keterampilan menjelaskan

21
60 KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS BIDANG STUDI IPA Ketrampilan Dasar Mengajar I, Ketrampilan Dasar Mengajar II, Ketrampilan Dasar Mengajar III merupakan ketrampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber- macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, ketrampilan mengajar untuk bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata. A. Hakekat Pengajaran Sains Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman terhadap sains telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science as a way of thinking and acting), sains sebagai ketrampilan proses sains (Science is process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual, pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competence-based learning) daripada pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa (knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan ketrampilan proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya ketrampilan proses sains pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan keilmuan melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini

Upload: haikalmoch

Post on 01-Nov-2015

1.418 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: keterampilan menjelaskan

60

KETRAMPILAN DASAR MENGAJAR KHUSUS

BIDANG STUDI IPA

Ketrampilan Dasar Mengajar I, Ketrampilan Dasar Mengajar II, Ketrampilan

Dasar Mengajar III merupakan ketrampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru

dari semua bidang studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang ber-

macam-macam mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas, ketrampilan mengajar untuk

bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan. Perkembangan dunia pendidikan saat

ini menyebabkan kekhasan ciri pengajaran dari masing-masing studi makin tampak, dan

perbedaannya dengan pengajaran bidang studi lain makin nyata.

A. Hakekat Pengajaran Sains

Pemahaman orang terhadap hakekat sains, hakekat belajar dan pembelajaran yang

semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia pembelajaran sains. Pemahaman

terhadap sains telah berkembang dari pemahaman bahwa sains sebagai produk produk

sains (a body of knowledge) menjadi: sains sebagai cara berpikir dan bertindak (Science

as a way of thinking and acting), sains sebagai ketrampilan proses sains (Science is

process science skills), sains sebagai proses penyelidikan ilmiah (Science as a way of

investigating). Perubahan pemahaman terhadap hakekat sains tersebut, secara konseptual,

pandangan orang terhadap pendidikan sains semakin mengarah pada makna yang hakiki

dari belajar dan pembelajaran sains. Makna hakiki dari belajar dan pembelajaran sains

adalah pendidikan sains lebih diartikan sebagai pembentukan kompetensi anak didik

melalui peningkatan motivasi dan aktivitas diri siswa (competence-based learning)

daripada pembekalan pengetahuan melalui transfer pengetahuan dari guru ke siswa

(knowledge-based learning). Sebagai contoh, digunakannya pendekatan ketrampilan

proses sains dalam kurikulum 1984 dan 1994 di SD, SLTP dan SMU di Indonesia

menandakan bahwa pendidikan di sekolah-sekolah tersebut menekankan terbentuknya

ketrampilan proses sains pada diri siswa daripada pemberian bekal pengetahuan keilmuan

melalui konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Lebih dari itu, jika pada akhir-akhir ini

Page 2: keterampilan menjelaskan

61

para ahli pendidikan sains mengembangkan pendekatan-pendekatan baru (misalnya

pendekatan konstruktivisme dan pendekatan STS) maka mereka menganjurkan agar

dalam pendidikan sains para siswa lebih banyak diberi kesempatan belajar dalam

lingkungan yang memberdayakannya untuk membangun sendiri konsep-konsep sains

selaras dengan taraf perkembangan dan kebutuhannya, sesuai dengan latar belakang

kondisi masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Kalau memperhatikan kecenderungan para ahli pendidikan sains untuk

menganjurkan digunakannya pendekatan-pendekatan pembelajaran yang mendorong

terbentuknya lingkungan belajar konstruktivisme, pembelajaran sains di sekolah

tampaknya perlu menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan

siswa untuk membangun pemahamannya tentang alam semesta dan lingkungan sekitar

dengan menggunakan ketrampilan proses sains. Metode-metode pembelajaran yang dapat

digunakan dalam pembelajaran sains yang bersifat konstruktivisme terutama adalah

metode eksperimen, metode demonstrasi, metode karya wisata, dan metode proyek.

Namun, metode-metode tersebut menjadi lebih efektif kalau disertai dengan metode-

metode yang lain, misalnya: metode diskusi, metode simulasi.

Perkembangan tersebut perlu diikuti dengan pembentukan atau peningkatan

ketrampilan mengajar guru dalam menerapkan metode-metode pembelajaran tersebut di

atas. Ketrampilan dasar mengajar untuk pembelajaran dengan metode-metode khusus

bidang studi sains (ilmu pengetahuan alam) akan meningkatkan intensitas pembelajaran

kompetensi, mungkin bukan hanya kompetensi dibidang sains, melainkan juga

kompetensi di berbagai aspek kehidupan manusia.

B. Ketrampilan Mengajar Demonstrasi

1. Prinsip-prinsip Mengajar dengan Demonstrasi

Demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang sering digunakan dalam

pembelajaran sains. Demonstrasi digunakan untuk memperagakan:

1. cara menggunakan alat, misalnya: cara menggunakan stetoskop.

2. prinsip dan prosedur kerja suatu alat, misalnya: prinsip kerja mesin pengolah tebu

menjadi gula.

Page 3: keterampilan menjelaskan

62

3. prosedur pelaksanaan percobaan/eksperimen, misalnya: prosedur percobaan untuk

menguji adanya karbohidrat dalam tepung.

4. fenomena alam dalam rangka pemahaman suatu konsep atau prinsip sains, misalnya:

fenomena tentang nyala dua bola lampu listrik yang dipasang secara seri atau paralel.

5. merangsang siswa untuk menemukan masalah dan membimbing siswa untuk

memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran sains, demonstrasi dapat memberikan fasilitas kepada siswa

untuk meningkatkan ketrampilan proses sains, dan mealkukan inkuari ilmiah, antara lain:

1. meningkatkan ketrampilan mengamati, dan rasa ingin tahu,

2. memberi inspirasi untuk meningkatkan ketrampilan memprediksi, inferensi, dan

komunikasi.

3. meningkatkan kejelian terhadap adanya masalah.

4. memberi arah untuk menemukan atau menyusun hipotesis.

