kolelitiasis dan kolesistitis email

48
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM METABOLISME “ CHOLELITIASIS DAN CHOLESISTITIS ” DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. Dewi Agustina Ayu N 2. Tia Kumala Dewi 3. Anis Candra Dewi 4. Rina Wahyuningsih 5. Wilda Kharisma 6. Stefani Angel K 7. Yosina Martha I. T 8. Mubarokah Isnaeni 1

Upload: hamdan-hariawan

Post on 02-Jan-2016

290 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM METABOLISME

“ CHOLELITIASIS DAN CHOLESISTITIS ”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Dewi Agustina Ayu N

2. Tia Kumala Dewi

3. Anis Candra Dewi

4. Rina Wahyuningsih

5. Wilda Kharisma

6. Stefani Angel K

7. Yosina Martha I. T

8. Mubarokah Isnaeni

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KEPERAWATAN

2013-1014

1

Page 2: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kolelitiasis atau yang lebih dikenal sebagai batu empedu ialah endapan satu atau lebih

komponen empedu, kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan

fosfolipid (Price & Wilson, 2005). Sedangkan, Kolesistitis adalah inflamasi akut maupun

kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut

pada duktus sistikus, menyebabkan distensi kandung empedu (Doenges, 1999).

Penyakit batu empedu sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat

sedangkan di Indonesia baru mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian

batu empedu masih terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai

keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif

kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik

yang spesifik maka resiko untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat.

Batu empedu umumnya ditemukan di dalam kandung empedu, saluran empedu ekstra

hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu saja

disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra hepatik (duktus

koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di dalam saluran empedu intra

hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut hepatolitiasis.

Umumnya jika sudah terjadi batu empedu atau kolelitiasis prognosinya baik tetapi

terdapat banyak komplikasi yang potensial terjadi antara lain kolik billier yang rekuren (nyeri

intermiten), kolesistitis akut dan kronik karena penyumbatan duktus sistikus yang lama,

koledokolitiasis, pankreatitis, abses hati, kolangitis, sirosis bilier, empyema, icterus obstruktif

hingga terjadinya gangrene kandung empedu.

Oleh karena itu pada kesempatan ini akan dibahas mengenai kolelitiasis dan kolesistitis

terkait dengan konsep medis dan asuhan keperawatannya.

2

2

Page 3: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2 Tujuan khusus

1.2.2.1 Menjelaskan definisi kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.2 Menjelaskan klasifikasi kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.3 Menjelaskan etiologi kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.4 Menjelaskan patofisiologi kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.5 Menjelaskan manifestasi klinis kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.6 Menjelaskan komplikasi dari kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.7 Menjelaskan penatalaksanaan kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.8 Menjelaskan WOC (web of caution) kolelitiasis dan kolesistitis

1.2.2.9 Menjelaskan asuhan keperawatan teoritis pada klien dengan kolelitiasis

dan kolesistitis

1.2.2.10 Menjelaskan contoh kasus asuhan keperawatan pada klien dengan

3

Page 4: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

System bilier mencakup kandung empedu dan saluran empedu di dalam dan di luar hati.

Terdapat beberapa kelainan yang mempengaruhi system bilier dan mengganggu drainase empedu

yang normal ke dalam duodenum. Namun, pada pembahasan ini akan dipaparkan tentang

kolelitiasis dan kolesistitis.

2.1 Anatomi dan fisiologi (Gamsu G, 2009)

Sistem bilier terdiri dari kandung empedu dan saluran yang berasal dari hepar dan vesica

fellea. Fungsi primernya adalah sebagai organ yang memproduksi , menyimpan empedu dan

mengalirkan ke duodenum melalui saluran-saluran empedu.

Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan ukuran ± 5 x 7 cm

dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar tepi hati , di

bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral M.Rektus Abdominis. Sebagian besar korpus

menempel dan tertanam di dalam jaingan hati. Masing-masing sel hati juga terletak dekat

dengan beberapa kanalikulus mengalir ke dalam duktus biliaris intralobulus dan duktus-

duktus ini bergabung melalui duktus biliaris antar lobulus membentuk duktus hepatikus

kanan dan kiri. Diluar hati duktus ini bersatu dan membentuk duktus hepatikus komunis.

Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm sedangkan panjang

duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara duktus sistikus.

Duktus sistikus berjalan keluar dari kandung empedu. Panjangnya ± 30-37 mm dengan

diameter 2-3 mm. Dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral Heister, yang

memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung empedu tapi menahan aliran

keluarnya. Duktus hepatikus komunis akan bersatu dengan duktus sistikus dan membentuk

duktus koledokus yang panjangnnya 7,5 cm dengan diameter 6 mm. Duktus koledokus

berjalan di belakang duodenum menembus jpankreas, bergabung dengan duktus pankreatikus

mayor wisungi dan bersatu pada bagian medial dinding duodenum desenden membentuk

papila vateri. Unung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter oddi.

4

4

Page 5: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Dinding duktus biliaris ekstrahepatk dan kandung empedu mengandung jaringan fibrosa

dan otot polos. Membran mukosa mengandung kelenjat-kelenjar mukosa dan dilapisi oleh

selapis sel kolumnar.

