konsep dialog dalam pokok-pokok tugas...

36
i KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF MUTUALITAS DAN PENERIMAAN MENURUT PAUL F. KNITTER Oleh Frejhon Cleimen Lasatira NIM: 712012064 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi,FakultasTeologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2017

Upload: trinhtu

Post on 06-Mar-2019

317 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

i

KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA –

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF

MUTUALITAS DAN PENERIMAAN MENURUT PAUL F. KNITTER

Oleh

Frejhon Cleimen Lasatira

NIM: 712012064

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi,FakultasTeologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 2: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

ii

Page 3: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

iii

Page 4: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

iv

Page 5: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

v

Page 6: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

vi

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ....................................................................... iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI ................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... vii

MOTTO .............................................................................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................................................ ix

Bab I Pendahuluan ................................................................................................................. 1

1.1. Hubungan Antaragama: Dari Monolog ke Dialog .......................................................... 1

1.2. Teologi Agama-agama suatu tinjauan secara umum ...................................................... 4

Bab 2 Dialog dalam Mutualitas saling memperkaya dan Penerimaan saling

menerima Paul F Knitter ...................................................................................................... 10

Bab 3 Dialog dalam Pokok-Pokok Tugas Panggilan

Bersama 2014-2019 ................................................................................................. 14

3.1. Sejarah Singkat PTPB ................................................................................................... 14

3.2. Teologi Agama-agama dan konsep dialog dalam PTPB ............................................. 16

Bab 4 Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama dalam

Kerangka Mutuality : Saling memperkaya dan Acceptance:

Saling menerima....................................................................................................... 18

Page 7: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

vii

4.1. Humanitas dan Tanggung Jawab Global:

dalam diskursus Gereja terhadap sang liyan ................................................................. 21

4.2. Dialog mutuality-Aceptance: Jalan kreatif dan Transformatif

Membangun Kerukunan ............................................................................................. 22

Bab 5 Kesimpulan ................................................................................................................ 23

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 25

Page 8: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

viii

Kata Pengantar.

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas kasih

dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnalyang berjudul

―KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA –

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF MUTUALITAS

DAN PENERIMAAN MENURUT PAUL F. KNITTER‖. Adapun tugas akhir ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi di Fakultas Teologi,

Universitas Kristen Satya Wacana – Salatiga. Dalam penulisan tugas akhir ini penulis banyak

diberikan semangat, doa dan bantuan secara langsung maupun secara tidak langsung antara lain

oleh:

1. Bapak Pdt. Frederik Lasatira, S.Si, yang telah mengajarkan kepada penulis arti sebuah

kehidupan, bersama ayah, dalam mengarungi lautan Tanimbar sampai ke Kairatu Jemaat

Ursana, telah membawa penulis menemukan makna hidup dan arti sebuah pelayanan dan

pengabdian, serta mendorong penulis untuk selalu melakukan yang terbaik dalam hidup.

Tulisan ini spesial untuk ayah dari begitu banyak nilai-nilai hidup yang ayah berikan.

Terima Kasih banyak papa.

2. Ibu Ny. Jois H. Pattiruhu, S.Th, yang selalu mengajarkan nilai kesabaran, kelemah-

lembutan dan selalu berdoa kepada penulis agar selalu berhasil dalam study, kepada

mama tulisan ini di dedikasikan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada adik-

adik penulis; nus, epin, tia, selalu menjadi yang terbaik yeahh. Heheh

3. Wali studiku, Pdt. Dr. David Samiyono, MTS. Terima kasih untuk bimbingan selama

penulis menjalani studi di Fakultas Teologi UKSW – Salatiga.

4. Pembimbing pertama Pdt. Izak Lattu, Ph.D, bersama keluarga yang kapanpun selalu

membuka pintu rumah, ketika penulis membutuhkan nasihat dan bimbingan dalam

mengerjakan tugas akhir penulis.

5. Pembimbing kedua Pdt. Dr. Tony Tampake, M.Si. Yang banyak memberi masukan

sistematis dan berpikir sederhana namun jelas yang menginspirasi penulis untuk selalu

berpikir dulu baru bertindak selama mengerjakan tugas akhir ini.

6. Dekan Fakultas Teologi; Pdt. Dr. Retnowati, M.Si, Kaprogdi Pdt. Irene Ludji, MAR dan

Ibu Budidan seluruh dosen yang selalu memberikan informasi dan menjadi orang tua bagi

penulis selama berproses sebagai mahasiswa di Fakultas Teologi.

7. BPMF, BPMU, SMU dan Fakultas Teologi yang memberi penulis waktu untuk

mengembangkan profesional skill dan humanistik skill penulis dalam memimpin dan

melayani. Sungguh penulis sangat berterima kasih.

Akhir kata penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan bagi Civitas academica dan pihak-pihak yang memerlukan.

Salatiga, 2 Februari 2017

Penulis

Page 9: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

ix

MOTO

“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

(Roma 12:11)

Yang terpenting dalam kehidupanku

adalah ketika saya harus keluar dari zona nyaman dan menjadi berkat bagi orang lain.

Page 10: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

x

KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA –

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF

MUTUALITAS DAN PENERIMAAN MENURUT PAUL F. KNITTER

Frejhon Cleimen Lasatira (712012064)

Dosen pembimbing:

Pdt. Izak. Y.M. Lattu. M.A. P.hD

Pdt. Dr. Tony Tampake. M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Abstrak

Di tengah keberagaman agama di Indonesia terdapat begitu banyak teologi dan dogma yang

bisa saja tertutup dan juga terbuka dalam berelasi.Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia telah

mengeluarkan Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) sebagai dokumen yang memuat

tentang relasi gereja dan sang liyan. Sang liyan merupakan manusia yang beragama atau

berkeyakinan berbeda di luar agama kristen. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia dalam

PTPB di dorong untuk lebih terbuka membangun relasi dalam bentuk dialog dengan agama-

agama lain. Menurut Paul F. Knitter bentuk dialog dapat dipahami sebagai kerangka untuk saling

memperkaya dan saling menerima terhadap sang liyan. Tulisan ini berupaya mencari

perkembangan Dialog dalam PTPB-PGI 2014-2019. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif

dan kajian literatur maka hasil penelitian penulis menemukan bahwa konsep Dialog dalam

kerangka saling memperkaya dan menerima pada PTPB-PGI kurang mendapat perhatian yang

serius. Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Persekutuan Gereja-

gereja di Indonesia untuk menata dan memberikan ruang dialog yang baik bagi sang liyan.

Kata Kunci: Teologi Agama-agama, Dialog Agama-agama, PTPB-PGI, perspektif

Mutuality- Acceptance Paul F Knitter.

Page 11: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

1

1. Pendahuluan

1.1. Hubungan antar Agama-agama: dari Monolog ke Dialog.

Agama berhubungan dengan realitas empiris dan supra-empiris, maka institusi dibuat

untuk merumuskan dan mencari perbedaan tersebut dan aktivitas dari institusi keagamaan hadir

sebagai bentuk pelestarian terhadap aturan-aturannya. Artinya dalam agama ada semacam

diverinitas yaitu kenyataan kehidupan sosialdan entitas transenden, maka dibutuhkan

beliefsystem (Kitab Suci, komunitas, ritual dan tradisi/etika) yang mengatur dan memelihara

profanitas dan sakralitas kehidupan manusia. Karena agama berhubungan erat dengan profanitas,

maka agama harus sadar dan peduli akan permasalahan sosial dalam kehidupan manusia. Bila

agama jatuh pada sikap Pietis (kesalehan) yang dangkal yaitu lamban atau bersikap apatis pada

kenyataan sosial dan sembari mengurus ritual/pemujaannya maka yang terjadi adalah agama

bukan lagi menciptakan keteraturan atau ketertiban dalam kehidupan manusia tetapi menciptakan

gama atau kekacauan dalam kehidupan manusia.Bercermin dalam realitas konteks agama-agama

di Indonesia, Secara umum eksistensi agama-agama sangatlah majemuk dan pluralistis. Ada

agama yang datang dari luar Indonesia (agama impor?) seperti, Islam dari negeri Arab, agama

Budhha-Hindu dari India dan dari Indonesia yaitu agama suku dan kebatinan. Secara khusus

dalam kehidupan Kristen pun tidak terlepas dari keragaman dogma, aliran teologi, dan tradisi,

yang notabenenya berasal dari luar Indonesia.Tantangannya ada dalam wujud masalah, yaitu

seputar konteks anugerah yakni soteriologi.1Dengan demikian dalam kesadaran konteks dan

keragaman doktrin tersebut, perlu satu dasar bersama yang harus ditempuh oleh Gereja-gereja di

Indonesia guna untuk menuju pada keesaan gereja dan menata, memotivasi dan membangun

relasi dan pelayanan yang baik dalam konteks Indonesia.Secara umum dasar bersama itu telah

menjadi aturan dasar yang telah disepakati oleh Gereja-gereja di Indonesia, yaitu dalam bentuk

aturan tertulis, yakni Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (DKG-

PGI 2014-2019). Secara khusus yakni Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama, yang merupakan

pandangan dan aksi bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia untuk melihat dan berelasi

dengan ―sang liyan‖ yaitu agama-agama yang ada di Indonesia.

1 John A. Titaley, Menuju Teologi Agama-Agama Yang Kontekstual. (Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen

Satya Wacana press, 2001), 8.

