konsep teori pengertian cidera kepala merupakan proses...

32
6 BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau otak (Borley & Grace, 2006). Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (pierce, 1995). Cidera kepala merupakan trauma yang terjadi pada otak yang disebabkan kekuatan atau tenaga dari luar yang menimbulkan berkurang atau berubahnya kesedaran, kemampuan kognitf, kemampuan fisik, perilaku, ataupun kemampuan emosi (Ignatavicius, 2009). Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai otak yang terjadi secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder yang menyebabkan atau berpengaruh berubahnya fungsi neurologis, kesadaran, kognitif, perilaku, dan emosi. Menurut mansjoer (2000) cidera kepala tersebut dibedakan menjadi ringan, sedang, berat. Adapun kriteria dari masing-masing tersebut adalah 1. Cidera kepala ringan (CKR) Tanda-tandanya adalah: a). Skor glasgow coma scale 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif); b). Tidak ada kehilangan kesadaran

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

6

BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian

Cidera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung

atau deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan kepala atau

otak (Borley & Grace, 2006).

Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat

adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun

efek sekunder dari trauma yang terjadi (pierce, 1995).

Cidera kepala merupakan trauma yang terjadi pada otak yang

disebabkan kekuatan atau tenaga dari luar yang menimbulkan berkurang

atau berubahnya kesedaran, kemampuan kognitf, kemampuan fisik,

perilaku, ataupun kemampuan emosi (Ignatavicius, 2009).

Jadi kesimpulannya cidera kepala adalah trauma yang mengenai

otak yang terjadi secara langsung atau tidak langsung atau efek sekunder

yang menyebabkan atau berpengaruh berubahnya fungsi neurologis,

kesadaran, kognitif, perilaku, dan emosi.

Menurut mansjoer (2000) cidera kepala tersebut dibedakan menjadi

ringan, sedang, berat. Adapun kriteria dari masing-masing tersebut adalah

1. Cidera kepala ringan (CKR)

Tanda-tandanya adalah: a). Skor glasgow coma scale 15 (sadar

penuh, atentif, dan orientatif); b). Tidak ada kehilangan kesadaran

Page 2: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

7

(misalnya konkusi); c). Tidak adanya intoksikasi alkohol atau obat

terlarang; d). Pasien dapat mengeluh sakit dan pusing; e). Pasien dapat

menderita laserasi, abrasi, atau hematoma kulit kepala.

2. Cidera kepala sedang (CKS)

Tanda-tandanya adalah a). Skor glasgow coma scale 9-14

(konfusi, letargi, atau stupor); b). Konkusi; c). Amnesia pasca trauma;

d). Muntah; e). Kejang

3. Cidera kepala berat (CKB)

Tanda-tandanya adalah a). Skor glasgow coma scale 3-8 (koma);

b). Penurunan derajat kesadaran secara progresif; c). Tanda neurologis

fokal; d). Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium.

B. Anatomi Fisiologi

Otak merupakan salah satu organ yang teksturnya lembut dan

berada dalam kepala. Otak dilindungi oleh rambut, kulit, dan tulang.

Adapun pelindung otak yang lain adalah lapisan meningen, lapisan ini

yang membungkus semua bagian otak. , Lapisan ini terdiri dari duramater,

araknoid, piamater.

Page 3: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

8

Gambar 1. Tengkorak (Sumber: Lutjen drecoll, 2001).

1. Tengkorak

Tengkorak merupakan kerangka kepala yang disusun menjadi

dua bagian kranium yang terdiri dari tulang oksipital, parietal, frontal,

temporal, etmoid dan kerangka wajah terdiri dari tulang hidung,

palatum, lakrimal, zigotikum, vomer, turbinatum, maksila, mandibula.

Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal

sebagai kubah tengkorak, yang licin pada permukaan luar dan pada

permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat

sesuai dengan otak dan pembuluh darah.

Permukaan bawah rongga dikenal dengan dasar tengkorak

permukaan ini dilalui banyak lubang supaya dapat dilalui serabut saraf

dan pembuluh darah (Pearce, 2009).

Tl. frontal

Tl. Maksila

Tl. Mandibula

Tl. zygomatikum

Tl. Palatum

Tl. Etmoidal

Tl. parietal

Tl. Oksipital Tl. Lakrimal

Tl. Nasal

Page 4: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

9

1. Meningen

Gambar 2. Lapisan otak (Sumber: Lutjen drecoll, 2001).

