komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan

17
Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan Keterkaitannya pada Museum Saat Ini Kamilah Aisyi, Yulia Nurliani Lukito Arsitektur Interior, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Museum hadir di Eropa berawal dari aktivitas mengoleksi individu dalam sebuah ruang yang disebut dengan cabinet of curiosities. Sesuai dengan artinya, cabinet of curiosities menggambarkan ruang dengan rasa ingin tahu yang berkembang menjadi suatu bentuk penyampaian dan penghargaan terhadap seni serta ilmu pengetahuan. Menempatkan, mengatur, dan mengkomposisikan objek dalam ruang menjadi hal penting yang dilakukan untuk menyampaikan objek yang dipamerkan pada cabinet of curiosities. Komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan museum terbentuk atas objek-objek yang diatur secara seimbang, menghadirkan kesatuan, dan menarik perhatian mata manusia untuk melihat dan memahami cerita yang ingin disampaikan. Karakteristik ruang yang berbeda antara cabinet of curiosities dan museum memberikan persepsi yang berbeda dalam memahami cerita yang ingin disampaikan lewat komposisi tersebut sehingga kemungkinan komposisi objek koleksi pada museum telah berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Komposisi objek koleksi dan ruang lebih terarah dan menekankan objek sebagai suatu hal yang utama dalam sebuah ruang museum sehingga pengunjung museum saat ini memahami cerita yang disampaikan dengan mudah. Composition of Collection Objects in Cabinet of Curiosities and Its Relevance in Museum Today Abstract A museum, viewed as a technology of behavior management, serves to educate people and the need to collect important objects by an organization of space and objects arrangement. Museums in Europe was established from collecting activities in a space is called “cabinet of curiosities” where objects arranged in and filled up all parts in space. The meaning is about wondering was developed to communicate value or knowledge from objects. The placement, arrangement, and composition of objects in space become important communicating the story behind and the aim of collecting the objects. Both composition of object in cabinet of curiosities and museum are similar through the principle of balance, unity, contrast, that seduced our eyes to see and understand the story behind the objects, are also some difference between cabinet of curiosities and museum, in relation to the composition of objects in space and the perception of the viewers. This paper discusses how the development of objects composition in cabinet of curiosities and museum in relation to composition principle and knowledges supporting. Objects dealed with space elements become the composition that is experienced visually, where is gave choices what objects will be saw first and next to understand the story. In contrast to museum, the composition is more directional and offers objects as a highlight to be understood easily by viewers Keywords: cabinet of curiosities, museum, collection objects, composition, organization Pendahuluan Museum British di London yang dibentuk pada tahun 1759 merupakan salah satu museum yang hadir pada sekitar akhir abad ke-18 di Eropa sebagai institusi pemerintah untuk mengedukasi dan membentuk karakter orang Eropa. Pada masa itu, museum dipercaya menjadi salah satu alat yang memiliki kekuatan untuk mengubah budaya dan moral masyarakat Eropa. Bennet (1995) dalam bukunya The Birth of Museum, beranggapan dan Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan Keterkaitannya pada Museum Saat Ini

Kamilah Aisyi, Yulia Nurliani Lukito

Arsitektur Interior, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Museum hadir di Eropa berawal dari aktivitas mengoleksi individu dalam sebuah ruang yang disebut dengan cabinet of curiosities. Sesuai dengan artinya, cabinet of curiosities menggambarkan ruang dengan rasa ingin tahu yang berkembang menjadi suatu bentuk penyampaian dan penghargaan terhadap seni serta ilmu pengetahuan. Menempatkan, mengatur, dan mengkomposisikan objek dalam ruang menjadi hal penting yang dilakukan untuk menyampaikan objek yang dipamerkan pada cabinet of curiosities. Komposisi objek koleksi pada cabinet of curiosities dan museum terbentuk atas objek-objek yang diatur secara seimbang, menghadirkan kesatuan, dan menarik perhatian mata manusia untuk melihat dan memahami cerita yang ingin disampaikan. Karakteristik ruang yang berbeda antara cabinet of curiosities dan museum memberikan persepsi yang berbeda dalam memahami cerita yang ingin disampaikan lewat komposisi tersebut sehingga kemungkinan komposisi objek koleksi pada museum telah berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Komposisi objek koleksi dan ruang lebih terarah dan menekankan objek sebagai suatu hal yang utama dalam sebuah ruang museum sehingga pengunjung museum saat ini memahami cerita yang disampaikan dengan mudah.

Composition of Collection Objects in Cabinet of Curiosities and Its Relevance in Museum Today

Abstract

A museum, viewed as a technology of behavior management, serves to educate people and the need to collect important objects by an organization of space and objects arrangement. Museums in Europe was established from collecting activities in a space is called “cabinet of curiosities” where objects arranged in and filled up all parts in space. The meaning is about wondering was developed to communicate value or knowledge from objects. The placement, arrangement, and composition of objects in space become important communicating the story behind and the aim of collecting the objects. Both composition of object in cabinet of curiosities and museum are similar through the principle of balance, unity, contrast, that seduced our eyes to see and understand the story behind the objects, are also some difference between cabinet of curiosities and museum, in relation to the composition of objects in space and the perception of the viewers. This paper discusses how the development of objects composition in cabinet of curiosities and museum in relation to composition principle and knowledges supporting. Objects dealed with space elements become the composition that is experienced visually, where is gave choices what objects will be saw first and next to understand the story. In contrast to museum, the composition is more directional and offers objects as a highlight to be understood easily by viewers

Keywords: cabinet of curiosities, museum, collection objects, composition, organization

Pendahuluan

Museum British di London yang dibentuk pada tahun 1759 merupakan salah satu

museum yang hadir pada sekitar akhir abad ke-18 di Eropa sebagai institusi pemerintah untuk

mengedukasi dan membentuk karakter orang Eropa. Pada masa itu, museum dipercaya

menjadi salah satu alat yang memiliki kekuatan untuk mengubah budaya dan moral

masyarakat Eropa. Bennet (1995) dalam bukunya The Birth of Museum, beranggapan dan

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 2: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

mempercayai peningkatan selera orang-orang Eropa terhadap seni dapat mengurangi

kebiasaan-kebiasaan menyimpang yang pada masa sebelumnya banyak dilakukan oleh orang-

orang Eropa.

