kisi2 ujian tht

64
Daftar Pertanyaan Ujian THT RSUD Cianjur TELINGA 1. Pembagian anatomi Telinga (Luar, Tengah, Dalam) A. Lapisan Membrana timpani Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu : 1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga. 2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani. 3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum. B. Tulang pendengaran Terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. a) Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran

Upload: siti-umy-kulsum

Post on 18-Dec-2014

89 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kisi2 Ujian THT

Daftar Pertanyaan Ujian THT

RSUD Cianjur

TELINGA

1. Pembagian anatomi Telinga (Luar, Tengah, Dalam)

A. Lapisan Membrana timpani

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum ( lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum ( lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan

mukosum.

B. Tulang pendengaran

Terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang

ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.

a) Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,

processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus late-

ralis. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum

mallei adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium mallei berjalan ke bawah

dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membran timpani.

Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada pemeriksaan dengan

otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan

dinding anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol

ke lateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membran timpani.

b) Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat

dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah di

belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke

medial dan bersendi dengan caput stapedis. Bayangannya pada membrana tympani

kadang - kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve

menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh

sebuah ligamen.

Page 2: Kisi2 Ujian THT

c) Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis

kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan

merupakan tempat insersio m. stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari

collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir

fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.

2. Batas-batas Telinga

a) Telinga luar

b) Telinga tengah (cavum timpani)

a. Batas Luar : membran timpani

b. Batas Depan : tuba eustachius

c. Batas Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)

d. Batas Belakang: auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis

e. Batas Atas : tegmen timpani (meningen/ otak)

f. Batas Dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar

(round window) & promontorium

A. Telinga dalam

3. Stadium Otitis Media Akut

Otitis media adalah infeksi pada rongga telinga tengah , sering diderita oleh bayi dan anak-

anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri.

Ada 5 stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa

telinga tengah, yaitu :

a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh

retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya

absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya

berwarna keruh pucat atau terjadi efusi. Stadium oklusi tuba Eustachius dari otitis media

Page 3: Kisi2 Ujian THT

supuratif akut (OMA) sulit kita bedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang

disebabkan virus dan alergi.

b. Stadium Hiperemis (Pre Supurasi)

Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani

yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya

sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.

c. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu

edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur.

Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang

telinga luar. Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di

telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak. Stadium

supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur

membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani.

Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan

oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan

nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.

Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil

ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan

keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani

akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan

membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.

d. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah

yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-

kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh

terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

Page 4: Kisi2 Ujian THT

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur

nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap

berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif

subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka

keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).

e. Stadium Resolusi

Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur kembali normal hingga

perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini

berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman

rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering. Apabila

stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik

(OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap

keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis

media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa

mengalami perforasi membran timpani.

Gejala Klinik Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan

umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun

pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan

umur penderita, yaitu :

a) Bayi dan anak kecil. Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur,

tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang

telinga yang sakit.

b) Anak yang sudah bisa bicara. Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh

tinggi, dan riwayat batuk pilek.

Page 5: Kisi2 Ujian THT

c) Anak lebih besar dan orang dewasa. Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran

(rasa penuh dan pendengaran berkurang).

Terapi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Tergantung stadium penyakit, yaitu :

a. Oklusi tuba Eustachius. Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik.

b. Hiperemis (pre supurasi). Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik &

miringotomi.

c. Supurasi. Terapinya : antibiotik & miringotomi.

d. Perforasi. Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga.

e. Resolusi. Terapinya : antibiotik.

Aturan pemberian obat tetes hidung :

Bahan. HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun.

HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang

dewasa.

Tujuan. Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan

negatif dalam telinga tengah akan hilang.

Aturan pemberian obat antibiotik :

a. Stadium oklusi. Berikan bila disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan

virus dan alergi (otitis media serosa).

b. Stadium hiperemis (pre supurasi). Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama

minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin.

Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat

dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran

sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang

terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang

terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.

Page 6: Kisi2 Ujian THT

c. Stadium resolusi. Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi.

Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah.

Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik

selama 3 minggu.

Aturan tindakan miringotomi :

Stadium hiperemis (presupurasi). Bisa dilakukan bila terlihat hiperemis difus.

Stadium supurasi. Lakukan jika membran timpani masih utuh. Keuntungannya yaitu gejala

klinik lebih cepat hilang dan ruptur membran timpani dapat kita hindari.

Aturan pemberian obat cuci telinga :

Bahan. Berikan H2O2 2-3% selama 3-5 hari. Efek. Bersama pemberian antibiotik yang

adekuat, sekret akan hilang dan perforasi membran timpani akan menutup kembali dalam

7-10 hari.

Komplikasi Otitis Media Supuratif Akut (OMA)

Ada 3 komplikasi otitis media supuratif akut (OMA), yaitu :

a. Abses subperiosteal.

b. Meningitis.

c. Abses otak.

Dewasa ini, ketiga komplikasi diatas lebih banyak disebabkan oleh otitis media supuratif

kronik (OMSK) karena maraknya pemberian antibiotik pada pasien otitis media supuratif

akut (OMA).

4. Otitis media supuratif kronik (OMSK)

Page 7: Kisi2 Ujian THT

Definisi : infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret

yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret encer/kental,

bening/bernanah.