Pelindung lain yang melapisi otak adalah meningen, ada tiga

lapisan meningen yaitu duramater, araknoid, dan piamater,

masing-masing memiliki struktur dan fungsi yang berbeda

a) Duramater

Duramater adalah membran luar yang liat semi elastis.

Duramater melekat erat dengan pemukaan dalam tengkorak.

Duramater memiliki suplai darah yang kaya. Bagian tengah dan

posterior disuplai oleh arteria meningea media yang bercabang

dari arteria karotis dan menyuplai fosa anterior. Duramater

berfungsi untuk melindungi otak, menutupi sinus-sinus vena dan

membentuk poriosteum tabula interna.

Page 5: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

10

Diantara duramater dan araknoid terdapat ruang yang

disebut subdural yang merupakan ruang potensial terjadi

perdarahan, pada perdarahan diruang subdural dapat menyebar

bebas , dan hanya terbatas oleh sawar falks serebri dan tentorium.

Vena yang melewati otak yang melewati ruang ini hanya

mempunyai sedikit jaringan penyokong oleh karena mudah terjadi

cidera dan robek yang menendakan adanya trauma kepala.

b) Araknoid

Araknoid terletak tepat dibawah duramater, lapisan ini

merupakan lapisan avaskuler, mendapat nutrisi dari cairan

cerbrospinal, diantara araknoid dan piamater terdapat ruang

subaraknoid. Ruangan ini melebar dan mendalam pada tempat

tertentu, dan memungkinkan sirkulasi cairan serebrospinal.

Araknoid membentuk tonjolan vilus.

c) Piamater

Piamater adalah suatu membran halus yang sangat kaya

akan pembuluh darah halus, piamater merupakan satu-satunya

lapisan meningen yang masuk ke dalam suklus dan membungkus

semua girus(kedua lapisan yang hanya menjembatani suklus).

Pada beberapa fisura dan suklus di sisi hemisfer, piamater

membentuk sawar antara ventrikel dan suklus atau fisura. Sawar

ini merupakan struktur penyokong dari pleksus koroideus pada

setiap ventrikel (price, 1995).

Page 6: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

11

2. Otak

Menurut Pearce (2009) Otak merupakan organ tubuh yang

paling penting karena merupakan pusat dari semua organ tubuh,

otak terletak didalam rongga tengkorak (kranium) dan dibungkus

oleh selaput otak (meningen) yang kuat.

Gambar 3. Otak (Sumber: Lutjen drecoll, 2001).

a) Cerebrum

Cerebrum atau otak besar merupakan bagian yang terluas dan

terbesar dari otak, berbentuk telur terbagi menjadi dua

hemisperium yaitu kanan dan kiri dan tiap hemisperium dibagi

menajdi empat lobus yaitu lobus frontalis, parietalis,

temporalis dan oksipitalis. Dan bagian tersebut mengisi penuh

bagian depan atas rongga tengkorak.

cerebellum

Lobus perietalis

Lobus frontalis

Lobus temporalis

Lobus oksipitalis

Batang otak

Page 7: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

12

1) Lobus frontalis

Lobus frontalis pada bagian korteks cerebri dari bagian

depan suklus sentralis dan di dasar suklus lateralis. Pada

bagian ini memiliki area motorik dan pramotorik. Lobus

frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan,

penentuan keputusan moral, dan pemikiran yang kompleks.

Lobus frontalis memodifikasi dorongan emosional yang

dihasilkan oleh sistem limbik dan reflek vegetatif dari

batang otak.

2) Lobus parietalis

Lobus Parietalis adalah bagian korteks yang gterletak di

belakang suklus sentralis, diatas fisura lateralis dan meluas

belakang ke fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan

area sensorik primer otak untuk sensasi raba dan

pendengaran.

3) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis teletak disebelah posterior dari lobus

parietalis dan diatas fisura parieto-oksipitalis, yang

memisahkan dari serebelum. Lobus ini merupakan pusat

asosiasi visual utama yang diterima dari retina mata

4) Lobus Temporalis

Page 8: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

13

Lobus Temporalis mencakup bagian korteks serebrum.

Lobus temporalis merupakan asosiasi primer untuk

audiotorik dan bau.

b) Cerebelum

Cerebelum atau otak kecil merupakan bagian terbesar dari

otak belakang. Cerebelum menempati fosa kranialis posterior

dan diatapi tentorium cerebri yang merupakan lipatan

duramater yang memisahkan dari lobus oksipitalis serebri.

Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut

vermis dan bagian yang melebar pada bagian lateral disebut

hemisfer. Cerebelum berhubungan dengan batang otak melalui

pedunkulus cerebri inferior (corpus retiform). Permukaan luar

cerebelum berlipat-lipat seperti cerebrum tetapi lebih lipatanya

lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan cerebelum ini

mengandung zat kelabu.

Korteks cerebelum dibentuk oleh substansia grisea, terdiri dari

tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan

granular dalam. Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari

cerbrum harus melewati cerebelum.

c) Batang otak

Batang otak terdiri dari otak tengah (diensfalon)pons varoli

dan medula oblongata. Otak tengah merupakan merupakan

bagian atas batang otak akuaduktus cerebriyang

Page 9: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

14

menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi

melalui otak tengah ini.

Otak tengah mengandung pusat-pusat yang mengendalikan

keseimbangan dan gerakan-gerakan bola mata.

3. Saraf kranial

Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan pada saraf kranial jika

mengenai batang otak karena edema otak atau perdarahan pada

otak. Macam saraf kranial antara lain

a) Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I)

Berfunsi sebagai saraf pembau yang keluar dari otak dibawa

oleh dahi, membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari

rongga hidung ke otak;

b) Nervus Optikus (Nervus Kranialis II)

Mensarafi bola mata, membawa rangsangan penglihatan ke

otak;

c) Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)

Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot pengerak bola

mata) menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk

melayani otot siliaris dan otot iris;

d) Nervus Trokhlearis (Nervus Kranialis IV)

Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf ini berfunsi

sebagai pemutar mata yang pusatnya terletak dibelakang pusat

saraf penggerak mata;

Page 10: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

15

e) Nervus Trigeminus (Nervus Kranialis V)

Sifatnya majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga

buah cabang. Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini

merupakan saraf otak besar, sarafnya yaitu

1) Nervus oftalmikus sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala

bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak

mata dan bola mata;

2) Nervus maksilaris sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas,

bibir atas, palatum, batang hidung, ronga hidung dan sinus

maksilaris;

3) Nervus mandibula sifatnya majemuk (sensori dan motoris)

mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya

mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu.

f) Nervus Abducens (Nervus Kranialis VI)

Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai

saraf penggoyang sisi mata;

g) Nervus Fasialis (Nervus Kranialis VII)

Sifatnya majemuk (sensori dan motori) serabut-serabut

motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir ronga

mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom

(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala fungsinya sebagai

mimik wajah untuk menghantarkan rasa pengecap;

Page 11: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

16

h) Nervus Akustikus (Nervus Kranialis VIII)

Sifatnya sensori, mensarafi alat pendengar, membawa

rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak.

Fungsinya sebagai saraf pendengar;

i) Nervus Glosofaringeus (Nervus Kranialis IX)

Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil

dan lidah, saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke

otak.

j) Nervus Vagus (Nervus Kranialis X)

Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-

saraf motorik, sensorik dan parasimpatis faring, laring, paru-

paru, esofagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar

pencernaan dalam abdomen. Fungsinya sebagai saraf perasa;

k) Nervus Aksesorius (Nervus Kranialis XI),

Saraf ini mensarafi muskulus sternokleidomastoid dan muskulus

trapezium, fungsinya sebagai saraf tambahan;

l) Nervus Hipoglosus (Nervus Kranialis XII)

Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah.

Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung (Smeltzer,

2001).

Page 12: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

17

C. Etiologi

Menurut Borley & Grace (2006) cidera kepala dapat disebabkan

karena beberapa hal diantaranya adalah

1. Pukulan langsung

Dapat menyebabkan kerusakan otak pada sisi pukulan (coup

injury) atau pada sisi yang berlawanan dari pukulan ketika otak

bergerak dalam tengkorak dan mengenai dinding yang berlawanan

(contrecoup injury) (hudak & gallo, 1996);

2. Rotasi / deselerasi

Fleksi, ekstensi, atau rotasi leher menghasilkan serangan pada otak

yang menyerang titik-titik tulang dalam tengkorak (misalnya pada

sayap dari tulang sfenoid). Rotasi yang hebat juga menyebabkan

trauma robekan di dalam substansi putih otak dan batang otak,

menyebabkan cedera aksonal dan bintik-bintik perdarahan

intraserebral;

3. Tabrakan

Otak seringkali terhindar dari trauma langsung kecuali jika berat

(terutama pada anak-anak yang elastis);

4. Peluru

Cenderung menimbulkan hilangnya jaringan seiring dengan

trauma. Pembengkakan otak merupakan masalah akibat disrupsi.