Fungsi utama dari system bilier adalah sebagai tempat penyimpanan dan saluran cairan

empedu. Empedu di produksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500 ml/hari. Empedu terdiri

dari garam empedu, lesitin dan kolesterl merupakan komponen terbe4sar (90%) cairan

empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak dan garam anorganik. Di luar waktu makan,

empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu dan di sini mengalami pemekatan

sekitar 50 %.

Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor , yaitu sekresi empedu oleh hati , kontraksi

kandung empedu dan tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan puasa produksi akan

dialih-alirkan ke dalam kandung empedu. Setelah makan, kandung empedu berkontraksi ,

sfingter relaksasi dan empedu mengalir ke dalam duodenum. Aliran tersebut sewaktu-waktu

seperti disemprotkan karena secara intermiten tekanan saluran empedu akan lebih tinggi

daripada tahanan sfingter.

5

Page 6: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Hormon kolesistokinin (CCK) dari selaput lender usus halus yang disekresi karena

rangsang makanan berlemak atau produk lipolitik di dalam lumen usus, merangsang nervus

vagus , sehingga terjadi kontraksi kandung empedu. Demikian CCK berperan besar terhadap

terjadinya kontraksi kandung empedu setelah makan, Empedu yang dikeluarkan dari

kandung emepdu akan dialirkan ke duktus koledokus yang merupakan lanjutan dari duktus

sistikus dan duktus hepatikus. Duktus koledokus kemudian membawa empedu ke bagian atas

dari duodenum, dimana empedu mulai membantu proses pemecahan lemak di dalam

makanan. Sebagian komponen empedu diserap ulang dalam usus kemudian dieksresikan

kembali oleh hati.

2.2 Kolelitiasis

2.2.1 Definisi

Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau

saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya. Batu empedu bisa terdapat pada

kantung empedu, saluran empedu ekstra hepatik, atau saluran empedu intra hepatic

(Muttaqin dan Sari, 2011).

Kolelitiasis atau yang lebih dikenal dengan batu empedu atau kalkuli/kalkulus

merupakan struktur kristal terbentuk dari pembekuan konstituen empedu normal dan

abnormal ( Fransisca B, 2009).

http://4.bp.blogspot.com/-gtD2RQYrjw4/UTQs9GHc8KI/AFE/ZxV-1EjADTw/s1600/Untitled-2.jpg

6

Page 7: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Prof. Dr. Nelly (2013) yang tertuang dalam bukunya, batu empedu

dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu :

1) Batu pigmen

Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini: bilirubinat,

karbonat, fosfat, atau asam lemak rantai panjang. Batu ini cenderung berukuran

kecil, multiple, dan berwarna hitam kecoklatan. Batu berwarna hitam berkaitan

dengan hemolisis kronis, batu berwarna kecoklatan berkaitan dengan infeksi

empedu kronis (batu semacam ini jarang dijumpai).

2) Batu kolesterol

Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna kuning

pucat dan seringkali mengandung kalsum dan pigmen. Batu empedu murni tidak

terlihat dengan pemeriksaan radiografi.

3) Batu campuran

Batu campuran ini memiliki gambaran batu pigmen maupun batu kolesterol,

majemuk, dan berwarna coklat tua. Batu empedu campuran sering dapat terlihat

dengan pemeriksaan radiografi.

2.2.3 Etiologi

Batu – batu (kalkuli) dibuat oleh kolestrol, kalsium bilirubinat atau campuran,

disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjadi pada

duktus koledukus, duktus hepatica, dan duktus pancreas. Kristal dapat juga terbentuk

pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering

diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita (Doenges, 1999).

Menurut Robbins, 2007 Faktor Resiko terjadinya kolelitiasis adalah :

o Jenis Kelamin

Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen

berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.

Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko

7

Page 8: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen)

dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan

aktivitas pengosongan kandung empedu.

o Usia

Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Orang dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis

dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda.

o Obesitas

Kondisi obesitas akan meningkatkan metabolism umum, resistensi insulin,

diabetes militus tipe II, hipertensi dan hyperlipidemia berhubungan dengan

peningkatan sekresi kolesterol hepatica dan merupakan faktor resiko utama

untuk pengembangan batu empedu kolesterol.

o Statis Bilier

Kondisi statis bilier menyebabkan peningkatan risiko batu empedu. Kondisi

yang bisa meningkatkan kondisi statis, seperti cedera tulang belakan (medulla

spinalis), puasa berkepanjangan, atau pemberian diet nutrisi total parenteral

(TPN), dan penurunan berat badan yang berhubungan dengan kalori dan

pembatasan lemak (misalnya: diet rendah lemak, operasi bypass lambung).

