konsep kriteria rspo minyak sawit lestari filerancangan asas dan kriteria tersebut mencakup...
TRANSCRIPT
Laporan ini disusun oleh ProForest atas nama Kelompok
Kerja Kriteria Konferensi Minyak Sawit Lestari (RSPO)
Penghargaan:
Penyusunan prinsip dan kriteria RSPO minyak sawit lestari
didanai oleh HSBC Malaysia dan Doen Foundation Negeri
Belanda
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN 1
1.1. SEKILAS MENGENAI DOKUMEN INI 5
1.2. MASALAH-MASALAH UTAMA UNTUK
DIKOMENTARI LEBIH LANJUT
6
2. PRINSIP DAN KRITERIA UNTUK MINYAK
SAWIT BERKELANJUTAN
9
3. PEDOMAN YANG DITAWARKAN UNTUK
MEMENUHI KRITERIA
4. MASALAH-MASALAH YANG MENONJOL
UNTUK DIPERHATIKAN OLEH CWG
4.1. RUANG LINGKUP PENERAPAN KRITERIA
RSPO
4.2. INTERPRESTASI NASIONAL MENGENAI
KRITERIA RSPO
4.3. VERIFIKASI TERHADAP PEMENUHAN
KRITERIA RSPO DAN KONTRROL ATAS
KALIM
APPENDIX 1: DEFINISI-DEFINISI YANG
DITAWARKAN
APPENDIX 2: SEBUAH PEDOMAN SEDERHANA
MENGENAI BEBERAPA STANDAR
INTERNASIONAL SEBAGAI REFERENSI
TAMBAHAN UNTUK KRITERIA SOSIAL
APPENDIX 3: INDIKATOR-INDIKATOR YANG
TERUKUR UNTUK KRITERIA MINYAK SAWIT
YANG BERKELANJUTAN, UNTUK MELENGKAPI
KRITERIA 8.1
1
1. Pendahuluan
Konferensi Minyak Sawit Lestari (RSPO) merupakan prakarsa
berbagai pengambil keputusan di dunia mengenai minyak sawit
lestari. Para anggota RSPO, dan para peserta dalam aktivitas-
aktivitas RSPO berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda,
yang meliputi perusahaan perkebunan, pabrikan dan pengecer
produk-produk minyak kelapa sawit, LSM lingkungan hidup dan
LSM sosial serta dari berbagai negara penghasil atau pengguna
minyak sawit. Tujuan utama RSPO adalah “untuk meningkatkan
pertumbuhan dan penggunaan minyak sawit lestari melalui
kerjasama dalam mata rantai pemasokan dan membuka dialog
antara para pengambil keputusannya.”
Konferensi Minyak Sawit Lestari yang pertama diadakan di Kuala
Lumpur pada bulan Agustus tahun 2003, yang menghasilkan
Pernyataan Bersama yang secara hukum tidak mengikat.
Pernyataan tersebut berisi, antara lain, perlu adanya definisi
yang jelas mengenai produksi minyak sawit lestari yang akan
ditetapkan melalui penyusunan seperangkat kriteria.
2
Tahap pertama proses penyusunan ini adalah dibuatnya sebuah
laporan pada bulan Maret 2004.1 Laporan ini dibuat oleh sebuah
Kelompok Teknis yang ditetapkan oleh Panitia Pelaksana
Konferensi, dan menetapkan kerangka penyusunan kriteria
beserta usulan proses penyusunan kriteria tetap.
Tahap yang kedua adalah menyusun seperangkat asas dan
kriteria tetap minyak sawit lestari. Dewan Pelaksana RSPO telah
menunjuk sebuah Kelompok Kerja Kriteria (CWG) untuk
mengawasi proses ini dan Kelompok ini terdiri dari para wakil
produsen, mata rantai pemasokan, serta kepentingan investor,
kepentingan lingkungan hidup, dan kepentingan sosial.
Rancangan asas dan kriteria tersebut mencakup aspek-aspek
hukum, ekonomi, teknik, lingkungan hidup dan sosial produksi
minyak sawit. Asas-asas dan kriteria tersebut dimaksudkan
untuk diberlakukan di seluruh dunia dan menjangkau baik
perkebunan yang sudah ada maupun yang baru akan dibuka.
1 Kerangka Rancangan Kriteria Minyak Sawit Lestari: Makalah
pembahasan untuk memulai proses penyusunan kriteria Konferensi Minyak Sawit Lestari. Maret 2004. Dapat dilihat di Website RSPO www.sustainable-palmoil.org.
3
Proses penyusunan konsep2 dirancang untuk memastikan adanya
peluang besar penyampaian masukan dari berbagai perseorangan
atau organisasi yang berkepentingan. RSPO menganggap perlu
agar asas-asas dan kriteria tersebut disusun atas dasar masukan
dari berbagai pengambil keputusan. Artinya, setiap pengambil
keputusan dapat memberikan masukan untuk asas-asas dan
kriteria tersebut.
Rancangan pertama asas-asas dan kriteria tersebut terbuka
untuk ditanggapi masyarakat mulai dari tanggal 25 November
2004 hingga 25 Januari 2005. Hal ini diikuti dengan pertemuan
kedua CWG tanggal 15 - 18 Februari 2005 di Malaysia. Tujuan
pertemuan tersebut adalah melakukan perbaikan-perbaikan
substansial dalam rangka penyusunan konsep asas, kriteria, dan
pedoman kedua, yang mencakup pertimbangan atas tanggapan
dari masyarakat yang diterima selama masa konsultasi pertama.
RSPO juga menyediakan sinopsis tanggapan-tanggapan
masyarakat.
2 Proses dan tatacara yang akan ditempuh dalam menyusun kriteria
tersebut diuraikan dalam dokumen yang berjudul Process and procedures for the development of international criteria for sustainable palm oil (Proses dan tatacara penyusunan kriteria internasional minyak sawit lestari), yang terdapat dalam website RSPO www.sustainable-palmoil.org.
4
Dokumen ini merupakan hasil pembahasan selama dan sesudah
pertemuan kedua CWG, dan merupakan Versi 2 Kriteria Konsep
RSPO Minyak Sawit Lestari. Masyarakat dapat memberi
tanggapan mereka terhadap dokumen ini hingga tanggal 25 Juli
2005.
Versi terakhir kriteria harus jelas dan dapat diterapkan. CWG
juga harus memastikan tingkat pengelolaan perkebunan yang
berterima tanpa memberikan beban yang tidak perlu atau tidak
adil kepada para pengelola perkebunan.
Pertemuan ketiga CWG dijadwalkan pada bulan September, dan
sasaran CWG adalah merampingkan Kriteria RSPO untuk
diajukan kepada Dewan Pelaksanaan.
Jika saudara ingin memberikan masukan untuk proses
ini, kirimkanlah tanggapan saudara ke alamat
[email protected] atau melalui pos kepada ProForest,
South Suite, Frewin Chambers, Frewin Court, OX1 3HZ
Oxford, UK.
Batas akhir pemberian tanggapan adalah tanggal 25 Juli
2005.
5
1.1. Sekilas mengenai dokumen ini
Dokumen ini terdiri dari bagian-bagian berikut:
• Bagian 2: Asas-asas dan Kriteria Minyak Sawit Lestari. Bagian
ini berisi rancangan asas-asas dan kriteria dan dapat
digunakan baik untuk mendapatkan gambaran sekilas
mengenai kriteria dan cara kriteria tersebut disusun atau bagi
mereka yang ingin memberikan tanggapan secara luas.
• Bagian 3: Pedoman pemenuhan kriteria. Bagian ini berisi
pernyataan kembali asas-asas dan kriteria, namun dengan
rancangan naskah pedoman rinci untuk memenuhi kriteria.
Pedoman ini dapat digunakan oleh mereka yang ingin
memberikan tanggapan-tanggapan rinci mengenai kriteria
tersebut.
• Bagian 4: Masalah-masalah yang menonjol pada CWG. Ini
mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan ruang
lingkup penerapan kriteria, interpretasi dan verifikasi secara
nasional.
• Lampiran 1: Usulan definisi beberapa istilah yang digunakan
dalam asas-asas dan kriteria tersebut.
• Lampiran 2: Asas-asas dan kriteria sosial utama dari standar
dan konvensi internasional, untuk dijadikan referensi.
6
• Lampiran 3: Usulan indikator yang dapat digunakan untuk
menunjukkan perbaikan yang terus-menerus dilakukan.
1.2. Masalah-Masalah Utama untuk Ditanggapi Lebih Lanjut
CWG sangat menyadari adanya sejumlah masalah yang perlu
banyak diperbaiki, diantaranya:
• Petani3. CWG menganggap penting untuk tidak mengabaikan
petani dari produksi minyak kelapa sawit lkyang memenuhi
asas-asas dan kriteria, dan kriteria tidak menjadi hambatan
bagi para petani yang ingin menerapkan manajemen lestari
minyak sawit dan memasok minyak sawit lestari ke pasar.
Banyak kriteria tidak dapat diberlakukan sepenuhnya kepada
para petani, atau akan sangat sulit untuk dilaksanakan oleh
para petani, dan sangat penting untuk memastikan agar
pedoman penafsiran kriteria atas dasar petani menyinggung
masalah ini. Hal ini melibatkan pertimbangan mengenai apa
yang sepantasnya diharapkan dari masing-masing petani dan
apa yang sepantasnya diharapkan dari program-program
petani dalam rangka menerapkan asas-asas dan kriteria.
Namun, pedoman untuk para petani belum cukup mendapat
perhatian. Ini mungkin karena beberapa kriteria tertentu
tidak berlaku bagi para petani, atau mungkin perlu untuk
3 Lihat Lampiran 1 mengenai usulan definisi “petani”.
7
menyusun suatu revisi kriteria untuk para petani. Pedoman di
bagian 3 memuat sejumlah usulan penafsiran kriteria yang
akan diterapkan oleh para petani. Untuk membahas masalah
ini, konsultasi yang aktif dengan organisasi petani akan
menjadi tujuan utama selama masa konsultasi masyarakat ini.
• Bagian pedoman. Telah dicapai konsensus pada pertemuan
kedua CWG mengenai perlunya dilakukan perubahan-
perubahan terhadap sebagian besar asas dan kriteria, yang
mencakup masalah-masalah yang menjadi tema sebagian besar
tanggapan masyarakat. Namun demikian, masih terdapat
kebutuhan umum untuk meningkatkan kecermatan dan
akurasi redaksi pada bagian pedoman. Disamping itu, telah
dimuat beberapa usulan untuk diterapkan oleh para petani
(lihat atas) dan penafsiran secara nasional (lihat bagian 4).
Masalah-masalah spesifik yang memerlukan pertimbangan
rinci lebih lanjut, dan karenanya sangat terbuka untuk
ditanggapi, adalah:
Keperluan-keperluan atas dokumen-dokumen tertentu yang
harus tersedia untuk masyarakat (kriteria 1.1 dan 1.2);
Keperluan-keperluan yang berhubungan dengan penggunaan
bahan kimia (kriteria 4.6);
8
Keperluan-keperluan akan indikator-indikator khusus agar
dapat dilakukan perbaikan terus-menerus (kriteria 8.1 and
Lampiran 3).
• Struktur dokumen kriteria tetap RSPO. Ada dua pilihan utama
mengenai struktur dokumen tetap. Pilihan tersebut adalah, satu
dokumen tunggal dengan tanggapan pendahuluan, asas-asas,
kriteria, pedoman dan lampiran; atau dua dokumen terpisah, satu
berisi asas-asas dan kriteria wajib, dan lainnya berisi informasi
tambahan seperti pedoman, mungkin dalam bentuk buku
petunjuk atau buku kerja.
Kesemua pertimbangan ini akan segera menjadi bagian dari tugas-
tugas utama CWG setelah masa konsultasi umum, dan oleh karena
itu diharapkan adanya usulan-usulan mengenai semua masalah ini.
2. Asas-asas dan kriteria minyak sawit lestari
Produksi minyak sawit lestari akan tergantung pada kelayakan
ekonomi, lingkungan hidup dan sosial, yang dicapai melalui:
Asas 1: Komitmen terhadap keterbukaan
Kriteria 1.1 Para produsen (growers) kelapa sawit memberikan
informasi lengkap kepada para pengambil keputusan
dalam bahasa dan bentuk yang sesuai, dan secara
9
tepat waktu, agar dapat berperanserta dengan baik
dalam pengambilan keputusan.
Kriteria 1.2 Dokumen-dokumen manajemen dapat diperoleh oleh
masyarakat umum kecuali jika dilindungi oleh
kerahasiaan komersial atau jika publikasi informasi
tersebut akan menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan hidup dan masyarakat.
Asas 2: Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
Kriteria 2.1 Patuh terhadap hukum dan peraturan setempat,
nasional maupun internasional yang telah diratifikasi.
Kriteria 2.2 Hak penggunaan lahan jelas dan tidak dalam status
sengketa.
Kriteria 2.3 Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak
mengganggu hak-hak hukum atau adat pengguna
lain, tanpa persetujuan sukarela mereka yang
diberitahukan sebelumnya.
Asas 3: Perencanaan manajemen untuk mencapai kelayakan
ekonomi dan keuangan jangka panjang
Kriteria 3.1 Produktivitas dan kualitas jangka panjang optimal
hasil panen dan produk-produk dicapai melalui
10
praktik-praktik agronomi, pengolahan dan
manajemen.
Kriteria 3.2 Praktek-praktek produsen dan pabrik pengolah cukup
optimal untuk mempertahankan produksi minyak
sawit yang bermutu tinggi.
Asas 4: Digunakannya praktik usaha yang baik oleh para
produsen dan pabrik pengolah
Kriteria 4.1 Tatacara operasi terdokumentasikan dengan baik dan
diimpelemtasikan serta dipantau secara taat asas
(konsisten).
Kriteria 4.2 Praktek-praktik mempertahankan, dan jika
memungkinkan meningkatkan, kesuburan tanah
berada pada tingkat yang dapat menjamin hasil yang
banyak dan berkelanjutan.
Kriteria 4.3 Praktek-praktik yang meminimalisasi dan
mengendalikan erosi serta degradasi tanah.
Kriteria 4.4 Praktek-praktik ditujukan pada penjagaan mutu dan
ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Kriteria 4.5 Hama, penyakit, gulma, dan spesies pengganggu lain
dapat dikendalikan dengan baik dan penggunaan
11
bahan kimia dilakukan secara optimal atas dasar
teknik Manajemen Hama Terpadu (IPM).
Kriteria 4.6 Bahan kimia (Obat) digunakan dengan cara yang tidak
membahayakan kesehatan atau lingkungan hidup.
Kriteria 4.7 Aturan keselamatan dan kesehatan kerja
dilaksanakan.
Kriteria 4.8 Semua staf, pekerja, petani dan kontraktor dilatih
dengan baik.
Asas 5: Tanggung jawab lingkungan hidup dan konservasi sumber
daya alam serta keanekaragaman hayati.
Kriteria 5.1 Dilakukan penilaian mengenai dampak lingkungan
kelapa sawit yang ditanam, baik positif maupun
negatif, dan hasilnya dimasukkan ke dalam
perencanaan manajemen serta dilaksanakan dalam
prosedur operasional.
Kriteria 5.2 Membangun pemahaman tentang spesies dan habitat
tumbuhan dan hewan yang berada di dalam dan di
sekitar areal penanaman.
12
Kriteria 5.3 Rencana dikembangkan, diimplementasikan dan
dipantau untuk menangani keragaman biota di dalam
dan di sekitar areal penanaman.
