kolaborasi dalam skrining kesehatan

37
MELAKUKAN KOLABORAS I DALAM SKRINING KESEHATAN

Upload: sunita-tria

Post on 12-Jul-2016

379 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

kolaborasi dalam skrening

TRANSCRIPT

MELAKUKAN

KOLABORASI

DALAM SKRINING KESEHATA

N

ANGGOTA KELOMPOK

Ni Made Ayu Rahayuni(P07120214001)Ida Ayu Rika Kusumadewi (P07120214002)Ni Putu Amelia Rosalita Dewi (P07120214003)Putu Yeni Yunitasari(P07120214004)Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya (P07120214005)Nyoman Wita Wihayati(P07120214006)

Ni Kadek Ariyastuti(P07120214007)I Nyoman Sugiharta Dana (P07120214008)Ni Made Ayu Lisna Pratiwi (P07120214009)Putu Epriliani (P07120214010)Ni Komang Ayu Risna Muliantini (P07120214011)I Gusti Ayu Cintya Adianti (P07120214012)Putu Meylitha Budyandani (P07120214013)

1.Konsep Dasar

Skrining Kesehatan

Definisi SkriningTes skrining merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi

untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau

keadaan ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat

berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan

penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan

pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009).

Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal perkembangan penyakit sehingga

intervensi dapat diterapkan untuk menghambat proses penyakit. Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika

syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan,

terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-individu pada suatu

tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk

mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008).

Dasar pemikiran adanya skrining

✖ Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.

✖ Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.

✖ Biasanya penderita datang mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah berada dalam stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan lagi.

✖ Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.

Macam-macam skrining

✖ Penyaringan Massal (Mass Screening)Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.

✖ Penyaringan Multiple Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan pada saat yang sama.

✖ Penyaringan yang ditargetkanPenyaringan yg dilakukan pada kelompok – kelompok yang terkena paparan yang spesifik.

✖ Penyaringan Oportunistik Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita – penderita yang berkonsultasi kepada praktisi kesehatan

Sasaran Skrining Penderita penyakit kronis

✖ Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dll) ✖ Infeksi Virus ( hepatitis ) ✖ Penyakit non infeksi: hipertensi,

diabetus miletus, penyakit jantung, karsinoma serviks, prostate, glaucoma.

✖ Aids    

Tujuan dan Manfaat Skrining

✖ Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan.

✖ Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.

✖ Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin.

✖ Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.

✖ Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti.

Tujuan dan Manfaat Skrining

Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Skrining juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009).

Syarat Skrining✖ Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang

berarti dalam masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut.

✖ Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang dipilih.

✖ Tersediannya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui diagnosis klinis.

✖ Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.

✖ Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau malah bertambah frekuensi endemiknya.

Syarat Skrining✖ Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes

penyaringan harus dapat diterima oleh masyarakat secara umum.

✖ Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti.

✖ Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan menderita penyakit tersebut.

✖ Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut.

✖ Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) terhadap penyakit tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan.

Validasi Tes Uji Skrining

Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan menggunakan Sensitivitas & Spesifitas; ✖ Sensitivitas

Adalah Proporsi dari orang – orang yang benar – benar sakit yang ada di dalam populasi yang disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.

✖ Spesifisitas Adalah proporsi dari orang – orang yang benar – benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.

Pertimbangan Skrining

✖ Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama

✖ Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg terungkap saat proses skrining dilakukan (obat yang potensial).

✖ Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.

✖ Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya yang dapat diidentifikasi.

✖ Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.

✖ Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.

Pertimbangan Skrining

✖ Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji.

✖ Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan diagnosis dan tindakan lebih lanjut.

✖ Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.

✖ Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses yang teratur dan berkelanjutan.

✖ Alat yg digunakan✖ Waktu ✖ Mendapat pengobatan ✖ Alat untuk diagnosis

Proses Pelaksanaan Skrining

Kriteria Evaluasi• Validitas

Validitas adalah kemampuan dari tes penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar-benar sakit terhadap yang sehat. Validitas mempunyai 2 komponen, yaitu:✖ Sensitivitas: kemampuan untuk menentukkan orang sakit.✖ Spesifisitas: kemampuan untuk menentukan orang yang

tidak sakit.• Reliabilitas

Bila tes yang dilakukan berulang-ulang menunjukkan hasil yang konsisten, dikatakan reliabel.

• YieldYield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji tapis. Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Budiarto, 2003):

✖ Sensitivitas alat uji tapis.✖ Prevalensi penyakit yang tidak tampak.✖ Uji tapis yang dilakukan sebelumnya.✖ Kesadaran masyarakat.

Konsep Kolabo

rasi

Pengertian Kolaborasi

Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation (AMA), 1994)

Kolaborasi di Rumah Sakit

Dokter Perawat Ahli Gizi

laboratorium

administrasi

DAN LAIN LAIN

radiologi IPSRS

Fokus Klien/ Pasien

Anggota Tim Interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting

Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan

koordinasi seperti skema di bawah ini

Dasar-dasar kompetensi kolaborasi :✖Komunikasi✖Respek dan kepercayaan✖Memberikan dan menerima feed back✖Pengambilan keputusan✖Manajemen konflikKomunikasi sangat dibutuhkan daam berkolaborasi karena kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih kompleks, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team : ✖ Memberikan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional.

✖ Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya

✖ Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas

✖ Meningkatnya kohesifitas antar profesional ✖ Kejelasan peran dalam berinteraksi antar

profesional, ✖ Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan

menghargai dan memahami orang lain.

