kesusastraan sebelum dan sesudah masuknya islam …

141
LITERATURE BEFORE AND AFTER THE ENTRY OF ISLAM FROM ORAL LITERATURE TO WRITTEN LITERATURE AND ITS RELEVANCE TO CHARACTER EDUCATION IN WABOROBO AND BUTON PALACE BAUBAU CITY SOUTHEAST SULAWESI TESIS Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia OLEH : SITI JULIATIN NIM : 105041301718 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021 KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM DARI SASTRA LISAN KE SASTRA TULIS DAN RELEVANSINYA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI WABOROBO DAN KERATON BUTON KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

LITERATURE BEFORE AND AFTER THE ENTRY OF ISLAM FROM

ORAL LITERATURE TO WRITTEN LITERATURE AND ITS

RELEVANCE TO CHARACTER EDUCATION IN

WABOROBO AND BUTON PALACE

BAUBAU CITY SOUTHEAST

SULAWESI

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar

Magister Pendidikan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH :

SITI JULIATIN

NIM : 105041301718

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM

DARI SASTRA LISAN KE SASTRA TULIS DAN RELEVANSINYA

TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI WABOROBO

DAN KERATON BUTON KOTA BAUBAU

SULAWESI TENGGARA

Page 2: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

i

KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM DARI SASTRA LISAN KE SASTRA TULIS DAN RELEVANSINYA TERHADAP

PENDIDIKAN KARAKTER DI KERATON BUTON KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Magister

Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan diajukan oleh

SITI JULIATIN Nomor Induk Mahasiswa : 105041301718

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 3: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

ii

TESIS

KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM DARI SASTRA LISAN KE SASTRA TULIS DAN RELEVANSINYA TERHADAP

PENDIDIKAN KARAKTER DI KERATON BUTON KOTA BAUBAU SULAWESI TENGGARA

Yang Disusun dan Diajukan Oleh

SITI JULIATIN

Nomor Induk Mahasiswa

105041301718

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Tesis

Pada Tanggal 30 Januari 2021

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.H.Muhammad Rapi Tang,M.S. Dr.H.Andi Sukri Syamsuri,M.Hum.

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia Dr.H.Darwis Muhdina,M.Ag. Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum. NBM : 483 523 NBM : 922 699

Page 4: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

iii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul Tesis Kesusastraan Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam Dari Sastra Lisan Ke Sastra Tulis dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter Di Keraton Buton Kota Baubau Sulawesi Tenggara

Nama Mahasiswa SITI JULIATIN NIM 105041301718 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada

Tanggal 30 Januari 2021 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia (M.Pd) pada Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan beberapa perbaikan.

Makassar, 22 Maret 2021

Tim Penguji

Prof.Dr.H.Muhammad Rapi Tang,M.S. ………………………………

(Pembimbing I)

Dr.H.Andi Sukri Syamsuri,M.Hum. ………………………………

(Pembimbing II)

Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum. ……………………………….

(Penguji I)

Dr.Muhammad Akhir,M.Pd. ……………………………….

(Penguji II)

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Unismuh Makassar Bahasa dan Sastra Indonesia Dr.Darwis Muhdina,M.Ag. Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum. NBM : 483 523 NBM : 922 699

Page 5: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Menyia-nyiakan waktu lebih buruk dari kematian

Karena kematian memisahkan dari dunia sementara

Menyia-nyiakan waktu memisahkanmu dari Allah

-Imam bin Al Qayim

PERSEMBAHAN

Tesis ini saya persembahkan untuk keluarga

Tersayang, kedua orang tuaku, anak-anakku,

Serta orang-orang yang sudah banyak berkorban dalam

Memberi semangat, mendoakan, dan mendorong

Kesuksesanku dari segi material maupun non material

Page 6: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

v

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Siti Juliatin

NIM 105041301718

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

Tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 22 Februari 2021

Pembuat pernyataan

Siti Juliatin NIM : 105041301718

Page 7: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

vi

Page 8: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

vii

ABSTRAK

SITI JULIATIN. 2021, “ Kesusastraan Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam Dari Sastra Lisan Ke Sastra Tulis dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter Di Keraton Buton Kota Baubau Sulawesi Tenggara “ di bimbing oleh Muhammad Rapi Tang dan Andi Sukri Syamsuri.