5. memberi inspirasi untuk merancang investigasi.

Demonstrasi meliputi kegiatan memamerkan dan menjelaskan (pada pihak guru),

mengamati dan mereplikasi (pada pihak siswa). Demonstrasi menjadikan bahan ajar lebih

konkret dan lebih nyata bagi siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyaksikan atau mengalami kejadian atau ketrampilan nyata sambil memperhatikan

penjelasan.

Demonstrasi dapat digunakan sebagai metode pembelajaran yang berdiri sendiri

dalam suatu proses belajar mengajar, atau dapat digunakan bersama-sama dengan metode

lain dalam suatu kombinasi multimetode. Penerapan demonstrasi sebagai metode yang

berdiri sendiri dalam suatu proses belajar mengajar dapat dijalankan dengan mengikuti

prosedur yang diusulkan oleh Joice and Well dalam Louisell (1992). Ia membagi

prosedur demonstrasi menjadi lima tahap.

1. Pembukaan.

2. Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.

3. Menampilkan model penampilan dengan benar. Tahap ini merupakan tahap

pelaksanaan demonstrasi, dan pada tahap ini guru dituntut untuk melakukan tiga hal:

a. Mempelajari dan menguasai konsep dan ketrampilan yang akan didemonstra-

sikan,

Page 4: keterampilan menjelaskan

63

b. Memecah-mecah konsep atau ketrampilan menjadi komponen-komponen lebih

kecil dan mengaturnya dalam urutan belajar yang sesuai,

c. Menjalankan langkah-langkah demonstrasi tahap demi tahap (untuk ini perlu

dibuat persiapan tertulis).

4. Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkontrol.

5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman-

nya ke situasi yang kompleks.

Jika dipadukan dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti

dan penutup, tahap-tahap demonstrasi itu dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 5.1 Tahap-Tahap Demonstrasi (Joice and Well, dalam Louisell, 1992)

Tahap pembelajaran

Tahap Demonstrasi Keterangan

Pembukaan. Membangkitkan motivasi kepa-da siswa.

Awal

Menyajikan pengetahuan prasyarat atau rasional.

Menggali pengetahuan awal sis-wa, bisa kemampuan prasyarat atau pengetahuan awal tentang konsep yang dipelajari.

Pelaksanaan demonstrasi. Penyajian, penjelasan konsep. Inti Memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih dalam kondisi terkon-trol.

Kegiatan latihan siswa untuk merefleksikan materi yang telah didemonstrasikan: mencatat da-ta, menganalisis data, dan pena-rikan kesimpulan. Bila diperlu-kan siswa diberi kesempatan untuk mengulang demonstrasi.

Penutup Memberi kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya ke situasi yang kompleks.

Kegiatan pemantapan: tugas ru-mah, proyek, dll.

Jika demonstrasi digunakan dalam proses pembelajaran sebagai kombinasi

metode di antara metode yang lain, pelaksanaan demonstrasi dapat ditempatkan pada

awal, inti atau penutup pelajaran. Jika ditempatkan pada awal pelajaran, demonstrasi

dimaksudkan untuk membangkitkan motivasi belajar, memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengeksplorasi fenomena dan masalah, serta menggali pengetahuan awal siswa

tentang konsep yang sedang dipelajari. Pada inti pelajaran demonstrasi bermanfaat untuk

menunjukkan fakta, atau menjelaskan konsep atau prinsip. Pada akhir pelajaran

Page 5: keterampilan menjelaskan

64

demonstrasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar siswa; penilaian ini merupakan

penilaian terhadap pengalaman langsung siswa, dan cocok untuk menilai kemampuan

ketrampilan proses sains. Dalam pelaksanaannya, selama atau sesudah demonstrasi siswa

diberi pertanyaan tentang hal-hal yang tampak atau mungkin tampak.

2. Ketrampilan Khusus Berdemonstrasi

Secara umum demosntrasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk

meningkatkan keefektifan tercapainya tujuan pengajaran. Demonstrasi dapat dilaksanakan

sebagai satu metode dalam satu proses pembelajaran, atau sebagai salah satu metode

dalam suatu perose pembelajaran. Demonstrasi dapat disajikan di awal pelajaran, dengan

tujuan untuk menyajikan fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan memotivasi

belajar siswa. Maka dari itu, guru perlu menguasai kecakapan dan ketrampilan berdemon-

strasi.

a. Prademonstrasi

1) Memahami tujuan demonstrasi. Dalam pembelajaran konstruktivisme, tujuan

khusus demonstrasi ada dua macam: (1) demonstrasi pada awal pelajaran bertujuan untuk

menampilkan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif, (2) demonstrasi pada

pengajaran inti bertujuan untuk menyajikan fakta atau data, untuk memecahkan masalah,

(3) demonstrasi pada akhir pelajaran untuk memberi gambaran mengenai aplikasi konsep.

2) Mengenali fakta atau informasi esensial dari konsep yang akan didemonstrasikan.

Fakta atau informasi esensial inilah yang perlu dijadikan fokus amatan oleh siswa ketika

demonstrasikan.

3) Merancang bahan atau kegiatan untuk demonstrasi. Yang dimaksud disini adalah

menerjemahkan informasi verbal pada konsep materi pelajaran menjadi informasi yang

dapat divisualisasikan dalam demonstrasi.

4) Merancang prosedur pelaksanaan demonstrasi. Lihat Tabel 5.1. Disamping

prosedur sebagaimana dikemukakan pada Tabel 5.1, hal yang perlu dirancang adalah

urut-urutan penyajian demonstrasi jika informasi yang akan ditampilkan merupakan

beberapa seri informasi. Urutan seri informasi perlu dirancang.

b. Pelaksanaan Demonstrasi

Page 6: keterampilan menjelaskan

65

1) Menjalankan demonstrasi dengan lancar dan benar, agar informasi yang

dimunculkan benar sesuai dengan yang direncanakan.