Terngkorak yang secara otomatis akan menekan otak;

Page 13: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

18

5. Oleh benda / serpihan tulang yang menembus jaringan otak

misalnya kecelakaan, dipukul dan terjatuh;

6. Trauma saat lahir misalnya sewaktu lahir dibantu dengan forcep

atau vacum;

7. Efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak;

8. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak.

D. Patofisiologi

Cidera kepala terjadi karena trauma tajam atau tumpul seperti

terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir yang dapat mengenai

kepala dan otak sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada funsi

otak dan seluruh sistem dalam tubuh. Bila trauma mengenai ekstra kranial

akan dapat menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala dan pembuluh

darah sehingga terjadi perdarahan. Apabila perdarahan yang terjadi terus–

menerus dapat menyebabkan terganggunya aliran darah sehingga terjadi

hipoksia. Akibat hipoksia ini otak mengalami edema serebri dan

peningkatan volume darah di otak sehingga tekanan intra kranial akan

meningkat. Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan

menyebabkan fraktur yang dapat menyebabkan desakan pada otak dan

perdarahan pada otak, kondisi ini dapat menyebabkan cidera intra kranial

sehingga dapat meningkatkan tekanan intra kranial, dampak peningkatan

tekanan intra kranial antaralain terjadi kerusakan jaringan otak bahkan

bisa terjadi kerusakan susunan syaraf kranial terutama motorik yang

Page 14: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

19

mengakibatkan terjadinya gangguan dalam mobilitas (Borley & Grace,

2006)

E. Manifestasi Klinik

Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi

cedera otak.

1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)

a. Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap

setelah cedera.

b. Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.

c. Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah

tingkah laku

Gejala-gejala ini dapat menetap selama beberapa hari, beberapa minggu

atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma ringan.

2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)

a. Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan

kebinggungan atau hahkan koma.

b. Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit

neurologik, perubahan TTV, gangguan penglihatan dan

pendengaran, disfungsi sensorik, kejang otot, sakit kepala, vertigo

dan gangguan pergerakan.

3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)

a. Amnesia tidak dapat mengingat peristiwa sesaat sebelum dan

sesudah terjadinya penurunan kesehatan.

Page 15: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

20

b. Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera

terbuka, fraktur tengkorak dan penurunan neurologik.

c. Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.

d. Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area

tersebut.

F. Penatalaksanaan

Menurut Smeltzer (2001) penatalaksanaan pada klien dengan cidera kepala

antara lain.

a. Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema

serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

b. Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi

vasodilatasi.

c. Pemberian analgetik.

d. Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol

20%, glukosa 40% atau gliserol.

e. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau

untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole.

f. Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18

jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian

diberikan makanan lunak.

g. Pembedahan.

Page 16: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

21

G. Komplikasi

Cidera kepala yang tidak teratasi dengan segera atau tidak optimal dalam

terapi maka dapat menyebabkan beberapa komplikasi yaitu

1. Edema paru

Edema paru terjadi akibat refleks chusing yang disebabkan

peningaktan tekanan intra kranial yang berakibat terjadinya

peningkatan respon simpatis. Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara

umum akan lebih banyak darah yang dialirkan ke paru. Perubahan

permeabilitas pembuluh darah paru berperan dalam berpindahnya

cairan ke aleolus. Kerusakan difusi oksigen dan karbondioksida dari

darah akan menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial lebih

lanjut;

2. Kebocoran cairan serebrospinal

Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya leptomeningen yang terjadi

pada 2-6% pasien dengan cedera kepala tertutup. Kebocoran ini

berhenti spontan dengan elevasi kepala setelah beberapa hari. Drainase

lumbal dapat mempercepat proses ini. Walaupun pasien memiliki

resiko meningitis yang meningkat (biasanya pneumokok). Otorea atau

rinorea cairan serebrospinal yang menetap atau meningitis yang

berulang merupakan indikasi operasi reparatif (Rosjidi & Nurhidayat,

2007).

