kolerasi insomnia pada wanita menopause di rumah sakit umum zainal abidin-1 edit dr desi - copy

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita di mana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktifitas menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti serta pembentukan hormon wanita (estrogen dan progesterone) berkurang. Meopause terdiri dari tiga tahap, perimenopause, menopause, dan postmenopause. Menopause biasanya terjadi antara usia 40 sampai 50 tahun dan dapat berlangsung selama 8 sampai 10 tahun. 1 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1996, setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. WHO memperkirakan, jumlah wanita menopause pada tahun 2030 mencapai lebih dari 1 milyar. Di Asia, menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan melonjak dari 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah 1

Upload: patriaindra

Post on 26-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

dusy

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan

wanita di mana ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktifitas

menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti serta pembentukan hormon wanita

(estrogen dan progesterone) berkurang. Meopause terdiri dari tiga tahap,

perimenopause, menopause, dan postmenopause. Menopause biasanya terjadi

antara usia 40 sampai 50 tahun dan dapat berlangsung selama 8 sampai 10 tahun.1

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1996, setiap tahunnya

sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO

juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas

menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. WHO memperkirakan,

jumlah wanita menopause pada tahun 2030 mencapai lebih dari 1 milyar. Di Asia,

menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan

melonjak dari 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan kasar menunjukkan

akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia

yang sebesar 240 – 250 juta jiwa pada tahun 2010.

Data dari Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2009 bahwa 5.320.000

wanita Indonesia telah memasuki masa menopause per tahunnya. Depkes RI 2005

memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta

jiwa. Dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta

jiwa dengan usia rata-rata 49 tahun.

Writing Group for the Women’s Health Initiative Investigator (2002)

menjelaskan turunnya fungsi ovarium karena proses penuaan mengakibatkan

estrogen dan progesterone sangat berkurang di dalam tubuh wanita. Hal ini

berakibatkan munculnya keluhan-keluhan: (1) vasomotorik (hot flashes, vertigo,

dan keringat banyak), (2) keluhan konstitusional (berdebar debar, migran, nyeri

1

otot, nyeri pinggang dan mudah tersinggung), (3) keluhan psikiastenik dan

neurotik (merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatik, susah tidur, merasa

ketakutan, konflik keluarga dan gangguan di tempat kerja), (4) sakit waktu

bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada vagina, susah buang air kecil,

libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), (5) gangguan sirkulasi (miokard

infark), kenaikan kolesterol, adesopositas (kegemukan dan gangguan metabolisme

karbohidrat).

Penelitian di Kanada tahun 2006 pada wanita menopause menghasilkan

hasil persentase 50% mengalami kekeringan vagina yang disertai rasa sakit, 30%

- 50% mengalami gangguan urogenital, dan 38% mengalami insomnia. Walsleben

(Handita, 2009) juga mengatakan sebanyak 40 % wanita menopause mengalami

kesulitan tidur.

Insomnia adalah ketidak mampuan mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas

maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu, insomnia inisial atau tidak

dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bias mempertahankan tidur

atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat

tidur kembali. Berdasarkan pernyataan Walsleben (Handita, 2009) tentang

besarnya persentasi insomnia pada wanita menopause, serta adanya hotflash pada

wanita menopause yang menyebabkan susah tidur, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang insomnia yang terjadi pada wanita menopause.

1.2 Rumusan Masalah

Peningkatan jumlah wanita menopause tentunya akan menimbulkan

problema tersendiri, apalagi dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa

menopause , seperti adanya Hot Flashes yang mengakibatkan terjadinya

insomnia. Insomnia pada wanita lanjut usia yang mengakibatkan terganggunya

aktifitas keseharian pada penderita. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian :

“Hubungan Menopause terhadap Insomnia pada Wanita di Poli penyakit Dalam

RSU Zainal Abidin Banda Aceh” sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut:

2

1. Berapakah jumlah wanita yang mengalami Insomnia pada setelah

memasuki masa menopause?

