komunikasi agribisnis komunikasi kelompok dan organisasi
DESCRIPTION
komunikasi agribisnisTRANSCRIPT
A. KONSEP KOMUNIKASI KELOMPOK
1. 1. PENGERTIAN
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin,
1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya
dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
2. PRINSIP DASAR KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-hari.
Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang
untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua
aspek kehidupan. Ia bias merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi
(keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para
anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan
bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah). Jadi, banyak manfaat
yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu kelompok yang sesuai dengan rasa
ketertarikan (interest) kita. Orang yang memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain
adalah orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman
tersebut, yaitu :
Elemen pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting,
karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan istilah
yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terkait dalam
aktivitas yang sama namun tanpa komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya
secara pasif mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai mempertukarkan
pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan interaksi
dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau
ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
Elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada
ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-
8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut,
muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk
dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini,
kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi
pada anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti
yang dikemukakan dalam definisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu
kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan
satu atau lebih tujuannya.
3. KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam
kesempatan ini kita sampaikan hanya dua klasifikasi kelompok.
a. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa
kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai
berikut:
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya
menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage
(perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala
yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi
bersifat dangkal dan terbatas.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi,
sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder
instrumental.
5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
6. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
b. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan
peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang
harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium,
diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
4. FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK
1. Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu
kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya
seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.
2. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara
formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui
fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri
bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam
kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu
jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi
interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap
anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan
baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
3. Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya
supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif
dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya.
Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan
menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam
kelompok.
4. Fungsi keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan
dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan
keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi,
pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.
5. Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan
kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi
adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut
harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha
utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus.
Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita
narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-
kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam
suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa
yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang
dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.
Dalam organisasi, komunikasi berfungsi untuk :
1. Pengaturan dan operasi, yakni untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan dan membereskan
tugas demi pencapaian tujuan.
2. Inovasi/pembaharuan, untuk kepentingan pembaharuan dan pengubahan tata kerja demi
penyesuaian, kelangsungan hidup, dan pengembangan organisasi di tengah lingkungan yang
terus berubah.
3. Sosialisasi atau pembinaan, yakni berkaitan dengan anggota sebagai manusia. Khusus dalam
upaya motivasi, pengimbalan, dan moral kerja. Sosialisasi berdampak kepada :
a. Harga diri anggota
b. Hubungan interpersonal dalam organisasi
c. Motivasi ; integrasi kepentingan pribadi ke dalam kepentingan organisasi
B. KOMUNIKASI ORGANISASI
1. Definisi Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal
adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan,
jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus
kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi
mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik
apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang
menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu
organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
2. Pendekatan dalam Organisasi
Kita dapat melakukan pendekatan pada organisasi sekurang-kurangnya melalui empat
persepektif: pendekatan manajemen ilmiah atau klasik, pendekatan hubungan antar manusia,
pendekatan sistem, dan pendekatan kultural (Goldhaber,1990).
a. Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan metoda-metoda ilmiah
untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai studi pengendalian secara ilmiah akan
memungkinkan manajemen mengidentifikasi cara-cara atau alat untuk meningkatkan
produktivitas, dan pada akhirnya akan meningkatkan laba. Dalam pandangannya ini
produktivitas pada umumnya menyangkut masalah fisik dan psikologis. Produktivitas dipandang
dalam bentuk permintaan phisik akan pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya.
b. Pendekatan hubungan antarmanusia
Pendekatan hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif
faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi prinsip dari
pendekatan hubungan antarmanusia adalah bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan
kenaikan produktivitas. Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh
karena itu, fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa puas.
c. Pendekatan sistem
Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari pendekatan ilmiah dengan
pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekaan ini memandang organisasi sebagai suatu sistem
dimana semua bagian berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi
dipandang sebagai suatu sistem terbuka-terbuka terhadap informasi baru, responsif terhadap
lingkungan, bersifat dinamis dan selalu berubah.
d. Pendekatan kultural
Sebuah pendekatan kontemporer mengenai organisasi menganggap bahwa perusahaan harus
dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau kultur (pilotta, Widman, & Jasko, 1988;Putnam &
Pacanowsky, 1983). Seperti pada umumnya suatu kelompok atau kultur sosial yang selalu
memiliki aturan mengenai misalnya, perilaku peran, kepahlawanan, dan nilai-nilai, maka
demikian juga suatu organisasi. Oleh karena itu, pada pendekatan ini organisasi harus meneliti
untuk mengidentifikasikan jenis kultur dan norma-norma atau nilai-nilai spesifik yang dianutnya.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk memungkinkan kita bisa memahami bagaimana organisasi
berfungsi dan bagaiama hal itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para anggotanya
(karyawannya) dalam kultur organisasi itu.