Page 17: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

22

3. Fistel karotis-kavernosus

Ditandai oleh trias gejala yaitu eksolftamos, kemosis, dan bruit orbita,

dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cidera.

4. Diabetes insipidus

Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tangkai hipofisis,

menyebabkan penghentian sekresi hormon anti diuretik. Pasien

mensekresikan sejumlah volume urine yang encer, menimbulkan

hipernatremia dan depresi volume (Mansjoer, 2000).

5. Perdarahan intra kranial

a. Hematoma epidural

Hemtoma epidural merupakan suatu akibat serius dari cedera

kepala. Hematoma epidural paling sering terjadi pada daerah

peritotemporal akibat robekan arterio meningea media. Pengobatan

secara dini dapat mengurangi defisit neurologik.

b. Hematoma subdural

Hematoma epidural pada umumnya berasal dari arteria, hematoma

subdural berasal dari vena yang ruptur yang terjadi di ruang

subdural. Hematoma subduraldibedakan menjadi akut dan kronik

1) Subduralis haematoma akut

Kejadian akut hematoma di antara durameter dan korteks,

dimana pembuluh darah kecil sinus vena pecah atau terjadi

perdarahan atau jembatan vena bagian atas pada interval yang

akibat tekanan lalu terjadi perdarahan. Kejadiannya keras dan

Page 18: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

23

cepat, karena tekanan jaringan otak sehingga darah cepat

tertuangkan dan memenuhi rongga antara durameter dan

korteks. Kejadian dengan cepat memberi tanda-tanda

meningginya tekanan dalam jaringan otak). Pada kejadian akut

hematoma, lucidum intervalum akan terasa setelah beberapa jam

sampai 1 atau 2 hari. Tanda-tanda neurologis-klinis di sini

jarang memberi gejala epileptiform pada perdarahan dasar

duramater. Akut hematoma subduralis pada trauma kapitis dapat

juga terjadi tanpa Fraktur kranii, namun pembuluh darah arteri

dan vena di korteks terluka. Pasien segera pingsan/ koma. Jadi,

di sini tidak ada "free interval time". Kadang-kadang pembuluh

darah besar seperti arteri dan sinus dapat juga terluka. Dalam

kasus ini sering dijumpai kombinasi dengan intracerebral

haematoma sehingga mortalitas subdural haematoma akut

sangat tinggi

2) Hematoma subdural kronik

Hematoma subdural kronik seringkali disebut “peniru” karena

tanda dan gejalanya tidak spesifik, tidak terokalisasi, dan dapat

disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa penderita mengeluh

sakit kepala. Tanda dan gejala yang lain khas adalah perubahan

progresif dalam tingkat kesadarantermasuk apati, letargi, dan

berkurangnya perhatian, menurunnya kemampuan untuk

menggunakan kecakapan kognitif lebih tinggi.

Page 19: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

24

c. Subrachnoidalis Hematoma

Kejadiannya karena perdarahan pada pembuluh darah otak,

yaitu perdarahan pada permukaan dalam duramater. Bentuk paling

sering dan berarti pada praktik sehari-hari adalah perdarahan pada

permukaan dasar jaringan otak, karena bawaan lahir aneurysna Ini

sering menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Gambaran klinik

tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tetapi terjadi gangguan

ingatan karena timbulnya gangguan meningeal. Akut Intracerebralis

Hematoma terjadi karena pukulan benda tumpul di daerah korteks dan

subkorteks yang mengakibatkan pecahnya vena yang besar atau arteri

pada jaringan otak. Paling sering terjadi dalam subkorteks. Selaput

otak menjadi pecah pula karena tekanan pada durameter bagian bawah

melebar sehingga terjadilah "subduralis haematoma", disertai gejala

kliniknya (Borley & Grace, 2006)

6. Gangguan Intestinal

Pada cedera kepala berat, akan terjadi erosi, pembentukan ulkus

dan perdarahan saluran cerna. Penderita cedera kepala akan

mengalami peningkatan rangsang simpatik yang mengakibatkan

gangguan fungsi pertahanan mukosa sehingga mudah terjadi erosi

pada lambung. (Iskandar, 2004).