Page 12: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

2

Dari kesadaran apriori tentang agama dan kesadaran aposteriori agama-agama di

Indonesia maka kepedulian agama-agama untuk saling berhubungan harus ada dialog dan

kolaborasi diantara mereka. Disatu sisi, Teolog Indonesia misalnya Th. Sumarthana pernah

berbicara mengenai dialog antaragama. Menurut Sumarthana, dialog dapat berjalan bila orang

lain tidak menyebut yang lain kafir dan terjadi kejujuran diantara mereka.Dialog tidak produktif

bila orang mencari persamaan dan bukan perbedaan.2 Joas Adiprasetya menyoroti sisi keragaman

dalam hubungan Agama-agama bukan di lihat dari pusat eklesiosentris (berpusat pada gereja),

teosentris (berpusat pada Allah) atau kristosentris (berpusat pada Kristus) yang mengandung

nilai dogmatis-doktriner, tetapi dari ranah etikosentrisme pada etik global yang mendahulukan

kepentingan praksis.3 Dasar hidup bersama agama-agama yang beragam tidak diletakan secara

khusus pada Allah yang sama, namun pada konteks global yang sama. Itu sebabnya komunitas

agamawi yang beragam itu bahkan memiliki potensi untuk merangkul semua manusia yang tidak

terhisab dalam tradisi keagamaan tertentu (non believers).4Disisi lain, dengan berangkat dari

PTPB 2004-2009 Andreas Yewangoe juga mengatakan bahwa Pekabaran Injil di Indonesia

bukanlah untuk kristenisasi melainkan melakukan karya perdamaian dan keadilan.5

SedangkanJohn Titaley dalam bukunya Religiositas di Alinea Ketiga. Menegaskan bahwa Dialog

yang dirumuskan dalam bentuk misiologi yang baru, yaitu dapat mengatasi, memperbaiki mutu

kehidupan bangsa Indonesia yang meliputi masalah-masalah sosial, politik, dan ekonomi,

mengingat persoalan Agama sudah diselesaikan dalam UUD 1945 yang beliau sebutkan sebagai

Injil.6

Berbeda dari empat tulisan teolog Indonesia ini, maka fokus tulisan saya mengacu kepada

dialog didalam teks PTPB 2014-2019. Saya akan menggali perkembangan dialog dalam teks

PTPB 2014-2019, di bawah sorotan pemikiran soteriasentris (Baca:Keselamatan sosial) menurut

Paul F. Knitter yang dimulai dari monolog dalam model penggantian, pemenuhan, dan sampai

kepada dialog dalam kerangka mutualitas dan penerimaan.Berdasarkan latar belakang

permasalahan yang dikemukakan diatas, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah

2 Sumarthana dkk.Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia (Yogyakarta: Interfidei, 2001), 100-105.

3Joas Adiprasetya.Mencari Dasar Bersama: Etika Global dalam Kajian Postmodernisme dan Pluralisme Agama

(Jakarta: Gunung Mulia, diterbitkan bersama dengan UPI STT Jakarta, 2002), 2. 4 Adiprasetya, Mencari Dasar Bersama, 178-179.

5Andreas Yewangoe. Tidak Ada Penumpang Gelap (Jakarta: BPK, Gunung Mulia 2009), 41.

6John Titaley. Religiositas di Alinea Tiga:Pluralisme, Nasionalisme, dan Transformasi Agama-Agama (Salatiga:

Satya Wacana University Press 2013), 140.

Page 13: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

3

sebagai sebagai berikut: Bagaimana Teologi agama-agama di dalam PTPB 2014-2019?

Bagaimana aspek mutualitas dan penerimaan di dalam teologi agama-agama PTPB 2014-2019

ditinjau dari pemikiran Paul F. Knitter? Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah: Pertama.

Mendeskripsikan Konsep Dialog dalam Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama-Persekutuan

Gereja-Gereja di Indonesia (PTPB-PGI) 2014-2019, menurut teologi agama-agama khususnya

teoriMutualitas dan Penerimaan Paul F. Knitter. Kedua. Memahami esensi dialog dari Pokok-

Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB-PGI) 2014-2019 menurut teologi agama-agama

khususnya konsep mutualitas dan penerimaan Paul F. Knitter.Melalui penelitian iniakan

dihasilkan karya ilmiah yang diharapkan dapat menjadi sumber pustaka yang bermanfaat bagi

kalangan intelektual dan PGI. Adapunmanfaat dari penelitian ini adalahsebagai

berikut:Membantu pembaca untuk mengenal kekuatan dan kelemahan Dialog dalam PTPB-PGI

2014-2019, khususnya dari perspektif Mutualitas dan Penerimaan Paul F. Knitter.Membantu

pembaca untuk memahami esensi Dialog dalam PTPB-PGI 2014-2019 terutama yang berkaitan

dengan agama lain atau sang liyan.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.Pendekatan ini digunakan karena dapat memberikan hasil yang lebih mendetail dan

mendalam.Menurut Mardilis, metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses

penelitian, sedangkan penelitian dimengerti sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang

dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

sistematis untuk mewujudkan kebenaran.7 Jadi metode penelitian adalah cara atau teknis yang

dilakukan dalam ilmu pengetahuan secara sabar, hati-hati dan sistematis untuk memperoleh

kebenaran. Karenanya metodologi penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat di dalam penelitian.8Secara umum tujuan dari penulisan

pendekatan kualitatif adalah mencari pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau

realita.9Sementara itupenulis akan menelusuri teks dengan memakai kajian studi dokumenter.

MenurutBurhan Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual dengan literatur, karena

literatur merupakan bahan-bahan yang diterbitkan sedangkan dokumenter adalah informasi yang

7Mardilis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.(Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 24.

8 Usman Husaini, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia, 1998),63.

9 Semiawan R. Cony, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Grasindo, 2010), 2.

Page 14: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

4

disimpan ataudidokumentasikan sebagai bahan dokumenter.10

Artinya studi dokumenter

cenderung meneliti dokumen-dokumen yang dibuat oleh lembaga atau institusi lainnya. Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif secara umum, dan kajian dokumenter secara khusus maka

penulis dapat mengerti, mengetahui, dan memahami isi dari dokumen-dokumen secara

mendalam yaitu Pokok –Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB). Penulis akan mempelajari

objek yang berkaitan dengan topik yang disajikan berdasarkan pendapat atau pandangan para

ahli Teologi Agama-agama khususnya pada lajur perspektif Mutualitas dan Peneriman Paul

Knitter dan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Sumber data utama penulis peroleh

dari Pokok Tugas Panggilan Bersama PGI dan teori Mutualitas dan teori Penerimaan Paul F.

Knitter. Sedangkan data pendukungnya ialah buku-buku, jurnal-jurnal lain yang berkaitan

dengan topik yang disajikan.Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam lima bagian sebagai

berikut:Bagian 1,Pendahuluan (latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan).Bagian 2, Landasan Teori(pertama, Teologi Agama-

agama. Kedua, teori Mutualitas dan teori PenerimaanPaul F Knitter).Bagian 3, Hasil

Penelitian(data hasil penelitian yang ditemukan selama penelitian Literatur).Bagian 4,

Analisa(analisa terhadap hasil penelitian dengan menggunakan teori yang ada dalam bagian

2).Bagian 5, Penutup(kesimpulan akhir dari pengolahan data hasil penelitian), Kesimpulan dan

Saran.

1.2. Teologi Agama-agama suatu tinjauan secara umum.

Guna menemukan energi positif dalam ruang agama-agama untuk mencapai Keselamatan

sosial, maka dialog sangatlah dibutuhkan perdamaian agama-agama, dan menjaga kestabilan

peradaban dunia yang lebih baik. Hans Kung mengatakan tidak akan ada perdamaian di antara

bangsa-bangsa tanpa kedamaian di antara agama-agama. Dan tidak akan ada perdamaian di

antara agama-agama tanpa hubungan baru dialog dan kolaborasi di antara mereka.11

Lanjut paul

Tillich mengingatkan kita, ''substansi'' peradaban dan budaya adalah agama, dialog peradaban

tidak akan mungkin terjadi tanpa dialog agama. Tetapi jika dialog adalah cara baru dari

keberadaan gereja, juga harus baru cara berteologi. Agama-agama, memainkan peran penting

10

Burhan M. Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2008), 122. 11

Hans Kung, Global Responsibility: In Search of a New World Ethic (New York: Cross Publisher, 1991), 75.

Page 15: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

5

dalam ''melakukan'' teologi Kristen. Yang berarti bahwa sumber-sumber Kristen teologi tidak

hanya Kristen.12

Dialog agama adalah kesediaan untuk agama-agama saling mendengarkan, belajar dan

menerima persamaan dan perbedaan. Dialog antar-agama tidaklah diletakan dalam ruang hampa,

tetapi terarah pada dunia yang dipenuhi dengan ketidakadilan, kemiskinan, penderitaan, dan

kerusakan ekologi.13

Pontifical Council for Interreligious Dialogue membagi dialog menjadi 4

level:

1. Dialog kehidupan terjadi pada saat manusia dimotivasi untuk hidup secara dalam

semangat keterbukaan dan bertetangga dengan baik, berbagi suka dan duka, persoalan

kemanusiaan dan persoalan-persoalan besar kehidupan.

2. Dialog aksi terjadi ketika pemeluk agama Kristen dan pemeluk agama-agama lain

bekerjasama untuk membangun kebebasan dan kemanusiaan seutuhnya.

3. Dialog teologi, terjadi ketik para ahli agama berupaya memperdalam pemahaman atas

agama lain secara bersimpati dan menghargai nilai-nilai spiritual masing-masing.

4. Dialog pengalaman beragama, terjadi saat pribadi-pribadi yang beragama saling berbagi

pengalaman spiritual (berdoa dan kontemplasi), iman dan cara mereka memahami dan

berhubungan dengan Tuhan atau yang Maha Kuasa.14

Dialog inter-religius tidak pernah terlepas dari teologi, karena persoalan manusia adalah

persoalan teologis yang mendorong manusia untuk berefleksi dan beraksi dalam kehidupannya,

maka menjadi suatu keniscayaan dan imperatif bila kita mulai dengan teologi agama-agama.

