh Pertanian Ratu Jaya) :

“Dulu pas penyelenggaraan pasar tani ada cetusan bahwa aspirasi

yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3 membuat event.

Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,

menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan,

dikemas, ini mungkin dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang

diadakan di tingkat nasional. Tingkat nasional kan ada, yang di depan

DepTan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi antara tingkat

lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya

gabungan dari semua Provinsi, kalo regional dari Kabupaten Kota, kalo

lokal dari Kecamatan”. (Wawancara, Depok 28 Maret 2018).

Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa pasar tani pada mulanya adalah

sebuah event. Event tersebut dahulu bernama Pameran Fasilitasi Promosi

Pertanian dan Perikanan. Diadakan pada tanggal 22 sampai 24 April 2015 dalam

rangka menyambut Hari Ulang Tahun Ke 16 Kota Depok (Dkppp.depok.go.id,

diakses pada 5 April 2018).

Setelah event tersebut berlangsung, maka dibuatlah sebuah kegiatan yang

menyerupai kegiatan yang sudah diadakan lebih dahulu di tingkat Nasional oleh

Kementerian Pertanian, yaitu kegiatan pasar tani. Terbentuknya pasar tani di Kota

Depok tidak terlepas dari adanya kontribusi dari ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung, hal ini dijelaskan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan

Cipayung) “Justru karena adanya produk dari KWT itu makanya ada pasar tani.

Dibentuknya KWT udah se Kota Depok dari 11 Kecamatan dibentuklah pasar

tani” (Wawancara, 10 April 2018).

Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan

Cipayung) yang mengatakan bahwa KWT Cipayung “…salah satu inisiator pasar

tani juga” (Wawancara, 14 April 2018). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

Page 78: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

65

dilihat bahwa institusi pasar tani terbentuk setelah adanya dorongan yang

diberikan oleh kelompok tani yang ada di Kota Depok, salah satunya ialah

kelompok wanita tani (KWT) Kecamatan Cipayung. Setelah kelompok wanita

tani berkembang dengan produk-produk yang dihasilkannya, maka mereka

sebagai inisiator menyampaikan aspirasi untuk segera dibentuk ruang yang dapat

mengakomodir atau menjadi wadah bagi mereka dalam mempromosikan,

menyuguhkan dan menjual produk-produk yang dihasilkan dari olahan pertanian.

Gambar III.5. Kondisi Pasar Tani di Balaikota Depok

Sumber : Dokumentasi peneliti saat observasi 9 Maret 2018 dan Depok.go.id

Dalam pasar tani, terdapat beberapa mekanisme salah satunya pembagian

lahan promosi produk berdasarkan wilayah kecamatan. Terdapat beberapa stand

yang mewakili kelompok-kelompok tani dari masing-masing Kecamatan yang ada

Page 79: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

66

di Kota Depok. Dalam stand tersebut disuguhkan produk-produk yang dihasilkan

oleh kelompok wanita tani seperti olahan hasil tani maupun hasil tani itu sendiri.

Gambar III.6. Tampilan Stand Kecamatan Cipayung

Sumber: Dokumen peneliti saat observasi tanggal 9 Maret dan 4 Juni 2018

Untuk stand KWT Kecamatan Cipayung, produk-produk yang disuguhkan

ialah olahan hasil pertanian, peternakan dan perikanan seperti stik jambu merah,

Page 80: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

67

stik daun jambu merah, dodol jambu merah, gatot instan, tiwul instan, permen

susu, keripik pisang, keripik kimpul, pastel mini, peyek mini, telur gabus, nugget

ikan, nugget ayam, dan juga hasil tani seperti jambu kristal dan jambu jamaica.

Dalam teori strukturasi, proses terbentuknya pasar tani di Kota Depok dapat

dilihat sebagai proses practical consciousness (kesadaran praktis) yaitu tindakan

ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang didasari kesadaran praktis dari

terbentuknya pasar tani. Giddens dalam teori strukturasi membahas mengenai

kesadaran, terdapat practical consciousness dengan discursive consciousness.

Kesadaran diskursif (discursive consciousness) mengacu pada kemampuan untuk

melukiskan tindakan-tindakan aktor dengan kata-kata. Sementara kesadaran

praktis (practical consciousness) mengacu pada tindakan-tindakan yang diterima

begitu saja oleh para aktor (Giddens, 1984). Kesadaran praktis yang dilakukan

oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yaitu telah melakukan tindakan dengan

membuat produk-produk yang dapat dipromosikan, diperkenalkan, dan dijual ke

masyarakat dalam pasar tani Kota Depok. Artinya, ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung telah mampu membuat tindakan praktis yang berkontribusi terhadap

terbentuknya pasar tani.

Ibu-ibu anggota KWT Kecamatan Cipayung juga turut andil dalam proses

berkembangnya pasar tani sampai saat ini. Yang dilaksanakan kurang lebih 13

dari kali dalam satu tahun. Hal ini dikemukakan oleh Pak Sutarman selaku Kepala

Balai Penyuluh Pertanian Ratu Jaya,“Per bulan. Itu diagendakan sampai

Desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT Kota Depok yang ke 19,

Page 81: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

68

diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali”. (Wawancara, 28

Maret 2018).

Berdasarkan informasi tersebut dapat dilihat bahwa ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung memiliki peran yang sentral dalam keberlangsungan pasar

tani di Kota Depok. Mereka yang membuat pasar tani ada dan berlanjut sampai 13

kali pelaksanaan dalam satu tahun pada tahun ini. Peran serta yang dilakukan oleh

ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung ditunjukan dengan menghasilkan produk-

produk pertanian maupun olahan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan yang

kemudian dipromosikan, disuguhkan di pasar tani sehingga dapat terus

berlangsung dan membawa manfaat bagi masyarakat Depok bahkan luar Depok

sekalipun, seperti yang dikemukakan pak Sutarman “..Karena kan misalnya

selama ini kita cari produk ini, “oh ternyata adanya di pasar tani”. Nah

diketemukanlah antara produsen dengan konsumen. Ada yang bahkan dari luar

Jawa pernah datang ke pasar tani”. (Wawancara, 5 Juni 2018).

Apabila merujuk pada analisis institusional yang dikemukakan oleh

Giddens, yaitu signifikansi, dominasi dan legitimasi, maka dapat dilihat bahwa

pasar tani tidak dapat berkembang sampai sejauh ini tanpa adanya dominasi

alokatif dari ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang dapat mengontrol objek

material yang ada di pasar tani yaitu berupa produk-produk yang dipromosikan di

sana.

Dengan legitimasinya sebagai anggota kelompok wanita tani mereka

memiliki hak secara sah untuk membuat hasil-hasil olahan hasil tani dan mereka

pun berhak untuk memilih mempromosikan produk olahannya dalam pasar tani

Page 82: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

69

atau tidak. Hal ini terlihat dari pernyataan Ibu Titik (Anggota KWT Cipayung)

“..Mau ikut pasar tani atau engga itu dikembaliin lagi masing-masing. Silahkan

kalo mau bawa produk ke pasar tani malah lebih bagus”. (Wawancara, 31 Mei

2018). Berdasarkan informasi di atas dapat dilihat bahwa ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif berupa berhak untuk membuat

keputusan (decision making) dalam keikutsertaannya di pasar tani. Dalam proses

ini ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen juga melakukan proses

reflexive monitoring of action yaitu ibu-ibu KWT Cipayung dapat memonitor

tindakannya dan mengatur pelaksanaan pasar tani supaya dapat berlangsung

secara kontinyu.

Dominasi alokatif dan legitimasi yang dimiliki oleh ibu-ibu KWT Cipayung

dalam pasar tani pernah dibuktikan ketika terjadi perubahan penanggung jawab

pelaksana pasar tani. Ketika perubahan pelaksana dari Dinas bidang perikanan ke

Dinas bidang pangan dan hortikultura terjadi pula beberapa perubahan diantaranya

pengetatan aturan produk, yaitu produk yang dijual haruslah dari olahan tanaman

pangan, tidak boleh dari olahan perikanan maupun peternakan seperti pelaksanaan

pasar tani sebelum-sebelumnya. Namun hal tersebut dirasakan ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung terlalu kaku atau saklek.

Selain aturan produk yang harus berasal dari olahan tanaman pangan,

ditambah lagi bahan baku harus berasal dari Kota Depok, tidak bisa dari daerah

lainnya. Akhirnya sebagian besar ibu-ibu KWT Cipayung sepakat untuk

memboikot dan tidak hadir pada saat pelaksaan pasar tani tanggal 9 Maret 2018.

Kemudian yang terjadi adalah seperti yang dijelaskan oleh Ibu Evi (anggota KWT

Page 83: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

70

Kecamatan Cipayung) “…Akhirnya saya dan temen-temen KWT ngga pada ikut,

hanya bu Rini dan bu Nedi. Itu dek katanya PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

ditanyain kita, “Mana bu Evi ?”, ya jadi kan ibaratnya kita cukuplah dikenal,

“Ko ngga pada dateng, kayanya jadi sepi” gitu loh….”(Wawancara, 14 April

2018).

Kondisi sepinya pasar tani juga penulis lihat dan rasakan ketika observasi

pada tanggal 9 Maret 2018 tepat pada saat ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

sebagian besar memilih untuk memboikot tidak hadir dalam pasar tani. Artinya

ketika mereka memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pasar tani, institusi

tersebut menjadi kehilangan sedikit ruh nya. Sebab yang membuat pasar tani terus

ada dan berkembang sampai saat ini ialah keberadaaan ibu-ibu KWT, salah

satunya KWT Kecamatan Cipayung yang mempromosikan, menyuguhkan dan

menjual produk-produk mereka di pasar tani.

Di dalam pasar tani, seperti yang sudah disinggung di paragraf sebelumnya

bahwa ibu-ibu KWT Cipayung tetap dipengaruhi dan harus mengikuti aturan-

aturan (rules) yang bersumber dari dinas pelaksana. Adapun aturan-aturan yang

berlaku di pasar tani antara lain, (1) harus anggota kelompok tani, (2) produk-

produk yang dihasilkan berasal dari olahan hasil pertanian, perikanan, dan

peternakan, (3) bahan baku harus berasal dari wilayah Depok. Inilah proses yang

dinamakan dualitas struktur (duality of structure) dalam teori strukturasi. Ketika

ibu-ibu KWT Cipayung (agen) berkontribusi dalam mempengaruhi perubahan

pada struktur bahkan hingga memproduksi struktur baru yang dalam hal ini pasar

tani, namun mereka tetap tidak bisa terbebas dari struktur tersebut. Ibu-ibu KWT

Page 84: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

71

Kecamatan Cipayung bergerak dalam struktur pasar tani dan harus tunduk patuh

dengan segala aturan yang ada dan menjadi dasar dari praktik sosial yang

dilakukan dalam struktur tersebut.

Dengan demikian dapat dilihat kontribusi ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung terhadap institusi pasar tani yakni mencakup proses terbentuk dan

berkembangnya pasar tani. Kontribusi terhadap proses terbentuknya pasar tani

dapat terlihat dari ibu-ibu KWT Cipayung sebagai inisiator telah memberikan

pengaruh terhadap pemerintah melalui dominasi alokatifnya dalam menghasilkan

berbagai macam produk-produk pertanian maupun olahan hasil pertanian,

perikanan dan peternakan yang dapat dipromosikan, disuguhkan dan dijual

sehingga mendorong Dinas Pertanian untuk membentuk pasar tani. Kemudian,

kontribusinya juga terlihat dari tindakan monitoring of action yang dilakukan

disertai dengan peran dominasi alokatifnya dalam rangka mengembangkan pasar

tani supaya terus berlangsung secara terus-menerus.

Dari kontribusi yang diberikannya tersebut, ibu-ibu KWT Cipayung telah

mempengaruhi struktur pasar tani, namun meskipun begitu tetap saja mereka

mendapat pengaruh dari struktur yang diciptakannya dan harus mengikuti

berbagai aturan (rules) yang berlaku dalam pasar tani. Hubungan yang dialektis

antara ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dan institusi pasar tani tersebut

merupakan hubungan dualitas yang tidak dapat terpisahkan dalam sebuah sistem

sosial.

Page 85: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

72

B. Gerai Cip-Icip Cipayung

Setelah pasar tani, institusi yang dalam proses perkembangannya

mendapatkan pengaruh dari KWT Kecamatan Cipayung ialah Gerai Cip-Icip

Cipayung. Dalam sejarahnya, terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung ini

merupakan kelanjutan dari perjuangan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung .

Setelah kelompok wanita tani Kecamatan Cipayung terbentuk, kemudian diiringi

dengan dibentuknya kelompok-kelompok tani dan nelayan lainnya seperti

kelompok tani (Poktan), kelompok peternak (Poknak), dan kelompok

pembudidaya ikan (Pokdakan).

Akhirnya ketika kelompok-kelompok tani dan nelayan ini mulai terbentuk

dan berkembang, maka diintegrasikanlah ke dalam satu naungan yang bernama

Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Cipayung yang menaungi

kelompok-kelompok tersebut (Wawancara Pak Imam Bukhori, Ketua KTNA

Cipayung, 28 Maret 2018).

Berada dalam satu naungan bernama KTNA Kecamatan Cipayung

membuat hubungan dan komunikasi yang terjalin antar kelompok-kelompok

semakin baik. Mereka sering mengadakan pertemuan dan saling tukar informasi.

Dalam perkembangannya, terdapat informasi yang memberitahukan perihal

adanya pembinaan Usaha Kecil Mikro (UKM) yang diadakan oleh Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro (DKUM). Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung pun

ikut mendaftarkan diri sebagai peserta pembinaan UKM.

Untuk bisa mengikuti program pembinaan UKM, setiap peserta harus

memiliki produk unggulan masing-masing. Akhirnya ibu-ibu KWT Kecamatan

Page 86: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

73

Cipayung memilih produk unggulan yang akan mereka bawa dalam pembinaan

UKM. Produk unggulan yang dipilih haruslah memiliki beberapa kriteria, hal ini

dikemukakan oleh Ibu Purwaningsih (Ketua KWT Cipayung) “…Nah kami

mengambil produk yang udah bagus, yang udah P-IRT, PKP, GMP, kemasan.”

(Wawancara, 10 April 2018).

Salah satu produk unggulan yang berasal dari ibu-ibu KWT Cipayung

adalah produk olahan jambu merah. Produk ini merupakan produk unggulan Ibu

Evi, salah satu anggota KWT Cipayung, ia mengemukakan “…Nah kita ikut,

membentuklah menjadi UKM JaMe Depok”. (Wawancara, 14 April 2018). UKM

JaMe adalah singkatan dari Usaha Kecil Menengah Jambu Merah Depok. Setelah

menjadi UKM, ibu-ibu KWT Cipayung sering mengikuti program-program,

pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro

(DKUM). Lalu, dengan seringnya bertemu sesama pelaku UKM maka mereka

membuat komunitas yang isinya adalah pelaku UKM dengan bidang olahan

pertanian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam berbagi informasi seputar

UKM.

Ketika ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung banyak yang mengikuti program

binaan UKM maka timbul inisiatif dari mereka untuk mendorong Camat

Cipayung agar turut memperhatikan keberadaaan UKM-UKM di Kecamatan

Cipayung yang dirintis oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini

dijelaskan oleh Ibu Evi :

“Pak Camat melalui Bunda Sri Mulyati itu Pembina bidang UKM

dia dinasnya di Bojong Pondok Terong Cuma dulu sama Pak Camat dia di

Indag, jadi ada kedekatan. Sehingga, dibantulah UKM di Kecamatan. Ada

gerai tuh di Kecamatan 3 pintu. Ibu yang diserahin megang kuncinya.

Page 87: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

74

Dulu tuh sering buka, jadi 1 buat kuliner, 1 buat kraf, 1 buat fashion. Nah

cuma, semuanya gini loh dek, dikasih tapi ngga ada gebrakan atau kerja

sama antar beberapa pihak. Paling dikasih silahkan, paling pak Camat

minta kalo ada event-event tertentu itu buka. Sehingga kelihatan kita

punya UKM. Bahkan waktu sinergitas Kecamatan juga kita buka, pak

Wali lihat produk-produknya, menang itu, ya paling engga kelihatanlah

bahwa Cipayung itu UKM nya jalan walaupun kenyataannya pada hari

biasa tutup. Soalnya waktu itu kan ibu nyuruh Bu Titi buat jaga eh tapi dia

hamil, cutilah dia, akhirnya ibu minta gentian ibu-ibu KWT yang

produknya ditaro disitu ganti jaga. Tapi karena sepi, biasalah ibu-ibu,

“aduh sepi..gini-gini”.” (Wawancara, 14 April 2018).

Dari penjelasan Ibu Evi tersebut, dapat dilihat bahwa setelah ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung berjuang agar diperhatikan oleh Camat Cipayung, akhirnya

usaha mereka membuahkan hasil yakni mendapat gerai UKM di Kantor

Kecamatan Cipayung. UKM Kecamatan Cipayung pernah maju dan bahkan

menang dalam acara sinergitas Kecamatan yang mendapat penilaian dari Walikota

Depok. Namun terdapat beberapa hal yang menghambat proses perkembangan

gerai tersebut. Diantara faktor yang menghambat ialah tidak adanya kerja sama

antar beberapa pihak dan juga kendala dalam menjaga gerai tersebut.

Mengalami hambatan yang cukup signifikan membuat ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung harus mencari jalan keluar agar usaha yang selama ini telah

mereka rintis tidak berhenti dan bahkan menghilang begitu saja.

Di tahun 2017, akhirnya Ibu Evi (salah satu dari anggota KWT Kecamatan

Cipayung) mengambil langkah berani, yakni mengambil satu gerai di Depok

Town Square (Detos) untuk dijadikan wadah memasarkan, mempromosikan

produk-produk yang dihasilkan dari kelompok-kelompok usaha dari Kecamatan

Cipayung. Berbekal ikatan sosial yang terjalin dalam KTNA Kecamatan

Cipayung, maka Ibu Evi menggandeng kawan-kawan dari KWT dan KTNA

Page 88: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

75

Kecamatan Cipayung, diantaranya Ibu Sujatinah dan Pak Imam Bukhori, mereka

bersinergi sepakat untuk membawa nama Kecamatan Cipayung. Hal itu akhirnya

mempengaruhi penamaan gerai, dia menjelaskan “…Nah jadi ibu beranikan diri

di Detos itu bikin gerainya atas nama sendiri ibu, ngga atas nama JaMe tapi

namanya Cip-Icip Cipayung”. (Wawancara, 14 April 2018).

Dalam sudut pandang teori strukturasi, tidak berkembangnya gerai UKM di

Kantor Kecamatan karena beberapa hambatan dapat dilihat sebagai proses

obsolence (keusangan) struktur. Keusangan struktur dapat terjadi ketika suatu

struktur tidak lagi sesuai dengan praktik sosial yang berubah secara dinamis, maka

terjadi perubahan struktur yang dipelopori oleh agen atau aktor untuk

menyesuaikan antara praktik sosial dan struktur (Priyono, 2002). Struktur gerai

UKM yang mengalami beberapa hambatan membuat tidak dapat maju dan

berkembangnya UKM-UKM yang telah dirintis oleh ibu-ibu KWT Kecamatan

Cipayung. UKM-UKM yang telah dirintis ini memerlukan ruang atau sarana baru

yang lebih baik lagi untuk dapat terus bertahan dan berkembang. Akhirnya Ibu

Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) sebagai agen, memberanikan diri untuk

membuka gerai baru di Detos yang diberi nama Gerai Cip-Icip Cipayung. Dengan

tindakan ini maka, struktur lama yang telah mengalami keusangan, direproduksi

atau diperbaharui dengan struktur baru yang lebih relevan untuk dapat

mengimbangi perkembangan UKM hari demi hari.

Page 89: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

76

Gambar III.7. Gerai Cip-Icip Cipayung

Sumber: Dokumen informan

Dalam proses tersebut, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung telah melakukan

tindakan monitoring of action dalam mengontrol perkembangan UKM yang ada di

Kecamatan Cipayung. Proses terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung juga

termasuk ke dalam bagian dari power yang dimiliki oleh ibu-ibu KWT Cipayung

(agen) yaitu kemampuan untuk mengubah (sense of transformation) dengan

melakukan perubahan struktur gerai UKM dalam upaya melakukan

penyeimbangan terhadap perkembangan UKM yang ada.

Page 90: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

77

Selain itu, penggunaan nama gerai Cip-Icip Cipayung juga mendapat

pengaruh dari KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini dijelaskan oleh Ibu Evi

(anggota KWT Kecamatan Cipayung) :

“Sebetulnya nama Cip-Icip ini adalah salah satu brand dari KWT

Nusa Indah. Waktu itu sama ibu pas pelatihan kemasan, dikasihlah sama

narasumbernya, ibu dikasih JaMe, dia dikasih Cip-Icip Cipayung. Itu

tahun 2013 kali ya. Tetapi seperti biasa juga, KWT nya bu Mul ngga

jalan, malah dia dibina lagi sama Bu Rini bidang peternakan untuk

produk-produk olahan peternakan, kaya nugget ayam, terus ada kripik

ceker, permen susu. Dia pake namanya Nusa Indah. Saya bilang “sayang

nama itu bagus, dan itu membawa nama Cipayung”. Sehingga ibu nekat

menggunakan nama Cip-Icip Cipayung tapi ijin ke dia. Tapi produk dia

nih kripik kimpul tetep ibu bikinin label. Kemudian ibu bikinin lagi stik

wortel, stik ubi ungu, pokoknya ibu bikinin label Cip-Icip Cipayung.

Karena kan kalo makanan di jual, telanjang ga ada label itu orang kurang

tertarik. Jadi supaya nama itu ngga hilang, dan juga kan brandnya

Cipayung”. (Wawancara, 14 April 2018).

Berdasarkan penuturan di atas, asal muasal nama Cip-Icip Cipayung adalah

salah satu brand yang dimiliki oleh KWT Nusa Indah yang merupakan bagian dari

KWT Cipayung. Hal ini pun diakui oleh Ibu Mulyani yang mengatakan :

“itu nama loyalty saya. Tadinya kan pelatihan kemasan, terus saya

kan dari KWT Nusa Indah, kan ngga ngejual gitu. Terus kata saya yaudah

Cip-Icip gitu. Cuma karena saya dapet kemasan, bantuan kemasan

semuanya Nusa Indah semua jadi saya tetep Nusa Indah. Terus akhirnya

Bu Evi, “Bu Mul mereknya saya pake yah”, kata saya “Pake bu ngga apa-

apa”. (Wawancara, 28 Mei 2018)

Jadi, memang benar bahwa Cip-Icip Cipayung sebelumnya merupakan

brand untuk produk yang dihasilkan dari KWT Nusa Indah, namun karena faktor

adanya bantuan kemasan dengan nama brand yang dicetak Nusa Indah maka

akhirnya nama tersebutlah yang sampai sekarang digunakan. Untuk menjaga agar

nama Cip-Icip Cipayung tidak hilang dan agar Kecamatan Cipayung semakin

dikenal masyarakat luas melalui produk-produk yang dihasilkan dari UKM yang

Page 91: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

78

ada di wilayah tersebut maka Ibu Evi meminta izin penggunaan nama Cip-Icip

Cipayung dipilih sebagi nama dari gerai tersebut.