2. Apakah terdapat hubungan antara menopause dengan terjadinya insomnia?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk memberikan informasi tentang hubungan menopause terhadap

insomnia pada wanita dalam menghadapi masa menopause sehingga dapat

menjadi pedoman untuk pematangan dan persiapan diri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah wanita menopause yang mengalami

insomnia.

2. Untuk membuktikan adanya hubungan menopause terhadap insomnia

pada wanita di Kotamadia Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan

serta dapat menambah pengetahuan tentang insomnia dan menopause yang akan

sangat berguna bagi peneliti.

1.4.2 Bagi Dunia Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini, akan memberikan perkembangan dalam dunia

kesehatan. Karena dengana adanya penelitian ini, wanita premenopause dapat

mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi fase menopausenya.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Dengan adanya penelitian ini pihak rumah sakit akan lebih memahami

tentang adanya hubungan antara menopause dengan insomnia pada wanita lanjut

usia, terutama pada poli penyakit dalam dan poli geriatri.

3

1.5 Hipotesis

Terdapat hubungan antara menopause dan insomnia, hal ini dapat dilihat

dari jumlah wanita yang mengalami insomnia ketika memasuki masa menopause.

Adapun menopause mempengaruhi adanya insomnia pada seseorang diakibatkan

oleh meningkatnya tingkat kecemasan wanita yang memasuki masa menopause.

Adanya Hot Flashes yang menimbulkan rasa tidak nyaman juga sangat

mempengaruhi terjadinya insomnia pada wanita menopause.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Insomnia

Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi pada seseorang tidak cukup

tidur atau merasa kualitas tidurnya buruk walaupun orang tersebut sebenarnya

memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan yang

tidak bugar atau setelah terbangun dari tidur (dr. Dewanto dkk, 2009).

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth

edition (DSM-IV), insomnia didefinisikan sebagai ketidakmampuan seseorang

untuk mengawali tidur, mempertahankan tidur, bangun terlalu dini atau tidur yang

tidak menyegarkan dan Kejadian ini berlangsung lebih dari 1 bulan (Hirshkowitz,

2009).

Melalui pemeriksaan polysomnography pada pasien insomnia didapatkan

sleep latency ≥ 30 menit, wake time after sleep onset ≥ 30 menit, sleep efficiency

< 85%, atau total sleep time (TST) < 6-6,5 jam. Menurut International

Classification of Sleep Disorder-2 (ICSD-2), insomnia adalah kesulitan

mengawali tidur, berkurangnya durasi dan kualitas tidur meskipun memiliki

waktu yang cukup untuk melakukannya. Hai ini menyebabkan gangguan pada

aktivitas sehari-hari (Galimi, 2010)

2.1.1 Epidemiologi Insomnia

Insomna merupakan keluhan yang paling umum terjadi di seluruh dunia.

Menurut Neational Sleep Fondationm sekitar 40-30% orang dewasa mengalami

insomnia akut, dan sekitar 10-15% lainnya mengalami insomnia kronis. Dan

sebagian kecil lainnyaada yang mengalami insomnia permanen. (NSF, 2012)

Berdasarkan hasil survey epidemiologi (2008), diperoleh bahwa prevalensi

kejadian insomnia di Indonesia mencapai 49% atau sekitar 9,3 juta penduduk

Indonesia. (Dinkes, 2008) Menurut dr. Dewanto dkk (2009), insomnia lebih

banyak dialami oleh wanita daripada pria.

5

2.1.2 Klasifikasi Insomnia

Menurut ICSD (International Classification of Sleep Disorders) dan

DSM_IV (Diagnostic and Statistical Manual) serta WHO (World Health

Organization) secara praktis diklasifikasikan menjadi insomnia primer dan

skunder. Insomnia primer adalah gangguan tidur atau gangguan bangun tidur

(disomnia) dan insomnia skunder adalah insomnia yang timbul akibat kondisi

psikiatrik, penyakit medis, atau penyalahgunaan zat.

Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang

direvisi,insomnia diklasifikasikan menjadi:

a. Acute insomniab.

b. Psychophysiologic insomniac.

c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)

d. Idiopathic insomniae.

e. Insomnia due to mental disorder

f. Inadequate sleep hygiene.

(Gelder, 2003)

2.1.3 Etiologi Insomnia

Sebagian besar etiologi dari insomnia adalah gangguan psikologis,

pemakaian obat sebelumnya, minuman yang mengandung kafein, gula, atau

makanan yang telah dikonsumsi individu sebelum tidur. Banyak orang tidak

menyadari, bagaimanapun insomnia yang dapat disebabkan oleh fluktuasi atau

penyimpangan dari hormon dalam tubuh wanita selama menopause (Gelder,

2003).

Pada insomnia primer, penyebabnya tidak diketahui dengan jelas/

idiopatik. Pada pasien tidak ditemukan gangguan medis, gangguan psikiatri atau

karena faktor lingkungan. Sedangkan insomnia sekunder oleh kondisi medis

tertentu dan juga oleh obat-obatan. Ada beberapa faktor yang menyebababkan

insomnia sekunder misalnya penyakit jantung dan paru, nyeri, gangguan cemas

dan depresi serta obat-obatan seperti beta-bloker, bronkodilator dan nikotin.

(Gelder, 2003).

6

2.2 Menopause

Menopause ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir.

Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-kurangnya satu

tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang,

dengan perdarahan yang berkurang (Sastrawinata, 2007).

Menopause adalah perubahan alami yang dialami seorang wanita saat

siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut “change of life”. Selama

menopause, biasa terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh wanita secara perlahan

berkurang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Dikatakan

menopause, jika dalam 12 bulan terakhir tidak mengalami menstruasi dan tidak

disebabkan oleh hal patologis. Kadar estradiol 10-20 pg/ml yang berasal dari

konversi androstenedion.

Menopause menurut WHO (2005) berarti berhentinya siklus menstruasi

untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap

bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus

meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir

mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis.

Menurut Valentina (2008) menopause didefinisikan sebagai penghentian

menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktifitas folikular ovarium pada

wanita. Dengan kata lain, menopause adalah fase dalam kehidupan seorang wanita

di mana ia tidak lagi memiliki usia bulanan karena memajukan haid. Ovarium

perempuan itu berhenti memproduksi estrogen pada sekitar 45 atau 55 tahun

karena ini adalah onset menopause. Estrogen diperlukan untuk sistem reproduksi

untuk berfungsi secara normal. Kurangnya estrogen secara bertahap menghentikan

sistem reproduksi berfungsi.

2.2.1 Epidemioligi Menopause

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1996, setiap tahunnya

sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. WHO

juga mengatakan pada tahun 1990, sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas

mengahabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause. WHO

7

memperkirakan, jumlah wanita menopause pada tahun 2030 mencapai lebih dari 1

milyar.

Di Asia, menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wania yang

menopause akan melonjak dari 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Prakiraan

kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah

penduduk Indonesia yang sebesar 240 – 250 juta jiwa pada tahun 2010. Data dari

Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2009 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia

telah memasuki masa menopause per tahunnya. Depkes RI 2005 memperkirakan

penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa. Dengan

jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan

usia rata-rata 49 tahun.