Theologia religionum adalah upaya refleksi teologis untuk menempatkan pluralisme sebagai

pusat perhatian dan pusat persoalan.15

Paul F Knitter membawa kita untuk sadar akan keberadaan

kita yaitu menuju kepada kesadaran bersama yakni kesadaran akan yang lain, kesadaran akan

sejarah, kesadaran imperatif dialog dan kesadaran akan tanggung jawab bagi dunia. Kesadaran

akan yang lain sangat dibutuhkan dalam realitas pluralisme religius menyerbu, meledak, dan

mengubah dunia religious kebanyakan diantara kita melalui mata dan suara serta sentuhan

12

Knitter, ―Doing Theology Interrelegiously. Cross Curents 61, Issue I (March 2011): 125. 13

Stella Pattipeilohy, Keselamatan menurut Paul F Knitter: Suatu Tinjauan Psiko-Sosial (Yogyakarta: Kanisius

2015), 14. 14

Izak Lattu, Beyond Tolerance: Memahami Hubungan Lintas Agama dalam Konteks Polidoksi dan Poliponik

dalam Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen, editor. Retnowati dkk (Salatiga: Satya Wacana University

Press, 2015), 170. 15

Th Sumartana., ―Theologia Religionum,dalamMeretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia, Ed. Tim

Balitbang PGI (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 19.

Page 16: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

6

mereka yang berkeyakinan lain yang merupakan bagian dari hidup kita.16

Kesadaran akan

sejarah terbingkai pada kesadaran personal-eksistensial bahwa ada banyak agama membawa

orang pada kesadaran historis bahwa semua agama terbatas.17

Pengetahuan yang kita terima,

adalah pengetahuan yang sudah ditafsirkan jadi kebenaran yang kita dapat didalam sejarah

bukanlah pengetahuan yang sahih melainkan separuh dalam konteks keberadaan kita.Meskipun

kebenaran didalam sejarah bersifat terbatas namun secara menggembirakan hal ini membawa

manusia pada saling berhubungan. Dalam kritiknya Habermas terhadap Karl Marx yang

menempatkan praksis pada kerja merasakan adanya pereduksian manusia sebagai zon Politikon,

urgen Habermas berpendapat bahwapraksis itu adalah bahasa.18

Apabila kita tidak berbicara dan

mendengarkan orang lain, kita tidak dapat belajar sesuatu. Dalam kesadaran imperatif moral

dialog, Knitter merumuskan dialog sebagai tempat pelarian dari atau penyelesaian bagi

keterbatasan yang melekat dari sudut pandang kita sendiri.19

Selanjutnya, kesadaran akan

tanggung jawab bagi dunia mendorong agama-agama untuk sama peduli pada lingkungannya.

Agama harus berani keluar dari imanen-transendensialnya dan menuju pada rasionalitas-empiris

guna menjawab fungsinya sebagai agen of change. Knitter mengajak umat beragama agar dapat

merasakan iman kosmologis ini sebagai panggilan Allah pada dan kebutuhan Allah akan kerja

sama kita.20

Knitter memulai argumennya dengan model penggantian,yang menegaskan bahwa hanya

ada satu agama yang benar yaitu agama Kristen, Karl Barth (1886-1968), pemikir besar

Protestan meskipun bukan bagian dari kaum fundamentalis dan evangelikal namun ia meletakan

dasar teologi untuk model penggantian ini dalam memahami agama-agama lain.21

Selanjutnya,

Knitter membagi Model Penggantian menjadi dua bagian: pertamamodel pengantian total, model

ini terutama dianut oleh komunitas kristiani yang beraliran fundamentalisme atau evangelikal.22

Teologi dari model Penggantian total menganggap bahwa ada yang kurang, atau menyimpang, di

dalam agama-agama lain. Jadi pada akhirnya agama Kristen harus bertindak menggantikan

16

Paul F Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2005), 69. 17

Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan, 71. 18

Budi Hadirman, Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu Masyarakat, Politik, dan Postmodernisme menurut

Jurgen Habermas (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 15-16. 19

Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan, 75. 20

Knitter, Menggugat Arogansi Kekristenan, 82. 21

PaulF Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2008), 21. 22

Knitter, Pengantar Teologi __________,25.

Page 17: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

7

mereka. Sedangkan model yang kedua dari penggantian adalah model penggantian parsial,

mengatakan bahwa adanya wahyu dalam agama-agama lain, namun keselamatan tidak

ditemukan di dalam agama-agama lain.23

Berangkat dari model pertama, Knitter masuk pada

model berikut yakni model pemenuhan, yang menyerukan bahwa hanya ada satu agama yang

dapat menyempurnakan agama-agama lain, agama-agama lain memiliki kebenaran sejauh

kebenaran itu sesuai dengan satu agama tertentu. Dengan demikian, model ini merupakan satu

langkah ke depan dalam usaha agama Kristiani membangun satu pemahaman yang berimbang

tentang agama-agama lain. Model ini menawarkan satu teologi yang dapat memberikan bobot

yang sama kepada dua keyakinan dasar Kristiani yang telah kita dengar bersama: bahwa kasih

Allah itu universal, diberikan kepada semua bangsa, namun kasih itu juga partikular, diberikan

secara nyata di dalam Yesus Kristus.24

Pemahaman ini sekaligus tetap mempertahankan

keunikan kekristenan itu sendiri, meskipun agama Kristen dapat berbaur dengan agama lain

lewat pengakuan akan rahmat ilahi yang dipelopori oleh pemikiran Karl Rahner tentang Kristen

anonim. Secara khusus konsep ini tersebut memungkinkan seseorang untuk menghindar salah

satu dari dua jalan yang ada yaitu menghindar dari jalan ekslusivisme dan pluralisme.25

Knitter

menyebut Rahner sebagai seorang teolog pembebasan karena lewat teori Kristen anonimnya, ia

berani merombak pemikiran sempit eklesiologis yang mengurung keselamatan di dalam gereja

extra ecclesiam nula salus (di luar gereja tidak ada keselamatan).26

Rahner menulis dalam

keempat tesisnya tentang Kristen anonim,27

menegaskan secara eksplisit jikalau keselamatan

sebagai sesuatu yang khas Kristen dan di lain pihak keselamatan merupakan rahmat Allah yang

benar-benar dan sungguh-sungguh bermaksud menyelamatkan semua orang, maka kedua aspek

ini tidak bisa didamaikan dengan cara lain kecuali dengan menyatakan bahwa setiap manusia

sesungguhnya memang terbuka terhadap pengaruh-pengaruh rahmat ilahi yang adiduniawi. Umat

bukan Kristen, karena rahmat ini, sesungguhnya tidak tanpa iman kepada Kristus, mereka

beriman kepada Kristus, tetapi secara anonim, implisit. Iman kepada Kristus inilah yang

memberi keselamatan, biarpun implisit atau tidak mengenal Kristus secara jelas sebagaimana

dalam kekristenan. Para inklusivis lain melihatYesus sebagai wakil (representative) kasih dan

23

Knitter, Pengantar Teologi __________, 37-41. 24

Knitter, Pengantar Teologi ___________, 73. 25

Karen Kilby, Karl Rahner (Yogyakarta: Kanisius, 2001), 49. 26

Paul F Knitter,―Dialogue and Liberation: What I Have Learned from My Friends—Buddhist and Christian,‖

University of Hawaii PressIssue . 34(December 2014): 174. 27

Lihat, Karl Rahner, Theological Investigations halaman 5.117, 119, 14.282 dan 5.133-134.

Page 18: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

8

kebenaran Allah yang menyelamatkan secara sepenuhnya di dalam lingkungan hidup

manusiawi.28

Pandangan yang ditawarkan oleh Rahner dengan teori Kristen anonim, tidak

mengindoktrinisasi epistemologis knitter untuk berhenti dan meng-Amini ide sang guru, malahan

mendorong Knitter untuk melanjutkan ide sang guru. Tapi pada akhirnya mereka (kaum

inklusivis) gagal, karena mereka akhirnya menentukan nilai agama-agama lain dengan

caramereka sendiri.Knitter berbicara tentang bahasa keagamaan, yaitu Jika kita benar-benar

percaya bahwa bahasa agama kita baik benar-benar mengungkapkan tapi juga menyembunyikan

apa yang kita sebut Allah, kita akan ingin berbicara bahasa kita sendiri agar orang lain dapat

mengenali keindahan dan nilai dari apa yang kita dikenal; tapi kami juga ingin membuat, karena

itu, untuk apa kita "hilang" dalam bahasa kita - dan kami akan melakukannya dengan

mendengarkan, yang berarti belajar, bahasa agama orang lain. Untuk menggunakan gambar kita

sebelumnya, jika kita menyadari bahwa teleskop kita memungkinkan kita untuk melihat hanya

satu bagian dari alam semesta kebenaran, jika apa yang kita lihat memberitahu kita ada begitu

banyak untuk melihat, maka tentu kita akan ingin meminjam teleskoporang lain untuk melihat

apa lagi yang ada untuk melihat! Dari dua pengandaian itu, Kata kuncinya ada pada

epistemologis dialog artinya perlu pemahaman dari kita tentang dialog.Inkarnasi Firman Allah

dalam Yesus berlangsung pada titik tertentu dalam sejarah, dalam budaya tertentu, melalui

bahasa tertentu.Ini berarti bahwa inkarnasi dari Firman dalam Yesus tidak dapat keseluruhan

Firman Allah.Untuk menjadikannya sebagai Firman Allah secara keseluruhan maka, kita harus

meletakan dasar dialog.29

Semua ini melukiskan gambaran yang agak idealis dari unsur

menyaksikan dialog. Bersaksi dapat mengambil dalam bentuk lain, dan hadir dalam derajat yang

berbeda. Kita mungkin masukkan dialog tidak dari posisi yang kuat, tetapi dari salah satu

kelemahan; atau lebih baik, posisi mencari ketimbang penemuan; mungkin itu adalah posisi

ketidakpuasan dengan tradisi sendiri.30

Posisi mencari selalu terbuka untuk mencari kebenaran

itu, ketidakpuasan untuk terus mencari mendorong agama untuk selalu belajar memandang dari

jendela kebenaran lainnya, berbeda dengan menemukan kebenaran, itu hanya membuat agama-

agama menjadi tertutup dan tidak peduli pada sang lain.