Setelah gerai Cip-Icip Cipayung berdiri dan berjalan, Ibu Evi memberitahu

perihal kemajuan ini kepada pihak pemerintahan. Ibu Evi menjelaskan “saya

kasih tau. Saya kasih foto ke Pak Hariyadi ya kalo pak Camat kan agak sibuk ya.

Dia itu bidang pemerintahan” (Wawancara, 14 April 2018). Namun pasca

diberitahu tentang keberadaan gerai Cip-Icip Cipayung pun respon pihak

pemerintahaan masih sangat kurang, Camat Cipayung hanya berkomentar bagus

namun tidak sampai datang berkunjung ke gerai Cip-Icip Cipayung.

Meskipun tidak direspon dengan signifikan oleh pihak pemerintahan namun

gerai Cip-Icip Cipayung tetap berlanjut, bahkan gerai ini juga dapat menjadi

simbol dari kemajuan UKM yang ada di Cipayung. Di Gerai tersebut menjual

khusus produk-produk yang dihasilkan dari kelompok-kelompok masyarakat yang

ada di Kecamatan Cipayung. Hal tersebut merupakan bagian dari tujuan

terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung. Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan

Cipayung) sekaligus pengelola gerai menjelaskan, “kita itu pengen produk-

produk Cipayung itu dikenal, khususnya KWT, UPPKS, KTNA, semua. Intinya

nama Cipayung itu kan orang bisa inget terus “Cipayung, Cipayung, Cipayung”.

Nama Cipayung bisa terangkat”. (Wawancara, 14 April 2018)

Tindakan agen menggunakan nama Cip-Icip Cipayung ini dapat dilihat

sebagai proses signifikansi, yang memiliki pengaruh dalam aspek simbolik dan

pemaknaan. Ibu Evi (anggota KWT Kecamatan Cipayung) melakukan proses

signifikansi simbolik kemajuan kelompok-kelompok masyarakat (diantaranya

Page 92: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

79

KWT) yang ada di Kecamatan Cipayung dengan membawa nama Cipayung yang

ditransformasikan dalam nama gerai. Hal ini dilakukan sebagai tindakan untuk

menjaga simbol identitas Kecamatan Cipayung. Dalam proses ini, agen juga telah

melakukan razionalization of action. Rasionalisasi tindakan digambarkan Ibu Evi

saat merasionalkan nama gerai Cip-Icip Cipayung sebagai cara untuk menjaga

agar identitas Kecamatan Cipayung dapat terangkat ke masyarakat luas.

Keberlangsungan gerai Cip-Icip Cipayung juga memiliki pengaruh dari

KWT Kecamatan Cipayung. Produk-produk yang diperkenalkan dan dipasarkan

pada gerai Cip-Icip Cipayung sebagian besar berasal dari hasil produksi yang

dilakukan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung. Hal ini dijelaskan oleh Ibu

Suwartini “…Ya memang harus karena itu kan produk Cipayung, nah kita kan

termasuk KWT Cipayung jadi tiap hari harus ada. Nah itu makanya stok itu harus

ada karena kita kan memantau”(Wawancara, 21 Mei 2018). Kemudian Ibu Titik

juga mengemukakan hal yang senada “Iya sering, naro pastel abon atau pastel

mini itu”(31 Mei 2018). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa ibu-

ibu KWT Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif dalam proses

perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung. Mereka dapat mengontrol ketersediaan

produk-produk yang dipasarkan disana.

Namun meskipun KWT Kecamatan Cipayung memiliki dominasi alokatif,

tetap ada rules yang harus dipatuhi dalam memasarkan produknya di Gerai Cip-

Icip Cipayung. Adapun aturan yang terdapat dalam gerai tersebut dijelaskan oleh

Ibu Evi, “gini, terserah mau dari dia misalnya kasih patokan sekian tapi nanti

buat yang jaga dipotong 15% sampe 20% atau dia ngasih harga dasar terus pas

Page 93: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

80

dijual ibu naikin. Nah itu buat yang jaga sama buat operasional

kios”.(Wawancara, 14 April 2018).

Dari penjelasan tersebut, aturan yang harus ditaati ialah adanya sistem

pemotongan hasil keuntungan dari produk yang berhasil dijual. Aturan itu pun

diketahui dan dijalani oleh anggota KWT Kecamatan Cipayung yang memasarkan

produknya di gerai Cip-Icip Cipayung. Hal tersebut merupakan dualitas struktur

yang terjadi, di satu sisi ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat mempengaruhi

perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung dengan dominasi alokatif yang

dimilikinya sehingga dapat mengontrol pemasokan produk-produk yang

dipasarkan. Namun di sisi lain dalam proses pemasaran produk, mereka tetap

dipengaruhi oleh aturan pemotongan keuntungan sebagai tata cara pemasaran

yang berlaku disana.

Ibu Evi juga mengatakan bahwa dalam gerai Cip-Icip Cipayung tidak hanya

menjual produk-produk olahan yang berasal dari kelompok-kelompok usaha di

Kecamatan Cipayung namun juga ada beberapa produk yang sengaja dijual untuk

menunjang operasional gerai. Ibu Evi menjelaskan:

“Karena depannya itu Dino Park tempat maenan macem-macem, jadikan

kalo kita Cuma menjual kripik-kripik, ya kan kita melihat peluang, jadi di tarolah

sama si mamas maenan segala macem, juallah lego, tapi eh banyak bapak-bapak

yang nunggu, jadi jual lah itu milkshake, dark chocolate, thai tea, ice cream”

(Wawancara, 14 April 2018).

Dijualnya produk-produk tambahan merupakan strategi yang digunakan Ibu

Evi untuk menarik perhatian pengunjung sekaligus menjadi celah peluang lain

bagi penjualan di gerai Cip-Icip Cipayung.

Terbentuknya gerai Cip-Icip Cipayung yang di motori oleh Ibu Evi yang

notabene anggota KWT Kecamatan Cipayung menunjukan bahwa berawal dari

Page 94: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

81

ikatan-ikatan sosial yang ada di masyarakat ternyata dapat menjelma menjadi

kekuatan ekonomi lokal. Ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung sebagai agen

menunjukan kemampuannya untuk membuat perbedaan (make a difference).

Gerai Cip-Icip Cipayung merupakan bukti perbedaan dalam kemajuan dan

keunggulan yang dimiliki oleh KWT Cipayung. Berdasarkan observasi penulis,

hanya KWT Kecamatan Cipayung yang memiliki gerai tersendiri dalam

memasarkan produknya di pasar modern seperti Depok Town Square (Detos).

Dengan penjelasan yang dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa berawal

dari ikatan sosial yang terjalin antara ibu-ibu lalu beranjak menjadi KWT

Kecamatan Cipayung kemudian dapat menjelma menjadi kekuatan ekonomi lokal

yaitu memiliki andil dalam mempengaruhi proses terbentuk maupun

perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung. Pengaruh terhadap proses terbentuknya

dapat terlihat dari kemampuan ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung yang dengan

kemampuannya untuk merubah struktur (sense of transformation) yang telah

usang sehingga mereproduksi struktur yang baru yaitu Gerai Cip-Icip Cipayung.

Kemudian, dengan proses rasionalisasi tindakan (razionalization of action) dan

peran signifikansinya dapat menjaga sekaligus mengangkat nama Kecamatan

Cipayung agar lebih di kenal oleh masyarakat luas dengan membentuk aspek

simbolik penggunaan nama Cip-Icip Cipayung sebagai nama gerai. Peran

dominasi alokatif yang dimiliki ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung juga turut

mempengaruhi gerai Cip-Icip Cipayung dalam perkembangannya. Dari berbagai

kontribusi yang diberikannya tersebut, ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung

sebagai agen terbukti telah mempengaruhi perkembangan gerai Cip-Icip

Page 95: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

82

Cipayung, namun meskipun demikian, mereka tetap dipengaruhi oleh struktur

tersebut dalam melakukan tindakan-tindakannya sebab mereka berada dan

melakukan praktik sosial dalam institusi gerai Cip-Icip Cipayung.

Di samping pembahasan mengenai kontribusi yang diberikan KWT

Kecamatan Cipayung terhadap perkembangan institusi ekonomi di Kota Depok,

terdapat pula proses pemberdayaan perempuan dengan melihat pergeseran posisi

peran dan kedudukan perempuan yang dialami oleh ibu-ibu anggota KWT

Kecamatan Cipayung. Ketika bergabung dalam KWT, ibu-ibu yang berada di

Kecamatan Cipayung berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.

Mayoritas mereka adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya bekerja

pada ranah domestik. Adapun tujuan mereka bergabung ke dalam kelompok

wanita tani beragam antara lain untuk membantu perekonomian keluarga, dan

untuk menambah ilmu dan pengalaman.

Kontribusi KWT dalam membantu perekonomian keluarga dibuktikan

dengan hasil atau keuntungan yang dimiliki KWT Kecamatan Cipayung sejak

awal merintis sampai saat ini diolah menjadi koperasi simpan pinjam, Ibu

Purwaningsih (Ketua KWT Kecamatan Cipayung) mengatakan “Kami bikin

simpan pinjam, alhamdulillah sudah mencapai 20 juta” (Wawancara, 10 April

2018). Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini, membantu ibu-ibu KWT

Kecamatan Cipayung saat memiliki kebutuhan financial.

Dengan memilih bergabung di KWT Kecamatan Cipayung, mulailah ibu-ibu

anggota KWT mendapatkan jejaring pertemanan yang baru, ilmu pengetahuan

yang baru serta berbagai macam kegiatan, mulai dari pelatihan produk, pelatihan

Page 96: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

83

kemasan, pelatihan manajemen usaha, dan kunjungan-kunjungan. Hal ini

menunjukan tersedianya manfaat yang berguna bagi ibu-ibu anggota KWT

Kecamatan Cipayung, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Purwaningsih

“Manfaatnya banyak sekali. Kami jadi banyak wawasan, dikenal orang, banyak

temen, banyak relasi, kita tahu daerah mana produk unggulannya

apa”.(Wawancara, 10 April 2018).

Dengan berbagai kegiatan ada di KWT Kecamatan Cipayung, kemudian

dapat memotivasi ibu-ibu yang belum ikut KWT, ini dibuktikan dengan masuknya

anggota-anggota baru KWT Kecamatan Cipayung seperti Ibu Rini yang

mengemukakan pandangannya sebelum dan pengalamannya setelah ikut KWT :

“Tadinya engga begitu tertarik, cuma setau saya ya ibu-ibu yang

kreatif, yang istilahnya punya kegiatan, tadinya saya ngga begitu tertarik

setelah saya bergabung itu justru saya makin bukan tertarik lagi, justru

saya disitu bener-bener jiwa sudah di KWT dan saya makin melejit di situ.

Pokoknya pengin bikin sesuatu bikin sesuatu, dari KWT itulah saya punya

ide-ide bikin ini bikin ini” (Wawancara, 22 Mei 2018).

Kemudian, pengalaman serupa pun didapatkan oleh Ibu Yanti yang

mengatakan:

“Tadinya saya kaya “ah engga ah”, orang waktu itu pelatihan jam 1

siang begini, panas. Sementara waktu itu anak saya yang kecil masih

umur 2 tahun, jadi saya sempet ngga dateng berapa hari. Di hari-hari

terakhir saya dateng, faktor ngga enak sih. Tapi setelah makin ke sini,

saya makin menikmati, kerasa manfaatnya.” (Wawancara, 6 Juni 2018).

Dari penuturan di atas terlihat bahwa memang dengan menggabungkan diri

dengan kelompok, kaum perempuan dapat merasakan manfaat yang lebih dari

keanggotaannya tersebut. Seperti hasil refleksi dari Ikasari (dalam Ruwaida,

2016:287) yang melakukan studi pada program PPSW di Jakarta yang

memperlihatkan bahwa dengan berkelompok, perempuan yang menjadi anggota

Page 97: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

84

dapat saling belajar bahkan mengembangkan solidaritasnya. Kemudian, dengan

berkelompok, mereka dapat melakukan simpan pinjam, mengembangkan usaha

kelompok, memberikan bantuan dan mengelola sumber daya seperti dana sehat,

beasiswa, dan arisan. Pengalaman pun ikut bertambah seperti pengalaman

berorganisasi membuat mereka dapat belajar menjadi pemimpin, bekerja sama,

dan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan yang sebelumnya belum

pernah mereka lakukan.

Dalam kelompok wanita tani, ibu-ibu yang tergabung menjadi anggota pun

dapat membantu perekonomian keluarga dengan usaha yang dijalankan, kemudian

mereka juga dapat saling belajar dari adanya momen pertemuan rutin yang

dilakukan setiap satu bulan sekali dalam KWT, belajar manajemen organisasi

yang akan bermanfaat untuk anggota dalam belajar menjalin kerja sama, belajar

menjadi pemimpin, dan belajar untuk mengambil keputusan. Selain itu mereka

juga terus melakukan pengembangan diri melalui pelatihan-pelatihan yang

diberikan dari dinas maupun pihak lainnya, dan juga dapat mengembangkan

solidaritas sesama perempuan.

Linda Mayoux dan Maria Hartl (dalam Ruwaida, 2016:284) mengemukakan

bahwa program pemberdayaan ekonomi selayaknya memberikan keuntungan pada

perempuan, tidak hanya partisipasi ekonominya yang meningkat namun juga

pendapatan dan kesejahteraannya meningkat, serta menguatnya kedudukan dan

perannya di keluarga juga masyarakat.

Dalam program kelompok wanita tani khususnya yang ada di Kecamatan

Cipayung, telah terlihat bahwa selain menguatnya partisipasi ekonomi perempuan

Page 98: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

85

dalam rumah tangga, mereka yang tergabung sebagai anggota juga mengalami

penguatan peran dan kedudukan. Mereka tidak lagi hanya bekerja pada ranah

domestik namun sekarang telah bergeser menjadi kerja-kerja publik. Hal ini

dibuktikan dengan pengalaman ibu-ibu setelah bergabung dengan KWT

Kecamatan Cipayung seperti dari Ibu Saminah “Jadi waktunya ngga cuma di

rumah aja, ke [kantor] Walikota, ke mana gitu” (Wawancara, 31 Mei 2018),

kemudian Ibu Titik “Nambah wawasan, nambah teman, nambah pengalaman,

sekarang banyak ini mas kegiatan di luar”. (Wawancara, 31 Mei 2018), dan Ibu

Purwaningsih “… jadi saya kegiatannya ngga cuma di rumah aja. Itu bermanfaat

banget mas.”(Wawancara, 24 Mei 2018).

Dengan adanya pergeseran posisi peran dan kedudukan perempuan yang

dialami oleh anggota KWT Kecamatan Cipayung, dapat membuktikan bahwa di

tengah kondisi masyarakat yang mensubordinasi peran dan kedudukan

perempuan, kelompok wanita tani memiliki kontribusi dalam memberdayakan

kaum perempuan agar dapat memperbaiki posisinya menjadi lebih baik dari

sebelumnya di tengah masyarakat yang ada.

Page 99: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

86

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan serta analisis yang telah dijelaskan dalam

pembahasan, setidaknya terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil.

Bahwa berangkat dari ikatan-ikatan sosial yang ada di masyarakat, Kelompok

Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung dapat menjelma menjadi kekuatan

ekonomi lokal dan memiliki kontribusi terhadap perkembangan institusi ekonomi

di Kota Depok. Hal ini dapat dilihat dari terbentuk dan berkembangnya pasar tani

dan gerai Cip-Icip Cipayung di Kota Depok.

Dengan merujuk pada teori strukturasi, ibu-ibu KWT Cipayung dapat

dipandang sebagai agen yang melakukan tindakan sosial seperti merefleksi

tindakan (reflexive monitoring of action), merasionalisasi tindakan

(razionalization of action), dan memotivasi tindakan (motivation of action).

Kontribusi yang diberikan oleh ibu-ibu KWT Kecamatan Cipayung dapat dilihat

dari (1) pengaruh yang diberikan oleh anggota KWT Cipayung dalam membentuk

dan mengembangkan institusi pasar tani, lalu (2) dari kemampuannya untuk

melakukan transformasi yaitu berupa reproduksi yang dilakukan anggota KWT

Cipayung terhadap struktur gerai UKM di Kecamatan Cipayung yang telah usang

(obsolence) dan tidak relevan lagi dalam mengimbangi praktik sosial yang ada

sehingga agen menciptakan struktur baru yaitu gerai Cip-Icip Cipayung.

Kontribusi yang dilakukan tersebut memang telah memberikan pengaruh dalam

Page 100: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

87

berbagai perkembangan maupun perubahan yang terjadi di pasar tani dan gerai

Cip-Icip Cipayung. Adapun aspek yang dipengaruhi berupa dominasi alokatif

(ekonomi), legitimasi (keabsahan) dan signifikansi (pemaknaan). Namun

meskipun mereka telah berkontribusi memberikan pengaruh terhadap struktur

yang ada, namun tetap saja mereka tidak dapat terlepas dan harus mentaati segala

aturan (rules) yang menjadi dasar acuan dalam melakukan praktik sosial di

struktur tersebut. Proses ini yang disebut sebagai dualitas struktur (duality of

structure).

Selain itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan Cipayung juga telah

berkontribusi dalam memberikan wadah bagi kaum perempuan untuk dapat

memberdayakan diri secara ekonomi, sekaligus belajar dan mencari pengalaman

yang sebelumnya tidak pernah didapatkan sehingga kedudukannya dapat bergeser

dari kerja-kerja di ranah domestik menjadi kerja-kerja di ranah publik.

B. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, penulis menyarankan agar penelitian-

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dari perspektif sosiologi maupun

perspektif lainnya dapat melakukan kajian yang lebih komprehensif tentang

Kelompok Wanita Tani. Fenomena kelompok wanita tani di Indonesia menarik

dan tidak kalah penting karena dalam proses perkembangannya sampai saat ini

seringkali menimbulkan banyak pertanyaan yang menuntut untuk dilakukannya

sebuah kajian agar dapat menjawab pertanyaan yang timbul tersebut. Namun,

penelitian KWT dari disiplin sosiologi masih kurang dari cukup untuk dijadikan

Page 101: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

88

sebagai rujukan untuk penelitian dengan perspektif sosiologi selanjutnya, ini pula

yang menjadi kendala dari penelitian ini. Maka, penulis menyarankan agar para

peneliti selanjutnya dapat menggunakan teori-teori sosiologi sebagai pisau analisa

agar disiplin sosiologi dapat semakin berkembang lebih luas.

Kemudian, penulis juga menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan,

membina dan memberi ruang gerak kelompok-kelompok wanita yang ada di

berbagai wilayah Indonesia. Hal ini penting karena dengan berkelompok, atau

dengan suatu tindakan kolektif yang dilakukan langsung oleh perempuan dapat

membawa perubahan yang berarti bagi kedudukan mereka di masyarakat.

Page 102: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

89

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2012. Terminologi Kosa Kata. Jakarta: Aksara.

Badudu, J.S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta: Bali Pustaka.

Creswell, John W. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed

Approaches (terj.). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Chaidir, Nurdiana, Dompak Napitupulu dan Idris Sardi. Strategi Pengembangan

Agroindustri Ikan Patin (Studi Kasus di Desa Pudak Kecamatan Kumpeh

Ulu Kabupaten Muaro Jambi). Jurnal Ilmiah Sosio-Ekonomika Bisnis

Vol.21 No.1

Darwin, Muhadjir. Gerakan Perempuan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 7 No.3, Maret 2004

Giddens, Anthony. 1984. “The Constitution of Society: Outline of the Theory of

Structuration”. Cambridge: Polity Press.

Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi Dasar-dasar Pembentukan Struktur

Sosial Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Indraswari. Perempuan, Sumber Daya Ekonomi dan Modal Sosial. Jurnal Analisis

Sosial Vol 13 No. 1 Juni 2008.

Jamilah, Joharotul. 2016. Ketahanan Industri Bordir di Tasikmalaya: Studi Etika

Moral Ekonomi Islam Pada Komunitas Tatar Sunda. Disertasi. Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Depok. 2011. Buku Putih Sanitasi Pemkot

Depok.

Kecamatan Cipayung Dalam Angka Tahun 2016. 2016. Badan Pusat Statistik

Kota Depok.

Kusumaningrum, Demeiati Nur. 2016. Pengaruh Perspektif Pemberdayaan

Perempuan dalam Kebangkitan Ekonomi Lokal: Industri Tempe Sagu di

Dusun Mrisi-Yogyakarta. Jurnal INSIGNIA Vol. 3 No. 2 November 2016.

Page 103: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

90

Marvasti, Amir B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction.

New Delhi-London: SAGE Publications.

Moleong, Lexy J. 2006. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Pembangunan Manusia Berbasis Gender. 2011. Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) dan Badan Pusat Statistik

(BPS).

Priyono, B. Herry. 2002. “Anthony Giddens: Suatu Pengantar”. Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia.

Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2004. “Dari Teori Sosiologi Klasik

Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:

Kreasi Wacana.

Ruwaida, Ida. 2016. Pemberdayaan dan Aksi Kolektif Perempuan: Sebuah

Refleksi Sosiologis. Jurnal Masyarakat dan Budaya Vol.18 No.2 Tahun

2016: 283-292.

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011. “Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya”.

Jakarta:Kencana.

Silalahi, Uber. 2010. Metode Penelitian Sosial. cet.ke-2. Bandung: Refika

Aditama.

Soerjono, dan Djoenaesih. 1997. Istilah Komunikasi. Yogyakarta: Liberty.

Statistik Daerah Kota Depok 2017. 2017. Badan Pusat Statistik Kota Depok.

Statistik Daerah Kecamatan Cipayung 2015 Kota Depok. 2015. Badan Pusat

Statistik Kota Depok.

Strempel, Anna. 2011. Penilaian Kebutuhan Proyek untuk Perempuan Aceh di

bidang Pertanian.

http://www.dpi.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0020/380117/Kelompok-

Wanita-Tani-Bahasa-Indonesia.pdf. diakses pada 11 Februari 2018.

Page 104: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

91

Suraningsih, Maya Safrina. 2017. “Strategi Komunikasi Keberdayaan Wanita

Tani Melalui Pemanfaatan Pekarangan Menuju Ketahanan Pangan

Keluarga”. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Internet

Ini Manfaat Pasar Tani bagi Petani Depok. Depok.go.id. Diakses pada 14

Februari 2018. (http://www.depok.go.id/12/02/2017/10-ekonomi-kota-

depok/ini-manfaat-pasar-tani-bagi-petani-depok).

Geografi Kota Depok. Depok.go.id. Diakses 5 April 2018.

(https://www.depok.go.id/profil-kota/geografi).

Sejarah Kota Depok. Depok.go.id. Diakses 5 April 2018.

(https://www.depok.go.id/profil-kota/sejarah).

Kependudukan Kecamatan Cipayung 2016. Cipayung.depok.go.id. Diakses 5

April 2018. (http://cipayung.depok.go.id/profil/kependudukan).

Sejarah Kecamatan Cipayung. Cipayung.depok.go.id. Diakses 5 April 2018.

(http://cipayung.depok.go.id/profil/sejarah-kecamatan).

Rapat Persiapan Pameran Produk Pertanian. Dkppp.depok.go.id. Diakses 5

April 2018. (http://dkppp.depok.go.id/archives/619).