Page 20: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

25

H. Pengkajian Dan Pemeriksaan Penunjang

1. Pengakajian

a. Dasar data pengkajian pasien

Pengkajian data dasar meliputi tipe, lokasi, keparahan cedera dan

mungkin dipersulit oleh cedera tambahan pada organ vital

b. Aktivitas / istirahat

Gejala: merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan

Tanda: perubahan kesadaran, letargi, hemiparesis, ataksia cara

berjalan tak tegap, masalah dalam kesimbangan, cedera (trauma)

ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik

c. Sirkulasi

Gejala: perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi).

Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi

bradikardi, disritmia)

d. Integritas Ego

Gejala: perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau

dramatis)

Tanda: cemas, mudah tersinggung, derilium, agitasi, bingung,

depresi, impulsif

e. Eliminasi

Gejala: inkontinensia kandung kemih/ usus atau mengalami

gangguan fungsi makanan/ cairan

Page 21: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

26

f. Nutrisi

Gejala: mual, muntah, dan mengalami perubahan selera

Tanda: muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air

liur keluar, disfagia)

g. Neurosensori

Gejala: kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian,

vertigo, sinkope, tinitius, kehilangan pendengaran, diplopia,

kehilangan sebagian lapang pandang, Fotopobia.

Tanda: perubahan kesadaran dari biasa sampai koma, perubahan

status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,

pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku, memori).

Perubahan pupil(respon terhadap cahaya, simetri). Deviasi pada

mata, ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan penginderaan

seperti penciuman, pengcapan dan pendengaran, wajah tidak

simetris, genggaman lemah, apraksia, sangat sensitif terhadap

sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian anggota tubuh,

kesulitan dalam menentukan posisi

h. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: sakit kepala dengan intensitas, lokasi yang berbeda,

biasanya lama

Tanda: wajah menyeringai, respon menarik pada rangsang nyeri

yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih

Page 22: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

27

i. Pernapasan

Gejala: perubahan pola napas(apnea yang diselingi hiperventilasi),

napas berbunyi, stridor, tersedak, ronchi, mengi positif

(kemungkinan karena aspirasi)

j. Keamanan

Gejala: trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

Tanda: fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, kulit laserasi,

perubahan warna seperti racoon eye, tanda bale disekitar telinga,

demam , gangguan regulasi suhu tubuh.

k. Interaksi sosial

Tanda: afasia motorik/sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang.

(Doengoes, 1999).

2. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan untuk cidera kepala menurut Rosjidi & Nurhidayat

(2007) yaitu

1. MRI dan CT Scan untuk mengidentifikasi adanya hematoma

epidural, menentukan ukuran intra ventrikuler, kontusio

danperdarahan jaringan otak, edema serebri, pergeseran jaringan

otak, fraktur cranium;

2. Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral

sepertipergesran jaringanotak, perdarahan;

Page 23: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

28

3. EEG untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya

gelombang patologis;

4. Sinar x untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang

(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah, adnya fragmen

tulang;

5. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) untuk menentukan fungsi

korteks dan batang otak;

6. PET ( Positron Emision Tomography) menunjukkan perubahan

aktivitas metabolisme pada otak;

7. Pungsi Lumbal, Cairan Serebrospinal dapat menduga kemungkinan

adanya perdarahan subaraknoid;

8. GDA (Gas Darah Arteri ) mengetahui adanya masalah ventilasi

atau oksigenasi yang akan menigkatnya tekanan intrakranial;

9. Kimia / elektrolit darah untuk mengetahui ketidakseimbangan yang

berperan yang berperan dalam peningkatan tekanan intrakranial;

10. Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin

bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran;

11. Kadar antikonvulsan darah untuk mengetahui tingkat terapi yang

cukup untuk mengatasi;

Page 24: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

29

Page 25: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

30

I. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas b/d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler,

kerusakan medula oblongata (Doenges, 1999).

2. Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d edema cerebri, meningkatnya

aliran darah ke otak (Doenges, 1999).

3. Nyeri kepala b/d cedera fisik, peningkatan tekanan intrakranial, dan

alat traksi (Doenges, 1999).

4. Perubahan persepsi sensori b/d penurunan kesadaran, peningkatan

tekanan intra kranial (Doenges, 1999).

5. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf

motorik (Doenges, 1999).

6. Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala

(Carpenito, 2006).

7. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d haluaran urine dan

elektrolit meningkat (Carpenito, 2006).

8. Gangguan kebutuhan nutrisi b/d kelemahan otot untuk menguyah dan

menelan (Carpenito, 2006)

Page 26: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

31

J. Intervensi Dan Rasional

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d oedema cerebri, meningkatnya aliran darah ke otak.

