komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan
TRANSCRIPT
Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan Keterkaitannya pada Museum Saat Ini
Kamilah Aisyi, Yulia Nurliani Lukito
Arsitektur Interior, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Museum hadir di Eropa berawal dari aktivitas mengoleksi individu dalam sebuah ruang yang disebut dengan cabinet of curiosities. Sesuai dengan artinya, cabinet of curiosities menggambarkan ruang dengan rasa ingin tahu yang berkembang menjadi suatu bentuk penyampaian dan penghargaan terhadap seni serta ilmu pengetahuan. Menempatkan, mengatur, dan mengkomposisikan objek dalam ruang menjadi hal penting yang dilakukan untuk menyampaikan objek yang dipamerkan pada cabinet of curiosities. Komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan museum terbentuk atas objek-objek yang diatur secara seimbang, menghadirkan kesatuan, dan menarik perhatian mata manusia untuk melihat dan memahami cerita yang ingin disampaikan. Karakteristik ruang yang berbeda antara cabinet of curiosities dan museum memberikan persepsi yang berbeda dalam memahami cerita yang ingin disampaikan lewat komposisi tersebut sehingga kemungkinan komposisi objek koleksi pada museum telah berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Komposisi objek koleksi dan ruang lebih terarah dan menekankan objek sebagai suatu hal yang utama dalam sebuah ruang museum sehingga pengunjung museum saat ini memahami cerita yang disampaikan dengan mudah.
Composition of Collection Objects in Cabinet of Curiosities and Its Relevance in Museum Today
Abstract
A museum, viewed as a technology of behavior management, serves to educate people and the need to collect important objects by an organization of space and objects arrangement. Museums in Europe was established from collecting activities in a space is called “cabinet of curiosities” where objects arranged in and filled up all parts in space. The meaning is about wondering was developed to communicate value or knowledge from objects. The placement, arrangement, and composition of objects in space become important communicating the story behind and the aim of collecting the objects. Both composition of object in cabinet of curiosities and museum are similar through the principle of balance, unity, contrast, that seduced our eyes to see and understand the story behind the objects, are also some difference between cabinet of curiosities and museum, in relation to the composition of objects in space and the perception of the viewers. This paper discusses how the development of objects composition in cabinet of curiosities and museum in relation to composition principle and knowledges supporting. Objects dealed with space elements become the composition that is experienced visually, where is gave choices what objects will be saw first and next to understand the story. In contrast to museum, the composition is more directional and offers objects as a highlight to be understood easily by viewers
Keywords: cabinet of curiosities, museum, collection objects, composition, organization
Pendahuluan
Museum British di London yang dibentuk pada tahun 1759 merupakan salah satu
museum yang hadir pada sekitar akhir abad ke-18 di Eropa sebagai institusi pemerintah untuk
mengedukasi dan membentuk karakter orang Eropa. Pada masa itu, museum dipercaya
menjadi salah satu alat yang memiliki kekuatan untuk mengubah budaya dan moral
masyarakat Eropa. Bennet (1995) dalam bukunya The Birth of Museum, beranggapan dan
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
mempercayai peningkatan selera orang-orang Eropa terhadap seni dapat mengurangi
kebiasaan-kebiasaan menyimpang yang pada masa sebelumnya banyak dilakukan oleh orang-
orang Eropa.
Jika ditarik mundur pada abad ke-16 atau ke-17, pada buku The Birth of Museum
karya Bennet (1995) menyebutkan bahwa museum berawal pada sebuah koleksi yang secara
pribadi dimiliki oleh kaum-kaum burjois dan bangsawan di Eropa. Mereka mulai
mengumpulkan benda-benda bernilai seni dan disimpan di salah satu bagian rumah mereka
sebagai bentuk pergaulan terhadap sesama kaum burjois. Benda-benda yang disimpan berupa
benda-benda bernilai sejarah, seni, dan ilmu pengetahuan, atau benda eksotis yang sulit
didapatkan, diantaranya benda dua dimensi, seperti lukisan, atau tiga dimensi, seperti patung.
Cabinet of curiosities merupakan sebuah ruang milik pribadi yang menyimpan sekaligus
memamerkan berbagai objek dan terlihat seperti hanya sekumpulan benda-benda yang dalam
Bahasa Jerman yakni wunderkammer (arti yang sama).
Bennet (1995) juga menyebutkan bahwa cabinet of curiousities pada masanya juga
dijadikan sebagai wadah ‘berbagi’ ilmu pengetahuan hanya diantara kaum burjois dan
bangsawan saja. Namun, pada abad ke-18 ketika ide cabinet of curiosities untuk umum (cikal
bakal museum) muncul, rasa ingin tahu pada cabinet of curiousities dikembangkan untuk
menjadi sebuah pemikiran yang rasional terhadap ilmu pengetahuan.