Kondisi statis bilier akan menurunkan produksi garam empedu, serta

meningkatkan kehilangan garam empedu ke intestinal.

o Obat-obatan

Estrogen yang diberikan untuk kontrasepsi atau untuk pengobatan kanker

prostat meningkatkan risiko batu empedu kolesterol. Clofibrate dan obat fibrat

hipolipidemik meningkatkan pengeluaran kolesterol hepatic melalui sekresi

bilier dan tampaknya meningkatkan resiko batu empedu kolesterol. Analog

somatostatin muncul sebagai faktor predisposisi untuk batu empedu dengan

mengurangi pengosongan kantung empedu.

o Diet

Diet rendah serat akan meningkatkan asam empedu sekunder (seperti asam

desoksikolat) dalam empedu dan membuat empedu lebih litogenik.

8

Page 9: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Karbohidrat dalam bentuk murni meningkatkan saturasi kolesterol empedu.

Diet tinggi kolesterol meningkatkan kolesterol empedu.

2.2.4 Patofisiologi (Fransisca B, 2009)

Terdapat beberapa mekanisme pembentukan batu empedu yakni :

1. peningkatan sekresi empedu dapat terjadi karena kegemukan, diet tinggi kalori,

atau obat. Peningkatan aktivitas hidroksimetilglutarid-koenzim A (HMG-KoA)

reduktase, merupakan suatu enzim yang menentukan kecepatan pembentukan

kolestrol hati.gangguan konversi kolestrol menjadi asam empedu yang

mengakibatkan peningkatan rata-rata kolestrol litogenik atau asam empedu.

Terbentuknya empedu litogenik dari penurunan sekresi garam-garam empedu dan

fosfolipid oleh hati setelah terjadi gangguan sintesis hati.

2. Gangguan pembentukan vesikel , biasanya kolestrol disekresikan ke dalam

empedu sebagai vesikel berlapis unilameral yang tidak stabil dan di ubah bersama

asam empedu menjadi agregat lipid lain

3. Nukleasi Kristal kolestrol monohidrat, yang sangat dipercepat pada empedu

litogenik, dibandingkan dengan derajat kejenuhan kolestrol, lebih membedakan

empedu dapat disebabkan peningkatan factor pronukleasi atau defisiensi factor

antinukleasi. Glikoprotein musin dan non musin dan lisin fosfatidilkolin

merupakan factor pronukleasi dan antinukleasi lain belum lengkap. Nukleasi

Kristal kolestrol monohidrat dan pertumbuhan Kristal mungkin berlangsung di

dalam lapisan gel musin. Fusi vesikel menyebabkan terbentuknya Kristal kolestrol

monohidrat. Pertumbuhan Kristal yang terus menerus berlangsung melalui

nukleasi langsung molekul kolestrol dari vesikel empedu uni/multilamelar yang

jenuh.

4. Kolestrol adalah endapan empedu yang merupakan bahan mukosa kental yang

pada pemeriksaan mikroskopik memperlihatkan Kristal lesiti kolestrol, Kristal

kolestrol monohidrat, kalsium bilirubinat, dan serat musin atau gel mukosa.

Endapan empedu biasanya membentuk endapan mirip bulan sabit di bagian

9

Page 10: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

terbawahkandung empedu dan di kenali berdasarkan ekornya yang khas pada

pemeriksaan sonografi.

2.2.5 Manifestasi Klinis (Fransisca B, 2009)

1. Kolik biliaris

2. Peningkatan tekanan intra lumen

3. Nyeri visera (nyeri hebat yang meningkat di epigastrium atau kuadran kanan

abdomen yang kadang-kadang menjalar ke bahu kanan berlangsung lebih dari 30

menit dan kurang dari 12 jam, biasanya bertambah parah sesudah makan)

4. Kolik dapat mendadak dan menetap serta sangat hebat (1-4 jam)

5. Demam menggigil

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

1) Radiologi

Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur

diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan

akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan icterus. Di samping

itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini

akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada

malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadaan distensi.

Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang

dipantulkankembali. Pemeriksaan USG mendeteksi kalkuli dalam kandung

empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi (Mansjoer, 2000).

2) Radiografi : kolesistografi

Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG meragukan.

Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji

kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,

berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila

pasien jaundice karena liver tidak dapat menghantarkan media kontras ke

kandung empedu yang mengalami obstruksi (Smeltzer, 2002).

10

Page 11: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

3) Sonogram

Sonogram dapat mendeteksi batu serta memnentukan apakah kandung

empedu telah tebal (Williams, 2003).

4) ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopanereatografi)

Pemeriksaan ini menungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya

dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop

serat optic yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai duodenum pars

desendens. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koleduktus serta duktus

pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut

untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisasi serta

evaluasi percabangan bilier (Smeltzer, 2002).

5) Pemeriksaan darah

a. Kenaikan serum kolestrol

b. Kenaikan fosfolipid

c. Penurunan ester kolestrol

d. Kenaikan protrombin serum time

e. Kenaikan bilirubin total, transaminase

f. Penurunan urobilirubin (Mansjoer, 2000).

2.2.7 Penatalaksanaan (Smeltzer, 2002).

1) Penatalaksanaan non bedah

a. Penatalaksanaan pendukung dan diet

80 % dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,

cairan infus, pengisapan nasogastric, analgesic dan antibiotic. Diit yang

dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.

b. Farmakoterapi

Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk).

Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresi dan

tidak desaturasi getah empedu.

c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan

11

Page 12: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau

metil tertier butyl eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.

Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jarring

untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam duktus

koleduktus.

2) Penatalaksanaan bedah

a. Kolesistektomi : paling sering dgunakan atau dilakukan : kandung empedu

diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.

b. Minikolesistektomi : mengeluarkan batu empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.

c. Kolesistektomo laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui

dinding abdomen pada umbilicus.

d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkan batu

empedu.

2.2.8 Komplikasi (Mansjoer, 2000)

1. Kolesistitis akut maupun kronik

2. Koledokolitiasis

3. Pankreatitis

4. Abses hati

5. Sirosis bilier

6. Empyema

7. Icterus obstruktif

2.3 Kolesistitis

2.3.1 Definisi

Kolesistitis merupakan reaksi inflamasi dinding kandung empedu (Mansjoer,

2000).

Kolesistitis adalah inflamasi akut maupun kronis dari kandung empedu, biasanya

berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan

distensi kandung empedu (Doenges, 1999).

12

Page 13: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Kolesistitis (radang kandung empedu) adalah reaksi inflamasi dinding kandung

empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan demam

(Isselbacher, 2009).

2.3.2 Klasifikasi

Menurut brunner & suddart, 2001:

1.   Kolesistitis Kalkulus

Peradangan akut kandung empedu yang mengandung batu disebut kolesistitis

kalkulosa akut dan dipicu oleh obstruksi leher kandung empedu atau duktus

sistikus.

2.   Kolesistitis Akalkulus

Merupakan inflamasi kandung empedu akut tanpa adanya obstruksi oleh batu

empedu. Kolesistitis akulkulus timbul sesudah tindakan bedah mayor trauma

berat atau luka bakar.

2.3.3 Etiologi (Mansjoer, 2000)

Umumnya kolesistitis disebabkan oleh batu empedu. Sumbatan batu empedu

pada duktus sistikus menyebabkan distensi kandung empedu dan gangguan aliran

darah dan limfe, bakteri komensal kemudian berkembang biak. Penyebab lain adalah

kuman-kuman seperti Escherichia coli, salmonella typhosa, cacing askaris, atau

karena pengaruh enzim-enzim pancreas.

2.3.4 Patofisologi (Fransisca B, 2009)

Kolesterol merupakan unsur pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.

Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin pospolipid dalam

empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan

sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini

mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar

dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh

13

Page 14: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berrperan

sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.

2.3.5 Manifestasi klinis (Sudoyo W, 2009)

Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik  perut di

sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikansuhu tubuh.

Keluhan tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang – kadang rasa sakit

menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsungsampai 60 menit tanpa

reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantungdari adanya kelainan

inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasikandung empedu. Sekitar

60 – 70% pasien melaporkan adanya riwayat seranganyang sembuh spontan.

Tanda peradangan peritoneum seperti peningkatan nyeri dengan penggetaran atau

pada pernapasan dalam dapat ditemukan. Pasien mengalamianoreksia dan sering

mual. Muntah relatif sering terjadi dan dapat menimbulkangejala dan tanda deplesi

volume vaskuler dan ekstraseluler. Pada pemeriksaanfisis, kuadran kanan atas

abdomen hampir selalu nyeri bila dipalpasi.

2.3.6 Pemeriksaan penunjang (Brunner & Suddarth, 2001)

a. Pemeriksaan sinar X abdomen

Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan akan penyakit kandung

empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain.

b. Ultrasonografi

Pemeriksaan USG menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostic

pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat serta

dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan icterus.

c. Pemeriksaan pencitraan radionuklida atau koleskintografi

Dalam prosedur ini, preparat radioaktif disuntikkan secara intravena. Preparat ini

kemudian diambil oleh hepatosit dan dengan cepat diekskresikan kedalam system

bilier. Selanjutnya dilakukan pemindaian saluran empedu untuk mendapatkan

gambaran kandung empedu dan percabangan bilier.

14

Page 15: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

d. Kolesistografi

Kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia atau bila hasil USG

meragukan.

2.3.7 Penatalaksanaan (Sudoyo W, 2009)

1. Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet

ringan, obat penghilang rasa nyeri (petidin) dan  anti spasmodik. Antibiotic untuk

mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septisemia, seperti golongan

ampisilin, sefalosporin dan metronidazol mampu mematikan kuman yang umum

pada kolesistitis akut (E. coli, S. faecalis, Klebsiella)

2. Hingga saat ini kpan waktu yang tepat untuk dilakukan kolesistektomi, masih

diperdebatkan. Ahli bedah pro operasi dini menyatakan gangren dan komplikasi

kegagalan terapi konservatif dapat dihindarkan; dan menekan biaya perawatan

RS. Ahli bedah kontra operasi dini menyatakan akan terjadi penyebaran infeksi ke

rongga peritoneum dan teknik operasi lebih sulit karena proses inflamasi akut di

sekitar duktus mengaburkan anatomi

3. Umumnya lebih banyak di gunakan kolesistektomi laparoskopik. Walau invasif

tapi bisa mengurangi rasa nyeri pasca operasi, menurunkan angka kematian,

secara kosmetik lebih baik, menurunkan biaya perawatan RS dan mempercepat

aktivitas pasien.