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media

supuratif kronik apabila prosesnya sidah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi

kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.

Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan

OMSK tipe maligna

a. OMSK Tipe benigna (Tipe Benigna= tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe

rhinogen)

Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang.

Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan

komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.

Secara klinis terbagi atas:

a) OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani

secara aktif. Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului

oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang

dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai

mukopurulen

b) OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau

kering. Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala

lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga

b. OMSK tipe maligna

Page 8: Kisi2 Ujian THT

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Tipe ini lebih sering

mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Biasanya pada kasus lanjut

didapatan abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga

luar yang berasal dari dalam telinga tengah. Secret yang terbentuk nanah dan khas (aroma

kolesteatom)

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK.

Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi

sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa

membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan

anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.

Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi :

a. Perforasi Sentral kecil b. Perforasi Sentral (Sub Total)

c. Perforasi Atik d. Perforasi Postero Superior/ Marginal

Page 9: Kisi2 Ujian THT

Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

a. Kongenital, terbentuk pada masa embrional dan ditemukan dengan keadaan

membrane timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasa di

cavum timpani, daetah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angel yang sering

ditemukan secara tidak sengaja oleh para ahli.

b. Akustial (didapat) yang terbentuk setelah anak lahir, terbagi atas dua:

• Kolesteatoma akuisital primer

Terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani. Timbul akibat

adanya proses invaginasi dari membrane timpani pars flasida karena adanya tekanan

negative di telinga tengah akibat gangguan tuba eustachius

Kolesteatoma akuisital sekunder

Terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani. Timbul sebagai akibat dari

masuknya epitel kulit dari liang telinga atau pinggir perforasi ke telinga tengah.

Kolesteatoma merupaan media yang baik untuk perkembangan kuman. Kuman

yang paling sering ialah Pseudomonas aerogenosa. Apabila sudah disertai infeksi,

kolesteatoma akan menekan dan mendesak jaringan di sekitarnya serta menimbulkan

nekrosis pada tulang yang diperberat karena disertai reaksi asam oleh bakteri.

Manifestasi klinik :

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe

jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai

reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.

Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai

adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

Page 10: Kisi2 Ujian THT

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang

bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan

merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair

tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya

ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya

didapat tuli konduktif berat.

3. Otalgia (Nyeri Telinga)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter

atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan

tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau

trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi

dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan

tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat

terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin

lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga

akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

Pemeriksaan Radiologi.

Page 11: Kisi2 Ujian THT

1. Proyeksi Schuller

Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna

untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.

2. Proyeksi Mayer atau Owen

Diambil dari arah anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang

pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai

struktur-struktur.

3. Proyeksi Stenver

Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas

memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.

Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat

menunjukan adanya pembesaran

4. Proyeksi Chause III

Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan

dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan

kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus

aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.

influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,

Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.

1. Bakteri spesifik

Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%

menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang

Page 12: Kisi2 Ujian THT

lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa dapat

terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu yang tidak dipateurisasi.

2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.

Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus aureus

dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah

ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan makrolid.

Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid. Stafilokokus

aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin

generasi I dan gentamisin2

PENATALAKSANAAN

Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang,

karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara

lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu adanya perforasi membran timpani

yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, terdapat sumber

infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal, sudah terbentuk jaringan

patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, gizi dan higiene yang kurang.

Tipe Benigna

Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus

menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari.

Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memeberikan obat tetes telinga

yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang

mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan penggunaan obat tetes

telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang

sudah tenang. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama

2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan

untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang

Page 13: Kisi2 Ujian THT

perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,

serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi

berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu

melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Pemberian Antibiotik Topikal

Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa

dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan

obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Mengingat pemberian obat

topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik

yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara

pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji

resistesni.

Bubuk telinga yang digunakan seperti :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Asidum borikum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotik topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang

dikombinasi dengan pembersihan telinga.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :

1. Polimiksin B atau polimiksin E

Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli

Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik

terhadap ginjal dan susunan saraf.

Page 14: Kisi2 Ujian THT

2. Neomisin

Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus,

Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan

telinga.

3. Kloramfenikol

Obat ini bersifat bakterisid

Pemberian Antibiotik Sistemik

Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret

profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan

yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.

Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin

banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan

kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.

Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya

golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah :

- Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin

- P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin

- P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin

- Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida

- E. coli : Ampisilin atau sefalosforin

- S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Page 15: Kisi2 Ujian THT

- Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

- B. fragilis : Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam

nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.

Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan

sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap

pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA

sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.

Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk

metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol)

pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam

selama 2-4 minggu.

OMSK Maligna

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.

Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri

sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran

yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :

a. Mastoidektomi sederhana

Page 16: Kisi2 Ujian THT

Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.

Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.

Tujuannya supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi

pendengaran tidak diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga

mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi

ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien

harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum

timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga

direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.

d. Miringoplasti

Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama

timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya

adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan

perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian

ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.

e. Timpanoplasti

Page 17: Kisi2 Ujian THT

Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK

benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya

adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain

rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang

pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka

dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum

timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak

jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan

12 bulan.

e. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan Benigna dengan

jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta

memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa

meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui

dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan

melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini dilakukan pada OMSK maligna

belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kekambuhan kolesteatom.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau kolesteatom,

sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya

kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi

tersebut atau modifikasinya.