1. Jaringan Komunikasi Organisasi
Yang dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan
dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok
kecil sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian
merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan
pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai
struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Struktur jaringan komunikasi
a) Struktur lingkaran
struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki
wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan dua anggota lain di sisinya.
b) Struktur roda
struktur roda memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusa. Orang ini merupakan
satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika
seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan
melalui pemimpinnya.
c) Struktur Y
struktur Y relatif kurang tersentralisasi dibanding struktur roda, tetapi lebih tersentralisasi
dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Tetapi satu
anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua. Anggota ini dan mengirimkan dan menerima
pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu
orang lainnya.
d) Struktur rantai
struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung
hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang
yang berada di posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di
posisis lain.
e) Struktur semua saluran
struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam arti
semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa
berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi
anggota secara optimum.
2. Arus Komunikasi Organisasi
Pembahasan mengenai komunikasi dalam organisasi dalam bentuk arah arus informasinya sangat
penting. Komunikasi ke atas dan ke bawah (sering disebut vertikal) dan komunikasi lateral
barangkali merupakan yang paling penting. Di samping itu, kita akan melihat pada informasi
samar dan juga pada sebab dan akibat adanya kepadatan informasi.
a. Komunikasi ke atas
komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi-misalnya, para pelaksana ke manajernya, atau dari para dosen ke dekan
fakultas. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup (1)kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan,
(2)masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab, (3)berbagai
gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan; dan (4)perasaan yang berkaitan dengan
pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang
serupa.
Komunikasi ke atas sangat penting untuk mempertahankan dan bagi pertumbuhan organisasi.
Komunikasi itu memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja
para karyawannya dan berbagai ketidakpuasan yang mungkin. Komunikasi itu juga membuat
bawahan memiliki rasa memiliki dan merasa sebagai bagian dari organisasi. Di samping itu juga
memungkinkan manajemen memiliki kesempatan untuk memperoleh berbagai gagasan baru dari
para pegawainya.
Masalah tentang komunikasi ke atas
Di samping penting bagi organisasi, komunikasi atas itu sulit dikendalikan. Salah satu
masalahnya adalah pesan yang mengalir ke atas seringkali merupakan pesan yang perlu di
dengar oleh hirarki yang lebih tinggi lagi. Para pekerja seringkali enggan mengirim pesan yang
negatif karena merasa khawatir mereka dianggap sebagai biang keladi.
b. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih tinggi ke
tingkat yang lebih rendah. Sebagai contoh, pesan yang dikirim oleh manajer kepada
karyawannya atau dari dekan fakultas kepada para dosennya adalah komunikasi ke bawah.
Perintah seringkali merupakan contoh jelas untuk komunikasi ke bawah:”Ketik surat ini rangkap
dua,””Kirim barang ini sebelum tengah hari.” Tulis kopi iklan ini,” dan sebagainya.
Masalah tentang komunikasi ke bawah
Manajemen dan karyawan seringkali berbicara dengan bahasa yang berbeda. Banyak manajer
yang tidak mengetahui bagaimana agar pesan mereka dapatdipahami oleh karyawannya.
Misalnya saja, kebanyakan manajer memilki pendidikan yang lebih tinggi dan banyak bahasa
teknis mengenai bisnis daipada para karyawannya.
c. Komunikasi lateral
Komunikasi lateral adalah pesasn antara sesama-manajer ke manajer, karyawan ke karyawan.
Pesan semacam ini bisa bergerak di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antar
bagian. Komunikasi lateral merupakan komunikasi yang terjadi antara dua dosen sejarah di
perguruan tinggi yang sama. Juga bisa merupakan komunikasi antara dua dosen psikologi di dua
universitas yang berbeda.