2.2.2 Patofisiologi Menopause

Pada wanita menopause, hilangnya fungsi ovarium secara bertahap akan

menurunkan kemampuannya dalam menjawab rangsangan hormon-hormon

hipofisis untuk menghasilkan hormon steroid. Saat dilahirkan wanita

mempunyai kurang lebih 750.000 folikel primordial. Dengan meningkatnya usia

jumlah folikel tersebut akan semakin berkurang. Pada usia 40-44 tahun rata-rata

jumlah folikel primordial menurun sampai 8300 buah, yang disebabkan oleh

adanya proses ovulasi pada setiap siklus juga karena adanya apoptosis yaitu

proses folikel primordial yang mati dan terhenti pertumbuhannya. Proses

tersebut terjadi terus-menerus selama kehidupan seorang wanita, hingga pada usia

sekitar 50 tahun fungsi ovarium menjadi sangat menurun. Apabila jumlah folikel

mencapai jumlah yang kritis, maka akan terjadi gangguan sistem pengaturan

hormon yang berakibat terjadinya insufisiensi korpus luteum, siklus haid

anovulatorik dan pada akhirnya terjadi oligomenore (Speroff et al., 2005).

Perubahan-perubahan dalam sistem vaskularisasi ovarium sebagai akibat

proses penuaan dan terjadinya sklerosis pada sistem pembuluh darah ovarium

diperkirakan sebagai penyebab gangguan vaskularisasi ovarium. Apabila folikel

sudah tidak tersedia berarti wanita tersebut telah memasuki masa menopause.

Pada usia menopause berat ovarium tinggal setengah sampai sepertiga dari berat

sebelumnya. Terjadinya proses penuaan dan penurunan fungsi ovarium

8

menyebabkan ovarium tidak mampu menjawab rangsangan hipofisis untuk

menghasilkan hormon steroid.

Menurut Elizabeth (2009) menopause dianggap terjadi ketika wanita tidak

mengalami periode menstuasi selama satu tahun. Menopause terjadi ketika

ovarium yang menua tidak lagi merespon terhadap sinyal gonadotropin untuk

menyintesis dan menyekresi estrogen. Ketika kadar estrogen turun, kadar LH,

FSH, dan GnRH meningkat karena semua umpan balik oleh estrogen hilang.

Walaupun menopause adalah tahap perkembangan normal, kurangnya estrogen

pada wanita pasca menopause menurunkan penurunan densitas tulang,

peningkatan resioko penyakit kardiovaskular, mengeringnya kulit dan membran

vagina, serta hot flash atau kemerahan pada kulit. Kebanyakan wanita di negara

berkembang mengalami menopause pada usia akhir 40-an atau awal 50-an. Terapi

hormonal dan sitotoksik yang digunakan pada kanker payudara dapat

menyebabkan menopause dini pada beberapa wanita. (dr. Dewanto dkk, 2009).

Pada wanita dengan siklus haid yang normal, estrogen terbesar adalah

estradiol yang berasal dari ovarium. Di samping estradiol terdapat pula estron

yang berasal dari konversi androstenedion di jaringan perifer. Selama siklus haid

pada masa reproduksi, kadar estradiol di dalam darah bervariasi. Pada awal fase

folikuler kadar estradiol berkisar 40-80 pg/ml, pada pertengahan fase folikuler

berkisar 60-100 pg/ml, pada akhir fase folikuler berkisar 100-400 pg/ml dan pada

fase luteal berkisar 100-200 pg/ml. Kadar rata-rata estradiol selama siklus haid

normal 80 pg/ml sedangkan kadar estron berkisar antara 40-400 pg/ml (Speroff et

al., 2005).

Memasuki masa perimenopause aktivitas folikel dalam ovarium mulai

berkurang. Ketika ovarium tidak menghasilkan ovum dan berhenti

memproduksi estradiol, kelenjar hipofise berusaha merangsang ovarium untuk

menghasilkan estrogen, sehingga terjadi peningkatan produksi FSH. Meskipun

perubahan ini mulai terjadi 3 tahun sebelum menopause, penurunan produksi

estrogen oleh ovarium baru tampak sekitar 6 bulan sebelum menopause. Terdapat

pula penurunan kadar hormon androgen seperti androstenedion dan testosteron

yang sulit dideteksi pada masa perimenopause. Pada pascamenopause

kadar LH dan FSH akan meningkat, FSH biasanya akan lebih tinggi dari LH

9

sehingga rasio FSH/ LH menjadi lebih besar dari satu. Hal ini disebabkan oleh

hilangnya mekanisme umpan balik negatif dari steroid ovarium dan inhibin

terhadap pelepasan gonadotropin. Diagnosis menopause dapat ditegakkan bila

kadar FSH lebih dari 30 mIU/ml (Speroff et al., 2005).

