komputer grafis web  · web viewkomputer grafis web “batik pesisir” riri jayanti / 201225004 /...

12
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu iopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf KOMPUTER GRAFIS WEB “Batik Pesisir” Riri Jayanti / 201225004 / DKV Sesi 02

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOMPUTER GRAFIS WEB

(qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm)

KOMPUTER GRAFIS WEB“Batik Pesisir”Riri Jayanti / 201225004 / DKV Sesi 02

A. KETERANGAN BUKU

1. Judul Buku: BATIK PESISIR PUSTAKA INDONESIA Koleksi Hartono Sumarsono

2. Penulis: Helen Ishwara, L.R. Supriyapto Yahya, Xenia Moeis

3. Tahun/Tanggal Cetak: Cetakan Pertama, Mei 2011

4. Tempat Terbit: Jakarta

5. Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2011

6. Tebal Buku: 26 hlm.

7. Ukuran Buku: 23 cm x 28 cm

8. No. ISBN: 978-979-91-0338-3

9. Bahasa Pengantar: Bahasa Indonesia

B. BATIK PESISIR PUSTAKA INDONESIA

Batik adalah kain yang ragam hiasnya dibuat dengan mempergunakan malam sebagai bahan perintang warna, sehingga zat warna tidak dapat mengenai bagian kain yang tertutup malam saat pengendapan. Untuk membubuhkan malam ke atas kain, dipergunakan canting, yaitu sebuah alat kecil berupa semacam mangkuk berujung pipa dari tembaga, yang diberi gagang kayu atau bambu.

Akibat peningkatan permintaan akan batik, pada pertengahan abad XIX, mulai dikembangkan batik yang pembubuhan malamnya dilakukan dengan lempengan logam bermotif. Alat itu biasa disebut “cap” dan hasilnya disebut “batik cap” sedangkan batik yang digambar dengan cantik lantas disebut “batik tulis”. Batik cap tidak sehalus batik tulis, tetapi pembuatannya jauh lebih cepat.

Tahun 1970-an muncul tekstil bermotif batik yang popular “batik printing”. Batik printing yang dihasilkan tanpa mempergunakan teknik membatik, artinya tidak memakai perintang warna. Motif batik dibubuhkan pada kain dengan mesin cetak yang kini sudah dikomputerisasikan. Tekstil ini dapat dihasilkan dalam waktu singkat dan dalam jumlah banyak. Akibatnya harga jauh lebih murah daripada batik cap, apalagi batik tulis.

Zat perintang warnanya beragam dan pembubuhannya bukan dengan canting. Selain di Mesir, Cina, India dan beberapa kawasan di Asia yang lain, termasuk Timur Tengah, metode merintang warna ditemukan juga di beberapa tempat di Afrika Barat.

Yang jelas, di Pulau Jawa-lah metode pembatikan berkembang paling subur dan menghasilkan kain batik dengan ragam hias paling kaya, teknik pewarnaan paling berkembang dan mutu pengerjaan paling halus dan paling cermat, walaupun metode perintang warna ditemukan pula di beberapa pulau lain di Nusantara dengan zat perintang warna dan alat yang berbeda-beda.

Penampilan batik yang dibuat di pesisir utara Jawa berbeda daripada yang dibuat di Solo-Yogya. Batik dari pesisir utara P. Jawa berlatar putih dengan motif berwarna. Masa iu warna biru atau nila diperoleh dari tanaman indigo/tarum/tom, sedangkan warna merah dari akar tanaman mengkudu. Saat itu batik merupakan pakaian laki-laki maupun perempuan.

Penduduk pesisir lebih terpapar dan lebih mudah menyerap pengaruh luar, sehingga pesisir utara Jawa menjadi “belangga peleburan”. Pengaruh itu bisa datang dari para pedagang India, Cina, Arab, Persia, Turki, Siam, Portugis, dan Belanda yang menetap dan menikah dengan penduduk setempat.

Batik pesisir umumnya lebih berwarna-warni dan ragam hiasnya lebih naturalistis. Namun batik pesisir pun banyak yang memiliki makna simbolis.

Batik pesisir ada yang dibuat oleh kaum santri dan biasanya menggambarkan flora dan hiasan non-figuratif. Lard an burung sering distilasi seperti tumbuh-tumbuhan. Selain sarung, mereka juga membuat kain kepala atau destar dan selendang. Kaligrafi Arab juga merupakan salah satu ciri batik yang dibuat oleh pembatik santri.