KOMPLIKASI

Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya

yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Tendensi otitis media

Page 18: Kisi2 Ujian THT

mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore.

Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan

menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe

maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang

virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari

OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

A. Komplikasi ditelinga tengah : B. Komplikasi telinga dalam

1. Perforasi persisten membrane timpani 1. Fistel labirin

2. Erosi tulang pendengaran 2. Labirinitis supuratif

3. Paralisis nervus fasial 3. Tuli saraf ( sensorineural)

C. Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

D. Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam

lintasan:

Page 19: Kisi2 Ujian THT

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

2. Menembus selaput otak.

3. Masuk kejaringan otak.

5. Mastoidektomi

a. Indikasi :

b. Cara :

c. Komplikasi :

6. Timpanoplasti

a. Indikasi :

b. Cara :

c. Komplikasi :

7. Miringotomi

a. Indikasi :

b. Cara :

c. Komplikasi :

8. Korpus alienum

Serangga hidup

otalgia, gaduh --> matikan serangga dengan minyak goreng

Benda mati. kecil --> tidak ada gejala. besar --> otalgia, tinitus, tuli konduktif .

Ekstraksi dengan kait halus, forceps, bilas air hangat

9. CERUMEN (dalam keadaan normal):

sekret kelenjar sebasea dan kel. Serumen pd 1/3 luar liang telinga

konsistensi lunak -- padat

Page 20: Kisi2 Ujian THT

Berfungsi proteksi ( Boies)

pH asam

sebagai pelumas (cegah kekeringan / fissura kulit)

efek bakterisidal (lisosim, Ig, pH asam)

CERUMEN OBTURAN

a. PENUMPUKAN CERUMEN dgn akibat :

i. gangguan pendengaran

ii. rasa tertekan / nyeri ( bila kemasukan air )

b. Penanganan :

i. cerumen lunak : kapas lidi atau irigasi air hangat

ii. cerumen padat : forseps telinga, kait

iii. cerumen keras : berikan pelunak cerumen 2-3 hari(waxsol, larutan

karbogliserin 10%)

10. NIHL (Noise Induce Hearing Loss)

a. Definisi : gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang

cukup keras dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disebabkan oleh lingkungan

kerja

b. Etiologi :

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :

1. Intensitas kebisingan

2. Frekwensi kebisingan

3. Lamanya waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia

Page 21: Kisi2 Ujian THT

7. Kelainan di telinga tengah

d. SLM (sound level meter) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat

kebisingan, yang terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa

alat lainnya. 30 – 130 dB dan dari frekwensi 20 – 20.000 Hz

11. OTOTOKSIK : Efek samping obat yang merusak sel-sel sensorik organon corti atau

vestibuler

GEJALA : Penurunan pendengaran, Tinnitus, Kadang-kadang dengan vertigo

OBAT-OBAT OTOTOKSIK

- Gol. Analgetik-antipiretik - Gol. Anti helmentik

- Gol. Anti malaria - Gol. Diuretik

- Gol. AB Aminoglikosida - Bahan-bahan kimia

TERAPI : Hentikan Pemberian Obat

12. Alat bantu dengar

Alat bantu dengar adalah suatu perangkat elektronik yang berguna untuk memperkeras

(amplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si pemakai dapat mendengar

dengan jelas suara yang ada disekitarnya.

Pada dasarnya Alat bantu dengar terdiri dari 4 komponen utama yaitu:

1. Mikrofon : berperan menerima suara dari luar dan mengubah suara menjadi energy listrik

kemudian meneruskannya ke amplifier

2. Amplifier : berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energy listrik yang

selanjutnya mengirimnya ke recerveir

3. Receiver : mengubah energy listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi energy bunyi

kembali dan meneruskan ke liang telinga

Page 22: Kisi2 Ujian THT

4. Batere : sebagai sumber energy

Alat Bantu Dengar terdiri dari 6 jenis yaitu :

1. Pocket Aid

ABD jenis ini digunakan ada gangguan pendengaran sedang, berat sampai sangat berat.

Alat ini terdiri dari mikrofon , amplifier, sirkuit yang telah di modifikasi dan tempat

baterai dengan sebuah kotak yang dapat dijepitkan di baju emakai atau dimasukan ke

dalam saku atau kantong khusus. Sebuah kabel akan membawa sinyal elektrik ke receiver

yang diarahkan pada sepasang cetakan telinga pemakai.

Kekurangan alat bantu dengar jenis pocket ini jika dipakai oleh bayi, receiver ini

bentuknya lebih besar dibanding ukuran telinga bayi sehingga bisa menyebabkan iritasi

atau luka pada daun telinga.

2. Behind the Ear (BTE)

Page 23: Kisi2 Ujian THT

ABD yang dipasang pada bagian belakang telinga dan dihubungkan ke earmould yang

dipasang tepat di telinga luar.

Kelebihan :

a) Model lebih banyak dan beragam serta harga dimulai dari yang terjangkau hingga

yang termahal

b) Mudah mengoperasikan untuk segala jenis usia dan berbagai tingkat gangguan

pendengaran

c) Memiliki earbuds yang dapat diganti sesuai dengan ukuran liang telinga.