2) Menampilkan fenomena secara atraktif, khususnya fenomena-fenomena yang

diharapkan dapat menimbulkan konflik kognitif pada siswa. Demonstrator dapat

melakukan trik-trik untuk mengkonflikkan pikiran siswa dengan fenoman yang teramati.

Perhatikan contoh berikut ini.

Gambar 5.1 Neraca Carticius

Gambar 3.1 adalah gambar Neraca Carticius untuk

mendemonstrasikan benda tenggelam dan terapung. Botolnya

dalah botol plastik yang berisi air, tabung di dalamnya

adalah gelas tabung reaksi. Jika botol dipejet di bagian

sampingnya, tabung reaksi makin tenggelam, dan bila pejetan

dilepaskan tabung kembali terapung. Jika pada waktu

memejet botol sambil diangkat dari meja, siswa akan

melihatnya bahwa tabung reaksi tenggelam karena botol

diangkat.

Ketika pejetan dilepaskan pelan-pelan sambil menurunkan botol ke meja, akan tampak

seolah-olah turunnya tabung reaksi karena botol diturunkan. Pada hal, tabung reaksi

tenggelam ketika botol dipejet karena volume air yang masuk ke dalam tabung reaksi

bertambah, sebaliknya volume air di dalam tabung reaksi berkurang ketika pejetan

dilepaskan. Itulah yang disebut konflik kognitif. Atraksi seperti itu sangat menarik,

layaknya bermain sulap.

3) Penampilan demonstrasi dapat diulang, untuk memperbanyak sampel pengamatan.

4) Mengatur posisi peralatan, sampai demonstrasi dapat diamati dengan jelas oleh

semua anggota kelas.

c. Pasca Demonstrasi

1) Kesenyapan. Setelah demonstrasi berakhir, guru diam beberapa saat untuk

menunggu respons dari siswa, mungkin (sampai) ada siswa yang mengajukan masalah

dari fenomeda yang diamati. Jika respons tidak muncul, masalah dapat diajukan sendiri

oleh guru.

2) Berdiskusi atau melakukan demonstrasi lanjutan, untuk mengajak siswa mengajak

siswa menemukan jawaban atas masalah yang dikemukakan.

Page 7: keterampilan menjelaskan

66

C. Ketrampilan Mengajar Eksperimen

1. Prinsip-Prinsip Pengajaran Eksperimen

Eksperimen merupakan bagian sangat penting dalam pembelajaran sains, kerena

hal eksperimen itulah yang membedakan sains dengan mata pelajaran lain. Metode

eksperimen dapat digunakan untuk melatih siswa dalam melakukan studi alamiah yang

menggunakan langkah-langkah metode alamiah, yang meliputi: observasi, penemuan

masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan. Karena

dalam pelaksanaan eksperimen itu banyak ketrampilan proses yang perlu digunakan,

maka metode ini merupakan strategi yang penting untuk membelajarkan ketrampilan

proses kepada siswa, terutama ketrampilan proses terintegrasi.

Metode eksperimen sangat khas untuk membelajarkan prinsip atau generalisasi

hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sehubungan dengan

penjelasan ini, metode eksperimen dapat dibagi menjadi eksperimen sederhana,

eksperimen terkontrol, dan eksperimen berujung-terbuka (open-ended experimen)

(Thurber dan Collete, 1968). Dengan adanya pembagian ini, guru tidak perlu khawatir

bahwa pelaksanaan eksperimen di kelas sains akan memakan waktu banyak,

pelaksanaannya rumit dana adanya kesulitan yang lain.

a. Eksperimen sederhana

Banyak masalah IPA yang dapat dipecahkan dengan eksperimen sederhana,

sehingga tidak memerlukan tahap-tahap kerja yang terpisah untuk menyelesaikannya.

Langkah dari eksperimen sederhana itu adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pelaksanaan

percobaan untuk pengamatan, dan 3) pengambilan kesimpulan. Dalam eksperimen

sederhana ini tidak perlu dilakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel bebas yang

tidak dipelajari, karena pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat diabaikan atau

memang tidak ada variabel lain yang berpengaruh kecuali variabel yang sedang dipelajari.

Sebagai contoh, masalah yang akan dipecahkan adalah: “Apakah tepung beras

mengandung amilum?” Masalah itu cukup dipecahkan dengan percobaan, yang dilakukan

dengan meneteskan larutan YKY (yodium) pada tepung beras, kemudian mengamati

bahwa zat tersebut berubah warna biru. Untuk mengambil kesimpulan, siswa cikup

Page 8: keterampilan menjelaskan

67

diminta untuk melakukan 2-3 kali percobaan, untuk mengambil kesimpulan bahwa

tepung beras mengandung amilum berdasarkan perubahan warna yodium menjadi biru.

b. Eksperimen terkontrol

Hubungan antara suatu variabel bebas dan variabel terikat dalam fenomena-

fenomena alam banyak yang tidak dapat diamati karena adanya variabel lain yang

berpengaruh terhadapa variabel terikat yang diamati. Misalnya, pada suatu tanaman pot

baru yang tanahnya diberi urea, pertumbuhannya subur; tetapi tidak dapat disimpulkan

begitu saja bahwa yang menyebabkan subur adalah zat urea, karena orang berpikir bahwa

faktor lain juga dapat berpengaruh. Hubungan antara variabel-variabel seperti itu dapat

diajarkan kepada siswa dengan metode eksperimen terkontrol. Dalam metode ini dibuat

eksperimen dengan menggunakan dua kelompok tanaman pot yang medium tanahnya

sama, tetapi pada satu kelompok tanaman tanahnya diberi urea sementara kelompok

tanaman yang lain tidak diberi urea.

Dalam pelaksanaan metode eksperimen terkontrol, langkah-langkah yang perlu

dilaksanakan adalah: 1) pengajuan masalah, 2) pengajuan hipotesis, 3) pengontrolan

variabel (membuat perlakuan variabel bebas dan mengendalikan varibel terkontrol), 4)

pelaksanaan eksperimen, 5) pengolahan data, dan 7) pengambilan kesimpulan. Dalam

metode eksperimen terkontrol, kesimpulan yang dibuat bersifat tertutup, artinya

kesimpulan itu merupakan jawaban yang pasti (tidak perlu dipertanyakan kebenarannya,

atau tidak mengundang munculnya masalah baru).

