kisah hamba allah (“khidhir”) dalam surah al...

43
KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL-KAHFI MENURUT PANDANGAN MUFASSIRIN (Kajian Tafsir Tahlili) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh: ILYAS BUSTAMILUDIN NIM: 204410187 STUDI „ULUM AL-QUR‟AN DAN „ULUM AL-HADITS PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) JAKARTA 1436 H / 2015 M

Upload: others

Post on 22-Jun-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”)

DALAM SURAH AL-KAHFI

MENURUT PANDANGAN MUFASSIRIN (Kajian Tafsir Tahlili)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

ILYAS BUSTAMILUDIN

NIM: 204410187

STUDI „ULUM AL-QUR‟AN DAN „ULUM AL-HADITS

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

i

KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”)

DALAM SURAH AL-KAHFI

MENURUT PANDANGAN MUFASSIRIN (Kajian Tafsir Tahlili)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

ILYAS BUSTAMILUDIN

NIM: 204410187

Pembimbing :

Prof. DR. H. Artani Hasbi, MA

DR. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA

KONSENTRASI „ULUMUL QUR‟AN DAN „ULUMUL HADITS

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR‟AN (IIQ) JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 3: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Kisah Hamba Allah (“Khidhir ”) Dalam Surah Al-Kahfi

Menurut Pandangan Mufassirin” yang disusun oleh Ilyas Bustamiludin

dengan Nomor Induk Mahasiswa 204410187 telah melalui proses bimbingan

dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah

untuk diujikan di sidang munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. DR. H. Artani Hasbi, MA DR. KH. Abdul Muhaimin Zen, M. A

Tanggal: 08 Juli 20015 Tanggal: 08 Juli 2015

Page 4: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis yang berjudul: “KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”)

DALAM SURAH AL-KAHFI MENURUT PANDANGAN

MUFASSIRIN” ditulis oleh Ilyas Bustamiludin, Nomor Pokok Mahasiswa:

204410187 telah diujikan pada hari Senin, 08 Juli 2015 dan dinyatakan

LULUS.

Tesis ini telah disahkan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

Magister Agama (MA) pada Program Pascasarjana Magister Studi Agama

Islam Konsentrasi: „Ulum Al-Qur‟an Dan „Ulum Al-Hadits Institut Ilmu Al-

Qur‟an Jakarta.

Direktur Program,

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Panitia Ujian

Keterangan Tanda Tangan Tanggal

DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra,

MA

Ketua

MA

Sekretaris

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA

Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra,

MA.

Penguji II

Prof. Dr. H. Artani Hasbi, MA

Pembimbing I

Dr. KH. Ahmad Muhaimin Zen, M. A

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

___________

Page 5: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

iv

Pembimbing II

Page 6: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ilyas Bustamiludin

Tempat, Tgl. Lahir : Bekasi, 03 Juli 1969

NIM : 204410187

Menyatakan bahwa seluruh isi tesis ini adalah murni hasil karya

penulis, kecuali bagian-bagian tertentu yang penulis kutip dari sumbernya.

Jika terbukti ditemukan plagiasi dalam tulisan ini, maka penulis siap

mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Ilmu

Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2015

Ilyas Bustamiludin

Page 7: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

vi

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al

Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada hamba-Nya, Muhammad

SAW sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

Demikian pula kepada para sahabat dan keluarganya, serta orang-orang yang

mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya sampai hari pembalasan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA selaku Rektor IIQ

Jakarta.

2. Bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. Selaku Direktur

Programa Pascasarjana IIQ Jakarta

3. Bapak Prof. DR. H. Artani Hasbi, MA. Sebagai Pembimbing I yang

selalu memmberikan arahan dengan sabar.

4. Bapak DR. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA selaku Pembimbing II

yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

5. Terima kasih kepada segenap Dosen program Pascasarjana IIQ

Jakarta, yang selama ini penulis menimba ilmu dan memberikan ilmu

pengetahuan dengan ikhlas. Seluruh staf program pascasarjana IIQ

Jakarta dan segenap karyawan yang senantiasa mengingatkan dan

memotivasi penulis sehingga terselesainya penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang serta

pertolongan dan membalas mereka dengan pahala yang mulia. Aamiin.

Page 8: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

vii

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan serta

kelemahan, namun dengan kerendahan hati penulis berharap agar tulisan ini

bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sumbangan bagi khazanah

ilmu pengetahuan.

Jakarta: 13 Mei 2015 M

24 Rajab 1436 H

Penulis

Page 9: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i

Persetujuan Pembimbing ........................................................................... ii

Lembar Pengesahan .................................................................................. iii

Pernyataan Bebas Plagiasi ....................................................................... iv

Persembahan .............................................................................................. v

Kata Pengantar ......................................................................................... vi

Daftar Isi ................................................................................................... vii

Pedoman Transliterasi .............................................................................. ix

Abstraksi ................................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Permasalahan ................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................... 10

D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 11

E. Metodologi Penelitian ..................................................... 13

F. Sistematika Pembahasan ................................................. 17

BAB II : KONSEP KISAH DALAM AL-QUR‟AN A. Pengertian Kisah ............................................................. 19

B. Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur‟an ........................ 20

C. Tujuan Kisah Dalam Al-Qur‟an ...................................... 22

D. Faidah Kisah Qur‟any...................................................

E. Obyek Kisah Al-Qur‟an .................................................. 34

F. Sikap Para Cendikiawan Terhadap Kisah Al-Qur‟an....

G. Pengaruh Kisah Dalam Pendidikan Dan Pengajaran ...... 78

BAB III : SURAH AL-KAHFI DAN ISI KANDUNGANNYA

A. Profil Surah Al-Kahfi ...................................................... 83

B. Isi Kandungan Surah Al-Kahfi ........................................ 95

C. Tema-tema Dalam Surah Al-Kahfi ................................. 148

BAB IV : KISAH KHIDHIR DAN HIKMAHNYA

A. Mengenal Sosok Khidhir ................................................. 157

B. Pandangan Ulama Tentang Keabadian Khidhir............

C. Pertemuan Khidhir Dengan Musa AS ............................. 169

D. Hal-hal Aneh Yang Terjadi Dalam Kisah Khidhir .......... 179

E. Hal-hal Yang Tidak Disebutkan Dalam Kisah Ini .......... 190

F. Hikmah Dari Kisah Khidhir ............................................ 197

G. Ta‟wil Dalam Kisah Khidhir ........................................... 219

H. „Ibrah Dari Kisah Khidhir ............................................... 224

Page 10: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

ix

BAB VI : PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 231

B. Saran-saran ...................................................................... 232

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

: a : th

: b : zh

: t : „

: ts : gh

: j : f

: h : q

: kh : k

: d : l

: dz : m

: r : n

: z : w

: s : h

: sy : „

: sh : y

: dh

2. Vocal

Vocal Tunggal Vocal Panjang Vocal Rangkap

Page 11: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

x

Fathah : a أ : â ....ي : ai

Kasrah : i ي : î ....و : au

Dhammah : u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyi-bunyian, yaitu huruf L (el) diganti dengan huruf

yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Contoh:

al-Madînah : المدينت al-Baqarah : البقرة

b. Kata sandang yang diikuti oleh al-Syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Syamsiah ditransliterasi dan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya.

Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-Rajulu : الرجل

Page 12: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

xi

ABSTRAK

Judul : Kisah Hamba Allah (“Khidhir”) Dalam Surah Al-Kahfi

Menurut Pandangan Mufassirin (Kajian Tafsir Tahlili)

Penulis : Ilyas Bustamiludin

NIM : 204410187

Jurusan : Ulumul Qur‟an Dan Ulmul Hadits

Ada 3 (tiga) pokok kandungan Al-Qur‟an, yaitu Aqidah, Syari‟ah dan

Akhlaq. Kisah, adalah salah satu yang memperkuat ketiga pokok tersebut.

Oleh karenanya, kisah Al-Qur‟an berbeda dengan kisah lainnya, karena kisah

Al-Qur‟an bersumber dari Yang Maha Tahu yang dipastikan ke-shahih-annya

sehingga, Al-Qur‟an menyatakannya sebagai Ahsanal Qashash. Sebuah kisah

dianggap baik bukan karena ia berpanjang lebar dalam rincian kisah,

memperbanyak penyebutan peristiwa-peristiwa, menentukan nama-nama

dan tempat-tempat sebuah peristiwa terjadi secara kronologis. Namun, kisah

dianggap baik apabila kisah itu bersifat benar, jujur dan tepat. Pembahasan

sentral tesis ini tentang kisah Khidhir yang dimuat dalam surah Al-Kahfi

mulai ayat 60 – 82.

Analisa penulis tentang Khidhir bahwa banyaknya dari kaum muslimin

yang berkeyakinan bahwa Khidhir masih hidup. Kemudian banyaknya

pemahaman bahwa seseorang yang dianugerahi Ilmu Laduni dibolehkan

mengerjakan yang bertentangan dengan ketentuan syari‟at. Serta banyaknya

anggapan bahwa derajat kewalian di atas derajat kenabian. Sehingga, banyak

kaum muslimin yang mengaku bertemu dengan nabi Khidhir. Tesis ini

termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis berupa teks dan

naskah Al-Qur‟an dan Hadits yang berkaitan dengan Khidhir AS. Dalam

pembahasan, penulis menggunakan metode induksi yaitu kesimpulan terlebih

dahulu kemudian diuraikan agar lebih jelas. Adapun metodologi tafsir yang

penulis gunakan adalah Tafsir Tahlili.