Kriteria 5.4 Limbah dimusnahkan, didaur ulang, dimanfaatkan
kembali dan dibuang dengan cara yang ramah
lingkungan dan ramah sosial.
Kriteria 5.5 Memaksimalkan efisiensi penggunaan energi dan
penggunaan energi yang terbaharukan.
Kriteria 5.6 Menghindari pembakaran untuk memusnahkan
limbah dan mempersiapkan lahan penanaman
kembali kecuali dalam situasi khusus.
Kriteria 5.7 Mengembangkan, melaksanakan dan memantau
rencana pengurangan polusi dan emisi, termasuk gas
rumah kaca.
Asas 6: Pertimbangan yang bertanggung jawab para karyawan dan
perorangan serta masyarakat yang terkena dampak dari produsen
dan pabrik pengolah.4
4 Ringkasan standar internasional yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial utama yang dicakup oleh Asas 6 terdapat dalam Lampiran 2 yang digunakan sebagai rujukan. Ringkasan ini menjadi tambahan pada bagian pedoman.
13
Kriteria 6.1 Menilai dampak sosial, baik positif maupun negatif,
dari kelapa sawit yang ditanam dan diolah, dan
memasukkan hasilnya ke dalam perencanaan
manajemen dan dilaksanakan dalam tatacara
operasional.
Kriteria 6.2 Terdapat metoda yang terbuka dan transparan
untuk melakukan komunikasi dan konsultasi antara
produsen (growers) dan/atau pabrik pengolah,
masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang
terkena dampak atau berkepentingan.
Kriteria 6.3 Terdapat sistem yang disepakati bersama dan
terdokumentasi untuk menangani keluhan dan
ketidaksetujuan, yang dilaksanakan dan diterima
oleh semua pihak.
Kriteria 6.4 Setiap negosiasi mengenai kompensasi atas
hilangnya hak hukum atau adat ditangani melalui
sebuah sistem yang terdokumentasi yang
memungkinkan penduduk pribumi, masyarakat
setempat dan para pengambil keputusan dapat
14
menyatakan pandangan mereka melalui lembaga
perwakilan mereka sendiri.
Kriteria 6.5 Majikan memastikan agar upah dan syarat kerja
memenuhi paling tidak standar hukum atau standar
industri minimum serta cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar pekerja dan memperoleh
penghasilan wajar.
Kriteria 6.6 Majikan menghargai hak semua pekerja untuk
mendirikan dan ikut dalam serikat pekerja yang
mereka pilih dan untuk menentukan posisi tawar
(bargain) mereka secara kolektif. Jika undang-
undang melarang hak kebebasan berserikat dan
menentukan posisi tawar mereka secara kolektif,
majikan memfaslitasi sarana berserikat secara
mandiri dan bebas dan penentuan posisi tawar
semua pekerja.
Kriteria 6.7 Dilarang mempekerjakan anak-anak. Anak-anak
tidak dihadapkan pada suasana kerja yang berisiko.
Anak-anak hanya boleh bekerja pada perkebunan
keluarga, dengan pengawasan orang dewasa, dan
selama tidak mengganggu program pendidikannya.
15
Kriteria 6.8 Majikan tidak boleh terlibat dalam atau mendukung
diskriminasi berdasarkan ras, kasta, asal negara,
agama, cacat tubuh, jenis kelamin, orientasi
seksual, keanggotaan serikat pekerja, afiliasi politik
atau usia.
Kriteria 6.9 Para produsen dan pabrik pengolahan berhubungan
secara baik dan terbuka dengan para petani kecil
dan pengusaha setempat.
Kriteria 6.10 Para produsen (growers) dan pabrik pengolahan
memberikan sumbangsih terhadap pembangunan
wilayah jika memungkinkan.
Asas 7: Pengembangan perkebunan baru yang
bertanggung jawab
Kriteria 7.1 Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan
yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak
sebelum melakukan penanaman atau operasi baru,
atau memperluas perkebunan yang sudah ada, dan
hasilnya dimasukkan ke dalam perencanaan,
manajemen dan operasi.
16
Kriteria 7.2 Menggunakan informasi survei tanah dan topografi
untuk perencanaan lokasi penanaman baru, dan
hasilnya dimasukkan ke dalam rencana dan operasi.
Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak [tanggal diterapkannya
kriteria RSPO] belum menggantikan hutan primer
atau setiap daerah yang mengandung satu atau
lebih Nilai-Nilai Tinggi Pelestarian [sisipkan tanggal
jika Kriteria RSPO diterapkan].
Kriteria 7.4 Dilarang mengembangkan perkebunan di dataran
yang curam, dan/atau di pinggir serta tanah yang
rapuh.
Kriteria 7.5 Tidak boleh melakukan penanaman baru di atas
tanah rakyat setempat tanpa persetujuan sukarela
yang diberitahukan sebelumnya, yang ditangani
dengan sistem terdokumentasi yang memungkinkan
penduduk pribumi, masyarakat setempat dan para
pengambil keputusan mengungkapkan pandangan-
pandangan mereka melalui lembaga-lembaga
perwakilan mereka sendiri.
Kriteria 7.6 Masyarakat setempat diberi kompensasi atas setiap
pengambilalihan lahan dan pengalihan hak yang
17
disepakati, sesuai dengan persetujuan sukarela
yang diberitahukan sebelumnya dan kesepakatan
yang telah dirundingkan.
Kriteria 7.7 Dilarang melakukan pembakaran untuk menyiapkan
penanaman baru kecuali dalam situasi khusus.
Asas 8: Komitmen terhadap peningkatan sinambung di bidang
kegiatan utama
Kriteria 8.1 Produsen (grower) secara rutin memantau dan
mengkaji ulang kegiatan-kegiatan mereka dan
mengembangkan serta melaksanakan program kerja
yang memungkinkan peningkatan nyata dan
sinambung dalam operasi-operasi utama.
18
3. Usulan Pedoman untuk memenuhi kriteria
Bagian ini berisi rancangan naskah pedoman rinci untuk memenuhi kriteria. Diakui bahwa
pedoman ini masih memerlukan banyak perbaikan baik pada isi maupun tata letaknya. Kami
sangat mengharapkan tanggapan dan usulan.
Asas 1: Komitmen terhadap transparansi
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 1.1 Para produsen
(grower) kelapa sawit memberikan
informasi lengkap kepada para
pengambil keputusan dalam bahasa
dan bentuk yang sesuai, dan secara
tepat waktu, agar peranserta dalam
pengambilan keputusan efektif.
Para produsen harus menanggapi secara konstruktif
permintaan informasi dari para pengambil keputusan.
Harus dibuat catatan mengenai semua permintaan
informasi.
Lihat kriteria 1.2 Mengenai keperluan akan dokumentasi
yang dapat diperoleh masyarakat.
Lihat juga kriteria 6.2 dan 7.3 yang berhubungan dengan
konsultasi.
Kriteria 1.2 Dokumen-dokumen
manajemen dapat diperoleh
Dokumen-dokumen yang dapat diperoleh masyarakat,
termasuk namun tidak terbatas pada:
19
masyarakat, kecuali jika dilindungi
oleh kerahasiaan komersial atau
jika pengungkapan informasi
tersebut akan memberi dampak
negatif terhadap lingkungan hidup
dan masyarakat.
• Tatacara operasional (4.1).
• Analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan
sosial (5.1, 6.1, 7.1).
• Program keanekaragaman hayati (5.3).
• Rincian keluhan (6.3).
• Tatacara negosiasi (6.4).
• Program peningkatan secara terus-menerus (8.1).
Contoh informasi komersial yang bersifat rahasia
termasuk data keuangan seperti biaya dan pendapatan,
serta data-data yang berhubungan dengan pelanggan
dan/ atau pemasok
Contoh informasi yang jika diungkapkan dapat memberi
dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan
masyarakat termasuk informasi peka mengenai spesies
langka atau tempat suci di lokasi.
Asas 2: Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
20
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 2.1 Patuh pada hukum
dan peraturan setempat, nasional dan
internasional yang telah diratifikasi
Semua aturan hukum wajib dilaksanakan oleh semua
produsen dimanapun lokasi mereka dan berapapun skala
mereka. Tidak boleh terjadi pelanggaran terhadap peraturan
hukum yang berkenaan. Peraturan yang berkenaan
termasuk, namun tidak terbatas pada, peraturan mengenai
masa pakai lahan dan hak-guna pakai, tenaga kerja, praktek
pertanian (misalnya penggunaan anti hama), lingkungan
hidup (misalnya undang-undang satwa yang dilindungi,
undang-undang polusi, pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan). Peraturan yang berkenaan juga termasuk
undang-undang yang dibuat sesuai dengan kewajiban negara
terhadap hukum atau konvensi internasional (misalnya
Konvensi mengenai Keragaman Hayati, CBD).
Sistem yang digunakan untuk memahami dan melaksanakan
hukum harus sesuai dengan skala organisasi. Pada
umumnya diharapkan agar para produsen besar mempunyai
sistem dokumentasi yang baik, termasuk informasi tertulis
mengenai persyaratan hukum, mekanisme untuk
memastikan agar peraturan-peraturan hukum tersebut
21
dilaksanakan dan setiap perubahannya diketahui. Untuk
para produsen kecil, yang menjadi perhatian adalah agar
para produsen memiliki cukup pengetahuan mengenai
persyaratan hukum utama dan melaksanakannya.
Untuk interprestasi setempat, semua peraturan yang
berkenaan harus diidentifikasi, dan terutama persyaratan
yang penting. Di beberapa negara produsen terdapat
kontradiksi dan inkonsistensi antara peraturan-peraturan
sehingga yang tidak memungkinkan dipatuhinya peraturan
hukum secara penuh. Harus ada pedoman mengenai cara
para manajer mengatasi hal ini.
Kriteria 2.2 Hak untuk
menggunakan lahan dapat dibuktikan
dan tidak dalam status sengketa
Hak para produsen atas lahan yang digunakan harus jelas.
Hal ini harus ditunjukkan dengan bukti kepemilikan atau
hak pakai, seperti dokumen yang menunjukkan kepemilikan
atau bukti sewa yang sah, riwayat jangka waktu penggunaan
lahan dan penggunaan lahan sebenarnya secara sah.
Jika terjadi perselisihan, mungkin juga diperlukan informasi
tambahan sebagai bukti perolehan hak secara sah dan
kompensasi wajar kepada pemilik dan pengguna
sebelumnya.
22
Tidak boleh terdapat sengketa lahan yang berat, kecuali
persyaratan proses penyelesaian sengketa yang berlaku
sudah dipenuhi (kriteria 6.3 dan 6.4).
Untuk interprestasi setempat, harus diidentifikasi setiap hak
adat penggunaan lahan atau perselisihan yang mungkin
berkaitan.
Kriteria 2.3 Penggunaan lahan
untuk kelapa sawit tidak mengganggu
hak hukum dan adat para pengguna
lain, tanpa persetujuan sukarela
mereka sebelumnya.
Jika kemungkinan terdapat hak lain, produsen harus
menunjukkan bahwa hak-hak tersebut telah diketahui dan
tidak terancam atau berkurang. Kriteria ini harus
dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kriteria 6.4.
Kriteria ini memungkinkan dilakukannya penjualan dan
diadakannya kesepakatan untuk memberikan kompensasi
kepada para pengguna lahan sebelumnya karena hilangnya
keuntungan dan/atau lepasnya hak.
Untuk interprestasi setempat, harus diidentifikasi, setiap
situasi yang umum dihadapi.
Lihat definisi hak adat (lihat ‘ Usulan definisi’ dalam
Lampiran 1).
23
Asas 3: Perencanaan pengelolaan yang bertujuan mencapai kelayakan ekonomi dan
keuangan jangka panjang. Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 3.1 Produktivitas dan
kualitas jangka panjang optimal
hasil perkebunan dan produk-
produk dicapai melalui praktik
agronomi, pengolahan dan
manajemen.
Dokumen perencanaan manajemen harus konsisten
dengan optimalisasi jangka panjang produktivitas dan
kualitas produk. Optimalisasi produktivitas termasuk
perkembangan sosial dan lingkungan hidup, sebagaimana
yang disyaratkan kiteria RSPO.
Jika telah diketahui bahwa rentabilitas jangka panjang
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di luar
kekuasaan langsung mereka, para manajer harus mampu
menunjukkan perhatian mereka terhadap kelayakan
ekonomi dan finansial melalui perencanaan pengeloaan
jangka panjang.
Praktek-praktek untuk mencapai produktivitas jangka
panjang harus termasuk hal-hal berikut ini:
• Bibit harus bermutu tinggi, dan dibeli dari sumber
terpercaya. Produsen harus harus mencatat nama
24
pemasok, nomor batch dan tingkat perkecambahan,
serta rincian mengenai setiap persilangan jika dipasok
oleh penjual.
• Pengelolaan pembibitan harus termasuk pelaksanaan
program Penanganan Hama Terpadu (IPM), penggunaan
air yang berwawasan lingkungan (termasuk
perlindungan terhadap sumber air yang digunakan
untuk irigasi dan menghindari polusi) serta mencegah
polusi atau degradasi tanah. Hindari penggunaan
humus dari hutan atau area vegetasi alam lain dalam
pembibitan.
Para produsen harus memiliki sebuah sistem peningkatan
praktek-praktek sejalan dengan informasi dan teknik-
teknik baru. Untuk program petani, pimpinan program
diharapkan dapat memberi para anggotanya informasi
mengenai peningkatan-peningkatan yang signifikan.
Kriteria 3.2 Produsen dan
pabrik pengolah mempertahankan
produksi minyak sawit bermutu
tinggi secara cukup optimal.
Persyaratan pasar mengenai kualitas harus dipenuhi
dengan:
• Pengiriman buah secara cepat untuk menekan
penurunan mutu.
25
• Meminimalisasi zat pencemar dan residu.
• Operasi penggilingan/pengolahan yang tepat.
• Penyimpanan dan penanganan yang tepat.
Asas 4: Pengunaan praktik terbaik tepat guna oleh para produsen dan pabrik pengolah
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 4.1 Tatacara operasi
didokumentasikan dengan baik &
dilaksanakan serta dipantau
secara konsisten
Tatacara yang didokumentasikan harus mencakup semua
kegiatan yang dijelaskan dalam kriteria 4.2 – 4.8. Para
produsen harus memiliki mekanisme untuk memeriksa
konsistensi pelaksanaan tatacara. Harus ada catatan
mengenai hasil-hasil yang terukur jika perlu, untuk
menunjukkan peningkatan sinambung. Lihat kriteria 8.1.
Untuk interprestasi setempat, aturan nasional mengenai
praktik atau Praktik Manajemen Terbaik (BMP) harus
dijadikan acuan.
Untuk petani perseorangan, praktik kerja harus konsisten
dengan tatacara terdokumentasi yang disediakan oleh
26
Kriteria Usulan Pedoman
pelanggan atau organisasi petani. Pemantauan dan
pembuatan catatan akan lebih diutamakan lagi.
Kriteria 4.2 Praktek
mempertahankan, dan jika
memungkinkan meningkatkan,
kesuburan tanah pada tingkat
yang dapat menjamin diperolehnya
hasil yang banyak dan
berkelanjutan.