2.3.8 Komplikasi (Chiu HH, 2009)

1. Empyema terjadi akibat kolesistitis akut dengan sumbatan duktus sistikus

persisten menjadi superinfeksi empedu yang tersumbat disertai kuman-kuman

pembentuk pus.

2. Hidrops atau mukokel kandung empedu terjadi akibat sumbatan berkepanjangan

pada duktus sistikus, biasanya oleh sebuah kalkulus besar.

3. Gangrene dan perforasi

Gangren kandung empedu menimbulkan iskemia dinding dan

nekrosis jaringan bebercak atau total. Kelainan yang mendasari antara lain adalah

15

Page 16: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

distensi berlebihan kandung empedu, vaskulitis, diabetes mellitus, empiema atau

torsiyang menyebabkan oklusi arteri. Gangren biasanya merupakan

predisposisi perforasi kandung empedu, tetapi perforasi juga dapat terjadi pada

kolesistitiskronik tanpa gejala atau peringatan sebelumnya.

Perforasi lokal biasanya tertahan dalam omentum atau oleh adhesi yang

ditimbulkan oleh peradangan berulang kandung empedu. Superinfeksi

bakteri pada isi kandung empedu yang terlokalisasi tersebut menimbulkan

abses.Sebagian besar pasien sebaiknya diterapi dengan kolesistektomi, tetapi

pasien yang sakit berat mungkin memerlukan kolesistektomi dan

drainase abses.

16

Page 17: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

MK : nyeriMK : nyeri

2.4 WOC

Obesitas jenis kelamin usia

Peningkatan kolestrol peningkatan estrogen penurunan fungsi tubuh dan controlTerhadap kolestrol

Penurunan asam empedu Peningkatan jumlah kolestrol

Supersaturasi kolestrol aliran balik cairan empedu ke hepar iritasi dinding duktus sistikus oleh gesekan dg batu empedu

Pembentukan Kristal kolestrol peradangan disekitar hepatobilier respon inflamasi

Batu kolestrolmerangsang pelepasan zat pirogen o/ leukosit penumpukan cairan di interstisial

KOLELITIASIS beredar dalam darah oedema

Batu menuju duktus sistikus merangsang hipotalamus peningkatan tekanan intra abdomen

Obstruksi duktus sistikus peningkatan suhu tubuh KOLESISTITIS mual, muntah

Distensi kandung empedu MK : Hipertermia anoreksia

Fundus empedu menyentuh Intervensi bedah litotripsi/endoskopik dinding abdomen MK : nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh perioperatif gesekan empedu dg dinding abdomen

belum pernah operasi nyeri saat inspirasi

sering bertanya sesak MK : resiko infeksi

MK : kurang pengetahuan MK : ketidakefektifan pola nafas terbukanya port the entri MK : Resiko gangguan Bagi agen infeksi integritas kulit

Cemas luka pasca operatif perawatan pasca operatifTidak adekuat

MK : Ansietas pasca operatif

17

Page 18: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

2.4 Asuhan keperawatan teoritis

Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk

merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melalui lima fase berikut yaitu

pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.

2.4.1 Pengkajian keperawatan

Pada pengkajian, data yang dikumpulkan meliputi:

1. Identitas

2. Riwayat kesehatan yang meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.

3. Pemeriksaan fisik pada pasien kolelitiasis dan kolesistitis dapat di fokuskan

pada:

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : kelemahan.

Tanda : geilsah.

b. Sirkulasi

Tanda : takikardia, berkeringat.

c. Eliminasi

Gejala : perubahan warna urine & feses.

Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urine

gelap, pekat, feses warna tanah liat, steatorea.

d. Makanan/Cairan

Gejala : anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak &

makanan pembentukan gas, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak

dapat makan, flatus, dyspepsia.

Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.

e. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau

bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri

mulai tiba-tiba & biasanya memuncak dalam 30 menit.

Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas

ditekan, tanda Murphy positif.

18

Page 19: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

f. Pernapasan

Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan, penapasan tertekan ditandai

oleh napas pendek, dangkal.

g. Keamanan

Tanda : demam, menggigil, ikterik, dan kulit berkeringat & gatal

(pruritus), kecendrungan perdarahan (kekurangan vit. K).

h. Penyuluhan dan Pembelajaran

Gejala : kecenderungan keluarga untuk terjadi batu empedu, adanya

kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias

darah.

4. Pemeriksaan Diagnostik

Darah lengkap : Leukositis sedang (akut).

Billirubin & amilase serum : meningkat.

Enzim hati serum-AST (SGOT) : ALT (SGOT), LDH : agak meningkat,

alkalin fosfat & S-nukleotidase, ditandai pe obstruksi bilier.

Kadar protombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus

menurunkan absorpsi vit. K.

Ultrasound : menyatakan kalkuli & distensi empedu/duktus empedu.

Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan

percabangan bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum.

Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedaan gambaran dengan

fluoroskopi antara penyakit kandung empedu & kanker pangkreas.

CT-Scan : dapat menyatakan kista kandung empedu.

Scan hati : menunjukkan obstruksi percabangan bilier.