Pada masa sekarang, museum di negara maju memegang peranan penting terhadap
penguatan identitas masyarakatnya. Kepedulian masyarakat akan sebuah identitas bangsa bisa
ditandai dengan banyaknya minat masyarakat mengunjungi museum untuk memahami akar
budaya serta sejarah bangsanya. Di Indonesia, museum masih kurang dilirik dan belum
banyak orang yang mengunjungi museum. Permasalahan pokok museum di Indonesia adalah
persepsi masyarakat yang menganggap museum hanya sebagai tempat mengumpulkan,
menyimpan dan merawat benda-benda kuno. Masyarakat masih belum menangkap fungsi
museum sebagai pemberi informasi mengenai ilmu pengetahuan lewat benda-benda koleksi
yang disimpan dan dipamerkan, sebaliknya museum sebagai lembaga masih belum bisa
berperan sebagai pemberi informasi.
Arsitektur Interior, salah satunya, memegang peranan tentang bagaimana pengetahuan
tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik, salah satunya tentang bagaimana benda-benda
tersebut dapat terkomposisi dan menyampaikan makna lewat komposisi. Hal yang menarik
adalah komposisi benda-benda koleksi (yang bukan merupakan elemen arsitektural) yang
menjadi alat komunikasi dalam ruang cabinet of curiousities atau museum. Museum
kemudian menjadi tempat terjadi hubungan antara objek-objek (karena museum hadir dari
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
objek-objek yang dikoleksi baik itu perorangan atau lembaga) dan manusia sebagai viewer
menginterpretasikan benda-benda koleksi pada Cabinet of Curiousities atau museum sekarang
untuk membaca ruang dan makna di dalamnya lewat indera visual. Lalu, bagaimanakah ruang
cabinet of curiosities dan museum saat ini dibaca lewat komposisi objek-objek koleksi?
Tinjauan Teoritis
Pembentukan museum yang bersifat publik diketahui sekitar akhir abad ke-18 dan
memasuki abad ke-19. Bennet menyatakan bahwa museum pada saat itu dipandang sebagai
sebuah teknologi yang terdapat sistem didalamnya, untuk mengatur pola hidup dan kebiasaan
sehingga muncul tipe baru kelompok sosial dan menyesuaikan dengan kelompok sosial yang
sudah ada sebelumnya. Kehadiran museum publik yang menurut Bennet menjadikan
informasi mengenai identitas bangsa, seperti sejarah kerajaan, ilmu pengetahuan dan seni
yang sebelumnya hanya bisa dinikmati kaum bangsawan atau burjois menjadi hal yang bisa
dibagi kepada masyarakat luas.
Benda-benda koleksi yang sebelumnya hanya diketahui pada nama-nama seperti
studioli, cabinets des curieux, Wunderkammern, Kuntskammern, dan dengan fungsi hanya
sebagai sebuah pertunjukan atau simbol atas kekuatan sebuah kerajaan dan terbatas untuk
diakses, menjadi satu kesatuan dan sebaliknya dapat diakses semua kalangan (Bennet, 1995:
93). Museum kemudian hadir menjadi ruang dengan definisi baru, yang mana setiap benda
koleksi yang dimiliki dan dihadirkan museum dikategorikan berdasarkan ilmu pengetahuan,
seperti sejarah, arkeologi, atropologi, biologi, serta termasuk di dalamnya sejarah seni, yang
setiap kategorinya diatur sesuai dengan evolusinya, misal dilihat dari sejarah atau hadirnya
bumi, kehidupan, manusia, serta peradabannya.
Figure 1. The Process of Museum Construction
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Cabinet of curiosities, merupakan ruang yang dimiliki seseorang (kolektor),
terdapat benda-benda “aneh” yang penyusunannya terlihat seperti dikumpulkan atas
maksud dan tujuan tertentu. Pada gambar 2.1 terlihat objek-objek seperti buaya yang
digantung di plafon dengan sekelilingnya terdapat ikan, kerang-kerangan, hingga daun
yang terlihat disusun secara “acak” membentuk sebuah cerita yang sepertinya hanya
diketahui oleh pemiliknya sebagai kolektor. Mungkinkah “keanehan” atau pengaturan yang
terlihat “acak” ternyata memiliki sistem tertentu yang membentuk ruang cabinets of
curiosities?
Pada awal kemunculannya di sekitar abad ke-16 sampai dengan ke-17 di Eropa,
cabinet of curiosities, adalah ruang pameran yang bisa jadi disebut sebagai ruang
“eksklusif”. Bennet mengatakan cabinet of curiosities dimiliki oleh orang-orang yang
“eksklusif”, yakni kaum bangsawan dan burjois. Setiap ada kesempatan bertemu kolega-
koleganya, cabinet of curiosities menjadi ruang debat dan kritik bagi bangsawan, yaitu
dengan menjadikan kumpulan benda-benda tersebut sebagai topik bahasan untuk
diperdebatkan dan dikritik, serta menjadi latar debat mereka. Jika pemilik ruang memiliki
pengetahuan akan benda terkait, maka koleksi mendapatkan nilai lebih dimata koleganya.