Jika ditarik mundur pada abad ke-16 atau ke-17, pada buku The Birth of Museum

karya Bennet (1995) menyebutkan bahwa museum berawal pada sebuah koleksi yang secara

pribadi dimiliki oleh kaum-kaum burjois dan bangsawan di Eropa. Mereka mulai

mengumpulkan benda-benda bernilai seni dan disimpan di salah satu bagian rumah mereka

sebagai bentuk pergaulan terhadap sesama kaum burjois. Benda-benda yang disimpan berupa

benda-benda bernilai sejarah, seni, dan ilmu pengetahuan, atau benda eksotis yang sulit

didapatkan, diantaranya benda dua dimensi, seperti lukisan, atau tiga dimensi, seperti patung.

Cabinet of curiosities merupakan sebuah ruang milik pribadi yang menyimpan sekaligus

memamerkan berbagai objek dan terlihat seperti hanya sekumpulan benda-benda yang dalam

Bahasa Jerman yakni wunderkammer (arti yang sama).

Bennet (1995) juga menyebutkan bahwa cabinet of curiousities pada masanya juga

dijadikan sebagai wadah ‘berbagi’ ilmu pengetahuan hanya diantara kaum burjois dan

bangsawan saja. Namun, pada abad ke-18 ketika ide cabinet of curiosities untuk umum (cikal

bakal museum) muncul, rasa ingin tahu pada cabinet of curiousities dikembangkan untuk

menjadi sebuah pemikiran yang rasional terhadap ilmu pengetahuan.

Pada masa sekarang, museum di negara maju memegang peranan penting terhadap

penguatan identitas masyarakatnya. Kepedulian masyarakat akan sebuah identitas bangsa bisa

ditandai dengan banyaknya minat masyarakat mengunjungi museum untuk memahami akar

budaya serta sejarah bangsanya. Di Indonesia, museum masih kurang dilirik dan belum

banyak orang yang mengunjungi museum. Permasalahan pokok museum di Indonesia adalah

persepsi masyarakat yang menganggap museum hanya sebagai tempat mengumpulkan,

menyimpan dan merawat benda-benda kuno. Masyarakat masih belum menangkap fungsi

museum sebagai pemberi informasi mengenai ilmu pengetahuan lewat benda-benda koleksi

yang disimpan dan dipamerkan, sebaliknya museum sebagai lembaga masih belum bisa

berperan sebagai pemberi informasi.

Arsitektur Interior, salah satunya, memegang peranan tentang bagaimana pengetahuan

tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik, salah satunya tentang bagaimana benda-benda

tersebut dapat terkomposisi dan menyampaikan makna lewat komposisi. Hal yang menarik

adalah komposisi benda-benda koleksi (yang bukan merupakan elemen arsitektural) yang

menjadi alat komunikasi dalam ruang cabinet of curiousities atau museum. Museum

kemudian menjadi tempat terjadi hubungan antara objek-objek (karena museum hadir dari

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 3: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

objek-objek yang dikoleksi baik itu perorangan atau lembaga) dan manusia sebagai viewer

menginterpretasikan benda-benda koleksi pada Cabinet of Curiousities atau museum sekarang

untuk membaca ruang dan makna di dalamnya lewat indera visual. Lalu, bagaimanakah ruang

cabinet of curiosities dan museum saat ini dibaca lewat komposisi objek-objek koleksi?

Tinjauan Teoritis

Pembentukan museum yang bersifat publik diketahui sekitar akhir abad ke-18 dan

memasuki abad ke-19. Bennet menyatakan bahwa museum pada saat itu dipandang sebagai

sebuah teknologi yang terdapat sistem didalamnya, untuk mengatur pola hidup dan kebiasaan

sehingga muncul tipe baru kelompok sosial dan menyesuaikan dengan kelompok sosial yang

sudah ada sebelumnya. Kehadiran museum publik yang menurut Bennet menjadikan

informasi mengenai identitas bangsa, seperti sejarah kerajaan, ilmu pengetahuan dan seni

yang sebelumnya hanya bisa dinikmati kaum bangsawan atau burjois menjadi hal yang bisa

dibagi kepada masyarakat luas.

Benda-benda koleksi yang sebelumnya hanya diketahui pada nama-nama seperti

studioli, cabinets des curieux, Wunderkammern, Kuntskammern, dan dengan fungsi hanya

sebagai sebuah pertunjukan atau simbol atas kekuatan sebuah kerajaan dan terbatas untuk

diakses, menjadi satu kesatuan dan sebaliknya dapat diakses semua kalangan (Bennet, 1995:

93). Museum kemudian hadir menjadi ruang dengan definisi baru, yang mana setiap benda

koleksi yang dimiliki dan dihadirkan museum dikategorikan berdasarkan ilmu pengetahuan,

seperti sejarah, arkeologi, atropologi, biologi, serta termasuk di dalamnya sejarah seni, yang

setiap kategorinya diatur sesuai dengan evolusinya, misal dilihat dari sejarah atau hadirnya

bumi, kehidupan, manusia, serta peradabannya.