Metodologi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa Khidhir adalah

salah seorang hamba Allah yang shalih karena dianugerahi rahmat dan ilmu

dari sisi-Nya. Rahmat Allah tersebut berupa ketaatan dan umur panjang.

Sedang ilmu berupa pengetahuan tentang hal ghaib sebatas yang Allah

berikan. Oleh karenanya, Musa AS diperintah untuk menuntut ilmu darinya.

Meskipun demikian, hal ini tidak menunjukkan bahwa Khidhir lebih mulia

dari Musa AS karena Musa AS adalah salah seorang dari Ulul „Azhmi,

menerima Taurat dan ber-kalam kepada Allah secara langsung. Kisah

Page 13: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

xii

pertemuannya dengan Musa AS mengandung banyak hikmah yang bisa

dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah,

penerapan akhlaq dan keberlangsungan hukum Allah. Juga mengandung

„ibrah bagi Musa AS, bagi kaum Bani Israil dan bagi pembaca Al-Qur‟an.

Page 14: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah kitab hudaan (Baca: hidayah) dan petunjuk yang

tidak ada keraguan di dalamnya. Sebuah kitab yang menutup seluruh risalah

yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang mana ayat-ayatnya tersusun

dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci.1

Salah satu keistimewaan Al-Qur‟an sebagai kitab yang diturunkan

Allah SWT dan mukjizat bagi Muhammad SAW adalah dimuatnya kisah-

kisah orang-orang terdahulu. Dengan diceritakannya kisah-kisah tersebut,

Allah ingin membuktikan kepada manusia bahwa apa yang dibawa oleh nabi

Muhammad SAW benar merupakan wahyu dari-Nya, bukan berdasarkan dari

hawa nafsunya.2

Allah juga ingin memberikan pelajaran kepada manusia untuk

mengikuti segala kebaikan yang terdapat dalam kisah-kisah itu dan menjauhi

segala keburukannya.

Menurut Manna‟ Khalil Al-Qaththan bahwa kisah-kisah yang terdapat

dalam Al-Qur‟an mengandung banyak faidah, di antaranya ialah: Pertama,

menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok

syari‟at yang dibawa oleh para nabi. Kedua, meneguhkan hati Rasulullah

SAW dan hati ummat beliau atas agama Allah, memperkuat kepercayaan

orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta

hancurnya kebatilan. Ketiga, membenarkan para nabi terdahulu,

menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak mereka

dan peninggalannya. Keempat, menampakkan kebenaran Muhammad dalam

dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang

terdahulu di sepanjang kurun dan generasi. Kelima, menyibak kebohongan

ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang

mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri

sebelum kitab itu diubah dan diganti. Dan keenam, kisah termasuk salah satu

bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan

memantapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ke dalam jiwa3.

1 Muhammad Sufut Nuruddin, sebuah Kata Pengantar dalam Menyibak Tirai

Misteri Nabi Khidhir, terj. Helmi Shaleh Bazher, (Jakarta: Akbar Media, Januari 2014), cet.

Ke-1, h. 3. 2 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, terj. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Gema Insani Press, 1420 H/ 2000 M), jilid

2, h. 5. 3 Manna‟ Khalil Al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, terj. Mudzakir AS, (Jakarta:

Litera Antar Nusa, 2001), cet. Ke-6, h. 437

Page 15: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

2 Kisah yang ada pada Al-Qur‟an, pastilah kisah benar dan baik yang

bermanfaat bagi umat manusia. Sebab, Al-Qur‟an sendiri menjuluki dirinya

dengan kisah-kisah terbaik (Ahsan Al-Qashash)4.

Di antara surah yang memuat kisah tentang ummat-ummat terdahulu

ialah surah Al-Kahfi yang naratif yang dipenuhi kisah-kisah yang

mengandung hikmah dan pelajaran.

Ada 4 (empat) kisah yang dimuat dalam surah ke-18 ini. Dimulai dari

kisah Ashabul Kahfi itu sendiri yang dilanjutkan oleh kisah pemilik dua

kebun dan kisah yang ketiga yaitu kisah Musa AS dengan seorang hamba

Allah yang shaleh. Kemudian surah ini ditutup oleh kisah Dzulqarnain5.

Keempat kisah tersebut, menurut mufassir asal Mesir, Sayyid Quthb

dalam tafsirnya, Tafsîr Fî Zhilâl al-Qur‟an, bahwa di dalam surah Al-Kahfi

itu mengupas tema global dan sentral yang bertujuan memperbaiki akidah,

meluruskan manhaj atau konsep pemikiran dan pandangan serta

membetulkan nilai-nilai sosial dengan parameter akidah6.

Pengamatan terhadap ayat-ayat dalam surah Al-Kahfi ini adalah

komprehensif (menyeluruh). Pelajaran, pengalaman, dan hikmah yang

disarikan darinya sangat beragam, di antaranya masalah keimanan, dakwah,

jihad, konsepsi, akhlak, politik, ekonomi, sosial kemasyarakatan, geografi

dan sejarah7.

Namun, yang akan dibahas oleh penulis secara panjang lebar pada

tesis ini tentang kisah seorang hamba Allah yang shaleh yang ditemui Musa

AS. Meskipun akan dibahas juga ketiga kisah tersebut di atas karena keempat

kisah itu memiliki hubungan yang sangat erat.

Menurut jumhur mufassir, tokoh yang penuh misteri yang ditemui

Musa AS untuk dimintai ilmunya ialah Al-Khidhir. Meskipun nama beliau

tidak ter-cover dalam Al-Qur‟an, namun beberapa kitab hadits seperti Shahîh

al-Bukhâri, Shahîh Muslim dan kitab hadits lainnya. Mereka menyebutkan

sejarah nabi Khidhir dengan lengkap.

Adapun sebab dia dikatakan Al-Khidhir karena ada hadits di dalam

Shahîh al-Bukhâri

4 Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2014) cet. Ke-2, h. 107. 5 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, h. 160. 6 Sayyid Quthb, Tafsîr Fî Zhilâl al-Qur‟an, terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq Shaleh

Tahmid, (Jakarta: Robbani Press, 2009), cet. Ke-1, h. 164. 7 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, h. 15.

Page 16: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

3

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Sa'id Al

Ashbahaniy telah mengabarkan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari

Ma'mar dari Hammam bin Munabbih dari Abu Hurairah radliallahu

'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Asal usul

dinamakan al-Khadlir, karena ia biasa duduk di atas pakaian terbuat

dari bulu binatang yang berwarna putih. Dan apabila pakaian itu

bergerak-gerak (bulunya melambai-lambai) akan tampak dari

baliknya warna kehijauan ".

Shalah Al-Kahlidy mengatakan bahwa kata فروة بيضاء ialah rumput

yang putih. Sedangkan, Ibrahim Al-Haraby mengatakan bahwa itu adalah

sebidang tanah yang di atasnya tumbuh rumput kering. Lain lagi dengan Al-

Araby yang berpendapat bahwa itu adalah tanah putih yang tidak ditumbuhi.

Yang tampak dalam hadits di atas adalah itu merupakan salah satu mu‟jizat

Khidhir AS berdasarkan pendapat yang paling kuat.9 Nama asli beliau adalah

Balyâ bin Malkân.10

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan apakah Khidhir

seorang nabi atau wali?11

Sebagian dari mereka berpendapat bahwa ia nabi

bukan wali. Sedangkan yang lain mengatakan ia wali karena mereka

berpendapat bahwa wali lebih utama dari pada nabi. Berdasarkan pendapat

8 Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Al-Bukhâri, Shahîh al-Bukhâri, (Beirût: Dâr

Al-Fikr 1401 H./1981 M.), kitab: Bud‟i Al-Khalq, bab: Hâdîts Al-Khidhr Ma‟a Musa

„Alaihimassalam, nomer hadits: 3150. 9 Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, h.160. 10

Wahbah Az- Zuẖ ailî, al-Tafsîr al-Munîr Fi al-Aqîdah wa al- syarî‟ah wa al-

Akhlâq, (Beirût: Dâr Al-Fikr, tt.), Juz 15, h. 288. 11

Muhammad Al-Amin Bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqithy, Adhwâ'u al-

Bayân fi Idhâhi Al-Qur'an bi Al-Qur'an, (Beirût: Dâr Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1971) Juz 4 h.

125.

Page 17: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

4 ini maka kedudukan wali itu paling tinggi, di bawahnya nabi, sedang rasul

adalah yang paling bawah.12

Para ulama yang meyakini bahwa Khidhir adalah seorang nabi

berupaya membuktikan dengan ayat-ayat di antaranya ialah: QS. Al-Kahfi

[18]: 66

Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu

supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-

ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Kalau Khidhir bukan nabi, mengapa Musa AS memohon untuk

belajar dengannya, berbicara dengan cara seperti ini, mengatakan harapan

padanya dan mengabulkan permohonannya13

. Mereka menambahkan, kalau

bukan nabi berarti ia tidak maksum, ia tidak terpelihara dari kesalahan,

artinya ia melakukan kesalahan dalam sebagian perbuatannya. Dengan

demikian, karena Musa AS belajar padanya, mengikuti dan mentaatinya, ini

merupakan bukti atas terpeliharanya Khidhir dalam perbuatan-perbuatannya

itu.

Mereka juga berargumentasi dengan QS. Al-Kahfi [18]: 82

Artinya: “...dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku

sendiri..."