Kadar estradiol pada wanita pascamenopause lebih rendah dibandingkan

dengan wanita usia reproduksi pada setiap fase dari siklus haidnya. Pada wanita

pascamenopause estradiol dan estron berasal dari konversi androgen adrenal di

hati, ginjal, otak, kelenjar adrenal dan jaringan adipose. Proses aromatisasi yang

terjadi di perifer berhubungan dengan berat badan wanita. Wanita yang gemuk

mempunyai kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang kurus

karena meningkatnya aromatisasi di perifer. Pada wanita pascamenopause kadar

estradiol menjadi 13-18 pg/ml dan kadar estron 30-35 pg/ml (Speroff et al., 2005).

Menopause

2.2.3 Tahap-tahap Menopause

Pada fase reproduksi, siklus menstruasi bervariasi sampai regular karena

FSH masih normal serta terjadi peningkatan pada fase lanjut. Fase peralihan

menopause dimulai dengan meningkatnya variabilitas siklus menstruasi yaitu

lebih dari 7 hari dengan meningkatnya FSH. Fase ini berakhir dengan berakhirnya

siklus haid. Perimenopause dini dimulai setelah 5 tahun dari menstruasi terakhir.

Sedangkan posmenopause bervariasi dari lamanya perdarahan, dimulai 5 tahun

setelah menstruasi terakhir dan berlangsung sampai kematian (Soules, 2001).

Secara klinis menopause di diagnosa setelah 12 bulan dari amenorrhoe.

Pasca menopause didefinisikan waktu semenjak priode menstruasi terakhir.

Perimenopause (klimakterium) atau transisi menopause didefinisikan sebagai

anteseden ke pascamenopause dan terdiri dari periode waktu ( 2 sampai 8 tahun)

sebelum menopause dan satu tahun setelah menstruasi terakhir. Dengan demikian,

10

Aktivitas folicel ber-kurang

Peningkatan produksi FSH

Penurunan kadar androgen

Peningkatan kadar FSH dan LH

tahun terakhir perimenopause bersamaan dengan tahun pascamenopause

(Valentina L. Brashers, 2008).

Menurud Baziad (2003), masa peralihan menopause dapat dibagi menjadi

beberapa tahap, yaitu :

1. Premature menopause atau menopause dini.

Adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun, baik secara

alamiah ataupun induksi oleh karena tindakan medis. Wanita dengan

premature menopause mempunyai gejala yang mirip dengan menopause

alami, seperti Hot flashes, Gangguan emosi, Kekeringan pada vagina,

Penurunan gairah seksual.

Untuk beberapa wanita dengan premature menopause, keluhan ini

dialami sangat berat. Disamping itu, wanita juga cenderung mengalami

kejadian keropos tulang lebih besar dibandingkan dengan wanita yang

mengalami menopause lebih lambat. Hal inilah yang meningkatkan

terjadinya osteoporosis, yang merupakan faktor resiko patah tulang.

2. Perimenopause

Perimenopause ditandai dengan terjadinya perubahan ke arah

menopause, yang berkisar antara 2-8 tahun, ditambah dengan 1 tahun

setelah menstruasi terakhir. Tidak diketahui secara pasti untuk mengukur

berapa lama fase perimenopause berlangsung. Hal ini merupakan keadaan

alamiah yang dialami seorang wanita dalam kehidupannya yang menandai

akhir dari masa reproduksi. Penurunan fungsi indung telur selama masa

perimenopause berkaitan dengan penurunan estrogen dan progesteron

serta hormon androgen.