Masalah pada komunikasi lateral
Salah satu masalah yang jelas pada komunikasi lateral adalah bahasa yang khusus yang
dikembangkan oleh divisi tertentu di dalam organisasi. Bahasa semacam itu seringkali sulit
dipahami oleh penerima pesan. Untuk bisa berkomunikasi dengan psikolog misalnya, maka perlu
berbicara dengan bahasa psikologi- untuk mengetahui arti dari beberapa istilah seperti skedul,
pemantapan, egoisme, katarsis, STM, dan asosiasi bebas.
d. Kabar burung
Menurut ahli organisasi, John Baird (1977), meskipun kabar burung merupakan bagian dari
komunikasi informal dalam setiap organisasi besar, jenis komunikasi itu jangan digunakan
terlalu sering seperti folklore yang sudah biasa kita ketahui. Biasanya kabar burung tidak terjadi
pada iklim yang stabil. Perubahan dan ketidakjelasan mendorong timbulnya kabar burung.
Bagaimanapun juga tidaklah mengherankan apabila jenis komunikasi ini menghasilkan ketepatan
informasi yang tinggi.
e. Kepadatan informasi
Sekarang ini, dengan kecanggihan teknologi, kepadatan informasi merupakan salah satu masalah
kita yang terbesar. Informasi dikembangkan dengan kecepatan tinggi sehingga sulit untuk diikuti
semuanya dan dianggap relevan untuk satu jenis pekerjaan tertentu. Dengan kadar yang berbeda-
beda setiap orang harus mampu menyeleksi informasi tertentu dan menganggap informasi lain
tidak penting.
Kepadatan informasi tampaknya sudah menjalar di semua organisasi. Dan sudah barang tentu,
inilah penyebab mengapa begitu banyak organisasi yang mengunakan komputer untuk
mengatasinya. Dengan menaruh apa saja ke dalam komputer memang relati mudah dan efisien
untuk mengatasi kecepatan informasi. Tetapi cara itu tidak merupakan jawaban untuk semuanya.
Beberapa kerja manusia masih diperlukan untuk mengerjakan informasi-sekurang-kurangnya
biasanya demikian. Dan dalam kondisi informasi yang terlalu padat, maka kesalahan sudah biasa
terjadi, hanya karena seseorang tidak bisa menyediakan waktu yang dibutuhkan untuk segalanya.
Semakin kita sibuk, semakin banyak kesalahan yang kita buat. Di samping itu masih banyak lagi
penundaan antara pengiriman pesan dengan pelaksanaan tindakan yang diperlukan, dan
penundaan itu merupakan hal yang tidak efisien dan menelan biaya bagi organisasi.
C. FORMAT INTERAKSI KOMUNIKASI ORGANISASI
• Komunikasi Interpersonal
Adalah proses pertukaran informasi diantara sesorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan bertambahnya
orang yang terlibat komunikasi, menjadi bertambahlah persepsi orang dalam kejadian
komunikasi sehingga bertambah komplekslah komunikasi tersebut.
i. Klasifikasi Komunikasi interpersonal
- Interaksi intim
dalam organisasi, hubungan ini dikembangkan dalam sistem komunikasi informal. Misalnya
hubungan yang terlihat antara kedua orang teman baik dalam organisasi, yang mempunyai
interaksi personal mungkin diluar peranan dan fungsinya di organisasi.
- Percakapan Sosial
Adalah interaksi untuk menyenangkan seorang secara sederhana dengan sedikit berbicara. Jika
dua orang atau lebih bersama-sama dan berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi
seperto famili, sport, isu politik.
- Interogasi atau Pemerikasaan
Adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menurut
informasi daripada yang lain.
- Wawancara
Adalah suatu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam percakapan yang
berupa tanya jawab.
ii. Tujuan Komunikasi Interpersonal
- Menemukan diri sendiri
- Menemukan dunia luar
- Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
- Berubah sikap dan tingkah laku
- Untuik bermain dan kesenangan
- Untuk membantu
iii. Hubungan Interpersonal yang efektif
Menurut Rogert hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua belah pihak
memenuhi kondisi :
- bertemu satu sama lain secara personal
- empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu
sama lain secara berarti
- menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa mkenilai atau keberatan
- menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh-sungguh, bersikap menerima dari
empati satu sama lain.
- Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi
kecenderungan gangguan arti.
- Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap
yang lain.
• Komunikasi Kelompok Kecil
Adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh
beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan,
terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.
i. Tujuan Komunikasi kelompok kecil
Tujuan Personal
- Hubungan sosial
Tujuannya memperkuat hubungan interpersonal dan menaikkan kesejahteraan kita.
- Penyaluran
Tujuan ini biasa dilakukan dalam suasana yang mendukung adanya pertukaran pikiran atau
pertengkaran sengit dalam diskusi keluarga, dimana keterbukaan diri adalah tepat.