Figure 1. The Process of Museum Construction

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 4: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Cabinet of curiosities, merupakan ruang yang dimiliki seseorang (kolektor),

terdapat benda-benda “aneh” yang penyusunannya terlihat seperti dikumpulkan atas

maksud dan tujuan tertentu. Pada gambar 2.1 terlihat objek-objek seperti buaya yang

digantung di plafon dengan sekelilingnya terdapat ikan, kerang-kerangan, hingga daun

yang terlihat disusun secara “acak” membentuk sebuah cerita yang sepertinya hanya

diketahui oleh pemiliknya sebagai kolektor. Mungkinkah “keanehan” atau pengaturan yang

terlihat “acak” ternyata memiliki sistem tertentu yang membentuk ruang cabinets of

curiosities?

Pada awal kemunculannya di sekitar abad ke-16 sampai dengan ke-17 di Eropa,

cabinet of curiosities, adalah ruang pameran yang bisa jadi disebut sebagai ruang

“eksklusif”. Bennet mengatakan cabinet of curiosities dimiliki oleh orang-orang yang

“eksklusif”, yakni kaum bangsawan dan burjois. Setiap ada kesempatan bertemu kolega-

koleganya, cabinet of curiosities menjadi ruang debat dan kritik bagi bangsawan, yaitu

dengan menjadikan kumpulan benda-benda tersebut sebagai topik bahasan untuk

diperdebatkan dan dikritik, serta menjadi latar debat mereka. Jika pemilik ruang memiliki

pengetahuan akan benda terkait, maka koleksi mendapatkan nilai lebih dimata koleganya.

Bisa dikatakan bahwa cabinets of curiosities menjadi sebuah ajang “pamer” diantara orang-

orang eksklusif (kolega pemilik). “Pamer” yang dimaksud bisa jadi merupakan sesuatu

yang baik, dikarenakan terjadi dengan pertukaran ilmu dan pengetahuan, atau kemungkinan

bisa saja “pamer” yang dilakukan merupakan bentuk eksistensi dari pemilik dikarenakan

bisa menunjukkan kemampuannya memiliki benda-benda bernilai tinggi

Objek yang hadir untuk digunakan dengan sebuah objek yang hadir untuk dikoleksi

adalah berbeda. Perbedaan antara ‘memiliki’ dan ‘mengoleksi’, menurut Aristides (dalam

Pearce, 1994: 158), koleksi merupakan “obsession organized”, yaitu adanya keinginan untuk

mengatur benda-benda tersebut, kemudian perbedaan antara ’memiliki’ dan ‘mengoleksi’,

yaitu ada pada order (susunan), system (sistem), dan completion (penyempurnaan objek yang

dioleksi) yang terdapat di dalamnya. Kolektor berperan aktif untuk menyeleksi objek-objek

sesuai dengan karakter dan ide, serta sistem koleksi yang ditentukan oleh pemilik koleksi

(Belk dalam Pearce, 1994: 158). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

‘mengkoleksi’ merupakan sistem yang terbentuk dari objek-objek yang terkumpul, kemudian

diklasifikasikan secara objektif dan secara subjektif sesuai dengan pandangan pemilik koleksi

tersebut. Terdapat proses deliberasi oleh pemilik untuk menentukan potensi suatu objek untuk

dikoleksi.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 5: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Objek yang hadir pada cabinet of curiosities merupakan objek yang hadir sebagai

suatu bentuk pameran dari kolektor kepada viewer. Sebuah jurnal “Architecture,

Organization, Repetition, and Laughter” oleh John McMorrough (2011), Pengaturan menjadi

hal yang penting dalam arsitektur, yakni tentang bagaimana suatu hal mempengaruhi dan

mengarahkan ke hal yang lainnya. Setiap komponen yang ada dalam sebuah ruang menjadi

bagian yang membentuk keseluruhan (its part to its whole). Objek koleksi menjadi salah satu

bagian yang membentuk ruang cabinet of curiosities yang kemudian menjadi museum.

Cabinet of curiosities merupakan bentuk awal sebuah desain pameran yang diadaptasi

oleh museum. Mendesain sebuah pameran menurut Dean (2002) merupakan sebuah seni dan

sains dalam mengatur visual, aspek keruangan (spatial), dan elemen-elemen di sekitarnya

yang mana manusia bergerak didalamnya. Dean (2002) menyebutkan bahwa beberapa elemen

desain menjadi hal yang penting dalam menghadirkan visual dalam sebuah desain pamer. Hal

yang paling penting dalam sebuah ruang pamer adalah bagaimana setiap elemen didalamnya

dapat mengarahkan (controlling) visual dalam hal ini mata viewer terhadap satu tujuan, yakni

untuk memahami makna, cerita atau konten yang ingin disampaikan (Traue, 2000).

Komposisi elemen-elemen (objek dan ruang) pada cabinet of curiosities sebagai cikal bakal

museum bekerja agar mata viewer dapat melihat dengan nyaman untuk hal tersebut.

Komposisi merupakan aspek yang dipertimbangkan untuk menghadirkan pengalaman estetis

viewer dalam mengalami ruang cabinet of curiosities dan museum.