Kain pesisir terdiri atas dua bagian yang disebut “kepala” dan “badan”. Kepala dihias lebih rumit. Ragam hias yang banyak menghias kepala kain pesisir berupa segitiga sama kaki yang disebut puncak rebung dan hiasan yang berbentuk garis membujur yang disebut papan.

Ragam hias seperti sawati, lar, kawung, dan berbagai ragam hias lain yang merupakan motif utama pada batik Jawa Tengah, di Pesisir dijadikan tanahan (latar). Batik pesisir banyak yang diberi tanda tangan orang yang memproduksinya.

Produksi batik pesisir tumbuh dengan pesatsekitar tahun 1870-an, didukung oleh kemajuan transportasi dengan adanya kereta api dan kapal uap. Adapun motif dan maknanya dalam kebudayaan Cina:

1) Naga (Liong), yaitu yang (kaisar) yang dianggap sebagai sebagai pelindung, penolak bala, pemberi rezeki, dan kesuburan kareana menurunkan hujan, walaupun kalau sedang murka bisa mendatangkan kemarau panjang dan banjir di darat serta badai di laut.

2) Burung Hong (fenghuang), yaitu yin melambangkan permaisuri yang dianggap melambangkan kelembutan dan keanggunan.

3) Qilin/Kilin (rusa bersisik seperti ikan emas), melambangkan kabar baik, kemurnian, kebenaran, keadilan, kemakmuran, kedamaian, pemberi kesuburan pada orang yang mandul.

4) Kura-kura, disebut juga “Pejuang Hitam” karena ketangguhannya dalam banyak lagenda Cina. Melambangkan kegigiha, kekuatan, dan tidak tertembus musuh, mengundang rezeki, dan nasib baik.

5) Kupu-kupu, melambangkan cinta dan umur panjang (hudie).

6) Burung (xi que atau magpie), melambangkan kegembiraan dan kebahagiaan.

7) Bangau hitam, melambangkan panjang umur, keberhasilan, kebijaksaan, keterpelajaran, keningratan, keagungan, tekad yangkuat, kekayaan, dan kekuasaan, kesetiaan pada pasangan, binatang tunggangan roh manusia ke surge.

8) Rusa, melambangkan sukses dalam karier yang panjang, kemasyuran, pengakuan masyarakat, daya tahan dan keanggunan, umur panjang,

9) Kelelawar, melambangkan umur panjang dan penuh kebahagiaan, kesehatan, kekayaan, cinta akan kebajikan dan meninggal wajar di usia lanjut.

10) Kepiting, melambangkan perdamaian, lulus ujian negara dengan nilai tertingg dan terjamin sebagai penajabat negara, kemakmuran dan status yang tinggi.

11) Ikan, melambangkan emas yang berkelimpahan atau kekayaan, kesuburan, ketengan, harmoni, kebijaksanaan, dan umur panjang.

12) Udang, melambangkan kebahagiaan, nasib baik, dan umur panjang.

13) Harimau/macan tutul (hu), melambangkan penngusir bala dan pelindung anak-anak, kegagahan, kekuatan, kekayaan, dan martabat tinggi. Harimau putih (baihu), yang menggantikan kilin.

14) Singa, melambangkan Buddha yang pernah lahir 10 kali sebagai singa.

15) Lima binatang beracun (ular, katak berkaki tiga, kalajengking, kaki seribu, dan laba-laba), dianggap sebagai penghusir roh jahat. Binatang lainnya adalah harimau, anjing, singa, babi, dan naga.

16) Laba-laba (zhizhu atau xizi), dilambangkan sebagai harapan untuk memperoleh putra atau anak.

17) Kodok, panen yang baik dan nasib baik, serta kesuburan.

18) Makara (gajahmina atau schachihoko), melambangkan kegigihan, ketabahan, kekuatan dalam menanggulangi kesulitan untuk mencapai cita-cita yang tinggi atau kemuliaan, mendatangkan hujan untuk meyuburkan tanah, dan diyakinin bisa mencegah kebakaran.

19) Gajah, melambangkan nasib baik, kekayaan, kekuatan, dan keteguhan.

20) Tonggeret, melambangkan kelahiran kembali, keabadian, awet muda dan kebahagian yang panjang.