- Kelompok terapi
Biasanya digunakan untuk membantu orang menghilangkan sikap-sikap mereka, atau tingkah
laku dalam beberapa aspek kehidupan mereka.
- Belajar
alasan umum orang mengikuti kelompok kecil adalah belajar dari orang lain. Belajar terjadi
dalam bermacam-macam setting. Asumsi nyang mendasari belajar kelompok adalah ide dari dua
arah.
Tujan yang berhubungan dengan pekerjaan
- Pembuatan keputusan
Orang-orang yang berkumpul bersama-sama dalam kelompok untuik membuat keputusan
mengenai sesuatu. Mendiskusikan alternatif dengan orang lain membantu orang memutuskan
mnana pilihan terbaik untuk kelompok.
- Pemecahan Masalah
Masalah yang mereka usahakan menyelesaikannya mencakup bagaimana menyempurnakan
produksi, bagaimana menyempurnakan hubungan yang kurang baik..
ii. Kelompok Kecil sebagai suatu sistem
Kelompok kecil merupakan organisasi kecil yang mempunyai empat komponen dasar yaitu input
atau masukan proses, output atau hasil dari balikan.
- Masukan, merupakan materi mentah dalam kelompok kecil seperti orang, informasi yang
digunakan kelompok untuk berinteraksi. Orang atau anggota kelompok adalah masukan karena
tiap orang dalam kelompok membawa kualitas tertentu seperti kepribadian,umur, kesehatan,
pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan memecahkan masalah.
- Proses, menunjukkan kepada semua proses internal yang terjadi dalam kelompok selama
diskusi
- Hasil , merupakan keputusan atau penyelesaian yang dicapai oleh kelompok.
- Balikan , berisi respon yang mengikat system bersama. Balikan memberi masukan untuk
pertemuan kelompok masa akan datang.
iii. Karakteristik Kelompok Kecil
- Mempermudah prtemuan ramah tamah
- Personaliti kelompok. Bila sekelompok orang datang bersama maka mereka membentuk
identitas sendiri yang menjadikan personaliti kelompok.
- Kekompakan, yaitu daya tarikan anggota kelompok satu sama lain dan keinginan mereka untuk
bersatu.
- Komitmen terhadap tugas. Aktivitas individe lainnya dalam kelompok yang dekat hubungannya
dengan komitmen aalah motivasi.
- Besarnya kelompok kelihatannya cukup sederhana tapi besarnya kelompok itu mempunyai
beberapa pencabangan penting dalam kelompok.
- Norma kelompok, adalah aturan dan pedoman yang digunakan oleh sekelompok itu sendiri,
maupun beberapa faktor eksternal di luar kelompok.
- Saling bergantung satu sama lain. Yang paling penting adalah anggota kelompok tergantung
satu sama lain untuk beberapa tingkatan tertentu, dan paling kurang pada seorang lainnya.
iv. Peran anggota Komunikasi Kelompok Kecil
Kennet Benne dan paul Sheats (1948) mengusulkan suatu klasifikasi mengenai peran anggota
dalam topik penting ini. Benne dan Sheats membagi peran anggota menjadi tiga kelas umum :
peran tugas kelompok, peran membina dan mempertahankan kelompok, dan peran individual
Peran Tugas Kelompok :
Peran tugas kelompok adalah peran yang membuat kelompok mampu untuk memfokuskan
secara lebih spesifik dalam mencapai tujuan kelompok. Dalam menjalankan setiap dari peranan
ini, anggota tidak berbuat sebagai individu terpisah, tetapi sebagai bagian dari keseluruhan yang
lebih besar. Kebutuhan dan tujuan kelompok mengatur peran yang harus dilakukan para anggota.
Anggota kelompok yang efektif akan melaksanankan beberapa fungsi ini, walaupun beberapa
orang terkunci pada beberapa peran spesifik saja.
Peran Membina dan Mempertahankan Kelompok :
Tidak seorang pun dan tidak sekelompok pun yang selalu berorientasi pada tugas setiap saat.
Kelompok merupakan merupakan satu unit yang anggotanya memiliki hubungan interpersonal
yang beragam. Hubungan ini perlu dipelihara jika kelompok ingin berfungsi secara efektif—jika
para anggota kelompok ingin merasa puas dan produktif. Apabila fungsi ini tidak dilakukan, para
anggota kelompok akan rusak apabila proses kelompok menjadi macet, sering timbul konflik,
atau komunikasi kelompok kecil menjadi terganggu pada tingkat pribadi atau sosial tertentu.