John Verdenburgh van Pelt (1902) menyebutkan prinsip-prinsip estetika seni yang

dapat diaplikasikan pada sebuah arsitektur. Dean (2002) memberika pendapat bahwa

pengkomposisian elemen-elemen desain juga mempengaruhi tentang bagaimana cabinet of

curiosities hingga museum saat ini menghadirkan desain sebuah pameran. Dari dua pendapat

tersebut, disimpulkan bahwa untuk menganalisis komposisi objek dalam cabinet of curiosities

terdiri dari:

(1) Kontras, yaitu elemen yang berbicara mengenai gelap dan terang dalam sebuah

ruang (yang dalam istilah Dean disebut dengan value). Elemen tersebut akan

mempengrui viewer ketika melihat sehingga sebuah komposisi tidak terlihat

monoton. Hal tersebut bisa dilihat lewat aspek warna, ukuran, bentuk, atau tekstur

yang hadir dalam objek.

(2) Balance, yaitu keseimbangan yang dapat dilihat dari pengaturan objek secara

simetri atau asimetri.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 6: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

(3) Unity of character, yaitu kesatuan penempatan dan pengaturan objek yang mana

objek dikomposisikan berdasarkan kesamaan (similarity). Kesamaaan tersebut dapat

dilihat lewat aspek bentuk, warna, ukuran, atau pun tekstur yang dikomposisikan

sejajar atau sebaliknya (line).

Objek-objek koleksi merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam sebuah

ruang pameran. Menurut Dean (2002), seluruh objek (baik itu dua-dimensi atau pun tiga-

dimensi) dikomposisikan dengan pertimbangan karakteristik visual objek yang ingin

dihadirkan, diantaranya sebagai berikut.

(1) Visual Impact: karakteristik sebuah objek untuk menarik perhatian viewer

(2) Visual Weight: tekstur, warna, dan elemen desain berkombinasi membentuk

kualitas, misal lukisan dengan warna mayoritas warna terang memberikan kualitas

terbuka (openness)

(3) Visual Direction: objek mengarahkan mata untuk melihat ke suatu arah

(4) Visual Balance: keseluruhan karakteristik tentunya akan berkombinasi dan

seimbang antara satu karakteristik dengan karakteristik lainnya

(5) Visual Mass: Objek memiliki aspek kepadatan (solidity dan opacity) yang mana

warna, tekstur, dan lainnya yang mendukung kualitas tersebut.

Dari pembahasan mengenai komposisi dan pengaturan di atas, disimpulkan bahwa

cabinet of curisoties merupakan sebuah bentuk ruang pameran yang kemudian diadaptasi

oleh museum. Elemen-elemen yang membentuknya diantarannya objek-objek koleksi dan

elemen ruang yang ada disekitarnya sebagai sebuah sistem. Sistem yang dimaksud adalah

sistem tata pamer, dimana pangaturan atau komposisi tersebut bekerja dengan tujuan agar

manusia sebagai viewer mendapatkan kenyamanan visual sehingga konten atau ide

tersampaikan kepada viewer.

Pada sebuah paper berjudul “Architecture and It’s Objects” oleh Lorens Holm (2013)

menyebutkan bahwa arsitektur mendefinisikan ruang lewat hubungan antara objek yang

mengisi ruang dan manusia sebagai subjek didalamnya. Manusia sebagai subjek dalam ruang

melihat dan kemudian mempersepsikan komposisi dan sistem pamer dalam ruang cabinet of

curiosities dan museum. Keberadaan manusia sebagai viewer yang melihat objek koleksi

dalam cabinet of curiosities dan museum menjadi hal yang dibahas, yang mana saya sebagai

memposisikan diri sebagai viewer mengamati dan melakukan analisis kualitatif terhadap

ruang. Pendapat Ioannis Xenakis dan Argyris Arnellos (2014) dalam sebuah jurnal psikologi

yang berjudul “Aesthetic Perception and Its Minimal Content: a Naturalistic Perspective”

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 7: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

menyebutkan bahwa persepsi estetis (aesthetic perception) salah satunya bergantung pada

identifikasi manusia, sebagai viewer, terhadap “rightness” atau tentang bagaimana logika

manusia bekerja dalam menghubungkan sesuatu, merangkai cerita yang dalam hal ini

merupakan komposisi dan organisasi atas objek-objek dalam sebuah ruang. Viewer

mengkonstruksikan hubungan yang terjadi antara dunia dimana saat itu berada dengan ‘dunia’

yang hadir pada cabinet of curiosity atau museum saat ini, atau proses tersebut yang bisa

disebut sebagai ‘persepsi’.

Manusia mempengaruhi dan berhubungan dengan komposisi yang terjadi dalam ruang

cabinet of curiosities dan tentunya museum saat ini. Skala manusia menjadi salah satu aspek

yang dipertimbangkan dalam menghadirkan ruang pameran (Dean, 2002). Skala manusia dan

ukuran ruang akan sangat mempenagruhi persepsi manusia yang berada di ruang tersebut,

misal manusia berada di dalam ruang dengan tinggi plafon 9-12 meter akan berbeda dengan

berada di ruang dengan tinggi plafon 4 meter. Untuk memahami ruang pameran (yang terdiri

dari komposisi objek), manusia akan bergerak (bereaksi terhadap ruang) yang kemudian

reaksi-rekasi tersebut oleh desainer menjadi hal yang dipertimbangkan dalam mendesain

sebuah ruang pameran (Dean, 2002). Dean (2002) menyebutkan sebagai berikut.

- Menyentuh (Touching)

Manusia melihat sebuah objek memiliki intensi untuk menyentuh objek tersebut.