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kreiteria yaitu:✖ adanya rasa saling percaya dan menghormati✖ saling memahami dan menerima keilmuan

masing-masing✖ memiliki citra diri positif✖ memiliki kematangan profesional yang setara

(yang timbul dari pendidikan dan pengalaman)

✖ mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan

✖ keinginan untuk bernegosiasi

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika:✖ Semua profesi mempunyai visi dan misi yang

sama✖ Masing-masing profesi mengetahui batas-batas

dari pekerjaannya✖ Anggota profesi dapat bertukar informasi

dengan baik✖ Masing-masing profesi mengakui keahlian dari

profesi lain yang tergabung dalam tim.Model Praktek Kolaborasi :✖ Interaksi Perawat-Dokter, dalam persetujuan

pratek✖ Kolaborasi Perawat – Dokter, dalam memberikan

pelayanan✖ Tim Interdisiplin atau komite

Perawat sebagai Kolaborator

Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, per group serta tenaga kesehatan lain.Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi, yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi terbuka.

Tindakan Kolaboratif Interdisiplin Ilmu

Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia

Upaya mengatasi kesehatan pada lansia adalah sebagai berikut :• Upaya pembinaan kesehatan• Upaya pelayanan kesehatan :

✖ Upaya promotif✖ Upaya preventif✖ Diagnosa dini dan pengobatan✖ Pencegahan kecacatan✖ Upaya rehabilitatif

• Upaya perawatan• Upaya pelembagaan Lansia

1. Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia

Tindakan Kolaboratif Interdisiplin Ilmu

Prinsip pelayanan kesehatan pada Lansia• Prinsip holistikSeorang penderita lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya (lingkungan psikologik dan sosial ekonomi). WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada Lansia harus meliputi 4 tingkatan penyakit:a. Disease (Penyakit)b. Impairment (kerusakan/gangguan)c. Disability (ketidakmampuan)d. Handicap (hambatan)

Tindakan Kolaboratif Interdisiplin Ilmu

Prinsip tatakerja dan tatalaksana secara TIMTim geriatrik merupakan bentuk kerjasama multidisipliner yang bekerja secara inter-disipliner dalam mencapai tujuan pelayanan geriatrik yang dilaksanakan. Yang dimaksud dengan multidisiplin si sini adalah berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara bersama-sama melakukan penanganan pada penderita lanjut usia. Pada tim multidisiplin, kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep. Sedangkan pada tim interdisiplin, kerjasama meliputi pembuatan dan penyerasian konsep serta penyerasian tindakan.

3.Kolabora

si Skrining Kesehata

n

Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada

LansiaPrinsip holistik

a. Seorang penderita lansia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi lingkungan kejiwaan (psikologik), sosial, dan ekonomi 

b. Vertikal : pemberi pelayanan harus dimulai di masyarakt sampai ke pelayanan rujukan tertinggi yaitu rumah sakit yang mempunyai sub-spesialis geriatri 

c. Horizontal : Pelayanan Kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan lansia secara menyeluruh, lintas sektoral dengan dinas/lembaga terkait dibidang kesejahteraan, misal, agama, pendidikan, kebudayaan dan dinas sosial 

Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada

LansiaPrinsip holistik

d. Harus mencakup aspek preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif 

e. Penanganan berdasarkan penyakit yang mendasari 

f. Hindari komplikasi immobilitas g. Memperlihatkan dan meningkatkan motivasi

dan faktor psikologik h. Berikan dorongan untuk mobilisasi i. Cegah isolasi sosial 

Prinsip Tata Kerja dan Tata Laksana Secara

Tim Pada LansiaPelayanan kesehatan lanjut usia di masyarakat (Community based geriatric service)a. Mendayagunakan dan

mengikutsertakan masyarakat termasuk para lansianya .

b. Puskesmas, dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan tingkat ini 

c. Puskesmas berperan dalam membentuk klub/kelompok lanjut usia.

Prinsip Tata Kerja dan Tata Laksana Secara

Tim Pada LansiaPelayanan kesehatan lansia di masyarakat berbasis rumah sakit (Hospital based community geriatric service)a. Pada layanan tingkat ini, RS bertugas

membina lansia baik langsung atau tidak langsung melalui pembinaan pada puskesmas di wilayah kerjanya “Transfer of Knowledge”berupa lokakarya, simposium, ceramah.

b. Rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat. 

Prinsip Tata Kerja dan Tata Laksana Secara

Tim Pada LansiaLayanan kesehatan lansia berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Geriatric Service) a. RS menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia dari

yang sederhana (poliklinik lansia) sampai pada yang maju ( bangsal akut, klinik siang terpadu “nursing hospital”, bangsal kronis dan atau panti werdha “nursing home”     Tingkatan-tingkatan pelayanan yang diberikan berdasar kemampuan RS dibagi :

b. Tingkat sederhana : hanya menyediakan layanan poliklinik lanjut usia 

c. Tingkat sedang : Layanan diberikan selain poliklinik jg siang terpadu (day hospital)

d. Tingkat lengkap : sama seperti layanan tingkat sederhana ditambah pengadaan bangsal lansia dengan penyakit akut 

e. Tingkat paripurna : diberikan semua jenis layanan yang ada pada tingkat lengkap ditambah dengan bangsal lansia dengan penyakit kronis . 

Skrining Berorientasi Pada

Geriatrik dan Pencegahan Kecacatan

1. Kerusakan Fungsional2. Gangguan Pendengaran 3. Gangguan Penglihatan4. Penyalahgunaan Alkohol5. Merokok6. Jatuh 7. Kerusakan Kognitif8. Depresi 9. Kelainan Tiroid 10.Arahan Tahap Lanjut 11.Pedoman Antisipasi

Terimakasih