Pasar Tani Akan Digilir Di Kecamatan dan Kelurahan. Depok.go.id. Diakses 6

April 2018. (https://www.depok.go.id/08/02/2018/01-berita-depok/pasar-

tani-akan-digilir-di-kecamatan-dan-kelurahan).

Pelaku Usaha Pemula Dibekali Keahlian Manajemen. Depok.go.id. Diakses 3

Juli 2018. (https://www.depok.go.id/09/10/2017/01-berita-depok/pelaku-

usaha-pemula-dibekali keahlian-manajemen).

Program Gerakan Perempuan Untuk Optimalisasi Pekarangan (GPOP).

Depok.go.id. Diakses 13 Juni 2018.

(https://www.depok.go.id/13/05/2011/pertanian-kota-depok/program-

gerakan-perempuan-untuk-optimalisasi-pekarangan-gpop).

Page 105: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

LAMPIRAN

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Pak Imam Bukhori dan Pak Sutarman, SP

Lokasi : Kantor Kecamatan Cipayung Depok

Status : Ketua KTNA Cipayung dan Ketua Balai Penyuluh Pertanian Ratujaya

Tanggal : 28 Maret 2018

No Dialog

1 P : Sejarah perkembangan ktna cipayung

I-1 : KTNA Cipayung membawahi 18 kelompok tani diantaranya kelompok wanita tani,

kelompok pembudidaya ikan (pokdakan), kelompok pemasaran hasil pengolahan ikan,

kelompok pertanian (poktan), dan kelompok peternakan (poknak). Tetapi diantara

beberapa kelompok tani itu yang banyak adalah kelompok wanita tani disingkat dengan

KWT. KWT itu sebetulnya lahirnya dari istri-istri para petani. Nah semuanya itu dibina

dan dinaungi di dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan. Nah perkembangannya

ternyata kelompok wanita tani itu, karena ini merupakan asset masyarakat, potensi,

banyak sekali yang memperhatikan salah satunya adalah dinas koperasi dan usaha mikro.

Karena KWT itu bisa menjadi usaha yang bisa meningkatkan penghasilan keluarga. selain

itu, dalam perkembangan KWT juga diakui sebagai UKM-UKM, artinya produk KWT itu

pada akhirnya ada yang masuk di UKM. Karena, usaha KWT yang dihasilkan itu juga

merupakan usaha mikro akhirnyalah dia masuk di grup-grup UKM. Kemudian dilirik juga

oleh dinas perdagangan, makanya dikasihlah pelatihan-pelatihan tetapi melalui UKM itu.

2 P : Nah kalo di Kecamatan Cipayung sendiri, mulai ada KWT tahun berapa pak ?

I : Kalau sejarahnya saya ngga tau persis ya, nah nanti ke pak Tarman.

3 P : Jadi saya mau tahu sejarah KWT Cipayung itu dari tahun berapa dan sejauh ini di

KWT Cipayung ini ada beberapa KWT turunannya lagi atau bagaimana pak ?

I-2 : Gini, istilah wadah KWT ini sudah lama. Ada dan terbentuk secara turun temurun.

Mungkin bedanya KWT disini sejak saya tugas di BP juga sudah ada. Tetapi mungkin

beda KWT di Kota Depok dengan di tempat lainnya. Bedanya itu kalau di kita, sudah ada

kontribusi diatas 50% ke olahan. Kalau di daerah di luar Depok, KWT itu betul-betul

pendamping suami dalam berbudidaya di sawah. Pengolahannya itu menunggu hasil

produksi yang dihasilkan per musim, nah itu bedanya, kalau di sini kan dihasilkan setiap

saat. Kadang bisa diolah selain pemanfaatan lahan pekarangan dengan cara tadi tabulapot

(tanaman tumbuh dalam pot), tabulakar (tanaman tumbuh dalam pekarangan) dan toga

(tanaman obat keluarga). Dia mengolah, baik yang bahan bakunya dari seperti ceker kalau

peternakan kan, kemudian bakso ikan dari perikanan, dan juga KWT-KWT yang

P : Peneliti

I-1 : Pak Imam

I-2 : Pak Sutarman

Page 106: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

olahannya keripik, combro dan sebagainya. Itu bedanya di kota depok.

Sehingga, nilai kegiatannya yang dikandungnya mungkin lebih banyak aktifitas di kita,

sebutannya sama aktifitasnya berbeda. Kalo sebutannya kan kelompok wanita tani. Nah

asal muasal kelompok itu ada 3, kelompok pertanian (poktan) bapak-bapaknya atau

suami. Ada taruna tani, anaknya. Ada KWT, ibunya. Jadi bapak, ibu dan anak.

Nah kalau di sini aktifitasnya punya nilai lebih, saya kira hanya itu perbedaannya. Nah

kemudian, kepentingan KWT sendiri tergantung pada rancangan dan tujuan di awal. Nah

bedanya hanya aktifitas KWT dengan yang di luar KWT walaupun sama-sama pengolah,

kalau KWT diberi kesempatan yang pertama, untuk saling menunjang kerja sama dengan

KWT yang ada atau yang legal. Yang kedua, kalau ada event baik kabupaten, kota,

provinsi dan nasional, ada KWT yang diikut sertakan sampai ke pekan nasional (pennas)

ketemu dengan KWT seluruh Indonesia. Tetapi kalau KWT nya tidak punya legitimasi

formal ngga bisa berangkat kemana-mana dan dibina oleh jajaran kami DKP3. Jadi dewan

pembinanya DKP3, dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan. Nah ini mulai

perubahan nomenklaturnya tahun 2017. Kalau dulu kan dinas pertanian dan perikanan.

Mungkin itu kalau dari sisi badan atau kelembagaan.

3 P : Jadi fokus saya kan gimana KWT ini berkontribusi terhadap perkembangan institusi

ekonomi di kota depok, nah saya ambil institusinya pasar tani sama ukm cip-icip

cipayung. Atau ada lagi institusi ekonomi lainnya pak yang berawal dari kontribusi KWT

?

I-2 : Kalau kayanya mah selain yang disebutkan ngga ada yah. Paling tadi, di dalamnya

ada bagian umkm, ada bagian dari dinas perindag, ada juga bagian dari dinas kesehatan.

Sekarang contohnya, kenapa dengan indag, sebab DKP3 hanya membina subteknis

produksi. Sedangkan udah berbentuk olahan dalam nilai jual harusnya difasilitator oleh

indag. Kemudian mengarah pada produk yang hiegenis, tentunya harus dinas kesehatan.

Kemudian, kwt bergerak juga harus mendapat legitimasi formal dari MUI untuk

kehalalannya. Jadi ada keterpaduan dari pembinaan. Tapi kalo pembinaan utama

teknisnya dibawah DKP3.

Nah dengan demikian, pendongkel si peningkatan ekonomi yaitu sudah pasti dan jelas.

Selain membesarkan lembaga organisasinya, melengkapi juga aktifitas pertemuan dan

hasil kegiatannya yang juga berperan untuk menghimpun produk-produk sesama anggota

untuk diangkat dipasarkan oleh pengurus salah satunya melalui pasar tani ataupun

kemitraan dengan produsen-konsumen. Artinya produk KWT ditampung dititipkan ke

warung, di warung nanti diserap oleh konsumen. Nah itu juga bagian dari kegiatan KWT.

Kemudian KWT juga bisa bekerja sama dengan pokja 3 PKK. Pokja 3 itu kan sandang,

pangan dan tata laksana rumah tangga. Itu juga ada link kerja sama mereka. Kemudian

peluang KWT yang bisa diikuti, pertama, mendapat pembinaan dari DKP3 itu sendiri,

kemudian dibina oleh indag, dibina oleh kesehatan, dibina oleh umkm. Nah kemudian

yang sifatnya ke luar, kita memberi kesempatan untuk mengikuti diklat. Nanti pada bulan

April ada seleksi untuk mengikuti WUB (wirausaha baru). Kami mendapat jatah kemarin

tahun ini hampir 40 orang. Syaratnya yang menjadi anggota kelompok, mau itu poktan

mau itu KWT, yang penting anggota kelompok bukan perorangan. Nah itu artinya, belajar

menghargai kepada organisasi. Kedua, memberi kesempatan untuk berperan aktif

menyebarkan ilmu pengetahuan yang didapat untuk anggota dalam kepengurusan. Ketiga,

Page 107: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

mudah-mudahan masyarakat lain bisa melihat, dengan masuk di organisasi itu belajar

manajemen organisasi, belajar memperkuat sisi perencanaan, kemudian mendewasakan,

saling mengisi dan melengkapi.

4 P : Awal mula KWT Cipayung terbentuk tahun berapa pak ?

I-1 : Mulai dari terpecah dari bogor sudah ada. Soalnya sebelum pemekaran, KTNA itu

sudah ada. 18 tahun yang lalu itu. Semua se-kota depok sudah ada sejak pemekaran. Kalo

dulu itu ngga terlalu di ekspose, beda kalo sekarang kan besar-besaran publikasinya.

5 P : KWT di Cipayung itu ada berapa jumlahnya pak ?

I-1 : Bu Pur, KWT Cipayung itu ada berapa kelompok ? ini yang mengetuai forum KWT

Cipayung ini

I-3 : Ada 5 kelompok

I-2 : Kalo kelembagaannya ada 17 itu termasuk gapoktan, kalo KWT nya sendiri ada 11.

6 P : Itu 11 kelompok aktif semuanya pak ?

I-2 : Mudah-mudahan aktif. Nah makanya nanti setelah pengukuhan pengurus KTNA

akan diadakan bedah kelompok itu melihat bagaimanasih aktifitas kelompok itu, baik dari

sisi kepengurusan maupun fisik ya.

7 P : Nah kalo untuk pasar tani sendiri pak, tahun berapa mulai ada di depok ?

I-2 : Baru 2 tahun sih. Tahun 2017. Kalo tahun 2017 penanggung jawabnya bidang

perikanan, kalo 2018 penanggung jawabnya bidang KPH (ketahanan pangan dan

holtikultura)

8 P : Tadi saya nyatet katanya di pasar tani ada pemilahan, itu bagaimana pak maksudnya ?

I-2 : Kalo dulu kan pasar tani semua masuk, dan bedanya kalo dulu di motori oleh KTNA.

Kalo sekarang dikembalikan kepada penyuluh setempat masing-masing. Bermitra bekerja

sama dengan KTNA. Karena, penyuluh kan jajaran utama DKP3, KTNA kemitraan.

Kedua, perbedaannya, dulu semua produk masuk. Nah setelah dikembalikan kepada

maksud dan tujuan pasar tani sendiri, baru diluruskan. Jadi pada prinsipnya kan, pasar tani

itu adalah untuk memberi kesempatan kepada petani yang sudah bergabung dengan

kelompok tani dalam rangka memasarkan hasil produknya. Kedua, merupakan event

promosi supaya diketahui oleh masyarakat yang ada di kota Depok. Nah yang ketiga,

dalam rangka peningkatan kualitas produk yang dibuat. Yang keempat adalah dari sisi

pengemasan. Kemasan yang bagus itu otomatis akan mendompleng nilai harga yang

dilempar ke konsumen. Yang terakhir, sebagai penunjang pengalaman dan pengetahuan.

Jadi secara tidak langsung di produk yang sama dengan beda KWT bisa saling

melengkapi. Kalau memang minat masyarakat sudah berkurang tentunya DKP3 akan

mengalihkan pasar tani tersebut tidak lagi diselenggarakan. Jadi tergantung situasi sasaran

itu sendiri. Bisa pasar tani diselenggarakan di luar balai kota di beberapa kecamatan

disesuaikan dengan kepentingan dan keperluan. Tidak mesti harus ditingkat kota.

Sedangkan kecamatan menyarakankan, kalau dirasakan perlu pasar tani itu ditarik ke

kecamatan, silahkan, yang dimotori oleh KTNA. Kemudian pasar tani itu boleh diikuti

apabila orangnya sudah menjadi anggota kelompok juga dan diketahui darimana KWT

ini, yang dijual ini. kemudian yang diakhir pasar tani dilaporkan ke DKP3 bahwa kegiatan

ini omzetnya sekian. Jadi dari satu ke lain penyelenggaraan ketahuan naik turunnya, nilai

jualnya berapa, KWT yang ikut berapa, dan kelompok lain poktan, pokdakan dan lainnya

berapa. Sehingga bisa menjadi bahan evaluasi.

9 P : Pasar tani itu diadakannya per bulan atau bagaimana pak ?

I-2 : per bulan. Itu diagendakan sampai desember sebanyak 13 kali. Karena di event HUT

Page 108: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Kota Depok yang ke 19, diadakan dan diberi waktu selama 3 hari. Jadi ada 13 kali. Nah

itu campuran kalo pasar tani yang di HUT Kota Depok. Dindag, umkm, semuanya bisa

nampil.

10 P : Awal mula pasar tani ini berasal dari adanya permintaan dari KTNA sendiri atau

bagaimana pak ?

I-2 : pertama, melihat posisi ya dan perkembangan. Dulu pas penyelenggaraan pasar tani

ada cetusan bahwa aspirasi yang berkembang di lapangan, bagaimana kalo DKP3

membuat event. Namanya belum pasar tani. Membuat event untuk menyuguhkan,

menayangkan, dan memberitahukan serta ada nilai jual. Dipikirkan, dikemas, ini mungkin

dan ada juga penyelenggaraan yang sama yang diadakan ditingkat nasional. Tingkat

nasional kan ada yang di depan deptan yang tenda putih. Itu tingkatnya nasional, jadi

antara tingkat lokal, regional, nasional itu mungkin berbeda. Yang nasional pengikutnya

gabungan dari semua provinsi, kalo regional dari kabupaten kota, kalo lokal dari

kecamatan. Nah untuk menjaring juga pada akhirnya apabila ada HPS (hari pangan

sedunia) atau hari bidang pertanian setahu sekali di provinsi, dan hari pennas itu bisa

merekam jejak-jejak produk yang dihasilkan. Kalo pennas (pekan nasional) khususnya

provinsi, beda lagi di kabupaten kota. Kalo AKP baru kabupaten kota yang ngambil.

Mungkin itu, kalo pencetusnya itu mungkin ada aspirasi, kedua ada agenda untuk

mempertemukan 3 bidang dalam tempat dan ruang yang sama.

TRANSKRIP WAWANCARA

Page 109: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Informan : Ibu Purwaningsih

Lokasi : Jl. H. Nasir No.2 Cipayung

Status : Ketua KWT Cipayung

Tanggal : 10 April 2018

No Dialog

1 P : Ibu Pur ini posisinya di KWT Cipayung sebagai apa ?

I : Ketua KWT se-Kecamatan Cipayung

2 P : Kalau sejarah berdirinya KWT Cipayung itu bagaimana bu ?

I : Tujuan kota Depok kan mensejahterakan warganya. Di samping itu untuk

pemberdayaan wanita, jadi kita dibentuk. Yang tadinya ibu-ibu itu cuma kumpul-kumpul

misalnya arisan atau anter anak sekolah TK atau kita punya temen se grup, terus dibikin

KWT itu dengan tujuan ibu-ibu menambah penghasilan uang atau menambah pendapatan

per kapita.

3 P : Awal berdirinya KWT itu siapa pencetusnya bu ?

I : Dari dinas mas. Dari dinas pertanian dulu masih distankan.

4 P : Itu prosesnya gimana bu ?

I : Kami mengumpulkan sebanyak 20 orang, kemudian kami dididik selama seminggu

terus dibuatkan SK dari kelurahan, mengetahui kecamatan dan DKPPP. Itu semua KWT

prosesnya begitu.

5 P : Kenapa ibu memilih KWT ?

I : Kan kalo KWT itu kita para wanita dikumpulkan supaya membantu perekonomian

keluarga agar punya usaha masing-masing

6 P : Bedanya KWT di Cipayung dengan daerah lainnya apa bu ?

I : Kan KWT itu ada dua mas. Ada KWT Pertanian ada KWT Olahan. Nah KWT kami

itu yang olahan.

7 P : Kalau olahan itu bahan bakunya dari lahan sendiri atau bagaimana bu ?

I : Biasanya kalau saat ini ya paling belinya dari petani sekitar

8 P : Saat pembentukan KWT, gimana cara ngajak ibu-ibu lainnya ?

I : Kan waktu itu kami sering ada arisan ya, ada pengajian gitu. Disitu kita tanya “ibu-ibu

siapa yang mau, kita dididik dari dinas, dilatih olahan makanan, dilatih pertanian juga”.

Kebetulan alhamdulilah kami dapat 20 orang. Tapi berjalannya waktu nggak semuanya

aktif. Nah dari 20 itu semakin menyusut makin kesini.

9 P : Tujuan dibentuknya KWT selain untuk menambah penghasilan, apa lagi bu ?

I : Menambah wawasan. Karena kita kan dididik itu pinter lama-lama. Ada olahan dari

pertanian, peternakan, perikanan gitu. Nambah jaringan juga, kita untuk KWT itu ada

kunjungan dari KWT ke KWT lainnya. Ada juga studi banding. Kita pernah kunjungan

ke Boyolali, ke Bandung pernah, ke Puncak pernah, ke Jogja pernah. Yang ke Jogja itu

tanggal 28 Oktober ke tempat gudeg yang udah maju UKMnya. 28 Maret ke Boyolali

yang ke peternakan ke olahan susu. Nanti rencana tanggal 29 April kita mau ke

Kuningan ke tempat serba ubi.

10 P : Tadi kan ibu nyebut UKM ya, apa kalo dari KWT itu bisa naik ke UKM atau gimana

Page 110: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

bu ?

I : Karena KWT kan udah sebagian ngga berkelompok mas. Berhubung dia punya usaha

masing-masing, dia pengen setingkat lebih maju jadi dijadiinlah UKM. Dari KWT itu per

kelompok nah jadi UKM per orangan

11 P : Nah kalo cara ngejalin jaringan, itu KWT Cipayung gimana bu ?

I : Nah kita sering ikut pameran. Kebetulan di dinas itu ada acara tiap bulan minggu ke

dua itu ada pasar tani namanya. Nah itu para KWT mas yang hadir di sana, yang jualan

juga KWT-KWT, di luar KWT ngga bisa masuk karena itu kan bentukan dinas jadi udah

ada PPLnya misale Cipayung KWT nya berapa PPL nya siapa yang mau pasar tani siapa,

jadi udah terorganisir udah ada daftarnya.

12 P : Nah dulu pas terbentuknya pasar tani, KWT ikut andil ngga disitu ?

I : Justru karena adanya produk dari KWT itu makanya ada pasar tani. Dibentuknya

KWT udah se Kota Depok dari 11 Kecamatan dibentuklah pasar tani

13 P : Pas pasar tani dibentuk itu, Kecamatan Cipayung ngirim berapa KWT ?

I : Waktu itu hampir semuanya, semuanya mewakili. Kan satu Kecamatan dikasih satu

stand, jadi itu isinya semua KWT yang ada di Kecamatan Cipayung.

14 P : Saya pernah baca dari internet, kalo KWT Cipayung pernah dapet predikat stand

terbaik, itu tahun berapa ya bu ?

I : Iya pernah, belum lama itu sekitar 2 atau 3 tahun sekarang deh kayanya. Sekitar

2017an

15 P : Waktu itu olahan apa aja yang ditaro ?

I : Semua KWT naro, ada cheese stick, ada es buah, ada cilok, ada nugget, ada buntil.

Jadi bervariasi, karena kan ada yang olahan dari pertanian, peternakan, perikanan.

16 P : Nah kalo dari KWT yang ada di Cipayung kan ada 6 ya, itu apa aja namanya ?

I : KWT Lembah Griya, Nusa Indah, Sukses Bersama, Mawar, Dahlia sama Maju

Bersama.

17 P : Itu produknya apa aja bu dari masing-masing KWT ?

I : Untuk yang Dahlia, karena kan dia dibentuk udah lama, bareng sama Sukses Bersama

tapi dia ngga berjalan. Jadi dia re-organisasi, karena re-organisasi jadi dianya belum

matang. Setau saya sih snack box tapi ya itu mati suri. Untuk KWT Lembah Griya kan

yang jame ya. Terus yang Mawar itu aneka pastel mini. Kalo Sukses Bersama ada peyek

mini, ada juga buntil, ada juga wajik. Nah nanti dimasukin ke kemasan.

18 P : Kemasanya bikin sendiri ?

I : Iya bikin sendiri

19 P : Kalo di KWT itu ada kaya anggaran gitu bu ?

I : Ada. Biasanya kan gini, kami setelah dididik dari dinas kami dibantu, dibantu

permodalan, dibantu alatnya, dibantu pelatihannya. Jadi kami alhamdulillah udah dapat

dua kali bantuan. Pas pertama itu pas pelatihan, uang sakunya ngga kita ambil tapi

jadikan modal. Terus kemarin tahun 2015 dapet itu 15 juta dari dinas. Nah yang kedua

ini, sebagian kami belikan alat sebagian kami kelola buat koperasi. Sebenernya bukan

koperasi sih, kan kalo koperasi ada AD/ART nya, nah kalo kami belum karena per

kelompok dan belum sejumlah 20 orang, kan minim 20 orang. Kami bikin simpan

pinjam, alhamdulillah sudah mencapai 20 juta.

20 P : Nah kalo produk-produknya di pasarinnya kemana aja ?

I : Ada online, ada oleh-oleh Depok,

21 P : Oleh-oleh Depok yang di mana bu ?

Page 111: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : di DETOS (Depok Town Square)

25 P : Itu yang sama Cip-Icip Cipayung bukan sih bu ?

I : Iya. Itu kan karena satu kecamatan dapet satu kios, nah kami masuk kesana. Itu isinya

semua olahan dari Cipayung.

26 P : Kalo secara online nya gimana bu ?

I : Paling ya lewat WhatsApp, kebanyakan sih gitu mas. Karena kan sebenernya kita

pengen kemasan yang lebih bagus ya. Kemarin kebetulan kami dapet pelatihan khusus

kemasan. Baru seminggu yang lalu dari tanggal 2 sampai tanggal 6.

27 P : Itu kalo pelatihan-pelatihan itu tempatnya di mana bu ?

I : Itu dari Indag, Industri Perdagangan. Kemarin saya diminta ajak temen-temen yang

belum ini kemasannya untuk dididik khusus kemasan. Alhamdulillah kemarin saya bawa

15 orang

28 P : Kalo KWT Cipayung ini kegiatan rutinnya apa aja bu ?

I : Alhamdulilah tiap bulan mas. Pertemuan rutin tiap bulan setiap minggu kedua hari

Rabu.

29 P : Kalo pertemuan rutin itu apa aja yang dibahas ?

I : Ada kita bikin olahan, ada juga manajemen keuangan, ada juga kunjungan dari BPP

(Balai Penyuluh Pertanian) Ratu Jaya

30 P : Kalo manajemen keuangan itu dari mana bu pelatihannya ?

I : Dari dinas DKPPP juga. Jadi dia multifungsi mas

31 P : Nah selama dibina DKPPP, pelatihan apa aja bu yang udah di dapet ?

I : Banyak, olahan belimbing, abon, susu, keripik pisang, keripik singkong, abon ayam.

Terus pertanian juga, hidroponik, aquaponik. Kalo dinas mah hampir semua

menyediakan, kalo KWT bentukan dinas mas, kalo KWT ngga bentukan dinas mah

susah.

32 P : Emangnya ada bu KWT bukan bentukan dinas ?

I : Ada. Ada yang KWT Mandiri. Maaf ya kaya bu Evi itu KWT Mandiri. Jadi dia

dibentuknya bukan dari dinas tapi dari P2WKSS dari Kelurahan.