Kekurangan :

a) Rentan terkena air keringat apabila banyak melakukan aktivitas sedang hingga

berat

b) Terdapat adanya noise atau distorsi bika mencoba menelpon dengan teleon seluler

akibat sinyal.

3. In the Ear

ABD model dalam telinga, dapat digunakan untuk penderita gangguan pendengaraan

kategori ringan sampai sedang.

Kelebihan :

Page 24: Kisi2 Ujian THT

a) Ukuran relatif kecil

b) Menggunakan cetakan akrilik untuk menentukan bentuk liang telinga luar

sehingga bisa melakukan pengepasan ukuran telinga

Kekurangan :

a) Harga sedikit lebih mahal

b) Tidak cocok diakai untuk anak-anak

c) Rentan jatuh jika dipakai berkegiatan yang melakukan gerakan aktif

4. In the Canal

ABD bentuk kanal ini terdiri dari dua jenis yaitu ITC dan ICC. Alat bantu dengar jenis

ITC bentuk dan ukuranya dapat disesuaikan dengan penggunanya. Berukuran relatif

kecil. Sedangkan ICC, alat ini terletak di dalam saluran telinga.

Kelebihan :

a) Model lebih menarik karena ukuranya yang kecil dan sangta fungsional

dibandingkan model BTE

b) Hampir tidak terlihat, karena berada di mulut lubang telinga dan serua warna kulit

c) Model ini dapat mendengarkan suara-suara alami dan cukup jernih dibanding

BTE

Kekurangan :

Page 25: Kisi2 Ujian THT

a) Semakin besar anak akan semakin longgar karena lubang telinga mengalami

pertumbuhan ukuran

b) Memiliki baterai yang kecil

c) Berisiko tinggi kerusakan akibat kotoran telinga yang menumpuk dan kelembaban

di liang telinga

5. Completely in the Canal (CIC)

Jenis ABD ini berukuran lebih kecil yang diletakkan agak ke dalam liang telinga. Dapat

digunakan untuk penderita kategori ringan sampai sedang.

Kelebihan :

a) Model ini lebih kecil dariada model ITE atu ITC

b) Kemampuan menyaring suara lebih alami karena dekat dengan gendang telinga

Kekurangan :

a) Harga lebih mahal diabnding ketiga model diatas

b) Tidak direkomendasikan untuk anak – anak

c) Adanya gangguan umpan balik terhadap kualitas suara karena mikrofon dan

gendang telinga sangat dekat berupa suara noise sehingga kesulitan untuk

mendengarkan sekitar dengan jelas

6. Middle Ear Implant / Implan Koklea

Page 26: Kisi2 Ujian THT

Merupakan perangkat elektronik yang mempunyaikemampuan menggantikan fungsi

koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi pada pasien tuli

berat dan total bilateral.

Indikasi pemasangan implant koklea adalah keadaan tuli berat bilateral atau tuli total

bilateral (anak maupun dewasa) yang tidak atau sedikit manfaat dengan alat bantu

konvensional, usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak ada kontraindikasi medis dan calon

pengguna mempunyai perkembangan kognitif yang baik.

Kontraindikasi pemasangan implant koklea antara lain tuli akibat kelainan pada jalur

saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, koklea tidak berkembang.

Perangkat implant koklea terdiri dari :

1. Komponen luar : mikrofon, speech processor, kabel penghubung mikrofon dengan

speech processor, transmitter.

2. Komponen dalam : receiver, multi chanel electrode

Cara kerja implant koklea

Implus saraf ditangkap oleh mikrofon dan diteruskan menuju speech processor melalui

kabel penghubung. Speech processor akan melakukan seleksi infoemasi suara yang

sesuai danmengubahnya menjadi kode suara yang akan disampaikan ke transmitter. Kode

suara yang akan dipancarkan menembus kulit menuju receiver atau stimulator. Pada

bagian ini kode suara akan diubah menjadi sinyal listrik dan akan dikirim menuju

elektroda – elektroda yang sesuai di dalam koklea sehingga menimbulkan stimulasi

serabut – serabut saraf. Pada speech processor terdapat sirkuit listrik khusus yang

berfungsi meredam bising lingkungan.

Persiapan implantasi koklea

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari implantasi koklea perlu dilakukan persiapan

yang matang mencakup konsultasi denga orang tuauntuk memperoleh informasi tentang

riwayat penyakit anak serta harapan orang tua terhadap implantasi koklea. Pemeriksaan

Page 27: Kisi2 Ujian THT

fisik meliputi pemriksaan THT, radiologic (CT-Scan untuk melihat keadaan koklea),

laboratorium darah. Tes pendengaran yang harus dilakukan antara lain Behavior

observasional audiometric (BOA), timpanometri, OAE, BERA dan ASSR (auditory

steady state respon) bila diperlukan serta audiometric nada murni untuk anak yang lebih

besar dan koperatif. Tes kemampuan wicara dan berbahasa perlu dinilai sebelum

menggunakan ABD. Sebelum operasi dianjurkan untuk menggunakan ABD selama 8 -10

minggu bersamaan dengan terapi audio verbal untuk menilai manfaatnya. Tes psikologi

dilakukan untuk menilai kemampuan anak untuk belajar setelah dilakukan implantasi

koklea.