Penelitian ini bertujuan :1). Mendeskripsikan nilai moral dalam syair Kabhanti Gambusu di kelurahan Keraton kecamatan Murhum kota Baubau, 2). Mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal pada Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina sebagai landasan pendidikan, 3). Meminimalkan pengaruh negatif budaya luar khususnya budaya barat yang dibawa oleh globalisasi, 4). Menelaah fungsi dan peranan kesusastraan bagi kehidupan masyarakat Buton.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Keraton kecamatan Murhum kota Baubau. Subjek penelitian adalah penutur asli syair Kabhanti Gambusu dan karya sastra Muhammad Idrus Kaimuddin. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik rekam dan teknik catat syair Kabhanti Gambusu serta melakukan pengamatan pada karya sastra Muhammad Idrus Kaimuddin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1). Nilai moral pada Kabhanti Gambusu terdiri dari prinsip sikap baik berupa pentingnya kesadaran manusia tentang eksistensi kemanusiaan, prinsip kerukunan berupa saling memperhatikan satu sama lain, prinsip hormat patuh kepada orang tua, dan prinsip ketuhanan dalam wujud keyakinan atas ketetapan tuhan, 2). Nilai kearifan lokal Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina terdiri dari aspek religius tentang hubungan manusia dengan tuhan, aspek norma tentang syariat Islam sebagai sumber utama dalam kehidupan masyarakat, dan aspek sosial tentang budi pekerti yang merujuk pada falsafah Buton Bhinci-Bhinciki Kuli. Nilai kearifan lokal dapat diimplementasikan dalam pendidikan karena pendidikan menjadi target kurikulum maka perlu kolaborasi antara nilai-nilai kearifan lokal dengan materi pendidikan. Memperkenalkan Kabhanti sebagai budaya daerah ke dalam mata pelajaran akan mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional. gerakan kearifan Buton dengan kembali ke akar budaya Buton sendiri merupakan tindakan cerdas untuk meminimalkan pengaruh negatif globalisasi. Kata kunci : nilai moral syair Kabhanti Gambusu, kearifan lokal, karakter, norma, nilai, sosial

Page 9: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

viii

ABSTRACT

SITI JULIATIN. 2021. “ Literature Before and After Entry Islam From Oral

Literature To Written Literature and Relevance Hamp Character Education

In Keraton Buton Baubau City Southeast Sulawesi “ guided by

Muhammad Rapi Tang and Andi Sukri Syamsuri.

The aim of this studi :1). Discribe moral values in double Kabhanti

verse in the Waborobo village Betoambari sub district Baubau city, 2).

Express the value local wisdom on the Kabhanti Buton community as a

foundation of education, 3). Minimize influence negative culture outside

especially western culture brought about by globalization, 4). Examine

function and role literature for the life of the Buton people. .

This research is field research by using a qualitative descriptive

method. This research was conducted in Waborobo village Betoambari

district and Keraton village Murhum district Baubau city. Research subject

are native speaker of double Kabhanti verse and literary works of

Muhammad Idrus Kaimuddin. Data collection techniques were carried out

using recording techniques and double Kabhanti verse note techniques

and observing the literary works of Muhammad Idrus Kaimuddin.

Research result show that :1) Moral values in dual Kabhanti consist

of good attitudes in the form of the importance of human awareness of the

existence of humanity, the principle of harmony in the form of mutual care

for one another, the principle of obedient respect to parents, and divine

principles in the form of belief in divine provision, 2). The value of local

wisdom consists of religious aspect about the relationship between

humans and god, aspect of norms regarding Islamic law as the main

source in people’s lives, social aspects of manners which refer to the

Buton Bhinci-Bhinciki Kuli falsafah. The value of local wisdom in Kabhanti

can be implemented in education because education is the target of the

curriculum it is necessary to collaborate between local wisdom values and

educational materials. Introducing Kabhanti as a regional culture into the

subject will develop a national culture with a national personality and

awareness.