Kesuburan jangka-panjang akan tergantung pada
pemeliharaan struktur tanah, kandungan organik, status
zat hara dan kesehatan mikrobiologis tanah. Hal ini dapat
termasuk praktek-praktek berikut:
• Memelihara kandungan organik tanah jangka panjang;
• Meminimalisasi masa kegundulan tanah;
• Pengeringan atau pemecahan;
• Meminimalisasi pembakaran (lihat kriteria 5.6 dan 7.7)
• Mengawasi pemadatan tanah;
• Mengatur pH tanah;
• Mengatur salinitas tanah;
• Mengembalikan zat hara ke tanah (tandan kosong,
limbah, lumpur batang pohon);
• Memperbaiki Nitrogen dengan kacang-kacangan;
• Menentukan kebutuhan pupuk atas dasar analisis
tanah dan daun, perhitungan eksperimentasi lapangan
27
Kriteria Usulan Pedoman
dan daur ulang elemen. Dosis tidak boleh berlebihan.
Para petani harus mampu menunjukkan bahwa mereka
memahami teknik-teknik yang diperlukan untuk
mempertahankan kesuburan tanah dan bahwa semua
teknik tersebut telah dijalankan.
Interprestasi setempat harus mengidentifikasi teknik-
teknik yang tepat guna.
Kriteria 4.3 Praktek-praktek
penekanan dan pengendalian erosi
dan penurunan mutu tanah.
Harus ditempuh teknik-teknik untuk menekan erosi
tanah. Hal ini dapat termasuk praktek-praktek seperti:
• Perencanaan dan pelaksanaan pembersihan lahan
untuk mempekecil erosi (misalnya, dengan melakukan
penanaman di bagian bawah atau membatasi ukuran
masing-masing blok tanam jika memungkinkan).
• Memastikan adanya cukup tanaman penutup dan
menghindari penyemprotan hebrisida yang berlebihan.
• Melakukan praktek-praktek irigasi yang dirancang dan
dilaksanakan untuk menekan erosi.
• Mengatasi erosi jika perlu, yang termasuk pembuatan
teras jika memungkinkan.
28
Kriteria Usulan Pedoman
• Merancang-bangun dan memelihara jalan dengan baik.
• Menghindari penanaman di bidang yang curam atau
tanah yang amat mudah tererosi.
• Mempertahankan wilayah tepian curam untuk menekan
erosi pinggiran sungai.
• Setelah menebang pohon-pohon lama, sisa-sisa
tanaman yang masih ada di tempat dengan risiko risiko
erosi penting untuk dipertahankan atau tanaman
penutup atau tanaman rotasi harus ditanam. Dilarang
membakar untuk menghilangkan sisa tanaman (lihat
kriteria 5.6).
Para petani harus dapat menunjukkan bahwa mereka
memahami teknik-teknik yang diperlukan untuk menekan
erosi tanah dan bahwa teknik-teknik tersebut sedang
dilaksanakan.
Interprestasi setempat harus mengacu pada pedoman
nasional, dan mengidentifikasi praktek-praktek terbaik
pengelolaan serta teknik-teknik yang sesuai untuk
memelihara kualitas tanah di lokasi setempat, termasuk
29
Kriteria Usulan Pedoman
pedoman mengenai jenis tanah, dan setiap ambang kinerja
yang tepat, seperti kemiringan maksimum yang dapat
diterima untuk penanaman.
Kriteria 4.4 Praktek-praktek
bertujuan untuk menjaga kualitas
dan ketersediaan air permukaan
dan air tanah
Para produsen harus memahami pengaruh-pengaruh
penggunaan air oleh mereka dan pengaruh-pengaruh
kegiatan mereka pada sumber daya air setempat. Praktek-
praktek tersebut dapat termasuk:
• Penggunaan rencana pengelolaan air, dengan mengingat
efisiensi penggunaan dan keterbaharuan sumber-
sumber air.
• Memastikan agar penggunaan air tidak menimbulkan
dampak yang merugikan terhadap ketersediaan air
tersebut bagi para pemakai di bagian hilir.
• Perlindungan aliran air, tanah sawah dan rawa, yang
termasuk menjaga wilayah penopang tepian tebing di
sepanjang badan air.
• Menghindari kontaminasi air permukaan dan air tanah
melalui aliran permukaan tanah, zat hara atau bahan-
bahan kimia, atau sebagai akibat pembuangan limbah
30
Kriteria Usulan Pedoman
secara tidak tepat.
• Penanganan limbah pabrik secara tepat dan
pemantauan rutin terhadap kualitas limbah, yang harus
memenuhi peraturan nasional.
Interprestasi setempat harus mengacu pada pedoman
nasional atau praktek-praktek terbaik dan jika
memungkinkan ambang batas kinerja persyaratan seperti
ukuran dan lokasi jalur tepian tebing atau tingkat aliran
permukaan maksimum yang dapat diterima.
Kriteria 4.5 Hama, penyakit,
rumput, dan spesies pengganggu
lain ditangani secara efektif dan
penggunaan bahan kimia
dioptimalkan dengan
menggunakan teknik Pengelolaan
Hama Terpadu (IPM).
Para produsen harus menerapkan teknik-teknik IPM yang
diakui, dengan memasukkan metoda-metoda budi daya,
biologis, mekanis atau fisik untuk menekan penggunaan
bahan kimia:
• Harus ada program untuk memantau hama dan
penyakit.
• Penanganan hama tanpa bahan kimia harus lebih
diutamakan dampak penangangan hama dengan
menggunakan bahan kimia. Perlindungan tanaman
terhadap hama, penyakit, dan rumput harus dilakukan
31
Kriteria Usulan Pedoman
dengan menggunakan pestisida yang tepat seminimum
mungkin. Spesies hewan yang secara sah dilindungi
yang mungkin mematikan atau merusak kelapa sawit
harus ditangani dengan cara yang tidak merusak
(misalnya pagar beraliran listrik, pengusiran, suara
keras, dan lain-lain).
• Penggunaan bahan kimia dibenarkan. Harus dilakukan
upaya-upaya untuk memilih pestisida dengan kadar
racun rendah. Harus dibuat catatan mengenai
penggunaan pestisida (meliputi bahan aktif yang
digunakan, area yang ditangani, jumlah yang digunakan
per hektar dan jumlah penyemprotan), sebagai dasar
untuk merencanakan pengurangan penggunaan bahan
kimia.
• Harus digunakan produk-produk khusus untuk hama,
rumput atau penyakit sasaran dan dengan dampak
minimal terhadap spesies non-sasaran jika ada. Rotasi
pestisida harus dilakukan jika memungkinkan untuk
menghindari terjadinya kekebalan.
32
Kriteria Usulan Pedoman
Interprestasi setempat harus memberikan pedoman lebih
lanjut mengenai Praktek-praktek yang paling tepat guna
untuk sebuah negara tertentu, dan jika perlu, mengenai
Praktek-praktek yang tepat guna untuk produksi skala
kecil.
Kriteria 4.6 Bahan kimia
harus digunakan dengan cara yang
tidak membahayakan kesehatan
atau lingkungan hidup.
Penggunaan bahan kimia harus diatur dengan tepat
melalui Praktek-praktek yang tepat guna yang harus
mencakup:
• Pemilihan pestisida dengan memperhatikan risiko
terhadap lingkungan hidup dan kesehatan. Hal ini
harus termasuk penggunaan anggaran untuk masalah
keracunan, daftar “tidak boleh digunakan” dan/atau
cara lain untuk menekan kemungkinan timbulnya
dampak.
• Harus ada rencana pengurangan penggunaan pestisida
jika memungkinkan, dan memantau penggunaan dan
dampak-dampak sebenarnya. Rencana ini harus
memusatkan perhatian pada pengurangan dan/atau
penghapusan penggunaan bahan kimia atas dasar
33
Kriteria Usulan Pedoman
parameter seperti tingkat persistensi, kadar racun atau
biomagnifikasi.
• Mengembangkan metoda-metoda penggunaan,
penanganan, pelatihan, pengendalian, pengawasan,
penyimpanan dan pembuangan yang tepat guna demi
tercapainya praktek yang aman. Bahan kimia hanya
boleh digunakan oleh orang yang memenuhi syarat yang
telah mendapat pelatihan yang sesuai dan harus selalu
digunakan sesuai dengan label produk. Harus tersedia
dan digunakan peralatan pengaman. Lihat juga kriteria
4.7 mengenai keselamatan dan kesehatan.
• Harus dilakukan upaya-upaya untuk menggunakan
pestisida dengan metoda yang dapat menekan risiko
dan dampak. Harus diambil tindakan pencegahan
khusus jika pestisida disemprotkan dari udara agar
pestisida tidak terbang ke badan air (sumber mata air,
sungai, dan lain-lain), vegetasi alami, pemukiman
penduduk dan lahan lain.
• Para produsen (kecuali petani perseorangan) dan/atau
34
Kriteria Usulan Pedoman
pemasok harus mampu menunjukkan hasil uji residu.
• Limbah harus dibuang dengan benar, atas dasar
program khusus pengelolaan bahan kimia (pestisida)
yang benar-benar dipahami oleh para pekerja dan
manajer. Lihat juga kriteria 5.4 mengenai pembuangan
limbah.
Interprestasi setempat harus mempertimbangkan:
peraturan resmi mengenai penggunaan pestisida, daftar
agrokimia yang dilarang, residu agrokimia yang harus
diuji, dan tingkat residu yang tepat, serta praktek
penanganan terbaik penggunaan pestisida atau sumber-
sumber informasi mengenai semua hal ini.
Kriteria 4.7 Persyaratan
Kesehatan dan keselamatan kerja
dilaksanakan.
Para produsen dan pabrik pengolah harus memastikan
agar tempat kerja, mesin, peralatan dan proses yang
mereka jalankan aman dan tidak mengandung risiko
terhadap kesehatan. Mereka harus memastikan agar zat-
zat dan bahan-bahan kimia, fisik, dan biologis yang
mereka gunakan tidak mengandung risiko terhadap
kesehatan jika digunakan secara benar. Harus diciptakan
35
Kriteria Usulan Pedoman
sebuah lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk
semua pekerja baik pegawai perkebunan maupun
kontraktor. Hal ini termasuk:
• Kebijakan kesehatan dan keselamatan, yang
dilaksanakan dan dipantau.
• Semua operasi yang mengandung risiko masalah
kesehatan dan keselamatan telah dinilai dan telah
dibuat dan dilaksanakan tatacara penanganan masalah-
masalah yang teridentifikasi tersebut. Semua tindakan
pencegahan yang menyertai produk harus diperhatikan
dengan baik dan diterapkan kepada para pekerja.
• Semua pekerja yang terlibat dalam operasi telah cukup
terlatih dengan Praktek-praktek kerja aman (lihat juga
kriteria 4.8). Harus cukup tersedia perlengkapan
pelindung untuk para pekerja di tempat kerja mereka
untuk mengatasi semua operasi yang mengandung
risiko, seperti penggunaan pestisida, pembukaan lahan,
pemanenan dan jika digunakan, pembakaran.
• Menyimpan semua bahan kimia di tempat yang aman
36
Kriteria Usulan Pedoman
dan terkunci, yang dapat mencegah tumpahan secara
tidak sengaja. Harus ada catatan persediaan bahan
kimia di tempat penyimpanan dan diperbaharui jika
bahan tersebut digunakan. Semua wadah bahan kimia
harus dibuang dengan benar dan tidak digunakan
untuk tujuan lain (lihat kriteria 5.4).
• Harus terdapat tatacara penanggulangan kecelakaan
serta keadaan darurat dan petunjuk harus dapat
dipahami dengan jelas oleh semua pekerja. Tatacara
penanggulangan kecelakaan harus tersedia dalam
bahasa angkatan kerja. Para pekerja yang diberi
pelatihan P3K harus berada di lapangan maupun lokasi
operasi lain dan harus tersedia perlengkapan P3K di
tempat kerja. Harus dibuat catatan mengenai semua
kecelakaan yang harus dikaji ulang secara berkala.
Para pekerja harus dilindungi dengan asuransi
kecelakaan.
Untuk petani perseorangan, dapat dilakukan pendekatan
yang lebih informal dalam pembuatan dokumentasi dan
37
Kriteria Usulan Pedoman
catatan, asalkan praktek-praktek kerja untuk semua
pekerja aman.
Untuk Interprestasi setempat, harus diidentifikasi dan
digunakan semua peraturan hukum bersamaan dengan
setiap pedoman setempat atau nasional mengenai praktek
kerja yang aman dalam bidang pertanian. Penting juga
untuk mengidentifikasi apa yang merupakan operasi yang
berbahaya dalam wacana setempat.
Kriteria 4.8 Semua staf,
pekerja, petani dan kontraktor
dilatih dengan baik
Para produsen dan pabrik pengolah harus memberikan
pelatihan kepada semua staff, pekerja dan kontraktor agar
mereka dapat melaksanakan pekerjaan dan tanggung
jawab mereka sesuai dengan tatacara yang telah dibuat,
dan sesuai dengan asas-asas dan kriteria.
Perusahaan yang besar harus memiliki program pelatihan
resmi yang meliputi penilaian rutin mengenai kebutuhan
pelatihan dan dokumentasi program. Harus ada catatan
pelatihan untuk masing-masing pekerja.
Para pekerja yang bekerja pada lahan petani juga
memerlukan cukup pelatihan dan keterampilan dan hal ini
38
Kriteria Usulan Pedoman
dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan oleh
produsen dan pabrik pengolah yang membeli buah dari
mereka, oleh organisasi petani, atau bekerjasama dengan
lembaga dan organisasi lain. Untuk petani, tidak
diperlukan catatan pelatihan namun setiap orang yang
bekerja di perkebunan harus cukup mendapat pelatihan
mengenai pekerjaan yang mereka lakukan.
Untuk keperluan setempat, harus diidentifikasi kualifikasi
pelatihan kerja yang tepat guna.
Asas 5: Tanggung jawab lingkungan hidup dan pelestarian sumber daya alam serta
keanekaragaman hayati
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 5.1 Dilakukan
penilaian mengenai dampak positif
maupun negatif kelapa sawit
Penilaian dampak terhadap lingkungan hidup dapat
beragam mulai dari Analisis Dampak Lingkungan
(ANDAL) mandiri melalui penilaian internal formal yang
39
Kriteria Usulan Pedoman
terhadap lingkungan hidup dan
hasilnya dimasukkan ke dalam
perencanaan pengelolaan serta
dilaksanakan dalam tatacara
operasional.
dilakukan oleh produsen, hingga penilaian relatif
mengenai dampak-dampak yang mungkin timbul yang
diadakan oleh petani. Tingkat formalitas dan
kemandirian yang tepat bergantung pada peraturan
hukum, ukuran operasi dan wacana setempat.
Penilaian tersebut di atas harus mencakup dampak
terhadap tanah, air, udara, keragaman hayati dan orang,
baik di dalam maupun di luar lokasi. Jika aktivitas,
teknik-teknik atau operasi dapat berubah dari waktu ke
waktu, penilaian atas dampak-dampaknya perlu
diperbaharui seperlunya.
Kemungkinan dampak terhadap lingkungan hidup yang
akan termasuk kegiatan-kegiatan seperti:
• membangun jalan baru, pabrik pengolahan atau
prasarana lain.
• membuat sistem pembuangan saluan air hujan atau
irigasi.
• penanaman kembali atau perluasan areal penanaman.
• pembuangan limbah pabrik
40
Kriteria Usulan Pedoman
Jika hasil analisis dampak lingkungan mengharuskan
adanya perubahan Praktek-praktek yang ada, untuk
mengurangi atau mengatasi dampak negatif parah,
harus disusun jadwal perubahan.