Gangguan perfusi jaringan dapat diatasi dengan Kriteria hasil : - Mampu mempertahankan

tingkat kesadaran. - Fungsi sensori dan motorik

membaik.

1. Pantau status neurologis secara teratur.

Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan tekanan intra kranial dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan sistem saraf pusat.

2. Evaluasi kemampuan membuka mata (spontan, rangsang nyeri).

Menentukan tingkat kesadaran.

3. Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana. (meremas dan melepas tangan pemeriksa).

Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk berespon pada rangsangan eksternal.

4. Pantau TTV dan catat hasilnya.

Untuk mengetahui status tekanan darah dan adanya disritmia.

5. Anjurkan orang terdekat untuk berbicara dengan klien.

Ungkapan keluarga yang menyenangkan klien tampak efek relaksasi pada beberapa klien koma yang menurunkan tekanan intra kranial.

6. Kolaborasi pemberian cairan sesuai indikasi melalui IV dengan alat kontrol.

Pembatasan cairan diperlukan untuk menurunkan oedema cerebral: meminimalkan fluktuasi aliran vaskuler, tekanan darah dan tekanan intra kranial.

Nyeri kepala b/d peningkatan tekanan intrakranial.

Rasa nyeri berkurang dengan Kriteria hasil : 1. pasien mengatakan nyeri

berkurang. 2. Pasien menunjukan

1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.

Mengidentifikasi karakteristik nyeri merupakan faktor yang penting untuk menentukan terapi yang cocok serta mengevaluasi keefektifan dari terapi.

Page 27: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

32

penurunan skala nyeri. 3. Ekspresi wajah klien rileks.

2. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya adanya infeksi, trauma servikal.

Pemahaman terhadap penyakit yang mendasarinya membantu dalam memilih intervensi yang sesuai.

3. Berikan kompres dingin / hangat pada kepala.

Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.

4. Kolaborasi dalam pemberian analgetika. Analgetika dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien.

Perubahan persepsi sensori b/ d penurunan kesadaran, peningkatan tekanan intra kranial.

Fungsi persepsi sensori kembali normal dengan Kriteria hasil :

1. mampu mengenali orang dan lingkungan sekitar.

2. Mengakui adanya perubahan dalam kemampuannya.

1. Evaluasi secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan, sensori dan proses pikir.

Fungsi cerebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi. Perubahan persepsi sensori motorik dan kognitif mungkin akan berkembang dan menetap dengan perbaikan respon secara bertahap.

2. Kaji kesadaran sensori dengan sentuhan, panas/ dingin, benda tajam/ tumpul dan kesadaran terhadap gerakan.

Semua sistem sensori dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensitivitas atau kehilangan sensasi untuk menerima dan berespon sesuai dengan stimuli.

3. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan. Gunakan kalimat pendek dan sederhana. Pertahankan kontak mata.

Pasien mungkin mengalami keterbatasan perhatian atau pemahaman selama fase akut dan penyembuhan. Dengan tindakan ini akan membantu pasien untuk memunculkan komunikasi.

Page 28: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

33

4. Gunakan penerangan siang atau malam.

Mengurangi kelelahan, kejenuhan dan memberikan kesempatan untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori).

5. Kolaborasi pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara dan terapi kognitif.

Pendekatan antar disiplin ilmu dapat menciptakan rencana panatalaksanaan terintegrasi yang berfokus pada masalah klien

Gangguan mobilitas fisik b/d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf motorik.

Pasien dapat melakukan mobilitas fisik dengan kriteria hasil :

1. tidak adanya kontraktur, footdrop.

2. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit.

3. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang memungkinkan dilakukannya

1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi

Mengidentifikasi kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.

2. Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional, seperti bokong, kaki, tangan. Pantau selama penempatan alat atau tanda penekanan dari alat tersebut.

Penggunaan sepatu tenis hak tinggi dapat membantu mencegah footdrop, penggunaan bantal, gulungan alas tidur dan bantal pasir dapat membantu mencegah terjadinya abnormal pada bokong.

3. Berikan/ bantu untuk latihan rentang gerak

Mempertahankan mobilitas dan fungsi sendi/ posisi normal ekstrimitas dan menurunkan terjadinya vena statis.