Keywords : moral values, dual Kabhanti verse, local wisdom, character,

norms, values, social

Page 10: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur semoga senantiasa tercurahkan Kehadirat Allah

Swt.,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kenikmatan-Nya

kepada kita. Sehingga pada kesempatan kali ini kita masih sempat

menyelesaikan penulisan hasil Tesis ini dalam keadaan sehat walafiat.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yakni

Baginda Rasulullah Muhammad Saw.,yang telah membawa umat manusia

dari zaman kedzaliman, kesesatan menuju zaman yang penuh dengan

petunjuk, cahaya, dan kebenaran. Kepada keluarga beliau, para sahabat,

dan para pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam

menegakkan syariat Islam kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya ibu Masfufah dan bapak

Amran Hasibuan yang telah memberikan dukungan penuh dalam

mengatasi kendala yang ada dari awal proses penelitian hingga saat ini.

Dan tak lupa ucapan terima kasih juga kepada :

1. Prof.Dr.H.Ambo Asse,M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah memberi kesempatan untuk bisa menuntut ilmu

menjadi mahasiswa di kampus ini.

2. Dr.H.Darwis Muhdina,M.Ag., sebagai Direktur Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin dan

dukungan demi terlaksananya penelitian dalam rangka penulisan tesis.

Page 11: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

x

3. Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum., sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tiada hentinya

memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk menjadi contoh

teladan.

4. Prof.Dr.H.Muhammad Rapi Tang,M.S., sebagai pembimbing I yang

telah membimbing penulis menjadi insan akademis serta berbagai

motivasi yang penulis peroleh.

5. Dr.H.Andi Sukri Syamsuri,M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah

membimbing penulis dalam penyelesaian penelitian ini serta motivasi

yang diberikan.

6. Dr.Abdul Rahman Rahim,M.Hum., sebagai penguji I yang telah banyak

memberikan masukan guna perbaikan tesis ini.

7. Dr.Muhammad Akhir,M.Pd., sebagai penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan motivasi guna perbaikan tesis ini.

Harapan penulis semoga Tesis ini dapat memberikan pencerahan

dan manfaat bagi penulis khususnya dan secara umum bagi pembaca

lainnya. Segala kritikan dan masukan demi penyempurnaan Tesis ini akan

di terima dengan senang hati.

Makassar, 22 Februari 2021 Penulis

Siti Juliatin NIM : 105041301718

Page 12: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ...................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ............................................................ iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1

B. Penelitian Relevan ...................................................................... 14

C. Rumusan Masalah ..................................................................... 16

D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 16

E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 18

1. Mengenal Buton, Sejarah Buton, dan Sastra Buton .............. 18

2. Dari sastra lisan menuju sastra tulis ..................................... 23

3. Nilai moral nyanyian rakyat ................................................... 30

4. Nilai kearifan lokal Kabhanti .................................................. 33

B. Kerangka Pikir ........................................................................... 38

Page 13: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ............................................................... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 40

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 40

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 41

E. Teknik Analisis Data .................................................................. 41

F. Teknik Keabsahan Data ............................................................ 42

BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 43

1. Pengolahan data hasil penelitian ......................................... 43

B. Pembahasan ............................................................................. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 100

B. Saran ....................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 104

LAMPIRAN............................................................................................. 113

Page 14: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

xiii

Page 15: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberagaman bahasa merupakan warisan budaya leluhur yang

sangat berharga sehingga upaya untuk melestarikan bahasa daerah harus

ditangani serius. Hilangnya suatu bahasa pada hakikatnya merupakan

hilangnya warisan nilai-nilai budaya suatu kelompok masyarakat. gagasan

yang menyatakan bahwa kandungan budaya tercermin dalam bahasa

sudah lama dan sudah banyak diungkapkan oleh para pakar. kandungan

setiap budaya terungkap dalam bahasanya. Tidak ada materi bahasa baik

isi maupun bentuk yang tidak dirasakan sebagai lambang makna yang

dikehendaki, tanpa memperdulikan sikap apapun yang ditunjukkan oleh

budaya lain. pengalaman budaya yang baru sering dirasakan penting

untuk memperluas sumber-sumber acuan suatu bahasa.