33 P : Nah tapi olahannya itu bisa masuk ke pasar tani ngga ?

I : Bisa. Karena dia kan berdirinya udah lama dari 2012 yaa bareng saya di Sukses

Bersama. Udah bisa diatas 3 tahun, karena kita kan merekrut semua. Kebetulan kan

untuk P2WKSS kan juga binaan dari PKK, nah itu masuk kan ada bidang KWT juga di

PKK. Cuma bedanya dia ngga dibentuk dari dinas. Tapi ngga masalah sih sebenernya itu

34 P : Jadi KWT Cipayung ini salah satu pencetusnya pasar tani, kaya ikut andil lah ya gitu

bu ?

I : Justru pasar tani tercetus karena adanya KWT

35 P : Nah untuk bisa jadi UKM dari KWT itu gimana prosesnya bu ?

I : Dari KWT kita ikut ke UKM mas.

36 P : Beda pembinanya ?

I : Kalo itu mah dari kita-kita aja. Jadi kita bentuk grup, terus ada ketua, sekretaris,

bendahara, seksi humas dan biasanya ya. Nah kami mengambil produk yang udah bagus,

yang udah PIRT, PKP, GMP, kemasan.

37 P : Itu yang udah kaya standarisasi gitu ya ?

I : Iyaa mirip-mirip halal gitu. nanti ujung finishnya ke halal MUI bahkan HAKI mas

38 P : Kalo standarisasi gitu, prosesnya gimana bu ?

Page 112: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Nah kita pasti diperiksa dari dinas terkait. Biasanya dari puskesmas, untuk PIRT ya.

Kita disurvei, dilihat cara olahannya, layak apa engga, pantes apa engga dikasih PIRT.

Ada juga dari DinKes

39 P : Kalo visi misi KWT Cipayung ini apa aja bu ?

I : Kalo visinya secara globalnya ya itu meningkatkan penghasilan keluarga.

40 P : Kalo omzet di gerai oleh-oleh itu berapa bu ?

I : Wah banyak mas. Banyak sebenernya. Karena gini mas, kelompok yang mau maju, ya

maju dia keluar. Kalo yang engga ya stag di dalem. Nah yang maju itu bisa terobos ke

WUB Jawa Barat, WUB Depok

41 P : WUB itu apa bu ?

I : Wira Usaha Baru Depok, setelah itu ada juga WUB Jawa Barat. Ini ada juga WUB

Pertanian. WUB yang khusus pertanian dari DKPPP. Kami pun kemarin daftar untuk

Cipayung ada 5 orang.

42 P : Jadi terus maju ya tingkatannya. Berarti KWT itu juga punya andil ya dalam

perkembangan gerai Cip-Icip Cipayung ?

I : Iyaa, soalnya kan mereka-mereka yang udah pinter pasti punya inovasi dia, yang

kemasannya udah bagus, minimal udah PIRT kalo yang ditaro di gerai itu karena bisa

dipertanggung jawabkan. Ini kami dari dinas DKPPP lagi proses, ditawarin 1 kios 1

orang. Tapi kan ngeri juga, kan satu orang produknya satu kaya peyek, kan ga bisa juga

begitu. Paling kalo dapet nanti digunain rame-rame se Cipayung kaya Cip-Icip Cipayung

itu.

43 P : Cip-Icip Cipayung itu idenya dari muncul dari KWT Cipayung atau gimana bu ?

I : Dari perorangan, karena tadinya kan udah naik kelas kan KWT itu. Setelah itu, kami

semua KWT kan ada unggulan-unggulan pengennya kita rangkul jadi satu kita jadiin saja

dan Pak Camat pun merespon yang ngeresmiin, pak Camat itu yang ngasih. Nah kalo

yang DKPPP banyak, ada di Transmart, di Detos, ada di DTC, yang kios satu orang satu

itu. Karena dari WUB Depok itu kita yang ikut berkesempatan mendapat kios satu

walaupun itu masih harus diseleksi yaa. Itu dari WUB mas yang dapat 1 kios itu. WUB

itu per orangan dibawah binaan DKUM, Dinas Koperasi Usaha Mikro

44 P : Dari Cipayung udah ada yang pernah lolos ke WUB ?

I : Alhamdulilah untuk Cipayung 25 orang. Yang ikut WUB Jawa Barat ada 12 orang.

45 P : Itu yang di WUB Jawa Barat mewakili Depok ?

I : Mewakili Cipayung mas, karena seluruh Depok. Pesertanya yang daftar itu 14.000

yang diterima 6.000 termasuk Cipayung. Kecamatan Cipayung khusus 12 orang loh mas.

Yang lainnya ngga sampai 12, paling banyak Cipayung dan kebetulan peserta terbaik.

Kan udah pada jalan dari bulan April kemarin dari tanggal 1 udah jalan. Kan ngga

barengan mas, yang dari makanan jalan duluan, yang dari kraf belakangan. Kebetulan

saya nanti bulan Oktober. Itu tempatnya di Bandung. Jadi disana pun dididik kita mas.

46 P : Selama ibu ikut KWT Cipayung, manfaat apa yang ibu dapet ?

I : Manfaatnya banyak sekali. Kami jadi banyak wawasan, dikenal orang, banyak temen,

banyak relasi, kita tahu daerah mana produk unggulannya apa, untuk Malang kan Apel,

untuk Kuningan kan Ubi, untuk Garut itu tas. Jadi seneng banget. Tadinya kan ngga

punya temen mas, sekarang ada temen yang dari Cianjur, ada yang dari Malang, itu yang

paling kita rasakan. Jadi kita kalo udah ketemu ya, motivasi kita tumbuh semangat kita

tumbuh walaupun usia udah tua semangatnya masih muda. Tapi ini juga kalo yang ingin

maju aja. Bayangin kalo se KWT ada 20 orang yang muncul ke permukaan paling

Page 113: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

banyak 3 orang udah paling banyak itu. Kaya Lembah Griya 1 ,Bu Evi. Nusa Indah, Bu

Mul. Usaha Bersama, Bu Sujatinah sama Bu Kokom. Untuk saya sendiri Sukses

Bersama, Saya dan Bu Yanti yang kacang pedas manis. Yang Dahlia malah ngga sama

sekali. Saya anehnya gini, kalo pelatihan nggak diajak pasti cemburu sosial tapi nggak

ada kerjanya. Padahal udah ke Bandung juga itu yang pelatihan hidroponik. Kalo

ditanyain saya minta SK aja ngga dikasih sampe sekarang.

47 P : Kalo pelatihan-pelatihan itu rutin per bulan bu ?

I : Setiap tahun ada programnya pasti. Untuk tahun ini pelatihan kemasan ada dua

gelombang. Tahun kemarin itu banyak, ada jahit, ada fotografi, ada hantaran, ada sablon,

ada pertanian yang hidroponik itu.

48 P : Kalo untuk KWT sendiri biasanya pelatihannya teknis kan ya bu ?

I : Teknis dan praktek. Biasanya teknis dua hari, kaya tata cara bikin abon ayam terus

hari terakhirnya langsung praktek. Biasanya seminggu itu 3 hari teori 2 hari praktek.

49 P : Kalo abis pelatihan misalnya pelatihan abon ayam, nah itu abon ayam langsung jadi

produk di KWT atau gimana ?

I : Itu tergantung KWT nya mau ngambil apa engga. Jadi meskipun banyak pelatihan

kaya jus belimbing, selai belimbing, dodol belimbing, itu tergantung kitanya mau jalanin

apa engga. Jadi pelatihan semuanya dikasih tapi tergantung mau diterapin apa engga.

50 P : Kalo kemasan sendiri pelatihannya dari mana ?

I : Dari indag mas. PIRT, PKP, GMP itu dari indag sama DKUM. Dinkes juga ada, dia

dibagian PKP sama PIRT. Itu standarisasi untuk higienis.

51 P : Berarti selama ini KWT pelatihannya dari 3 sumber ya ?

I : Iya DKPPP, DKUM, Indag sama DinKes. Nah kalo yang online gitu biasanya dari

asosiasi mas. Dari kampus juga pernah dia sosialisasi kaya manajemen sama online gitu

51 P : Kalo KWT itu ada pertemuan rutin kan ya, nah selain itu apa lagi bu ?

I : Ada pertemuan rutin, ada pertemuan rutin se Cipayung. Itu tiap bulan rutin. Tiap

pertemuan langsung diekspos ke dinas, kan kami ada grupnya. Jadi kegiatannya ini,

isinya ini, jadi kita ngga cuma cerita aja tapi ada bukti. Kalo laporan itu ada foto terus

narasi kegiatannya.

52 P : Jadi kaya di monitor gitu ya dari DKPPP ?

I : Iya dari DKPPP

53 P : Kalo pertemuan gitu, orang dinasnya dateng bu ?

I : Minimal penyuluhnya sama BPP Ratu Jaya

54 P : Nah DKPPP sama BPP sama penyuluh itu posisinya turunan atau gimana ?

I : Nah DKPPP itu ada ketuanya terus ada sub bidangnya misalnya untuk Pertanian itu

ada Bu Farah, Perikanan Bu Hermin, untuk peternakan saya lupa. Setiap sub bidang ada

penyuluhnya, untuk pertaniannya Pak Iqbal, untuk peternakannya Bu Rini Ekowati,

untuk perikanannya Pak Fadli. Itu penyuluh yang harus terjun ke lapangan setiap KWT

ada pertemuan. Misalnya mau bikin produk, itu penyuluh hadir untuk melihat dan

memberi masukan. Tapi kadang juga engga kan mereka sibuk juga mas. Kalo nungguin

beliau-beliau kita ngga jalan mas. Kalo saya udah saya program mas, pertemuan ini mau

bawa apa, pertemuan bulan ini mau ngadain apa.

55 P : Nah kalo masalah aturan-aturan itu di KWT gimana bu ?

I : Beda-beda mas, tiap KWT bisa jadi beda. Kalo di Sukses Bersama sendiri setiap pasar

tani peserta diwajibkan mengirim produknya. Terus pertemuan harus hadir, kalo yang

koperasi wajib bayar koperasinya.

Page 114: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

56 P : Kalo misalkan ada yang ngga ngelakuin salah satu aturan, misalnya ga ngirim produk

ke pasar tani itu gimana bu ?

I : Engga ada sanksi karena kan kita fleksible ya, takutnya kan di jualan di tempat lain,

kalo misalnya dia di pasar tani engga laku kan mending jual di tempat lain

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Purwaningsih

Page 115: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Lokasi : Jl. H. Nasir No. 2 Cipayung

Status : Ketua KWT Cipayung

Tanggal : 24 Mei 2018

No Dialog

1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?

I : Tahun 2012

2 P : Boleh diceritain bu proses gabungnya itu gimana ?

I : Awalnya saya kan kerja ya. Terus sepintas saya dateng ke grup. Tapi setelah saya

nggak kerja, saya fokus di KWT. Apapun itu kegiatannya saya ikut setiap satu bulan

sekali di samping pasar tani.

3 P : Pertama ibu ikut KWT itu ada penyuluh yang dateng atau bagaimana ?

I : Pertama itu dikumpulin mas kami satu RW ada 15 orang, eh 21 waktu itu. Nah kami

dilatih selama seminggu. Jadi yang ngelatih dari DK3 juga. Tapi setiap hari beda

pelatihannya. Sehari ada keripik pisang, keripik singkong, nugget, bakso, otak-otak, kaki

naga itu. Itu pertamanya mas.

4 P : Kenapa sih ibu mau ikut KWT ?

I : Karena kan gini daripada kami ngga punya kegiatan, kami ingin punya kegiatan yang

positif. Yang bisa membantu temen-temen semua, yang menghasilkan karyalah. Entah

itu produk olahan dari makanan maupun dari kraf.

5 P : Selama ibu di KWT itu kegiatannya apa aja bu ?

I : Kami pernah kunjungan di Jogja pernah, terus di Malang pernah, terus di Kuningan

pernah. KWT kita kunjungan ke lintas sektor Depok. Kalo pelatihannya banyak banget

mas. Mulai dari olahan, marketing online, kemasan, cara memasak yang bagus, cara

memasak yang hiegenis, layak halal, pirt, itu semua udah saya ikutin.

6 P : Kalo ibu produknya apa aja bu ?

I : Peyek mini untuk saya pribadi. Untuk krafnya sandal kreatif, banyak juga sih engga

hanya sandal. Ada tempat tissue, ada lampu hias, ada juga gantungan kunci, banyak mas.

7 P : Ibu produksinya kapan aja bu ?

I : Kalo ada pesenan saya langsung bikin mas. Terus kalo mau pasar tani itu saya bikin.

8 P : Tujuan ibu ikut pasar tani apa bu ?

I : Memperkenalkan produk dan itu juga udah kegiatan bulanan mas yang wajib diikuti

setiap anggota KWT.

9 P : Nah kalo ada anggota yang tidak ikut pasar tani itu ada sanksi atau engga bu ?

I : Engga sih, karena kita rolling. Misalnya kosong pasti ada salah satu kan yang

mewakili. Engga kaya gitu, kita masih fleksibel.

10 P : Kalo masalah produksi itu kendalinya dipegang sama siapa bu ?

I : Kalo produksi masing-masing mas, jadinya perorangan.

11 P : Ibu pernah naro produk di gerai Cip-Icip Cipayung ?

I : Iya pernah di Cip-Icip Cipayung

12 P : Nah kalo di Gerai Cip-Icip Cipayung itu ada aturannya engga ? semisal untuk hal

naro produk gitu

I : Biasanya sih konsinyasi mas, misale dari kami 25 harganya nah nanti terserah

Page 116: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

dijualnya berapa gitu

13 P : Ibu ikut wub ?

I : Iya

14 P : Nah wub itu apa sebenernya bu ?

I : Wub itu wirausaha baru. Jadi yang KWT yang berpengalamannya sudah lebih bagus,

kita ditampung lagi dengan wadah wub itu. Disitu juga selama seminggu dididik.

Marketing online ada, kemasan ada, kaya pelatihan gitu.

15 P : Ibu ikut wub dari kapan bu ?

I : Dari November 2017

16 P : Ibu bisa ikut wub itu gimana prosesnya ?

I : Kami kan sering ke kantor DKUM, jadi kami cari informasi. Jadi hasilnya kami

masuk alhamdulillah. Itu seleksinya kan banyak mas, ngga diterima gitu aja. Waktu itu

kan saya ada acara di Kecamatan, kebetulan saya juga anggota forum komunikasi

kecamatan sehat. Terus dari situ saya dapet informasi kalau ada pelatihan buat wirausaha

baru khusus Depok. Akhirnya kami mendaftar, kebetulan untuk Cipayung saya yang

koordinir. Waktu itu saya membawa 25 orang untuk dididik sebagai wirausaha baru

Depok. Itu sebagian besar ibu-ibu KWT.

17 P : Tujuan ibu ikut wub itu apa ?

I : Ingin naik kelas lagi, kami pengen tambah wawasan yang baru. Itu kan ada marketing

online, banyak disitu.

18 P : Kalo di wub itu ada aturan-aturannya bu ?

I : Ada. Kami harus punya produk, terus udah produksi selama 1 atau 2 tahun minimal.

Udah pernah mengikuti tahapan-tahapan pelatihan. Kaya kemasan, layak sehat.

19 P : Kalo ada aturan yang tidak terpenuhi itu gimana bu ?

I : Di diskualifikasi, kalo untuk wub nya.

20 P : Nah setelah ibu ikut KWT, ikut pelatihan, sampai ikut wub. Ibu merasa ada

perubahan dalam keseharian ibu ?

I : Ada, jadi saya kegiatannya ngga cuma di rumah aja. Itu bermanfaat banget mas.

Setelah wub kita kenal seluruh orang seluruh Depok. Itu kan dari berbagai daerah ya jadi

satu. Terus kemudian malah ada kesempatan lagi, wawasan saya jadi banyak, produk

saya juga jadi makin bagus. Tadinya kan peyek saya masih peyek biasa nah sekarang

udah jadi peyek mini. Dapet juga kesempatan untuk ikut wub Jawa Barat. Pertamanya

sih ikut KWT dulu, terus kita kan sering ke dinas, “ada informasi bu ada wub Depok mau

ikut ngga ?” nah saya ikut. Terus seleksi, banyak yang ngga lulus juga. Kan ditanyain dia

pemasarannya berapa, sehari produksinya berapa, detail sampai penghasilan bersihnya

aja diitung. Saya jadi punya kemasan sekarang, peyeknya juga punya nama, tadinya mah

ngasal kan peyek aja udah gitu.

21 P : Itu kemasan dan nama dapet dari hasil pelatihan ?

I : Nah pelatihan itu akhirnya saya pengen gitu ya yang berbeda dari yang lain gitu. Kalo

yang umumnya peyek kan biasa ya melebar gitu, nah kami menciptakan yang kecil-kecil.

Itu yang saya rasakan endingnya itu mas.

22 P : Kalo di wub ini pemasarannya kaya gimana bu ? ada kaya pasar tani gitu ?

I : Ada juga mas kaya pasar tani gitu di wali kota cuman dia momennya tertentu ngga

tiap bulan, kalo pasar tani kan tiap bulan. Kalo wub dimomen tertentu, misale ada ulang

tahun Depok, terus hari krida nasional, hari koperasi, itu pasti ada. Kalo di wub kan ada 8

angkatan, kebetulan kami angkatan ke 6. Jadi dari 1 sampe 8 itu satu stand satu wub gitu.

Page 117: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

23 P : Kalo wub itu ada kaya gerai khususnya gitu ngga bu ?

I : Ada itu, kami ditawarin dapet gerai gratis dari DKUM. Posisinya di itc, transmart, di

DETOS, di Margo, pokoknya lingkup Depok.

24 P : Tapi kalo semisal ada yang ngga memenuhi syarat, ngga bisa dapet gerai itu ?

I : Iya ngga bisa. Kalo saya memang ngga ngambil karena kan produk saya belum

banyak jadi ngga mungkin dong satu gerai cuma diisi peyek mini aja kan ngga menarik

untuk peminat. Jadi memang ditawari tapi diambil atau engga nya itu dikembalikan lagi

ke orangnya. Jadi saya lebih jualnya ke online, pesenan lewat jaringan temen, kalo yang

sandal ini ada sodara saya yang di Ternate mas jualan dia disana, saya yang kirim dari

sini. Kalo di Purwokerto banyak pesenan toples yang lebaran dan tempat tissue.

25 P : Jadi awalnya dari berkelompok, terus berjejaring sampe sekarang maju kaya gini ya

bu ?

I : Iya mas. Tapi itu tergantung individunya mas. Semua diikutin tapi toh ngga ada

hasilnya juga ada. Cuma kalo kami kan malu ya, udah ikut terus apa bukti dari ikut

kegiatannya.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Evi

Page 118: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Lokasi : Kedai Mystic ,Cipayung, Depok

Status : Anggota KWT Cipayung dan Pengelola Gerai Cip-Icip Cipayung

Tanggal : 14 April 2018

No Dialog

1 I : Awal mulanya aku dari kemuning kelompok uppks (usaha peningkatan pendapatan

keluarga sejahtera).

P : Itu dari binaannya mana bu ?

I : Itu dinas kependudukanlah, KB (keluarga berencana).

P : Oh bukan DKPPP ?

I : Bukan-bukan. Sekarang namanya DPAPMK. Nah kemudian kan sepuluh orang tuh

anggota kemuning, termasuklah si mamah. Nah terusnya, tiap orang punya produk.

Teruskan ibu produknya jambu biji merah, jadi ibu mencobalah membuat P-IRT,

kelengkapan gitu. Sejalan dengan itu, kalo engga salah tahun 2010 akhir mau 2011. Nah

kemudian, karena ibu di PKK jugakan ada terintegrasi dengan KWT dari DKPPP kan,

dulu dinas pertanian. Ibu juga sama Bu Lurah suka membina, di Cipayung Jaya itu ada

dua tadinya. Yang Bu Mulyani ini yang Nusa Indah, dengan Mawar di RW 08, itu tuh

yang lebih dulu di Cipayung Jaya. KWT Mawar itu dibentuk pada program P2WKSS

kalo gak salah tahun 2008 atau 2009. Nah ibu belum masuk tuh ke PKK. Tahun 2010,

2011 ibu masuk terus ibu bentuk UPPKS karena waktu itu ada lomba. Setelah Mawar,

ibu udah jadi PKK terus sama ibu Lurah dibentuk dari Dinas, KWT Nusa Indah, itu

programnya pemberantasan kemiskinan. Nah ibu sama bu Lurah setiap bulan ikut

membina lah. Setelah itu, tahun 2012 apa 2013 RW 09 dapet bantuan bibit cabe. Itu

dibentulah dari dinas, itu programnya SBY waktu itu namanya GPOP (gerakan

perempuan optimalisasi pekarangan). Nah disitu 130 KK harus dibagi. Ketuanya ibu, bu

Alif, terus ada almarhum bu Eko yang blok G. Dari situ memang kan ada dana, untuk

bibit, dana untuk pupuk, dana untuk segala macem, ibu sisihkanlah dana itu membuat

KWT Lembah Griya Indah. Nah dari 137 orang itu kita rapetkan, karena kan kalo itu

gerakan optimalisasi perempuan berarti perempuan yang di rumah memanfaatkan

pekarangan yang sempit. Jadi kenapa juga kita pilihnya RW 09, karena itu programnya

pertanian perkotaan. Meskipun itu lahan pekarangan sempit tapi kita tetep bisa nanem di

pot, di bekas alat rumah tangga yang tidak terpakai. Nah jadi dibentuklah KWT Lembah

Griya Indah, ibu yang mempelopori. Waktu itu pak RW nya masih Pak Ende. Terus kita

ngumpulin orang di masjid, terbentuklah KWT Lembah Griya Indah, anggotanya 30

orang. Tapi karena ibu sudah ketua di GPOP waktu itu, hanya sebagai istilahnya

inisiator. Tahun 2014, ibu kan buka kantin dari Blue Bird di Cimanggis sana jadi ibu off

tuh semua kegiatan di sini karena fokus kegiatannya di Cimanggis bahkan ibu ngekost di

sana. Nah setelah berapa lama, ibu kasih anak buah ibu buat megang kantin di sana,

paling ibu kesana ambil hasil aja. Nah ibu balik kan ke Griya, sekali ibu liat, UPPKS

nggak jalan, KWT juga nggak jalan, terusnya Kelurahan ganti lagi Pak Lurahnya. Terus

ibu Lurah yang lama bilang “bu Evi sini tolongin, ini temen ibu pak Suprihatin ini

ibunya, bu Aliyah ini PNS kerjanya di Departemen Agama sehingga dia belum pernah

jadi lurah lah, belum pernah punya pengalaman ibaratnya dari nol, tolong dibantu bu

Evi”. Ya kebetulan karena saya juga udah nggak di Cimanggis, saya terima lagi. Saya

Page 119: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

jadi sekretaris lagi. Saya lihatlah UPPKS, kok nggak jalan, kan saya suruh ganti

kepengurusan, ngga ada yang mau alasannya sibuk. Akhirnya ibu jalan lagi. Pas

pergantian RW kemarin juga pak Endang bilang “tolong bu di aktifkan lagi”. Ya saya

bilang “yang kemarin juga sudah ada SKnya tapi tidak berjalan, ada dibentuk tapi

kegiatannya tidak ada”. Nah jalanlah karena mau ada pasar tani, “udah mama aji, gapapa

SK belum kita ganti kita memproklamirkan diri aja KWT gitu”. Jadi mama Aji, bu Rini

Sukorini, bu Nedi, sama Saya. Jadi tuh kita, pakai namanya memang sudah ada kan

KWT Lembah Griya. Pokoknya kita ikut pasar tani, ikut apa, apa. Teteplah karena ibu

dulu sudah olahan jambu merah, kebetulah bu Rini juga punya kebun jambu di Serong

sini. Jadilah kita terkenal bahwa Lembah Griya itu olahan unggulannya jambu merah.