2.4.2 Diagnosa dan Intervensi keperawatan

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme

duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis.

Hasil yang diharapkan :

- Melaporkan nyeri hilang.

- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan

sesuai indikasi untuk situasi individual.

19

Page 20: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Intervensi :

a. Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri

(menetap, hilang timbul, kolik).

Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan

informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi

dan keefektifan intervensi.

b. Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat

menunjukkan terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih

lanjut.

c. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan

intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang

menghilangkan nyeri secara alamiah.

d. Control suhu lingkungan.

Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan

ketidaknyamanan kulit.

e. Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi,

visualisasi, latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang.

Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat

meningkatkan koping.

f. Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan

pasien sering.

Rasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan

kembali perhatian yang dapat menghilangkan nyeri.

g. Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan

membantu dalam manajemen nyeri.

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan : muntah, distensi,

dan hipermotilitas gaster.

20

Page 21: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital

stabil.

- Membrane mukosa lembab.

- Turgor kulit baik.

- Pengisian kapiler baik.

- Secara individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah.

Intervensi :

a. Pertahankan masukan dan haluaran akurat, perhatikan haluaran kurang

dari masukan, peningkatan berat jenis urin, nadi perifer, dan pengisian

kapiler.

Rasional : memberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi

dan kebutuhan penggantian.

b. Awasi tanda/gejala peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, kram

abdomen, kelemahan, kejang, kejang ringan, kecepatan jantung tak

teratur, parestesia, hipoaktif, atau tak adanya bising usus, depresi

pernapasan.

Rasional : muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan pembatasan

pemasukan oral dapat menimbulkan deficit natrium, kalium, dan klorida.

c. Hindarkan dari lingkungan yang berbau.

Rasional : menurunkan rangsangan pada pusat muntah.

d. Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut ; berikan minyak.

Rasional : menurunkan kekeringan membrane mukosa, menurunkan

risiko perdarahan oral.

e. Gunakan jarum kecil untuk injeksi dan melakukan tekanan pada bekas

suntikan lebih lama dari biasanya.

Rasional : menurunkan trauma, risiko perdarahan/pembentukan hematom.

f. Kaji perdarahan yang tak biasanya, contoh perdarahan terus-menerus

pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan gusi, ekimosis, ptekie,

hematemesis/melena.

Rasional : protombin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang

bila aliran empedu terhambat, meningkatkan risiko

perdarahan/hemoragik.

21

Page 22: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

g. Pertahankan pasien puasa sesuai keperluan.

Rasional : menurunkan sekresi dan motilitas gaster.

3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia.

Hasil yang diharapkan :

- Melaporkan mual/muntah hilang.

- Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan

berat badan individu yang tepat.

Intervensi :

a. Hitung masukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai

minimal.

Rasional : mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan nutrisi, berfokus

pada masalah membuat suasana negative dan mempengaruhi masukan.

b. Timbang sesuai indikasi.

Rasional : mengevaluasi keefektifan rencana diet.

c. Konsul tentang kesukaan/ketidaksukaan pasien, makanan yang

menyebabkan distress, dan jadwal makan yang disukai.

Rasional : melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien

memiliki rasa kontrol dan mendorong untuka makan.

d. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan

berbau.

Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan/menurunkan mual.

e. Berikan kebersihan oral sebelum makan.

Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

f. Ambulasi dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Rasional : membantu dalam mengeluarkan flatus, penurunan distensi

abdomen, mempengaruhi penyembuhan dan rasa sehat dan menurunkan

kemungkinan masalah sekunder sehubungan dengan imobilisasi.

g. Konsul dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi sesuai indikasi.

Rasional : berguna dalam membuat kebutuhan nutrisi individual melalui

rute yang paling tepat.

22

Page 23: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

4. Kurang Pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

Hasil yang diharapkan :

- Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.

- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi :

a. Berikan penjelasan/alasan tes dan persiapannya.

Rasional : informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis.

b. Kaji ulang proses penyakit/prognosis, diskusikan perawatan dan

pengobatan, dorong pertanyaan, ekspresikan masalah.

Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan

turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan.

c. Diskusikan program penurunan berat badan bila diindikasikan.

Rasional : kegemukan adalah fakor risiko yang dihubungkan dengan

kolesistitis, dan penurunan berat badan menguntungkan dalam

manajemen medik terhadap kondisi kronis.

d. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak

(contoh : susu segar, es krim, mentega, makanan gorengan, kacang

polong, bawang, minuman karbonat), atau zat iritan gaster (contoh :

makanan pedas, kafein, sitrun).

Rasional : mencegah/membatasi terulangnya serangan kandung empedu.

2.5 Askep kasus kolelitiasis

Ny. K 46 tahun datang ke RSUD Soetomo dengan keluhan nyeri perut kanan atas,

nyeri yang dirasakan menjalar, nyeri bila menarik nafas, nyeri seperti ditusuk. Panas

naik turun hingga menggigil, bila nyeri klien menjadi sesak. Klien mengungkapkan

bahwa nyeri dirasakan sejak kemarin, sebulan sebelumnya klien juga merasakan hal

yang sama namun mereda setelah minum obat yang dibeli di warung. Klien mengatakan

mual, muntah, hingga mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 57 kg. Sebelumnya

klien tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28 x/menit. Hasil

23

Page 24: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

USG didapatkan batu dengan ukuran 10mm x 5mm, leukosit : 13.500/iu. Diagnosa

medis : cholelitiasis.