Bahkan Bloomfield menambahkan bahwa begitu kuat budaya

terhadap bahasa. Sehingga kekayaan atau kemiskinan suatu budaya

tercermin dalam bahasanya. Akhirnya dapat dimaknai bahwa tujuan hakiki

dari pemeliharaan dan penggunaan bahasa daerah adalah untuk

memastikan dan sekaligus pengidentifikasian budaya-budaya daerah dan

nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Bahasa daerah dalam UUD 1945

ditetapkan sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas

daerah, alat perhubungan didalam keluarga dan masyarakat daerah,

1

Page 16: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

2

sebagai sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, dan

sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. dalam

hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia bahasa daerah berfungsi

sebagai pendukung bahasa Indonesia, bahasa pengantar pada tingkat

permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar

pengajaran bahasa Indonesia atau pelajaran lain, dan sumber

kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.

Kebhinekaan suku bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan

Republik Indonesia berimbas kepada keragaman budaya yang

didalamnya terdapat keragaman bahasa daerah yang dimilikinya.

Kekhasan bahasa daerah masing-masing etnis itu senantiasa

mengandung perhatian berbagai kalangan khususnya peneliti bahasa dan

sastra daerah.

Sastra daerah yang menggunakan bahasa daerah adalah salah

satu terpenting yang sangat mendesak diungkapkan melalui kajian ilmiah.

karena pentingnya hal ini sangat banyak kajian interdisipliner sastra

dengan bidang ilmu lain. seperti kajian sastra daerah dari sudut pandang

sosial budaya, agama, nilai, lingkungan, dan lain-lain.

Kajian sastra khususnya sastra daerah (sastra lisan) tidak hanya

berorientasi pada pendokumentasian dan pelestarian sastra lisan dan

bahasa daerah yang digunakannya. Akan tetapi lebih pada pengungkapan

serta aktualisasi nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Berbagai upaya

Page 17: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

3

ilmiah tersebut banyak memberikan manfaat terhadap eksistensi sastra

daerah bagi kehidupan pembaca dan pemiliknya.

Dijelaskan dalam GBHN 1999-2004 butir 2f tentang kebudayaan,

kesenian, dan pariwisata (1999,106) bahwa ada upaya untuk melestarikan

apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional serta menggalakkan

dan memberdayakan pusat-pusat kesenian untuk merangsang

berkembangnya kesenian nasional yang lebih kreatif dan inovatif sehingga

menumbuhkan rasa kebanggaan nasional.

Secara morfologi kata kesusastraan berasal dari kata dasar

susastra yang diberi imbuhan ke-an. Kata dasar susastra sebenarnya kata

dasar kedua karena dapat diuraikan pula atas su dan sastra. Keduanya

berasal dari bahasa sansekerta. Su berarti baik, sastra berarti tulisan.

Kata susastra sendiri dalam bahasa Indonesia tidak hidup pemakaiannya

kecuali dalam kata bentukan kesusastraan. Untuk pengertian susastra

saat ini dipakai sastra saja. Sedangkan kesusastraan mengandung

pengertian jamak yaitu semua yang meliputi sastra. Kesusastraan

Indonesia artinya semua hal yang meliputi sastra Indonesia.

Effendi (dalam Badudu,1984;5) menjelaskan bahwa kesusastraan

(sastra) ialah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan

yang dapat menimbulkan rasa bagus dan sastra juga sebagai kesimpulan

pendapat dengan bahasa yang indah. Dari Gazali.B.A, B.Simorangkir,

Zuber Usman, Suparlan.D.S, maupun H.F.Sitompul yang mengakui

bahwa kesusastraan itu karya seni yang ditulis dengan bahasa yang

Page 18: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

4

indah. Secara singkat sastra adalah suatu kegiatan yang kreatif dari

sebuah karya seni.