3. Menopause

Menopause adalah perubahan alami yang dialami seorang wanita

saat siklus menstruasi terhenti. Keadaan ini sering disebut “change of

11

life”. Selama menopause, biasa terjadi antara usia 45-55 tahun, tubuh

wanita secara perlahan berkurang menghasilkan hormon estrogen dan

progesteron. Dikatakan menopause, jika dalam 12 bulan terakhir tidak

mengalami menstruasi dan tidak disebabkan oleh hal patologis. Kadar

estradiol 10-20 pg/ml yang berasal dari konversi androstenedion.

4. Postmenopause

Masa setelah mencapai menopause sampai senium yang dimulai

setelah 12 bulan amenore serta rentan terhadap osteoporosis dan penyakit

jantung.

2.2.4 Gejala Klinis

1. Perubahan Vagina dan Utera

Perubahan anatomi dari vagina mempredisposisi nyeri, iritasi dan

perlakuan saat coitus dan infeksi vagina. Jika timbul sistitis serta

uretritis karena atropi maka gejala-gejalanya adalah rasa ingin buang

air kecil tanda adanya piuria. (Kase, 1986).

2. Osteoporosis

Osteoporosis yang terjadi pasca menopause disebabkan oleh

pembentukan tulang baru yang emakin berkurang, sedangkan

reabsorpsi kalsium dari tulang meningkat (Sastrawinata, 1997)

3. Kardiovaskular

Perlindungan estrogen pada kardiovaskular pada masa

premenopause menjadi hilang pada masa menopause. Perubahan

lipid yang meruikanpun terjadi (Lamcke, 1995)

4. Gejala Vasomotor

Gejala vasomotor berupa hot flashes dan berkeringat pada malam

hari (Greene,2003).

5. Gejala Somatik

Gejala somatic berupa nyeri otot dan persendian, tangan dan kaki

terasa baal, ukar bernafas, kepala terasa pusing. (Greene, 2003)

6. Gejala Psikologik

12

Gejala psikologik meliputi : Jantung berdebar, Perasaan tegang dan

tertekan, sulit tidur, mudah tersinggung, mudah panic, sukar

berkonsentrasi, mudah lelah, hilangnya minat pada banyak hal,

mudah menangis (Greene, 2003).

2.3 Hubungan Menopause Terhadap Insomnia

Insomnia selama menopause memanifestasikan dirinya sebagai ketidak

mampuan untuk tidur sepanjang malam. Beberapa wanita seling tidur awalnya

namun bangun beberapa saat kemudian sulit untuk tidur lagi.

Burn (1988), mengatakan bahwa kebanyakan wanita menopause sering

mengalami depresi dan kecemasan dimana kecemasan yang muncul dapat

menimbulkan insomnia. Kartono (1992), mengemukakan perubahan-perubahan

psikis yang terjadi pada masa menopause akan menimbulkan sikap yang berbeda-

beda antara lain adanya suatu krisis yang dimanifestasikan dalam sintom-sintom

psikologis seperti: depresi, mudah tersinggung, dan mudah menjadi marah, dan

diliputi banyak kecemasan.

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kolerasional antara Insomnia dan

menopause. Dalam Penelitian ini menggambarkan pengaruh hot flush pada wanita

menopause serta hubungannya terhadap insomnia pada wanita menopause.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai April 2014 berlokasi di Poli Penyakit Dalam

RSU Zainal Abidin Banda Aceh. Peneliti memilih Poli Penyakit Dalam RSU

Zainal Abidin Banda Aceh dengan pertimbangan banyaknya populasi wanita di

daerah ini.

3.3 Populasi dan Sample

3.3.1 Polpulasi

Populasi adalah pasien wanita yang berobat ke poli penyakit dalam RSU

Zainal Abidin Banda Aceh mulai April 2014.