Terus mulailah karena kita aktif dengan bu Pur, dengan pak Imam KTNA, memang

KTNA itu gabungan organisasi yang ada di dinas pertanian. Kontak Tani, Nelayan,

KWT juga. KWT kan sifatnya olahan. KWT itu bukan petani tapi wanita pengolah hasil

pertanian. Tetapi kita diajarin juga kadang-kadang kaya hidroponik. Cuma ya begitu pas

berjalan, kembali lagi,tadinya juga semua KWT dibentuk 30 orang, lama-lama menciut

jadi 10, 10 juga itu udah bagus. Tapi insyaAllah yang ketuanya masih semangat aja jadi

kita masih nunjukin ke orang bahwa ada lho manfaatnya. Kemudian ada lagi, karena ibu

di kelompok, ibu ketua UPPKS, ibu juga di KWT, tetapi karena kita mau naik kelas

ketika produk kita mau kita bawa keluar kalo kita pake nama kelompok sepertinya tidak

menjual gitu lho. Lagi pula ada binaan UKM (usaha kecil mikro), nah itu dari DKUM

(Dinas Koperasi Usaha Mikro). Nah kita ikut, membentuklah menjadi UKM JaMe

Depok. Kemudian ada program-program, ada pelatihan kita ikut. Kita juga ikut

komunitas-komunitas, di Depok itu ada komunitas UKM Pertanian. Sebetulnya itu bukan

dibawah dinas pertanian cuma temen-temen aja yang punya usaha pertanian, kita

membentuk komunitas. Sehingga kalo ada info-info bazzar, info pelatihan, kita cepet.

Temen-temen juga saya ajak, bu Pur, bu Mulyani, bu Titi. Terus baru tahun kemarin

tahun 2017, adalah seperti kerja sama antara Kadin dengan Detos untuk memiliki gerai

atau kios, sepertinya gratis tapi tetep diminta untuk administrasi, segala macemlah. Ibu

ambil satu, pak Imam satu, bu Sujatinah satu, kita punya cita-citalah membawa nama

Cipayung. Nah kebetulah ibu sama Pak Camat melalui Bunda Sri Mulyati itu Pembina

bidang UKM dia dinasnya di Bojong Pondok Terong Cuma dulu sama Pak Camat dia di

Indag, jadi ada kedekatan. Sehingga, dibantulah UKM di Kecamatan. Ada gerai tuh di

Kecamatan 3 pintu. Ibu yang diserahin megang kuncinya. Dulu tuh sering buka, jadi 1

buat kuliner, 1 buat kraf, 1 buat fashion. Nah cuma, semuanya gini loh dek, dikasih tapi

ngga ada gebrakan atau kerja sama antar beberapa pihak. Paling dikasih silahkan, paling

pak Camat minta kalo ada event-event tertentu itu buka. Sehingga kelihatan kita punya

UKM. Bahkan waktu sinergitas Kecamatan juga kita buka, pak Wali lihat produk-

produknya, menang itu, ya paling engga kelihatanlah bahwa Cipayung itu UKM nya

jalan walaupun kenyataannya pada hari biasa tutup. Soalnya waktu itu kan ibu nyuruh bu

Titi buat jaga eh tapi dia hamil, cutilah dia, akhirnya ibu minta gentian ibu-ibu KWT

yang produknya ditaro disitu ganti jaga. Tapi karena sepi, biasalah ibu-ibu, “aduh

sepi..gini-gini”.

Nah jadi ibu beranikan diri di Detos itu bikin gerainya atas nama sendiri ibu, ngga atas

nama JaMe tapi namanya Cip-Icip Cipayung. Karena depannya itu Dino Park tempat

maenan macem-macem, jadikan kalo kita Cuma menjual kripik-kripik, ya kan kita

melihat peluang, jadi di tarolah sama si mamas maenan segala macem, juallah lego, tapi

Page 120: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

eh banyak bapak-bapak yang nunggu, jadi jual lah itu milkshake, dark chocolate, thai tea,

ice cream. Jadi sekarang ini karena Kadinnya lepas, ya biasalah, kita jadi kaya Quo Vadis

gatau harus gimana. Kembali lagi ngga ada pembinaan. Biasanya kan kalo ada event-

event gitu kan, orang bisa tau “oh ternyata ada gerai Cipayung”. Nah akhirnya gitu, hari

biasa sepi ramenya weekend.

2. P : Nama Cip-Icip Cipayung dari mana bu ?

I : Sebetulnya nama Cip-Icip ini adalah salah satu brand dari KWT Nusa Indah. Waktu

itu sama ibu pas pelatihan kemasan, dikasihlah sama narasumbernya, ibu dikasih JaMe,

dia dikasih Cip-Icip Cipayung. Itu tahun 2013 kali ya. Tetapi seperti biasa juga, KWT

nya bu Mul ngga jalan, malah dia dibina lagi sama bu Rini bidang peternakan untuk

produk-produk olahan peternakan, kaya nugget ayam, terus ada kripik ceker, permen

susu. Dia pake namanya Nusa Indah. Saya bilang “sayang nama itu bagus, dan itu

membawa nama Cipayung”. Sehingga ibu nekat menggunakan nama Cip-Icip Cipayung

tapi ijin ke dia. Tapi produk dia nih kripik kimpul tetep ibu bikinin label. Kemudian ibu

bikinin lagi stik wortel, stik ubi ungu, pokoknya ibu bikinin label Cip-Icip Cipayung.

Karena kan kalo makanan di jual, telanjang ga ada label itu orang kurang tertarik. Jadi

supaya nama itu ngga hilang, dan juga kan brandnya Cipayung.

Nah kemudian karena binaan DKUM, ada namanya WiraUsaha Baru (WUB), nah ibu

ikut. Nah ternyata ada 20 orang dari Cipayung dan 6 orang dari Limo. Kemudian kita tuh

ada pendampingan, pendampingnya pak Ubaidillah yang Wali Soto beli soto dengan doa

di Sawangan depan RSUD. Sehingga dikasih taulah harus begini harus begini. Jadi kalo

kita udah masuk WUB Depok kita punya target. Dalam setahun itu, usaha mikro itu

paling tinggi modalnya lah termasuk assetnya itu 50 juta. Dan omsetnya 300 juta dek.

Itung-itung kalo 300 juta, sebulan harus 25 juta.

3 P : Nah itu gimana caranya ?

I : Nah produk ibu kan banyak, ibu ikut lagi tuh WUB Jawa Barat tahun 2018 bulan

April di Bandung. Dibina juga dari Jawa Barat. Termasuklah waktu dimentoring sama

pak Ubai ini, produk ibu kan banyak ada 12, nah itu disuruh milih mana yang mau

diunggulkan, maka ibu milihlah stik jambu merah dan stik daun jambu. Sehingga kaya

Kartika Sari deh dek, dia kan terkenalnya pisang molen tapi ternyata di ada macem-

macem. Nah itu udah bagaimana target tercapai, makanya kita udah bukan mikro lagi,

naik kelas. Nah kemarin ada program juga dari pak Ubai, kumpulin yang di Cipayung,

nanti ada 1000 kios buat UKM. Jadi dibagi nanti di tranSMART ada, di margo city ada.

Nah ibu ikut tuh wawancara, insya Allah dapet yang di margo.

4 P : Nah kalo tadi bu, tujuan dibentuknya Cip-Icip Cipayung itu apa bu ?

I : Tadinya kita itu pengen produk-produk Cipayung itu dikenal, khusunya KWT,

UPPKS, KTNA, semua. Intinya nama Cipayung itu kan orang bisa inget terus

“Cipayung, Cipayung, Cipayung”. Nama Cipayung bisa terangkat.

5 P : Berdirinya kapan itu bu gerai itu ?

I : Sebenernya UKM itu dapetnya di lantai 1 ya. Tahunnya sih 2017 ya baru. Kurang

lebih bulan Agustus. Kalo misalkan mudah-mudahan saya dapet di margo, itu saya

lepaskan.

6 P : Produk yang ada di gerai itu darimana aja ?

I : Temen-temen yang KWT terus juga temen-temen yang UKM tambahannya. Temen-

temen WUB Cipayung, ada onde-onde ketawa, terus roti yang di gang mandor itu

Page 121: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

namanya sih kueku di ngasih namanya. Kebetulan ibu adminnya lah kalo bisa dibilang.

Alhamdulillah ibu ketemu Bu Pur, bu Sujatinah, Bu Kokom, mereka orang KWT tapi

wirausaha juga ikut.

7 P : Itu sistemnya gimana bu ? kaya nitip gitu ?

I : Iya nitip. Nanti seminggu atau abis saya bayar, baru ambil lagi.

8 P : Nah dalam proses itu ada aturan-aturan khusus ngga bu ?

I : Kayanya gini, terserah mau dari dia misalnya kasih patokan sekian tapi nanti buat

yang jaga dipotong 15% sampe 20% atau dia ngasih harga dasar terus pas dijual ibu

naikin. Nah itu buat yang jaga sama buat operasional kios. Karena kan kios itu walaupun

dibilang gratis tapi tetep aja ngga gratis, bayar listrik sendiri, bayar kebersihan.

9 P : Jadi KWT ini sebagai pelopor gerai itu ada yaa bu ?

I : intinya sih UKM ya UKM JaMe. Kita sewa, terus kita ngajak temen-temen KWT gitu.

10 P : Pak Camat tau ada gerai itu ?

I : Tau, saya kasih tau. Saya kasih foto ke pak Hariyadi ya kalo pak Camat kan agak

sibuk ya. Dia itu bidang pemerintahan tapi di Tapos itu dia KTNA

11 P : Respon pak Camat gimana bu ?

I : Ya bagus, semua jempol, tapi akhirnya yang dateng pak Sobil. Cuma ya gitu aja, ngga

ada pembinaan khusus. Terus ibu juga dari KWT, UKM, WUB, terus diajak ke IWAPI

(Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). kan baru tahun kemarin itu dibentuk IWAPI

Ranting Kecamatan Cipayung. Tetapi ngga jalan kepengurusannya. Sehingga ketua yang

kemarin itu pindah ikut suaminya dinas di luar kota. Maka diganti dengan bu Eka di Ratu

Jaya. Terus ada bunda Banan ya dari IWAPI Kota Depok, kenal sama saya jadi bilang

“Bu Evi, udah, IWAPI orang-orang KWT, atau UKM aja yang udah kenal yang udah tau

sepak terjangnya di Kecamatan”. Jadinya itulah, semua kita-kita juga dek. Jadi karena

kalo ada apa-apa kita bruk barengan, jadi orang-orang ngeliatnya “oh Cipayung ada

geraknya sekarang”. Jadi pak Imam KTNA juga dulunya belum kelihatan tapi setelah

kita ikut baru tuh, makanya kepilihlah bu Pur kan wakilnya dari KWT.

12 P : Kalo KWT Cipayung di pasar tani itu gimana bu ?

I : Cukup dikenal, salah satu inisiator pasar tani juga. Itu kan dari dinas, nah kita KWT

disuruhlah ikut. Jadi kaya ajang pertemuan, kerja sama. Tahun lalu yang menjadi

pelaksananya bidang perikanan, kemudian kita pernah jadi juara stand terbaik bulan

apalah saya lupa. Nah tahun ini berubahlah, panitianya yang dari bidang pertanian.

Nah itu orangnya, ini saya terbuka aja ya, agak terlalu kaku, saklek, harus dari olahan

tanaman pangan. Udahlah ya kita masih ikut tuh. Pertama kali jambu bu Rini, jambu

Jamaica, terus produk-produk kita. Bulan kemarin bulan Maret kebetulan saya emang

juga lagi ke Boyolali lah atau ke mana, jadi saya engga ikut. Dan lagi semua temen-

temen KWT pada engga ikut karena apa, kalo kita ini olahan jambu, jambunya dari

mana, terlalu rumit. Harus dari Depok, engga boleh dari Sukabumi. Ya kita mana tau.

Kalo singkong, singkongnya harus dari Depok, kan kayanya terlalu saklek. Jadi kita

sedikit banyak memboikotlah, udah kita ngga usah ikut. Biarin aja bu Rini Ramto aja. Bu

Rini pun dicecer. Karena memang jambu Jamaica banyak ya di kita, termasuk yang di

pak haji Encap ya. Itu kna jambu Jamaica semua itu. saya bilang, “jangan takut kalo

disuruh liatin kebunnya, ya kita liatin”. termasuk jambu biji merah, bu Rini itu pasang

badan “iya memang saya ada kebunnya di Cipayung juga ada”. Tapi jambu Kristal disini

kurang bagus, bagusnya di Sukabumi, nah bu Rini juga ada kebun disana, nah itu kagak

boleh dek, kan saklek. Akhirnya saya dan temen-temen KWT ngga pada ikut, hanya bu

Page 122: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Rini dan bu Nedi. Itu dek katanya PPL ditanyain kita, “Mana bu Evi ?”. ya jadi kan

ibaratnya kita cukuplah dikenal. “Ko ngga pada dateng, kayanya jadi sepi” gitu loh.

Karena kan adek tau lah karena kita rembug kan rame aja gitu. kalo mau jualan jangan

diem-diem. Kalo pas jualan kan mereka pada apel, nah abis apel kan pada bruk nyari

sarapan, nyari apa, kita teriak-teriak dek “ ayo..ayo ayo sarapan ini ada tiwul, ada ini”

gitu kan. Sehingga mereka pada ketawa, kadang-kadang saya suka ledekin “ini sarapan

biar kuat ngadepin kenyataan, ini ada tiwul nih makanan langka”. Terus ada juga

kerupuk gendar, nah itu pak wali doyan, kadang kalo beli sampe 17 bungkus. Jadi

Cipayung itu cukup terkenal.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Suwartini

Lokasi : Jl. Siliwangi Blok F2/7 Cipayung Jaya, Cipayung, Depok

Status : Anggota KWT Cipayung

Page 123: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Tanggal : 21 Mei 2018

No Dialog

1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?

I : Sejak 2012

2 P : Itu prosesnya gimana bu bisa ikut KWT ?

I : Awalnya pengen tau aja cara bikin sesuatu, lama-lama tertarik juga. Karena ternyata

selain iseng-iseng juga bisa untuk menambah sedikit pendapatan keluarga.

3 P : Sebelum ibu ikut KWT, kegiatan sehari-hari apa bu ?

I : Awal-awalnya sih sebagai kader posyandu. Nah setelah itu karena ada penawaran

KWT, saya juga sebenernya gatau KWT itu apa. Awalnya kan di kota Depok ini banyak

lahan, jadi diberdayakanlah perempuan jadi tani, eh lama-lama lahannya tidak ada karena

banyak pembangunan perumahan. Akhirnya kita KWT ini tetep bergerak tapi hanya

menghasilkan olahan dari petani luar, paling engga masih dalam wilayah Cipayung.

Setelah itu karena kita banyak penyuluh-penyuluh dari kota Depok, semakin hari

semakin berkembanglah KWT ini nah dari situ semakin tertarik untuk membuat sesuatu

dari bahan yang ada di lingkungan sekitar kita. Jadi dulunya mah cuma kader sama

ngurus rumah tangga aja. Tapi kan masih banyak waktu luang tuh, ya daripada engga ada

hasilnya kita ikutan lah jadi kelompok KWT. Kita dari KWT ini lebih mengembangkan

apa yang lagi banyak di wilayah Cipayung ini, akhirnya kita milih jambu karena di

wilayah Cipayung ini banyak jambu. Apalagi kalo di stasiun kan, kalo pagi itu sisa yang

dipilah sama pedagang yang untuk dibawa ke kota, sayang bener kalo dibuang begitu

saja. Dari beberapa KWT, kita inisiatif untuk mengolah hasil tani itu. Nah untuk

kelompok tani di Cipayung, khususnya di Lembah Griya sepakatlah kita untuk mengolah

jambu biji merah.

4 P : Itu jambu merahnya beli di petani sekitar atau ada kebunnya ?

I : Kita tidak menanam sendiri tapi membeli dari petani sekitar. Ya istilahnya membantu

petani lah daripada jambu yang sudah terlalu matang itu dibuang, kita beli walaupun

tidak murah-murah banget sih harganya

5 P : Nah sebelum ibu gabung ke KWT, pandangan ibu terhadap KWT sendiri itu gimana ?

I : Ya kalo menurut saya sih buat ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah,

lebih menghasilkan lah. Untuk membantu daripada di rumah aja tidak membuang-buang

waktu. Membantu sekali KWT itu. Apalagi dengan berkumpulnya satu wadah di setiap

satu bulan sekali ketemu di wali kota, semakin banyak wawasan, semakin banyak teman,

jadi banyak silaturahimnya lah. Toh kita juga banyak pembekalan dari kecamatan, dari

kelurahan, dari BPP tingkat kecamatan, ya engga dibidang pertanian aja, ya walaupun

terbentuknya KWT, kita juga dapet masukan tentang mengolah perikanan, mengolah

peternakan, ya alhamdulillah dengan ikut KWT pengetahuan semakin bertambah,

wawasan semakin luas, silaturahmi juga banyak.

6 P : Kegiatan di KWT itu apa aja bu ?

I : Diantaranya pelatihan-pelatihan tiap satu bulan, atau tri wulan ataupun tahunan ada.

Itu diselenggarakan mulai dari tingkat kelurahan, tingkat kecamatan, atau tingkat kota.

Untuk perbandingan KWT, kita kadang-kadang mengadakan kunjungan, entah itu

kunjungan sendiri ataupun diundang oleh KWT daerah lain.

7 P : Pelatihannya apa aja bu sama kunjungannya pernah kemana aja ?

Page 124: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Untuk wilayah Cipayung Jaya ini kemarin baru saja kunjungan studi banding lah ke

wilayah Kuningan, masih sesame Jawa Barat sebetulnya. Cuma dengan kunjungan kita

jadi lebih mengerti cara mengolah pertanian karena wilayah Kuningan mereka mengolah

dari bahan ubi. Disini juga kan masih ada petani yang menanam ubi-ubian nah kita

mungkin bisa memanfaatkan ilmu yang didapat dari hasil kunjungan. Kalo untuk

pelatihan dari BPP hampir setiap triwulan ada, kalo saya sendiri kemarin ikut pelatihan

cara mengolah singkong jadi beberapa macam makanan kaya keripik singkong, pempek

singkong, pudding singkong.

8 P : Kalo ibu sendiri produknya apa ?

I : Untuk saya sendiri, karena kita KWT ini terdiri dari beberapa anggota, jadi tiap

anggota menguasai satu produk, kalo saya sendiri lebih menguasai dari dodol jambu

merah sendiri. Masih banyak temen-temen yang lain ya sementara untuk produksi

wilayah lembah griya karena ada beberapa anggota jadi kita bagi-bagi tapi setelah itu

terserah anggota sendiri mau produksi apa, tidak dibatasi. Tapi dari yang sudah diakui

kota Depok, kita ini produksi unggulannya dari jambu merah.

9 P : Itu produksinya kapan aja bu ?

I : Untuk sementara masih sebatas pameran-pameran, kalo ada pameran baru kita

produksi. Ataupun ada pesenan bagi orang yang sudah kenal. Kaya setiap bulan kita isi

di pasar tani kota Depok, kita juga sudah punya gerai, kita juga sudah masuk ke online di

tokopedia. Kalo yang sudah merasakan mungkin pesen untuk oleh-oleh, untuk acara

arisan atau apa pasti menghubungi. Sementara produksi berdasarkan pesenan kalopun

stok mau habis.

10 P : Tadi kan ibu nyebut pasar tani ya, nah kenapa ibu milih ikut pasar tani ?

I : Ya untuk memasarkan produksi, untuk lebih dikenal khalayak ramai, karena di sana

pun kita akan bertemu dengan beberapa KWT Kecamatan lain. Nah dengan berteman

dengan KWT lain, kita saling memasarkan

11 P : Kalo di pasar tani itu kegiatannya apa aja bu ?

I : Hanya memasarkan aja, kadang-kadang ada semacam demo masak yang diadakan dari

kota Depok di salah satu stand nya itu. Jadi itu demo secara spontan

12 P : Nah di pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga sih bu ? semisal tiap KWT harus

masarin produknya di pasar tani atau produknya harus ada standarnya

I : Ya harus. Karena kan setiap anggota KWT itu paling engga udah pernah ikut

pelatihan. Untuk pelatihannya itu sendiri kita harus taat sama peraturan yang dibuat oleh

kota Depok, diantaranya kemasan yang disesuaikan standar itu seperti apa, terus

komposisi itu seperti apa, terus dari bahan bakunya itu seperti apa, karena itu pasar tani

wilayah Depok ya diutamakan produksinya itu bahan lokal. ya meskipun diharuskan ada

tambahan dari luar, paling itu hanya untuk hiasan-hiasan aja.

13 P : Nah jadi tiap KWT harus naro produknya di pasar tani atau boleh di mana saja ?

I : Iya paling engga ada produk unggulan yang dipasarkan di pasar tani itu untuk setiap

kecamatan, karena mereka itu mengadakan standnya itu per kecamatan. Jadi karena

Cipayung itu ada 5 kelurahan makanya tiap kelurahan itu harus naro produknya karena

nanti akan dipertanyakan menggunakan fasilitas pelatihan kalo engga produksi juga

dipertanyakan, “kenapa?” gitu. kita harus tetap berjalan meskipun sedikit.

14 P : Nah kalo ada yang tidak mentaati aturan semisal dia pernah ikut pelatihan tapi tidak

bikin produk gitu atau produknya tidak memenuhi standar, itu ada sanksi atau tidak ?

I : Ada sanksi harus keluar dari kelompok, suatu saat tidak boleh ikut pasar tani. Kalau

Page 125: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

ngga dia akan di black list kalo suatu saat ada pelatihan tidak akan diundang.

15 P : Itu kalo dia ngga bikin produk akan di black list ?

I : Engga di black list Cuma akan dipertanyakan, “engga bikinnya kenapa ?” mungkin

nanti akan dibantu. Tapi kalo yang melanggar ini akan diblack list nanti tidak dapat

bantuan. Ya walaupun engga semua bantuannya materi tapi kan dengan wawasan cara

pemasaran, cara produksi.

16 P : Nah kalo tentang gerai Cip-Icip Cipayung ibu tau ?

I : Gerai Cipayung karena dari namanya juga Cipayung, untuk sementara yang

dipamerkan hanya hasil KWT ibu-ibu Cipayung. Tapi ngga nutup kemungkinan orang

dari wilayah lain nitip.

17 P : Nah ibu pernah masarin produk disitu ?

I : Ya memang harus karena itu kan produk Cipayung, nah kita kan termasuk KWT

Cipayung jadi tiap hari harus ada. Nah itu makanya stok itu harus ada karena kita kan

memantau.