Sastra lisan adalah bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh

dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara

terus-menerus secara lisan sebagai milik bersama. Shipley (dalam Gaffar

dkk,1991;2) menjelaskan secara rinci bahwa sastra lisan adalah jenis atau

kelas karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut tersebar

secara lisan, anonim, dan menggambarkan kehidupan masyarakat pada

masa lampau. Jenis sastra lisan meliputi : 1. Bahasa rakyat : logat,

sindiran, dan mantra. 2. Ungkapan tradisional : peribahasa, pepatah, dan

seloka. 3. Pertanyaan tradisional : teka-teki, wangsalan. 4. Puisi rakyat :

pantun, syair, dan gurindam. 5. Cerita prosa rakyat : mite, legenda,

dongeng, fabel, cerita jenaka. 6. Nyanyian rakyat.

Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih berkisar pada

sastra lisan yang sebagian besar tersimpan dalam ingatan orang tua atau

pencerita yang jumlahnya semakin berkurang dimakan usia. Sastra

daerah sebagai kebudayaan daerah yang mempunyai peran sangat

penting dalam upaya pengembangan kebudayaan nasional. untuk itu

penggalian kebudayaan daerah memerlukan data dan informasi yang

lengkap sehingga keanekaragaman kebudayaan tersebut dapat

mewujudkan kesatuan bangsa melalui sastra daerah yang dimilikinya.

Salah satu informasi yang sangat penting yaitu adanya sastra daerah

yang masih berbentuk lisan dan masih terdapat di tengah-tengah

Page 19: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

5

masyarakat, serta diwariskan dan disebarkan secara turun-temurun dari

generasi berikutnya.

Fungsi dan kedudukan sastra lisan itu sangat penting untuk

mendukung usaha kegiatan pengembangan sastra tradisional yang

menjadi aspirasi dan kreasi yang akan memperkaya dan mempermantab

wawasan budaya bangsa Indonesia. oleh karena itu, sastra daerah

merupakan gambaran dari alam budaya bangsa Indonesia. salah satu dari

sekian banyak yang mewarisi sastra lisan daerah Buton adalah

masyarakat Waborobo. Sastra lisan masyarakat Waborobo sangat

beranekaragam jenisnya.

Syair Kabhanti Ganda merupakan salah satu sastra lisan

masyarakat Waborobo yang biasa dilantunkan pada prosesi budaya yang

disebut acara pingitan sebagai warisan sejak zaman dahulu hingga saat

ini. Proses upacara adat ini dilaksanakan untuk puluhan anak gadis di

kampung tersebut yang baru saja melewati masa menstruasi pertama.

Pada prosesi upacara adat pingitan selama tujuh malam atau

delapan malam ini misalnya, para orang tua melantunkan nyanyian yang

kemudian disebut dengan syair Kabanti Ganda. Syair Kabhanti Ganda ini

masih dipertahankan oleh masyarakat Waborobo sekaligus sebagai ciri

khas budaya masyarakat pemiliknya. Masyarakat kelurahan Waborobo

kecamatan Betoambari kota Baubau masih merasakan betapa penting

dan perlunya nilai-nilai kehidupan sosial keagamaan yang terkandung

dalam prosesi dari nyanyian tersebut.

Page 20: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

6

Disamping tradisi adat dan peninggalan bukti sejarah berupa

artefak-artefak sejarah yang menjadi pilar pelestarian budaya dan

sekaligus sebagai wahana untuk mempertahankan keberadaan bahasa

Wolio, yang perlu diangkat ke permukaan adalah nyanyian rakyat Buton.

Nyanyian rakyat merupakan salah satu alat atau wadah yang ampuh

untuk dapat mempertahankan keberadaan bahasa daerah. Fungsi

nyanyian rakyat selain sebagai alat pemertahanan bahasa juga berfungsi

sebagai sarana pendidikan. Orang yang bernyanyi pada dasarnya ingin

menyampaikan pesan atau nasehat yang bermanfaat bagi pembentukan

watak dan kepribadian para pendengarnya. Pesan atau nasehat itu akan

lebih mudah diterima jika dijalin dengan syair atau puisi yang

mengasyikkan. Sehingga tanpa terasa para pendengarnya dapat

menyerap ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya sesuai dengan taraf

dan tingkat kedewasaan jiwanya masing-masing. fungsi lain dari nyanyian

rakyat adalah sebagai pengokoh nilai-nilai dari sosial budaya yang berlaku

dalam masyarakat. dalam nyanyian rakyat terkadang ajaran-ajaran etika

dan moral bisa dipakai sebagai pedoman bagi masyarakat. disamping itu,

didalamnya juga terdapat larangan dan pantangan yang perlu dihindari.