Contohnya sebagai berikut:

Masalah: “Mengapa tanaman padi di sawah ada yang daunnya lebih hijau dan lebih panjang dari yang lain?

Hipotesis: “Tanaman padi yang hijau dipupuk dengan urea.” Mengendalikan variabel: membuat dua kelompok perlakuan, satu kelompok dipupuk urea,

kelompok yang lain tidak dipupuk urea. Pelaksanaan eksperimen: 1) melakukan penanaman padi dalam beberapa pot dengan medium

tanah yang sama, 2) pot-pot tanaman padi dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I dipupuk urea sedang kelompok II tidak dipupuk urea.

Pengamatan/Pengumpulan data: mengamati warna dan mengukur panjang daun tanaman padi selama waktu tertentu.

Pengolahan data: 1) menghitung rata-rata data tinggi batang padi pada tiap perlakuan, 2) membandingkan rata-rata tinggi batang padi antara kelompok I dan kelompok II.

Pengambilan kesimpulan: Menyimpulkan hasil pengolahan data tentang hubungan antara urea dengan tinggi batang dan perubahan warna hijau pada daun.

Page 9: keterampilan menjelaskan

68

c. Eksperimen berujung-terbuka

Metode eksperimen berujung-terbuka mempunyai langkah-langkah yang sama

dengan metode eksperimen terkontrol. Hal yang berbeda adalah pada eksperimen

berujung-terbuka kesimpulan dari jawaban masalah masih terbuka untuk dipermasalahkan

lagi. Dengan kata lain jawaban dari masalah dapat menimbulkan masalah baru atau

hipotesis baru, sementara pada eksperimen berujung-tertutup kesimpulan yang dihasilkan

merupakan jawaban yang tidak perlu dipermasalahkan lagi kebenarannya. Lebih dari itu,

tingkat kesukaran dari metode eksperimen terbuka dapat dibuat lebih kompleks,

misalnya: variabel bebas yang dimanipulasi dapat lebih dari satu, analisis data dapat

dibuat lebih kompleks. Di samping itu, kalau pada metode eksperimen sederhana dan

metode eksperimen tertutup masalah, hipotesis dan rancangan eksperimen diresepkan

oleh guru, pada metode eksperimen terbuka siswa dapat diminta untuk menemukan

masalah, menyusun hipotesis dan membuat rancangan eksperimen sendiri.

Sebagai contoh, pada eksperimen pengaruh urea terhadap kesuburan tanaman padi

yang dicontohkan di atas, setelah ada kesimpulan bahwa urea menyebabkan daun menjadi

lebih hijau dan pertumbuhan lebih cepat, siswa diberi kesempatan untuk mengamati

gejala-gejala lain yang muncul pada tanaman padi dalam penggunaan urea; misalnya:

batang padi menjadi lemas dan roboh. Berdasarkan fakta tersebut, siswa diminta untuk

menemukan masalah baru: “Apakah urea menyebabkan batang padi menjadi lemas dan

mudah roboh? Seterusnya, masalah tersebut dibiarkan berada dalam benak siswa, sampai

mereka mempunyai minat untuk memecahkan sendiri. Artinya, untuk topik pelajaran

yang sedang dibahas, masalah baru itu tidak harus dijawab sekaligus.

2. Ketrampilan Menjalankan Metode Eksperimen

Sama dengan demonstrasi, eksperimen dapat dilaksanakan pada tahap awal

pelajaran, dan inti pelajaran. Bahkan, eksperimen dapat dilaksanakan pada akhir atau

penutupan pelajaran. Eksperimen pada awal pelajaran digunakan untuk menampilkan

fenomena, menggali pengetahuan awal siswa, dan menarik motivasi belajar siswa.

Eksperimen pada inti pelajaran berfungsi untuk menjelaskan konsep, atau memberi

fasilitas kepada siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang ingin dipecahkan.

Dengan kata lain, demosntrasi pada Inti Pelajaran digunakan untuk membantu siswa

menemukan konsep yang dipelajari.

Page 10: keterampilan menjelaskan

69

Ada bebera ciri yang perlu diperhatikan pada pembelajaran dengan eksperimen:

(1) eksperimen mempelajari hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat, (2)

kegiatan eksperimen dilakukan sendiri oleh siswa, (3) siswa dapat melakukan kegiatan

inkuari bebas. Hal ini berbeda dengan pembelajaran demomstrasi; demonstrasi biasanya

dilakukan oleh guru, inkuari yang dijalani oleh siswa adalah inkuari terbimbing.

Ketrampilan mengajar eksperimen dapat dipisah menjadi tiga tahap, yaitu

persiapan, pelaksanaan, penutup.

a. Ketrampilan Menyiapkan Eksperimen.

1) Menentukan tujuan pengajaran dan tujuan eksperimen.

2) Mengidentifikasi variabel-variabel eksperimen yang akan diselidiki sesuai de-

ngan topik pelajaran.

3) Merancang percobaan untuk eksperimen. Dalam kegiatan ini guru

menerjemahkan informasi dan prinsip verbal dari topik yang dipelajari menjadi informasi

dan prinsip yang tervisualisasikan melalui eksperimen.

4) Merancang prosedur pelaksanaan eksperimen, yaitu langkah kegiatan

pembelajaran dalam eksperimen, yang meliputi: kegiatan awal, inti, dan penutup.

b. Pelaksanaan Eksperimen

1) Pada kegiatan awal, eksperimen dimaksudkan untuk: menyajikan fenomena

dalam rangka menimbulkan konflik kognitif, menggali pengetahuan awa siswa, dan

menarik memotivasi belajar siswa. Ketrampilan guru yang diperlukan adalah:

• Memandu siswa untuk menjalankan eksperimen. Ketrampilan ini diperlukan

karena eksperimen biasanya dilaksanakan oleh beberapa kelompok kecil.