- Respons ketika masuk (Entry Respons)

Manusia normalnya menghadirkan bukaan yang besar untuk memberikan pilihan yang

lebih luas. Dean (2002) berpendapat bahwa ketika memasuki ruang baru, ukuran yang

besar tersebut akan mengurangi rasa intimidasi dan adanya keingina utnuk

mengeksplor ruang selanjutnya.

- Ketinggian saat melihat (Viewing Height)

Mannusia tentunya akan dengan nyaman melihat sebuah objek yang berada pada

posisi nyamannya, yakni terletak di posisi mata berada.

- Posisi duduk (Sitting or Leaning)

Manusia akan duduk dekat dengan permukaan atau objek jika menemukan tinggi

penglihatan yang nyaman. Dalam mempersepsikan ruang atau objek dalam ruang, hak

tersebut menjadi sebuah kondisi intimat, yakni manusia sebagai viewer dengan

nyaman melihat dan memahami objek tersebut.

- Ruang Personal (Personal Space)

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 8: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Ruang yang hadir untuk sekelompok manusia yang dalam bentuk lain atau saat ini

menjadi sebuah teritori atau terbagi atas ruang-ruang tertentu.

Dari penjelasan dan pemaparan teori di atas bahwa cabinet of curiosities yang terdiri

atas komposisi objek-objek dapat menjadi media atau sistem dalam membentuk sebuah ruang,

yang dalam pembahasan ini merupakan ruang museum karena hadirnya cabinet of curiosities

telah dinilai sebagai cikal bakal museum. Hal tersebut dapat dilihat dari:

1. Mengoleksi dinilai sebagai sebuah proses pembentukan ide dari kolektor yang pada masa

cabinet of curiosities merupakan individu atau keluarga bangsawan. Objek-objek yang

dikoleksi dilihat sebagai sebuah sistem terkait dengan obsesi kolektor yang ingin objek-

objeknya terorganisasi (organized obsession), diantaranya penyempurnaan objek-objek

yang dikoleksi (completion), tersusun sesuai dengan ide kolektor (system), dan

penyusunan dengan mempertimbangkan antara ruang dan objek itu sendiri (order).

2. Pemaknaan objek dan pengklasifikasian kemudian berkomunikasi dengan ruang yang

secara garis besar terbagi atas tiga, yakni waktu (time), ruang (spatial organization), dan

sejarah serta makna dari objek (internal qualities).

3. Pengorganisasian objek-objek tersebut dalam sebuah sistem koleksi merupakan

aesthetical experience yang memberikan respons psikologi ketika sensori manusia, yakni

mata berkomunikasi dengan sistem koleksi hingga membentuk “keindahan” yang dapat

dinikmati manusia dalam sebuah ruang yang disebut cabinet of curiosities atau sekarang

adalah museum.

4. Komposisi objek koleksi yang terdapat pada sebuah ruang cabinet of curiosities

merupakan komposisi yang membentuk ruang pamer yang dinikmati oleh manusia yang

melihat (viewer) untuk memahami makna atau ide mengoleksi.

Kesimpulan ini dilihat dari pemaknaan cabinet of curiosities sebagai cikal bakal

museum. Objek-objek yang berinteraksi membentuk koleksi dan memberikan persepsi dan

makna ruang pada cabinet of curiosities. Kesimpulan tiga poin di atas akan dijadikan acuan

dalam pembahasan selanjutnya sehingga selanjutnya dapat disimpulkan bagaimana komposisi

objek-objek dalam sebuah cabinet of curiosities berdialog dalam sebuah ruang.

Metode Penelitian

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 9: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Penulisan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur guna memahami

sejarah dan definisi cabinet of curiousities serta hubungannya dengan museum saat ini,

mengingat cabinet of curiousities dianggap merupakan cikal bakal museum saat ini. Saya

menggunakan metode kualitatif untuk menggali hubungan yang terjadi mengenai komposisi

objek dan ruang. Melakukan analisis dan pengamatan pribadi terhadap komposisi objek yang

terjadi pada cabinet of curiosities sebagai cikal bakal museum sebagai bagian dari

pemahaman ruang arsitektur museum.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Cabinet of curiosities sebagai tren pada masa itu, selanjutnya mendorong munculnya

beberapa pengerajin furnitur (seperti lemari) yang kemudian digunakan kolektor untuk

menyimpan objek-objek koleksi dan mendukung untuk mengorganisasikan objek-objek

koleksinya di dalam lemari. Cabinet of curiosities, selain sebagai ruang mengoleksi,

merupakan ruang yang sekaligus berfungsi sebagai ruang kerja Imperato dalam meneliti

objek-objek yang ditemukan, serta merupakan perpustakaan. Posisi dan penempatannya

dilihat sebagai berikut. Secara waktu, proses penelusurannya, saya melihat objek-objek pada

cabinet of curiosities masih sebagai satu jenis objek yang dilihat dari satu objek ke objek yang

lainnya. Perspektif pada cabinet of curiosities milik Imperato memperlihatkan 3 (tiga) bagian

yang terdiri atas lantai, dinding, dan plafon. Objek-objek koleksi Imperato beberapa disimpan

di dalam sebuah lemari dan yang lainnya digantung di dinding hingga plafon. Ketika

dibayangkan memasuki ruang tersebut, maka mata akan langsung mengarah kepada benda 3

dimensi, berupa buaya yang diletakkan di plafon (bagian atas ruang), baru kemudian

mengarah kepada objek lain disekitarnya. Objek-objek yang berada di plafon terlihat masih

belum terklasifikasi. Manusia yang melihat akan ‘mengagumi’ objek koleksi dikarenakan

posisinya tidak bisa dijangkau (hanya bisa dilihat). Beberapa objek telah berinteraksi dengan

furnitur (lemari) dan sudah mulai terklasifikasi, yaitu objek yang disimpan merupakan

spesimen unggas. Objek itu sendiri lebih mengarahkan dari objek menarik perhatian dan

kemudian ke objek di sekelilingnya. Buaya yang besar dan peletakannya tidak normal

menjadi objek yang menarik dikarenakan spesimen tersebut memiliki berat, namun kolektor

memutuskan untuk meletakannya di plafon dan dikelilingi objek lain, yaitu spesimen hewan

laut (terdapat ikan serta kerang-kerangan).