Bisa dikatakan bahwa cabinets of curiosities menjadi sebuah ajang “pamer” diantara orang-
orang eksklusif (kolega pemilik). “Pamer” yang dimaksud bisa jadi merupakan sesuatu
yang baik, dikarenakan terjadi dengan pertukaran ilmu dan pengetahuan, atau kemungkinan
bisa saja “pamer” yang dilakukan merupakan bentuk eksistensi dari pemilik dikarenakan
bisa menunjukkan kemampuannya memiliki benda-benda bernilai tinggi
Objek yang hadir untuk digunakan dengan sebuah objek yang hadir untuk dikoleksi
adalah berbeda. Perbedaan antara ‘memiliki’ dan ‘mengoleksi’, menurut Aristides (dalam
Pearce, 1994: 158), koleksi merupakan “obsession organized”, yaitu adanya keinginan untuk
mengatur benda-benda tersebut, kemudian perbedaan antara ’memiliki’ dan ‘mengoleksi’,
yaitu ada pada order (susunan), system (sistem), dan completion (penyempurnaan objek yang
dioleksi) yang terdapat di dalamnya. Kolektor berperan aktif untuk menyeleksi objek-objek
sesuai dengan karakter dan ide, serta sistem koleksi yang ditentukan oleh pemilik koleksi
(Belk dalam Pearce, 1994: 158). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
‘mengkoleksi’ merupakan sistem yang terbentuk dari objek-objek yang terkumpul, kemudian
diklasifikasikan secara objektif dan secara subjektif sesuai dengan pandangan pemilik koleksi
tersebut. Terdapat proses deliberasi oleh pemilik untuk menentukan potensi suatu objek untuk
dikoleksi.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Objek yang hadir pada cabinet of curiosities merupakan objek yang hadir sebagai
suatu bentuk pameran dari kolektor kepada viewer. Sebuah jurnal “Architecture,
Organization, Repetition, and Laughter” oleh John McMorrough (2011), Pengaturan menjadi
hal yang penting dalam arsitektur, yakni tentang bagaimana suatu hal mempengaruhi dan
mengarahkan ke hal yang lainnya. Setiap komponen yang ada dalam sebuah ruang menjadi
bagian yang membentuk keseluruhan (its part to its whole). Objek koleksi menjadi salah satu
bagian yang membentuk ruang cabinet of curiosities yang kemudian menjadi museum.
Cabinet of curiosities merupakan bentuk awal sebuah desain pameran yang diadaptasi
oleh museum. Mendesain sebuah pameran menurut Dean (2002) merupakan sebuah seni dan
sains dalam mengatur visual, aspek keruangan (spatial), dan elemen-elemen di sekitarnya
yang mana manusia bergerak didalamnya. Dean (2002) menyebutkan bahwa beberapa elemen
desain menjadi hal yang penting dalam menghadirkan visual dalam sebuah desain pamer. Hal
yang paling penting dalam sebuah ruang pamer adalah bagaimana setiap elemen didalamnya
dapat mengarahkan (controlling) visual dalam hal ini mata viewer terhadap satu tujuan, yakni
untuk memahami makna, cerita atau konten yang ingin disampaikan (Traue, 2000).
Komposisi elemen-elemen (objek dan ruang) pada cabinet of curiosities sebagai cikal bakal
museum bekerja agar mata viewer dapat melihat dengan nyaman untuk hal tersebut.
Komposisi merupakan aspek yang dipertimbangkan untuk menghadirkan pengalaman estetis
viewer dalam mengalami ruang cabinet of curiosities dan museum.
John Verdenburgh van Pelt (1902) menyebutkan prinsip-prinsip estetika seni yang
dapat diaplikasikan pada sebuah arsitektur. Dean (2002) memberika pendapat bahwa
pengkomposisian elemen-elemen desain juga mempengaruhi tentang bagaimana cabinet of
curiosities hingga museum saat ini menghadirkan desain sebuah pameran. Dari dua pendapat
tersebut, disimpulkan bahwa untuk menganalisis komposisi objek dalam cabinet of curiosities
terdiri dari:
(1) Kontras, yaitu elemen yang berbicara mengenai gelap dan terang dalam sebuah
ruang (yang dalam istilah Dean disebut dengan value). Elemen tersebut akan
mempengrui viewer ketika melihat sehingga sebuah komposisi tidak terlihat
monoton. Hal tersebut bisa dilihat lewat aspek warna, ukuran, bentuk, atau tekstur
yang hadir dalam objek.
(2) Balance, yaitu keseimbangan yang dapat dilihat dari pengaturan objek secara
simetri atau asimetri.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
(3) Unity of character, yaitu kesatuan penempatan dan pengaturan objek yang mana
objek dikomposisikan berdasarkan kesamaan (similarity). Kesamaaan tersebut dapat
dilihat lewat aspek bentuk, warna, ukuran, atau pun tekstur yang dikomposisikan
sejajar atau sebaliknya (line).
Objek-objek koleksi merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam sebuah
ruang pameran. Menurut Dean (2002), seluruh objek (baik itu dua-dimensi atau pun tiga-
dimensi) dikomposisikan dengan pertimbangan karakteristik visual objek yang ingin
dihadirkan, diantaranya sebagai berikut.