3.3.2 Sample

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto,

2002). Pada penelitian ini, sample yang diambil adalah wanita yang mengalami

menopause yang berobat ke poli penyakit dalam RSU Zainal Abidin Banda Aceh

mulai April 2014. Dikarenakan pada penelitian ini memiliki pengendalian variable

yang ketat, maka sample yang akan diambil sebanyak 20 sample. (Uma Sekaran,

1992).

Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut :

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

14

a. Wanita menopause.

b. Bersedia menjadi responden.

c. Mampu membaca dan menulis.

2. Kriteria eksklusi adalah wanita menopause yang tidak mampu membaca

dan menulis serta wanita menopause yang mengalami gangguan jiwa,

gangguan ginjal, gangguan hati, tekanan darah tinggi, da penyakit tubuh

lainnya serta pasien yang tidak bersedia menjadi responden.

3.4 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat dua variable,yaitu;

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Skor

Variabel

Independen:

Menopause

Wanita meno-

pause adalah

wanita yang

sudah tidak haid

lagi > 1 tahun.

Pertanyaan tentang

simptom-simptom

yang terjadi selama

masa menopause.

Wawancara

Variabel

Dependen:

Insomnia

Kondisi dimana

wanita

menopause me-

ngalami kesulit-

an memulai

tidur, dan sering

terbangun pada

waktu malam

hari serta

bangun lebih

awal

Skala KSPBJ-IRS

(kelompok studi

psikiatri biologi

Jakarta-Insomnia

Rating Scale).

(Suparyanto,2009)

Wawancara Skor 1:

11-19 = tidak ada

keluhan insomnia.

Skor 2:

20-27 = insomnia

ringan.

Skor 3:

28-36 = insomnia

berat.

Skor 4:

37-44 =insomnia

sangat

berat.

15

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang

berisi pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kuesioner

yang digunakan ada 2 jenis kuesioner, yaitu :

1. Kuesioner A

Kuesioner ini berkaitan dengan pemahaman responden terhadap

menopause yang terdiri dari 12 pertanyaan. Kuesioner ini bersifat

terbuka (opened form quesionare), yaitu yang mana jawabannya dapat

memperjelas identitas pasien serta menggambarkan kondisi pasien saat

ini.

2. Kuesioner B

Kuesioner ini berkaitan dengan keadaan yang di alami pasien semenjak

mengalami masa menopause. Kuesioner ini juga bersifat tertutup

(closed form quesionare), yaitu pertanyaan yang sudah disediakan

pilihan jawabannya, sehingga memudahkan responden untuk

menjawab.

Kuesioner untuk mengidentifikasi insomnia pada lansia terdiri dari 15

item pertanyaan yaitu: 1) Apakah anda mengalami kesulitan tidur?,

2)Apakah anda saat terbangun merasa kurang bersemangat?, 3)

Apakah anda merasa mudah tersinggung?, 4) Apa Anda terbangun di

malam hari dan sulit memulai tidur kembali?, 5) Apakah anda

terbanggun lebih dari 2 kali sepanjang malam?, 6) Apakah yang anda

pikirkan pada saat anda berusaha untuk tidur?,7) Apa waktu untuk

tidur anda kurang dari 7-8 jam perhari?, 8) Apakah anda terbangun

lebih awal/ pagi dari yang di inginkan?, 9) Apakah anda mulai tegang

ketika siap untuk tidur?, 10) Apakah anad tidur lebih awal/ tidur di

pagi hari dengan harapan bisa mengganti waktu tidur malam 5 hari

yang hilang?, 11) Apakah anda merasa tidur anda tidak memuaskan?,

16

12) Apakah anda ingin mengunanakan bantuan tidur seperti obat

tidur?, 13) Apakah anda mudah terbangun karena suara keras/ gaduh

tengah malam?, 14) Apakah anda perna mengalami mimpi hidup pada

saat tidur/ terjaga?, 15) Pernahkah anda merasa tidak mampu untuk

bergerak atau berbicara sesaat sebelum tidur?.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data skunder, maka

dilakukanlah studi kepustakaan melalui buku-buku, artikel, jurnal dan

literature lainnya guna menunjang penelitian ini.