28

Paul F Knitter, Satu Bumi Banyak Agama: Dialog - Multi Agama dan Tanggung Jawab Global (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2003), 39. 29

Paul F Knitter. ―Toward a Liberative Interreligious Dialogue, ― Cross Currents 45, Issue 4(Winter95/96):2-5. 30

Paul F Knitter, ―Interreligious Dialogue: What? Why? How?,‖ dalam Death or Dialogue? From the age of

Monologue to the Age of Dialogue, ed. Leonard Swidler, John B Cobb Jr, Paul F Knitter and Monika K

Hellwig (Philadelphia: Trinity Press International), 23.

Page 19: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

9

2. Dialog dalam Mutualitas dan Penerimaan Paul F Knitter.

Model Pluralisme yang berbicara tentang kebenaran sendiri masing-masing agama.

Dalam pandangan Knitter dinamakan model Mutualitas dan Penerimaan.Dalam model

Mutualitas semua agama memiliki kebenaran karena itu agama-agama terpanggil untuk

berdialog. Model Mutualitas akan lebih berpihak pada kasih dan kehadiran Allah yang universal

di dalam agama-agama lain. Bagi model ini, hubungan lebih penting daripada pluralitas.

Hubungan semacam ini harus saling memperkaya, artinya hubungan dan percakapan dua arah ini

memungkinkan kedua belah pihak saling berbicara dan mendengarkan, terbuka untuk belajar dan

berubah bagi model ini, apapun yang mengancam mutualitas dialog harus dicurigai.31

Jadi,

model Mutualitas ingin menghindari pendapat bahwa semua agama sama atau hanya berbicara

tentang masalah yang sama tetapi sejalan dengan itu – dan ini ―tetapi yang rumit – harus ada

sesuatu yang sama di antara agama-agama ini sehingga memungkinkan dialog.32

Artinya dalam

hubungan agama dalam berdialog tidak perlu menjadi sama dengan agama lain, atau hanya fokus

pada permasalahan internal agama, melainkan mencari makna positif pada agama dan fokus pada

permasalahan global yang terjadi suatu dialog yang bertanggung jawab secara global harus

didasarkan pada kesadaran bahwa semua pertemuan antaragama tidak lengkap, barangkali

bahkan berbahaya jika tidak memperhatikan masalah keprihatinan bersama terhadap – serta

upaya mengatasi – penderitaan umat manusia dan lingkungan yang terdapat di seluruh

bumi.33

Dalam dialog yang bertanggung jawab secara global bahwa Knitter menyarankan, orang

yang berbeda agama mulai percakapan agama mereka dengan bersifat non-agama. Maksud

Knitter bahwa mereka tidak mulai berbicara tentang hal-hal keagamaan; mereka mulai dengan

etika. Mereka melihat-lihat apa kebutuhan etika lingkungan bersama mereka adalah penderitaan

manusia atau lingkungan dan mereka bertemu.34

Ada tiga jembatan yang ditawarkan Knitter

kepada umat Kristiani untuk menyeberang ke model Mutualitas: Jembatan Filosofis-historis.

Jembatan ini bertumpu pada keterbatasan historis agama-agama dan kemungkinan ada satu

kenyataan Ilahi dibalik dan di dalam semua agama. Jembatan religious-mistik. Yang Ilahi itu

lebih daripada apa yang diketahui agama namun yang justru hadir dalam pengalaman mistik

31

Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, 130. 32

Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, 133. 33

Knitter, Satu Bumi Banyak Agama, 21. 34

Paul F Knitter, ―Global Responsibility and Interreligious Dialogue: Searching for Common Ground,‖ Journal

Studi Agama dan Masyarakat Waskita II, no 1 (April 2005),‖12.

Page 20: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

10

semua agama. Jembatan etis-praktis. Adanya pengakuan bahwa kemiskinan dan penderitaan

merusak kemanusiaan dan bumi ini merupakan keprihatinan semua umat beragama, Semua

agama terpanggil untuk mengatasi berbagai penderitaan ini, maka secara serius akan

memampukan agama-agama untuk berdialog lebih efektif harus dlakukan.Menurut Rut Langer,

dialog dan pendidikanadalah kunci membangun hubungan yang bermutu. Dalam rangka untuk

berdoa bersama agama lain, kita perlu memahami teologi dan parameter masing-masing untuk

berdoa. Kita juga perlu mengerti ekspresi dari doa kita dan alasan mengapa kita berdoa. Dalam

doa bersama, kata-kata yang dipilih harus dapat diterima oleh semua.35

Sama seperti Langer,

Habermas juga menekankan tentang ―sikap epistemik‖ (epistemic stance) yang telah direlativisir

atau sebuah pengertian reflektif terhadap agama dan pandangan-pandangan dunia yang

berbeda.36

Perbedaan antara agama-agama yang nyata; mereka sering mencolok; dan mereka

peduli.Perbedaan merupakan hal dialog. Jelas, ada keterbukaan dalam model ini. Keterbukaan

tampaknya lebih besar daripada komitmen.37

Kalau umat kristiani membuka diri terhadap yang

lain dalam dialog agama-agama, mereka juga harus bersedia untuk dikecewakan, mungkin juga

dipusingkan, ditantang untuk menggantikan keyakinan atau praksis tertentu yang sebelumnya

tidak pernah mereka persoalkan.38

Melalui cara-cara berbeda ini, umat Kristiani mutualis

menekankan bahwa umat Kristiani dapat menjadi umat Kristiani yang lebih baik karena telah

berbicara dan belajar dengan agama lain. Itu berarti mereka dapat dipenuhi melalui perjumpaan

semacam ini.39

Di satu sisi ada orang-orang yang melihat dialog sebagai cara melestarikan dan

meningkatkan perbedaan, dan pada lain, mereka yang melihat dialog sebagai potensi untuk

transformasi kreatif. Di sisi lain, Sesama pencari percaya bahwa sebagai anggota komunitas

agama yang berbeda mereka tidak hanya ingin menjadi toleran dan kooperatif dengan satu sama

lain; mereka juga ingin untuk belajar dari satu sama lain, yang berarti mereka harus berbicara

35

Rut Langer, ―The Blessings and Challenges of Interreligious Prayer,‖ (January 2015): 6, diakses January 10,

2016,http://web.b.ebscohost.com/ehost/detail/detail?vid=5&sid=c81e1080-8baa-4d83-a516-

70bca8d05775%40sessionmgr113&hid=107&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d. 36

Fatlolon Costantinus,Masalah Terorisme Global: Dalam Konteks Teori Habermas Tentang Kolonisasi Dunia

Kehidupan Oleh Sistem Modern (Yogyakarta:Kanisius, 2016), 81. 37

Paul F Knitter, ―Christian Theologies of Religions: Searching for Comitment and Openess,‖ Jurnal Waskita Vol I

No. 2 (November 2004): 98. 38

Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, 284. 39

Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, 285.

Page 21: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

11

dengan satu sama lain tentang hal-hal yang paling berguna untuk setiap mereka.40

Dua gaya yang

berbeda itu di sebut sebagai " dialog tetangga yang baik "dan" dialog sesama pencari".41

Selanjutnya Model terakhir dalam tulisan Knitter adalah Model Penerimaan menegaskan

tentang kebenaran yang ada pada banyak agama biarlah begitu.Model ini merupakan satu

pendekatan terhadap agama-agama lain merasa bahwa ia lebih mampu berkomunikasi dengan

cara orang masa kini untuk memahami diri mereka sendiri dan dunianya dan, pada saat yang

sama, memperbaiki berbagai aspek dari teologi-teologi sebelumnya yang rupanya tidak bekerja

dengan baik.42

Dalam hubungan dengan teologi-teologi lainnya, model ini, sekali lagi, berusaha

menyeimbangkan papan jungkat-jungkit yang telah kita duduki bersama selama ini – antara

universalitas dan partikularitas.43

Bagi para teolog Model Penerimaan, tekanannya terletak pada

yang positif yakni keindahan, nilai, dan kesempatan menjadi beraneka ragam.44

Bagi mereka,

perbedaan itu sangat menarik, berbuah, dan mengandung rahmat kehidupan daripada

persamaan.45

Mengingat ada begitu banyak kebenaran dalam agama-agama dari pada satu agama

tertentu yaitu Allah yang hadir dalam bentuk Budhha dan Yesus, rela hidup dalam dukkha atau

penderitaan yang luas, guna membebaskan manusia dari keterpurukan yang menimpa mereka.46

Keteladanan yang ditonjolkan Allah dalam Buddha dan Yesus, mendorong agama-agama untuk

belajar banyak dari sang Liyan.