21) Jangkrik, dianggap sebagai pembawa nasib baik dan pelindung, menenangkan, dan semangat juang.

22) Ular, melambangkan kebijaksanaan, keanggunan, dan kreativitas.

23) Babi, melambangkan kejujuran, kesetiaan, tenggang rasa, dan pengecoh roh jahat supaya menjauh.

24) Kera, dianggap penuh inovasi dan tidak gentar bersaing.

25) Capung (qingting), berarti murni dan jernih.

26) Kuda, melambangkan cepat maju dalam karier atau usaha, daya tahan, dan tenaga yang kuat, kesetiaan, kemurnian, pembawa hal-hal yang baik.

27) Elang, melambangkan kekuatan dan kepahawanan.

28) Ayam jantan, melambangkan kemajuan dalam usaha atau karier, sifat bisa diandalkan, rajin, dan pengusir roh jahat.

29) Sepasang bebek mandarin, melambangkan kesetiaan suami-istri dan kebahagian dalam pernikahan.

30) Merak, melambangkan martabat dan keindahan/kecantikan.

31) Burung puyuh, melambangkan keberanian.

32) Kerbau/Sapi, melambangkan kedatangan musim semi/musim hujan yang membawa banyak harapan dan juga ketenangan hidup seperti di pedesaan.

33) Beras dan biji-bijian, melambangkan kemakmuran dan kesuburan.

34) Buah delima, melambangkan kesuburan, banyak anak dan keturunan, dan kejernihan.

35) Magnolia, melambangkan wanita cantik.

36) Keranjang berisi buah-buahan atau bunga, melambangkan kekayaan dan penghalau roh jahat.

37) Bunga narcissus/daffodil (shuixian), melambangkan keabadian atau umur panjang.

38) Bunga plum atau meihua, melambangkan keberanian dan harapan akan keberuntungan yaitu umur panjang, kekayaan, kesehatan, kebajikan, kecantikan, dan keinginan untuk meninggal wajar di usia lanjut.

39) Bunga lotus (lian), melambangkan kemurnian, kesucian, ketidakpeduliaan pada keduniawian dan dianggap suci kareana Buddha sering digambarkan duduk di atasnya, dan dianggap melambangkan harmoni yang berkesinambungan.

40) Biji lotus (lianzi), diartikan “melahirkan anak terus-menerus”

41) Bunga lotus mekar dengan sehelai daun dan sekuntum kuncup, berarti kebahagian yang lengkap.

42) Bunga lotus dengan seorang anak laki-laki dan seekor ikan emas, berarti rezeki melimpah ruah.

43) Bunga lotus dengan bangau, melambangkan harapan untuk karier atau usaha yang menanjak.

44) Bunga seruni/krisan, melambangkan ketabahan menghadapi keadaan, umur panjang, kebahagian, dan kesejaheraandi usia senja selain mengundang keberuntungan.

45) Bunga botan atau peony (fu-gui hua atau mudan), melambangkan mengundang kebahagian, kesetiaan, kecantikan abadi, umur panjang, kemakmuran, kehormatan, kedamaian, dan kekayaan.

46) Bnga anggrek, melambangkan sifat mulia, moral yang tinggi, kerendahan hati, kenaggunan, kecantikan, kesuburan, dan rezeki yang melimpah.

47) Bunga anyelir/carnation, melambangkan pernikahan, kesuburan, dan keabadian.

48) Kembang bokor/hydrangea/hortensia, melambangkan cinta dan rasa terima kasih.

49) Bawang, melambangkan kepandaian.

50) Buah peach, melambangkan umur panjang.

51) Pohon cemara, melambngkan umur panjang, keteguhan, dan disiplin diri.

52) Jeruk, melambangkan kekayaan dan nasib baik.

53) Buah labu botol, melambangkan umur panjang dan kesuburan, perlindungan dan berkat, kebahagiaan, dan pangkat tinggi.

54) Bambu, melambngkan kelurusan hati, keuletan, tahan menghadapi kesulitan, keluwesan, kelembutan, keanggunan, kerendahan hati, umur panjang, dan penghusir setan.

55) Kapak (fu), melambangkan kekuatan serta kemampuan untuk membasmi kejahatan.

56) Pola geometris pada tepian kain, melambangkan keberuntungan dan umur panjang.

57) Kapal di tengah gelombang, melambangkan tahan menghadapi cobaan.