Bagi orang yang menolak kenabian Khidhir menyatakan bahwa

ungkapan tersebut tidaklah menunjukkan bahwa beliau adalah seorang nabi.

Kalimat tersebut tidak lain hanyalah menyatakan bahwa semua itu adalah

ilham dan bimbingan dari Allah. Hal ini mungkin saja terjadi pada orang-

orang yang kedudukannya bukan nabi. Sebagaimana Allah dalam QS. An-

Nahl [16]: 68

Artinya: “Dan Rabbmu telah mewahyukan kepada lebah itu...”. Dan

QS. Al-Qashash [28]: 7

12

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, h. 162. 13

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, h. 163

Page 18: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

5

Artinya: “...dan telah Kami wahyukan kepada ibu Musa...”.

Kata أوحى dan أوحينا bukan mewahyukan dalam pengertian wahyu

seperti kepada para nabi tapi ilham.

Kalau diperhatikan bukti yang dikemukakan oleh mayoritas ulama

tentang kenabian Khidhir, bahwa semua itu merupakan hasil usaha dan bukan

nash. Artinya, Al-Qur‟an tidak menegaskan kenabiannya dan tidak pula me-

nash-kannya. Akan tetapi, itu bukan berarti bahwa bukti tersebut tidak

shahih, hanya saja Al-Qur‟an menjelaskan hal itu secara implisit. Karena

bukti kenabiannya merupakan dugaan yang didapat melalui ijtihad yang tidak

disepakati oleh seluruh ulama. Dengan demikian, memungkiri kenabian

Khidhir tidaklah kafir. Sebaliknya, siapa yang mengingkari kenabian seorang

nabi yang sudah di-nash-kan oleh Al-Qur‟an atau Al-Hadits, berarti ia kafir.

Seperti orang yang mengingkari kenabian Ilyas AS, Yunus AS atau Sulaiman

AS14

.

Sekelompok kaum muslimin juga berpendapat bahwa Khidhir AS

masih hidup karena ia minum “air kehidupan”,15

di mana orang yang

meminumnya tidak akan mati sampai menjelang hari kiamat. Khidhir

mengenal nabi Muhammad SAW dan masih hidup sampai sekarang dan akan

tetap hidup sampai datangnya hari kiamat.16

Pendapat ini ditolak dengan mengemukakan dalil-dalil yang

menunjukkan bahwa Khidhir sudah wafat, di antaranya ialah firman Allah

QS. Âl „Imrân [3]: 185.

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”.

Dan firman Allah dalam QS. Az-Zumar [39]: 30

14

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang Terdahulu, h.

164. 15

Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Al-Mawardy, An-Nukatu Wa Al-‟Uyuun Tafsîr Al-

Mawardy, (Beirût: Dâr Al-Kutub Al-Ilmiyyah, tt.), juz 3, h. 336. 16

Shalah Al-Khalidy, Kisah-kisah Al-Qur‟an Pelajaran Dari Orang-orang Terdahulu,

h.165.

Page 19: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

6

Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka

akan mati (pula).”

Bahkan mereka berkeyakinan bahwa Khidhir telah wafat sebelum

nabi Muhammad SAW diutus. Dalil yang mereka ajukan adalah QS. Al-

Anbiyâ‟ [21]: 34

Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang

manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati,

apakah mereka akan kekal?”.

Dan QS. Ar-Rahmân [55]: 26 – 27

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal

Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”

Dan banyak ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Khidhir telah

wafat.

Propaganda ahli kebathilan yang sangat menyesatkan tentang jati

diri Nabi Khidhir, sebagai contoh ialah menganggap bahwa Al-Khidhir

adalah makhluk yang suci tiada tara, tak ada duanya, terjaga dari segala

kekeliruan dan kesalahan.17

Bahkan, ada yang mengatakan bahwa barang

siapa yang mengenal nama (aslinya) dan nama bapaknya, kun-yah dan laqab-

nya, maka dia mati dalam Islam. 18

Seorang muslim sejati, semestinya senantiasa menaruh perhatian yang

penuh terhadap lurusnya akidah karena keberhasilan hidupnya di dunia dan

akhirat bersumber kepada lurusnya akidah yang diyakininya. Apalagi di

zaman yang banyak terjadi fitnah dan penyebaran syubhat dari pemikiran sufi

yang berbau kesyirikan banyak mengindoktrinisasi akidah kaum muslimin

yang lurus19

.

17

Abu Bakar Jabir Al-Jazaairy, sebuah Kata Pengantar dalam Menyibak Tirai

Misteri Nabi Khidhir, h. 2. 18

Ahmad Bin Muhammad As-Shawy, Hasyiyah al-„Allamah al-Shawi „ala Tafsîr

Al-Jalâlain, Beirût: Dâr Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1971), juz 2, h. 378. 19

Ibrahim Fathi Abdul Muqtadir, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir, Menyibak

Tirai Misteri Nabi Khidhir, terj. Helmi Shaleh Bazher, (Jakarta: Akbar Media, Januari 2014),

cet. Ke-1, h. 11.

Page 20: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

7

Di antara keyakinan yang berbau khurafat dan khayalan ini adalah

keyakinan bahwa nabi Allah Khidhir AS masih hidup20

.

Berapa banyak berita dusta yang terbentuk dari wahyu setan tentang

Khidhir AS. Kita sering mendengar bahwa orang-orang berkata, “Jika Al-

Khidhir AS disebut dalam sebuah majlis, maka sudah seharusnya para

hadirin di majlis tersebut mengucapkan salam kepada beliau”. Karena mereka

beranggapan bahwa suatu majlis yang di dalamnya disebut nama Al-Khidhir

AS, maka akan dihadiri oleh beliau di dalamnya, seketika itu juga, di depan

orang yang menyebutkan namanya, walaupun berada di dalam jarak yang

paling jauh di muka bumi ini.21

Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis mengangkat tesis

ini dengan judul: “Kisah Hamba Allah (“Khidhir”) Dalam Surah Al-Kahfi

Menurut Pandangan Mufassirin” agar menjadi terang benderang

kedudukan Khidhir bagi kaum muslimin saat ini.

Adapun sebab-sebab penelitian ini adalah:

1. Banyaknya dari kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa

Khidhir masih hidup.

2. Banyaknya pemahaman bahwa seseorang yang dianugerahi Ilmu

Laduni dibolehkan mengerjakan yang bertentangan dengan

ketentuan syari‟at.

3. Banyaknya anggapan bahwa derajat kewalian di atas derajat

kenabian.

4. Banyak kaum muslimin yang mengaku bertemu dengan nabi

Khidhir.

Seluruh masalah ini dan yang lainnya adalah merupakan masalah

yang sangat penting untuk diketahui. Di dalam kisah Khidhir dibutuhkan

definisi dan keterangan serta mengumpulkan pendapat para ulama dan

memberikan kemudahan kepada setiap orang untuk memahami guna

menyingkirkan segala hal yang kurang jelas dalam masalah ini serta

menjelaskan kesalahan-kesalahan yang bertentangan dengan akidah

sebagaimana yang ada dalam syariat yang mulia.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menemukan

beberapa hal yang menarik untuk diteliti, dan penulis mengidentifikasi

beberapa masalah berikut untuk kemudian diteliti lebih lanjut.

20

Ibrahim Fathi Abdul Muqtadir, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir, h. 12 21

Ibrahim Fathi Abdul Muqtadir, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir, h. 17.

Page 21: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

8 a. Konsep kisah dalam Al-Qur‟an

b. Faidah kisah Qur‟any

c. Pengaruh kisah Al-Qur‟an

d. Model-model kandungan kisah dalam Al-Qur‟an

e. Motivasi Musa AS ingin bertemu Khidhir

f. Mendudukkan persoalan Khidhir yang proporsional

g. Kelebihan Khidhir berupa anugerah rahmat dan ilmu

h. Hikmah yang dapat dipetik dari kisah Khidhir

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

membatasi penelitian seputar surah Al-Kahfi ayat 60 – 82 dengan merujuk

kepada kitab-kitab tafsir dan hadits shahih yang memuat tentang Khidhir AS.

3. Perumusan Masalah

Persoalan pokok dalam penelitian ini adalah tentang problematika

pemahaman masyarakat tentang maqam (kedudukan) Khidhir antara wali dan

nabi serta pemahaman akan keabadian beliau di dunia ini. Maka, penulis

merumuskan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep kisah-kisah yang terkandung dalam Al-Qur‟an?

b. Bagaimana hubungan antar kisah-kisah dalam Surah Al-Kahfi?

c. Bagaimana hubungan kontekstual kisah Khidhir dalam Al-Qur‟an?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep Al-Qur‟an tentang Kisah.

2. Untuk mengenal sosok Khidhir

3. Untuk mengetahui hubungan antara kisah-kisah dalam Surah Al-

Kahfi.

4. Untuk mengetahui hikmah dari Kisah Khidhir di dalam Al-Qur‟an.

5. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Agama (MA) dalam Ilmu Agama Islam di Institut Ilmu Al-Qur‟an

(IIQ) Jakarta.

Adapun manfaat yang bisa terealisasikan kaitannya dengan penelitian

ini memberikan sumbangan informasi dan pemahaman kepada kaum

muslimin sekaligus menjaga akidah mereka dari kemusyrikan yang sudah

dihancurkan oleh segelintir manusia yang berdalilkan Al-Qur‟an dan As-

Sunnah namun memiliki argumentasi lemah seputar Khidhir AS.