Program rehabilitasi pasca bedah

Switch on yaitu pengaktifan alat, dilakukan 2 – 4 minggu pasca bedah. Pemeriksaan CT-

Scan pasaca bedah untuk menilai keadaan elektroda yang telah terpasang di dalam

koklea. Pada anak yang tidak kooperatif data awal dapat diperoleh dengan melakukan

NRT(neural respon telemetry) terlebih dahulu kemudian menerapkan C (comfortable)

level yaitu suara keras yang dapa ditoleransi tanpa menimbulkan rasa sakit dan T

(threshold) level suara terkecil yang dideteksi. Yang dimaksud dengan pemetaan

(mapping) adalah proses untuk menetapkan dan mengatur sejumlah aliran listrik yang

disampaikan ke koklea.

Program yang dibuat disimpan pada speech processor dan jumlahnya tergantung pada

jenis implant yang digunakan dan berbeda untuk tiap orang. Selajutnya anak mengikuti

program audio verbal secara teratur disertai pemetaan berkala.

Keberhasilan implantasi koklea ditentukan dengan menilai kemampuan mendengar,

pertambahan kosa kata dan pemahaman bahasa.

Page 28: Kisi2 Ujian THT

Jenis ABD fully implantable atau middle ear implant adalah alat bantu dengar

yang sama sekali tidak terlihat, mengubah bunyi menjadi gerak mekanik yang langsung

menstimulasi tulang – tulang pendengaran dengan kualitas bunyi yang sangat baik dan

digunakan khusus dewasa. Alat bantu dengar ini terdiri dari tiga komponen, yaitu

prosesor audio eksternal yang mengirim sinyal elektrik dan sebuag transducer yang

dipasang di tulang pendengaran. Keuntungan alat bantu dengar jenis ini adalah

meningkatkan kejelasan suara, mengurangi feedback, dan mengeliminasi adanya efek

oklusi.

13. Gangguan pendnegaran

Pembagian gangguan pendengaran berdasarakan tingkatan beratnya gangguan pendengaran.

1. Tuli Konduktif

Disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membran timpani atau

telinga tengah. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60 Db karena dihantarkan

menuju koklea melalui tulang (hantaran melalui tulang) bila intensitasnya tinggi. Penyebab

tersering jenis ini adalah Otitids media sekretorik. Kedua kelainan tersebut jarang

menyebabkan kelainan gangguan pendengaran melebihi 40 db.

2. Tuli Sensorineural

Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak

sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel

rambut di koklea, maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami degenerasi transneural.

Bila sel ganglion rusak, makan nervus VIII akan mengalami degenerasi Wallerian.

Page 29: Kisi2 Ujian THT

Penyebabnya antara lain adalah : kelainan bawaan, genetik, penyakit/ kelainan pada saat

dalam kandungan, proses kelahiran, obat ototoksik, infeksi virus, radang selaput otak, kadar

bilirubin yang tinggi. Penyebab utama gangguan pendengaran ini disebabkan oleh genetik

atau infeksi, sedangkan penyakit lebih jarang.

3. Tuli Campuran

Bila gangguan pendengaran atau tuli konduktif dan sensorineural terjadi bersamaan.

Faktor Penyebab

1) Faktor Genetik

Gangguan pendengaran karena faktor genetik pada umumnya berupa gangguan

pendengaran bilateral tetapi dapat pula asimetrik dan mungkin bersifat statis maupun

progresif, kelainan dapat bersifat dominan, resesif, berhubungan dengan kromosom X

(Contoh : Hunter’s Syndrome, Alport Syndrome, Norrie disease) kelainan mitokondria

(Keane’s Sayre syndrome), atau merupakan suatu malformasi ada satu atau beberapa organ

telinga (stenosis atau atresia kanal telinga eksternal sering dihubungkan dengan malformasi

pinna dan rantai osikuler yang menimbulkan tuli konduktif.

2) Faktor Didapat

a) Infeksi

Rubela kogenital, Cytomegalovirus, Toxoplsamosis, Herpes Simpleks, Meningitis Bakteri,

Otitis Media Supuratif Kronik , Mastoiditis, Kolesteatoma, Endolabirinitis, Kogenital Sifilis.

b) Neonatal hiperbillirubinemia

c) Masalah perinatal

Prematuritsa, anoksia berat, hiperbillirubinemia, obat ototoksik.

d) Obat Ototoksik

Page 30: Kisi2 Ujian THT

Golongan Antibiotik : Erythromycin, Gentamicin, Streptomycin, Netilmicin, Amikasin,

Neomycin, Kanamycin, Vancomycin.

Golongan Diuretika : Furosemide.

e) Trauma

Fraktur tulang temporal , perdarahan pada telinga tengah atau koklea, dislokasi osikular,

trauma suara.

f) Neoplasma

Bilateral acoustic neurioma (neurofibromatosis 2) cerebellopalatine tumor, tumor telinga

tengah .

18. KELAINAN CONGENITAL

– Preaurikular fistel

– Accessory auricle

– Kelainan ukuran / posisi anotia, microtia, macrotia, loop ear(bat ear)

– syndroma kongenital Treacher Collin syndr

14. Audiomteri

Audiometri adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengetahui level pendengaran

seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat

Page 31: Kisi2 Ujian THT

ketajaman pendengaran seseorang dapat dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi

seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yang akan

bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendengaran.

Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya instrumen

diagnostik yang paling penting. Uji audiometri ada dua macam: (1) audiometri nada-

murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik (semakin keras nada

sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan pendengarannya), dan

(2) audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan

kemampuan mendengar dan membedakan suara.

Frekuensi

Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per

detik siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara

dengan kisaran frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling

penting untuk memahami percakapan sehari-hari yang dikenal sebagai kisaran wicara.

Nada adalah istilah untuk menggambarkan frekuensi; nada dengan frekwensi 100

Hz dianggap sebagai nada rendah, dan nada 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi.

Unit untuk mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang

ditimbulkan oleh suara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan

fungsi logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.

Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh intensitas suara yang

biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15 dB;

per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB. Suara

yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara yang terdengar

tidak nyaman dapat merusak telinga dalam Timpanogram atau audiometri impedans,

menggunakan refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana

timpani, dengan mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup

Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah

potensial elektris yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur

Page 32: Kisi2 Ujian THT

auditori asendens batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda

objektif untuk mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali tidak

diperlukan seperti pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan

stimuli akustik, biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran

elektrofisiologis yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat

didengarkan pasien dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada

nervus kranialis VIII. Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial

elektrofisologis koklea dan nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio

yang dihasilkan digunakan untuk membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan

cairan telinga dalam seperti penyakit Meniere dan fistula perilimfe.

Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan elektroda sedekat mungkin dengan

koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di dekat membrana timpani atau melalui

elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui mambrana timpani dekat membran

jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien diminta unluk tidak memakai diuretika

selama 48 jam sebelum uji dilakukan sehingga keseimbangan cairan di dalam telinga

tidak berubah.

a. Audiometri nada murni

Suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan

bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan

dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui

telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya.

Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan

hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan kurva

hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat

mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-

rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun

merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada murni.

Page 33: Kisi2 Ujian THT

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekuensi 20-20.000

Hz. Frekuensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan

sehari-hari.

Kehilangan (Desibel) Klasifikasi

0-15 Pendengaran normal

>15-25 Kehilangan pendengaran kecil

>25-40 Kehilangan pendengaran ringan

>40-55 Kehilangan pendengaran sedang

>55-70 Kehilangan pendengaran sedang sampai berat

>70-90 Kehilangan pendengaran berat

>90 Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus

nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa

pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara

dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila

terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran

oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

15. Vertigo

Vertigo adalah perasaan berputar. Dalam bahasa Indonesia pusing yang sangat membingungkan,

sebab terlalu luas pemakaiannya. Berdasarkan kejaian, vertigo ada beberapa macam :

a. Vertigo spontan : vertigo timbul tanpa pemberi rangsangan. Rangsangan timbul dari

penyakitnya sendiri, misalnya penyakit meniere oleh sebab takanan endolimfa yang

meninggi

b. Vertigo posisi : timbul disebabkan perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena

perangsangan kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau karena kelainan servikal. Debris

adalah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis

c. Vertigo kalori : pada pemeriksaan kalori.

Page 34: Kisi2 Ujian THT

Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara tanpa adanya

rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di

dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau

berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi.

Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral.

Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif dan tinitus

subjektif.

a. Tinitus Objektif

Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan

auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi

vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.

Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya

berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan

malformasi arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat

dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan

karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten

juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga

tengah.

b. Tinitus Subjektif

Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja.

Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses

iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat

pendengaran.

Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat

mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang

yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.

Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa, tinitus dapat dibagi

menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.

a. Tinitus Pulsatil

Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan suara denyut jantung. Tinitus

pulsatil jarang dimukan dalam praktek sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya

Page 35: Kisi2 Ujian THT

kelainan dari vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan dengan sebagai

bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung. Sedangkan tinitus

nonvaskular digambarkan sebagai bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam

telinga. Pada kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya menggunakan

stetoskop.

b. Tinitus Nonpulsatil

Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang dapat didengar oleh

pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering, berdenging, berdengung, berdesis, suara

jangkrik, dan terkadang pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.

Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan biasanya paling menganggu

di malam hari sewaktu pasien tidur, selama siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan

aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.

Etiologi

Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam. Terutama

kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat

somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-obatan,

dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.

1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang

a. Trauma kepala dan Leher

Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan mengalami tinitus

yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum

terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.

b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)

Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal dari artritis sendi

temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat.

Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak

diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis

Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang menghubungkan antara

telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang

dapat menyebabkan kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII,

Page 36: Kisi2 Ujian THT

tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal

juga dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya

kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vaskular

Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar bunyi yang

simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan

tinitus diantaranya:

a. Atherosklerosis

Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit lemak lainnya,

pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini

mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi

sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.

b. Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada pembuluh darah

koklea terminal.

c. Malformasi kapiler

Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi arteri dan vena

dapat menimbulkan tinitus.

d. Tumor pembuluh darah

Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat menyebabkan

tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu

tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan

gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolik

Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan hipertiroid dan anemia

(keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi

turbulensi. Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan

tinitus pulsatil.

Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12,

begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

Page 37: Kisi2 Ujian THT

5. Tinitus akibat kelainan neurologis

Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis adalah proses

inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis

dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang

terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif,

gangguan keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.

6. Tinitus akibat kelainan psikogenik

Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat sementara. Tinitus

akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan

psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan

Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan yang bersifat

ototoksik. Diantaranya :

a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya

b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol, tetrasiklin, minosiklin.

c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine, methotrexate,

vinkristin

d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide

e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik

Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada tuba eustachius

yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi

tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum

juga akan menimbulkan tinitus.

9. Tinitus akibat gangguan konduksi

Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem), serumen impaksi,

efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya

bersifat suara dengan nada rendah.

Tinitus akibat sebab lainnya

a. Tuli akibat bising

Page 38: Kisi2 Ujian THT

Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga.

Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor

pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk

reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat

korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.

b. Presbikusis

Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris kanan dan kiri,

presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari

proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,

metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya

fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat

pada laki-laki disbanding perempuan.

c. Sindrom Meniere

Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural. Etiologi dari penyakit

ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena

gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin1,4,5,6

Diagnosis

Untuk mendiagnosis pasien dengan tinitus, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang baik.

a. Anamnesis

Page 39: Kisi2 Ujian THT

Anamnesis adalah hal yang sangat membantu dalam penegakan diagnosis tinitus. Dalam

anamnesis banyak sekali hal yang perlu ditanyakan, diantaranya:

- Kualitas dan kuantitas tinitus

- Lokasi, apakah terjadi di satu telinga ataupun di kedua telinga

- Sifat bunyi yang di dengar, apakah mendenging, mendengung, menderu, ataupun mendesis dan

bunyi lainnya

- Apakah bunyi yang di dengar semakin mengganggu di siang atau malam hari

- Gejala-gejala lain yang menyertai seperti vertigo dan gangguan pendengaran serta gangguan

neurologik lainnya.

- Lama serangan tinitus berlangsung, bila berlangsung hanya dalam satu menit dan setelah itu

hilang, maka ini bukan suatu keadaan yang patologik, tetapi jika tinitus berlangsung selama 5

menit, serangan ini bias dianggap patologik.

- Riwayat medikasi sebelumnya yang berhubungan dengan obat-obatan dengan sifat ototoksik

- Kebiasaan sehari-hari terutama merokok dan meminum kopi

- Riwayat cedera kepala, pajanan bising, trauma akustik

- Riwayat infeksi telinga dan operasi telinga

Umur dan jenis kelamin juga dapat memberikan kejelasan dalam mendiagnosis pasien dengan

tinitus. Tinitus karena kelainan vaskuler sering terjadi pada wanita muda, sedangkan pasien

dengan myoklonus palatal sering terjadi pada usia muda yang dihubungkan dengan kelainan

neurologi.

Pada tinitus subjektif unilateral perlu dicurigai adanya kemungkinan neuroma akustik atau

trauma kepala, sedangkan bilateral kemungkinan intoksikasi obat, presbikusis, trauma bising dan

penyakit sistemik. Jika pasien susah untuk mendeskripsikan apakah tinitus berasal dari telinga

kanan atau telinga kiri, hanya mengatakan di tengah kepala, kemungkinan besar terjadi kelainan

patologis di saraf pusat, misalnya serebrovaskuler, siringomelia dan sklerosis multipel.

Kelainan patologis pada putaran basal koklea, saraf pendengar perifer dan sentral pada

umumnya bernada tinggi (mendenging). Tinitus yang bernada rendah seperti gemuruh ombak

adalah ciri khas penyakit telinga koklear (hidrop endolimfatikus).1

b. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang

Page 40: Kisi2 Ujian THT

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram berikut:

ear exam-->(audible sounds)-+-->sync w/respiration-->patent eustachian | | tube | | | | | | | +-->sync w/pulse-->aneurysm, vascular tumor, v | vascular malformation,(no audible sounds) | venous hum | | | | | | | +-->continuous-->venous hum, acoustic | emissions | | vneurological exam-->(normal)-->audiogram | | | | | +-->normal-->idiopathic tinnitus | | | | | +-->conductive hearing loss v | |(brain stem signs) | v | | impacted cerumen, chronic | | otitis, otosclerosis | | v |multiple sclerosis, +-->sensorineural hearing losstumor, ischemic |infarction v BAER Test | v +---------+--------------+ | | | | v v abnormal (neural) normal cochlear | | | | | | v v acoustic neuroma noise damage other tumors ototoxic drugs vascular compression labyrinthitis Meniere's Disease perilymph fistula presbycusissumber : http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.htm

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi dengan

menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

Page 41: Kisi2 Ujian THT

menentukan apakah tinitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus

juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari

suara tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan besar

tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut

nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus timbul karena aneurisma, tumor

vaskular, vascular malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua,

maka kemungkinan tinitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.

Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa saat

auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya dapat beragam,

di antaranya:

- Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.

- Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun otitis kronik.

- Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem Evoked Response

Audiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin

disebabkan karena terpajan bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula

perilimfe atau presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena

neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.

Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka perlu

dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan pemeriksaan tersebut,

pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa

multipel sklerosis, infark dan tumor.7

Penatalaksanaan

Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenomena

psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab tinitus agar dapat

diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi cukup hanya dengan ekstraksi

serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi pemeriksa adalah penyebab tinitus yang

terkadang sukar diketahui.