Peran individual :
Peran kelompok tugas dan peran membina dan mempertahankan kelompok semuanya bersifat
produktif. Peran itu membantu kelompok dalam mencapai tujuannya, dan berorientasi pada
kelompok. Peran yang akan kita bahas di sini adalah peran yang kontra produktif. Peran itu
menghambat kelompok dalam mencapai tujuannya dan lebih berorientasi pada individu
ketimbang kelompok. Peran semacam ini sering diistilahkan dengan malfungsi, yang
menghambat efektivitas kelompok baik dalam hal produktivitas maupun kepuasan pribadi.
Partisipasi Anggota :
Berikut adalah beberapa pedoman yang akan membantu partisipasi anda dalam komunikasi
kelompok kecil menjadi efektif dan lebih menyenangkan. Beberapa saran ini merupakan
elaborasi dan perluasan dari karakteristik dasar komunikasi interpersonal yang efektif.
Berorientasi Pada Kelompok :
Dalam kelompok kecil anda adalah anggota tim – seoarang anggota dari keseluruhan yang lebih
besar. Partisipasi anada akan bernilai jika dapat membantu pencapaian tujuan kelompok dan
meningkatkan kepuasan para anggota. Tugas anda adalah mengerahkan kemampuan,
pengetahuan dan pikiran anda sehingga kelompok dapat mengembangkan pemecahan yang lebih
baik darapada yang dikembangkan oleh satu orang. Prestasi yang sifatnya ndividual bisa
menghambat kelompok.
Pusatkan konflik Pada Masalahnya :
Konflik dalam situasi kelompok kecil tidak dapat dihindarkan. Konflik merupaka bagiian
alamiah dari proses kelompok kecil, tetapi pusatkan konflik itu pada masalahnya ketimbang pada
pribadi orangnya.
Bersikapalah Tanpa Prasangka Secara Kritis :
Suatu gejala umum tetapi perkembangan itu tidak produktif terjadi apabila para anggota datang
ke kelompok dengan pikiran yang sudah terbentuk. Apabila hal ini terjadi, proses kelompok kecil
akan berubah menjadi serangkaian perdebatan individual, di mana setiap orang berusaha
mempertahankan posisinya masing-masing. Seharusnya, anggota datang ke kelompok dibekali
dengan informasi yang relevan yang akan bermanfaat dalam proses diskusi. Mereka seharusnya
belum mempunyai keputusan apa-apa mengenai pemecahan atau kesimpulan yang akan mereka
terima.
Pastikan pemahaman :
Pastikan bahwa gagasan dan informasi anda dipahai oleh semua peserta. Jika sesutau layak
diutarakan. Maka yang dikatakan itu layak juga dibuat jelas. Jika ragu-ragu, tanyakan apa yang
anda sampaikan itu jelas, “Apakah pertanyaan saya cukup jelas?” “Aapakah saya
menjelaskannya cukup terang?”
Pastikan juga bahwa anda juga memahami dengan jelas kontribusi dari para anggota lain,
terutama sebelum anda membahas masalahnya dengan mereka. Dalam prakteknya, sering kali
orang menyatakan ketidaksetujuannya dengan kata-katanya sendiri.
Pikir Kelompok :
berikut merupakan beberapa gejala yang dapat membantu anda mengenali adanya pikir
kelompok dalam kelompok yang anda amati atau berpartisipasi di dalamnya.
- Para anggota kelompok berpikir bahwa kelompoknya dan para anggotanya tidak dapat
dikalahkan oleh bahaya.
- Para anggota menciptakan rasionalisasi untuk menghindarkan berurusan langsung dengan
bahaya atau ancaman.
- Para anggota kelompok yakin bahwa kelompok mereka bermoral.
- Mereka yang bertentangan dengan kelompok dianggap terlalu menyederhanakan masalah,
menganut cara-cara yang jamak.
- Tekanan kelompok ditujukan kepada setiap anggota yang menunjukkan sikap ragu-ragu atau
mempertanyakan argumentasi atau usulan kelompok.
- Para anggota kelompok menyensor keraguan mereka sendiri.
- Para anggota kelompok yakin bahwa semua anggota menyetujui secara bulat, apakah
persetujuan semacam itu dinyatakan atau tidak.