58) Gunung, melambangkan tempat yag tinggi, yang lebih dekat pada para dewa. Besar tingginya mengandung arti tidak terbatas.

59) Batu panjang umur, adalah batu karang yan berbentuk aneh yang sering digambarkan bersamaan dengan jamur lingzhi.

60) Lidah api, melambangkan kesaktian.

61) Awan yang distilasi, melambangkan keberuntungan dan diasosiasikan dengan negara dalam keadaan damai, dikombinasikan dengan lima warna melambangkan banyak rezeki, dikombinasikan dengan kelalawar merah melambangkan Sembilan keberuntungan besar dan bayak rezeki.

62) Kipas (shan), mencerminkan status social.

63) Kipas dengan 5 kelelawar, artinya bermurah hatilah, maka kamu akan dikaruniai 5 kebahagiaan.

C. BATIK PEKALONGAN

Pada sejumlah batik Pekalongan, kita bisa menemukan ragam hias Hindu-Jawa. Sementara itu pembatik santri di Pekalongan banyak menerapkan seni hias dari kebudayaan Islam. Pengaruh paling dominan pada batik Pekalongan datang dari Cina dan Belanda. Warnanya beraneka. Ragam hiasya naturalistis.

1) Batik Pengaruh India

Salah satu ragam hias yang menjadi keistemewahan pembatik keturunan Arab dan peribumi di Pekalongan dan tempat-tempat lain adalah ragam hias Jelamprang, yaitu ragam hias yang meniru pola patola dan sembagi dengan gaya nitik.

2) Batik Cina Peranakan

Berasal dari percampuran pernikahan dengan perantau Cina yang datang ke Jawa mulai abad XII-XIII, mula-mula tinggal sepanjang pantai utara. Sebagian dari mereka untuk sementara dan sebagian lagi selamanya tinggal di Jawa. Mereka menikah dengan wanita setempat, karena tidak ada wanita Cina yang disertakan dalam perjalanan yang jauh dan berbahaya dalam jung yang penuh sesak. Baru ketika anggota kelompok hasil pernikahan campuran ini cukup banyak, pernikahan bisa dilakukan antarmereka.

Sebagian anak atau cucu pernikahan campuran itu terserap “menjadi Jawa”. Sebagian lagi menjadi masyarakat yang disebut “Cina Peranakan”, yang sampai abad XX mempergunakan bahasa “Melayu Cina” yang disebut pula “Melayu Pasar” karena tadinya dipergunakan dalam berdagang di pasar.

Batik Belanda berkembang pada waktu hamper bersamaan di pesisir utara Jawa. Di Pekalongan diperkenalkan buketani, yatu buket bunga sebagai motif utama. Para pemilik pembatik Cina peranakan segeramenirunya. Sejak 1910 pengaruh Indo-Belanda merasuk ke pembatik orang Cina. Sebaliknya pembatik milik wanita Indo-Eropa pun ada yang meniru batik Cina Peranakan, seperti teknik menonjolkan bunga dan objek-objek lain dengan titik-titik yang membentuk garis melengkung.

3) Batik Pengaruh Belanda

Mereka memperkenalkan warna - warna pastel yang lembut.

D. BATIK BATIK LASEM

Abang getih pithik (merah darah ayam). Salah satu ciri hiasan pingggir pada batik Lasem dan blangkoan adalah bunga anyelir atau carnation yang disini disebut celuki atau teluki.

Karna Lasem terkenal merah nya, Solo soganya dan Pekalongan birunya, sampai- sampai ada jenis batik mahal yang disebut “tiga negeri”, yaitu yang merahnya dibuat di Lasem, birunya di Pekalongan dan soganya di Solo.

Tata warna itu adalah :

1. Bangbangan, yaitu ragam hias merah di atas dasar putih susu (off white) atau sebaliknya.

2. Kelengan, yaitu ragam hias biru di atas latar putih susu atau sebaliknya.

3. Bang biron, yaitu ragam hias merah dan biru di atas latar putih susu.

4. Bang ijo, yaitu ragam hias merah, biru dan hijau di atas dasar putih susu.

5. Bang ungon, yaitu ragam hias merah dan ungu di atas dasar putih susu.

Motif latar yang khas, yaitu titik-titik yang disebut cocohan. Batik Lasem praktis tidak berproduksi saat zaman penjajahan Jepang karena kelangkaan bahan baku.