(1) Visual Impact: karakteristik sebuah objek untuk menarik perhatian viewer
(2) Visual Weight: tekstur, warna, dan elemen desain berkombinasi membentuk
kualitas, misal lukisan dengan warna mayoritas warna terang memberikan kualitas
terbuka (openness)
(3) Visual Direction: objek mengarahkan mata untuk melihat ke suatu arah
(4) Visual Balance: keseluruhan karakteristik tentunya akan berkombinasi dan
seimbang antara satu karakteristik dengan karakteristik lainnya
(5) Visual Mass: Objek memiliki aspek kepadatan (solidity dan opacity) yang mana
warna, tekstur, dan lainnya yang mendukung kualitas tersebut.
Dari pembahasan mengenai komposisi dan pengaturan di atas, disimpulkan bahwa
cabinet of curisoties merupakan sebuah bentuk ruang pameran yang kemudian diadaptasi
oleh museum. Elemen-elemen yang membentuknya diantarannya objek-objek koleksi dan
elemen ruang yang ada disekitarnya sebagai sebuah sistem. Sistem yang dimaksud adalah
sistem tata pamer, dimana pangaturan atau komposisi tersebut bekerja dengan tujuan agar
manusia sebagai viewer mendapatkan kenyamanan visual sehingga konten atau ide
tersampaikan kepada viewer.
Pada sebuah paper berjudul “Architecture and It’s Objects” oleh Lorens Holm (2013)
menyebutkan bahwa arsitektur mendefinisikan ruang lewat hubungan antara objek yang
mengisi ruang dan manusia sebagai subjek didalamnya. Manusia sebagai subjek dalam ruang
melihat dan kemudian mempersepsikan komposisi dan sistem pamer dalam ruang cabinet of
curiosities dan museum. Keberadaan manusia sebagai viewer yang melihat objek koleksi
dalam cabinet of curiosities dan museum menjadi hal yang dibahas, yang mana saya sebagai
memposisikan diri sebagai viewer mengamati dan melakukan analisis kualitatif terhadap
ruang. Pendapat Ioannis Xenakis dan Argyris Arnellos (2014) dalam sebuah jurnal psikologi
yang berjudul “Aesthetic Perception and Its Minimal Content: a Naturalistic Perspective”
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
menyebutkan bahwa persepsi estetis (aesthetic perception) salah satunya bergantung pada
identifikasi manusia, sebagai viewer, terhadap “rightness” atau tentang bagaimana logika
manusia bekerja dalam menghubungkan sesuatu, merangkai cerita yang dalam hal ini
merupakan komposisi dan organisasi atas objek-objek dalam sebuah ruang. Viewer
mengkonstruksikan hubungan yang terjadi antara dunia dimana saat itu berada dengan ‘dunia’
yang hadir pada cabinet of curiosity atau museum saat ini, atau proses tersebut yang bisa
disebut sebagai ‘persepsi’.
Manusia mempengaruhi dan berhubungan dengan komposisi yang terjadi dalam ruang
cabinet of curiosities dan tentunya museum saat ini. Skala manusia menjadi salah satu aspek
yang dipertimbangkan dalam menghadirkan ruang pameran (Dean, 2002). Skala manusia dan
ukuran ruang akan sangat mempenagruhi persepsi manusia yang berada di ruang tersebut,
misal manusia berada di dalam ruang dengan tinggi plafon 9-12 meter akan berbeda dengan
berada di ruang dengan tinggi plafon 4 meter. Untuk memahami ruang pameran (yang terdiri
dari komposisi objek), manusia akan bergerak (bereaksi terhadap ruang) yang kemudian
reaksi-rekasi tersebut oleh desainer menjadi hal yang dipertimbangkan dalam mendesain
sebuah ruang pameran (Dean, 2002). Dean (2002) menyebutkan sebagai berikut.
- Menyentuh (Touching)
Manusia melihat sebuah objek memiliki intensi untuk menyentuh objek tersebut.
- Respons ketika masuk (Entry Respons)
Manusia normalnya menghadirkan bukaan yang besar untuk memberikan pilihan yang
lebih luas. Dean (2002) berpendapat bahwa ketika memasuki ruang baru, ukuran yang
besar tersebut akan mengurangi rasa intimidasi dan adanya keingina utnuk
mengeksplor ruang selanjutnya.
- Ketinggian saat melihat (Viewing Height)
Mannusia tentunya akan dengan nyaman melihat sebuah objek yang berada pada
posisi nyamannya, yakni terletak di posisi mata berada.
- Posisi duduk (Sitting or Leaning)
Manusia akan duduk dekat dengan permukaan atau objek jika menemukan tinggi
penglihatan yang nyaman. Dalam mempersepsikan ruang atau objek dalam ruang, hak
tersebut menjadi sebuah kondisi intimat, yakni manusia sebagai viewer dengan
nyaman melihat dan memahami objek tersebut.
- Ruang Personal (Personal Space)
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Ruang yang hadir untuk sekelompok manusia yang dalam bentuk lain atau saat ini
menjadi sebuah teritori atau terbagi atas ruang-ruang tertentu.