I. Pengkajian keperawatan

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. K

Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Alamat : Gresik

Tgl MRS : 27-09-2013

No. Reg : 63211xxx

Diagnose : Cholelitiasis

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama :

nyeri seperti ditusuk-tusuk pada perut kanan atas yang menjalar, nyeri bila

menarik nafas.

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya: pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah

sakit

c. Riwayat Penyakit Sekarang : klien mengatakan nyeri perut kanan atas seperti

ditusuk-tusuk yang dirasakan menjalar, nyeri bila menarik nafas. Panas naik turun

hingga menggigil, bila nyeri klien menjadi sesak. Klien mengungkapkan bahwa

nyeri dirasakan sejak kemarin, sebulan sebelumnya klien jg merasakan hal yang

sama namun mereda setelah minum obat yang dibeli di warung. Klien dibawa ke

RSUD Soetomo oleh keluarganya

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

e. Riwayat Alergi : Pasien tidak mempunyai alergi obat ataupun makanan

3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: kondisi umum terlihat lemah

Tanda Vital: S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28 x/menit

24

Page 25: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Body System

a. B1

Hidung : tidak terdapat PCH

Trachea : tidak ada kelainan

Dada : tidak ada kelainan

Bentuk : simetris

Gerakan : Simetris, tidak ada nyeri dada, nafas cepat dan dangkal

Suara nafas : vesikuler

Batuk : -

Sputum : -

Cyanosis : -

Frekuensi nafas : 28 x/menit

Terpasang O2 nasal 2 lpm

b. B2

Tidak ada nyeri dada, tidak ada pusing, tidak ada kram kaki, tidak ada palpitasi,

tidak ada clubbing finger, Suara Jantung S1S2 Tunggal, tidak ada edema, CRT 2

detik.

c. B3

Kesadaran: compos mentis

GCS: 4-5-6

Kepala : normal

Wajah : tampak meringis

Mata: Sclera: ikterus

Konjungtiva: anemis

Pupil: isokor

Leher: tidak tampak vena Jugularis

Reflek Patologis: normal

Reflek Fisiologis: normal

Pendengaran: normal

Penciuman: normal

Pengecapan: normal

Penglihatan: normal

Perabaan: normal

25

Page 26: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

d. B4

Produksi Urine : 1000 cc/hari

Warna Urine: kuning gelap seperti teh

Gangguan saat kencing: -

e. B5

Mulut: bersih, gigi lengkap, mukosa bibir lembab

Tenggorokan, tidak ada sakit menelan

Abdomen: P: nyeri bila menarik nafas

Q: hilang timbul, terus menerus

R: abdomen kanan atas menjalar ke punggung atau bahu kanan

S: sedang-berat

T: saat bernafas

Rectum: normal

BAB: 1 x sehari, lembek, bau khas

BB SMRS: 60 kg, BB sekarang: 57 kg

f. B6

Kemampuan pergerakan sendi: normal

Ekstremitas: normal

Kulit : warna jaundice, kering, Akral hangat, Turgor baik

4. Pemeriksaan penunjang

USG : didapatkan gambaran batu dengan ukuran 10mm x 5mm

Leukosit : 13.500/iu

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah1 DS :

- Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada perut kanan atas yang menjalar, nyeri bila menarik nafas.

DO : - Kondisi umum terlihat lemah- TTV S: 38,7oC axilla, N: 120

x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28 x/menit

- Tampak meringis- USG : batu berukuran 10mm x

5mm

Obstruksi duktus sistikus

Distensi kandung empedu

Gesekan empedu dengan dinding abdomen

Nyeri

Gangguan rasa aman nyaman :

nyeri

26

Page 27: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

2 DS :- Klien mengatakan panas naik

turun hingga menggigil DO : - TTV S: 38,7oC axilla, N: 120

x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28 x/menit

- Leukosit : 13.500/iu

Obstruksi duktus sistikus

Peradangan disekitar hepatobilier

Merangsang hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh(hipertermi)

Hipertermi

3 DS :- Klien mengatakan mual,

muntah, hingga mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 57 kg

DO :- penurunan BB dari 60 kg

menjadi 57 kg

Peningkatan tekanan abdominal

Mual, muntah

Anoreksia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

II. Diagnose keperawatan

1. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya gesekan antara

kandung empedu dan dinding abdomen yang ditandai dengan kondisi umum yang

terlihat lemah, TTV S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28

x/menit, klien tampak meringis dan adanya keluhan nyeri yang di ungkapkan klien.

2. Ketidakseimbangan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan adanya peradangan

disekitar hepatobilier yang ditandai dengan TTV S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T:

130/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Leukosit : 13.500/iu, dan keluhan panas naik turun

hingga menggigil.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia yang ditandai dengan mual, muntah dan penurunan berat badan.