D. Tinjauan Pustaka

Page 22: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

9

Supaya jelas arah penelitian yang dilakukan, maka kajian pustaka

sangat penting dalam membahas tema tentang Kisah Khidhir ini. Kajian ini

bukanlah yang pertama.

Sejauh yang penulis dapat akses, penulis tidak menemukan tulisan

ilmiah tentang Khidhir berupa tesis dan disertasi kecuali 2 (dua) buah skripsi

yang ditulis oleh mahasisiwa S1 UIN Jakarta, yaitu: Pertama, Kajian Stilistik

Atas Penafsiran Kisah Musa AS Dan Khidhir AS: Studi Kebahasaan

Terhadap Pemaparan Kisah Al-Qur’an oleh Hidayat Ahmad. Skripsi ini

menekankan pada studi kebahasaan seputar unsur tokoh, fonologi, preferensi

lafal serta seni penyajiannya. Kedua, Keberadaan Khidhir Sebuah Misteri:

Kajian Riwayat-Riwayat Khidhr Dalam Hadits oleh Miftahul Khaer. Skripsi

ini menititikberatkan pembahasannya pada riwayat-riwayat tentang Khidir di

dalam hadits tanpa melihat sisi shahih dan dha‟if-nya sebuah hadits.

Kajian para penulis di atas berbeda dengan penelitian ini, karena

penelitian ini difokuskan pada 3 (tiga) hal yakni: Pertama,konsep Al-Qur‟an

tentang kisah, macam, tujuan, faidah, kelebihan, karakter dan keistimewaan

kisah Al-Qur‟an. Kedua, membahas tentang sosok Khidhir yang

diperdebatkan para mufassir seputar maqam-nya dan keabadian hidupnya

dengan menggunakan dalil-dalil shahih. Dan ketiga, hikmah dan „ibrah yang

bisa diambil dari kisah Khidhir.

Adapun kajian mengenai Khidhir sudah dilakukan oleh para penulis

buku terutama yang berbahasa arab dan yang sudah diterjemahkan ke bahasa

Indonesia. Misalnya kitab “Qashash Al-Qur‟an” karya Muhammad Ahmad

Jad Al-Maula. Dan yang dikarang oleh Muhammad Bakr Ismail dengan judul

yang sama yaitu, Qashash Al-Qur‟an. Sistematika penulisan kedua buku ini

mirip ensiklopedi. Buku ini sudah diterjemahkan ke bahasa Inggeris dengan

judul “The Sweet Story Of Al-Qur‟an” yang kemudian diterjemahkan ke

bahasa Indonesia dengan judul yang sama.

Adapun yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia di antaranya

ialah: “Ma‟a Qashashi As-Sabiqîn Fî Al-Qur‟an” karya DR. Shalah Abdul

Fattah Al-Khalidy yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan

judul: “Kisah-kisah Al-Qur‟an: Pelajaran Dari Orang-orang Terdahulu” oleh

Setiawan Budi Utomo, Lc. Buku ini terdiri dari 3 Jilid. Jilid kedua, khusus

membahas kisah-kisah yang dimuat dalam surah Al-Kahfi. Di antaranya kisah

tentang Khidhir ini.

Buku kedua ialah: "Kasyfu Al-Ilbaas‟Amma Shahha Wa Mâ Lam

Yashihha „An Qishshati Al-Khidhir Abi Al-„Abbas karya Syaikh Ibrahim Fathi

Abdul Muqtadir yang sudah diterjemahkan oleh Helmi Shaleh Bazher, Lc

dengan judul “Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir”. Dalam buku ini, penulis

berusaha mendudukkan Khidhir secara proporsional yakni seorang nabi. Dan

Page 23: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

10 berusaha menetralisir anggapan-anggapan bahwa beliau masih hidup di

tengah-tengah masyarakat sekarang.

Buku ketiga ialah “Mukhtashar Al-Bidâyah Wa An-Nihâyah” karya

Al-Hafizh Ibnu Katsir. Buku ini diterjemahkan oleh Abu Halbas Muhammad

Ayyub dengan judul “Ringkasan Al-Bidâyah Wa An-Nihâyah”. Dalam buku

tersebut dibahas secara kronologis tokoh-tokoh yang pernah hadir di dunia

Islam, mulai penciptaan manusia pertama sampai huru-hara hari akhir zaman.

Al-Hâfizh menempatkan kisah Khidhir setelah Mûsa AS yang dilanjutkan

dengan kisah Yusya bin Nûn yang ikut terlibat dalam kisah ini.

Dan buku lainnya yang bernuansa kisah-kisah dalam Al-Qur‟an

secara sekilas terutama buku-buku yang membahas tentang ilmu pengetahuan

dan yang membahas tentang kesabaran.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Oleh karena itu,

penelitian ini akan menggunakan cara yang ilmiah yang didasarkan pada ciri-

ciri keilmuan, yaitu: rasional, empiris dan sistematis.

Untuk memudahkan penelitian, penulis akan mengikuti posedur dan

alur penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Tesis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis berupa teks dan

naskah Al-Qur‟an dan Hadits yang berkaitan dengan Khidhir AS.

Untuk membahas tesis ini, penulis menggunakan metode kepustakaan

(Library Reseach) yaitu merujuk kepada kitab-kitab tafsir baik klasik

maupun kontemporer. Sedangkan, sebagai referensi sekundernya ialah buku-

buku hadits yang sesuai dengan pembahasan.

Dalam pembahasan, penulis menggunakan metode induksi yaitu

kesimpulan terlebih dahulu kemudian diuraikan agar lebih jelas.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)

macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer

dari penelitian ini ialah kitab tafsir seperti: Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wîl ayi al-

Qur‟an 22

karya Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarîr, At-Thabarî, At-Tafsîr al-

22

Kitab ini disusun oleh Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari. Kitab ini

terdiri atas 30 jilid. Tafsir at-Tabari sangat terkenal di kalangan mufasir yang datang

sesudahnya karena kitab tersebut menjadi rujukan pertama, terutama dengan adanya

penafsiran Naqli (berdasarkan Al-Quran dan Hadis Rasulullah SAW).

Page 24: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

11

Munîr Fi al-Aqîdah wa As- syarî‟ah wa al-Akhlâq,23

, karya Wahbah Az-

Zuẖ ailî, Aysar At-Tafasîr karya Abu Bakar Jabir Al-Jazaairy, Adhwâ'u al-

Bayân fi Idhâhi Al-Qur'an bi Al-Qur'an karya Muhammad Al-Amin As-

Syinqithy, Tafsîr As-Sya‟rawy karya Imam As-Sya‟rawy, Tafsîr Ibni Katsir 24

karya Abû al-Fidâ Isma‟îl Ibn Katsîr, An-Nukatu Wa Al-‟Uyuun Tafsîr Al-

Mawardy karya Abu Al-Hasan Ali Bin Muhammad Al-Mawardy, Al-Jâmi‟ Li

Ahkâm Al-Qur‟an25

karya Abu Abdillah Ibnu Muhammad Al-Qurthuby,

Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm al-Mannân karya Abdurrahmân

bin Nâshir As- Sa‟dî, Hasyiyah al-„Allamah al-Shawi „ala Tafsîr Al-

Jalâlain,26

karya Ahmad Al-Maliky As-Shawy, Tafsîr Al-Qasimy karya

Muhammad Jamâl Al-Dîn Al-Qâsimî dan Majma‟ Al-Bayân karya Abu Ali

Al-Hasan Al-Fadhl At-Thabarasy dan lain sebagainya.

Adapun data sekunder yang akan digunakan untuk melengkapi data-

data primer yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti antara lain

adalah kitab-kitab hadits. Dan, penulis hanya akan mengambil riwayat yang

disepakati oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim.

Imam Al-Bukhary menyebutkan kisah Khidhir di sejumlah tempat

dalam kitab Shahih-nya seperti dalam bab Ilmu, bab sewa-menyewa, bab

syarat-syarat, bab awal penciptaan, bab para nabi, bab tafsir, bab iman dan

peringatan serta bab tauhid. Sedang, Imam Muslim hanya mengemukakannya

dalam Kitab Al-Fadhâ-il dalam bab keutamaan Khidhir AS.

Hadits-hadits tersebut tentunya akan di-syarah oleh pakar hadits

lainnya, yaitu: Kitab Fath Al-Bârî karya Imam Ibnu Hajar Al-„Asqalany yang

merupakan syarah dari kitab Shahih Al-Bukhary dan Kitab Shahih Muslim Bi

Syarahi An-Nawawy karya Imam An-Nâwwy yang merupakan syarah Shahih

Muslim.

3. Teknik Analisis Data

23

Kitab ini disusun oleh Wahbah az-Zuhaili. Kitab ini merupakan karya mufasir

mutakhir yang terdiri atas 32 jilid. Uraian kitab tafsir ini lebih komprehensif, baik dari segi

akidah, syariat, maupun fikih. 24

Kitab ini disusun oleh Ibnu Kasir. Kitab ini merupakan kitab tafsir riwayat yang

sangat populer dan dipandang sebagai kitab tafsir terbaik kedua setelah kitab tafsir at-Tabari.

Ibnu Kasir menafsirkan ayat Alquran berdasarkan hadis Nabi SAW yang dilengkapi dengan

sanad dan sedikit penilaian terhadap rangkaian sanad hadis. 25

Kitab ini ditulis oleh Imam Al-Qurthuby yang menitikberatkan kepada kajian

hukum Islam 26

Disebut Hasyiyah karena kitab ini membahas tentang kitab Tafsir Jalalain di atas.