4. Bantu pasien dalam program latihan dan penggunaan alat mobilisasi. Tingkatkan

Proses penyembuhan yang lambat seringakli menyertai trauma kepala dan pemulihan fisik

Page 29: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

34

aktivitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan.

merupakan bagian yang sangat penting. Keterlibatan pasien dalam program latihan sangat penting untuk meningkatkan kerja sama atau keberhasilan program.

Resiko infeksi b/d jaringan trauma, kerusakan kulit kepala.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi. Kriteria Hasil : 1. Tidak ada tanda-tanda

infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio laesa)

2. Tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-370C)

1. Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan yang baik

Cara pertama untuk menghindari nosokomial infeksi.

2. Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat karakteristik drainase dan adanya inflamasi.

Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya.

3. Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi atau cegah pengunjung yang mengalami infeksi saluran nafas atas.

Menurunkan pemajanan terhadap pembawa kuman infeksi.

4. Kolaborasi pemberian atibiotik sesuai indikasi.

Terapi profilaktik dapat digunakan pada pasien yang mengalami trauma, kebocoran LCS atau setelah dilakukan pembedahan untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial.

Page 30: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

35

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d haluaran urine dan elektrolit meningkat.

Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Menunjukan membran

mukosa lembab, tanda vital normal haluaran urine adekuat dan bebas oedema.

1. Kaji tanda klinis dehidrasi atau kelebihan cairan

Deteksi dini dan intervensi dapat mencegah kekurangan / kelebihan fluktuasi keseimbangan cairan.

2. Catat masukan dan haluaran, hitung keseimbangan cairan, ukur berat jenis urine.

Kehilangan urinarius dapat menunjukan terjadinya dehidrasi dan berat jenis urine adalah indikator hidrasi dan fungsi renal

3. Kolaborasi pemeriksaan lab. kalium/fosfor serum, Ht dan albumin serum.

Hipokalimia/ fofatemia dapat terjadi karena perpindahan intraselluler selama pemberian makan awal dan menurunkan fungsi jantung bila tidak diatasi.

Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah dan menelan

Pasien tidak mengalami gangguan nutrisi dengan kriteria hasil:

1. Tidak mengalami tanda- tanda mal nutrisi dengan nilai lab. Dalam rentang normal.

2. Peningkatan berat badan sesuai tujuan.

1. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan, batuk dan mengatasi sekresi.

Faktor ini menentukan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.

2. Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara hiperaktif.

Fungsi bising usus pada umumnya tetap baik pada kasus cidera kepala. Jadi bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi seperti paralitik ileus.

3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti meninggikan kepala selama makan atatu selama pemberian makan lewat NGT.

Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan

Page 31: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

36

4. Kaji feses, cairan lambung, muntah darah.

Perdarahan subakut/ akut dapat terjadi dan perlu intervensi dan metode alternatif pemberian makan.

5. Kolaborasi dengan ahli gizi.

Metode yang efektif untuk memberikan kebutuhan kalori.

Gangguan pola nafas b/d obstruksi trakeobronkial, neurovaskuler, kerusakan medula oblongata.

Tidak terjadi gangguan pola nafas dengan kriteria hasil : Memperlihatkan pola nafas normal/ efektif, bebas sianosis dengan GDA dalam batas normal pasien.

1. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidakteraturan pernafasan.

Perubahan dapat menunjukan komplikasi pulmonal atau menandakan lokasi/ luasnya keterlibatan otak. Pernafasan lambat, periode apneu dapat menendakan perlunya ventilasi mekanis.

2. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan posisi miring sesuai indikasi.

Untuk memudahkan ekspansi paru dan menjegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas.

3. Anjurkan pasien untuk latihan nafas dalam yang efektif jika pasien sadar

Mencegah/ menurunkan atelektasis.

4. Auskultasi suara nafas. Perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara- suara tambahan yang tidak normal. (cracklels, ronchi dan wheezing).

Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis, kongesti atau obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan adanya infeksi paru (umumnya merupakan komplikasi pada cidera kepala).

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD, tekanan oksimetri.

Menentukan kecukupan oksigen, keseimbangan asam-basa dan kebutuhan akan terapi.

6. Berikan oksigen sesuai indikasi.

Mencegah hipoksia, jika pusat pernafasan tertekan. Biasanya dengan menggunakan ventilator mekanis jika ada gangguan pada medula oblongata.

Page 32: KONSEP TEORI Pengertian Cidera kepala merupakan proses ...digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-muhammadri-669… · adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara

37