Ruang yang terlihat pada gambar telah berkembang dari sebelumnya (hanya dilihat

bidang horizontal dan vertikal). Ruang menunjukkan bahwa koleksi merupakan bagian dari

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 10: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

penelitian kolektor sehingga saya bisa mengkategorikan objek, posisi serta keberadaan

furnitur berdasarkan informasi latar belakang kolektor yang merupakan seorang apothecary.

Koleksi lebih banyak berada pada plafon dikarenakan bagian dinding banyak difungsikan

oleh kolektor sebagai tempat meletakkan furnitur, seperti rak-rak berisi buku, lemari, dan

meja. Berdasarkan aspek-aspek estetika seni dalam arsitektur (John Verdenburgh van Pelt,

1902) maka komposisi objek dapat dibaca sebagai berikut:

• Balance: Jika ditarik sumbu di tengah gambar

Keberadaan objek buaya terlihat di tengah ruang dan membagi banyak objek di

sekitarnya terlihat sama pada bagian atas, serta memenuhi seluruh ruang dengan

objek-objek yang dikoleksi.

• Contrast: dilihat ukuran objek yang dikoleksi

Objek buaya yang ada di tengah dan posisi atas merupakan objek yang menjadi objek

yang menarik untuk dilihat ketika memasuki pertama kali (highlight). Ruang yang

memiliki bentuk plafon yang melengkung dan tinggi mengurangi rasa intimidasi

ketika memasuki ruang. Karakteristik ruang yang tinggi (sekitar 2 kali tinggi

manusia) memberikan pilihan untuk mengeksplor (secara visual) objek mana yang

ingin dilihat. Namun, kehadiran objek buaya sebagai kontras menekankan dan

memberikan itensi untuk dilihat pertama kali.

• Unity of Character: Setiap objek memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga

mengarahkan mata untuk melihat satu persatu objek yang hadir. Berdasarkan

kategori/jenis objek, pada cabinet of curiosities ini objek mulai didekatkan dengan

objek yang sejenis secara ilmu biologi, misal objek dengan jenis unggas.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 11: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Figure 2. Composition Analysis in Imperato’s Cabinet of Curiosities

Pada kasus museum, dapat dibaca bahwa tidak hanya objek yang dikomposisikan

melainkan ada pengkategorian yang membentuk sirkulasi pengunjung museum. Komposisi

objek yang dilihat pada sebuah ruang lebih kompleks dengan komposisi objek yang dapat

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 12: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

dibaca lewat denah. Objek koleksi museum dipamerkan untuk menyampaikan ide dari

kolektor, yang dalam hal ini merupakan lembaga pemerintah, beda halnya dengan cabinet of

curiosities yang menyampaikan ide pribadi dari kolektor. Pada bab 2 (dua) telah dibahas

bahwa museum dibentuk sebagai tempat yang memberikan edukasi kepada masyarakat

sekitar. Diharapkan masyarakat dapat berkaca dan belajar dari masa lalu, lewat objek-objek

yang dikomposisikan dan dimaknai oleh manusia, sebagai viewer. Komposisi pada museum

tidak seperti cabinet of curiosities yang memenuhi bidang dalam sebuah ruang dengan objek-

objek koleksi. Pengkategorian dalam sebuah museum nasional dibagi atas etnografi serta

evolusi manusia yang pengaturannya memiliki batas yang lebih jelas, misal satu tema dalam

satu ruangan. Untuk menyampaikan ide lembaga museum kepada masyarakat, peletakan

ruang-ruang kategori tersebut juga disusun.

Pengaturan objek dalam tata pamer museum bagi seorang desainer adalah suatu hal

yang penting, terutama untuk menyampaikan konten yang terdapat dalam objek-objek yang

dipamerkan dalam sebuah museum. Beda halnya jika melihat cabinet of curiosities dimana

objek dikomposisikan pada ruang terbatas yang dimiliki oleh kolektor. Kolektor secara

personal juga menentukkan koleksi seperti apa yang diinginkan sesuai kesukaan, latar

belakang kolektor (misal profesi), atau aktivitas yang sedang dilakukan, sedangkan pada

museum, koleksi dibuat lebih umum sehingga tujuan utama museum dapat tercapai, yakni

mengedukasi masyarakat.