Nyanyian rakyat bagi warga masyarakat pendukungnya bisa menjadi

tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial. Dengan demikian, nyanyian

rakyat berfungsi sebagai pengokohan nilai-nilai budaya dan juga sebagai

media silahturahmi sesama masyarakat.

Page 21: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

7

Indonesia merupakan negara yang secara garis besar mempunyai

keragaman budaya, bahasa, serta adat istiadat. Indonesia yang terdiri dari

tiga puluh empat provinsi yang masing-masing kaya akan budaya, bahasa

dan adat istiadat termasuk sastra lisan dan tulisan. Sastra lisan

merupakan ekspresi dari suatu budaya yang lahir dan berkembang pada

masyarakat tertentu yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke

mulut serta turun-temurun.

Sastra tulis seperti Kabhanti yang berbahasa Wolio menjadi salah

satu aspek yang dapat digunakan untuk mengenal budaya. Pada sisi lain

kabhanti sebagai cermin kehidupan dan warisan budaya nasional serta

masih mempunyai amanat yang tersirat didalamnya. Terutama sastra tulis

kabhanti Bula Malino dan Bunga Malati. Kabhanti Bula Malino merupakan

sebuah sastra tulis yang menceritakan tentang hubungan manusia

dengan tuhannya, serta sikap yang harus dimiliki sebagai manusia ciptaan

tuhan.

Sastra tulis dapat ditemukan pada masyarakat yang berada di

daerah terpencil atau masyarakat tradisional. Seperti kabhanti pada

beberapa tempat di seluruh nusantara, khususnya di Keraton Buton

Sulawesi Tenggara. Saat ini keberadaan kabhanti terkesan terpinggirkan

dengan melihat kenyataan yang ada bahwa kebanyakan masyarakat

masa kini tidak lagi menjaga keutuhan dan kelestarian yang menjadi ciri

khas daerahnya yaitu sastra tulis. Keberadaan kabhanti sudah mulai

tergusur oleh jenis-jenis karya seni lain. kalau pun kabhanti masih

Page 22: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

8

digunakan, pembacanya hanya pada kalangan orang tua karena kabhanti

hanya dapat dipahami oleh mereka dan siapapun yang mendengarkan isi

kabhanti tersebut meneteskan airmata karena kesedihan yang mendalam.

Kabhanti berpotensi untuk menggugah rasa empati, religi, maupun

suasana romantis. Tergusurnya kabhanti disebabkan oleh masyarakat

suku Buton yang sudah banyak menerima budaya baru dan meninggalkan

budaya tradisi lama, contohnya adanya pengaruh luar atau seni modern.

Terutama generasi muda yang merupakan generasi penerus, dan para

orang tua sebagai pendidik diakibatkan beberapa faktor seperti

masyarakat suku Buton mulai generasi muda sampai orang tua telah lupa

dengan budayanya sendiri khususnya kabhanti sebagai hasil budaya

daerah Buton dan mulai menerima unsur budaya modern seperti ragam

musik pop, dangdut, rock, dan lain-lain. selain itu, pengguna bahasa Wolio

sedikit demi sedikit mulai berkurang karena lebih mengutamakan

penggunaan bahasa asing disebabkan karena akulturasi (pencampuran

atau pembauran) budaya. Pembelajaran bahasa daerah pada mata

pelajaran muatan lokal di sekolah telah diganti dengan bahasa asing

karena Keraton merupakan wilayah wisata dipusat kota Baubau. Sehingga

peserta didik sangat kurang memahami bahasa daerah yang dijadikan

mata pelajaran muatan lokal. Hal ini berefek pada kabhanti sebagai karya

tulis yang dijadikan budaya turun-temurun masyarakat Buton. Jika dilihat

dari arti syair kabhanti banyak mengandung nasihat-nasihat yang dapat

diambil manfaatnya terutama pada nilai religius dan kearifan lokal.