18 P : Kalo naro produk disitu ada aturan aturannya atau tidak ?

I : Kalo untuk nitip karena kita tidak berdasarkan aturan yang baku, biasanya nitip

dibayar kalo barang itu laku, jadi kalo misalkan barang itu nyisa silahkan diambil.

Karena kan istilahnya nitip bukan konsinyasi, kalo konsinyasi kan berapa persen, kalo

nitip si engga.

19 P : Kalo ada anggota yang tidak naro produknya di gerai itu ada sanksinya ngga ?

I : Engga ada sih karena kita masih harus tau alasannya juga, kenapa dia tidak naro, bisa

sedang sibuk dengan urusan yang lain ataupun mungkin ada kendala bahan bakunya

belum ada. Kan namanya juga ibu-ibu pasti keperluannya ngga semua untuk diproduksi

itu. mungkin dia lagi ngurusin anaknya, ngurusin rumahnya, gitu.

20 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan ngga sih bu dalam diri ibu atau keseharian ibu ?

misalnya jadi lebih banyak temen, lebih banyak kegiatan yang ngga cuma di rumah aja

I : Ya pastinya, soalnya kan dengan ikut keanggotaan setiap bulan harus ada pertemuan,

terus juga tiap satu bulan di kecamatan pasti ada tuh pertemuan, di kelurahan, di wali

kota. Jadi memang dengan pertemuan itu pasti ada perubahanlah di sehari-harinya. Jadi

kita tidak diam di rumah, kan kita atur waktunya, minggu pertama di kelurahan, minggu

kedua di kecamatan, minggu ketiga di wali kota. Itu rutin, sudah kita agendakan ya

meskipun tidak baku dengan agenda itu. kan tiap kelompok ada anggotanya, bisa gentian

gitu. tapi dari tiap KWT harus ada perwakilannya, untuk memantau maju engga nya itu

KWT. Kalo engga kan nanti ngga ada masukan juga kalo ngga datang pertemuan. Malah

kita mau mengadakan koperasi KWT. Jadi setiap anggota diwajibkan membayar

simpanan wajib sekian, terus ada simpanan pokok dan tabungan. Itu diperlukan kalau

suatu saat kita butuh permodalan nah itu bisa dipinjam.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Sukorini

Lokasi : Posyandu Lembah Griya

Status : Anggota KWT Cipayung

Tanggal : 22 Mei 2018

Page 126: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

No Dialog

1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?

I : Dari 2 tahun yang lalu

2 P : Sebelum ikut KWT, kegiatan ibu sehari-hari apa ?

I : Ngurus rumah tangga biasa, cuma saya aktif diistilahnya dagang, dagang online atau

dagang langsung gitu.

3 P : Ibu bisa ceritain proses gabung ke KWT itu gimana ?

I : Ya pertama-tama saya kan suka dagang. Nah dari situ yang ketua KWT ngajakin saya

dagang, terus ngajakin masuk di KWT. Kebetulan saya juga punya produk. Saya

orangnya demen banget bikin sesuatu dan ternyata dengan produk saya itu di KWT

diterima. Awalnya saya bukan anggota KWT, terus saya diajak, dan saya punya produk

dari hasil tani. KWT kan istilahnya perkumpulan ibu-ibu petani ya.

4 P : Sebelum ibu gabung di KWT, pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri bagaimana ?

I : Tadinya engga begitu tertarik, cuma setau saya ya ibu-ibu yang kreatif, yang

istilahnya punya kegiatan, tadinya saya ngga begitu tertarik setelah saya bergabung itu

justru saya makin bukan tertarik lagi, justru saya disitu bener-bener jiwa sudah di KWT

dan saya makin melejit di situ. Pokoknya pengin bikin sesuatu bikin sesuatu, dari KWT

itulah saya punya ide-ide bikin ini bikin ini.

5 P : Selama di KWT kegiatan apa aja yang sudah ibu ikuti ?

I : Kunjungan pernah, pelatihan pernah. Yang jelas di KWT itu banyak kegiatan, banyak

organisasi, terus banyak wawasan, terus banyak kreasi, yang jelas kita bisa berpikir

pokoknya gini “ternyata ibu-ibu pada hebat ya, hasil ibu-ibu itu bener-bener luar biasa”.

Setelah saya udah masuk di KWT itu bener saya salut sama ibu-ibu yang pengen

kegiatan itu dan pengen nyari tambahan penghasilan.

6 P : Ibu pernah ikut pelatihan apa aja bu ?

I : Pelatihan kemasan, terus pelatihan motivasi bisnis, terus satunya lagi apa ya kadang

saya lupa. Kalo kunjungannya pernah ke PT Sorin di Cilengsi itu pabrik nugget, sosis,

7 P : Kalo produknya ibu sendiri itu apa ?

I : Gatot, tiwul, terus wingko, jus, banyak deh. Saya tuh ingetnya harus produksi, harus

produksi, pokoknya cari terobosan deh

8 P : Kalo produksinya itu kapan aja bu ?

Page 127: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Aku selalu stok ada, cuma karena saya banyak kegiatan, puasa ini aku istirahat dulu

produksi. Kalo stok udah mau habis, kita produksi. Tapi selalu produksi sih ngga sebulan

sekali lah. Paling seminggu langsung bikin banyak, terus kita kemas.

9 P : Ibu pernah ikut pasar tani kan ya ?

I : Wah sering, tiap bulan saya ikut

10 P : Nah alasan ibu ikut pasar tani apa ?

I : Ya itu tadi saya hobinya dagang. Terus di pasar tani itu memang khusus menjual

hasil-hasil tani untuk wilayah Depok. Disitu kebetulan saya punya produk. Di Depok itu

kita di fasilitasi tempat untuk berjualan tanpa pungutan biaya sedikit pun

11 P : Kegiatan di pasar tani itu apa aja bu ?

I : Ada demo masak, terus yang jelas dagang, suka panggung seni ada, kadang ada

kunjungan sama pak wali, bu wali juga, pak wakil juga

12 P : Nah di dalam pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga bu ?

I : Gini, diusahakan hasil tani dari wilayah Depok. Terus kalo dari produk ibu-ibu

diusahakan dari non-terigu deh, harus hasil tani contohnya kaya ubi, singkong, jagung,

diusahakan yang begitu. Yang jelas yang ikut pasar tani harus warga Depok, kalo diluar

Depok ngga boleh

13 P : Kalo semisal ada yang melanggar, ada sanksinya ngga ?

I : Engga sih paling teguran aja, “diusahakan ya besok yang ini” gitu. Kita kan ngga

terlalu pakem bangetlah peraturan. Ini kan usaha ibu-ibu, kalo ibu-ibu udah usaha kan

masa iya harus kita patahin, kan engga begitu.Kasihan dia udah mroduksi ternyata disitu

disuruh pulang kan kasian juga dia udah mengeluarkan modal segala macem.

14 P : Nah ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung bu ?

I : Tau

15 P : Ibu pernah masarin produk disitu ?

I : Pernah, cuma kalo di DETOS itu kan yang siap dikonsumsi ya. Sedangkan kan kalo

saya itu gatot itu kan mentah, jadi kemungkinan orang untuk beli itu kan jarang. Kalo

kaya gatot, tiwul itu dibikin mateng itu ngga tahan lama. Jadi sasaran saya itu untuk usia-

usia yang udah 45 keatas yang istilahnya udah menjaga pola makannya, kesehatan gitu.

Makanya kalo di pasar tani itu kalo mateng harus hari itu habis. Makanya saya jualnya

mentah. Kalo mentah kan bisa 3 bulan pun ngga masalah.

16 P : Kalo di gerai itu ada aturan sendiri ngga bu ?

I : Paling kalo keuntungan itu dari saya naro harga berapa nanti terserah pengelola

ngambil untunanya berapa. Selebihnya sih ngga ada.

17 P : Ibu pernah ikut wub bu ?

I : Nah saya baru daftar. Wub itu kalo saya dibidang pertanian. Saya udah daftar wub

yang Jawa Barat, tapi sekarang tahun ini mau diadakan di Sukabumi. Saya udah daftar

penyaringan. Insya Allah nih saya udah yakin lolos karena apa, produk saya waktu itu

sempet diambil sama yang seleksi.

18 P : Ibu bisa ceritain prosesnya ikut wub ?

I : Wub yang jelas harus punya produk, terus yang anggota KWT, terus dari situ saya

informasi dari temen-temen, dari PPL, kan PPL setiap pelatihan selalu mengawasi selalu

ngasih info. Yang jelas harus punya produk sendiri, anggota KWT, itu aja.

19 P : Wub itu ada di Depok juga atau langsung ke Jawa Barat bu ?

Page 128: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Wub Depok ada, cuma yang tahun ini kayanya wub pertanian belum aku itu. Wub itu

kan setau saya ada pertanian sama kraf kerajinan. Itu ada di Depok itu.

20 P : Alasan ibuu ikut wub itu apa ?

I : Pertama, yang jelas cari wawasan lah, naik kelas, mengenalkan produk saya, terus kita

bisa belajar cara berbisnis, untuk memotivasi kita untuk lebih produksi barang, lebih

memotivasi kita berjualan kan gitu. Biasanya kan disitu ada kaya pelajaran-pelajarannya.

Kalo wub itu kan pelatihannya langsung satu minggu full.

21 P : Kalo di wub itu ada aturan-aturan khusus atau engga ?

I : Di penyaringan produk itu ketat banget, harus punya kaya bikin proposal gitu.

Tingkatannya lebih sulit. Cuma waktu itu saya baru penyaringan aja jadi belum sampe

tahap itu.

22 P : Nah setelah ibu ikut KWT, ikut pelatihan-pelatihan, ikut wub, yang ibu dapatkan apa

?

I : Yang jelas saya suka ya, saya awalnya sebenernya ngga suka organisasi, tapi setelah

kita kumpul, tadi gabung sama KWT, kumpul sama orang justru saya sekarang seneng

banget perkumpulan, organisasi. Banyak waktu saya di luar, tapi karena saya seneng jiwa

saya enjoy. Justru banyak kegiatan justru saya ikutin.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Mulyani

Lokasi : Jalan Rawa Sari 1 RT 01 RW 05

Page 129: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Status : Anggota KWT Cipayung

Tanggal : 28 Mei 2018

No Dialog

1 P : Ibu Mulyani sejak kapan ikut KWT ?

I : Dari 2013

2 P : Dulu sebelum ikut KWT, kegiatannya sehari-hari apa bu ?

I : Tadinya saya kerja di Jakarta. Terus kan karena lahir anak yang kedua tuh sama suami

saya udah ga boleh kerja. Terus pas 2012 anak saya meninggal. Terus kan saya di rumah

itu sedih ya. Terus ada itu tuh dari kelurahan, kegiatan, kata suami saya “ikut aja sana gih

biar jadi ngga itu (sedih mulu)”.

3 P : Itu waktu ibu ikut prosesnya gimana ?

I : Oh itu dari kelurahan kan ke RW ke RT tuh. Nah dari RT kumpul tuh di rumah bapak

Sutami yang sekarang RW. Pertama sih banyak yang kumpul, ya 4 RT kan banyak. Dulu

saya cuma wakil, terus ketuanya ngundurin diri. Terus disaring lagi yang aktif-aktif, nah

saya dipilih jadi ketua. Ya kan kadang-kadang orang ya cuma gitu doang, ngga ada

kelanjutannya.

4 P : Pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri gimana ?

I : Ya kalo menurut saya mah baik ya. Soalnya kan dari ngga bisa, saya jadi bisa.

Umpamanya kan KWT itu kan pengolahan dari pertanian, dari peternakan, kan gitu ya.

Nah kan kita dari peternakannya disuruh olah nugget, telor asin. Nah kalo dari

pertaniannya ya kaya stik-stik gitu, stik wortel, stik bayem, gitu. Saya kan yang bikin,

yang masarin juga. Ntar saya bawa ke kelurahan, ke kecamatan, gitu dagang aja.

5 P : Kalo kegiatan di KWT itu ada apa aja bu ?

I : Pelatihan banyak. Pelatihan bikin permen susu, terus bikin abon, bikin nugget juga,

terus kemarin bikin kefir. Kunjungan juga saya pernah ke, belom lama ke Kuningan

bikin ubi tuh. Kalo disana bilangnya gemblong ya, kalo disini namanya keripik ubi.

Terus juga ke Boyolali ke tempat keripik ceker. Terus pernah juga dagang tuh di Bekasi.

Bawa yang segala stik-stik, itu udah lama. Itu pas lagi dagang kan ada stand, itu kan

seluruh Jawa Barat ngumpul di situ. Jadi itu KWT se Jawa Barat kumpul di situ. Pas

hujan, aduh stand rubuh, pas magrib ya itu kita digedor-gedor, akhirnya dagang di

pinggir jalan. Itu tahun 2016. Terus dari Bekasi pergi lagi ke Malang. Itu kalo yang di

Malang seluruh Indonesia, ya sama juga dagang juga. Terus banyak sih pergi-pergi, saya

senengnya begitu. Terus ke Bandung, bikin label, kemasan.

6 P : Itu kalo kemasan ada pelatihannya bu ?

I : Kemasan kan kita dari Indag, terus bikin PIRT juga. Terus kemarennya halal tuh, ke

Bandung kan. Nah dari Bandung terus ke sini ngeliat itu kita produksinya gimana.

Produknya halal apa engga, gitu.

7 P : Kalo ibu sendiri produknya apa aja bu ?

I : Banyak. Nugget, permen susu, nih kemaren saya ada orderan tuh sepuluh pack permen

susu. Kalo nugget sih bu Rini PPL suka bawa. Kadang “bu Mul 3 kilo dong nugget”, nah

kita bikin. Kalo keripik ceker bikin sih, cuma kemaren gagal. Sulit, bukan apa-apa. Dia

harus ini, panasnya harus di jemur. Cuma pas kemaren itu ujan, aduh jadi gagal. Kalo

nugget itu pake wortel, kan anak-anak suka susah makan sayur, nah jadi dijadiin ke

Page 130: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

nugget.

8 P : Produksinya kapan aja bu ?

I : Kadang-kadang pesenan. Lagi ini sih pernah seminggu bisa dua kali, 5 kilo 5 kilo

sekali bikin. Dulu mah bareng, gitu kan. Kalo bikin bareng deh rame-rame. Lumayan

untungnya lagi bareng tuh. Setahun itu kita kan kagak diambil tuh untungannya saya

simpen, nah setahun saya bagiin, itu satu orang satu juta. Terus sama saya beliin gamis

deh tuh. Cuma kemarihnya pada males, akhirnya saya sendiri aja dah daripada ngga

jalan. Itu satu pack 15 ribu.

9 P : Ibu ikut pasar tani kan ya ? tujuannya apa bu ?

I : Iya masarin dagangan. Kita kan namanya ikut pasar tani kan memperkenalkan produk

kita ke yang lain juga. Terus kan kita kalo di pasar tani tuh, ngga dari sini aje jadi dari

seluruh Depok kumpul di situ KWT se Depok kumpul. Jadi kan kita kenal sama si A si

B, kan KWT laen. Silahturahmi lah, dari Tapos, Sawangan, Cilodong.

10 P : Itu isinya KWT semua bu ?

I : Sekarang KWT, kalo dulu kan gabung sama UKMP. Sekarang KWT khusus. Jadi

yang UKMP nya sendiri lah dia bazzar-bazzar hari minggu kan di Juanda, kalo engga ada

bazzar dimana gitu.

11 P : Kegiatannya kalo di pasar tani itu apa aja bu ?

I : Kayanya si dagang doang, kadang-kadang ada demo masak

12 P : Kalo mau ikut pasar tani itu ada aturan-aturannya ngga bu ?

I : Ya sekarang. Kan kalo dulu KWT, UKMP nyampur, orang dagang juga. Sekarang

mah khusus KWT tapi ada ininya non beras sama non terigu. Itu belom lama lah mulai

setahun ini.

13 P : Kalo ada anggota yang ngga sesuai sama aturan itu gimana bu ?

I : Ya paling ditegur sih. Ya tapi kan susah juga ya kalo ini non terigu.

14 P : Ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung ?

I : Tau, itu nama loyalty saya. Tadinya kan pelatihan kemasan, terus saya kan dari KWT

Nusa Indah, kan ngga ngejual gitu. Terus kata saya yaudah Cip-Icip gitu. Cuma karena

saya dapet kemasan, bantuan kemasan semuanya Nusa Indah semua jadi saya tetep Nusa

Indah. Terus akhirnya bu Evi, “Bu Mul mereknya saya pake yah”, kata saya “Pake bu

ngga apa-apa”.

15 P : Ibu pernah masarin produk disitu bu ?

I : Sering kan emang masarinnya di situ. Kalo disitu saya naronya ini kremes sama

kimpul

16 P : Kalo masarin produk di situ ada aturannya ngga bu ?

I : Ya paling konsinyasi harga. Kalo aturan laennya sih engga ada.

17 P : Ibu pernah ikut wub juga bu ?

I : Ikut, kemarenan tapi baru Depok.

18 P : Itu tahun berapa ikut nya ?

I : Belom lama, tahun 2017

19 P : Wub yang ibu tau itu kaya gimana ?

I : Wirausaha Baru. Ya namanya kita kan baru merintis, jadi ikut wub. Nanti disana

diajarin cara marketing, sekarang kan pake sosmed tuh, online, diajarin juga sih biar ga

gaptek. Ya pengalamannya gitu juga si, happy aja lah.

20 P : Kalo di wub itu prosesnya gimana bu ?

Page 131: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Ya kalo ini kan melalui dinas kita, jadi orang Bandung dateng, kita bawa produk, terus

ngisi formulir, profil tuh segala tuh. Nanti pemberitahuannya nanti.

21 P : Tujuan ibu ikut wub apa bu ?

I : Ya pengen naik kelas, semua juga pengen maju, inovasi terus, dapet ilmu juga

22 P : Nah itu dapet informasi wub dari mana bu ?

I : Kalo itu kan kadang DKUM, ada WA kan tuh misalnya “ikut wub sini”, terus kita

daftar. Kalo kemaren dari dinas DKPPP tuh, “ikut wub Jabar ya, daftar tanggal sekian di

BPP Ratu Jaya”. Terus ngumpul tuh se Depok juga. Itu yang ngasih tau penyuluh KWT

juga.

Kalo yang kemaren tuh yang wub Jabar itu pada wub mandiri tuh. Mereka daftar sendiri,

pake skck, surat kesehatan dari dokter, kan online dia, ah saya males ah. Kalo ini dari

dinas, dari orang dari Jawa Baratnya dateng kesini ke BPP, nah kita diundang. Itu juga

KWT tuh ngumpul se Depok, ketuanya tapi.

23 P : Kalo di wub Depok ada aturannya sendiri bu ?

I : Kan ini pertanian, jadi produk kita harus pertanian. Kalo peternakan, kita ngajuin apa

gitu yang dari peternakan, gitu. Kita si kaya persaudaraan aja gitu.

24 P : Jadi kalo keputusan-keputusan mah misalnya terkait produksi, mau ikut wub apa

engga itu dibalikin lagi ke orangnya ya bu ?

I : Iya, gitu. Kalo saya kan gini, namanya saya udah pengalaman gitu ya, saya pengen

anggota yang laen. Jangan saya lagi saya lagi. Kan kalo pelatihan suka 4L “lo lagi lo

lagi”, begitu. Yang laen “engga ah, udah bu Mul aja yang pengalaman”, pada begitu.

Yang laen suka ada aja dah alesannya.

25 P : Kalo KWT Nusa Indah sendiri itu terbentuknya tahun berapa bu ?

I : Itu yang pas di kumpulin di rumah pak RW. Kan banyak tuh ya pas pertama. Terus

kan namanya dari pemerintah ya, ada pelatihan-pelatihan, bikin nugget, bikin telor asin,

bikin keripik pisang. Ya terus kita dikasih modal, namanya uang hibah kan, terus dikasih

peralatan juga, gitu. Cuma kan terserah dia yang pada mau ngembangin. Ya namanya

ibu-ibu kan suka capek atau sibuk gitu, akhirnya makin ke sini makin dikit.

26 P : Ada pertemuan rutinnya bu ?

I : Ada sih dulu mah sebulan sekali, ada arisannya juga.

27 P : Kalo lagi pertemuan, yang dibahas apa aja bu ?

I : Perkembangannya gimana, terus kalo dulu-dulu ya suka pada bawa produk dah tuh,

ntar siapa aja yang mau beli. Jadi ntar dia bawa nugget, ntr ada yang bawa telor asin,

gitu. Kalo KWT Cipayung sebulan sekali, muter itu mah, ntar di Cipayung, ntar di

Cipayung Jaya, gitu, gimana kesepakatan aja.

28 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan apa yang ibu dapetin ?

I : Iya, tadinya saya kaga bisa apa-apa ya jadi bisa kan. Saya mah kan apa aja saya coba,

kaya permen susu, apalah. Jadi banyak grup, ya IWAPI, KTNA, UKMP, KWT, KWT Se

Depok, ya banyak banget grupnya ampe penuh WA. Jadi dari KWT punya banyak

temen. Kadang kan ngumpul juga sebulan sekali atau ada pertemuan se Depok tuh. KWT

juga ikut ngembangin ekonomi di Depok. Terus kan terbuka juga pikiran kita kan., ngga

sempit. Terus kan kenal sama si A dari sono, si B dari sini di pasar tani. Kemaren kan

buka tuh 3 hari pas ulang tahun Depok, terus lanjut 2 hari pas pendidikan nasional, jadi 5

hari. Tapi saya lagi ke Kuningan, jadi nitip aja produknya.

29 P : Jadi anggota ga dateng di pasar tani itu gapapa ?

I : Gapapa, kan bisa nitip kita. Iya yang penting ada perwakilan. Kaya saya kan misalnya

Page 132: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

“bu Evi nitip ya”. Yah saya jadi banyak kegiatanlah, kemaren saya ga pernah naik

pesawat, kemaren saya naek pesawat ke Boyolali. Iya pengalaman, kalo sendiri mah

belom tentu kan. Seneng gitu.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan 1 : Ibu Saminah

Page 133: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Informan 2 : Ibu Titik

Lokasi : Jalan Pemuda, Kp. Pulo RT 03 RW 08 No.85

Status : Anggota KWT Cipayung

Tanggal : 31 Mei 2018

No Dialog

1 P : Bagaimana sejarah berdirinya KWT Mawar ?

I 1 :Waktu itu tanggal 7 Mei 2008 di Kelurahan Cipayung Jaya. Kan ada program

P2WKSS, itu peningkatan peranan wanita menuju keluarga sehat sejahtera. Nah

ditujukan untuk peningkatan keterampilan para ibu-ibu untuk memperbaiki ekonomi

keluarga. Jadilah dibentuknya KWT. Nah waktu itu KWT jumlahnya 30 orang, waktu

awal mula. Seiring berjalannya waktu, surut akhirnya jadi 20, terus jadi 15, sekarang 10.

Jadi yang dari 2008 itu sekarang tinggal 10 orang yang aktif. Waktu itu di Cipayung

Jaya kebetulan ada program, yang diambil kebetulan Kelurahan Cipayung Jaya, jadi

kelurahan yang lain kan belum umpamanya Pondok Terong, Ratu Jaya, Cipayung itu

belum. Nah kebetulan di tempatkan di RW 8, makanya RW 8 ditunjuk yang ada wanita

tani. Nah kita sepakat “namanya apa ya ibu-ibu ?” yaudah kita nama mawar aja.