Model penerimaan adalah bagian dari hukum yang umat kristiani temukan dalam ajaran

Injil: hukum untuk mengasihi , benar-benar mengasihi sesama manusia. Para penganut model ini

mengingatkan umat kristiani lainnya akan sesuatu yang sangat mudah dilupakan. Menurut model

ini penerimaan, inilah yang yang justru yang gagal yang dilakukan oleh umat Kristiani, dan

walaupun tidak secara sadar atau memendam- tetapi karena bereaksi terhadap orang lain dari

perspektif bahasa kultural dan religious kita sendiri. Ini adalah salah satu teguran yang sangat

bernilai dari model ini: ingat selalu betapa sering perspektif kita sendiri menghalangi kita untuk

40

Paul F Knitter. ―Comparative Theology Is Not ―Business-as-Usual Theology: Personal Witness from a Buddhist

Christian,‖ Journal BUDDHIST-CHRISTIAN STUDIES Issue. 35 (January 2015): 183. 41

Paul F Knitter, ―Good Neighbors or Fellow Seekers?dealing with the plurality of religions in the twenty-first

century,‖Journal Interreligious Insight 12, no. 1 (June 2014): 11. 42

Knitter, Pengantar Teologi,___________, 205. 43

Knitter, Pengantar Teologi, ___________, 205. 44

Knitter, Pengantar Teologi,___________, 211. 45

Knitter, Pengantar Teologi,___________, 211. 46

Knitter, ―Comparative Theology Is Not ―Business-as-Usual Theology,‖189.

Page 22: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

12

memandang, dan menghargai dan belajar dari, ke-liyan-an orang lain. Itu berarti kita sadar

betapa sering bahasa kita menghalangi kita untuk mengasihi sesama kita.47

Sehingga dalam hal

mengasihi keterbukaan dan komitmen seimbang dalam hubungan antar Agama-agama.

Mengasihi berarti berada pada tataran cinta dan keadilan. Karena cinta tanpa keadilan maka

Agama-agama akan jatuh pada altruisme.48

Sedangkan keadilan tanpa cinta maka agama akan

menjadi struktur sosial yang kehilangan belief sistemnya.

3. Dialog dalam Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama 2014-2019 (PTPB 2014-2019).

3.1. Sejarah Singkat PTPB

Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) adalah landasan teologis dan misiologis

yang memberi arah bagi gereja-gereja, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri dalam

rangka perwujudan keesaan gereja.49

Artinya di satu sisi,landasan teologis itu adalah landasan

yang kontekstual dan misiologis tepatnya misiologis-pastoral karena lebih bersifat dinamis dan

kreatif namun di sisi lain, mengatur hubungan PGI dengan ―sang liyan‖. Dasar penyusunan

Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) ini hadir sebagai konsensus bersama gereja-

gereja Indonesia yang mula-mula lahir dari kalangan suku atau daerah tertentu dalam

menjalankan panggilan bersama, di dalam lingkungan pelayanan dan kesaksian yang terbatas

secara geografis. Pertama kali, pada Sidang Raya X DGI tahun 1984 di Ambon PTPB di

tuangkan sebagai dokumen awal dalam( Lima Dokumen Keesaan Gereja) LDKG.Yang

dimaksud dengan PTPB dalam Sidang Raya X di Ambon adalah PTPB 1984-1989. Pokok-pokok

Tugas Panggilan Bersama ini isinya memuat Garis-garis besar yang harus dikerjakan Gereja-

Gereja dalam lingkup DGI/PGI selama lima Tahun.Selanjutnya pada23-31 Oktober 1989,

dikeluarkanPTPB tahun 1989-1994.50

Diharapkanapa Gereja-gereja semakin menyadari bahwa

keesaan gereja itu bukan sekedar teori melainkan aksi dalam kehidupan yang nyata. Pokok-

Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB) ini disusun sebagai landasan teologis dan misiologis

gereja-gereja di Indonesia guna memahami kehendak Allah Kehidupan di tengah-tengah

47

Knitter, Pengantar Teologi Agama-agama, 285. 48

Untuk Paham dan pengertianAltruisme lihat Nantz Derrick,‖ exposing the roots of external control psychology:

altruism as Moral compulsion,‖ International Journal of Choice Theory & Reality TherapyVol. 34, (Maret

2015): 10. 49

PGI, Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama dalam Dokumen Keesaan Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia

2015), 37. 50

Christian DeJonge. Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen dan Tema-Tema Gerakan Oikumenis

(Jakarta: BPK Gunung Mulia 1993), 130.

Page 23: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

13

perubahan Zaman dan pergumulan masyarakat, bangsa, dan negara setelah reformasi

1998.51

Praksisnya landasan dan acuan ini mampu menjadi pijakan gereja-gereja untuk

merumuskan panggilannya dalam agenda program kerja yang realistis sehingga makin nyata

Tubuh Kristus di Indonesia. Mengapa harus PTPB? Karena dalam Dokumen Keesaan Gereja,

PTPB sajalah yang menjelaskan tentang relasi Gereja dengan sang lain dan menjadi acuan

gereja-gereja memahami keberadaannya di Indonesia serta mendorong gereja-gereja untuk

berinteraksi memberlakukanShalom Allah ditengah-tengah masyarakat.Sedangkan dokumen

Pemahaman Bersama Iman Kristen, Oikoumene Gerejawi, Tata Dasar dan Tata Rumah Tangga

Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia berfokus pada masalah internal Gereja, yakni relasi

antara gereja-gereja dalam lingkup persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia. Pokok-Pokok Tugas

Panggilan Bersama (PTPB) 2014-2019 disususun berdasarkan PTPB 2009-2014 dengan

melakukan perubahan rubrikasi maupun pembaruan sesuai konteks sekarang, serta memasukan

butir-butir baru yang mencerminkan perkembangan yang ada.52

Pokok-pokok permasalahan yang

sedang terjadi dan merupakan pergumulan Gereja di Indonesia pada konteks sekarang,di satu sisi

mendorong Gereja untuk merumuskan jawaban-jawaban pada pergumulan yang ia hadapi. Di sisi

lain membuat gereja-gereja di Indonesia menjadi gereja-gereja yang kontekstual dalam

pemikiran dan perbuatannya.

3.2. Teologi Agama-agama dan konsep dialog dalam PTPB

Dari sepintas kenyataan historis diatas, PTPB meletakan hakikat gereja di dalam

kerangka misiologis, yakni melanjutkan misi Kristus―adalah untuk memperdamaikan segala

sesuatu‖ dengan Allah kehidupan (bnd Kol 1:20).53

Misi Kristus itu dipahami sebagai kabar

sukacita yaitu mencakup aspek yang universal, tidak menafikan keragaman. Mengingat situasi

yang terjadi pada Gereja-gereja di Indonesia adalah Keanekaragaman baik yang bersifat bawaan

(doktrin dan latar belakang eklesiologis) atau lingkungan yaitu sosial, budaya, agama dan

bahasa.Fakta Pluralitas ini mendorong gereja-gereja untuk melihatnya sebagai Karunia Tuhan

yang patut disyukuri, gereja-gereja tidak bisa memutlakan suatu keyakinan tertentu saja, karena

itu membawa gereja-gereja kepada pereduksian dan kemiskinan terhadap konteks,dan fakta

51

PGI, Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama dalam Dokumen Keesaan Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia

2015), 90. 52

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 16-17 53

PGI, ―Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 17.

Page 24: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

14

pluralitas itu meminta sikap dasar ―pluralisme‖, yakni toleransi, menghormati keyakinan yang

berbeda, serta kemauan untuk berdialog dan bekerja sama.54

Mengarah pada sikap pluralisme

berarti gereja-gereja boleh berdialog dan bekerja sama dengan yang lain tanpa kehilangan

imannya dalam memperjuangkanshalom Allah. Masyarakat Indonesia yang di dalamnya Injil

diberitakan adalah masyarakat majemuk, baik dari segi suku, agama, ras dan antar-golongan.

Maka mengabarkan Injil dalam masyarakat seperti ini mestilah mempertimbangkan

kemajemukan itu, agar ―Berita Kesukaan‖ (Kabar Baik) yang disampaikan tidak berubah

menjadi kabar buruk bagi para pendengarnya. Terlihat jelas Berita Kesukaan (kabar baik)

merupakan benang merah yang seharusnya merajut setiap helai kain yang tercabik-cabik dalam

tubuh gereja menjadi satu tenunan yang bersahaja. Aspek memanusiakan manusia adalah berita

baik yang harus dikabarkan, dari tindakan semacam itu maka orang akan menilai bahwa itu

adalah pengikut Kristus yang setia.Guna mewujudkan kehidupan bersama di dalam masyarakat

yang majemuk ini, gereja menyakini bahwa Pancasila adalah karunia Tuhan yang didalamnya

kita mendiami indonesia sebagai rumah bersama, maka Pancasila harus tetap dilindungi dan

dipertahankan dari kecenderungan yang ingin menggesernya dengan ideologi lain. Pancasila

adalah pijakan kita dalam relasi komunitarian di Indonesia. Sila pertama mengharuskan kita

untuk menghargai sang lain, menjiwai kemanusiaan dalam sila kedua, mengupayakan persatuan

dan sila ketiga menginspirasi kita melawan segala bentuk pengkotakan berdasarkan SARA

(Suku,Agama,Ras, dan Antar-golongan), menjalankan demokrasi yang substansial pada sila

keempat, dan yang terakhir memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Dalam masyarakat majemuk seperti itu juga, kehadiran (presensia) gereja yang peka terhadap

dunia sekitarnya, proaktif dalam mengambil prakarsa untuk penyelesaian persoalan-persoalan

bersama, dan solider dengan nasib masyarakat, sesungguhnya merupakan pemberitaan

Injil.55

Gereja harus membentuk kerajaan Allah dibumi, karena dalam peristiwa penyelamatan

kosmos yang dilakukan Yesus maka gereja tidak perlu memahami peristiwa besar supra-rasional

ini dengan rasionalitas semata yaitu dengan perhitungan matematis dari aksioma teologis,

melainkan memahaminya dalam tindakan penyelamatan yang perlu dilakukan gereja.56

Gereja

memahami kehadirannya untuk berani menyuarakan suara kenabiannya yakni keluar dari

54

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖17. 55

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 66. 56

N Dumitrascu, ―The Garden Of Love: Some Orthodox Perspective On The Spirit And The Church,‖ JournalActa

Theologica 34, no. 1 (May 2014):49.