Kitab ditulis oleh Ahmad Bin Muhammad As-Shawy. Kitab tafsir ini terdiri atas 4 jilid.

Page 25: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

12 Teknik analisa data ini adalah deskriptif-analitis-komparatif yaitu

penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif dengan

mengumpulkan data-data baik primer maupun sekunder yang berkenaan

mengenai Nabi Khidhir. Kemudian data tersebut didiskripsikan dan dianalisa

dengan menggunakan metode content analysis yakni menganalisa isi secara

obyektif, teliti dan ilmiah.

Selanjutnya, penulis akan mengkomparasikan hasil penemuan

mengenai validitas pendapat para mufassir dan akurasi hadits-hadits yang

shahih.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan pengaturan alur pembahasan

supaya runtut, adanya keterkaitan yang harmonis antara pembahasan pertama

dengan pembahasan berikutnya, antara bab satu dengan bab-bab selanjutnya.

Untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman dan gambaran

yang utuh dan jelas tentang isi penelitian ini, maka pembahasan dalam tesis

ini akan disusun dalam sebuah sistematika pembahasan yang teratur, di mana

tesis secara keseluruhan terdiri dari 5 (lima) bab, yakni: 1 (satu) bab

pendahuluan dan 3 (tiga) bab isi, kemudian 1 (satu) bab penutup yang

memuat kesimpulan penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis secara sistematis membagi kepada 5

(lima) bab, yaitu: Bab Pertama merupakan bab pendahuluan. Pada bab ini,

penulis menjadikannya sebagai bahan acuan bahasan pada bab-bab

berikutnya. Dan menjelaskan secara garis besar isi tesis ini yang meliputi:

latar belakang masalah, setelah itu, permasalahan yang muncul dibatasi dan

menetapkan permasalahan yang menjadi masalah utama serta arti penting dan

manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Selanjutnya, karena

penelitian ini bersifat ilmiah, maka perlu diadakan tinjauan pustaka untuk

memposisikan study di antara study lainnya yang pernah dilakukan atau

searah dengan penelitian ini. Penelitian ini juga dilengkapi kerangka teori dan

metode penelitian yang akan penulis gunakan untuk menyelesaikan penelitian

ini. Dan pada bab pembahasan terakhir dari bab pertama ini, akan dijelaskan

sistematika pembahasan dan pedoman penulisannya

Bab Kedua membahas tentang metodologi kisah dalam Al-Qur‟an

yang meliputi: pengertian kisah, macam-macam kisah dalam Al-Qur‟an,

tujuan-tujuan kisah dan faidah-faidah dari kisah Al-Qur‟an. Bab ini juga

membahas keistimewaan artistik kisah dalam Al-Qur‟an dan pandangan para

ilmuwan tentang kisah Al-Qur‟an serta pengaruh kisah Al-Qur‟an dalam

pendidikan dan pengajaran. Bab dua diakhiri dengan menjelaskan tentang

Israiliyat dan kisah Al-Qur‟an,

Bab Ketiga membahas mengenai surah Al-Kahfi dan hisi

kandungannya yang meliputi seputar surah Al-Kahfi, keutamaan

Page 26: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

13

membacanya dan membahas 4 (empat) buah kisah di dalamnya yaitu: kisah

Ashhabul Kahfi, kisah pemilik dua kebun, kisah Khidhir dan kisah

Dzulkarnain. Bab ini ditutup tentang hubungan antar kisah tersebut.

Bab Keempat membahas mengenai kisah Khidhir dalam Al-Qur‟an

yang meliputi: nama dan nasab Khidhir serta maqam-nya sampai kepada

akhir hayat Khidhir. Dan dibahas juga tentang hal-hal yang tidak disebutkan

dalam Al-Qur‟an serta hal-hal yang mengejutkan dalam kisah tersebut.

Kemudian tentang Musa AS bertemu dengan Khidhir dan perdebatan Ulama

seputar bahwa Khidhir masih hidup atau sudah wafat dengan menggunakan

dalil masing-masing. Bab ketiga ini ditutup dengan hikmah, ta‟wil dan „ibrah

yang bisa diambil dari kisah Khidhir.

Bab Kelima merupakan akhir pembahasan yang berisi tentang

kesimpulan sebagai jawaban dalam penelitian ini. Selain itu juga

disampaikan rekomendasi berdasarkan temuan dalam penelitian ini.

Page 27: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

128

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alhamdulillah, hanya berkat pertolongan Allah semata, penulis dapat

merampungkan tesis ini sampai bab terakhir yaitu PENUTUP.

Pada bab ini, penulis akan memberikan beberapa kesimpulan yang

merupakan jawaban dari beberapa permasalahan yang penulis rumuskan pada

bab I tesis ini, seputar masalah konsep Al-Qur‟an tentang kisah, hubungan

antara kisah-kisah dan tentang kisah Khidhir yang dimuat dalam QS. Al-

Kahfi [18]: 60 – 82 yang memiliki hikmah, ta‟wil dan „ibrah sebagai sumber

suri tauladan.

Di antara kesimpulan yang penulis sampaikan ialah:

1. Kisah-kisah Al-Qur‟an adalah informasi tentang peristiwa yang

benar-benar ada. Para pelakunya, seperti nabi-nabi, juga benar-benar

ada. Tujuan utama dari pemaparan kisah dalam Al-Qur‟an adalah agar

manusia memetik pelajaran dan „ibrah dari kejadian-kejadian tersebut,

di samping untuk menguatkan nubuwwah nabi Muhammad SAW.

Kisah Al-Qur‟an berbeda dengan kisah selain Al-Qur‟an karena

bersumber dari Allah yang merupakan Mu‟jizat terbesar nabi

Muhammad SAW yang memiliki tujuan, karakter dan pengaruhnya

dalam menyeru manusia ke dalam Islam.

2. Kisah-kisah Al-Qur‟an tidak terlalu mementingkan pelaku kejadian.

Ia lebih mementingkan jalannya peristiwa. Itulah sebabnya, kisah-

kisah itu dapat diulang-ulang. Lebih lanjut, kisah-kisah Al-Qur‟an

tidak mengemukakan zaman dan tempat, kecuali jika dipandang perlu.

Ini bisa dilihat dalam kisah kisah Al-Qur‟an yang terdapat dalam

surah Al-Kahfi seperti kisah Ashhabul Kahfi, kisah dua pemilik

kebun, kisah Musa AS yang bertemu dengan hamba Allah yang shalih

serta kisah Dzulkarnain. Hal itu dikarenakan kejadian seperti itu bisa

disaksikan setiap hari di setiap masa. Dengan demikian, ia merupakan

perumpamaan terhadap banyak orang sehingga tidak harus ditentukan

pelakunya secara khusus. Keempat kisah dalam surah Al-Kahfi

memiliki kesamaan thema yaitu perbaikan akidah, perbaikan pola

pikir dan perbaikan akhlak dengan parameter akidah.

3. Khidhir adalah seorang hamba Allah yang shaleh dengan kelebihan

rahmat dan ilmu yang dianugerahkan kepadanya. Kehidupannya

masih menjadi perbincangan hangat di antara para ulama. Namun,

pertemuannya dengan Musa AS di Majma’al Bahrain memiliki

berbagai hikmah yang bisa diambil. Di antaranya ialah: pentingnya

ilmu pengetahuan. Seorang Musa yang dikenal sebagai salah seorang

Page 28: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

129

Ulul ‘Azhmi, menerima kitab Taurat dianugerahi berbicara kepada

Allah, masih diperintah untuk belajar kepada Khidhir. Beberapa

Akhlak dapat dipetik dari pertemuan mereka mulai akhlak kepada

Allah, kepada guru dan akhlak kepada teman seperjalanan dan norma-

norma yang berlaku di masyarakat. Kisah Khidhir juga

menyampaikan beberapa hukum Islam sebagai tujuan

diberlakukannya syariat kepada manusia.

B. Saran-saran

Saran-saran yang penulis ajukan kepada beberapa pihak, yakni

kepada guru, penceramah, orang tua, lembaga pendidikan dan kepada

pembaca pada umumnya.

Kepada guru, penulis menyarankan untuk menjadikan metode kisah

sebagai metode pengajaran di kelas dan meningkatkan kwalitas bacaannya

tentang kisah-kisah yang bersumber dari buku-buku yang shahih dengan cara

berfikir yang shahih khusunya seputar Khidhir. Sehingga, akidah para siswa

terselamatkan. Guru juga diharapkan menjunjung tinggi akan ilmu

pengetahuan dan etika dalam proses belajar-mengajar seperti yang

diperankan oleh Musa AS dan Khidir.

1. Kepada para penceramah, tidak dipungkiri bahwa mereka menjadikan

kisah sebagai thema-thema pidatonya. Oleh karenanya, penulis

sarankan agar para penceramah tidak memberikan “bumbu” agar

ceritanya menarik dan mempesona. Padahal, apa yang ceritakan tidak

dengan dalil yang shahih seputar kisah Khidhir. Penulis juga sarankan

agar mereka kembali merujuk kepada tafsir-tafsir yang membuang

kisah-kisah yang bersumber dari kisah israiliyat.