• Memandu siswa untuk memusatkan perhatiannya pada informasi yang esensial,

khususnya yang menimbulkan konflik kognitif.

• Menggali pengetahuan awal siswa dan memotivasi siswa. Kegiatan ini di dahului

dengan meminta siswa untuk menghentikan eksperimen. Selanjutnya, guru

mengajukan masalah yang dapat menimbulkan konflik kognitf, dan mengevaluasi

jawaban siswa. Dengan begitu pengetahuan awal siswa dapat digali.

2) Pada kegiatan inti, guru:

Page 11: keterampilan menjelaskan

70

• Membimbing penemuan masalah dan hipotesis. Tanya-jawab pada

penggalian pengetahuan awal diteruskan ke tanya jawab untuk menemukan

masalah yang terkait dengan konsep/prinsip yang dipelajari, dan diteruskan

lagi sampai ditemukan hipotesis.

• Membimbing kerja kelompok. Setelah hipotesis dirumuskan, siswa dipandu

untuk melanjutkan eksperimen lanjutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan

kerja kelompok kecil atau perseorangan. Lihat Bab IV mengenai ketrampilan

membimbing kerja kelompok kecil dan pengajaran perseorangan.

• Membimbing diskusi kelompok kecil, untuk pencatatan data, analisis data, dan

penarikan kesimpulan. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelompok kecil, atau

secara klasikal.

c. Mengakhiri eksperimen.

1) Memberikan pemantapan. Setelah kegiatan eksperimen berakhir, guru memberi

pemantapan, dapat berupa pertanyaan aplikatif, atau memberi msalah baru untuk

dipecahkan melalui eksperimen di luar jan pertemuan.

2) Mengevaluasi perolehan belajar. Tes formatif dapat dilaksanakan secara formal

(tanya-jawab) atau formal (tertulis). Tes sebaiknya mengukur hasil belajar melalui

pengalaman langsung (tes penampilan)

3) Membimbing siswa untuk mengemas, mengembalikan peralatan, dan

membersihkan ruang belajar secara rapi. Ini merupakan kegiatan untuk latihan

pengembangan sikap.

D. Ketrampilan Mengajar Bermain Peran (Simulasi)

1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Simulasi

Bermain peran atau simulasi adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa

mempelajari fakta, konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman yang terdramati-

sasikan. Dalam pembelajaran IPA yang menggunakan metode simulasi siswa-siswa di-

minta untuk bermain “drama”. Dalam permainan drama itu siswa-siswa yang terlibat

ditugaskan untuk memainkan peran dari orang, banda, kejadian atau situasi alam yang

Page 12: keterampilan menjelaskan

71

menjadi bagian dari fakta, konsep atau prinsip. Misalnya, dalam pembelajaran konsep

perputaran (rotasi) dan peredaran (revolusi) bumi dan bulan dalam sistem tata surya,

siswa ditugaskan untuk berperan sebagai matahari, bumi dan bulan. Untuk mempelajari

bahwa bulan berotasi sekalil dan berevolusi terhadap bumi sekali selama 30 hari, siswa

yang berperan sebagai bulan diminta untuk berdiri menghadapkan wajahnya ke anak yang

berperan sebagai bumi, kemudian bergerak mengelilingi bumi dengan wajahnya tetap

menghadap ke bumi selama berkeliling.

Bila ditugasi untuk melakukan suatu permainan peran, para siswa akan belajar

sungguh-sungguh untuk melakukannya. Mereka melakukan permainan peran itu secara

sungguh-sungguh karena pekerjaan mengasyikkan dan karena mereka ingin

berpenampilan sebaik-baiknya dihadapan guru dan teman-temannya. Permainan peran

menyajikan suatu konteks pemecahan masalah yang menuntut siswa untuk menggunakan

ketrampilan berpikit tingkat tinggi. Permainan peran membawa segmen-segmen

kurikulum lebih dekat kepada siswa, dan mengaktualisasikan situasi-situasi yang jauh

dari pengamatannya menjadi pengalaman yang dekat dengan dirinya. Permainan peran

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau menghayati banyak

kejadian yang tidak dapat diamati secara langsung. Permainan peran mempunyai

keunggulan lebih dari mengamati kejadian-kejadian melalui film atau video. Permainan

peran itu merupakan suatu pengalaman dimana siswa menampilkan interpretasinya

tentang realita.

Simulasi dapat mempunyai tingkat struktur yang bervariasi. Pada anak muda

peran-perannya dapat dirinci secara detil untuk menampilkan fakta-fakta dan

pengambilan kesimpulan yang bersifat tertutup. Pada siswa yang lebih tua atau lebih

berpengalaman peran-perannya dapat berujung-terbuka untuk membuat interpretasi

individual.

Selama simulasi peran, guru harus membuat perencanaan, membuat struktur,

merancang vasilitas, dan berdiskusi mengenai peran-peran yang dimainkan bersama atau

oleh siswa. Tahap-tahap pokok yang perlu diikuti oleh guru agar dapat mengimplemen-

tasikan suatu kegiatan simulasi adalah: (1) menjelaskan tugas, (2) mendeskripsikan peran-

peran yang dimainkan dan mengidentifikasi poermainan, (3) memberi kesempatan kepada

pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan membantu pemain jika diperlukan, (4)