Dari penjelasan dan pemaparan teori di atas bahwa cabinet of curiosities yang terdiri
atas komposisi objek-objek dapat menjadi media atau sistem dalam membentuk sebuah ruang,
yang dalam pembahasan ini merupakan ruang museum karena hadirnya cabinet of curiosities
telah dinilai sebagai cikal bakal museum. Hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Mengoleksi dinilai sebagai sebuah proses pembentukan ide dari kolektor yang pada masa
cabinet of curiosities merupakan individu atau keluarga bangsawan. Objek-objek yang
dikoleksi dilihat sebagai sebuah sistem terkait dengan obsesi kolektor yang ingin objek-
objeknya terorganisasi (organized obsession), diantaranya penyempurnaan objek-objek
yang dikoleksi (completion), tersusun sesuai dengan ide kolektor (system), dan
penyusunan dengan mempertimbangkan antara ruang dan objek itu sendiri (order).
2. Pemaknaan objek dan pengklasifikasian kemudian berkomunikasi dengan ruang yang
secara garis besar terbagi atas tiga, yakni waktu (time), ruang (spatial organization), dan
sejarah serta makna dari objek (internal qualities).
3. Pengorganisasian objek-objek tersebut dalam sebuah sistem koleksi merupakan
aesthetical experience yang memberikan respons psikologi ketika sensori manusia, yakni
mata berkomunikasi dengan sistem koleksi hingga membentuk “keindahan” yang dapat
dinikmati manusia dalam sebuah ruang yang disebut cabinet of curiosities atau sekarang
adalah museum.
4. Komposisi objek koleksi yang terdapat pada sebuah ruang cabinet of curiosities
merupakan komposisi yang membentuk ruang pamer yang dinikmati oleh manusia yang
melihat (viewer) untuk memahami makna atau ide mengoleksi.
Kesimpulan ini dilihat dari pemaknaan cabinet of curiosities sebagai cikal bakal
museum. Objek-objek yang berinteraksi membentuk koleksi dan memberikan persepsi dan
makna ruang pada cabinet of curiosities. Kesimpulan tiga poin di atas akan dijadikan acuan
dalam pembahasan selanjutnya sehingga selanjutnya dapat disimpulkan bagaimana komposisi
objek-objek dalam sebuah cabinet of curiosities berdialog dalam sebuah ruang.
Metode Penelitian
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Penulisan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur guna memahami
sejarah dan definisi cabinet of curiousities serta hubungannya dengan museum saat ini,
mengingat cabinet of curiousities dianggap merupakan cikal bakal museum saat ini. Saya
menggunakan metode kualitatif untuk menggali hubungan yang terjadi mengenai komposisi
objek dan ruang. Melakukan analisis dan pengamatan pribadi terhadap komposisi objek yang
terjadi pada cabinet of curiosities sebagai cikal bakal museum sebagai bagian dari
pemahaman ruang arsitektur museum.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Cabinet of curiosities sebagai tren pada masa itu, selanjutnya mendorong munculnya
beberapa pengerajin furnitur (seperti lemari) yang kemudian digunakan kolektor untuk
menyimpan objek-objek koleksi dan mendukung untuk mengorganisasikan objek-objek
koleksinya di dalam lemari. Cabinet of curiosities, selain sebagai ruang mengoleksi,
merupakan ruang yang sekaligus berfungsi sebagai ruang kerja Imperato dalam meneliti
objek-objek yang ditemukan, serta merupakan perpustakaan. Posisi dan penempatannya
dilihat sebagai berikut. Secara waktu, proses penelusurannya, saya melihat objek-objek pada
cabinet of curiosities masih sebagai satu jenis objek yang dilihat dari satu objek ke objek yang
lainnya. Perspektif pada cabinet of curiosities milik Imperato memperlihatkan 3 (tiga) bagian
yang terdiri atas lantai, dinding, dan plafon. Objek-objek koleksi Imperato beberapa disimpan
di dalam sebuah lemari dan yang lainnya digantung di dinding hingga plafon. Ketika
dibayangkan memasuki ruang tersebut, maka mata akan langsung mengarah kepada benda 3
dimensi, berupa buaya yang diletakkan di plafon (bagian atas ruang), baru kemudian
mengarah kepada objek lain disekitarnya. Objek-objek yang berada di plafon terlihat masih
belum terklasifikasi. Manusia yang melihat akan ‘mengagumi’ objek koleksi dikarenakan
posisinya tidak bisa dijangkau (hanya bisa dilihat). Beberapa objek telah berinteraksi dengan
furnitur (lemari) dan sudah mulai terklasifikasi, yaitu objek yang disimpan merupakan
spesimen unggas. Objek itu sendiri lebih mengarahkan dari objek menarik perhatian dan
kemudian ke objek di sekelilingnya. Buaya yang besar dan peletakannya tidak normal
menjadi objek yang menarik dikarenakan spesimen tersebut memiliki berat, namun kolektor
memutuskan untuk meletakannya di plafon dan dikelilingi objek lain, yaitu spesimen hewan
laut (terdapat ikan serta kerang-kerangan).
Ruang yang terlihat pada gambar telah berkembang dari sebelumnya (hanya dilihat
bidang horizontal dan vertikal). Ruang menunjukkan bahwa koleksi merupakan bagian dari
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
penelitian kolektor sehingga saya bisa mengkategorikan objek, posisi serta keberadaan
furnitur berdasarkan informasi latar belakang kolektor yang merupakan seorang apothecary.