Untuk program petani, pimpinan program bertanggung
jawab untuk melakukan analisis dampak lingkungan
dan merencanakan dan bekerja sesuai dengan hasil-
hasilnya. Para petani perseorangan tidak diminta untuk
melakukan analisis formal dampak lingkungan (kecuali
ditentukan demikian oleh peraturan hukum) namun
harus memiliki pemahaman yang baik mengenai
kemungkinan dampak negatif aktivitas-aktivitas mereka
dan teknik-teknik pengurangan dampak yang tepat
guna.
Interprestasi setempat harus mempertimbangkan setiap
persyaratan hukum nasional beserta setiap masalah lain
yang tidak ditetapkan undang-undang namun tidak
kalah pentingnya.
Kriteria 5.2 Memahami spesies Untuk menganalisis dampak-dampak lingkungan
41
Kriteria Usulan Pedoman
dan habitat tumbuhan dan hewan
yang berada di dalam dan di sekitar
areal yang ditanami
(kriteria 5.1) dan menyusun rencana pengelolaan
keanekaragaman hayati (kriteria 5.3), harus ada
sejumlah informasi dasar. Informasi tersebut harus
merupakan kesatuan yang meliputi baik areal
perkebunan itu sendiri maupun pertimbangan rona
lingkungan yang lebih luas (seperti daerah suaka
margasatwa):
• Adanya areal-areal yang dilindungi dapat banyak
terkena pengaruh dari produsen atau pabrik
pengolahan.
• Status konservasi (misalnya status IUCN),
perlindungan hukum, status kependudukan dan
peraturan habitat spesies-spesies yang langka,
terancam, hampir punah dan endemis, yang dapat
secara signifikan terkena dampak dari produsen atau
pabrik pengolahan.
• Identifikasi atas habitat dan ekosistem langka, dan
terancam yang dapat secara signifikan terkena
dampak dari produsen atau pabrik pengolahan.
42
Kriteria Usulan Pedoman
Pengumpulan informasi ini harus termasuk pemeriksaan
catatan biologi yang ada, dan konsultasi dengan
departemen pemerintah yang terkait serta LSM yang
berkepentingan jika perlu. Sesuai dengan jumlah
informasi yang tersedia, mungkin diperlukan sejumlah
kerja lapangan tambahan dengan menggunakan teknik-
teknik seperti analisis keragaman hayati secara cepat.
Produsen atau pabrik pengolahan mungkin perlu
bantuan tenaga ahli. Sumber-sumber informasi yang
tepat guna termasuk data tentang spesies terancam dari
pemerintah maupun sumber internasional (’daftar data
merah’), peraturan perlindungan margasatwa nasional,
pihak yang bertanggung jawab atas wilayah-wilayah dan
spesies-spesies yang dilindungi, atau LSM yang terkait.
Untuk petani perseorangan, pemahaman mendasar
mengenai setiap masalah pelestarian, spesies, atau
habitat setempat sudah memadai.
Untuk interprestasi setempat, setiap informasi berkaitan
yang ada seperti data spesies umum, penelitian dari
43
Kriteria Usulan Pedoman
areal perkebunan dan ‘daftar merah’ spesies langka
setempat maupun nasional, harus dijadikan rujukan.
Kriteria 5.3 Rencana
penanganan keragaman hayati di
dalam dan di sekitar areal yang
ditanami dikembangkan,
dilaksanakan dan dipantau.
Harus dibuat perencanaan dari informasi yang
dikumpulkan (kriteria 5.2), dan harus:
• dipastikan agar setiap peraturan hukum yang
berhubungan dengan perlindungan terhadap setiap
bagian vegetasi alami atau perlindungan dan
pengelolaan spesies yang terdaftar dalam peraturan
nasional dan setempat telah dipenuhi.
• memastikan langkah-langkah pencegahan kerusakan
atau penurunan mutu habitat, termasuk
perlindungan terhadap wilayah tepian tebing, lereng
curam, potongan tanaman alami, penyisihan wilayah
konservasi/wilayah cadangan dan wilayah yang
memiliki nilai konservasi tinggi.
• mencakup langkah-langkah untuk meningkatkan
habitat, terutama wilayah marjinal seperti daerah
tepian tebing, koridor yang menghubungkan daerah
vegetasi alami, perluasan area vegetasi alamiah yang
44
Kriteria Usulan Pedoman
ada atau area-area yang sebelumnya ditanami namun
kemudian diketahui tidak sesuai (misalnya lereng
yang curam) dan lokasi-lokasi lain yang tidak
produktif (misalnya dataran rendah basah, tanah
ujung atau daerah yang tanahnya tidak sehat)
• mempertimbangkan perlunya mengendalikan setiap
perburuan, pemancingan, atau kegiatan pengumpulan
secara liar atau tidak tepat; dan menyusun langkah-
langkah yang bertanggung jawab untuk mengatasi
konflik antara manusia dan margasatwa (misalnya
serangan gajah).
Untuk petani perseorangan, adanya rencana lisan tidak
resmi mungkin sudah memadai.
Interprestasi setempat harus mengindentifikasi setiap
indikator relevan dan ambang batas kinerja, seperti
apakah harus ada proporsi minimum kepemilikan lahan
yang harus dikelola untuk keperluan keanekaragaman
hayati.
Kriteria 5.4 Limbah dikurangi, Langkah-langkah untuk menekan limbah harus
45
Kriteria Usulan Pedoman
didaur ulang, di manfaatkan kembali
dan dibuang dengan cara yang
ramah lingkungan dan ramah sosial.
mencakup:
• Identifikasi sumber-sumber limbah dan polusi.
• peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya
(misalnya, mencapai efisiensi ekstraksi yang tinggi
untuk mengurangi minyak dalam EFB (tandan kosong
dan limbah cair) dan daur-ulang limbah sebagai zat
hara (misalnya EFB) atau mengubahnya menjadi
produk bernilai tambah (misalnya melalui program
pakan ternak).
• Pembuangan bahan kimia berbahaya beserta
wadahnya secara tepat guna. Sisa wadah bahan kimia
harus dibuang atau dibersihkan dengan cara yang
ramah lingkungan dan ramah sosial (misalnya
dikembalikan kepada penjual atau dicuci
menggunakan metode tiga kali pembilasan), sehingga
tidak membawa risiko pencemaran terhadap sumber
air atau terhadap kesehatan manusia. Petunjuk
pembuangan pada kemasan pabrik harus dipatuhi.
Untuk para petani pendekatan yang dilakukan dapat
46
Kriteria Usulan Pedoman
lebih tidak resmi sepanjang hasilnya dapat diterima.
Interprestasi setempat dapat mencakup, jika perlu:
rincian mengenai setiap undang-undang atau kebijakan
nasional yang berkenaan, daftar limbah yang harus
diperhatikan, setiap cara pembuangan yang tidak
dibenarkan (misalnya limbah yang belum diolah tidak
boleh langsung dibuang ke badan air), pedoman praktek
terbaik yang ada mengenai daur ulang dan penggunaan
ulang zat hara, pengelolaan kolam limbah, peningkatan
efisiensi ekstraksi pabrik pengolahan dan cara
pembuangan limbah yang tepat guna, serta setiap cara
yang tepat guna untuk zat hara dalam EFB dan
mengembalikan limbah kepada petani dari pabrik yang
mengolah buah mereka.
Kriteria 5.5 Memaksimalkan
efisiensi penggunaan energi dan
menggunakan energi yang
terbaharukan.
Produsen dan pabrik pengolahan harus menilai energi
yang digunakan untuk operasi mereka dan efisiensi
energi pada operasi mereka. Harus diidentifikasi
langkah-langkah untuk memaksimalkan efisiensi
penggunaan bahan bakar dan sumber-sumber energi
47
Kriteria Usulan Pedoman
yang terbaharui jika memungkinkan (misalnya sabut dan
batok kelapa).
Kriteria 5.6 Dilarang melakukan
pembakaran untuk memusnahkan
limbah dan membuka lahan untuk
penanaman kembali kecuali dalam
keadaan khusus.
Api hanya boleh digunakan jika hasil analisis
menunjukkan bahwa api adalah pilihan yang paling
efektif dan paling sedikit menimbulkan kerusakan
lingkungan untuk menekan risiko penyebaran hama dan
penyakit, serta dengan bukti bahwa cara pembakaran
tersebut dapat dikendalikan dengan baik.
Para produsen harus mematuhi ‘Pedoman untuk
pelaksanaan kebijakan ASEAN mengenai tidak ada
pembakaran’, atau pedoman sejenis di tempat lain.
Para petani telah menunjukkan bahwa kecil
kemungkinan api yang mereka gunakan akan
menyebabkan kebakaran yang tidak terkendali, sehingga
boleh menggunakan api sepanjang selalu waspada
terhadap keselamatan. Mungkin diperlukan program
penyuluhan/pelatihan bagi para petani.
Kriteria 5.7 Rencana untuk
mengurangi polusi dan emisi,
Harus dilakukan analisis atau kegiatan-kegiatan yang
menimbulkan polusi, termasuk emisi gas,
48
Kriteria Usulan Pedoman
termasuk gas rumah kaca dapat
dikembangkan, dilaksanakan dan
dipantau.
partikulat/emisi jelaga dan limbah cair. Rencana untuk
mengurangi polusi dan emisi harus dikembangkan dan
dilaksanakan dan perkembangan pelaksanaan rencana
ini harus dipantau secara rutin.
Asas 6: Pertimbangan yang bertanggung jawab atas semua pekerja dan perseorangan serta
masyarakat yang terkena dampak dari produsen dan pabrik pengolahan5.
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 6.1 Dilakukan analisis
mengenai dampak sosial, baik
positif maupun negatif, dari
penanaman kelapa sawit dan
pengolahan sawit dan hasilnya
dimasukkan ke dalam perencanaan
Analisis mengenai dampak sosial dapat dilakukan oleh
tenaga ahli mandiri atau secara internal oleh produsen
sesuai dengan keadaan. Tingkat formalitas dan
kemandirian yang tepat akan bergantung pada
peraturan hukum, ukuran operasi dan wacana setempat.
Analisis ini harus cukup untuk memastikan agar semua
5 Ringkasan standar internasional yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial utama yang dicakup oleh Asas 6 termasuk di dalam Lampiran-lampiran, untuk keperluan rujukan. Ringkasan ini menjadi pelengkap bagian pedoman.
49
Kriteria Usulan Pedoman
pengelolaan serta dilaksanakan
dalam tatacara operasional.
dampak sebenarnya dan potensial (baik positif maupun
negatif) telah teridentifikasi. Analisis ini termasuk
cukup dipertimbangkannya dampak-dampak terhadap
hak adat atau tradisional masyarakat setempat dan
penduduk asli, jika ada (lihat juga kriteria 2.3 dan 6.4).
Jika aktivitas, teknik atau operasi berubah dari waktu
ke waktu, analisis dampak perlu diperbaharui
sebagaimana diperlukan.
Jika hasil analisis dampak menunjukkan perubahan
pada praktek yang ada untuk mengurangi atau
menurunkan dampak negatif yang berat, perlu disusun
jadwal perubahan.
Karena dampak sosial biasanya bergantung pada kondisi
sosial, keperluan nasional harus mengidentifikasi
masalah-masalah penting, dan metodologi-metodologi
untuk mengumpulkan data dan menggunakan hasil-
hasilnya.
Jika perkebunan memiliki program produsen luar,
dampak program tersebut dan implikasi cara
50
Kriteria Usulan Pedoman
pengelolaannya harus mendapat perhatian khusus.
Petani perseorangan tidak perlu melakukan analisis
dampak sosial secara resmi.
Kriteria 6.2 Terdapat metoda
yang terbuka dan transparan untuk
melakukan komunikasi dan
konsultasi antara produsen
dan/atau pabrik pengolahan,
masyarakat setempat dan pihak-
pihak lain yang terkait atau
berkepentingan
Praktek-praktek komunikasi dan konsultasi harus
mencakup:
• Tatacara konsultasi dan komunikasi yang
terdokumentasi.
• Seorang manajer yang ditunjuk yang bertanggung
jawab atas masalah-masalah ini.
• Pembuatan daftar para pengambil keputusan, catatan
mengenai semua komunikasi dan catatan mengenai
langkah-langkah yang diambil sebagai reaksi
terhadap masukan dari para pengambil keputusan.
Keputusan bahwa produsen atau pabrik pengolahan
harus membuat perencanaan yang jelas, agar
masyarakat setempat dan para pihak lain yang
berkepentingan memahami tujuan komunikasi dan/atau
konsultasi.
51
Kriteria Usulan Pedoman
Mekanisme komunikasi dan konsultasi harus dirancang
bersama dengan masyarakat setempat dan pihak-pihak
lain yang terkait atau berkepentingan. Harus
dipertimbangkan penggunaan mekanisme setempat yang
sudah ada. Harus dipertimbangkan keberadaan/formasi
forum para pengambil keputusan dari berbagai instansi.
Komunikasi juga harus memperhatikan akses yang
berbeda terhadap informasi mengenai wanita
dibandingkan dengan pria, kepala desa dibandingkan
dengan pekerja harian, kelompok masyarakat yang baru
dan yang lama, dan berbagai kelompok suku bangsa
yang berbeda.
Interprestasi lokal harus mempertimbangkan masalah-
masalah seperti jenjang konsultasi yang tepat guna dan
jenis organisasi atau perseorangan yang harus
dilibatkan.
Pihak ketiga, seperti kelompok masyarakat yang tidak
berpihak, LSM, atau pemerintah (atau gabungan dari
ketiganya) harus menjembatani program dan masyarakat
52
Kriteria Usulan Pedoman
petani, dan pihak-pihak lain jika perlu, dalam
komunikasi ini.
Kriteria ini tidak berlaku pada petani perseorangan.
Kriteria 6.3 Terdapat sistem
yang disepakati bersama dan
terdokumentasi untuk menangani
komplain dan keluhan, yang
dilaksanakan dan diterima oleh
semua pihak.
Dasar dari sistem yang terdokumentasi adalah untuk
menyelesaikan perselisihan secara berhasilguna, tepat
waktu dan tepat guna. Proses untuk menyelesaikan
perselisihan maupun hasil-hasilnya harus
didokumentasikan. Sistem ini harus terbuka bagi setiap
pengambil keputusan.
Komplain dapat ditangani melalui mekanisme seperti
Komisi Konsultasi Gabungan (JCC). Keluhan mungkin
berasal dari dalam (para pekerja) atau dari luar.
Perusahaan atau asosiasi bertanggung jawab atas
program petani. Petani perseorangan tidak perlu
memiliki sistem yang terdokumentasi, namun harus
mampu menunjukkan bahwa mereka bereaksi secara
konstruktif terhadap setiap masalah atau komplain.
Kriteria 6.4 Setiap negosiasi Kriteria ini harus dipertimbangkan dalam hubungannya
53
Kriteria Usulan Pedoman
mengenai kompensasi atas
hilangnya hak hukum dan adat
ditangani melalui sebuah sistem
yang terdokumentasi yang
memungkinkan penduduk pribumi,
masyarakat setempat dan pengambil
keputusan lain mengungkapkan
pandangan mereka melalui lembaga
perwakilian mereka sendiri.
dengan Kriteria 2.3.
Hak-hak hukum dan adat diidentifikasi serta dinilai dan
dibuat sistem untuk mengidentifikasi orang-orang yang
berhak mendapat kompensasi. Dibuat dan dilaksanakan
sebuah sistem penghitungan dan distribusi kompensasi
yang wajar. Sistem ini harus memperhatikan perbedaan
jenis kelamin dalam kekuasaan untuk mengklaim hak,
kepemilikan dan akses terhadap tanah; perbedaan
antara transmigran dan penduduk yang tinggal lebih
lama; perbedaan antara bukti kepemilikan tanah resmi
dan bukti kepemilikan tanah secara adat.