Begitulah terbentuknya KWT Mawar.

2 P : Itu pas awal mula, gimana cara ngajak ibu-ibunya bu ?

I1 : Iya kebetulan kan waktu itu ada undangan, dikasih undangan ada keluarga binaan.

Keluarga binaan tuh warga-warga yang ibu-ibunya dikumpulin. Kebetulan itu di majelis

taklim sambal kasih pengarahan. Terus di data, diajarin keterampilan-keterampilan, kaya

masak, pengolahan olahan, bikin kue gitu. Nah terus dikasih jadwal, umpama nih yang

bikin masakan hari senin berapa orang, gitu. Jadi tempatnya di taklim sebagian sama

tempat bu RW.

4 P : Kalo KWTnya sendiri itu gimana bu awal perjalannya ?

I2 : Siapa yang mau ikut KWT, ya silahkan ikut. Yang mau masuk anggota KWT siapa,

nanti didata .

I1 : Iya didata, pada nanya kan “KWT apa bu ?”, “ini kita diajarin cara ngolah-ngolah

hasil pertanian, hasil perikanan, hasil peternakan”. Cara bikin telor asin nanti diajarin,

cara bikin nugget diajarin, itu binaan dari dinas pertanian. Dulu kan ada PPLnya ya, nanti

dia yang bawa narasumber, umpama hari senin diajarin bikin telor asin gitu.

I2 : Dulu PPLnya bu Anis, terus pindah, diganti bu Nike, pindah juga, sekarang pak Iqbal

mas.

5 P : Kalo produk KWT Mawar itu ada apa aja bu ?

I2 : Ada pastel abon, telor gabus, peyek kacang hijau, terus apa lagi ya bu ?

I1 : Waktu itu kembang goyang, nugget ikan, nugget ayam

6 P : Itu sebelum bikin produk, pasti ada pelatihannya dulu bu ?

I1 : Iya, biasanya kalo pelatihannya 2 hari, nah kan nanti hasilnya dilihat seminggu, nah

nanti kita adain pertemuan lagi. 7 hari kan biasanya udah bisa tuh yang kita praktek itu.

7 P : Kegiatan KWT Mawar sendiri itu apa aja bu ?

I2 : Iya pertemuan rutin tiap hari rabu seminggu sekali jam 1 sampe jam 3 sore, terus

P : Peneliti

I 1 : Ibu Saminah

I 2 : Ibu Titik

Page 134: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

kadang kita arisan biar ini mas biar ngga bosen,

I1 : Waktu itu ada pengajiannya juga.

8 P : Kalo pertemuan gitu anggota wajib dateng ?

I1: Iya, cuma kadang-kadang kan namane ibu-ibu ada acara keluar, ada halangan, gitu.

jadi kita ngga mengharuskan ibu harus dateng, kan ini sifatnya kaya yang sukarela lah,

jadi umpama dia ada acara atau keperluan, silahkan ngga dateng gapapa.

9 P : Ibu Titik juga dari 2008 ikut KWT nya ?

I2 : Kalo saya engga mas, saya dari tahun 2011. Termasuk baru saya. Saya baru tau,

diajakin sama temen ikut KWT. Kan saya suka bikin ini mas pastel abon

I1 : Jadi “ikut aja bu, ikut bergabung daripada ini sendirian”

10 P : Sebelum ikut KWT, kegiatan sehari-hari apa bu ?

I1 : Ya di rumah aja, ibu rumah tangga

I2 : Kalo saya bikin itu tadi, pastel abon. Apalagi kalo pas ini mas mau lebaran, pesenan

saya banyak

11 P : Tujuannya ikut KWT apa bu ?

I1 : Ya untuk menambah ilmu juga,

I2 : Kita jadi tambah pengalaman, dari dinas suka diajak pelatihan kemana-mana, ke

Lembang waktu itu saya dari dinas peternakan.

12 P : Kalo bu Titik kan dari 2011 ya, itu tertarik ikut KWT karena liat temen-temen pada

maju atau gimana bu ?

I2 : Iya mas, saya senengnya begitu mas. Bisa nambah pengalaman, jadi ada binaan dari

dinas kita mas. Jadi inilah seneng pokoknya. Kalo ada yang bantu kita kan seneng. Dapet

ilmu, dapet temen.

13 P : Sebelumnya, pandangan ibu terhadap KWT itu gimana bu ?

I2 : Ya KWT itu berguna membantu ibu-ibu untuk menambah pengetahuan, menambah

penghasilan. Kalo dulu kan bikin kue belom bisa dipasarin kemana-mana, sekarang kan

ada pasar tani jadi bisa dipasarin kemana-mana. Nambah jaringan juga. Saya kan suka

ikut pasar tani mas, pastel saya suka diliat sama dinas, banyak yang pesen juga mas. Jadi

ikut KWT produk kita bisa dikenal mas, tadinya kan cuma sekitar sini aja, sekarang bisa

keman-mana.

14 P : Kegiatan di KWT yang pernah ibu ikutin disamping pertemuan rutin apa aja bu ?

I2 : Kemarin kunjungan ke Kuningan mas. Yang olahan dari ubi, KWT Sri Mandiri.

Studi banding gitu lah mas, biar kita tau disana itu olahannya ubi udah keman-mana,

jangakauan pasarnya luas produksinya, udah ke alfa segala. Kalo pelatihannya ya olahan,

terus kemasan.

15 P : Kalo waktu produksinya itu kapan aja bu ?

I2 : Sebetulnya kalo produk kita harus tiap ini produksi ya, tapi pemasarannya mas susah

kadang. Jadi sementara ini kalo pas ada pesenan kita produksi.

I1 : Iya soalnya kaya pas ada pasar tani nih, kita produksi tau-tau kurang laku, lakunya

cuma berapa biji.

16 P : Tujuan ibu ikut pasar tani apa bu ?

I1 : Terus terang biar produk kita laku, bisa menambah penghasilan keluarga, sama

nambah temen.

17 P : Kegiatannya di pasar tani itu apa aja bu ?

I2 : Ya masarin produk, ada demo masak disitu juga. Itu kan sebulan sekali mas

Page 135: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

waktunya, nanti besok tanggal 4 ada pasar tani

18 P : Kalo di pasar tani itu ada aturan-aturannya bu ?

I 2 : Iya harus anggota KWT. Sekarang gaboleh sembarangan masuk ke pasar tani. Kalo

dulu kan semua itu boleh, kalo sekarang udah gaboleh, sekarang harus KWT yang

dikenal sama dinas.

20 P : Kalo dari produknya sendiri ada aturannya ?

I 1 : Iya, kebetulan kan kita punya PIRT, surat ijin dari dinas kesehatan

21 P : Kalo ada anggota yang ngga ikut pasar tani atau produknya ngga memenuhi standar

itu gimana bu ?

I2: Kalo itu si gapapa, fleksibel aja. Mau ikut pasar tani atau engga itu dikembaliin lagi

masing-masing. Silahkan kalo mau bawa produk ke pasar tani malah lebih bagus.

22 P : Ibu tau gerai Cip-Icip Cipayung ?

I2 : Tau, yang bu Evi kan.

23 P : Nah iya, ibu pernah masarin produk disitu bu ?

I2 : Iya sering, naro pastel abon atau pastel mini itu. Itu produk sini mas

24 P : Kalo di gerai Cip-Icip ada aturannya sendiri atau engga bu ?

I2 : Kayanya si engga ada ya, cuma setau saya yang masuk situ itu harus KWT, sama

kalo harga dari kita berapa nanti dijualnya terserah gitu

25 P : Kalo wub, ibu tau ?

I1 : Tau, wirausaha baru

26 P : Ibu ikut wub ?

I1 : Ikut baru daftar kemarin tapi sampe sekarang belom ada pengumuman. Rencana

katanya Oktober.

27 P : Wub itu sebenernya apa bu ?

I2 : Ya kaya kita itu biar ikut usaha-usaha, wirausaha yang begitulah yang lebih maju,

naik kelas, biar terkenal gitu.

I1 : Jadi yang dulu-dulu kan udah ada pengusaha, sekarang kan ada regenerasinya lah. Di

samping itu juga produknya bisa lebih bagus.

28 P : Untuk ikut wub itu prosesnya gimana bu ?

I2 : Kita harus punya produk mas, terus ijin dari kelurahan SKU (Surat Keterangan

Usaha), Ktp, KK, terus dilampirin ke BPP, sama itu anggota KWT.

29 P : Kalo beberapa aturan itu ada yang belum terpenuhi, ada sanksinya ngga ?

I2 : Engga mas, biasanya disuruh melengkapi aja terus baru diikut sertakan pelatihan

30 P : Itu ada pelatihannya juga bu ?

I1 : Ada, makanya kita kebetulan kemarin yang diserahkan itu mau diseleksi dulu dari

Depok dapet waktunya ntar bulan Oktober. Jadi sekarang ini mungkin lagi seleksi yang

di Karawang dulu atau di mana gitu. Untuk Depok kalo kita udah diseleksi, pelatihannya

bulan Oktober.

31 P : Setelah ikut KWT, ada perubahan atau engga dalam keseharian ibu ?

I 2: Ada mas banyak perubahannya. Ya jadi sering ikut pelatihan-pelatihan dari dinas ya

kalo ikut KWT. Nambah wawasan, nambah teman, nambah pengalaman, sekarang

banyak ini mas kegiatan di luar

I1 : Jadi waktunya ngga cuma di rumah aja, ke walikota, ke mana gitu

32 P : Oiya kalo omzet sendiri gimana bu dari ikut KWT ini ?

I1 : Sementara belum begitu menonjol mas, karena kan belum produksi yang begitu luas

Page 136: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

pasarannya. Makanya nanti ikut wub biar bisa luas

33 P : Kalo modal awalnya sendiri itu darimana bu ?

I1 : Kita dapet bantuan bansos mas dari dinas, waktu itu dikirim ke rekening KWT

Mawar langsung mas. Terus sekalian juga sama peralatannya kaya kompor gitu

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Ibu Yanti

Lokasi : Jl. H. Nurdin No.62 RT 02 RW 08 Cipayung, Depok

Status : Anggota KWT Cipayung

Page 137: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Tanggal : 6 Juni 2018

No Dialog

1 P : Sejak kapan ibu ikut KWT ?

I : Oh dari mulai berdiri, dari 2012

2 P : Itu prosesnya seperti apa bu bisa ikut KWT ?

I : Pertama itu dia dari dinas pertanian dan perikanan waktu itu ada pelatihan di RW 02

lokasinya. Itu diambil beberapa orang buat pelatihan. Setelah selesai kan biasa kita dapet

uang transport, nah itu kita kumpulin. Sekian persen kita kumpulin, nah dari situ kita

buat modal usaha. Waktu itu baru terbentuk ada 12 anggota. Ya kita kumpulin aja itu,

kebetulan kan anggotanya ada yang suka jualan gorengan. Butuh modal kan ya. Nah

pertama itu kita bikin ada produknya, kita bikin rempeyek dari udang rebon, dari kacang,

begitu. Tapi makin ke sini, dengan kesibukan masing-masing tentunya, ngga bisa dong

tiap saat bikin ke satu tempat bikin bareng-bareng. Nah akhirnya masing-masing. Di

masing-masing itu, cara ngumpulinnya kita akhirnya make uang itu buat simpan pinjam.

Dengan tetep masih ada produk, tapi masing-masing anggota karena kendala kita kalo

mau ngumpul bareng susah. Dari sedikit-sedikit, pertama itu ada pinjaman 200 ribu per

orang. Kita atur dengan pengembalian ngga banyak sih, sepuluh kali bayar, itu dengan

uang jasa 10 persen yang larinya ke mereka-mereka juga. Karena kan ngumpul tuh uang

jasa, ngumpul makin banyak itu makin banyak mereka bisa ngajuin pinjaman. Dan

sekarang alhamdulillah satu orang sudah bisa 1 sampai 1,5 juta.

3 P : Jadi awalnya itu dari KWT terus lanjut ke simpan pinjam begitu bu ?

I : Iya dari dinas pertanian itu membentuk KWT. Tapi kan ya itu tadi kendala kita yang

susah untuk ngumpul makanya kita jadi produksi masing-masing per orangan. Gimana

cara mengikatnya ? kita kan perlu pengikat, pertemuan tiap bulan ya itu dengan simpan

pinjam, pengembaliannya ya yang penting ngga memberatkan anggota lah.

4 P : Sebelum ikut KWT, kegiatannya apa bu sehari-hari ?

I : Dulu sampe sekarang pun saya juga menjual produk. Dulu pernah cheese stick, terus

sekarang ada kacang pedas manis, itu yang saya produksi sendiri. Terus kalo yang saya

ambil ke orang itu gamis, baju muslimah.

5 P : Nah dulu alasan gabung ke KWT apa bu ?

I : Saya pengen sosialisasi. Karena saya kan disini juga paling kenal kanan kiri, saya kan

pendatang. Pendatang di tahun 2006. Untuk ke sana lari ke RW kalo ngga ikut KWT

saya ngga kenal semuanya, gitu. Yang kedua, kebetulan kan saya bendaharanya jadi ya

bantu buat megang keuangannya lah. Sama otomatis nambah kegiatan mas biar ngga

suntuk di rumah aja.

6 P : Sebelum ibu gabung KWT, pandangan ibu terhadap KWT itu sendiri gimana ?

I : Tadinya saya kaya “ah engga ah”, orang waktu itu pelatihan jam 1 siang begini, panas.

Sementara waktu itu anak saya yang kecil masih umur 2 tahun, jadi saya sempet ngga

dateng berapa hari. Di hari-hari terakhir saya dateng, faktor ngga enak sih. Tapi setelah

makin ke sini, saya makin menikmati, kerasa manfaatnya.

7 P : Nah kalo kegiatan di KWT yang pernah ibu ikuti apa aja ?

I : Pelatihan saya ikut dari dinas pertanian, kaya pelatihan kemasan. Kalo kunjungannya

paling masih antar kecamatan. Kalo ke luar kota belum saya, masih ada kendala dari

keluarga lah anak ngga bisa ditinggal.

Page 138: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

8 P : Kalo untuk produksinya itu waktunya kapan aja bu ?

I : Produksinya kebetulan saya sesuai pesanan aja

9 P : Ibu pernah ikut pasar tani kan ya, itu alesannya kenapa pengen ikut ?

I : Ya satu saya pengen liat situasi di sana. Yang kedua ya biar produk saya dikenal

orang. Memasarkan produk lebih jauh, gitu.

10 P : Kegiatan di pasar tani itu apa aja bu ?

I : Yang pasar tani ya, satu memasarkan produk. Terus yan kedua, kalo ada info-info dari

dinas kan jadinya kita tahu. Jadi kaya ada pertukaran informasi di pasar tani. Terus pasar

tani kan se Depok, jadi kita kan kenal dari Bojongsari, dari Tapos, jadi kan kita banyak

mengenal orang. Otomatis kan kalo kita banyak kenal orang kita bisa saling tukar info,

tukar produk.

11 P : Kalo aturan di pasar tani itu apa aja bu ?

I : Ya salah satunya harus anggota KWT, yang kedua harus hasil pertanian.

12 P : Apa setiap anggota KWT itu wajib memasarkan produknya di pasar tani bu ?

I : Setau saya sebaiknya dipasarkan disitu, cuma kan ngga semua anggota KWT sempat

ke sana. Kadang produk mereka lebih disalurkan ke masyarakat sekitar. Karena kan di

pasar tani kadang-kadang kurang ya kalo buat kue-kue basah gitu. Nanti kalo ngga laku

kan kasian. Kalo di kampung gini kan mereka udah punya langganan. Otomatis mereka

tau, “oh hari ini aku harus produksi sekian karena mereka udah tau” . Jadi ngga naro pun

ngga apa-apa.

13 P : Ibu pernah ikut wub juga ?

I : Wub, kemarin saya sempet daftar buat wub provinsi cuma kalo ngga salah sih di bulan

September Oktober sih pengumumannya.

14 P : Alasan ibu ikut wub apa ?

I : Ya biar produknya lebih ini lah mas, lebih naik kelas otomatis.

15 P : Kalo proses bisa ikut wub itu gimana bu ?

I : Kemarin kita biasa ngisi form dengan syarat-syaratnya kaya kita harus punya ktp

Depok, KK, terus surat keterangan usaha dari kelurahan, terus kita di seleksi kemarin.

Ada wawancara di BPP Ratu Jaya situ. Nanti diumumin lolos engga nya.

16 P : Kalo mau ikut wub itu ada aturannya tersendiri ngga bu ?

I : Kalo wub dari KTNA juga bisa jadi ngga mesti KWT. Terus dia punya produk,

otomatis ya. Produknya harus udah jalan 6 bulan ke atas.

17 P : Setelah ibu ikut KWT, ada perubahan atau tidak dalam kesehariannya bu ?

I : Ya pastinya mas, kita lebih ada kegiatan. Terus kita lebih tau tentang misalnya saya

ikut pelatihan kemasan, jadi saya lebih tau cara mengemas yang baik. Itu pelatihannya di

Depok 2 waktu itu.

18 P : Kalo pelatihan itu waktunya berapa lama bu ?

I : 2 sampe 3 hari, tetapi kemarin kemasan sampe 5 hari sih.

19 P : Kegiatannya apa aja bu dalam pelatihan itu ?

I : Pertama kita daftar dulu ke sana ke dinas yang terkait. Kita daftar di sana, nanti kita di

calling balik kapan pelatihannya. Terus pas hari H, kita biasanya perkenalan dulu, materi

dulu, esok harinya baru praktek.

20 P : Kalo membuat produk itu ada kaya aturan atau standarisasinya gitu ngga bu ?

I : Oh itu iya, kita juga disarankan terus difasilitasi untuk mengurus PIRT gitu-gitu. Kan

awalnya kita pelatihan PKP dulu, dari PKP kalo sertifikatnya udah keluar kita disuruh

Page 139: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

ngurus PIRT nya. Kita didampingin sampe selesai. Kalo PIRT kan ada kunjungan juga

dari dinas, buat liat udah layak belom produknya ini dapet PIRT.

21 P : Itu kunjungannya langsung ke rumah tempat produksi bu ?

I : Kalo PIRT kemarin itu iya. Tiba-tiba aja mereka dateng, spontan. Mereka dateng, liat

kondisinya, kaya ruangannya harus tertutup, yang tempat masak dan bahan bakunya

harus terpisah, yang ngga boleh ada binatang masuk, sampe hal-hal yang detail.

22 P : Cara jalin relasi dengan pihak lain itu gimana bu ?

I : Kita lewat komunitas-komunitas, komunitas kan kita lumayan lah antar kecamatan,

terus se Depok, terus online otomatis. Terus juga kalo ada bazzar-bazzar gitu. Jadi

setelah ikut KWT jadi semakin luas, kita ngga cuma di dalem aja. Kalo kita ngga ikut itu

kita ngga tau informasi apa-apa, ngga tau kondisi yang ada di lapangan itu kaya apa. Ada

kemajuan, semakin ke sini kan ngga monoton itu-itu aja, pasti ada perkembangannya.

Tentunya juga ikut mengembangkan ekonomi kan. Kan dari situ kita jadi tau banyak

info, jadi ada jual beli kan otomatis berkembang mas.

23 P : Kalau ada produk yang belum memenuhi standar dari dinas, itu akan kena sanksi atau

engga bu ?

I : Kita paling cuma disarankan untuk lebih baik. Kan dari saran itu, dinas juga

memfasilitasi untuk jadi lebih baik makanya diadakan pelatihan. Jadi sama sekali ngga

memberatkan ke orangnya. Tapi ada juga kadang yang udah produksi besar jadi susah

buat ikut pelatihan, dia nganggepnya daripada ikut pelatihan mending saya produksi bisa

dapet untung kan, dia ngga tau aja kadang manfaat dari pelatihan itu apa, gitu.

24 P : Kalo pertemuan rutinnya itu kan sebulan sekali ya, itu yang dibahas dalam pertemuan

apa aja bu ?

I : Yang dibahas dalam pertemuan itu ya informasi-informasi dari ketua. Kan ketua suka

ada pertemuan sama BPP, jadi informasinya yang didapat disampaikan oleh ketua ke

anggotanya dalam pertemuan. Kalo ada yang harus ditindak lanjutin ya kita tindak

lanjutin. Kalo ada yang harus dikembangkan ya kita kembangkan. Sama evaluasi produk,

kan suka ada penilik dari BPP juga. Kita kaya ada tamu gitu, ada kunjungan juga dari

luar KWT kita. Bulan kemarin juga pas penutupan sebelum puasa, itu juga ketua BPP

dateng, kunjungan dari Bu Yanti ketua KWT se Kota Depok dateng, disini kaya tukar

pengalaman mas misalnya kalo di KWT lain itu begini-begini, gitu kaya kasih masukan.

Tetapi keputusan mau ikutin masukannya itu dikembalikan ke pihak masing-masing

untuk mengembangkan produknya seperti apa.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Rusli

Lokasi : Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro

Status : Staf Dinas Koperasi dan Usaha Mikro

Page 140: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

Tanggal : 4 Juni 2018

No Dialog

1 P : WUB ini ada sejak kapan pak ?

I :WUB itu khusus untuk kota Depok, khususnya di dinas koperasi usaha mikro sejak

tahun kemaren 2017. Kita menseleksi dari tiap-tiap kecamatan. Di Depok kan ada 11

kecamatan. Dari 11 kecamatan ini ada yang lebih ada yang kurang. Jadi kecamatan yang

lebih kita oper ke kecamatan yang kurang, gitu. Misalnya Pancoran Mas dia yang daftar

banyak cuma kuotanya sama 30, jadi misalnya di Limo atau Cinere kurang, yang lebih

ini kita masukan ke sana. Biar semua kalo kuotanya 30 jadi 330 kuotanya per tahun

targetnya. Jadi gitu kecamatan yang banyak kita subsidi silang, biar memenuhi target itu

2 P : Target dalam setahun itu berapa peserta pak ?

I : Target ya sekitar 330. Cuma kita lihat juga hasil seleksi, interview, dilihat nilainya

kalau misalkan nilainya bagus tapi kalah nilai di kecamatannya, kita oper ke yang kurang

itu tadi.

3 P : Prosedur untuk ikut wub itu gimana pak ?

I : Sudah punya usaha minimal 6 bulan dari sekarang. Berarti kalo itu dari desember

sampe mei, ya desember.

4 P : Untuk seleksi itu prosesnya gimana ?

I : Seleksinya kita lihat ini formulir, sama kelengkapan. Ktp Depok, KK Depok, SKU

dari Kelurahan setempat, apakah SKU nya sudah lewat atau belum karena ada masa

berlakunya setahun doang. Terus Ktp nya juga bener ngga dia tinggal disitu atau dia

tinggal di Jakarta domisili di Depok, gitu. Kalo domisili ngga bisa.

5 P : Jadi kalo dari KWT sendiri itu yang harus udah maju ke UKM pak yang bisa ikut ?

I : Kalo wub ini ngga mesti binaan kita. Jadi kita persilahkan dia mau binaan siapa, KWT

atau komunitas yang lain boleh. Nah pas udah daftar di wub, itulah yang kita bina. Jadi

dia udah daftar tapi belom ada database di kita, nah itu dikasih pelatihan-pelatihan

lainnya misalnya seminar, workshop, terus yang kulinernya belum ikut PIRT kita ikut

sertakan, terus HAKI nya, Halalnya. Jadi membantu juga untuk pembukaan ini, jadi kita

tau mana binaan mana bukan. Cuma yang bukan binaan kita persilahkan untuk menjadi

binaan kita.