2. Wawancara (Interview)

Merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan melakukan

Tanya jawab kepada pasien di klinik x yang terletak di Jl.xxx No.xxx

Banda Aceh. Pertanyaan yang di lakukan menyangkut insomnia pada

wanita.

3. Angket (kuesioner)

Merupakan suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau

menyebarkan daftar pertanyaan kepada sampel, dengan harapan

mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Daftar pertanyaan bersifat tertutup karena alternative jawaban telah

disediakan.

3.7 Prosedur Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Menyusun proposal penelitin, ini digunakan untuk meminta ijin

kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang di

perlukan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian.

a.Pengumpulan data.

b.Mengidentifikasi data.

17

3. Tahap Akhir Penelitian.

a.Menyajikan data dalam bentuk dikripsi.

b.Menganalisis data sesuai dengan tujuan yang ingin di capai

3.8 Analisis Penelitian

Tahap-tahap pengolahan data hasil penelitian ini adalah:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali apakah isian dalam

lembar kuesioner adalah lengkap. Editing dilakukan di lapangan,

sehingga apabila terdapat ketidak sesuaian atau ketidak lengkapan

data dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk

memudah pengolahan data. Pada kuesioner pengetahuan menopause,

angka yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 untuk jawaban

yang tepat dan 0 untuk jawaban yang tidak sesuai. Sedangkan pada

kuesioner menopause di berikan angka berdasarkan jenis insomnia

responden.

3. Entry

Entry adala pemasukan data yang diperoleh menggunakan fasilitas

komputer dengan menggunakan system SPSS.

4. Tabulasi

Tabulasi adalah pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian

kemudian dimasukkan kedalam tabel yang disiapkan. Setiap

pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi

kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner

18

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Affandi B. 1997. Masalah kesehatan pada menopause - Panduan menopause. Edisi pertama. Pokja endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI. Jakarta, Balai Penerbit FK UI.

Baziad A. Endokrinologi ginekologi. Edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius. 2003. 82-84.

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen edisi 2. Jakarta : EGC

Endeshaw Y, Bliwise DL. Sleep Disorder in the Elderly. In Agronin ME, Maletta GJ. PRINCIPLE AND PRACTICE OF GERIATRIC PSYCHIATRY. 1sted. Philadelphia: LIPPINCOTT WILLIAMS & WILKINS;2006.p.505-22.

Galimi R. Insomnia in the elderly: an update and future challenges. G GERONTOL. 2010;58:231-247.

Gelder, Michael G, etc. 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry.London: Oxford University Press

Hale GE, Hughes CL, Cline JM. Endometrial cancer : hormonal factors, the perimenopausal “window of risk”, and isoflavones. J Clin Endocrinol Metab. 2002;87(1):9-11

Hirshkowitz M, Seplowitz-Hapkin RG, Sharafkhaneh A. Sleep Disorder. In: Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Paychiatry. 9thed. Philadelphia: Loppincott Williams & Wilkins;2009.p.2150-77.

Kamel NS, Gammack JK. Insomnia in the Elderly: Cause, Approach, and Treatment. The American Journal of Medicine. 2006;119:463-469.

Sastrawinata, S. Klimakterium dan Menopause. Ilmu Kandungan Eds. Wiknjosastra, H. Saifuddin. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo. 2007

Petit L, Azad N, Byszewski A, Sarazan F, Power B. Non-pharmacological management of primary and secondary insomnia among older people: review of assessment tools and treatments. Age and Ageing. 2003;32;19-25.

Woodward MC. Managing Insomnia in Older People. Journal of Pharmacy Practice and Research. 2007;37:236-241.

19

KOLERASI INSOMNIA PADA WANITA MENOPAUSE DI POLI PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM ZAINAL ABIDIN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

RIZQAN AKBAR PRATAMA

1007101050075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

TAHUN 2013

20