Koleksi lebih banyak berada pada plafon dikarenakan bagian dinding banyak difungsikan
oleh kolektor sebagai tempat meletakkan furnitur, seperti rak-rak berisi buku, lemari, dan
meja. Berdasarkan aspek-aspek estetika seni dalam arsitektur (John Verdenburgh van Pelt,
1902) maka komposisi objek dapat dibaca sebagai berikut:
• Balance: Jika ditarik sumbu di tengah gambar
Keberadaan objek buaya terlihat di tengah ruang dan membagi banyak objek di
sekitarnya terlihat sama pada bagian atas, serta memenuhi seluruh ruang dengan
objek-objek yang dikoleksi.
• Contrast: dilihat ukuran objek yang dikoleksi
Objek buaya yang ada di tengah dan posisi atas merupakan objek yang menjadi objek
yang menarik untuk dilihat ketika memasuki pertama kali (highlight). Ruang yang
memiliki bentuk plafon yang melengkung dan tinggi mengurangi rasa intimidasi
ketika memasuki ruang. Karakteristik ruang yang tinggi (sekitar 2 kali tinggi
manusia) memberikan pilihan untuk mengeksplor (secara visual) objek mana yang
ingin dilihat. Namun, kehadiran objek buaya sebagai kontras menekankan dan
memberikan itensi untuk dilihat pertama kali.
• Unity of Character: Setiap objek memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga
mengarahkan mata untuk melihat satu persatu objek yang hadir. Berdasarkan
kategori/jenis objek, pada cabinet of curiosities ini objek mulai didekatkan dengan
objek yang sejenis secara ilmu biologi, misal objek dengan jenis unggas.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Figure 2. Composition Analysis in Imperato’s Cabinet of Curiosities
Pada kasus museum, dapat dibaca bahwa tidak hanya objek yang dikomposisikan
melainkan ada pengkategorian yang membentuk sirkulasi pengunjung museum. Komposisi
objek yang dilihat pada sebuah ruang lebih kompleks dengan komposisi objek yang dapat
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
dibaca lewat denah. Objek koleksi museum dipamerkan untuk menyampaikan ide dari
kolektor, yang dalam hal ini merupakan lembaga pemerintah, beda halnya dengan cabinet of
curiosities yang menyampaikan ide pribadi dari kolektor. Pada bab 2 (dua) telah dibahas
bahwa museum dibentuk sebagai tempat yang memberikan edukasi kepada masyarakat
sekitar. Diharapkan masyarakat dapat berkaca dan belajar dari masa lalu, lewat objek-objek
yang dikomposisikan dan dimaknai oleh manusia, sebagai viewer. Komposisi pada museum
tidak seperti cabinet of curiosities yang memenuhi bidang dalam sebuah ruang dengan objek-
objek koleksi. Pengkategorian dalam sebuah museum nasional dibagi atas etnografi serta
evolusi manusia yang pengaturannya memiliki batas yang lebih jelas, misal satu tema dalam
satu ruangan. Untuk menyampaikan ide lembaga museum kepada masyarakat, peletakan
ruang-ruang kategori tersebut juga disusun.
Pengaturan objek dalam tata pamer museum bagi seorang desainer adalah suatu hal
yang penting, terutama untuk menyampaikan konten yang terdapat dalam objek-objek yang
dipamerkan dalam sebuah museum. Beda halnya jika melihat cabinet of curiosities dimana
objek dikomposisikan pada ruang terbatas yang dimiliki oleh kolektor. Kolektor secara
personal juga menentukkan koleksi seperti apa yang diinginkan sesuai kesukaan, latar
belakang kolektor (misal profesi), atau aktivitas yang sedang dilakukan, sedangkan pada
museum, koleksi dibuat lebih umum sehingga tujuan utama museum dapat tercapai, yakni
mengedukasi masyarakat.
Komposisi objek yang berdasarkan keseimbangan, kontras, kesatuan objek, warna,
yang akan mempengaruhi penyampaian lewat objek-objek. Secara garis besar objek-objek
terkomposisi dari objek dua dimensi (lukisan) dan objek tiga dimensi (casts dan model
arsitektur). Viewer akan memberikan persepsi estetis ketika melihat pengaturan sebuah objek
dalam ruang seperti yang telah dibahas sebelumnya. Beberapa objek-objek menarik menarik
perhatian viewer, misal ukuran berbeda atau jenis yang berbeda. Keberadaan objek tersebut
mengarahkan (direct) viewer untuk melihat objek disekitarnya. keberadaannya mengarahkan
mata manusia melihat objek dan secara tidak langsung mengelompokannya sendiri dalam
kelompok-kelompok, misal ukuran yang sama atau jenis yang sama. Hal tersebut terjadi
dikarenakan dalam cabinet of curiosity, manusia sebagai viewer yang membaca sendiri cerita
yang ingin disampaikan. Komposisi objek mengarahkan mata untuk melihat objek mana yang
ingin dilihat dahulu dan membentuk pola lihat tertentu. Dalam cabinet of curiosities arah
pandang tidak diatur secara pasti, dikarenakan dalam satu bidang objek yang dikoleksi
diletakkan memenuhi bidang.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Beda halnya dengan komposisi objek pada museum untuk memberikan persepsi
estetis (pemaknaan objek dalam ruang). Objek yang dikomposisikan sudah dikelompokkan
atau dikategorikan dalam satu ruang, setiap ruang terkoneksi dengan ruang lain membentuk
cerita. Sedangkan pada cabinet of curiosities, keseluruhan objek yang dikomposisikan dalam
ruang dan sekaligus bercerita ketika berada di dalam satu ruang tersebut. Pada museum, objek
dikomposisikan dengan porsi yang cukup dalam satu bidang/dinding, sedangkan pada cabinet
of curiosities, objek dikomposisikan memenuhi semua ruang di dinding sehingga ketika kita
berada di dalam ruang, mata melihat dan memberikan persepsi estetis dengan
menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya. Pada museum, viewer
mempersepsikan hubungan antara objek-objek secara lebih sederhana sesuai dengan kategori,
baru kemudian menghubungkan kategori per kategori.