6 P : Dalam pembinaan itu ada proses apa aja pak ?

I : Yang pertama, akses permodalan dari perbankan. Jadi kita mengundang UKM,

mengundang perbankan, untuk sosialisasi misalnya kredit usaha rakyat (KUR). Karena di

pemda sendiri tidak boleh hibah, ngga boleh membantukan dana bantuan, jadi disalurkan

melalui perbankan, kita sebagai mediator aja.

Terus yang kedua, PIRT. Sebelum PIRT, PKP dulu Produk Keamanan Pangan. Jadi

untuk mengikuti PIRT, syaratnya dia harus udah ikut PKP. PKP kita sendiri ada 9

angkatan juga. Jadi dia binaan apa bukan silahkan aja, yang penting dia ngisi formulir

pendaftaran. Abis ngisi formulir pendaftaran, dilampirin ktp, sku, nanti ada panggilan

untuk ikut pelatihannya selama 3 hari. Biasanya di sini di ruang rapat depan sama

belakang. Jadi satu angkatan 30.

7 P : Untuk tahun ini sudah sampai berapa angkatan pak ?

I : Udah 9 angkatan. Cuma itu waktunya diselang-seling.

8 P : Itu per bulan atau per apa pak waktunya ?

Page 141: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

I : Kalo sekarang kita lihat juga jumlah pesertanya. Kalo pesertanya udah full bisa per

bulan atau per minggu. Cuma karena agak sulit nyari peserta mungkin bulan sekarang

sudah cukup kita ngadain terus nunggu lagi, gitu. Tergantung pesertanya. Kalo kita sih

mungkin kelar, cuma kan pesertanya agak sulit, jadi mereka sendiri tolong sebarin ke

teman, ke saudara, ke tetangga yang belum ikut untuk ikut, gitu. Jadi karena keterbatasan

SDM juga, terus waktu, makanya mereka sendiri yang datang ke sini.

9 P : Nah tadi di depan saya lihat ada foto kios ukm pak, itu setelah dibina akan dapat kios

atau ada prosedurnya lagi ?

I : Ya diproses dulu. Dia harus melewati itu tadi, kalo kuliner sudah PKP,PIRT, baru

diikutin bazzar, itu buat pangan. Kalo pameran di pasar modern. Kalo kemaren di

DETOS. Bisa di D’Mall, atau di Margo City, tergantung lokasi yang kosong. Jadi yang

sudah ikut dari rangkaian pendaftaran sampai ikut pelatihan, maupun seminar , itu kita

yang pilih. Jadi kita sendir yang milih, misalnya si A udah ikut rangkaian pelatihan 5

kali, baru diikut sertakan bazzar atau pameran. Kalo bazzar sendiri kita ada 3 yah, bazzar

Ramadhan, bazzar HUT Depok, sama bazzar Kemerdekaan ntar 17-an. Kalo pameran

kita bisa dalam daerah, bisa luar daerah. Luar daerah misalnya kemaren ke Makassar, ke

Bali, ke Batam.

10 P : Untuk ikut bazzar sama pameran itu gimana pak ?

I : Ya itu tadi, yang udah finish istilahnya. Udah selesai mengikuti rangkaian kegiatan A

sampai Z. Jadi ngga semua, yang terpilih aja.

11 P : Kalo ada ukm yang sudah mengikuti rangkaian kegiatan tapi ketika bazzar atau

pameran itu tidak ikut, itu gimana pak ?

I : Ya kita ngga paksa, dia bersedia apa engga. Cuma biasanya sih kalo ditawarin itu

langsung mau. Apalagi ke luar daerah kan. Sekalian dia wisata juga, soalnya kemarin itu

ditanggung kan biayanya.

12 P : Wub ini berkontribusi sejauh mana pak untuk perkembangan ekonomi di Depok ?

I : Kalo sekarang ini mungkin kontribusinya belum signifikan soalnya kan kita lihat ngga

merata di tiap kecamatan, ada yang ngirim ada yang engga. Tergantung dari pihak

kecamatan, kelurahan. Kita udah sosialisasikan ke mereka, mereka jalan engga ? gitu.

Biasanya terkendala itu. Kita udah undang rapat, nah pas di lokasi setempat ngga

nyampe ke masyarakat. Jadi tetep masyarakat nanya. “lho kan kita udah sebarin template,

undangan, spanduk ke kecamatan, kenapa ngga jalan ? biasa” gitu, kendalanya itu dari

pihak kecamatan, kelurahan dia ngga mensosialisasikan ke masyarakatnya. Tetep aja.

Kan kasihan yang di Limo, Cinere, Tapos, kejauhan. Kalo mau seperti wub sekarang nih,

kita buka pos pendaftaran di sini, sama di tiap kecamatan. Untuk lebih menjangkau.

Cuma itu tadi,tetep ke sini-sini juga. Atau misalnya ada temen yang ke walikota, nitip

atau ambilin formulir itu gapapa. Jadi di kecamatan juga belom jalan 100 persen ya. Jadi

harus ada kerja samanya juga antara pihak kelurahan dan dinas, sinkron.

13 P : Tapi setidaknya adanya wub ini ikut mengembangkan perekonomian di Depok ya pak

?

I : Iya, mengembakan ekonomi di Depok. Untuk dari usaha mikro ke usaha kecil. Yang

tadinya dia dibina terus dari dinas, dari a sampai z, setelah akhir ini diharapkan naik

kelas, gitu. Mungkin dari asset, omzet, terus tenaga kerja. Kalo udah usaha kecil,

otomatis jadi binaan dinas provinsi. Jadi kita arahkan untuk dibina dan diakomodir sama

dinas provinsi. Soalnya kewenangan sekarang kan di dalam perundang-undangan hanya

skup mikro, jadi dibawah 300 juta omzetnya per tahun. Kalau sudah lewat berarti

Page 142: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

otomatis dia usaha kecil. Jadi ada skupnya. Misalnya provinsi binaannya usaha kecil,

kalo kementerian udah usaha besar. Jadi bertahap dari mikro, kecil, menengah, besar.

14 P : Di dalam proses pembinaan, ada Pembina dari pelaku usaha yang sudah maju pak ?

kemarin saya dengar dari ibu-ibu KWT dibina sama pak Ubaidillah ya

I : Jadi istilahnya pendamping. Jadi di tiap kecamatan ini ada 11 ada pendampignya. Pak

Ubai misalnya pendampingnya kecamatan Cipayung, dia itu pelaku soto wali yang depan

RSUD, pernah masuk tv juga. Terus yang tadi pak Iqbal pendamping dari provinsi juga.

Terus di tiap kecamatan ada beberapa pendamping. Biasanya mereka pegang 2 atau 3

kecamatan, misalnya pak Ubai megang Cipayung sama apa, terus pak Ridwan, pak Ade,

pak Iqbal. Jadi 4 pendamping kalo ada 11 jadi masing-masing 3. Jadi mereka yang

mendampingi pelaku ukm, misalnya kendalanya apa aja, terus mereka menghimpun

disampaikan ke dinas. Jadi apa yang di lapangan, kendalanya dicatat terus ditembusin ke

dinas, gitu.

15 P : Kalo wub ini ada pertemuan rutinnya pak ?

I : Kalo pertemuan rutin di lapangan mereka udah berjalan ya, cuma di dinasnya belum.

Misalnya kecamatan Cipayung ngadainnya bulan pertama atau bulan kedua. Jadi

dikembalikan ke masing-masing. Kalo pertemuan didampingi sama orang dinas,sama

pendamping juga, jadi apa yang mereka kemukakan, kita sampaikan juga ke atasan

berupa masukan, kritik, dan sebagainya.

Terus ada jua kios di pasar modern di giant, carefour, superindo, sama tranSMART. Jadi

dikasih space ukm.

16 P : Itu ada kerja sama dengan pihak pengelola pasar modernnya ?

I : Iya sudah. Jadi jangka waktunya satu tahun free, cuma biasa dia bayar keamanan,

listrik, kebersihan. Jadi kita sediakan, tolong dijaga dan dirawat gitu.

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Bapak Sutarman

Lokasi : Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Ratu Jaya

Status : Kepala BPP Ratu Jaya

Tanggal : 5 Juni 2018

Page 143: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

No Dialog

1 P : Posisi BPP terhadap KWT Cipayung itu bagaimana pak ?

I : Nah kita itu dalam sisi legitimasi ya bahwa sebagai yang melengkapi status lah. Kan

gini, kalau kelompok itu mau dibentuk, langkah pertama ada kesepakatan dari orang per

orang lalu di kumpulkan. Nah disitu jadi membuat langkah prosedur mekanisme

pembentukan kelompok gitu kan judulnya. Nah jadi kelompok ini tidak dibentuk atas

dasar pesanan, baik itu pesanan individu maupun pesanan organisasi, contohnya dalam

hal ini ada pesanan dari partai politik. Tapi betul-betul memiliki niatan ingin mempunyai

wadah dari masing-masing, dihimpun, baru dibuatkan berita acara. Berita acara ditanda

tangani oleh ketua pelaksana dengan sekretaris. Tetapi ketua dan sekretaris itu adalah

ketua pembentukan bukan ketua organisasi, kalaupun setelah berlangsung pemilihan

ketua, toh yang bersangkutan disepakati menjadi ketua, berarti itu mah kebetulan saja.

Nah baru berita acara itu disampaikan ke kelurahan untuk mendapat surat keputusan.

Yang wajib harus hadir dalam pembentukan itu adalah wakil dari kelurahan, kemudian

penyuluh yang dalam hal ini kepala BPP ya, kemudian ya itu tadi ketua dan sekretaris

pembentukan, ditanda tangani disampaikan ke kelurahan. Jadi kita bicara dari pondasi

awal keberadaan organisasi. Nah itu jadi kalau ingin masyarakat membentuk kelompok

wanita tani, prosesnya harus seperti tadi. Jadi ada pembuatan berita acara, berita acara

ditanda tangani oleh ketua pelaksana pembentukan dan sekretaris, serta dibawahnya

ditanda tangani oleh penyuluh. Berita acara itu disampaikan, artinya setelah ada nama

kelompok, susunan kepengurusan dan anggota, dilampirkan dengan daftar hadir,

disampaikan nanti akan keluar surat keputusan dari kelurahan.

Nah habis itu sekaligus menyatakan sebagai kelas pemula. Kan ada empat namanya,

pemula, lanjut, madya, utama. Adapun pernyataan kelas pemula itu, bagian

pengukuhannya adalah kita (BPP), gitu keberadaannya dari awal. Lurah yang

mengeluarkan SK, pengukuhan sebutan pemulanya kita (BPP). Setelah ada surat

keputusan, KWT tuh wajib mempunyai pertama, administrasi, ada 16 buku minimal 5

sampai 8 lah. Buku surat keluar, surat masuk, catatan kepengurusan, inventaris barang,

laporan tempat, dan rencana kegiatan. Kemudian mereka wajib mengadakan pertemuan

secara rutin. Minimal 2 minggu sekali. Kemudian nanti diakhir tahun, kita menilai, itu

untuk menentukan kalo skornya itu kan kalo pemula 0 sampai 250, kemudian kalo lanjut

251 sampai 500, kemudian kalau madya 501 sampai 750, nah kalau kelas utama 751

sampai 1000. Kemudian tingkatannya kalau pemula oleh lurah di SK kan nya, lanjut oleh

camat, madya oleh wali kota, nah baru kelas utama oleh gubernur. Nah jadi organisasi

kemasyarakatan dalam hal ini KWT tidak bisa dianggap sepele karena sudah memiliki

legitimasi formal. Nah ada instrument, setahun sekali itu kita survey instrument nya ada

5 jurus kemampuan kelompok. Pertama, perencanaan, kedua pelaksanaan, ketiga

evaluasi, termasuk evaluasi organisasi, ijin sertifikasi, kemudian ada pengkaderan, dan

terakhir pelaporan. Jadi nanti ada sekitar 30 item dalam bentuk questioner ya. Nah nanti

apakah bisa naik kelas dari pemula ke lanjut, atau naik skor. Jadi katakanlah peran serta

atau kepedulian BPP terhadap kelompok yang dibentuk di wilayahnya seperti itu.

Kemudian, kelompok itu juga bisa mengikuti akses kegiatan yang dilontarkan suratnya

dari kita (BPP). Misalkan contoh, ada kesempatan pelatihan untuk KWT yang

ditargetkan oleh pemerintah kota, masing-masing BPP antara timur dan barat dibutuhkan

Page 144: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

40 orang. Seperti kemarin nih, kemarin kita mengikutsertakan pelatihan di Grand Hotel

Ussu di Cisarua, itu untuk sayuran 20 orang, belimbing 20, tanaman hias 20. Nah

otomatis untuk bidang sayurannya kita sebarkan ke KWT. Nah suratnya dari kita. Dinas

DKPPP meluncurkan surat ke BPP, nah BPP terserah mau siapa aja. Nah kita atur kira-

kira dimana potensi yang pas untuk ikut pelatihan itu. Jadi tidak bisa tiba-tiba langsung

DKPPP ngasih surat ke KWT nya, harus melalui BPP masing-masing. Nah sudah dari

awal pembentukan, pengukuhan, penilaian, kemudian yang ketiga akses pelayanan dari

sisi kebutuhan secara umum.

Nah kemudian, kita juga ada tentang supervise, monitoring, dan pembinaan. Jadi

supervise kepada penyuluh, monitoring dan pembinaan kepada KWT. Apa yang

dimonitor, dan dibina ? nah dari akses kelembagaan, kemudian dari akses teknis dan

akses permodalan. Permodalan disini bukan BPP punya uang lantas disebarkan kepada

KWT, tidak. Tetapi menyambungkan peluang yang bisa ditempuh dari sumber yang ada

yang bisa dilengkapi syarat-syarat, seperti ada KUR (Kredit Usaha Rakyat), kalo dulu

ada Kredit Usaha Tani. Nah itu tentunya kan diinformasikan oleh kita (BPP). Nah yang

lainnya, pihak provinsi membutuhkan data untuk mengikuti pelatihan WUB (Wira Usaha

Baru), nah itu pun lewat kita. Minimal calon peserta ini yang tergabung dalam anggota

kelompok, punya background menempuh pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, D3

dan Perguruan tinggi itu dilampirkan foto copy nya. Kemudian punya akses usaha,

kemudian KK, KTP, kemudian dia mengisi biodata. Kemudian diadakan verifikasi dan

validasi di sini (Kantor BPP). Nah mungkin itu keterkaitan jaringan-jaringan antara BPP

dengan wadah dibawah.

Kemudian ada paket KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang diluncurkan untuk

KWT, jadi budi daya baik secara konvensional maupun modern. Kalo modern sudah

menggunakan media nutrisi maupun air seperti akuaponik. Nah itu alokasi dari kita, akan

disalurkan ke berapa KWT, tidak bisa dari dinas langsung ke KWT. Ada juga akses

untuk mengikuti event kabupaten yaitu hari pangan sedunia, yang kedua tingkat provinsi

ada hari krida pertanian, nah terakhir tingkat nasional adalah pennas, pekan nasional

petani dan nelayan. Nah salah satu peserta yang dikirim berasal dari KWT, kita yang

menjaring. Kemudian mereka juga bisa mengikuti pelatihan teknis yang diadakan oleh

BBPP, balai besar pelatihan pertanian yang di Lembang, Bandung. Itu perangkat pusat.

Ada juga yang di Cihea, nah kebetulan wub besok diadakan di Cihea, Cianjur. Jadi kalo

tiba-tiba mau ikut wub tanpa melalui kita itu ngga bisa. Kemudian ada juga paket

pengadaan benih dan nutrisi untuk KWT juga dari kita. Nah tapi mereka (KWT)

mempunyai kesempatan untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan, budaya

seluas mungkin dengan mencari informasi baik lewat media cetak, radio, maupun

televise ya silahkan saja. Jadi ada juga informasi lewat kita dalam bentuk leaflet atau

yang berbentuk kaya buku juga bisa.

2 P : Kalo pelatihan yang diberikan oleh BPP itu kapan aja pak ?

I : Nah kalo insidentil langsung informasi lewat penyuluh yang ada di BPP. Yang kedua,

itu tadi kalo ada pelatihan teknis itu dari penyuluh. Ada juga praktisi. Kalau waktunya

mah sesuai dengan agenda yang diberikan oleh DKPPP, jadi berjenjang lah begitu. Tapi

kemarin ada sendiri, satu unit (KWT) kita bawa kunjungan dan pelatihan ke Kuningan.

Seharusnya pelatihannya di BPP tapi kita adakan keluar karena mereka (KWT) ingin

Page 145: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

mencari suasana baru. jadi judulnya kunjungan dan pelatihan. Itu ke KWT Sri Mandiri di

Desa Sembawa Kabupaten Kuningan.

3 P : Itu KWT disana olahannya apa pak ?

I : Itu aneka ubi, ubi ungu, ubi merah, ubi putih. Dan bahkan KWT itu sudah bisa

mengekspor keluar produknya. Sudah kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah,

atau swasta sudah masuk.

4 P : Kalo wub sendiri, BPP itu ikut menseleksi pak ?

I : Kemarin kan yang dibutuhkan 20, nah kita ngirim 27 jadi nanti ada yang terseleksi.

Verifikasi validasinya dari provinsi, kita yang penting menginformasikan ke KWT,

melengkapi syarat kita tampung, kita adakan verifikasi di sini nih (Kantor BPP). Yang

orang provinsinya dateng ke sini. Jadi bukan masyarakatnya digiring ke provinsi, lebih

baik kan orang yang validasi dan verifikasinya dateng kesini. Jadi masyarakatnya kita

undang ke BPP. Itu sekitar bulan April lah. Pelatihannya kan bulan Oktober.

5 P : Itu wub pertanian pak namanya ?

I : Iya, jadi menjaring calon wira usaha baru di bidang pertanian. Ya mungkin dalam hal

ini kaya home industry bikin olahan-olahan

6 P : Maka dari itu yang ikut KWT aja pak ?

I : Campur sih sebenernya ada poktan, poknak, ada KWT. Tapi kemarin di dominasi oleh

KWT.

7 P : Dalam standarisasi produk KWT, BPP memperhatikan aja apa pak ?

I : Nah dalam rangka mengacu, mengarah dan meningkatkan olahan menuju pada

persaingan sehat ya, pertama yang kita perhatikan tuh memperbaiki kualitas olahan dari

sisi penampilan. Nah kalo pun itu PIRT kan tanggung jawab (dinas) kesehatan, jadi kita

tidak bisa produksi. Kemudian halal dari MUI. Nah kalo dari kita minimal pertama

higienis, kedua bebas dari kandungan bahan lain dalam hal ini mau pestisida, mau

formalin. Artinya kalo disederhanakan mah tidak menggunakan bahan pengawet gitu

dah. Ada juga kan yang suka make bahan pengawet, bahan pewarna, lebih baik kalo

pewarna itu make bahan alami seperti daun suji, pake kembang belimbing wuluh ya. Nah

alami, itu kan aman ketimbang make bahan pewarna kaya buat cat. Itu kan bahaya kalo

ke makan, ada yang diem-diem beli terus dicampur ke olahan terus di makan sama kita,

kan bahaya. Nah itu kita informasikan yang namanya produk olahan KWT yang

merupakan tanggung jawab BPP dan DKPPP ya kita suruh meningkatkan kualitas untuk

juga bersaing secara sehat.

8 P : Kalo wub dan pasar tani itu salah satu cara mengembangkan ekonomi di Depok pak ?

I : Iya betul salah satu itu. Pertama gini, diadakannya pasar tani untuk mengenalkan.

Yang kedua untuk menjaring konsumen. Yang ketiga agar didapat transaksi yang

dihasilkan oleh wadah KWT. Adapun kerja sama, kemitraan selanjutnya yang terjadi di

pasar tani, ya silahkan. Dengan cara membuat kartu nama. Biasanya melalui pasar tani

itu hasil produksinya lebih banyak. Karena kan misalnya selama ini kita cari produk ini,

oh ternyata adanya di pasar tani. Nah diketemukanlah antara produsen dengan konsumen.

Ada yang bahkan dari luar jawa pernah datang ke pasar tani. Nah kalo wub sendiri kan

sudah berjalan, kita hanya menginformasikan saja. Kalo udah ukm kan sudah sendiri

berarti. Itu sudah dibina sendiri oleh dinasnya. Kalo bicara kelompok, itu baru kita.

Jangan dicampur-campur. Makanya kemarin ada pembatasan di pasar tani. Yang ikut

pasar tani khusus bagi orang-orang yang tergabung dalam kepengurusan organisasi

wanita tani. Kalo ada yang perorangan dititip sama yang lain. Itu untuk menghormati

Page 146: Kontribusi Kelompok Wanita Tani (KWT) Kecamatan …

satu sama lain. Jangan sampe nanti DKUM protes, ko DKPPP udah mencampuri dinas

kami secara kewenangannya. Makanya teknis kita (DKPPP), kalo yang urusan

perdaganga, urusan PIRT urusan lain. Tapi kita mendorong, bahwa nilai produk yang

dikembangkan ini harus mempunyai pangsa pasar yang luas, banyak dan berkualitas.

9 P : Kalau ada pihak-pihak yang nakal, yang menggunakan bahan lain itu ada sanksinya

pak ?

I : Ya tentunya itu kan sudah jelas disurat edaran yang dikeluarkan oleh masing-masing

instansi. Artinya sudah mengikat, apabila ada produk yang menggunakan campuran

bahan lain dan terindikasikan membahayakan konsumen maka otomatis kena sanksi.

Maka jangan sampe produk yang dihasilkan justru membuat masalah terhadap kesehatan,

belinya ngga seberapa tapi efeknya malah lebih besar. Hal-hal seperti itu yang kita

dorong. Kita imbau, jangan sampe produk-produk yang dihasilkan KWT hanya

menggiurkan sesaat nanti akan merugikan konsumen di masa yang akan datang.

10 P : Kalo wub pertanian itu dari tahun berapa pak ?

I : Kalo yang di kita baru tahun ini. tapi kalo yang lain lain itu sudah 2 tahun ke

belakang. Karena Jawa Barat ingin menciptakan 100000 wirausaha baru. Kalo Depok

yang kemarin itu baru dibawah 1000 lah.

11 P : Syarat untuk ikut wub itu apa aja pak ?

I : Kemarin itu yang diminta, pertama tergabung dalam kelompok, mau itu pengurus

maupun anggota. Yang kedua mempunyai background pendidikan, yang ketiga punya

usaha, yang keempat dari sisi domisili, dibuktikan dengan KTP dan KK. Itu aja sih. Yang

penting, kenapa harus lewat BPP ? karena harus yang tergabung dalam kelompok, kalo

yang bukan anggota kelompok tetep gak bisa walaupun usahanya bagus juga.

12 P : Kalo omzet di pasar tani itu gimana pak untuk perekonomian di kota Depok ?

I : Perputaran ekonomi di pasar tani itu hampir mendekati sepuluh juta lah per event. Jadi

antara 5 sampai 10 juta. Ada yang hanya setengah jam itu barang sudah habis.