Page 23: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

9

Religius adalah penghayatan dan pemahaman yang dilakukan

seseorang dalam hidup serta kehidupan terutama pada kabhanti Bula

Malino dan Bunga Malati.

Meneliti kembali kehidupan manusia Indonesia masa lalu mereka

telah mewariskan tentang adab dan kearifan hidup yang diajarkan baik

melalui lisan maupun tulisan. Salah satu contoh warisan pemikiran

tentang adab pada masa lalu telah ada zaman kerajaan tradisional di

Indonesia khususnya pada kesultanan Buton. Pada masa Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin telah melahirkan suatu pemikiran mengenai

adab bagi masyarakat Buton baik di lingkungan Keraton maupun di luar

Keraton.

Sebelum masuknya Islam masyarakat Buton Beragama hindu

budha atau kepercayaan animisme dan dinamisme. Bahkan hingga abad

ke-19 para pejabat kerajaan, Sultan, dan seluruh perangkatnya masih

berfungsi, sistem kekuasaannya tetap berjalan, pranata-pranatanya tetap

terpelihara, hegemoninya masih tetap diakui oleh daerah-daerah yang

sudah lama menjadi wilayah kekuasaannya. Para penguasa masih tetap

memelihara nilai-nilai Islam yang sufistik, bahkan dua dari enam Sultan

yang berkuasa pada abad ke-19 mewariskan beberapa artikel, karya tulis,

yang berisikan ajaran tasawuf (Rajab,2015;50-51).

Salah satu Sultan yang dianggap paling berjasa dalam

pengembangan Islam adalah Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin, beliau

memerintah antara tahun 1824-1851. Meskipun sebagai seorang Sultan

Page 24: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

10

beliau sangat gemar menulis dalam rangka untuk mengembangkan

kepercayaan yang diyakini. Ketika menjadi Sultan beliau mendirikan

sekolah yang diberi nama Zaawiyah. Hasil dari sekolah ini adalah

melahirkan cendekiawan yang gemar menulis.

Agama dimaknai sebagai ajaran sistem yang mengatur tata

keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada tuhan yang maha

kuasa, tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan

manusia serta manusia dan lingkungannya. Mayoritas penduduk Baubau

beragama Islam dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai negeri

kesultanan Khalifatul Khamis atau negeri Khalifah kelima. Masyarakat

Buton bukan hanya mempelajari aqidah dan ajaran Islam tetapi lebih jauh

dari itu. Agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar dan

penting. Masuknya Islam di Buton bukan hanya membawa aqidah atau

ajaran Islam tetapi juga sekaligus mempelajari aksara Arab yang

kemudian diadabtasi oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

Tulisan ini bagi masyarakat Buton menyebutnya dengan Buri Wolio

(aksara Wolio). Aksara ini pada prinsipnya diadopsi dari aksara Arab

melayu. Sebelumnya naskah / tulisan berbahasa Woilo juga banyak ditulis

dan tersimpan di perpustakaan kesultanan. Naskah-naskah yang

diwariskan sejak zaman kesultanan kurang lebih 350 buah (mantan

sekretaris Sultan Buton terakhir Muhammad Falihi 1938-1960). Selain dari

naskah-naskah tersebut terdapat pula naskah-naskah yang dimiliki secara

pribadi oleh masyarakat dan jumlahnya diperkirakan sangat besar.

Page 25: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

11

Dengan demikian dapat dihubungkan bahwa pemertahanan bahasa Wolio

juga bersinggungan langsung dengan agama.

Wilayah pemakaian bahasa Wolio pada masa pemerintahan

kesultanan Buton meliputi wilayah Keraton Buton di Wolio sekarang ini

menjadi pusat pemerintahan kota Baubau. Bahasa Wolio selain digunakan

sebagai alat komunikasi di pusat kerajaan Buton di Wolio juga digunakan

sebagai bahasa resmi di tingkat kesultanan Buton.