2. Kepada orang tua, penulis sarankan agar memberikan perannya

sebagai pendidik di rumah untuk menjadikan kisah sebagai media

pendidikannya untuk menempa akidah, akhlak dan etika putra-putri

dengan mengesampingkan kisah-kisah buatan non muslim yang tentu

mereka mempunyai tujuan tersembunyi.

3. Kepada lembaga pendidikan, penulis sarankan agar bisa lebih kreatif

dalam proses pengajaran yang menarik dengan tidak di ruang kelas

saja. Khidhir membuktikan pengajarannya dengan menggunakan

alam terbuka dan langsung kepada teori di lapangan.

4. Kepada pembaca, semoga karya ilmiah ini bisa menjadi acuan untuk

penelitian berikutnya yang berhubungan dengan Kisah Khidhir

Dalam Al-Qur’an.

Page 29: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

130

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Muhammad, Memahami Al-Qur’an: Pendekatan Gaya Dan

Tema, terj. Rofik Suhud, Bandung: Marja’, 2002.

Abdul Muqtadir, Ibrahim Fathi, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir, terj.

Helmi Shaleh Bazher, (Jakarta: Akbar Media, Januari 2014), cet.

Ke-1, h. 3.

Abû al-Fidâ Isma’îl, Ibn Katsîr, Ringkasan al-Bidâyah Wa An-Nihayah,

terj. Abu Halbas Muhammad Ayyub, Jakarta: Pustaka As-Sunnah,

2013.

________________________, Tafsîr Ibnu Katsir, terj. M. Abdul Ghoffar

dan Abu Ihsan Al-Atsari, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i, 2009.

Al-Baghdâdî, Ali Bin Muhammad Bin Ibrahim, Tafsîr Khâzin, Cairo:

Syirkah Mathba’ah Mustafa, Al-Halaby, 1375 H./1925 M.

Al-Bantanî, Nawawi, Marâh Labîd Li Kasyfi Ma’na Al-Qur’an al-Majîd,

Singapore: Syirkah An-Nur Asia, tt.

Al-Bukhâri, Abi Abdillah, Muhammad Bin Ismail, Shahîh al-Bukhâri,

Beirût: Dâr Al-Fikr 1401 H./1981 M.

Al-Ghazâlî, Muhammad, Tafsir Tematik Dalam Al-Qur’an, terj. Qodirun

Nur dan Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama,

Dzulkaidah 1425 H/Januari 2005 M.

Alhidayah, Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Jakarta:

Kalim, tt.

Al-Jazaairi, Abu Bakar, Jabir, Aisar at-Tafâsir, Madinah: Maktabah Al-

‘Uluum Wa Al-Hikmah, 1424 H/2003 M.

Al-Khalidy, Shalah, Kisah-kisah Al-Qur’an Pelajaran Dari Orang-orang

Terdahulu, terj. Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Gema Insani Press,

1420 H/ 2000 M.

Al-Maqdisy, ‘Alami Zadah, Faidhullah, bin Musa, Fathu Ar-Rahman Li

Thalibi Ayat Al-Qur’an, Beirut: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2012.

Al-Marbawy, Idris, Muhammad, Qamus Idris Al-Marbawy, Jakarta:

Syirkah Al-Ma’arif, tt.

Al-Maula, Jad, Ahmad, Muhammad, Qashash Al-Qur’an, Beirut: Dar Al-

Jail, 1412 H/1991 M.

Al-Mawardy, Abu Al-Hasan, Ali Bin Muhammad, An-Nukatu Wa

Al-’Uyuun Tafsîr Al-Mawardy, Beirût: Dâr Al-Kutub Al-Ilmiyyah,

tt.

Al-Muafiri, Abu Muhammad Ibn Hisyam, Sirah Nabawiyah, terj. Fadhli

Bahri, Bekasi: Darul Falah, 1432 H/2011 M.

Al-Qarâḍ hawi, Yûsuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, terj.

Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Page 30: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

131

_________________, Al-Qur’an Berbicara Tentang Akal Dan Ilmu

Pengetahuan, terj. Abdul Hayie Al-Kattany, Jakarta: Gema Insani,

1425 H/2004 M.

Al- Qâsimî, Jamâl, Al-Dîn, Muhammad, Tafsir Al-Qasimy, Beirut: Dâr

Ihyâ al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, tt.

Al-Qaththan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS,

Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001.

Al- Qurthubî, Abu ‘Abdillah, Ibnu Muhammad, al-Jâmi’ li Ahkâm al-

Qur’an, Cairo: Dâr Al-Hadits, 1414 H/1994 M.

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Tafsir Al-Kahfi, terj. Abu

Abdirrahman bin Thayyib, Jakarta: Pustaka As-Sunnah, 2005.

Amin Suma, Muhammad, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta: PUSTAKA

FIRDAUS, 2000.

_______________________, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2014.

An-Naisâbuurî, al-Qusyairî, Muslim bin Hajjâj Abu al-Hasan, Shahîh

Muslim, Beirut : Dâr Ihyâ at-Turots al-‘Arobî, tt.

An-Nawawy, Muhyiddin, Abi Zakaria, Yahya Bin Syaraf, Syarah Muslim,

Cairo: Dâr Al-Manar, 2003.

As-Sa’dî, Abdurrahmân bin Nâshir, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr

Kalâm al-Mannân, terj. Muhammad Iqbal, dkk, Jakarta: Darul Haq,

2013.

As-Shawy, Ahmad bin Muhammad, Hasyiyah al-‘Allamah al-Shawi ‘ala

Tafsîr Al-Jalâlain, Beirût: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 2010.

As-Shiddiqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an, Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra, 1997.

As- Suyûthî, alâl ad- în Abd ar-Rahman bin Abî Bakr, Asbâb An-

Nuzûl, terj. Andi Muhamad Syahril dan Yasir Muqasid, Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2014.

As-Sya’rawy, Muhammad, Mutawalli , Tafsîr Sya’rawy, terj. H. Zaenal

Arifin, dkk, Medan: Duta Azhar, Muharram 1430 H/Desember 2008

M.

As-Syinqithi, Muhammad Al-Amin Bin Muhammad, Adhwâ'u al-Bayân fi

Idhâhi Al-Qur'an bi Al-Qur'an, Beirût: Dâr Al-Fikr, 1415 H/ 1995

M.

At-Thabarasy, Abu Ali, Al-Fadhl, Al-Hasan, Majma’ Al-Bayan, Beirût:

Dâr Al-Fikr, tt.

At-Thabarî, Abu a’far Muhammad Bin arîr, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta’wîl

ay al-Qur’an, Al- Qâhirah: Markaz Wa Ad-Dirasat Al-‘Arabiyyah

Wa Al-Islamiyyah, 1422 H/2001 M.

Az- Zuẖ ailî, Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr Fi al-Aqîdah wa al- syarî’ah wa

al-Akhlâq,, Beirût: Dâr Al-Fikr, tt.

Page 31: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

132

Bakr Ismail, Muhammad, Qashash Al-Qur’an, Mesir: Dar Al-Manar,

1977.

Hanafi, Muchlish M., dkk, Kisah Para Nabi Pra-Ibrahim, Jakarta: Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2011.

Hijazi, Muhammad, Mahmud, Fenomena Keajaiban Al-Qur’an, terj.

‘Abdul Hayyie Al-Kattani dan Sutrisno Hadi, Jakarta: Gema Insani,

1431 H/2010 M.

Khan, Muhammad, Muhsin, et all, The Noble Qur’an, Riyadh: Darus

Salam, 2007.

Madjid, Nurcholish, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina,

1994.

Majelis Mujahidin, Al-Qur’anul Karim: Tarjamah Tafsiriyah, Jogjakarta:

Ma’had An-Nabawy Markaz Pusat Majelis Mujahidin, 1433 H/2011

M.

Mattson, Ingrid, Ulumul Qur’an Zaman Kita, terj. R. Cecep Lukman

Yasin, Jakarta: Zaman, 2013.

Munawwir, Ahmad, Warson, Kamus Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997.

Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, (Ed.), Bandung: PT. AL-

MA’ARIF, 1988.

Quthb, Sayyid, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, terj. Fathurrahman Abdul

Hamid, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

____________, Fî Dzilâl al-Qur’an, terj. M. Misbah dan Aunur Rafiq

Shaleh Tahmid, Jakarta: Robbani Press, 2009.

Shihab, Quraish, Kaidah Tafsir, (Jakarta: Lentera Hati, 2013.

_____________, Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, April 1999.

_____________, Tafsîr Al-Mishbâh: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Thayyarah, Nadiah, Sains Dalam Al-Qur’an, terj. M. Zaenal Arifin, dkk,

Jakarta: Zaman, 2014.

Tiblisi, Abul Fadhl Hubaisy, bin Ibrahim, Kamus Kecil Al-Qur’an, terj.

Musa Muzuwir, Jakarta: Citra, 2012.

Umairah, Abdurrahman, Tokoh-tokoh Yang Diabadikan Al-Qur’an, terj.

M. Syihabuddin dan Salim Basyarahil, Jakarta: Gema Insani Press,

1422 H/2002 M.

Yayan Rahtikawati, et all, Metodologi Tafsir Al-Qur’an, Bandung:

Pustaka Setia, 2013.

Page 32: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

133

LAMPIRAN-LAMPIRAN

QS. Al-Kahfi (18): 60 – 82:

Page 33: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

134

Artinya: “60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku

tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan;

atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61. Maka tatkala mereka

sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan

itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62. Maka tatkala mereka

berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari

makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita

ini." 63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat

berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang)

ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali

syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh

sekali." 64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya

kembali, mengikuti jejak mereka semula. 65. Lalu mereka bertemu dengan

seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan

kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya

ilmu dari sisi Kami. 66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku

mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara

ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67. Dia menjawab:

"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. 68.