Page 13: keterampilan menjelaskan

72

memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan kegiatan bermain peran, (5)

memberi kesempatan berdiskusi tentang kegiatan, menggali implikasinya

Guru harus membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama

agar siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi. Jika siswa khawatir untuk berbuat

kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu mengekspresikan pandangan

dan perasaan secara bebas, maka mereka akan tidak kreatif dan tidak berpartisipasi aktif

dalam kegiatan bermain peran. Maka dari itu, guru perlu membangun iklim pada siswa

bahwa belajar bermain peran tidak mengandung resiko, mengasyikkan, dan mudah

dilaksanakan. Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para

siswa menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

2. Ketrampilan Mengajar Simulasi

Pembelajaran dengan simulasi merupakan alternatif kedua untuk diterapkan

dalam pembelajaran sains, jika pembelajaran dengan eksperimen/demonstrasi. Pada

pengajaran eksperimen dan demonstrasi siswa memperoleh pengalaman langsung. Dalam

pembelajaran dengan simulasi pengalaman siswa juga bersifat langsung, tetapi tida dari

media realia, tetapi media yang disimulasikan. Bila digali dengan seksama ternyata

banyak konsep dan prinsip dalam sains (khususnya biologi) yang tidak dapat diajarkan

dengan eksperimen, demonstrasi atau melalui pengamatan laungsung lain dapat diajarkan

dengan simulasi. Pada akhir-akhir ini, permainan/simulasi banyak digunakan dalam

pembelajaran lingkungan hidup. Dengan kreativitas tinggi, pembelajaran tentang

tumbuhan, hewan dan manusia banyak yang dapat digali untuk diajrkan dengan

permainan/simulasi. Karena peranan pembelajaran dengan simulasi dalam pembelajaran

sains cukup penting, maka gur perlu memiliki ketrampilan khusus untuk mengajar dengan

simulasi.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan guru harus memiliki kecakapan untuk:

1) membuat perencanaan simulasi, yang meliputi pemilihan topik pelajaran,

perumusan tujuan pengajaran, menganalisis konsep atau prinsip yang cocok

untuk dismulasikan, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi

pembelajaran.

Page 14: keterampilan menjelaskan

73

2) membuat struktur, artinya: membuat rancangan jalannya permainan/simulasi

yang dituangkan dalam bentuk skenario,

3) merancang fasilitas, yaitu memilih, dan membuat peralatan yang diperlukan

untuk simulasi,

4) berdiskusi dengan siswa (atau membimbing siswa untuk mendiskusikan) untuk

menentukan peran-peran yang akan dimainkan, hal ini perlu dilakukan karena

banyak siswa enggan untuk ditugasi untuk memegang peran yang akan

dimainkan karena malu; dalam hal ini guru harus cakap untuk meyakinkan

bahwa permainan peran itu bukan pekerjaan yang memalukan melainkan

bermanfaat untuk kemajuan belajar.

b. Pelaksanaan Simulasi

Pekerjaan guru pada tahap pelaksanaan simulasi adalah:

1) menjelaskan tugas kepada pemain peran,

2) mendeskripsikan peran-peran yang dimainkan dan mengidentifikasi pemain,

3) memberi kesempatan kepada pemain untuk menyiapkan interpretasinya dan

membantunya jika diperlukan,

4) memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalankan permainan/simulasi,

c. Pasca Simulasi

Setalah permainan/simulasi selesai dikerjakan, guru memberi kesempatan

berdiskusi kepada siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan, dan menggali

implikasinya.

Ketrampilan khusus yang perlu dikuasai untuk mengefektifkan kegiatan simulasi

adalah:

• membangun iklim kebebasan berekspresi, kepercayaan dan kerjasama, agar siswa

berpartisipasi aktif dalam kegiatan simulasi,

• membangun iklim pada siswa bahwa belajar bermain peran tidak mengandung

resiko, mengasyikkan, dan mudah dilaksanakan, terutama jika siswa khawatir

untuk berbuat kesalahan atau takut ditertawakan, atau takut tidak mampu

Page 15: keterampilan menjelaskan

74

mengekspresikan pandangan dan perasaan secara bebas, sehingga mereka tidak

kreatif dan tidak berpartisipasi aktif dalam kegiatan bermain peran. guru perlu.

• Guru yang gagal membangun iklim yang baik tidak perlu heran jika para siswa

menolak untuk bermain peran atau melakukannya dengan kurang antusias.

E. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan

1. Manfaat Pengajaran di Luar Ruangan

Mengajar di luar ruangan juga merupakan alternatif yang perlu mendapat

prioritas untuk pembelajaran sains dibandingkan dengan pengajaran yang bersifat

verbalistik. Sebenarnya banyak kendala yang dihadapi dalam pembelajaran di luar

ruangan, antara lain:

(1) fenomena-fenomena alam demikian banyak yang muncul dan saling terkait dengan

sangat rumit, sehingga sulit dipelajari hubungannya satu sama lain; dengan demikian

fakta yang dijumpai banyak tetapi konsep dan prinsip/generalisasinya sulit ditangkap,

(2) memerlukan waktu, dan dan tenaga lebih banyak dibandingkan dengan belajar di

dalam ruangan.

Meskipun demikian, kalau pengajaran di luar ruangan dikelola dengan baik

banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa.

(1) Fakta dan fenomena yang banyak dijumpai menjadi pengetahuan yang sulit dilupakan.

(2) Banyak kejadian-kejadian menakjubkan dapat dijumpai untuk membangkitkan rasa

ingin tahu dan memotivasi keinginan belajar,

(3) Banyak masalah diperoleh dari kejadian-kejadian yang menakjubkan, dan diantara

masalah-masalah yang dijumpai banyak terdapat masalah yang terkait dengan masalah

hidup yang sesungguhnya, misalnya: tanah longsor, gunung gundul.

(4) Banyak tantangan dijumpai siswa di lingkungan alam, dan parta siswa dapat

menghadapi dan mengatasi secara bersama atau dengan bekerja sama, sehingga siswa

dapat memperoleh pengetahuah dan kecakapan untuk menghadapi hidup dan kehidupan.

(5) Banyak manfaat rekreatif diperoleh anak, misalnya: pemandangan yang indah,

gerakan bebas yang menggembirakan (berlari-lari, meloncat-loncat, berteriak-teriak),

ayang tidak dapat dijumpai dan dilakukan di sekolah.

Page 16: keterampilan menjelaskan

75

2. Ketrampilan Mengajar di Luar Ruangan

Jika pengajaran diluar ruangan dapat dan perlu dilaksanakan, guru perlu

menguasi ketrampilan untuk menjalankannya.

a. Persiapan

Kecakapan dan ketrampilan yang perlu dikuasai oleh guru untuk menjalankan

pengajaran di luar ruangan adalah:

1) menentukan tujuan dan topik pembelajaran,

2) menyusun organisasi (panitia) pelaksana untuk urusan-urusan teknis,

3) membimbing siswa (panitia) untuk mempersiapkan segala keperluan untuk kegiatan

belajar di luar ruangan: lokasi sasaran, surat-menyurat, peralatan, tranportasi,

akomodasi, dana, dan lain-lain.