Page 25: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

15

ketidak-peduliaan terhadap lingkungan hidup kepada penata layananan seluruh ciptaan, dari

kekerasan sosial kepada keadilan sosial, dari keterasingan manusia kepada komunitas manusia,

dari keputusasaan pribadi dan tekanan kepada pengharapan dan tanggung jawab.Berpangkal

pada keyakinan gereja-gereja bahwa ―Tuhan itu Baik Kepada Semua Orang‖ (Mzm. 145:9a),

yang menjadi tema Sidang Raya XV, maka gereja-gereja mengajak berbagai kelompok agama

dan kepercayaan lain, serta semua orang berkehendak baik, untuk bekerja sama agar Tuhan

sendiri mengangkat kita dari samudera raya (lih. Mzm. 71:20b).57

Keyakinan ini berdasarkan pada kesaksisan Alkitab sendiri, oleh karena itu dalam bekerja

sama dan berdialog, gereja-gereja tidak perlu menimbang-menimbang unsur kesukuan, agama,

ras dan golongan.Sebelum keluar berjumpa dan berdialog dengan sang lain dan sang liyan,

Gereja-gereja harus menyadari panggilan oikumenisnya yaitu memberitakan Injil. Panggilan

oikumenis adalah hubungan antara PGI dan gereja gereja dan lembaga-lembaga Kristen (non

PGI), Gereja-gereja di luar Indonesia dan Gereja Katolik. Dalam panggilan oikumenis itu

gereja-gereja perlu melanjutkan, meningkatkan, memperluas, dan memperdalam relasinya

melalui bentuk dialog dan kerjasama. Di dalam terang iman kristiani, gereja-gereja memahami

bahwa kemajemukan mendorong kita untuk terus mempelajari dan melakukan kesaksian dan

pelayanan yang sesuai dengan konteks kemjemukan kita.58

Kesaksian dipahami sebagai

pemberitaan Injil yaitu misi dari kristus bagi kehidupan bersama ciptaan dan berita sukacita

secara menyeluruh mencakup eksistensi manusia dan dunia.sedangkan pelayanan adalah

berperan serta secara suka rela melayani dalam kehidupan ciptaan guna mewujudkan HAM,

perwujudan keadilan, perdamaian, dan usaha lain yang dapat memelihara keutuhan ciptaan.

Akhir-akhir ini dengan prihatin kita mencatat maraknya fundamentalisme dan sektarianisme

hampir di semua agama.59

Konkritnya untuk mengatasi kecenderungan tersebut gereja-gereja

harus membangun dialog dengan sang lain secara aktif dengan mencari nilai-nilai persamaan,

kesediaan membangun komunikasi, dan bekerja sama dalam menangani masalah kemiskinan,

keadilan, perdamaian, sekularisme, konsumerisme, disiplin, kelestarian lingkungan, hak asasi

manusia, korupsi, kolusi dan nepotisme.Berdialog dengan sang lain untuk menjawab tuntutan

keadilan sosial dengan menaruh perhatian khusus pada hak-hak dasar masyarakat seperti

57

PGI, ―Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 63. 58

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 64. 59

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 65.

Page 26: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

16

sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan sebagai panggilan dasar agama-agama.

Gereja-gereja di Indonesia diharapkan memberi perhatian, khususnya pada kelompok-kelompok

rentan, yakni kaum perempuan, anak-anak, mereka yang berkebutuhan khusus kaum miskin dan

masyarakat adat yang selama ini hak-haknya sering dinafikan, serta mendesak pemerintah guna

memenuhi tanggung jawabnya.60

Kesadaran ekologis juga menjadi solusi gereja-gereja untuk

berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi. Ini merupakan panggilan gereja untuk

memperjuangkan hak dasar manusia itu dihargai dan dilindungi, namun sayangnya terhadap

LGBT, suara kenabian gereja-gereja tidak diperdengarkan dalam dokumen ini, sehingga ketika

terjadi kasus diskriminasi terhadap LGBT, gereja-gereja sulit mengambil sikap karena tidak ada

panggilan bersama dalam Dokumen Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama 2014-2019.

4. Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama dalam Kerangka Mutuality dan Acceptance.

Mengacu pada ulasan tentang Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama, nampaknya PTPB

kurang memberi perhatian pada peran dialog yang eksplisit. Padahal PTPB adalah dokumen

yang merumuskan tentang hubungan Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia dengan sang

lain,61

keluar (out group) bukan kedalam (in group). Seharusnya dialog menjadi benang merah

dalam hubungan lintas agama di Indonesia. Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama lebih

membahasdan menggutip ayat Alkitab guna melegitimasi panggilannya ke dalam (in group) dan

cenderung melihat out group dari kaca mata in group.

Bisa saja kita lihat mulai dari landasan teologis PTPB antara lain: pertama, mengakui

bahwa gereja ada karena dipanggil oleh Allah dan diutus menjadi berkat bagi segala bangsa

(bdk. Kej. 12:1-3); Kedua, gereja diberikan kuasa untuk mengusir setan, sekalipun berbeda latar

belakang (bdk. Mrk. 3:13-19); Ketiga, gereja dipanggil untuk menghasilkan buah (bdk. Mat.

7:15-23); misi menuju keesaan gereja supaya dunia percaya (bdk. Yoh. 17:21). Untuk

melaksanakan panggilannya maka gereja dilengkapi dengan Roh Kudus sebagai penolong (1

Kor. 12:13).62

Gereja juga mengklaim bahwa Allah di dalam Yesus Kristus adalah Tuhan atas

sejarah dan seluruh bangsa-bangsa, dan seluruh dunia ini merupakan sasaran kasih Allah (bdk.

60

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 77. 61

Yang Di maksud dengan Persekutuan Gereja-Gereja Di Indonesia adalah gereja-gereja yang bernaung dibawah

lembaga Oikumenis ini. 62

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 37-38.

Page 27: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

17

Yoh. 3:16).63

Lebih lanjut dalam membangun hubungan dan kerja sama, maka gereja mengaku

bahwa berpangkal dari Tuhan itu baik kepada semua orang (Mzm. 145:9a) maka gereja

mengajak berbagai kelompok agama dan kepercayaan lain, serta semua orang yang berkehendak

baik, untuk bekerja sama agar Tuhan sendiri mengangkat kita dari samudera raya (lih. Mzm.

71:20b). Keyakinan itu berakar dari kesaksian Alkitab sendiri. Pertama, Sesungguhnya Allah

menciptakan manusia menurut gambar Allah bangsa-bangsa (bdk.Mzm. 47:9-10). Kedua, Yesus

Kristus memerintahkan agar kita mengasihi sesama manusia sama seperti kita mengasihi diri kita

sendiri (Mat. 22:39), ini sejalan dengan inkarnasi Yesus yang adalah manusia bagi orang lain.

Atas dasar inilah maka gereja menjalin hubungan dan kerja sama dengan ―sang liyan‖.64

Keunikan kekristenan perludijaga dengan menyediakan ruang untuk diskursus dialog

dalam menyikapi kebijakan-kebijakan yang ada di dalam konteks kita. Apabila disoroti secara

mendalam maka, pemahaman kita terhadap sang lain masih ada pada model pemenuhan, yakni

memandang sang lain dengan bahasa keagamaan kita. Melalui pereduksian bahasa keagamaan

lain ke dalam bahasa in group. Dalam pandangan knitter, model pemenuhanmenyerukan bahwa

hanya ada satu agama yang dapat menyempurnakan agama-agama lain, agama-agama lain

memiliki kebenaran sejauh kebenaran itu sesuai dengan satu agama tertentu.Dalam merumuskan

panggilannya ditengah-tengah kemajemukan, gereja harus memerhatikan konteks keberadaannya

di Indonesia. Sama seperti Kristus menghubungkan relasi yang putus melalui kebangkitan-Nya,

maka gereja-gereja tidak dipanggil untuk mendominasi sang lain sebagai bentuk sang lain, tetapi

memanusiakan hubungan lintas kelompok. Misiologi yang dikembangkan dalam konteks

Indonesia dipahami dalam PTPB 2014-2019 sebagai misi dinamis dan kreatif,yang menunjukan

landasan panggilan Gereja secara implisit ada pada tataran dialog bukan monolog. Mengapa

dialog bukan monolog? Pertama, monolog bersifat dogmatis sedangkan dialog bersifat terbuka

dan menuju pada pencarian akan kebenaran bukan mendominasi atau mencaplok kebenaran.

Secara historis perkembangan pekabaran injil menggambarkan bahwa monolog adalah buah dari

pekabaran injil dari yang Barat memaksa pribumi untuk mewarisi pola pikir dan tindakan Barat

jika tidak, maka kelompok pribumi tersebut akan dikafirkan. Istilahkafir bukanlah istilah teologis

melainkan politis. Karena secara teologis Allah mencintai dan menerima perbedaan sedangkan

dalam politik, harus ada pemaksaan untuk menuju pada satu kehendak.Pekabaran injil yang

63

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 39. 64

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 63.