Proses dan hasil setiap klaim kompensasi harus
didokumentasikan dan disiarkan kepada umum.
Kriteria 6.5 Majikan memastikan
agar upah dan kondisi kerja
memenuhi paling tidak standar
hukum atau standar industri
minimum serta cukup untuk
Para pekerja dan kontraktor harus dibayar sesuai
dengan undang-undang dan peraturan nasional (dan
kesepakatan bersama antara pekerja dan majikan, lihat
kriteria 6.6), dan/atau jika tidak ada peraturan
nasional, sesuai dengan standar minimum industri.
54
Kriteria Usulan Pedoman
memenuhi kebutuhan dasar pekerja
dan memberikan penghasilan yang
wajar.
Undang-undang tenaga kerja, kesepakatan serikat
pekerja atau kontrak kerja perseorangan yang mengatur
upah dan persyaratan kerja (misalnya jam kerja,
potongan, lembur, sakit, hak cuti, cuti hamil, alasan
pemberhentian, masa pemberitahuan di muka, dan lain-
lain) harus dibuat dalam bahasa yang dipahami oleh
para pekerja atau diterangkan secara jelas kepada
mereka oleh pegawai senior perusahaan.
Para pekerja harus memiliki akses ke air minum dan
MCK terpisah. Produsen dan pabrik pengolahan harus
menyediakan fasilitas perumahan, pengobatan,
pendidikan dan kesejahteraan yang memadai sesuai
dengan standar nasional atau lebih, jika tidak ada
fasilitas umum (tidak berlaku pada petani).
Untuk interprestasi setempat, harus ditentukan tingkat
kinerja seperti gaji dan kondisi minimum yang berlaku,
bersama dengan cara penilaiannya.
Kriteria 6.6 Majikan menghargai Hak para pekerja dan kontraktor untuk membentuk
55
Kriteria Usulan Pedoman
hak semua pekerja untuk berserikat
dan menentukan posisi tawar
(bargain) secara kolektif. Jika hak
kebebasan untuk berserikat dan
menentukan posisi tawar secara
kolektif dilarang oleh undang-
undang, majikan memfasilitasi
sarana paralel untuk perserikatan
mandiri dan bebas dan posisi tawar
untuk seluruh pekerja.
serikat dan menentukan posisi tawar secara kolektif
dengan atasan mereka harus dihargai, sesuai dengan
konvensi 87 dan 98 Organisasi Buruh Internasional.
Undang-undang tenaga kerja dan persetujuan serikat
pekerja, atau jika keduanya tidak ada, kontrak
perseorangan yang merinci masalah upah dan kondisi
lain dibuat dalam bahasa yang dipahami oleh para
pekerja atau diterangkan secara jelas kepada mereka
oleh seorang pegawai senior perusahaan.
Kriteria 6.7 Dilarang
mempekerjakan anak-anak. Anak-
anak tidak boleh dipekerjakan pada
suasana kerja yang berbahaya.
Anak-anak hanya boleh bekerja di
perkebunan keluarga, dengan
pengawasan orang dewasa, dan
selama tidak mengganggu program
Para produsen dan pabrik pengolahan harus
menetapkan dengan jelas batas usia kerja minimum,
sekaligus jam kerjanya. Hanya pekerja di atas usia lulus
sekolah di negara yang bersangkutan atau paling tidak
berusia 15 tahun, yang boleh dipekerjakan, dengan
perkecualian seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
di perkebunan keluarga. Usia minimum pekerja tidak
boleh kurang dari yang ditetapkan dalam peraturan
56
Kriteria Usulan Pedoman
pendidikannya. nasional. Petani hanya boleh mempekerjakan pekerja
anak-anak jika dibenarkan oleh peraturan nasional.
Kriteria 6.8 Majikan tidak boleh
terlibat atau mendukung
diskriminasi berdasarkan ras,
kasta, asal negara, agama, cacat,
jenis kelamin, orientasi seksual,
keanggotaan serikat pekerja, afiliasi
politik atau usia.
Para produsen dan pabrik pengolahan harus menjamin
kesetaraan perlakuan dan kesempatan bagi semua
pekerja dan kontraktor. Hal ini mencakup perlakuan
terhadap pekerja migran.
Kriteria 6.9 Para produsen dan
pabrik pengolahan berhubungan
secara baik dan terbuka dengan
para petani dan pengusaha
setempat.
Para produsen dan pabrik pengolahan harus membuat
dokumentasi tatacara pengambilan keputusan dan
penentuan harga yang tepat dan adil baik untuk FFB
maupun sarana produksi.
Para produsen dan pabrik pengolahan harus
memastikan agar kedua belah pihak memahami
perjanjian kontrak di antara mereka, dan bahwa kontrak
tersebut adil, sah, dan transparan.
Pembayaran yang telah disepakati harus diberikan
57
Kriteria Usulan Pedoman
secara tepat waktu. Jika pabrik pengolahan
menginginkan agar para petani mengubah praktik kerja
mereka agar memenuhi kriteria RSPO, mereka harus
memberikan pembayaran di muka kepada FFB agar para
petani dapat mengatasi setiap kenaikan biaya yang
terjadi karena praktek kerja baru.
Transaksi dengan para petani harus memperhatikan
masalah-masalah yang berkaitan seperti transportasi ke
lokasi pabrik pengolahan dan akses ke penyimpanan,
keluwesan penentuan kelas barang dan ketidakmerataan
kualitas, dan mencerminkan keinginan mereka untuk
mandiri secara finansial serta tidak terikat hutang pada
pelanggan.
Kriteria 6.10 Para produsen dan
pabrik pengolahan memberikan
sumbangsih untuk pembangunan
daerah setempat jika
memungkinkan.
Sumbangsih terhadap pembangunan daerah harus
didasarkan pada hasil konsultasi dengan masyarakat
setempat. Lihat juga kriteria 6.2. Konsultasi tersebut
harus dilandasi asas transparansi, keterbukaan dan
partisipasi, serta harus mendorong masyarakat untuk
58
Kriteria Usulan Pedoman
mengidentifikasi prioritas dan kebutuhan mereka,
termasuk kebutuhan yang berbeda antara pria dan
wanita.
Jika para calon pekerja memiliki kualitas yang sama
rata, harus diberikan prioritas kepada anggota
masyarakat setempat.
Interprestasi setempat harus memperhatikan parameter-
parameter atau ambang batas khusus seperti
penggunaan barang dan jasa setempat dan dalam negeri
jika memungkinkan, persentase tertentu dari laba
perkebunan harus digunakan untuk proyek
pembangunan sosial, atau kuota minimum untuk
pekerja lokal.
Asas 7: Pengembangan perkebunan baru secara bertanggung jawab
Kriteria USULAN PEDOMAN
Kriteria 7.1 Dilakukan analisis
dampak sosial dan lingkungan hidup
Lihat juga kriteria 5.1 dan 6.1.
Kemungkinan dampak semua kegiatan utama yang
59
Kriteria USULAN PEDOMAN
secara komprehensif dan partisipatif
sebelum membangun perkebunan atau
mengadakan operasi baru, atau
memperluas perkebunan yang sudah
ada, dan hasilnya dimasukkan ke
dalam perencanaan, pengelolaan dan
operasi
diajukan harus diuji sebelum dikembangkan. Analisis
tersebut paling tidak termasuk:
• Analisis mengenai dampak semua kegiatan utama
yang direncanakan, yang termasuk penanaman,
operasi pabrik, jalan, dan prasarana lain.
• Analisis, termasuk konsultasi dengan pengambil
keputusan, mengenai Nilai Konservasi Tinggi (lihat
kriteria 7.3) yang mungkin rusak atau turun
mutunya oleh perkebunan;
• Analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
dampak terhadap ekosistem alami yang
berdekatan dengan lahan yang dikembangkan,
termasuk apakah pengembangan atau keperluan
akan menambah tekanan terhadap ekosistem alami
yang berdekatan;
• Identifikasi terhadap anak-anak sungai dan
analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan
dampak terhadap kondisi hidrologi karena
pengembangan yang direncanakan. Harus
60
Kriteria USULAN PEDOMAN
direncanakan dan diambil langkah-langkah untuk
menjaga kuantitas dan kualitas sumber air;
• Informasi survei tanah datar dan topografi
termasuk identifikasi terhadap tanah marjinal dan
tanah rapuh, areal yang rawan erosi dan lereng
yang tidak sesuai untuk penanaman. Harus
direncanakan langkah-langkah untuk menekan
erosi melalui penggunaan mesin-mesin berat
secara benar, membuat teras lereng, konstruksi
jalan yang tepat guna, pengadaan tanaman
penutup, perlindungan tepian sungai, dan lain-
lain ;
• Analisis jenis tanah yang akan digunakan (hutan,
hutan bukaan, lahan kosong).
• Analisis kepemilikan atau akses hak guna atas
lahan (siapa yang menggunakan lahan secara sah,
atau memiliki klaim kepemilikan atau akses atas
lahan sekarang atau di kemudian hari).
• Analisis mengenai pola tata guna tanah yang
61
Kriteria USULAN PEDOMAN
sekarang berlaku.
• Analisis mengenai kemungkinan dampak sosial
terhadap masyarakat sekitar karena penanaman,
termasuk analisis mengenai berbagai dampak
terhadap perempuan dan laki-laki, masyarakat
adat, migran dan penduduk lama.
Harus disusun dan dilaksanakan rencana dan operasi
lapangan untuk menindaklanjuti hasil-hasil analisis.
Satu hal yang mungkin dihasilkan dari proses
analisis adalah agar pembangunan dihentikan,
karena besarnya kemungkinan dampak.
Jika pembangunan termasuk produsen luar, dampak
program dan implikasi cara pengelolaannya harus
mendapat perhatian khusus.
Untuk program petani, pimpinan program harus
melakukannya. Hal ini tidak berlaku pada petani
perseorangan.
Interprestasi nasional harus mempertimbangkan
penetapan ambang batas minimum ukuran
62
Kriteria USULAN PEDOMAN
perkebunan, misalnya 50 hektar atau lebih yang
memerlukan SEIA. Pertimbangkan pendataan dampak
sosial yang tidak dapat diterima (misalnya,
pengungsian, hilangnya ketahanan pangan
masyarakat setempat, dan lain-lain).
Kriteria 7.2 Menggunakan
informasi survei tanah dan topografi
untuk merencanakan lokasi
pengembangan perkebunan baru, dan
hasilnya dimasukkan ke dalam
perencanaan dan operasi.
Survei tanah harus memadai untuk menentukan
kesesuaian lahan untuk pengembangan kelapa sawit
selama beberapa kali rotasi. Peta kesesuaian tanah
atau survei tanah harus sesuai dengan skala operasi
dan harus mencakup informasi mengenai jenis tanah,
topografi, kedalaman akar, ketersediaan air,
kekerasan tanah, kesuburan dan ketahanan tanah
dalam jangka panjang. Tanah yang tidak sesuai untuk
perkebunan (misalnya, tanah yang dangkal atau
bergaram) atau yang memerlukankan penangangan
khusus (misalnya, tanah ultra basa) harus
diidentifikasi. Informasi ini harus digunakan untuk
merencanakan program penanaman, dan lain-lain.
Informasi topografi menjadi pedoman perencanaan
63
Kriteria USULAN PEDOMAN
saluran pembuangan air hujan dan irigasi, jalan dan
prasarana lain.
Menganalisa kesesuaian tanah juga penting untuk
tatacara skala kecil, terutama jika banyak yang
beroperasi di sebuah lokasi tertentu. Informasi dapat
dikumpulkan dan disediakan oleh organisasi petani
atau pabrik yang membeli FFB dari petani
perseorangan.
Interprestasi setempat harus menyebutkan peraturan
daerah atau nasional mengenai praktek atau pedoman
lain yang harus dipatuhi; atau menentukan apa yang
merupakan ‘praktik terbaik’ dalam wacana setempat
dan nasional.
Kegiatan ini harus dipadukan dengan SEIA yang
diatur dalam 7.1.
Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak
[tanggal penggunaan Kriteria RSPO]
tidak menggantikan hutan primer atau
Ini berlaku pada hutan dan jenis vegetasi lain. Hal ini
berlaku terlepas dari setiap perubahan kepemilikan
tanah atau pengelolaan perkebunan yang terjadi
setelah tanggal ini. Nilai Konservasi Tinggi mungkin
64
Kriteria USULAN PEDOMAN
setiap daerah yang memiliki satu atau
lebih Nilai Konservasi Tinggi [sisipkan
tanggal jika Kriteria RSPO digunakan]
hanya terdapat pada sebagian kepemilikan tanah,
dan dalam hal ini perkebunan baru dapat
direncanakan agar HCV dapat dipertahankan atau
ditingkatkan.
Proses analisis HCV memerlukan pelatihan dan
keterampilan yang tepat guna, dan harus melibatkan
konsultasi dengan masyarakat setempat, terutama
untuk mengidentifikasi HCV sosial.
Meskipun pengembangan yang direncanakan mungkin
sejalan dengan perencanaan tingkat rona lingkungan
badan/instansi nasional dan setempat, peraturan
untuk melindungi HCV sosial dan biologis ini tetap
harus dipenuhi. Pengembangan harus secara aktif
diusahakan dengan memanfaatkan lahan yang
sebelumnya terdegradasi. Pengembangan perkebunan
tidak boleh menimbulkan tekanan tidak langsung
pada hutan karena digunakannya tanah pertanian
yang ada di suatu daerah.
Ketentuan setempat harus mengacu pada definisi
65
Kriteria USULAN PEDOMAN
nasional yang ada mengenai HCV atau rencana
konservasi/penggunaan lahan yang setara atau
mempertimbangkan cara bagaimana produsen dan
tim audit dapat mengidentifikasi Nilai Konservasi
Tinggi. Ini mungkin memerlukan kerjasama dengan
badan-badan lain.
Aktivitas ini harus dipadukan dengan SEIA yang
diatur dalam 7.1.
Lihat ‘usulan definisi’ dalam Lampiran 1.
Kriteria 7.4 Dilarang
mengembangkan perkebunan di atas
lahan yang curam, dan/atau di tanah
marjinal serta tanah rapuh.
Tanah marjinal dan rapuh, termasuk tanah yang
terlalu curam atau tanah gembut, harus diidentifikasi
sebelum diubah menjadi perkebunan. Penanaman di
daerah tanah gambut yang luas dengan kedalaman >
3 m dan tanah rapuh lain harus dihindari.
Jika diusulkan untuk dilakukan penanaman dalam
jumlah kecil di atas tanah rapuh dan tanah marjinal,
harus disusun dan dilaksanakan rencana
perlindungan tanah-tanah tersebut tanpa
menimbulkan dampak yang merugikan (misalnya,
66
Kriteria USULAN PEDOMAN
hidrologis) atau mempertinggi risiko (misalnya, risiko
kebakaran) di daerah di luar perkebunan.
Kegiatan ini harus dipadukan dengan SEA yang
disyaratkan dalam 7.1.
Interprestasi nasional harus mempertimbangkan
untuk memasukkan pengawasan dan ambang batas
khusus, seperti batas kemiringan, pendataan jenis
tanah yang tidak boleh ditanami (khususnya tanah
gambut), proporsi areal perkebunan yang dapat
berupa tanah marjinal atau tanah rapuh, dan/atau
definisi-definisi mengenai “ekstensif”, “marjinal” dan
“rapuh”.