Table 1. Perbandingan Persepsi Manusia (Viewer) terhadap Komposisi Objek dalam Ruang Cabinet of Curiosities dan Museum
Komposisi Objek Ruang Persepsi
Cabinet of curiosities
Balance
Simetri/asimetri
Contrast
Dominance
Unity
similarity
1. Objek memenuhi seluruh bagian ruang: dinding dan plafon
2. Karakteristik ruang sesuai dengan keinginan pemilik
simetri asimetri
(olah data pribadi)
highlight warna ukuran
(olah data pribadi)
ukuran jenis
(olah data pribadi)
Manusia mengeksplor secara visual semua bagian/bidang ruang yang terdapat objek koleksi Objek yang memenuhi ruang terlihat ‘sama’ dan beberapa diantaranya berbeda, memberikan piihan kepada viewer untuk melihat objek yang ingin dilihat Memberikan penekanan mengenai objek yang dilihat ketika pertama kali masuk, memberikan pilihan untuk melihat objek selanjutnya yang dilihat viewer diberikan pilihan untuk mendekat kepada sekelompok objek yang memiliki kesamaan
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Komposisi Objek Ruang Persepsi
Museum
Balance
Simetri
Contrast Dominance
Unity similarity
1. Objek berada pada level mata manusia
2. Karakteristik ruang sesuai dengan bangunan yang ada
3. Adanya kategori setiap ruang sehingga secara denah diatur dan dikomposisikan
Diagram Dean (2002)
highlight warna ukuran
(olah data pribadi)
(olah data pribadi)
Selain mengeksplor secara visual di setiap ruang dengan kategori tertentu, viewer mengeksplor ruang per ruang Viewer akan dengan nyaman melihat objek dalam komposisi yang seimbang. Kehadiran objek yang kontras dalam setiap kelompok komposisi objek, mengarahkan mata viewer untuk mengeksplor objek-objek selanjutnya viewer diarahkan untuk mengeksplor ke objek koleksi selanjutnya untuk memahami keseluruhan cerita museum
Komposisi objek yang ada pada cabinet of curiosities hingga museum
mempertahankan 4 (empat) kualitas karakteristik yang Dean (2002) sebutkan, diantaranya
komposisi tersebut menghadirkan kualitas visual impact (komposisi menarik perhatian),
visual weight (warna, bentuk, dan seterusnya berkombinasi dan memberikan kualitas), visual
balance (kombinasi yang dihadirkan merupakan kombinasi yang seimbang), dan visual mass
(warna, bentuk, dan seterusnya diatur kepadatannya). Kualitas visual direction (mengarahkan
mata) baru hadir di museum. Pada cabinet of curiosities, viewer diberikan pilihan tentang
objek mana yang ingin dilihat pertama kali dan seterusnya.
Kesimpulan
Penempatan, pengaturan dan komposisi objek koleksi beberapa diantaranya
dipertahankan dan mengalami perbedaan/perubahan dibanding pada cabinet of curiosities,
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
yakni objek-objek yang dipamerkan difokuskan untuk mengedukasi dengan cara mengurangi
elemen-elemen ornamental yang ada pada ruang. Pada studi kasus yang dilakukan, Museum
saat ini menjadikan objek sebagai ‘bintang utama’, posisi dan penempatannya dalam sebuah
ruang dan terhadap objek lain adalah penting untuk membuat pengunjung dapat melihat dan
memahami konten secara efisien. Secara visual, objek-objek dipahami dengan melihat satu
demi satu objek. Pada cabinet of curiosities manusia akan mengalami ruang secara visual
dalam waktu cepat untuk memahami ide kolektor, manusia hanya butuh melihat kanan, kiri,
depan, belakang, atas ataupun bawah. Sedangkan pada museum, objek difokuskan di posisi
level mata sehingga pengunjung akan menyusuri ruang demi ruang (sesuai level mata) untuk
meahami ide mengoleksi dari museum.