Komposisi objek yang berdasarkan keseimbangan, kontras, kesatuan objek, warna,

yang akan mempengaruhi penyampaian lewat objek-objek. Secara garis besar objek-objek

terkomposisi dari objek dua dimensi (lukisan) dan objek tiga dimensi (casts dan model

arsitektur). Viewer akan memberikan persepsi estetis ketika melihat pengaturan sebuah objek

dalam ruang seperti yang telah dibahas sebelumnya. Beberapa objek-objek menarik menarik

perhatian viewer, misal ukuran berbeda atau jenis yang berbeda. Keberadaan objek tersebut

mengarahkan (direct) viewer untuk melihat objek disekitarnya. keberadaannya mengarahkan

mata manusia melihat objek dan secara tidak langsung mengelompokannya sendiri dalam

kelompok-kelompok, misal ukuran yang sama atau jenis yang sama. Hal tersebut terjadi

dikarenakan dalam cabinet of curiosity, manusia sebagai viewer yang membaca sendiri cerita

yang ingin disampaikan. Komposisi objek mengarahkan mata untuk melihat objek mana yang

ingin dilihat dahulu dan membentuk pola lihat tertentu. Dalam cabinet of curiosities arah

pandang tidak diatur secara pasti, dikarenakan dalam satu bidang objek yang dikoleksi

diletakkan memenuhi bidang.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 13: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Beda halnya dengan komposisi objek pada museum untuk memberikan persepsi

estetis (pemaknaan objek dalam ruang). Objek yang dikomposisikan sudah dikelompokkan

atau dikategorikan dalam satu ruang, setiap ruang terkoneksi dengan ruang lain membentuk

cerita. Sedangkan pada cabinet of curiosities, keseluruhan objek yang dikomposisikan dalam

ruang dan sekaligus bercerita ketika berada di dalam satu ruang tersebut. Pada museum, objek

dikomposisikan dengan porsi yang cukup dalam satu bidang/dinding, sedangkan pada cabinet

of curiosities, objek dikomposisikan memenuhi semua ruang di dinding sehingga ketika kita

berada di dalam ruang, mata melihat dan memberikan persepsi estetis dengan

menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya. Pada museum, viewer

mempersepsikan hubungan antara objek-objek secara lebih sederhana sesuai dengan kategori,

baru kemudian menghubungkan kategori per kategori.

Table 1. Perbandingan Persepsi Manusia (Viewer) terhadap Komposisi Objek dalam Ruang Cabinet of Curiosities dan Museum

Komposisi Objek Ruang Persepsi

Cabinet of curiosities

Balance

Simetri/asimetri

Contrast

Dominance

Unity

similarity

1. Objek memenuhi seluruh bagian ruang: dinding dan plafon

2. Karakteristik ruang sesuai dengan keinginan pemilik

simetri asimetri

(olah data pribadi)

highlight warna ukuran

(olah data pribadi)

ukuran jenis

(olah data pribadi)

Manusia mengeksplor secara visual semua bagian/bidang ruang yang terdapat objek koleksi Objek yang memenuhi ruang terlihat ‘sama’ dan beberapa diantaranya berbeda, memberikan piihan kepada viewer untuk melihat objek yang ingin dilihat Memberikan penekanan mengenai objek yang dilihat ketika pertama kali masuk, memberikan pilihan untuk melihat objek selanjutnya yang dilihat viewer diberikan pilihan untuk mendekat kepada sekelompok objek yang memiliki kesamaan

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 14: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Komposisi Objek Ruang Persepsi

Museum

Balance

Simetri

Contrast Dominance

Unity similarity

1. Objek berada pada level mata manusia

2. Karakteristik ruang sesuai dengan bangunan yang ada

3. Adanya kategori setiap ruang sehingga secara denah diatur dan dikomposisikan

Diagram Dean (2002)

highlight warna ukuran

(olah data pribadi)

(olah data pribadi)

Selain mengeksplor secara visual di setiap ruang dengan kategori tertentu, viewer mengeksplor ruang per ruang Viewer akan dengan nyaman melihat objek dalam komposisi yang seimbang. Kehadiran objek yang kontras dalam setiap kelompok komposisi objek, mengarahkan mata viewer untuk mengeksplor objek-objek selanjutnya viewer diarahkan untuk mengeksplor ke objek koleksi selanjutnya untuk memahami keseluruhan cerita museum

Komposisi objek yang ada pada cabinet of curiosities hingga museum

mempertahankan 4 (empat) kualitas karakteristik yang Dean (2002) sebutkan, diantaranya

komposisi tersebut menghadirkan kualitas visual impact (komposisi menarik perhatian),

visual weight (warna, bentuk, dan seterusnya berkombinasi dan memberikan kualitas), visual

balance (kombinasi yang dihadirkan merupakan kombinasi yang seimbang), dan visual mass

(warna, bentuk, dan seterusnya diatur kepadatannya). Kualitas visual direction (mengarahkan

mata) baru hadir di museum. Pada cabinet of curiosities, viewer diberikan pilihan tentang

objek mana yang ingin dilihat pertama kali dan seterusnya.

Kesimpulan

Penempatan, pengaturan dan komposisi objek koleksi beberapa diantaranya

dipertahankan dan mengalami perbedaan/perubahan dibanding pada cabinet of curiosities,

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 15: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

yakni objek-objek yang dipamerkan difokuskan untuk mengedukasi dengan cara mengurangi

elemen-elemen ornamental yang ada pada ruang. Pada studi kasus yang dilakukan, Museum

saat ini menjadikan objek sebagai ‘bintang utama’, posisi dan penempatannya dalam sebuah

ruang dan terhadap objek lain adalah penting untuk membuat pengunjung dapat melihat dan

memahami konten secara efisien. Secara visual, objek-objek dipahami dengan melihat satu

demi satu objek. Pada cabinet of curiosities manusia akan mengalami ruang secara visual

dalam waktu cepat untuk memahami ide kolektor, manusia hanya butuh melihat kanan, kiri,

depan, belakang, atas ataupun bawah. Sedangkan pada museum, objek difokuskan di posisi

level mata sehingga pengunjung akan menyusuri ruang demi ruang (sesuai level mata) untuk

meahami ide mengoleksi dari museum.