4) mempersiapkan petunjuk kerja lapangan; petunjuk kerja lapangan harus disiapkan

dengan baik karena di lapangan yang luas guru sering tidak bisa selalu berada di

sekitar siswa, sehingga dengan petunjuk lapangan itu siswa dapat bekerja secara

mandiri,

5) mempersiapkan jadwal; jadawal perlu disusun secara bijaksana sehingga ada

keseimbangan antara tugas akademik dengan tugas yang bersifat rekreatif, dengan

alokasi waktu yang betul-betul dapat dipenuhi nantinya.

b. Pelaksanaan

Kecakapan dan ketrampilan guru untuk mengajar pada pelaksanaan belajar di

luar ruangan:

1) mengawasi, dan memonitor kegiatan, perilaku, dan kondisi siswa selama kegiatan;

pengawasan, monitoring kegiatan/perilaku/kondisi itu perlu dijalankan secara disiplin dan

tegas tetapi tidak menimbulkan tekanan perasaan dan fisik pada siswa,

2) mengawasi dan memonitor kerja siswa; pekerjaan ini tidak mudah dilaksanakan,

karena guru sering berada di tempat yang jauh dari individu atau kelompok siswa,

3) menjaga ketercapaian target perolehan belajar; tanpa ada kontrol perolehan belajar

mungkin lebih banyak rekreatifnya dari pada akademiknya.

4) menjaga dan membangun iklim hubungan kerja dan hubungan sosio-emosional antar

individu yang kondusif untuk terselesaikannya tugas-tugas belajar,

Page 17: keterampilan menjelaskan

76

5) membangun keprcayaan siswa terhadap dirinya, agar dapat menjadi motivator yang

handal, khususnya dengan menunjukkan kecakapan mengatasi masalah dimana tidak ada

siswa yang dapat mengatasinya,

6) memberi bantuan, kalau diperlukan.

c. Pasca Kegiatan

Ketrampilan mengajar yang diperlukan pada tahap pasca kegiatan belajar di luar

ruangan adalah:

1) memberi arahan dan contoh untuk mengembalikan kebersihan dan ketertiban

lingkungan yang digunakan

2) mengawasi dan menjalankan kegiatan pengemasan dan perawatan peralatan yang

sudah digunakan,

3) memonitor, membimbing pembuatan laporan hasil kerja dan menagih hasilnya pada

waktu yang dutentukan.

F. Ketrampilan Membimbing Diskusi

Diskusi adalah pembicaraan oleh sekelompok orang yang anggotanya terdiri

dari dua orang atau lebih. Di dalam diskusi terjadi tukar-menukar pikiran, yang dapat

dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.Diskusi bukan suatu metode

pengajaran yang berdiri sendiri dalam suatu proses pembelajaran, melainkan merupakan

metode yang melengkapi atau mengiringi metode yang lain.

Diskusi ada dua macam, yaitu: diskusi terbimbing dan diskusi bebas.

1. Diskusi Terbimbing

Diskusi terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran mengajak siswa untuk

berpikir tingkat tinggi sebagaimana mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan analisis,

sintesis dan evaluasi (Louisell dan Descamps, 1992). Tujuan diskusi yang utama adalah

membantu siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Dalam diskusi biasanya digunakan pertanyaan-pertanyaan konvergen, divergen dan

evaluatif.

Page 18: keterampilan menjelaskan

77

Petak 5.1 Pertanyaan Divergen, Konvergen dan Evaluatif (Martin, dkk. 1997)

Diskusi trbimbing dengan pertanyaan konvergen menekankan pada siswa untuk

berpikir konvergen, yaitu berpikir aplikatif dan analitik. Dalam hal ini guru harus berhati-

hati dalam membimbing siswa dengan pertanyaan aplikatif dan analisis sampai mereka

tiba pada pengetahuan dan pemahaman khusus. Diskusi dengan pertanyaan konvergen

termasuk pembelajaran berujung tertutup (close-ended activity), artinya kegiatan diskusi

diakhiri dengan satu kesimpulan yang benar.

Diskusi dengan pertanyaan divergen mengarahkan siswa untuk mampu berpikir

divergen dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan sintesis dan evaluasi. Diskusi

denganmmenggunakan pertanyaan divergen ini termasuk kegiatan pembelajaran yang

berujung terbuka (open-ended activity), artinya diskusi diakhiri dengan masih adanya

masalah baru yang siswa ingin tahu jawabannya. Dengan demikian siswa pulang dengan

membawa rasa keingintahuan, dan terangsang untuk memikirkan dan memecahkan

sendiri keingintahuannya. Dalam diskusi yang menggunakan pertanyaan divergen guru

dansiswa mungkin sama-sama belum tahu jawabannya, dan mereka bersama-sama

mencarinya.

• Pertanyaan ingatan, adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk mengingat fakta, konsep, rumus, prosedur. Pertanyaan ingatan dapat digunakan untuk membantu siswa mengamati dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Contoh: “Apa yang tampak oleh pada percobaan yang kamu hadapi?”, “Apa bunyi hukum Archimides?”.

• Pertanyaan konvergen, adalah pertanyaan yang hanya mempunyai sati jawaban benar, dan jawabannya memerlukan penjelasan. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengaplikasikan dan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan sangat berguna untuk merangsang timbulnya ketrampilan proses sains: pemgukuran, komuniksi, pembandingan (comparing), dan pembedaan (contrasting). Contoh: (1) manakah di antara makanan-makanan ini yang lebih kaya karbohidrat?”, (2) (Setelah mengamati bunga salak) “ Bagaimana cara menyerbukkan bunga salak yang efektif?”.