Cabinet of curiosities merupakan ruang yang karakteristiknya berdasarkan pemilik
rumah yang juga merupakan kolektor. Dari beberapa studi kasus yang dibahas,
memperlihatkan bahwa ruang rata-rata memiliki ketinggian sekitar dua kali tinggi manusia
yang memberikan persepsi bahwa ruang tersebut bukan ruang yang mengintimidasi. Ruang
tersebut merupakan ruang ‘terbuka’ walaupun akses menuju ruang cabinet of curiosities
merupakan ruang yang terbatas. Maka beberapa museum saat ini (yang dapat saya liat lewat
studi kasus yang diambil) menghadirkan ruang-ruang museum dengan ruang yang tinggi.
Elemen cahaya hadir lewat bukaan (jendela) memberikan kesan dramatis pada objek-objek
yang disinari, maka museum saat ini melakukan hal yang sama dengan pencahayaan buatan
pada setiap objeknya. Penekanan visual terhadap objek yang dilihat pada museum hadir
dengan membuat latar belakang objek lebih netral (elemen warna pada ruang atau yang
bersifat ornamental), sedangkan pada cabinet of curiosities dengan objek yang memenuhi
semua bidang ruang maka objek yang kontras (ukuran atau warna), keberadaan elemen
dekoratif atau furnitur pada ruang akan memberikan penekanan visual tersebut. Akibatnya,
pada cabinet of curiosities, viewer akan memilih sendiri objek yang ingin dieksplor
selanjutnya, sedangkan pada museum hal tersebut digunakan untuk urutan yang lebih teratur
(logic). Penekanan visual merupakan hal yang dibutuhkan dalam sebuah bentuk pameran, hal
tersebut akan mengarahkan mata untuk melihat objek dan memberikan keinginan untuk
mengeksplor objek selanjutnya dalam ruang yang berbeda atau sudut berbeda dalam konteks
cabinet of curiosities.
Saran
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Pembahasan mengenai komposisi objek pada cabinet of curiosities membuka
pengetahuan mengenai sistem mengoleksi dan menghadirkan koleksi yang ternyata berperan
terhadap makna dan nilai objeknya. Hal ini menjadi suatu hal yang dapat dipertimbangkan
dalam menghadirkan ruang museum yang baik dan mengkomunikasikan ide atau cerita lewat
pengaturan objek koleksinya. Pembahasan terhadap sistem mengoleksi tersebut menarik
untuk digali lebih lanjut. Penulis menyadari analisis dan pembahasan mengenai komposisi
objek pada cabinet of curiosities untuk memahami bagaimana komposisi objek di dalamnya
yang kemudian digunakan pada museum di Eropa dan Indonesia akan lebih baik jika penulis
mengalami ruang (cabinet of curiosities dan museum di Eropa) secara langsung. Sehingga
perbandingan komposisi objek pada cabinet of curiosities yang untuk mengetahui
relevansinya dengan komposisi objek pada museum (baik di Eropa atau di Indonesia) masih
dibutuhkan studi lebih lanjut dan secara langsung terhadap tempat-tempat yang berhubungan
dengan pembahasan.
Pada pembahasan skripsi ini, rasa ingin tahu manusia atas suatu objek megarahkan
terhadap sistem mengoleksi pada sebuah ruang cabinet of curiosities yang kemudian menjadi
suatu hal yang digunakan museum di Eropa. Hal tersebut memberikan pertanyaan lebih lanjut
mengenai sistem mengoleksi pada ruang sejenis (cabinet of curiosities) di Indonesia. Apakah
ada ruang sejenis (cabinet of curiosities) di Indonesia? Sehingga berdasarkan pemahaman
terhadap sistem komposisi yang dilakukan oleh orang Indonesia pada masa sebelumnya,
mengkomunikasikan ide atau cerita lewat komposisi objek pada museum Indonesia memiliki
cara dan pandangan yang berbeda dibandingkan dengan yang ada di Eropa.
Daftar Referensi
Books:
Bennet, T. (1995). The Birth of Museum. London: Routledge.
Pearce, S. M. (eds). (1994). Interpreting Objects and Collections. New York: Routledge.
D.K. Ching, F. (2007). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanannya (edisi ketiga). Jakarta:
Erlangga.
Pelt, J. V. c. (1902). A discussion of Composition: Especially as Apllied to Architecture.
Lacaster: Pres of The New Era Printing Company.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016
Smith, K (eds) et al. (2011). Handbook of Visual Communication: Theory, Methods, and
Media. London: Routledge.
Book chapter:
Dean, D. (2002). Designing Exhibition. Dalam Museum Exhibition. London: Routledge.
Online document:
Xenakis, I, & Arnellos, A., 2014. Aesthetic Perception and its Minimal Content: a
Naturalistic Perspective. Journal of Front Psychol. Acessed on Mei 13, 2016 from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4168683/.
Lorens, H. (2013). Architecture and It’s Objects. University of Dundee (Scotland): Geddes
Institute of Urban Research. Acessed on June 23, 2016 from
http://www.dundee.ac.uk/geddesinstitute/library/Holm-space-draft29May.pdf.
Research Report:
Haris, T. (1994). Lahirnya Museum di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.
Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016