III. Intervensi keperawatan

1. Gangguan rasa aman nyaman : Nyeri berhubungan dengan adanya gesekan antara

kandung empedu dan dinding abdomen yang ditandai dengan kondisi umum yang

terlihat lemah, TTV S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T: 130/90 mmHg, RR: 28

x/menit, klien tampak meringis dan adanya keluhan nyeri yang di ungkapkan klien.

Hasil yang diharapkan :

- Melaporkan nyeri hilang.

27

Page 28: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai

indikasi untuk situasi individual.

Intervensi :

a) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,

hilang timbul, kolik).

Rasional : membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi

tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan

intervensi.

b) Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.

Rasional : nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan

terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi lebih lanjut.

c) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

Rasional : tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra

abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara

alamiah.

d) Control suhu lingkungan.

Rasional : dingin pada sekitar ruangan membantu meminimalkan

ketidaknyamanan kulit.

e) Dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh : bimbingan imajinasi, visualisasi,

latihan nafas dalam, berikan aktivitas senggang.

Rasional : meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat

meningkatkan koping.

f) Sediakan waktu untuk mendengar dan mempertahankan kontak dengan pasien

sering.

Rasional : membantu dalam menghilangkan cemas dan memusatkan kembali

perhatian yang dapat menghilangkan nyeri.

g) Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan reflex spasme/kontraksi otot halus dan membantu

dalam manajemen nyeri.

2. Ketidakseimbangan suhu tubuh : hipertermi berhubungan dengan adanya peradangan

disekitar hepatobilier yang ditandai dengan TTV S: 38,7oC axilla, N: 120 x/menit, T:

130/90 mmHg, RR: 28 x/menit, Leukosit : 13.500/iu, dan keluhan panas naik turun

hingga menggigil.

28

Page 29: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

Hasil yang diharapkan :

- Suhu dalam batas normal

- Tidak ada keluhan kenaikan suhu tubuh dan kelemahan

Intervensi :

a) Pantau suhu tubuh klien (derajat dan pola)

Rasional : menunjukkan proses infeksius penyakit

b) Berikan kompres hangat

Rasional : dapat membantu mengurangi demam

c) Anjurkan untuk menggunakan pakaian dari bahan tipis yang mudah menyerap

keringat

Rasional : dpat menyerap keringat dan membantu mengurangi demam

d) Berikan lingkungan yang kondusif

Rasional : lingkungan yang tenang dapat mengoptimalkan waktu istirahat

klien

e) Anjurkan klien untuk banyak minum

Rasional : merehidrasi kembali sehingga dapat mengembalikan cairan tubuh

yang hilang

f) Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasinal : digunakan untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi (demam)

3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia yang ditandai dengan mual, muntah dan penurunan berat badan.

Hasil yang diharapkan :

- Berat badan meningkat dan sesuai

- Mual dan muntah hilang

Intervensi :

a) Awasi pemasukan diet (jumlah kalori)

Rasional : membantu proses penyembuhan klien dengan memberikan nurisi yang

adekuat

b) Berikan kenyamanan dengan kebersihan mulut

Rasional : menghilangkan rasa tidak enak dan meningkatkan nafsu makan

c) Anjurkan untuk makan dalam posisi tegak

Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan asupan

nutrisi

29

Page 30: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

d) Dorong makan dengan porsi kecil tapi sering

Rasional : membanatu asupan nutrisi yang adekuat dengan memberikan jeda

e) Anjurkan untuk mengkonsumsi sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat

sepanjang hari

Rasional : merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna

f) Kolaborasi pemberian diit yang sesuai

Rasional : membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien

30

Page 31: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

BAB III

KESIMPULAN

Kolelitiasis atau kalkuli/kalkulus merupakan struktur kristal terbentuk dari

pembekuan konstituen empedu normal dan abnormal ( Fransisca B, 2009).

Kolesistitis adalah inflamasi akut maupun kronis dari kandung empedu, biasanya

berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi

kandung empedu (Doenges, 1999).

Penyakit kantung empedu dan traktus bilier umum terjadi, yang secara khas

merupakan kondisi menyakitkan, biasanya membutuhkan pembedahan dan bisa

membahayakan jiwa. Di sebagian besar kasus, penyakit kantung empedu dan saluran empedu

muncul di usia pertengahan. Antara usia 20 dan 50 tahun. Penyakit ini umumnya berkaitan

dengan proses pengendapan kalkulus dan inflamasi.

31

31

Page 32: Kolelitiasis Dan Kolesistitis Email

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca, B Fransisca. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan System Metabolisme. Jakarta : Salemba Medika

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Linda. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC

Lippincott. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : Permata Puri Media

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Isselbacher, KJ, Braunwald E, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. 2009. Harrison:Prinsip – Harrison. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Editor BahasaIndonesia: Prof. Dr. H. Ahmad H. Asdie. Edisi 13. Jakarta : EGC.

Sudoyo W. Aru, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I Edisi IV. Jakarta : EGC.

Chiu HH, Chen CM, Mo LR. Emphysematous cholecystitis. Am J Surg. Sep2009;188(3):325-6.

32

32