• Pertanyaan divergen, adalah pertanyaan yang mempunyai jawabanbenar lebih dari satu, yang berguna untuk mendorong kemampuan berpikir kemungkinan (possibility thinking) dan kreatif. Pertanyaan ini merangsang siswa berpikir secara bebas. Pertanyaan divergen memerlukan atau mendorong terbentuknya kemampuan berpikir sintesis dan mendorong kemampuan siswa untuk kreatif dalam memecahkan masalah, terbentuknya ketrampilan proses sains terintegrasi (membuat hipotesis dan eksperimen). Contoh: (1) Apa yang akan terjadi dengan awan hitam yangmenggantung itu?”

• Pertanyaan evaluatif, adalah pertanyaan yang meminta siswa membuat dan mengambil keputusan. Pertanyaan itu mendorong siswa untuk dapat memilih, menilai, menilai, mengambil keputusan, mengkritik, mempertahankan pendapat dan menghakimi. Pertanyaan “Mengapa?” biasanya perlu disertakan pada pertanyaan yang meminta siswa untuk memilih, memutuskan, menilai, dan sebagainya. Ketrampilan proses yangb dapat diukur da dikembangkan dengan petanyaan evaluatif adalah: prediksi, pengambilan kesimpulan dan membuat generalisasi. Contoh: (1) Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi polusi di pasar Besar Malang? (2) Mana yang kamu sukai, menanam mangga dari bibit cangkokan atau biji?”

Page 19: keterampilan menjelaskan

78

Diskusi terbimbing juga dapat menggunakan pertanyaan konvergen dan

divergen sekaligus. Dalam hal ini pertanyaan analisis diberikan lebih dulu, kemudian

diteruskan dengan pertanyaan sintesis dan evaluasi.

Diskusi terbimbing dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan klasikal atau

kelompok kecil. Langkah-langkah kegiatannya kurang lebih sebagai berikut.

1) Pendahuluan. Pada tahap ini guru membuka pelajaran dengan meriview pelajaran

sebelumnya, menyampaikan tujuan pengajaran, dan bentuk kegiatan yang akan

dilaksanakan.

2. Pertanyaan Inti. Tahap ini meliputi dua hal:

a. Guru menyajikan pelajaran berupa konsep dan prinsip dasar dari topik yang

dibahas. Pada diskusi yang bersifat divergen materi yang perlu disampaikan tidak banyak.

b. Guru memimpin diskusi: (1) memberi pertanyaan, (2) memberi kesempatan kepada

siswa untuk menjawab atau bertanya, mengatur lalulintas diskusi. Dalam diskusi yang

bersifat konvergen guru mengambil kesimpulan satu jawaban benar dari setiap

pertanyaan, jika jawaban siswa bervariasi atau berbeda satu sama lain. Dalam diskusi

konvergen, guru merekomendasikan semua jawaban yang secara logika benar untuk

menarik kesimpulan. Berbagai kemungkina jawaban itu disampaikan kepada siswa

sebagai masalah yang perlu mereka pikirkan untuk mencari jawabannya melalui kegiatan

lain, misalnya: percobaan, dan eksperimen.

3 Penutup. Penutupan pelajaran dengan diskusi ada dua cara: (1) merangkum isi pelajaran

(untuk pertanyaan konvergen), atau menyajikan masalah baru untuk dipelajari pada waktu

dan dengan cara lain (pertanyaan divergen), (2) mengadakan evaluasi formatif.

Diskusi Bebas (Kelompok Kecil)

Diskusi bebas dilakukan oleh siswa tanpa dipandu oleh guru. Peran guru hanya

sebagai motivator, fasilitator, organisator, dan evaluator. Diskusi bebas sebaiknya

dilaksanakandalam bentuk kegiatan kelompok kecil. Diskusi bebas dapat dilaksanakan

dengan panduan pertanyaan, atau tanpa panduan pertanyaan. Bila digunakan panduan

pertanyaan sebaiknya digunakan pertanyaan divergen. Jika tidak menggunakan panduan,

siswa bebas memilih atau menemukan masalah sendiri untuk dipecahkan. Pelaksanaan

diskusi bebas dapat menggunakan strategi belajar kooperatif.

Page 20: keterampilan menjelaskan

79

Ketrampilan membimbing Diskusi

Diskusi siswa akan menjadi baik kalau mendapat bimbingan dari guru. Ketram-

pilan yang diperlukan untuk mebimbing diskusi antara lain sebagai berikut (Hasibuan,

dkk., 1988).

1) Memusatkan perhatian. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:

• Memberitahukan tujuan, mengenalkan topik dan mengajukan masalah umum yang

akan dipecahkan,

• Mengajukan masalah-masalah khusus yang disampaikan selama diskusi ber-

langsung.

• Mencatat pernyataan-pernytaan yang menyimpang dari masalah, dan mengem-

balikan pembicaraan ke masalah semula.

• Mencatat hsil diskusi pada periode-periode tertentu, sebelum diskusi berlanjut ke

masalah berikutnya.

2) Memperjelas masalah dan memberikan urunan, bila ada gagasan yang kurang jelas

penyampaiannya, agar semua anggota memperoleh persepsi yang sama.

3) Menganalisis pandangan siswa,.yang berbeda pendapatnya; analisi ini dapat

digunakan untuk membimbing siswa kerarah berpikir kritis dan kreatif, misalnya

dengan meminta siswa mengajukan argumen atas pendapatnya.

4) Meningkatkan urunan siswa, dengan:

• pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir

• memberi dukungan pada pendapat siswa, dengan mendengar dengan penuh

perhatian, memberi komentar yang positif, dan sikap akrab

• memberi waktu cukup untuk berpikir

5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi:

• memotivasi siswa yang enggan atau malu untuk memberikan pemndapat

• mencegah terjadinya pengeluaran pendapat yang serentak

• menghambat secara bijaksana siswa yang memonopoli diskusi

• mencari alternatif jika ada jalan buntu karena perbedaan pendapat yang sama

6) Menutup diskusi, dapat dilakukan dengan:

• membuat rangkuman

Page 21: keterampilan menjelaskan

80

• memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi

• mengajak siswa untuk menilai proses dan hasil diskusi.