Kriteria 7.5 Jangan membuka
perkebunan baru di atas tanah
masyarakat setempat tanpa
persetujuan sukarela mereka yang
telah diberitahukan sebelumnya,
ditangani secara tertulis agar
penduduk pribumi, masyarakat
Kegiatan ini harus dipadukan dengan SEIA yang
disyaratkan dalam 7.1. Lihat juga kriteria 2.2, 2.3,
6.2, 6.4 dan 7.6.
Jika perkebunan baru dianggap layak, rencana dan
operasi harus melindungi tempat-tempat suci. Harus
dibuat kesepakatan dengan masyarakat setempat
tanpa paksaan atau tekanan.
67
Kriteria USULAN PEDOMAN
setempat dan para pengambil
keputusan lain dapat mengungkapkan
pandangan-pandangan mereka melalui
lembaga-lembaga perwakilan mereka
sendiri.
Kriteria 7.6 Masyarakat setempat
diberi kompensasi atas setiap
pengambilalihan lahan dan pelepasan
hak yang disepakati, sesuai dengan
persetujuan sukarela yang
diberitahukan sebelumnya dan
kesepakatan yang telah dirundingkan.
Kegiatan ini harus dipadukan dengan SEIA yang
disyaratkan dalam 7.1. Lihat juga kriteria 6.4.
Persyaratan ini termasuk dengan penduduk pribumi.
Hak-hak hukum dan adat diidentifikasi dan dinilai.
Dibuat sistem identifikasi orang yang berhak
menerima kompensasi. Dibuat sistem perhitungan
dan distribusi kompensasi yang wajar. Masyarakat
yang kehilangan hak dan akses terhadap lahan
karena perluasan perkebunan diberikan kesempatan
untuk memanfaatkan pengembangan perkebunan.
Proses dan hasil setiap klaim akan kompensasi harus
didokumentasikan dan disiarkan kepada umum.
Kriteria 7.7 Dilarang membuka
perkebunan baru dengan membakar
Kegiatan ini harus dipadukan dengan SEIA yang
disyaratkan dalam 7.1.
68
Kriteria USULAN PEDOMAN
tanaman kecuali dalam keadaan
khusus.
Cara pembaharuan hanya boleh digunakan jika
analisis menunjukkan bahwa hal tersebut adalah cara
yang paling efektif dan paling sedikit menimbulkan
kerusakan terhadap lingkungan untuk menekan
risiko penyebaran hama berat dan penyakit, dan
dengan bukti bahwa pembakaran dapat dikendalikan
dengan baik.
Para produsen harus mematuhi ‘Pedoman
pelaksanaan kebijakan ASEAN mengenai tanpa
pembakaran’, atau pedoman sejenis di tempat lain.
Asas 8: Komitmen terhadap peningkatan sinambung dalam bidang kegiatan utama
Kriteria Usulan Pedoman
Kriteria 8.1 Secara rutin produsen
memantau dan mengkaji ulang
kegiatan-kegiatan mereka dan
menyusun serta melaksanakan
rencana kerja yang memungkinkan
Rencana kerja peningkatan sinambung harus
didasarkan pada pertimbangan mengenai dampak-
dampak sosial dan lingkungan utama dan peluang-
peluang bagi produsen/pabrik pengolahan, serta harus
mencakup serangkaian parameter yang terdapat dalam
asas-asas dan kriteria ini. Paling tidak harus termasuk
69
peningkatan besar dan sinambung
pada operasi-operasi utama.
namun tidak terbatas pada:
• Kesuburan tanah (kriteria 4.2)
• Pengurangan penggunaan bahan kimia (kriteria 4.6)
• Pengolahan limbah (kriteria 5.4)
• Penggunaan energi (kriteria 5.5)
• Polusi dan emisi (kriteria 5.7)
Lampiran 3 berisi daftar rujukan indikator potensial
pengukuran berdasarkan masing-masing asas sebagai
dasar untuk menyusun rencana kerja.
4. Masalah-Masalah menonjol yang harus dipertimbangkan oleh CWG
4.1. Ruang lingkup penerapan kriteria RSPO
Kriteria ini menyangkut produksi minyak sawit secara
berkelanjutan. Namun dinyatakan dalam pertemuan
pertama CWG bahwa salah satu tujuan RSPO adalah
menyusun kriteria ‘produksi dan penggunaan minyak
sawit secara berkelanjutan’. Pertanyaan mengenai
bagaimana kriteria ini diterapkan dalam mata rantai
pemasokan belum sepenuhnya terjawab.
Semua kriteria berlaku pada produsen minyak sawit.
Sebagian kriteria juga berlaku pada pabrik pengolahan.
Telah diterima secara umum bahwa jika pabrik pengolahan
juga milik produsen, semua kriteria yang berkenaan
tersebut berlaku.
Dewasa ini RSPO sedang menggarap proyek terpisah untuk
mencari pilihan untuk menghubungkan penggunaan
minyak sawit dengan perkebunan yang dikelola sesuai
dengan kriteria tersebut. Namun, perlu ditegaskan sampai
berapa jauh kriteria juga harus diberlakukan pada fasilitas
pengolahan yang merupakan bagian dari mata rantai
pasokan minyak sawit berkelanjutan, tetapi berada di luar
wilayah penanaman.
71
4.2. Interpretasi nasional mengenai kriteria RSPO
Kriteria RSPO bersifat internasional dan karenanya harus
dapat diterapkan pada semua perkebunan kelapa sawit di
manapun di seluruh dunia. Untuk sebagian kriteria,
terdapat sedikit perbedaan pada cara pelaksanaannya.
Untuk kriteria yang lain mungkin terdapat perbedaan besar
karena faktor-faktor hukum, geografis atau sosial-ekonomi
yang berbeda di masing-masing negara. Untuk kriteria
yang disebutkan terakhir, perlu disusun pedoman atau
indikator-indikator rinci pada tingkat nasional. Untuk itu,
dibutuhkan beberapa bentuk interpretasi nasional
mengenai kriteria RSPO.
Beberapa usulan untuk keperluan interpretasi nasional
mengenai kriteria telah dimuat dalam bagian konsep
pedoman dalam dokumen ini. Tanggapan-tanggapan atas
konsep tersebut sangat diharapkan. Namun, kemungkinan
kerangka penafsiran nasional atas Kriteria RSPO
merupakan masalah yang mendasar, dan memerlukan
pertimbangan khusus lebih lanjut.
Mengembangkan interpretasi nasional
Hal ini sangat penting jika potensi untuk membuat
pernyataan yang berkaitan dengan kriteria RSPO. Jika
pabrik pengolah dan pemakai akhir mulai meminta minyak
72
sawit dari perkebunan yang melaksanakan kritera RSPO,
timbul kebutuhan akan suatu mekanisme untuk
menunjukkan kepatuhan terhadap kriteria dan untuk
mengatur klaim/pernyataan (lihat 4.3 di bawah). Agar jelas
dan kemudian dapat memeriksa kepatuhan, harus ada
kejelasan mengenai apa yang dimaksud dengan kesesuaian
memadai; interpretasi nasional mengenai kriteria; dalam
hal ini indikator-indikator dan/atau pedoman rinci,
menjadi sangat penting.
Proses interpretasi nasional harus sedapat mungkin
mencerminkan proses yang dijalankan untuk
pengembangan kriteria di tingkat internasional, namun
dengan harapan agar proses interpretasi nasional akan
jauh lebih singkat dan lebih hemat biaya.
Interpretasi sementara
Bukan mustahil jika di sebagian negara ada perusahaan-
perusahaan yang mulai berkeinginan kuat untuk
menggunakan kriteria RSPO sebelum interpretasi lengkap
nasional selesai. Untuk ini, perusahaan harus membuat
interpretasi sementara mengenai kriteria RSPO sebagai
pedoman penggunaan lokal.
Keuntungan-keuntungan pendekatan ini adalah:
73
• Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara-
negera dengan proses interpretasi nasional lambat tidak
akan tertinggal oleh perusahaan-perusahaan di negara-
negara yang telah merampingkan interpretasi nasional.
• Pelaksanaan dini memberikan pengalaman praktis yang
kemudian dapat disumbangkan ke proses interpretasi
nasional.
Kekurangan-kekurangannya adalah:
• Mungkin timbul kontroversi mengenai siapa yang
terlibat dalam penyusunan pedoman lokal dan
interpretasi yang mereka kembangkan.
Pengakuan atau pengawasa RSPO
Untuk melakukan pengawasan menyeluruh atas kualitas
setiap perangkat kriteria yang dinyatakan sebagai
interpretasi resmi kriteria RSPO, mungkin diperlukan
beberapa bentuk pengesahan atau pengakuan atas
interpretasi nasional dan bahkan pedoman lokal oleh RSPO
melalui CWG atau penerusnya. Ini adalah praktek umum
pada perangkat kriteria internasional lain dan melibatkan
penyusunan dan penggunaan tatacara yang digunakan
untuk menguji setiap interpretasi untuk memastikan agar:
74
• Proses penyusunan memenuhi semua persyaratan dalam
bentuk partisipasi, konsultasi dan pengambilan
keputusan.
• Kandungan kriteria nasional sesuai dengan keseluruhan
kriteria internasional RSPO.
CWG (Kelompok Kerja Kriteria) harus memutuskan apakah
pengakuan demikian diperlukan dan, jika diperlukan,
bagaimana cara melaksanakannya.
4.3. Verifikasi pemenuhan kriteria RSPO dan pengawasan pernyataan (klaim).
CWG telah mengindikasikan bahwa klaim (pernyataan)
publik yang berkaitan dengan pemenuhan Kriteria RSPO
mengenai minyak sawit lestari tidak dapat disampaikan
sebelum Dewan Pelaksana RSPO menerbitkan secara resmi
peraturan penggunaan kriteria tersebut. Diperlukan
pedoman mengenai hal-hal berikut ini:
• Bagaimana pemeriksaan pemenuhan asas-asas dan
kriteria akan dilakukan;
• Mekanisme yang memungkinkan untuk mengkaitkan
perkebunan dengan produk;
• Penggunaan klaim (pernyataan) publik yang
menyangkut pemenuhan kriteria;
75
Dewasa ini RSPO sedang menggarap proyek tersendiri
untuk melihat pilihan-pilihan untuk mengkaitkan
penggunaan minyak sawit dengan perkebunan yang
dikelola sesuai dengan kriteria. RSPO menyediakan
rinciannya. Berikut ini diuraikan secara garis besar
rekomendasi mengenai verifikasi dan klaim (pernyataan)
publik.
Dapat dibayangkan bahwa jika Kriteria RSPO telah
rampung, kriteria tersebut akan dilaksanakan secara luas
dan para pengolah serta pengguna akhir minyak sawit
akan mulai memilih ‘Minyak Kelapa Sawit RSPO’. Namun,
untuk memastikan setiap minyak yang dibeli dan dijual
sebagai ‘Minyak Sawit RSPO’ benar-benar berasal dari
perkebunan yang melaksanakan Kriteria RSPO, diperlukan
suatu mekanisme untuk memeriksa pelaksanaan kriteria
tersebut dan mengawasi setiap klaim (pernyataan) yang
dibuat.
Ada tiga kemungkinan pendekatan pemeriksaan (verifikasi),
yang kesemuanya telah umum digunakan di dunia industri
dan kesemuanya potensial untuk digunakan untuk meneliti
bahwa kriteria RSPO dilaksanakan di suatu perkebunan
tertentu:
76
Verifikasi pihak pertama: ini adalah verifikasi yang
dilakukan oleh produsen sendiri. Pendekatan ini umum
digunakan dalam audit internal sebagai bagian dari sistem
pengelolaan perusahaan itu sendiri, dan merupakan
pernyataan standar seperti ISO 9000 dan ISO 14001.
Namun, pendekatan dianggap tidak cukup menjadi dasar
untuk membuat klaim (pernyataan) eksternal karena tidak
adanya konfirmasi yang tidak memihak bahwa klaim
(pernyataan) yang dibuat tersebut akurat.
Oleh karena itu, sementara semua anggota penghasil dan
simpatisan RSPO harus didorong untuk melakukan
verifikasi internal mengenai pemenuhan kriteria RSPO yang
mereka lakukan untuk memastikan bahwa mereka telah
bekerja dengan baik, direkomendasikan agar hal ini
menjadi dasar untuk membuat setiap klaim (pernyataan)
eksternal.
Verifikasi pihak kedua: ini digunakan untuk
menggambarkan verifikasi pemenuhan kriteria jika
dilakukan oleh seseorang yang memiliki hubungan dengan
produsen seperti pelanggan atau wakil pelanggan. Ini
adalah bentuk verifikasi yang sangat penting dan berguna,
dan umum digunakan di dunia industri agar pembeli dapat
menegaskan bahwa persyaratan mereka –atas kualitas,
77
keamanan, perlindungan lingkungan hidup atau hal lain–
telah terpenuhi. Jenis pendekatan seperti ini sangat
berguna dalam hubungan bisnis ke bisnis antara dua
organisasi. Namun, karena organisasi yang melakukan
verifikasi tidak sepenuhnya bebas, setiap klaim
(pernyataan) publik yang didasarkan pada verifikasi seperti
ini mungkin kurang memiliki kredibilitas.
Oleh karena itu, direkomendasikan agar opsi ini disediakan
untuk hubungan bisnis ke bisnis antara dua perusahaan
namun tidak digunakan untuk melakukan verifikasi yang
berkaitan dengan klaim (pernyataan) publik.
Verifikasi pihak ketiga: jenis verifikasi pemenuhan
kriteria seperti ini dilakukan oleh seseorang atau badan
yang tidak berpihak baik dari pihak produsen maupun
pelanggan dan karenanya dianggap paling dapat dipercaya
untuk menjadi dasar klaim (pernyataan) publik. Ini karena
orang atau badan yang melakukan verifikasi, jika tidak
berpihak, tidak memiliki kepentingan terhadap hasil
tertentu dan karenanya paling mungkin untuk memberikan
laporan yang akurat mengenai situasi sebenarnya.
Direkomendasikan agar semua klaim (pernyataan) publik
mengenai pemenuhan kriteria RSPO harus didasarkan
pada verifikasi pihak ketiga. Namun, CWG harus
78
mempertimbangkan bagaimana proses verifikasi ini akan
diatur. Jika verifikasi pihak ketiga digunakan sebagai
dasar untuk klaim (pernyataan) utama mengenai Kriteria
RSPO, ada tiga cara untuk menangani masalah ini.
• Pendekatan pertama adalah agar CWG atau
penggantinya dapat menyusun persyaratan rinci bagi
pihak ketiga yang melakukan verifikasi sekaligus sebuah
mekanisme untuk memastikan agar pihak yang
melakukan verifikasi telah memenuhi persyaratan ini.
Pendekatan ini juga memungkinkan RSPO untuk tetap
mengawasi kriteria, dan untuk mengembangkan
penggunaannya dengan cara yang sesuai bagi para
anggota dan pendukung Konferensi. Pendekatan
membuat lebih mudah untuk mengawasi biaya sistem
yang digunakan. Namun, untuk membuat pendekatan
ini menjadi tepat dan dapat diandaalkan diperlukan
banyak upaya yang tidak boleh dianggap ringan.
• Alternatif lain adalah penyusunan program sertifikasi
yang diakui. Sertifikasi tidak berpihak digunakan secara
global untuk melaksanakan serangkaian standar yang
mencakup kualitas, keamanan, spesifikasi teknik dan
sistem pengelolaan seperti ISO 9001. Sertifikasi tidak
berpihak tersebut menjawab semua masalah yang
79
muncul mengenai verifikasi pihak ketiga dan memiliki
tingkat pengakuan dan kredibilitas yang tinggi. Namun,
mungkin akan mahal untuk dikembangkan,
dipertahankan dan dilaksanakan oleh pihak yang
melakukan verifikasi dan relatif tidak luwes.