Cabinet of curiosities merupakan ruang yang karakteristiknya berdasarkan pemilik

rumah yang juga merupakan kolektor. Dari beberapa studi kasus yang dibahas,

memperlihatkan bahwa ruang rata-rata memiliki ketinggian sekitar dua kali tinggi manusia

yang memberikan persepsi bahwa ruang tersebut bukan ruang yang mengintimidasi. Ruang

tersebut merupakan ruang ‘terbuka’ walaupun akses menuju ruang cabinet of curiosities

merupakan ruang yang terbatas. Maka beberapa museum saat ini (yang dapat saya liat lewat

studi kasus yang diambil) menghadirkan ruang-ruang museum dengan ruang yang tinggi.

Elemen cahaya hadir lewat bukaan (jendela) memberikan kesan dramatis pada objek-objek

yang disinari, maka museum saat ini melakukan hal yang sama dengan pencahayaan buatan

pada setiap objeknya. Penekanan visual terhadap objek yang dilihat pada museum hadir

dengan membuat latar belakang objek lebih netral (elemen warna pada ruang atau yang

bersifat ornamental), sedangkan pada cabinet of curiosities dengan objek yang memenuhi

semua bidang ruang maka objek yang kontras (ukuran atau warna), keberadaan elemen

dekoratif atau furnitur pada ruang akan memberikan penekanan visual tersebut. Akibatnya,

pada cabinet of curiosities, viewer akan memilih sendiri objek yang ingin dieksplor

selanjutnya, sedangkan pada museum hal tersebut digunakan untuk urutan yang lebih teratur

(logic). Penekanan visual merupakan hal yang dibutuhkan dalam sebuah bentuk pameran, hal

tersebut akan mengarahkan mata untuk melihat objek dan memberikan keinginan untuk

mengeksplor objek selanjutnya dalam ruang yang berbeda atau sudut berbeda dalam konteks

cabinet of curiosities.

Saran

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 16: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Pembahasan mengenai komposisi objek pada cabinet of curiosities membuka

pengetahuan mengenai sistem mengoleksi dan menghadirkan koleksi yang ternyata berperan

terhadap makna dan nilai objeknya. Hal ini menjadi suatu hal yang dapat dipertimbangkan

dalam menghadirkan ruang museum yang baik dan mengkomunikasikan ide atau cerita lewat

pengaturan objek koleksinya. Pembahasan terhadap sistem mengoleksi tersebut menarik

untuk digali lebih lanjut. Penulis menyadari analisis dan pembahasan mengenai komposisi

objek pada cabinet of curiosities untuk memahami bagaimana komposisi objek di dalamnya

yang kemudian digunakan pada museum di Eropa dan Indonesia akan lebih baik jika penulis

mengalami ruang (cabinet of curiosities dan museum di Eropa) secara langsung. Sehingga

perbandingan komposisi objek pada cabinet of curiosities yang untuk mengetahui

relevansinya dengan komposisi objek pada museum (baik di Eropa atau di Indonesia) masih

dibutuhkan studi lebih lanjut dan secara langsung terhadap tempat-tempat yang berhubungan

dengan pembahasan.

Pada pembahasan skripsi ini, rasa ingin tahu manusia atas suatu objek megarahkan

terhadap sistem mengoleksi pada sebuah ruang cabinet of curiosities yang kemudian menjadi

suatu hal yang digunakan museum di Eropa. Hal tersebut memberikan pertanyaan lebih lanjut

mengenai sistem mengoleksi pada ruang sejenis (cabinet of curiosities) di Indonesia. Apakah

ada ruang sejenis (cabinet of curiosities) di Indonesia? Sehingga berdasarkan pemahaman

terhadap sistem komposisi yang dilakukan oleh orang Indonesia pada masa sebelumnya,

mengkomunikasikan ide atau cerita lewat komposisi objek pada museum Indonesia memiliki

cara dan pandangan yang berbeda dibandingkan dengan yang ada di Eropa.

Daftar Referensi

Books:

Bennet, T. (1995). The Birth of Museum. London: Routledge.

Pearce, S. M. (eds). (1994). Interpreting Objects and Collections. New York: Routledge.

D.K. Ching, F. (2007). Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanannya (edisi ketiga). Jakarta:

Erlangga.

Pelt, J. V. c. (1902). A discussion of Composition: Especially as Apllied to Architecture.

Lacaster: Pres of The New Era Printing Company.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016

Page 17: Komposisi Objek Koleksi pada Cabinet of Curiosities dan

Smith, K (eds) et al. (2011). Handbook of Visual Communication: Theory, Methods, and

Media. London: Routledge.

Book chapter:

Dean, D. (2002). Designing Exhibition. Dalam Museum Exhibition. London: Routledge.

Online document:

Xenakis, I, & Arnellos, A., 2014. Aesthetic Perception and its Minimal Content: a

Naturalistic Perspective. Journal of Front Psychol. Acessed on Mei 13, 2016 from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4168683/.

Lorens, H. (2013). Architecture and It’s Objects. University of Dundee (Scotland): Geddes

Institute of Urban Research. Acessed on June 23, 2016 from

http://www.dundee.ac.uk/geddesinstitute/library/Holm-space-draft29May.pdf.

Research Report:

Haris, T. (1994). Lahirnya Museum di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Komposisi objek ..., Kamilah Aisyi, FT UI, 2016