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69. Musa berkata: "Insya Allah

kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan

menentangmu dalam sesuatu urusanpun." 70. Dia berkata: "Jika kamu

mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu

apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71. Maka

berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr

melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu

akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah

berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah

aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama

dengan aku." 73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena

kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan

dalam urusanku." 74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya

berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata:

"Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh

orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar." 75.

Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya

kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76. Musa berkata: "Jika aku

bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu

memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup

memberikan uzur padaku." 77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala

keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada

penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka,

kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang

hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau

Page 34: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

135

kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." 78. Khidhr berkata:

"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan

kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar

terhadapnya. 79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin

yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di

hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. 80. Dan

adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan

kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada

kesesatan dan kekafiran. 81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka

mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari

anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). 82.

Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,

dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang

ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar

supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan

simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku

melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan

perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (QS. Al-

Kahfi [18]: 60 – 82)

Hadits Tentang Khidhir HR. Al-Bukhary no. 3151

Page 35: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

136

Page 36: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

137

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi Telah menceritakan

kepada kami Sufyan Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Dinar dia

berkata; Telah mengabarkan kepadaku Sa'id bin Jubair dia berkata; "Saya

berkata kepada Ibnu Abbas bahwasanya Nauf Al-Bikali menganggap bahwa

Musa 'Alaihis Salam yang berada di tengah kaum Bani Israil bukanlah Musa

yang menyertai Nabi Khidhir." Ibnu Abbas berkata; 'Berdustalah musuh

Allah. Telah menceritakan kepadaku Ubay bin Ka'ab bahwa dia mendengar

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Suatu ketika Nabi Musa

'Alaihis Salam berdiri untuk berpidato di hadapan kaum Bani israil.' Setelah

itu, seseorang bertanya kepadanya; 'Hai Musa, siapakah orang yang paling

banyak ilmunya di muka bumi ini? ' Nabi Musa menjawab; 'Akulah orang

yang paling banyak ilmunya di muka bumi ini.' Oleh karena itu, Allah sangat

mencela Musa 'Alaihis Salam. Karena ia tidak menyadari bahwa ilmu yang

diperolehnya itu adalah pemberian Allah. Lalu Allah mewahyukan kepada

Musa; 'Hai Musa, sesungguhnya ada seorang hamba-Ku yang lebih banyak

ilmunya dan lebih pandai darimu dan ia sekarang berada di pertemuan dua

lautan.' Nabi Musa 'Alaihis Salam bertanya; 'Ya Tuhan, bagaimana caranya

saya dapat bertemu dengan hambaMu itu? ' Dijawab; 'Bawalah seekor ikan di

dalam keranjang dari daun kurma. Manakala ikan tersebut lompat, maka di

situlah hambaKu berada.' Kemudian Musa pun berangkat ke tempat itu

dengan ditemani seorang muridnya yang bernama Yusya' bin Nun. Nabi Musa

sendiri membawa seekor ikan di dalam keranjang yang terbuat dari daun

kurma. Keduanya berjalan kaki menuju tempat tersebut. Ketika keduanya

sampai di sebuah batu besar, maka keduanya pun tertidur lelap. Tiba-tiba

ikan yang berada di dalam keranjang tersebut berguncang keluar, lalu masuk

ke dalam air laut. lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu, (Al-

Kahfi: 61). 'Allah telah menahan air yang dilalui ikan tersebut, hingga

menjadi terowongan. Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalanannya

siang dan malam. Rupanya murid Nabi Musa lupa untuk memberitahukannya.

Pada pagi harinya, Nabi Musa berkata kepada muridnya; 'Bawalah makanan

kita kemari! Sesungguhnya kita merasa letih karena perjalanan kita ini.'

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: 'Belum berapa jauh Musa

melewati tempat yang diperintahkan untuk mencarinya, muridnya berkata;

'Tahukah Anda tatkala kita mencari tempat berlindung di batu besar tadi,

maka sesungguhnya saya lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak ada

yang membuat saya lupa untuk menceritakannya kecuali syetan, sedangkan

ikan tersebut mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.'

Musa berkata; 'Itulah tempat yang sedang kita cari.' Lalu keduanya kembali

mengikuti jalan mereka semula. 'Kemudian keduanya menelusuri jejak mereka

semula.' Setelah keduanya tiba di batu besar tadi, maka mereka melihat

seorang laki-laki yang sedang tertidur berselimutkan kain. Lalu Nabi Musa

'Alaihis Salam mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidhir bertanya kepada

Page 37: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

138

Musa; 'Dan dari manakah salam di negerimu? ' Musa berkata; 'Saya adalah

Musa.' Nabi Khidhir bertanya; 'Musa Bani Israil.' Nabi Musa menjawab; 'Ya.'

Musa berkata kepada Khidhir; Aku mendatangimu agar engkau mengajarkan

kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan

kepadamu? ' Nabi Khidhir menjawab; 'Sesungguhnya sekali-kali kamu tidak

akan sanggup dan sabar bersamaku. Bagaimana kamu bisa sabar atas sesuatu

yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu? '

Musa berkata; 'Insya Allah kamu akan mendapatiku sebagai orang yang sabar

dan aku pun tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.' Khidhir

menjawab; 'Jika kamu tetap mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan

sesuatu hingga aku sendiri yang akan menerangkannya kepadamu.' Musa

menjawab; 'Baiklah.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

'Kemudian Musa dan Khidhir berjalan menyusuri pantai. Tak lama kemudian

ada sebuah perahu yang lewat. Lalu keduanya meminta tumpangan perahu.

Ternyata orang-orang perahu itu mengenal baik Nabi Khidhir, hingga

akhirnya mereka mengangkut keduanya tanpa meminta upah.' Lalu Nabi

Khidhir mendekat ke salah satu papan di bagian perahu itu dan setelah itu

mencabutnya. Melihat hal itu, Musa menegur dan memarahinya; 'Mereka ini

adalah orang-orang yang mengangkut kita tanpa meminta upah, tetapi

mengapa kamu malah melubangi perahu mereka untuk kamu tenggelamkan

penumpangnya? ' Khidhir menjawab; 'Bukankah telah aku katakan kepadamu

bahwasanya kamu sekali-kali tidak akan sabar ikut bersamaku.' Musa berkata

sambil merayu; 'Janganlah kamu menghukumku karena kealpaanku dan

janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku.' Tak

lama kemudian, keduanya pun turun dari perahu tersebut. Ketika keduanya

sedang berjalan-jalan di tepi pantai, tiba-tiba ada seorang anak kecil yang

sedang bermain dengan teman-temannya yang lain. Kemudian, Nabi Khidhir

segera memegang dan membekuk kepala anak kecil itu dengan tangannya

hingga menemui ajalnya. Dengan gusarnya Nabi Musa berupaya menghardik

Nabi Khidhir; 'Mengapa kamu bunuh jiwa yang tak berdosa, sedangkan anak

kecil itu belum pernah membunuh? Sungguh kamu telah melakukan perbuatan

yang munkar? ' Khidhir berkata; 'Bukankah sudah aku katakan bahwasanya

kamu tidak akan mampu untuk bersabar dalam mengikutiku. Dan ini melebihi

dari yang sebelumnya.' Musa berkata; 'Jika aku bertanya kepadamu tenteng

sesuatu setelah ini, maka janganlah kamu perbolehkan aku untuk

menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur (maaf)

kepadaku.' Selanjutnya Nabi Musa dan Khidhir melanjutkan perjalanannya.

Ketika kami berdua tiba di suatu negeri, maka keduanya pun meminta jamuan

dari penduduk negeri tersebut, tapi sayangnya mereka enggan menjamu

keduanya. Lalu keduanya mendapatkan sebuah dinding rumah yang hampir

roboh dan Nabi Khidhir pun langsung menegakkannya (memperbaikinya).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Dinding itu miring (sambil

memberi isyarat dengan tangannya) lalu ditegakkan oleh Khidhir.' Musa

berkata kepada Khidhir; 'Kamu telah mengetahui bahwa para penduduk

negeri yang kita datangi ini enggan menyambut dan menjamu kita. Kalau

kamu mau, sebaiknya kamu minta upah dari hasil perbaikan dinding rumah

tersebut. Akhirnya Khidhir berkata; 'Inilah perpisahan antara aku dan kamu.

Aku akan beritahukan kepadamu tentang rahasia segala perbuatan yang kamu

tidak sabar padanya.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

Sebenarnya aku lebih senang jika Musa dapat sedikit bersabar, hingga kisah

Page 38: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

139

Musa dan Khidhir bisa diceritakan kepada kita dengan lebih panjang lagi.

Sa'id bin Zubair berkata; 'Ibnu Abbas membacakan ayat Al-Qur'an yang

artinya; 'Di depan mereka ada seorang penguasa yang merampas setiap

perahu yang bagus. Ibnu Abbas juga membacakan ayat Al- Qur'an yang

artinya; 'Anak kecil yang dibunuh Nabi Khidhir itu adalah kafir sedangkan

kedua orang tuanya mukmin.”