Page 28: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

18

monolog dalam sejarah gereja-gereja di Indonesia telah menjadikan teologi sebagai ideologi

yang berbahaya dan menindas. Ihwal semacam ini tidak boleh mendominasi ruang dan tempat

gereja-gereja di Indonesia, sebab teologi dipahami sebagaiopus imperfectumatau percakapan

yang selalu koma dan tidak pernah titik.Yang dimaksudkan denganOpus Imperfectumadalah

percakapan Teologi yang belum selesai, dan masih berlanjut terus menerus. Sebagai alternatif

bagi sesama pencari kebenaran bukan ―klaim menemukan kebenaran‖.65

Dengan demikian

teologi gereja-gereja di Indonesia dibangun atas dasar pencarian kebenaran bersama tanpa

bermaksud menangani kebenaran absolut.Dasar pencarian kebenaran perlu dihayati dan

diungkapkan dalam kehidupan manusia.Terefleksi menciptakan kesejukan dalam berelasi dengan

sang lain ketimbang menimbulkan ketegangan-ketegangan dan konflik.66

Dalam perbandingandialog PTPB 2014-2019 dan dialogmutuality-aceptance,

humanitasmengedepankan kemanusiaan dan tanggung jawab global yang aktif dan antisipastif

terhadap realitas sosial, nampaknya sudah tercantum dalam PTPB 2014-2019. Ranah Humanitas

terbaca jelas pada 72:C1,Warga jemaat yang terpanggil, terdidik, dan dipersiapkan dengan baik

inilah gereja melaksanakan tugas panggilan politiknya untuk menyeimbangkan kekuasaan

(power), keadilan (justice), dan kasih (love).67

Pada butir C2, Bersama-sama semua kelompok

agama dan mereka yang berkehendak baik, gereja-gereja di Indonesia dipanggil untuk menjawab

tuntutan keadilan sosial dengan menaruh perhatian khusus pada hak-hak dan kebutuhan dasar

masyarakat banyak, yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.68

Pada C3,

Gereja-gereja di Indonesia diharapkan memberi perhatian, khususnya pada kelompok-kelompok

rentan, yakni kaum perempuan, anak-anak, mereka yang berkebutuhan khusus, kaum miskin, dan

masyarakat adat yang selama ini hak-haknya sering kali dinafikan, serta mendesak pemerintah

guna memenuhi tanggung jawabnya. 69

Ranah tanggung jawab global terbaca jelas pada butir C4. Kesadaran ekologis ini

seharusnya mewarnai seluruh kehidupan kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai bangsa.

Sebab hanya dengan pemanfaatan sumber daya alam yang dilandasi oleh kesadaran ekologis

65

Paul F Knitter, ―Interreligious Dialogue: What? Why? How?,‖ dalam death or dialogue? From the age of

Monologue to the Age of Dialogue, ed. Leonard Swidler, John B Cobb Jr, Paul F Knitter and Monika K

Hellwig (Philadelphia: Trinity Press International), 23. 66

Andreas Yewangoe, Agama dan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 91. 67

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 72. 68

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 75. 69

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 77.

Page 29: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

19

itulah shalom Allah, yakni keadilan, damai sejahtera, dan keutuhan ciptaan dapat

ditegakan.70

Meskipun sudah dicantumkan secaraimplisit dalam PTPB 2014-2019 namun upaya

untuk membangun dialog yang mutual dan saling menerima sebagai pemenuhan terhadap nilai-

nilai kemanusiaan dan tanggung jawab global belum diperhatikan.

4.1. Humanitas dan Tanggung Jawab Global: dalam diskursus Gereja terhadap

sang Liyan.71

PTPB 2014-2019 menggambarkan sang liyan sebagai kelompok agama dan kepercayaan

berbeda serta untuk bekerja sama menata dan mengupayakan keadilan sosial serta penegakan

Hak Asasi Manusia (HAM).Pada aspek ini PTPB menegaskan bahwacara gereja menerima

keberagaman dengan menghormati perbedaan, toleransi dan mengusahakan dialog dan

kerjasama.72

Di cantumkan juga dalam butir C:59, dialog harus mengedepankan nilai-nilai

persamaan dan bekerjasama untuk mengatasi masalah-masalah bersama.73

Perlu dijelaskan lebih

mendalam nilai-nilai persamaan apa yang perlu dikedepankan dalam membangun

dialog?Pertamaapakah persamaan karena sama-sama mempunyai sistem kepercayaan (kitab

Suci, Tuhan, komunitas dan ritual) ataukah kedua mempunyai nilai-nilai persamaan dalam hal

penjaga gawang nilai humanitas dan keselamatan sosial.

Apabila tujuan gereja ada pada mencari nilai yang pertama, maka sudah jelas bahwa

dialog dilakukan guna memperkuat kekuasaan agama di dunia. Sedangkan nilai yang kedua,

berarti gereja harus benar-benar siap dan bertanggung jawab secara global. Kekurangannya

adalah dalam bekerja sama dengan agama-agama lain, gereja tidak perlu memulai dengan

pencarian nilai bersama, karena itu akan menguras waktu dan energi dan untuk memperlambat

penyelamatan kemanusiaan.Padahal dialog harus dimulai dengan bahasa yang di terima oleh

semua pihak. Di situlah letak esensi atau jiwa dialog dari mutual atau saling melengkapi. PTPB

dan Dialog Mutuality dan Aceptance, sama-sama fokus pada kebutuhan dan permasalahan-

permasalahan sang liyan. Namun persoalannya adalah PTPB tidak terlalu memberikan pada

kritik, saran, dan perubahan yang lebih baik, ketika bertemu dengan sang lain. Penerimaan dan

70

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 79. 71

Ebenhaizer I Nuban Timo dan Irene Ludji, Mendiami bumi bersama sang lain. (Salatiga: Fakultas Teologi

UKSW 2015), 21. Pengertian sang lain di tujukan kepada orang maupun kelompok yang berbeda dengan

kita. 72

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖73-77. 73

PGI, ―_______________________________,‖65.

Page 30: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

20

legitimasi posisi dialogis dengan sang lain, terlegitimasi oleh ayat-ayat kitab suci kristen jika

berbeda maka sang lain akan diabaikan. Konsekuensinya panggilan gereja tidak akan dinamis

dan kreatif sebagaimana pada pemikiran dasar butir kedua dalam teks PTPB 2014-2019.Dalam

hubungan dengan sang lain, gereja perlu menyuarakan suara kenabiaannya (kritis, pratisipatif)

dalam memperjuangkan sang lain.Inilah letak persamaan mutuality-acceptance dan PTPB. Selain

itu dialog mutualitas dan acceptance mendorong PTPB 2014-2019 dan kebijakan-kebijakan

positif agar gereja semakin kontekstual.

4.2. Dialog mutuality-Aceptance: jalan kreatif dan transformatif membangun

kerukunan?

Berbeda denganTeologi penggantian dengan menciptakan kasih yang pahit bagi sang

laindan Teologi pemenuhan ini menekankan bahwa Yesus datang untuk menyempurnakan ,

menambahkan, dan dengan demikian memberi kepenuhan kepada agama-agama lain.74

Mengapa

kasih yang pahit? menurut Knitter, dalam model penggantian kabar sukacita di beritakan ke

seluruhdunia membawa kasih Allah, namun dominasi dan pereduksian terhadap sang lain, telah

membuat kasih Allah itu menjadi pahit.75

Kedua Teologi yang monolog ini mengandung model

nilai penggantian-pemenuhan cenderung menghabiskan energinya guna memperdebatkan

kebenaran ilahi dan mengungkapkan keaslian entitas Transenden. Teologi yang monolog ini

terdiri dari model penggantian dan model pemenuhan yang mengklaim dan menilai sang lain

dari sudut pandang sendiri.76

Dialog mutuality dan acceptance mencoba mencari jalan lain

dalam corak berteologi agama-agama, bahwa perdebatan mengenai entitas Transenden tidak

harus menjadi titik akhir dalam perjumpaan agama-agama. Jalan yang baru ini mengharuskan

agama-agama untuk mengekspresikan nilai-nilai terbaik guna melestarikan nilai dan tanggung

jawab sosialnya di dunia.

Dialog mutuality-aceptance, menginspirasi gereja untuk belajar dan berbagi dengan sang

lain. pembelajaran dan keterbukaan membantu sang lain merasakan kebaikan Allah dalam

dimensi yang berbeda. Kongkritnya gereja perlu merumuskan ajaran kekristenan dalam dimensi

mutualitas dan penerimaan, ajaran-ajaran gereja tersebut termasuk rumusan liturgi yang terbuka

74

Knitter, Pengantar Teologi, _________,284. 75

Knitter, Pengantar Teologi, __________,21-55. 76

Knitter, Pengantar Teologi, __________,21-91.

Page 31: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

21

untuk belajar dari sang lain. pewarisan ajaran gereja terbuka untuk belajar dari sang lain.

Pewarisan ajaran gereja yang terbuka dalam konteks mutuality dan acceptance mengambil ruang

domestik dan membangkitkan ingatan-ingatan positif tentang sang lain. Pewarisan ajaran kristen

sebagai bentuk kesaksian tidak dapat berhenti pada kata-kata tetapi berujung pada tindakan sosial

(keteladanan). Dalam konteks ini model mutual-acceptance Paul Knitter mendorong PTPB

2014-2019 untuk lebih peduli dan terbuka untuk belajar dari kebaikan sang lain.

5. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:Teologi Agama-agama dalam PTPB 2014-2019. PTPB 2014-2019 adalah dokumen yang

membicarakan tentang hubungan gereja-gereja dengan ―Sang lain‖ khususnya agama-agama lain

pada kurun waktu lima tahun. Rumusan terhadap teologi agama-agama, secara langsung tidak

tercantum dalam PTPB namun secara tersembunyi menegaskan bahwa teologi agama-agama

serius diperhatikan dalam dimensi yang berbeda. Ini bisa kita lihat pada hubungan dan kerja-

sama gereja dengan ―sang liyan‖. Pertama,tentang kemajemukan agama yang menantang gereja-

gereja untuk menghormati keanekaragaman agama/kepercayaan dan merumuskan imannya di

tengah-tengah kemajemukan tanpa kehilangan iman kepada Kristus.77

Kedua, berangkat dari

fakta kemajemukan yang ada di Indonesia maka gereja meminta sikap dasar yaitu pluralisme,

yakni kemauan untuk bertenggang rasa (toleransi), menghormati perbedaan keyakinan dan

pandangan hidup, serta mengusahakan dialog dan kerja sama.78

Sejauh ini, Model teologi agama-

agama dalam PTPB cenderung terlihat sebagai model pemenuhan, yaitu melihat, merasakan dan

menilai ―sang lain‖ dari sistem kepercayaan yakni Alkitab.

Aspek mutualitas dan penerimaan dalam PTPB 2014-2019. Dalam konteks kehidupan yang

beragam di Indonesia. Model mutualitas dan model penerimaan menjadi model yang lebih cocok

dipraktekan untuk membangun hubungan yang saling mengerti dan memahami.Mengapa?

Pertama, Konteks Indonesia yang beragam, sebagaimana yang di akui oleh gereja dalam PTPB.79

Tidak cukup gereja meminta sikap dasar pluralisme yaitu menghormati perbedaan, perlu

melampaui batasan toleransi itu.80

Model mutualitas dan model penerimaan benar-benar

77

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 35. 78

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖ 64. 79

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖64. 80

PGI, ―Pokok-Pokok Tugas Panggilan Bersama,‖63.

Page 32: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

22

merombak batasan toleransi dan membawa agama pada hubungan yang saling belajar memahami

yang lain dan melengkapi kekurangan setiap pemeluk agama dan memperkuat setiap iman

pemeluk agama kepada Tuhan yang ia yakini. Tendensi dalam model mutualitas dan model

penerimaan ini, membawa gereja dan ―sang lain‖ untuk membagi kuasa (Power with), dan

menghantar agama-agama untuk masuk pada ruang dialog bukan monolog. Dalam dokumen

PTPB belum ada ruang khusus yang membicarakan hubungan-hubungan antara agama yang

mutual dan saling belajar. Memang PTPB telah mencantumkan ruang untuk dialog dengan sang

lain namun masih bersifat pemenuhan dan belum sampai pada sikap mutual dan penerimaan

pada agama-agama.

Page 33: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

23

Daftar Pustaka

Adiprasetya, Joas.Mencari Dasar Bersama: Etika Global dalam Kajian

Postmodernisme dan Pluralisme Agama.Jakarta: BPK, Gunung

Mulia, dan UPI, STT Jakarta, 2002.

Barua, Ankur. ―Interreligious Dialogue, Comparative Theology and the Alterity

of Hindu Though,‖ Journal Studies in World Christianity20, no.3 (2014):

215-237.

Burhan, M Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2008.

Derrick,Nantz. ―Exposing the Roots of External Control Psychology: Altruism as

Moral Compulsion,‖ International Journal of Choice Theory & Reality

Therapy, Vol. 34 (March 2015): 24-34.

Dumitrascu, N. ―The Garden Of Love: Some Orthodox Perspective On The Spirit

And The Church,‖ Journal Acta Theologica 34, no. 1 (May 2014):40-50.

Fatlolon, Costantinus. Masalah Terorisme Global: Dalam Konteks Teori

Habermas Tentang Kolonisasi Dunia Kehidupan oleh Sistem Modern.

Yogyakarta:Kanisius, 2016.

Freire, Paulo. Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum, 1973.

GPI. Membela Khazanah Pelayanan. Jakarta: GPI, 1995.

Jonge, Christian de. Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen-Dokumen Dan

Tema-Tema Gerakan Oikumenis. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 1993.

Hadirman, Budi.Menuju Masyarakat Komunikatif: Ilmu Masyarakat, Politik, dan

Postmodernisme menurut Jurgen Habermas.Yogyakarta: Kanisius,

2009.

Hick, John. Tuhan Punya Banyak Nama. Yogyakarta: Interfidei, 2006.

Kilby, Karen .Karl Rahner. Yogyakarta: Kanisius, 2001.

Knitter, F Paul. ―Christian Theologies of Religions: Searching for Comitment and

Openess,‖ Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Waskita I, no. 2

(November 2004): 93-110.

____________. ―Comparative Theology Is Not ―Business-as-Usual Theology:

Personal Witness from a Buddhist Christian,‖Buddhist-Christian

StudiesIssue. 35 (January 2015) :181-192.

Page 34: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

24

___________. ―Dialogue and Liberation: What I Have Learned from My

Friends—Buddhist and Christian. University of Hawaii PressIssue 34.

(December 2014): 173-183.

___________. ―Doing Theology Interreligiously. Issue 1(2011).117-132, diakses

January 31, 2016. http: // web . a. ebscohost. Com / ehost / pdfviewer /

pdfviewer ?sid

___________. ―Good Neighbors or Fellow Seekers?dealing with the plurality of

wenty-first century,‖Journal INTERRELIGIOUS Insight 12, no. 1 (June

2014):10-26.

___________. ―Global Responsibility and Interreligious Dialogue: Searching for

Common Ground,‖ Journal Studi Agama dan Masyarakat Wasikita II, no

1 (April 2005): 1-16.

___________. ―Interreligious Dialogue: What? Why? How?,‖ in Death or

Dialogue? From the age of Monologue to the Age of Dialogue, diedit oleh

Leonard Swidler, John B Cobb Jr, Paul F Knitter and Monika K Hellwig,

23.Philadelphia: Trinity Press International, 1990.

___________. ―Islam And Christianity Sibling Rivalries And Sibling

Possibilities‖, Journal of Cross Currents (December 2009): 554-570.

___________. Mengugat Arogansi Kekristenan. Yogyakarta: Kanisius,

2005.

___________.―Menuju Teologi Pembebasan Agama-agama.‖ dalam Mitos

Keunikan Agama Kristen, diedit oleh John Hick dan Paul F. Knitter,

274-309. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

___________. Pengantar Teologi Agama-agama. Yogyakarta: Kanisius,

2008.

___________. Satu Bumi Banyak Agama. Jakarta: Gunung Mulia, 2003.

___________. ―Toward A Liberation Theology Of Religions.‖ Dalam The Myth

of Christian Uniqueness, diedit oleh John Hick and Paul F. Knitter,

178-200. Maryknoll: Orbis Books, 1987.

___________. ―Toward a Liberative Interreligious Dialogue,‖ Journal ofCross

Currents 45, no 4 (Winter95/96):2-5.

Kung, Hans. Global Responsibility: In Search of a New World Ethic New York:

Cross Publisher, 1991.

Page 35: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

25

Langer, Rut. ―The Blessings and Challenges of Interreligious Prayer,‖ (January

2015): 27-36. Diakses January 10, 2016.http: // web. b. ebscohost. Com

/ehost /detail /detail?vid = 5&sid = c81e1080-8baa - 4d83 -a516 -

70bca8d05775 % 40sessionmgr 113 & hid = 107 & bdata = JnNpd

GU9ZW hvc3Qtb Gl2ZQ % 3d % 3d.

Lattu, Izak.Beyond Tolerance: Memahami Hubungan Lintas Agama dalam

Konteks Polidoksi dan Poliponik dalam Buku Ajar Pendidikan Agama

Kristen, editor. Retnowati dkk,Salatiga: Satya Wacana University, Press,

2015. 170.

Mardilis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara,

1990.

Nuban Timo Ebenhaizer dan Ludji Irene. Mendiami bumi bersama sang lain:

Buku ajar untuk mata kuliah Ekumenika. Salatiga: Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana, 2015.

Pattipeilohy Stella.Keselamatan menurut Paul F Knitter: suatu Tinjauan Psiko-

Sosial.Yogyakarta: Kanisius, 2015.

PGI Dokumen Keesaan Gereja: Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (DKG-

PGI) 2014-2019. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2015.

Riyanto, Armada. Dialog Interreligius: Historis, Tesis, Pergumulan, Wajah

Yogyakarta: Kanisius, 2010.

Semiawan R. Cony, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo, 2010.

Sumarthana dkk. Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia

Yogyakarta: Interfidei, 2001.

Sumartana, Th. ―Theologia Religonum dalamMeretas Jalan Teologi Agama-

Agama di Indonesia, Ed. Tim Balitbang PGI Jakarta: BPK,

Gunung Mulia, 2000.

Titaley, John. Menuju Teologi Agama-Agama Yang Kontekstual. Salatiga:

Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana press, 2001.

Titaley, John. RELIGIOSITAS DI ALINEA TIGA:Pluralisme, Nasionalisme, dan

Transformasi Agama-Agama. Salatiga: Satya Wacana University, Press,

2013.

Page 36: KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13427/1/T1_712012064_Full... · KONSEP DIALOG DALAM POKOK-POKOK TUGAS PANGGILAN BERSAMA ... bila orang

26

Usman, Husaini. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia, 1998.

Yewangoe, Andreas. Tidak Ada Penumpang Gelap. Jakarta: BPK, Gunung Mulia,

2009.

________________. Agama dan Kerukunan. Jakarta: BPK, Gunung Mulia, 2009.