• Ketiga, mungkin saja untuk memadukan dua
pendekatan tersebut di atas, dengan menggunakan
akreditasi dari luar sebagai komponen pengesahan
RSPO.
Verifikasi memberikan dasar pembuatan klaim
(pernyataan) telah dipenuhinya kriteria RSPO. CWG juga
harus mempertimbangkan apa yang dapat
dikomunikasikan dan bagaimana caranya. Hal ini penting
demi kredibilitas jangka panjang kriteria RSPO sehingga
pernyataan yang berkaitan dengan pemenuhan kriteria
cukup terawasi, untuk memastikan agar kriteria tersebut
akurat dan dapat diverifikasi. Standar internasional ISO
14020 menyangkut masalah klaim (pernyataan) tentang
lingkungan hidup, dan menyatakan bahwa semua klaim
(pernyataan) harus ‘melalui komunikasi informasi yang
dapat diverifikasi dan akurat, yang tidak menyesatkan . . .
‘’.
80
Klaim (pernyataan) dapat diawasi dengan seperangkat
aturan sederhana, aturan praktek, dan/atau pedoman,
yang dikaitkan dengan proses verifikasi. Masalah-masalah
yang diatur harus mencakup: korespondensi bisnis ke
bisnis dan dokumentasi penjualan yang dinyatakan
memenuhi kriteria, penggunaan klaim (pernyataan) off-
product (dalam bahan-bahan promosi) atau on-product
(berhubungan dengan verifikasi mata rantai pasokan), dan
penggunaan logo-logo yang spesifik dan/atau pernyataan
yang disetujui.
Lampiran 1: Usulan definisi
Hak adat: Hak-hak yang timbul karena serangkaian
tindakan kebiasaan atau adat, yang telah memperoleh
kekuatan hukum dalam geografis atau sosiologis6.
Analisis Dampak Lingkungan: sebuah proses
memprakirakan dan menilai dampak-dampak sebuah
atau serangkaian tindakan terhadap lingkungan
hidup, kemudian menggunakan kesimpulannya sebagai
sebuah sarana untuk merencanakan dan mengambil
keputusan.
Hutan Nilai Konservasi Tinggi: Hutan harus menjaga
atau meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi
Tinggi:
• HCV1. Areal hutan yang memiliki konsentrasi nilai-nilai
keanekaragaman hayati yang secara global, regional
atau nasional signifikan (misalnya endemisme, spesies-
spesies yang terancam kepunahan).
------------------- 6 Harap diperhatikan bahwa “hak adat” belum menjadi
difenisi resmi. Misalnya hak adat bersifat dinamis dan luwes (untuk mengatasi kekeringan, migrasi, kolonialisme, dan lain-lain) dan amat beragam antara masing-masing masyarakat. CWG harus membahas masalah ini secara rinci.
83
• HCV2. Areal hutan yang memiliki hutan dengan tingkat
pertanaman yang tinggi yang secara global, regional atau
nasional signifikan, dan yang di dalamnya terdapat, atau
memiliki unit manajemen, dengan populasi hidup dari
sebagian besar, jika tidak semua, spesies-spesies liar
yang hidup dengan pola distribusi dan penyebaran alami.
• HCV3. Areal hutan yang berada dalam atau memiliki
ekosistem langka, terancam atau terancam punah.
• HCV4. Areal hutan yang menyediakan pelayanan alami
dasar dalam keadaan kritis (misalnya perlindungan
daerah aliran sungai, pengendalian erosi).
• HCV5. Areal hutan yang penting untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat setempat (misalnya mata
pencaharian, kesehatan).
• HCV6. Areal hutan yang penting untuk identitas budaya
tradisional masyarakat setempat (areal budaya, ekologi,
ekonomi atau agama penting yang berhubungan dengan
masyarakat setempat tersebut.
(Lihat: ‘The HCVF Toolkit’–pada www.proforest.net)
Standar ISO: Standar yang disusun oleh Organisasi
Standarisasi Internasional (ISO: lihat
http://www.iso.ch/iso).
84
Vegetasi alami: Areal yang memiliki banyak terdapat
karakteristik utama dan elemen kunci ekosistem asli
seperti kompleksitas, struktur dan keragaman.
Perkebunan: Lahan yang ditanami kelapa sawit dan
dengan penggunaan lahan terkait seperti prasarana
(misalnya, jalan), wilayah tepian tebing dan pencadangan
konservasi.
Hutan Primer: Sebuah hutan dengan karakteristik utama
ekosistem asli seperti kompleksitas, struktur, dan
keragaman serta pohon rindang yang berlimpah, yang relatif
tidak terganggu oleh aktivitas manusia.
Restorasi: Mengembalikan areal yang mengalami degradasi
atau telah diubah di dalam daerah perkebunan ke tingkat
semi-alami.
Petani: para petani yang menanam kelapa sawit, kadang-
kadang bersamaan dengan tanaman lain sebagai mata
pencaharian, yang sebagian besar pekerjanya adalah
anggota keluarga dan perkebunan tersebut menjadi sumber
utama mata pencaharian dan luas tanaman kelapa
sawitnya biasanya di bawah 50 hektar.
Pengambil Keputusan: Perseorangan atau kelompok yang
berkepentingan dengan, atau dipengaruhi oleh kegiatan-
85
kegiatan sebuah organisasi dan akibat kegiatan-kegiatan
tersebut.
Pengaruh yang tidak semestinya: Tekanan dari pihak
ketiga yang memiliki bentuk kekuasaan tertentu agar
seseorang menandatangani kontrak atau kesepakatan lain
yang, jika tanpa tekanan, tidak akan ia tandatangani.
Hak Pakai: Hak untuk menggunakan sumber-sumber daya
hutan yang dapat diperoleh dari masyarakat adat,
kesepakatan bersama, atau diberikan oleh badan lain yang
memiliki hak akses. Hak-hak ini dapat membatasi
penggunaan sumber daya tertentu pada tingkat konsumsi
tertentu atau teknik-teknik pemanenan tertentu.
Appendix 2
Lampiran 2: Pedoman mengenai beberapa standar utama
internasional, sebagai rujukan tambahan kriteria sosial
Disampaikan oleh Forest Peoples Programme dan
Sawitwatch
Asas Standar
Internasional Ketentuan
Utama Ringkasan
Perlindungan Pengambil-
alihan lahan
yang adil
Konvensi ILO
169 (1989)
mengenai
Masyarakat
Pribumi dan
Adat
Pasal 13-19 menghormati dan
melindungi hak atas
tanah dan sumber
daya alam yang
dimanfaatkan dan
digunakan secara
tradisional;
penghargaan
terhadap peninggalan
adat; larangan
pemindahan paksa;
kompensasi atas
kehilangan dan
kerugian.
Konvensi PBB
mengenai
Keragaman
Hayati (1992)
Pasal 10c Melindungi dan
mendorong
penggunaan sumber-
sumber daya hayati
sesuai dengan
praktek-praktek
tradisional.
Perwakilan
dan Peran
serta
masyarakat
pribumi dan
adat secara
adil
Konvensi ILO
169 (1989)
mengenai
Masyarakat
Pribumi dan
Adat
Pasal 6-9 Mewakili diri sendiri
melalui lembaga-
lembaga perwakilan
mereka; konsultasi
untuk mencapai
kesepakatan atau
persetujuan; hak
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
untuk memutuskan
prioritas sendiri,
mempertahankan
adat sendiri dan
menyelesai-kan
pelanggaran-
pelanggaran sesuai
dengan hukum adat
(sejalan dengan hak
asasi manusia
internasional).
Konvensi
mengenai
Penghapusan
Segala
Bentuk
Diskriminasi
Ras,
Perjanjian
Internasional
mengenai
Hak-hak
Ekonomi,
Sosial dan
Budaya,
Sistem Hak
Asasi
Manusia
antar Negara
Benua
Amerika
Komisi
CERD PBB,
Komisi PBB
untuk Hak-
hak Sosial,
Budaya dan
Ekonomi,
Komisi
antar
Negara
Benua
Amerika
untuk Hak
Asasi
Manusia7
Persetujuan sukarela
yang diberitahukan
sebelumnya mengenai
keputusan-keputusan
yang mungkin
mempengaruhi
masyarakat pribumi.
(Standar ini telah
diterima secara
umum sebagai
standar ‘praktik
terbaik’ oleh badan-
badan dunia seperti
Komisi Dunia untuk
Bendungan, Review
Industri Ekstraktif,
Dewan Pekerja Hutan,
UNDP, CBD, IUCN
dan WWF).
Larangan
kerja paksa
Konvensi ILO
29 (1930)
Pasal 5 Tidak ada konsesi
untuk perusahaan
7 Untuk jelasnya lihat www.forestpeoples.org
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
Kerja Paksa terlibat dalam segala
bentuk kerja paksa
Konvensi ILO
105 (1957)
Penghapusan
Kerja Paksa
Pasal 1 Larangan
menggunakan segala
bentuk kerja paksa
Perlindungan
anak
Konvensi ILO
138 (1973)
Usia
Minimum
Pasal 1-3 Penghapusan pekerja
anak-anak dan
definisi usia kerja
minimum nasional
tidak kurang dari 15-
18 tahun (bergantung
pada pekerjaan).
Konvensi ILO
182 (1999)
Bentuk
Terburuk
Mempekerja-
kan Anak
Pasal 1-7 Penghapusan
perbudakan anak,
perbudakan karena
hutang, penjualan
dan perburuan untuk
prostitusi; metoda
yang sesuai untuk
memantau dan
menegakkan
pemberlakuannya.
Kebebasan
Berserikat
dan Posisi
Tawar
Kolektif
Konvensi ILO
87 (1984)
Kebebasan
Berserikat
dan
Perlindungan
terhadap Hak
untuk
Berorganisasi
Pasal 2-11 Kebebasan untuk
bergabung dengan
organisasi, federasi
dan konfederasi yang
dipilih; dengan
anggaran dasar dan
aturan-aturan yang
dipilih secara bebas;
langkah-langkah
untuk melindungi
hak untuk
berorganisasi
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
Konvensi ILO
98 (1949) Hak
untuk
Berorganisasi
dan Posisi
Tawar
Kolektif
Pasal 1-4 Perlindungan
terhadap tindakan
anti-serikat pekerja
dan langkah-langkah
untuk menguasai
serikat pekerja; cara
untuk negosiasi
sukarela mengenai
ketentuan dan syarat
pekerjaan melalui
kesepakatan bersama
Konvensi ILO
141 (1975)
Organisasi
Pekerja
Pedesaan
Pasal 2-3 Hak-hak penyewa,
buruh tani dan petani
untuk berorganisasi;
bebas dari campur
tangan dan paksaan.
Tidak Ada
Diskriminasi
dan
Persamaan
Upah
Konvensi ILO
100 (1951)
Persamaan
Upah
Pasal 1-3 Persamaan upah
antara bagi laki-laki
dan perempuan atas
pekerjaan yang sama.
Konvensi ILO
111 (1958)
Diskriminasi
(Pekerjaan
dan Jabatan)
Pasal 1-2 Persamaan
kesempatan dan
perlakuan dalam
hubungannya dengan
pekerjaan dan
jabatan; tidak ada
diskriminasi atas
dasar ras, warna
kulit, jenis kelamin,
agama, faham politik,
asal negara atau
status sosial.
Penggunaan
Buruh Migran
Konvensi ILO
97 (1949)
Pasal 1-9 Pemberian informasi;
tidak ada hambatan
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
secara Adil Migrasi untuk
mencari kerja
untuk bepergian;
pemberian fasilitas
kesehatan; non-
diskriminasi dalam
pekerjaan,
akomodasi, jaminan
sosial dan
pengupahan; tidak
ada pemulangan
paksa pekerja migran
yang sah; pengiriman
uang tabungan ke
negara asal pekerja.
Konvensi ILO
143 (1975)
Pekerja
Migran
(Ketentuan-
ketentuan
tambahan)
Pasal 1-12 Menghargai hak asasi
manusia;
perlindungan
terhadap pekerja
migran liar dari
tindakan yang kejam;
larangan penjualan
pekerja migran liar;
perlakuan yang adil
pada pekerja migran.
Perlindungan
terhadap
Buruh
Perkebunan8
Konvensi ILO
110 (1958)
Perkebunan
Pasal 5-91 Perlindungan
terhadap anggota
keluarga orang yang
dipekerjakan,
perlindungan
terhadap hak-hak
pekerja pada saat
penerimaan kerja dan
pemberangkatan;
8 Konvensi 110 Pasal 1 (1) mendefinisikan perkebunan sebagai usaha tani yang mempekerjakan tenaga sewaan secara rutin … berkenaan dengan penanaman atau produksi … [antara lain] kelapa sawit.
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
kontrak kerja yang
adil; penghapusan
sanksi hukuman;
upah dan kondisi
kerja yang adil; tidak
ada paksaan atau
kewajiban untuk
menggunakan toko
perusahaan;
akomodasi dan
kondisi yang
memadai;
perlindungan
persalinan;
kompensasi atas
cidera dan
kecelakaan;
kebebasan berserikat;
hak untuk
berorganisasi dan
posisi tawar kolektif;
inspeksi pekerja yang
benar; perumahan
dan fasilitas
kesehatan yang layak.
Perlindungan
terhadap
Penyewa dan
Petani
Penggarap
Rekomendasi
ILO 132
(1968)
Penyewa dan
Petani
Penggarap
Pasal 4-8 Harga sewa yang
wajar; pembayaran
hasil pertanian yang
layak; catu
kesejahteraan;
organisasi sukarela;
kontrak yang adil;
tatacara penyelesaian
perselisihan.
Perlindungan Konvensi ILO Pasal 4 Pengasingan karena
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
terhadap
Petani
117 (1962)
Kebijakan
Sosial
(Tujuan dan
Standar
Dasar)
hak adat; bantuan
untuk membentuk
koperasi; pengaturan
sewa untuk
memperoleh standar
hidup setinggi
mungkin.
Keselamatan
dan
Kesehatan
Konvensi ILO
184 (2001)
Keselamatan
di bidang
Pertanian
Pasal 7-21 Menganalisis risiko
dan mengambil
langkah-langkah
pencegahan dan
perlindungan untuk
memastikan
keselamatan dan
kesehatan tempat
kerja, mesin,
peralatan, bahan
kimia, alat dan
proses-proses;
memastikan
penyebarluasan
informasi, pelatihan
yang tepat, supervisi
dan kepatuhan;
perlindungan khusus
untuk pekerja remaja
dan wanita;
perlindungan
terhadap cidera dan
penyakit karena
pekerjaan.
Mengendali-
kan atau
menghapus
Penggunaan
Konvensi
Stockholm
mengenai
Polutan
Pasal 1-5 Melarang dan/atau
menghapus produksi
dan penggunaan
bahan kimia yang
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
Bahan Kimia
dan Pestisida
Berbahaya
Organik yang
Berbahaya
(2001)
terdata dalam
Lampiran A
(misalnya Aldrin,
Chlordance, PCB);
Membatasi produksi
dan penggunaan
bahan kimia dalam
Lampiran B (misalnya
DDT); mengurangi
atau menghapus
peredaran bahan
kimia yang terdaftar
dalam Lampiran C
(misalnya
Hexachlorobenzene).