Hadits Tentang Dajjal HR. Muslim

Page 39: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

140

Page 40: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

141

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb

telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan

kepadaku Abdurrahman bin Yazid bin Jabir telah menceritakan kepadaku

Yahya bin Jabir Ath Tho'i hakim Himsh, telah menceritakan kepadaku

Aburrahman bin Jubair dari ayahnya, Jubair bin Nufair Al Hadlrami ia

mendengar An Nawwas bin Sam'an Al Kilabi. Telah menceritakan kepadaku

Muhammad bin Mihran Ar Razi, teks miliknya, telah menceritakan kepada

kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin

Yazid bin Jabir dari Yahya bin Jabir Ath Tha'i dari Abdurrahman bin Jubair

bin Nufair dari ayahnya, Jubair bin Nufair dari An Nawwas bin Sam'an

berkata: Pada suatu pagi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menyebut

Dajjal beliau melirihkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya

berada disekelompok pohon kurma. Kami pergi meninggalkan Rasulullah

Shallallahu 'alaihi wa Salam lalu kami kembali lagi, beliau mengetahui hal itu

pada kami lalu beliau bertanya: "Kenapa kalian?" kami menjawab: wahai

Rasulullah, Tuan menyebut Dajjal pada suatu pagi, Tuan melirihkan dan

mengeraskan suara hingga kami mengiranya ada disekelompok pohon kurma,

beliau bersabda: "Selain Dajjal yang lebih aku khawatirkan pada kalian, bila

ia muncul dan aku berada ditengah-tengah kalian, aku akan mengalahkannya,

bukan kalian dan bila ia muncul dan aku sudah tidak ada ditengah-tengah

kalian, maka setiap orang adalah pembela dirinya sendiri dan Allah adalah

penggantiku atas setiap muslim, ia adalah pemuda ikal, matanya menonjol,

mirip 'Abdu Al 'Uzza bin Qathan. Siapa pun diantara kalian yang melihatnya

hendaklah membaca permulaan surah Al Kahfi, ia muncul diantara Syam dan

'Irak lalu banyak membuat kerusakan dikanan dan dikiri, wahai hamba-hamba

Allah, teguhlah kalian." Kami bertanya: Berapa lama ia tinggal di bumi?

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menjawab: "Empat puluh hari, satu

hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti satu pekan dan

hari-hari lainnya seperti hari-hari kalian." Kami bertanya: Wahai Rasulullah,

bagaimana menurut Tuan tentang satu hari yang seperti satu tahun, cukupkah

bagi kami shalat sehari? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

"Tidak, tapi perkirakanlah ukurannya." Kami bertanya: Wahai Rasulullah,

bagaimana kecepatannya di bumi? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam

menjawab: Seperti hujan yang diakhiri angin. Ia mendatangi kaum dan

menyeru mereka, mereka menerimanya, ia memerintahkan langit agar

menurunkan hujan, langit lalu menurunkan hujan, ia memerintahkan bumi

agar mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, bumi lalu mengeluarkan tumbuh-

tumbuhan lalu binatang ternak mereka pergi dengan punuk yang panjang,

lambung yang lebar dan kantong susu yang berisi lalu kehancuran datang lalu

ia berkata padanya: 'Keluarkan harta simpananmu.' Lalu harta simpanannya

mengikutinya seperti lebah-lebah jantan. Kemudian ia memanggil seorang

pemuda belia, ia menebasnya dengan pedang lalu memutusnya menjadi dua

1 Muslim bin Hajjâj Abu al-Hasan al-Qusyairî an-Naisâbuurî, Shahîh Muslim (Beirut : Dâr

Ihyâ at-Turots al-‘Arobî, tth), kitab: Al-Fitan Wa Ammârât As-Sâ’âh, bab: Ad-Dajjâl Wa Shifâtuhu,

nomer hadits: 5228.

Page 41: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

142

bagian lalu memanggilnya, ia datang memanggut-manggutkan wajahnya

seraya tertawa, saat ia seperti itu, tiba-tiba 'Isa putra Maryam turun di sebelah

timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek

za'faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, bila

ia menundukkan kepala, air menetas dan bila ia mengangkat kepala keringat

bercucuran seperti mutiara, tidaklah orang kafir mencium bau dirinya kecuali

mati dan bau nafasnya sejauh matanya memandang. Isa mencari Dajjal hingga

menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Isa putra Maryam

mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap

wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka disurga.

Saat mereka seperti itu, Allah mewahyukan padanya: 'Sesungguhnya Aku telah

mengeluarkan hamba-hambaKu, tidak ada yang bisa memerangi mereka,

karena itu giringlah hamba-hambaKu ke Thur. Allah mengirim Ya'juj dan

Ma'juj, 'Dari segala penjuru mereka datang dengan cepat.' (Al Anbiyaa': 96)

Lalu yang terdepan melintasi danau Thabari dan minum kemudian yang

belakang melintasi, mereka berkata: 'Tadi disini ada airnya.' nabi Allah Isa

dan para sahabatnya dikepung hingga kepala kerbau milik salah seorang dari

mereka lebih baik dari seratus dinar milik salah seorang dari kalian saat ini,

lalu nabi Allah Isa dan para sahabatnya menginginkan Allah mengirimkan

cacing di leher mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu 'Isa

dan para sahabatnya datang, tidak ada satu sejengkal tempat pun melainkan

telah dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk darah mereka. Lalu Isa dan para

sahabatnya berdoa kepada Allah lalu Allah mengirim burung seperti leher

unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan mereka seperti yang

dikehendaki Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada rumah

dari bulu atau rumah dari tanah yang menghalangi turunnya hujan, hujan itu

membasahi bumi hingga dan meninggalkan genangan dimana-mana. Allah

memberkahi kesuburannya hingga hingga sekelompok manusia cukup dengan

unta perahan, satu kabilah cukup dengan sapi perahan dan beberapa kerabat

mencukupkan diri dengan kambing perahan. Saat mereka seperti itu, tiba-tiba

Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa setiap orang mu'min

dan muslim dibawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah

manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-

terangan seperti keledai kawin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi." Telah

menceritakan kepada kami Ali bin Hujr As Sa'di telah menceritakan kepada

kami Abdullah bin Aburrahman bin Yazid bin Jabir dan Al Walid bin

Muslim, berkata Ibnu Hujr: Hadits salah satunya membaur pada hadits yang

lain. Dari Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dengan sanad ini seperti yang

telah kami sebutkan, tapi ia menambahkan setelah sabda beliau: "Tadi disini

ada airnya, " "Mereka berjalan hingga sampai gunung khamar, gunung Baitul

Maqdis, mereka berkata: 'Kita telah membunuh orang-orang yang ada di

bumi, ayo kita bunuh yang ada di langit.' Mereka pun melesakkan panah

mereka ke langit lalu Allah membalikkan panah mereka bermerah darah."

Disebutkan dalam riwayat Ibnu Hujr: "Sesungguhnya Aku telah menurunkan

hamba-hambaKu, tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka."

Page 42: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

143

Curriculum Vitae Penulis

A. Identitas Pribadi

Nama Lengkap : H. Ilyas Bustamiludin

Tempat & Tanggal Lahir : Bekasi, 03 July 1969

Pekerjaan : Guru

Alamat :Segarajaya Kec. Tarumajaya-Bekasi

No. Telepon : 021-31729053

Nama Ayah : H. Zaenuddin (Almarhum)

Nama Ibu : Hj. Nyaunah (Almarhum)

Nama Isteri : Hj. Rimawati, S. Pd. I, M.M.Pd.

Nama Anak : Iif Syarif Busthomy (Iif)

Ackyl Mustavid (Akil)

Ryas Wildan (Willy)

Dalta Dian Hidayat (Iyan)

Caesar Bintang Pamungkas (Kaisar)

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendididikan Formal

SD Negeri Segarajaya 01 Tarumajaya-Bekasi tahun 1983

MTs Swasta At-Taqwa 04 Bogor Tarumajaya-Bekasi tahun 1989

MA Swasta Darul ‘Amal Babelan-Bekasi tahun 1992

S1 Tarbiyah STAI At-Taqwa Bekasi tahun 2001

S2 Unisma 45 Bekasi Program Manejemen Pendidikan (DO 2003)

2. Pendidikan Non Formal

MI Swasta Al-Fudhola Tarumajaya-Bekasi tahun 1982

Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi 1983-1989

Pesantren Tinggi At-Taqwa (PTA) tahun 1989-1990

Columbus Course Indonesia (CCI) 1992

Lembaga Indonesia Amerika (LIA) 2015

C. Riwayat Pekerjaan

1. Pekerjaan Saat Ini

Staf Pengajar MAN Tarumajaya

Kepala MTs – SMK Al-Fudhola

2. Bidang Pendidikan Dan Dakwah

Pendiri Buletin Tafsir Al-Fudhola 2014

Pendiri SMK Al-Fudhola 2012

Pendiri Yayasan Bina Ummat tahun 2004

Pendiri MAN Tarumajaya tahun 2007

Pendiri Yayasan Insan Tarumajaya tahun 2007

Anggota Pendiri Yayasan Al-Khairat tahun 2001

Page 43: KISAH HAMBA ALLAH (“KHIDHIR”) DALAM SURAH AL ...repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/601/2/204410187...dipelajari berupa pentingnya ilmu pengetahuan, pemantapan aqidah, penerapan

144

Pendiri Yayasan Al-Fudhola tahun 1997

Pendiri MTs. Al-Fudhola tahun 1997

Anggota Pendiri MI Al-Fudhola tahun 1991