- Para anggota kelompok mulai berperan menjadi informasi yang sampai pada anggota kelompok
lainnya, terutama apabila informasi semacam itu bisa menciptakan perbedaan opini.
Kasus Komunikasi Kelompok dalam Agribisnis
Organisasi Sosial dan Kebudayaan Kelompok Minoritas Indonesia
Studi Kasus Masyarakat Orang Rimba di Sumatra (Orang Kubu Nomaden)
Di provinsi Jambi terdapat suku-suku yang belum berakulturasi dengan masyarakat pasca
tradisional. Mereka dikenal dengan nama umum suku Kubu, dewasa ini namanya memiliki
konotasi yang kurang baik. Di propinsi Jambi terdapat beberapa suku Kubu yang masing-masing
memiliki mitos sejarah dan budaya yang berbeda. Walaupun mereka diklasifikasikan sebagai
hunters and gatherers, lokasi dan lingkungannya berbeda. Mereka tinggal berpindah-pindah dari
rawa dekat laut, dataran sampai kaki pegunungan dan pegunungan di propinsi Jambi. Mereka
memakai pola hidup dan mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhannya. Kebudayaan mereka
selalu dipengaruhi oleh perubahan pola pikir individu dan input perubahan dari luar, artinya
budaya orang asing.
Ada beberapa mitos serta sejarah tertulis mengenai asal usul orang Rimba termasuk orang
Kubu. Sejarah tertulis pertama ditulis oleh orang Tiongkok, mereka berkunjung ke Sumatera
bagian tengah dengan alasan belajar bahasa Sansekerta atau berniaga. Mereka membeli atau
tukar barang di hilir sungai. Orang Tiongkok dan orang Barat mengangkut kapalnya dengan
barang seperti, menyan, beberapa jenis getah, obat alami dan lain yang diperoleh dari hutan dan
pegunungan. Di hulu sungai banyak pecahan porselin ditemukan yang berasal dari Tiongkok.
Dari aktivitas tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa sejak lama orang Rimba disamping
sebagai hunters and gatherers juga terlibat perniagaan untuk memenuhi kebutuhannya, seperti
alat dapur serta pisau dan tombak. Kelihatannya bahwa membayar upeti (tribute), ke kerajaan
atau tukar barang kepada pengantar atau pedagang, supaya orang Terang dari hilir sungai tidak
perlu masuk dan mengganggu orang Rimba di kawasan tradisional.
Menurut pengamatan seorang eksplorir pertama dari Eropa, orang Rimba digambarkan
sebagai orang yang tanpa dosa dan kebudayaannya yang unik. Memang kebudayaan dan
kosmologi sangat berbeda. Walaupun kelihatannya struktur masyarakat sederhana, kebutuhan
mereka dipenuhi setidaknya selama 6 sampai 10 generasi, atau sekitar 300 sampai 500 tahun,
menurut sejarah lisan orang Rimba.
Masyarakat Rimba menganut sistem kekerabatan matrilineal dan pologini. Matrilineal,
artinya saudara perempuan tinggal bersama di kelompok orang tua dan saudara laki-laki harus
ikut kelompok isterinya. Pologini artinya suaminya boleh mempunyai hubungan dengan
beberapa istri Alasannya perempuan subur, mandul, dan janda harus dilindungi sebagai sumber
hidup. Kelihatannya tanggung jawab laki-laki berat dan pada tingkat harapan hidup laki-laki
lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Dampak perubahan zaman sekarang terhadap
kebudayaan mereka sangat besar, dewasa ini lingkungan tradisionalnya semakin lama semakin
sempit oleh penebangan dan perkebunan. Akan tetapi mereka tetap bertekad mengikuti aturan
dan budaya yang diwariskan dari nenek moyangnya.
Kelihatannya program transmigrasi, menebang hutan serta memburu fauna dan mengambil flora
oleh orang Terang, berdampak negatif pada kebudayaan orang Rimba. Akan tetapi orang Rimba
sudah beradaptasi supaya bertahan pada masa depan. Orang Rimba sudah mengambil getah
pohon karet dan berencana kultivasi kelapa sawit, untuk menaikkan penghasilan. Kelihatannya
mereka beradopsi kembar kultur. Menurut Motto Indonesia: “Bhinneka Tunggal Ika”, artinya
berbeda beda tetapi tetap satu juga, membolehkan diversitas tetapi kelihatannya tidak selalu
terjadi dan nilai-nilai mereka tidak selalu dihormati.