Petunjuk
Pelaksanaan
Distribusi
dan
Penggunaan
Pestisida
Internasional
FAO (1985,
Direvisi
tahun 2002)
Pasal 5 Membatasi
penggunaan pestisida
berbahaya jika sulit
untuk dikendalikan;
memastikan
penggunaan teknik-
teknik dan peralatan
pelindung; memberi
pekerja pedoman
mengenai langkah-
langkah keselamatan;
memberikan fasilitas
yang luas untuk
petani; melindungi
pekerja dan
pengawas;
memberikan
informasi yang
lengkap mengenai
risiko dan
Appendix 2
Asas Standar Internasional
Ketentuan Utama
Ringkasan Perlindungan
perlindungan;
melindungi
keanekaragaman
hayati dan menekan
dampak-dampak
terhadap lingkungan
hidup; memastikan
pembuangan limbah
dan peralatan yang
aman; membuat
ketentuan-ketentuan
penanganan darurat
keracunan.
Konvensi
Rotterdam
mengenai
Tatacara
Persetujuan
yang
Diberitahu-
kan
Sebelumnya
untuk Bahan-
Bahan Kimia
dan Pestisida
Tertentu yang
Berbahaya
dalam
Perdagangan
Internasional
(1998)
Pasal 1, 5
and 6
Menghambat
perdagangan bahan
kimia dan pestisida
berbahaya; menyusun
tatacara nasional
untuk mengawasi
penggunaan dan
perdagangannya;
membuat daftar
bahan kimia dan
pestisida yang
dilarang dan
berbahaya.
Lampiran 3: Indikator-indikator terukur kriteria minyak sawit lestari untuk melengkapi kriteria 8.1
Rencana kerja peningkatan berkelanjutan harus
didasarkan pada pertimbangan atas dampak utama dan
peluang sosial dan lingkungan bagi produsen/pabrik
pengolahan, dan harus mencakup liputi serangkaian
parameter yang dicakup oleh asas-asas dan kriteria ini.
Rencana kerja tersebut paling tidak termasuk, namun
tidak terbatas pada:
• Kesuburan tanah (kriteria 4.2)
• Pengurangan penggunaan bahan kimia (kriteria 4.6)
• Pengurangan limbah (kriteria 5.4)
• Penggunaan energi (kriteria 5.5)
• Polusi dan emisi (kriteria 5.7)
Lampiran ini mencakup rancangan daftar rujukan
indikator-indikator potensial pengukuran berdasarkan
masing-masing asas, sebagai dasar untuk menyusun
rencana kerja.
Jason Clay dan Simon Lord dari CWG menyusun konsep
pertama mengenai indikator-indikator terukur untuk asas-
asas dan kriteria yang berbeda-beda kemudian juga
dimasukkan. Indikator terukur yang disusun oleh Unilever.
Rancangan indikator-indikator menurut masing-masing
asas disajikan di bawah ini.
Asas 1—Komitmen terhadap Transparansi
Semua indikator terukur di bawah ini merupakan upaya
untuk menterjemahkan proses dan dokumen pedoman ke
dalam pendekatan yang berorientasi pada hasil yang lebih
transparan. Seperti diketahui tidak ada langkah-langkah
untuk transparansi. Pemasukkan dokumen adalah
persoalan “ya/tidak” dan oleh karena itu merupakan
indikator semua-atau-tidak sama sekali. Ini adalah sesuatu
yang dapat dipantau sebagai bagian dari sertifikasi, namun
tidak secara khusus menjadi bagian dari indikator terukur.
Asas 2—Kepatuhan pada Hukum dan Peraturan yang
Berlaku
• Jumlah kasus yang sekarang diajukan kepengadilan
(misalnya mengenai keluhan pekerja atau tuntutan
kompensasi, kematian, kelompok pemilik tanah,
langkah-langkah perbaikan, pemasok, dst.) [2.1, 2.2]
• Pernyataan ari para pembuat aturan atau lembaga
penerbit ijin (misalnya DoE, DoA, HCCP (sp), dst.) [2.1,
2.2]
• Keluhan tertulis yang berkenaan dengan masalah-
masalah lingkungan hidup (misalnya pestisida, kualitas
air, emisi, penangkapan ikan, konflik
manusia/margasatwa [2.1, 4.6, 4.7]. Dalam hal EMS
formal, ini akan didokumentasikan dan dicatat (dengan
nomor khusus).
Asas 3—Perencanaan Pengelolaan untuk Mencapai
Kelayakan Ekonomi dan Keuangan Jangka Panjang
• Laba dan rugi (misalnya rasio laba/ekuitas, laba bersih,
laba produk per MT—rata-rata bergerak) [3.1, 3.2]. Ini
dan yang selanjutnya hanya berlaku pada perusahaan
publik, dan bahkan kemudian tidak berlaku jika
perusahaan publik merupakan perusahaan induk dari
perusahaan yang tidak berkepentingan pada minyak
sawit.
• Pembagian dividen [3.1, 3.2]
• Keluhan mengenai kualitas produk atau pencemaran
[3.2]
Asas 4—Penggunaan Praktik-Praktik Terbaik di Bidang
Produksi dan Pabrik Penggolahan
Beberapa di antara hal tersebut di atas menimbulkan
pertanyaan, apakah kita hanya menginginkan perbaikan
yang berkelanjutan dari nilai awal, atau nilai minimum
yang harus dicapai memenuhi syarat untuk disebut
berkelanjutan. Pertanyaan pertama mudah dijawab, yang
terakhir lebih sulit.
• Bahan organik [4.2, 4.3, 4.6]
• Kepadatan tanah [4.3]
• Insiden kematian ikan [4.6] dapat dihubungkan dengan
keluhan.
• Penggunaan air (misalnya pembibitan, parit dan air dan
irigasi lahan, tanaman, halaman rumah) [4.4]
• FFB MT/Ha [4.2] Nilai sebenarnya harus dibandingkan
dengan ‘potensi lokasi’.
• OER [4.1] Nilai-nilai sebenarnya harus memperhatikan
usia perkebunan – dan tidak seorang pun di Malaysia
yang akan memenuhi kriteria tersebut.
• Penggunaan rata-rata pupuk anorganik per MT produksi
[4.2] Di antaranya bergantung pada tanah. Agaknya di
sini kita akan berusaha untuk terus menerus
menguranginya.
• Energi yang digunakan per MT total produk CPO dan
PKO sawit [lihat juga 5.4, 5.5]
• Persentase energi yang tidak terbaharui yang digunakan
(misalnya pada perkebunan, pabrik pengolahan, kilang
[lihat juga 5.4, 5.5] dari total energi yang dikonsumsi
atau dihasilkan
• Proporsi luas tanah yang menggunakan bahan-bahan
organik daur ulang [4.3]
• Persentase permukaan yang gundul di perkebunan
kelapa sawit [4.3, 4.4]
• Persentase permukaan yang ditanami dengan tanaman
berdaun lebar atau tanaman penutup. Mengapa harus
‘tanaman rimbun’ – kecuali rumput?
• Persentase jalan (dalam km) yang berbatu kerikil [4.3,
4.4] Berlawanan dengan apa?
• Persentase total anggaran yang digunakan untuk
memperbaiki jalan [4.3, 4.4] Lebih banyak, atau lebih
sedikit? Dapat dikurangi dengan tidak memperbaiki
• Kadar racun pestisida yang digunakan sebagai
perbandingan FFB yang dihasilkan atas dasar satuan
a/ha [4.5, 4.6]
• Pengurangan limbah cair (misalnya TSS, BOD, COD,
pH/daya konduksi/kadar garam, minyak dan lemak)
[4.1, 4.4, 4.7]
• Total SS dalam saluran pembuangan air [4.3, 4.4, 4.7]
• Insiden pembakaran terkendali [4.5] juga 12 MRT
• Persentase area pembakaran terkendali dari total area
yang ditanami [4.5] juga 12 MRT
• Penggunaan kompos untuk pembibitan
• Proporsi pabrik pengolahan dengan tanpa ada
pembuangan limbah cair
• Penggunaan air oleh pabrik pengolahan/MT produk
• Penurunan produksi limbah padat per MT dari CPO yang
diproduksi
Konflik manusia dan margasatwa yang dilaporkan [4.7]
lihat asas 2
NB: Disamping kegiatan-kegiatan dan dampak-dampak dari
perusahaan, kegiatan-kegiatan dan dampak-dampak dari
para kontraktor yang bekerja di perkebunan juga harus
diukur jika belum diperhitungkan.
Asas 5—Tanggung jawab Lingkungan dan Konservasi
Sumber Daya Alam serta Keanekaragaman Hayati
• Meningkatnya spesies-spesies utama (dengan adanya
masalah keracunan, air, burung, dan/atau populasi
serangga yang berguna mungkin merupakan kunci dan
paling mudah untuk diukur) [5.1]
• Rasio km tepian vs. hektar yang ditanami (misalnya
indikator kehilangan lahan persawahan) [5.1]
• Rasio kilometer luas pagar dan parit gajah dibandingkan
dengan area yang ditanami (misalnya indikator koridor
margasatwa yang terganggu) [5.1]
• Persentase pengeluaran tahunan atas total anggaran
untuk tepian atau pagar gajah atau parit dari total
anggaran [5.1] Pengeluaran untuk penanaman kembali
setelah kerusakan akibat hama adalah kemungkinan
lain (dimasukkan dalam prinsip 7).
• Rasio areal produktivitas rendah yang diabaikan atau
ditanami kembali dengan spesies asli dibandingkan
dengan area produktif [5.1]
• Jumlah konflik manusia dan margasatwa dalam
perkebunan [5.1, lihat prinsip 1]
• Jumlah konflik manusia dan margasatwa di sekitar
perkebunan [5.1 lihat prinsip 1]
• Rasio area yang tidak ditanami dan area yang ditanami
dalam area yang dikembangkan [5.2]
• Daerah penyangga tepian tebing [5.2]
• Pengeluaran untuk menanam kembali area yang
terlanda banjir [5.2]
• Rasio sabut dan tempurung kelapa yang dibakar per MT
CPO [5.3]
• Rasio energi yang terbaharui (misalnya dari sabut dan
tempurung kelapa) meningkat [5.3, 5.4]
• Total abu ketel yang digunakan (misalnya jalan atau
lapangan) [5.3] Yang mengandung zat hara - seharusnya
lapangan, bukan jalan.
• Rasio EFB yang digunakan vs. yang dicerna [5.3] EFB
tidak dicerna.
• Rasio lahan POME yang digunakan vs. yang dicerna [5.3]
Penggunaan limbah cair mentah pada lahan adalah
melanggar hukum di Malaysia pada saat ini.
• Tanah yang diputihkan yang digunakan vs. yang
diproduksi [5.3] Kilang, bukan perkebunan sawit
• Hektar tanah yang dibakar dibandingkan dengan hektar
tanah yang diolah [5.4] Ini asas 7, bukan 5.
• Emisi dikurangi (misalnya dapat mengukur methane,
POME, shell, debu, karbon) [5.4] dari pabrik pengolahan
• Keragaman genetika tanaman. Ini penting bagi
kelangsungan untuk memastikan agar keragaman ini
dilindungi tidak hanya dalam perkebunan, namun
dimana saja di dalam dunia industri (bank benih,
pengumpulan di dalam atau di luar lokasi, dll).
Asas 6— Pertimbangan yang bertanggung jawab para
karyawan dan perorangan serta masyarakat yang
terkena dampak dari produsen dan pabrik pengolahan
• Jumlah sengketa atau tuntutan (terpisah untuk
pengembangan baru dan lama) [6.1, 6.2, 6.3]
• Paket pembayaran sebagai prosentase upah minimum
[6.4]
• Rasio kondisi dan keuntungan terhadap upah minimum
[6.5]
• Persentase keseluruhan pengeluaran untuk fasilitas-
fasilitas yang tidak diwajibkan (misalnya sekolah,
klinik, proyek kemasyarakatan) [6.8]
• Pembayaran per pekerja untuk proyek pengembangan
masyarakat [6.9]
• Persentase pergantian staf [6.4]
• Kadar Coliform dan fecal coliform dalam air minum [6.5]
• Total penggunaan pestisida [4.5]
• Total kadar racun pestisida [6.5]
• Kecelakaan kerja per kategori pekerja [6.5]
• Persentase staf yang dilatih setiap tahun [6.9]
• Pengeluaran untuk pelatihan sebagai prosentase total
pengeluaran [6.9]
• Pengeluaran atau jumlah orang-hari yang diberikan
pabrik Pengolahan kepada petani mengenai SPO [6.8]
• Jumlah hari pelatihan staf per tahun [6.9]
• Proporsi barang dan jasa yang berasal dari sumber
setempat [6.10]
NB: Indikator-indikator juga harus diberlakukan pada para
pekerja kontrak di lokasi.
Asas 7—Pengembangan Areal Produksi Baru secara
Bertanggung Jawab
• Rasio areal yang ditanami terhadap jumlah area konsesi
[7.1]
• Panjang sungai yang hanya mengalir sebagian tahun
saja, yang berada dalam area yang ditanami [7.1, 7.3]
• Luas humus yang dibuldozer untuk menanam (misalnya
untuk menganginkan pohon yang ditebang, membuat
teras, membangun prasarana, dll.) [7.2] Tanah pucuk
yang dipindahkan tidak diganti sehingga artinya nihil.
• Rasio jumlah tiap jenis spesies utama yang ada pada
perkebunan setelah penanaman terhadap survei awal
[7.1, 7.3]
• Rasio km kelompok vs. hektar yang ditanami (misalnya
indikator kehilangan lahan persawahan [7.1, 7.3, 7.4]
• Daerah tepian tebing penyangga [5.2]
• Pengeluaran untuk menanam kembali areal-areal yang
rendah yang terlanda banjir [5.2]
• Rasio panjang pagar dan parit gajah terhadap areal yang
ditanami (misalnya indikator koridor margasatwa yang
rusak), dan besar pengeluaran tahunan untuk ini [7.1,
7.3, 7.4]
• Rasio pohon-pohon yang ditanami kembali setelah
dirusak gajah terhadap total jumlah pohon [7.1, 7.3,
7.4]
• Rasio pohon-pohon yang ditanami setelah dilanda banjir
terhadap jumlah total pohon yang ditanami [7.1, 7.3,
7.4]
• Persentase pengeluaran tahunan untuk kelompok atau,
pagar atau parit gajah dari total anggaran [7.1, 7.3, 7.4]
• Persentase pengeluaran tahunan untuk pohon-pohon
yang ditanam dari total anggaran [7.1, 7.3, 7.4]
• Persentase pengeluaran tahunan untuk perbaikan jalan,
kelompok, pagar atau prasarana lain dari total anggaran
[7.1, 7.3, 7.4]
• Jumlah tuntutan lahan dan kompensasi di muka
pengadilan atau yang diajukan kepada lembaga
perizinan lain [7.5, 7.6]
• Insiden kebakaran [7.7]
• Rasio area yang dibakar terhadap total areal yang
ditanami [7.7].
Asas 8—Komitmen terhadap Peningkatan Sinambung
pada dalam semua Bidang Kegiatan
Sekarang langkah-langkah sepenuhnya dimasukkan ke
masing asas lain. Semua upaya telah ditempuh untuk
mengidentifikasi langkah-langkah/metrik untuk masing-
masing kriteria, namun ini tidak selamanya
memungkinkan. Disamping itu, ada beberapa langkah
utama yang tampak penting namun tidak sesuai dengan
setiap kriteria yang ada dewasa ini.