Ada banyak pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinitus

subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :

Page 42: Kisi2 Ujian THT

1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan intensitas suara yang

lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinitus masker.

2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa

penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan relaksasi setiap hari.

3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk

meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer, antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, dan

mineral.

4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh akustik neuroma.

Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras terdengar dapat dilakukan Cochlear nerve

section. Menurut literatur, dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada

pasien. Keberhasilan tindakan ini sekitar 50%. Cochlear nerve section merupakan tindakan yang

paling terakhir yang dapat dilakukan.

Pasien tinitus sering sekali tidak diketahui penyebabnya, jika tidak tahu penyebabnya,

pemberian antidepresan dan antiansietas sangat membantu mengurangi tinitus. Hal ini

dikemukakan oleh Dobie RA, 1999. Obat-obatan yang biasa dipakai diantaranya Lorazepam atau

klonazepam yang dipakai dalam dosis rendah, obat ini merupakan obat golongan benzodiazepine

yang biasanya digunakan sebagai pengobatan gangguan kecemasan. Obat lainnya adalah

amitriptyline atau nortriptyline yang digunakan dalam dosis rendah juga, obat ini adalah

golongan antidepresan trisiklik.4

Pasien yang menderita gangguan ini perlu diberikan penjelasan yang baik, sehingga rasa takut

tidak memperberat keluhan tersebut. Obat penenang atau obat tidur dapat diberikan saat

menjelang tidur pada pasien yang tidurnya sangat terganggu oleh tinitus itu. Kepada pasien harus

dijelaskan bahwa gangguan itu sukar diobati dan dianjurkan agar beradaptasi dengan gangguan

tersebut.

Penatalaksanaan terkini yang dikemukakan oleh Jastreboff, berdasar pada model

neurofisiologinya adalah kombinasi konseling terpimpin, terapi akustik dan medikamentosa bila

diperlukan. Metode ini disebut dengan Tinnitus Retraining Therapy. Tujuan dari terapi ini adalah

memicu dan menjaga reaksi habituasi dan persepsi tinitus dan atau suara lingkungan yang

mengganggu. Habituasi diperoleh sebagai hasil modifikasi hubungan system auditorik ke sistem

limbik dan system saraf otonom. TRT walau tidak dapat menghilangkan tinitus dengan

Page 43: Kisi2 Ujian THT

sempurna, tetapi dapat memberikan perbaikan yang bermakna berupa penurunan toleransi

terhadap suara.

TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinitus tidak dapat dikurangi atau dihilangkan.

TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga keluhan telinga berdenging

tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan mendengar suara radio FM yang sedang tidak

siaran, terutama pada saat tidur. Bila tinitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat

diberikan alat bantu dengar yang disertai dengan masking.8

TRT dimulai dengan anamnesis awal untuk mengidentifikasi masalah dan keluhan pasien.

Menentukan pengaruh tinitus dan penurunan toleransi terhadap suara sekitarnya, mengevakuasi

kondisi emosional pasien, mendapatkan informasi untuk memberikan konseling yang tepat dan

membuat data dasar yang akan digunakan untuk evaluasi terapi. 1,4

Terapi edukasi juga dapat kita berikan ke pasien. Diantaranya:

- Hindari suara keras yang dapat memperberat tinitus.

- Kurangi makanan bergaram dan berlemak karena dapat meningkatkan tekanan darah yang

merupakan salah satu penyebab tinitus.

- Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinitus seperti kafein dan nikotin

- Hindari obat-obatan yang bersifat ototoksik

- Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan

Page 44: Kisi2 Ujian THT

Berdasarkan Chicago Dizziness and Hearing Association dengan versi yang telah diperbaharui

pada tanggal 26 oktober 2008, berikut diagram penatalaksaan tinitus:

Anxious,depressed

Tinnitus Management Flow SheetChicago Dizziness and Hearing, Version Oct 26, 2008

Sumber : http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf

Tinnitus (noise in ear)

Had diagnostic workup?

InterviewAudiogram,Tinnitus matching,OAEABRECOGMRI if unilateral

Anxious, depressed, sleepless?

Patient wishes to tryMedication, TRT, devicesEar meds

Betahistine Dyazide

Anxiolytics (Klonazepam, Aplrazolam)Antidepressants(Effexor, Nortriptyline, Paxil)Sedatives (Lunesta, Klonazepam,Trazedone)

Devices:Masking (household noises, TinnitusCD’s)Hearing aidMaskerConditioning device (Neuromonics,similar)

AnticonvulsantNeurontin,Topamax,Oxcarbamazine

Vasoactive

Niacin 50 bidPavabid 150 BIDPersantine 25 TIDTrental 400 TID

SteroidMedrol dose pack

AlternativeGinkgoAcupunctureLipoflavenoids

Schedule for TRT

Psychologicalmanagement

Hypnosis,Biofeedback

Electrical stimulatorsNot appropriate for everyone

Neuroprobe 500Ultrasonic(Ultraquiet,Hisonic)

Surgery (last resort)

Cochlear nerve sectionLabyrinthectomyElectrical stimulator implant

Page 45: Kisi2 Ujian THT