Salah satu keunggulan bahasa Wolio dibandingkan dengan

kelompok bahasa lainnya yang terdapat di kesultanan Buton adalah

bahasa Wolio memiliki sistem aksara yang baku diadopsi dari aksara Arab

dan aksara Jawi (Arab melayu). Hal ini dapat dilihat melalui berbagai

peninggalan tertulis (naskah kuno) yang tersimpan di pusat Keraton

Koleksi almarhum Muhammad Idrus Kaimuddin. Naskah-naskah kuno

yang tersimpan selain menggunakan bahasa Wolio juga menggunakan

beberapa bahasa yaitu bahasa melayu, Arab, Bugis, Belanda, dan

Jepang. Dapat dipastikan bahwa kosakata bahasa Wolio memenuhi

syarat sehingga mencapai fungsinya secara maksimal karena

mengadopsi unsur-unsur serapan dari berbagai bahasa terutama bahasa

melayu, bahasa Arab, dan bahasa pancana.

Ajaran-ajaran moral yang mencerahkan bagi masyarakat Buton

sedang mengalami situasi krisis moral di Keraton. Pada hakikatnya Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin berfungsi sebagai guru masyarakat pada

zamannya. Menemukan esensi konsep tata krama atau etika menurut

Page 26: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

12

ajaran pemikiran Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin yang menjadi

tuntunan masyarakat Keraton kesultanan Buton yang pada dasarnya

banyak bersumber dari ajaran agama Islam. Kelahiran pemikiran berupa

ajaran-ajaran moral, etika, agama, dan kehidupan masyarakat Keraton

Buton yang berlangsung melalui akulturasi antara Islam dan kebudayaan

Buton pada hakikatnya merupakan sebuah proses pembentukan

peradaban Buton yang berpusat pada Keraton dan disebarkan pada

masyarakat Buton secara umum melalui proses dialog antara kebudayaan

Buton dan kebudayaan Islam. Diakui telah terjadi akulturasi antara

kebudayaan Buton dengan Islam atau sebaliknya, serta pembauran

antara Islam dan budaya adat Buton. Meskipun demikian, pemikiran

seorang Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin dalam menjaga kearifan

lokal melalui Kabhanti (naskah tulis).

Kabhanti berasal dari bahasa Wolio terdiri dari dua morfem yaitu

morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat berfungsi sebagai

pembentuk kata benda, sedangkan morfem bebas (bhanti) mengandung

pengertian puisi. bentuk puisi merupakan bentuk kesusastraan yang

menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan

kata tersebut menghasilkan rima, irama, atau ritme. Menurut La Niampe

(2000) Kabhanti merupakan suatu karya sastra yang berbentuk puisi.

Kesusastraan jenis ini telah dikenal oleh masyarakat Buton sejak masa

kerajaan Buton oleh karena itu kesusastraan jenis Kabhanti merupakan

kesusastraan masyarakat Buton paling tua. Kabhanti berkembang pesat

Page 27: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

13

setelah masuknya agama Islam di kerajaan Buton. Masuknya ajaran Islam

sanggup mengubah dan mewarnai perkembangan sastra masyarakat

Buton. Petuah tentang nilai-nilai dan falsafah hidup disampaikan melalui

Kabhanti yang pada prinsipnya merupakan hasil pengolahan secara

bebas dari kesusastraan bentuk prosa sejak zaman itu. Kabhanti tidak

saja berkembang secara lisan tetapi juga berkembang secara tertulis.

Pembacaan Kabhanti biasanya dilakukan saat acara pengajian, acara

walimatul ursy, acara khitanan serta sebagian besar nenek moyang

masyarakat Buton menyanyikan Kabhanti untuk anak-anaknya sebelum

tidur.

Sebagai contoh kearifan pendidikan etika, moral, dan karakter

tersirat dalam nasehat Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin dalam

Kabhanti karya beliau sebagai unsur kebudayaan orang Buton yang hidup

di lingkungan masyarakat Keraton pada abad ke-19. Ajaran etika

kehidupan yang menjadi tuntunan masyarakat Buton tersebut digali dari

Kabhanti Bula Malino. karya Sultan Muhammad Idrus lainnya yang sudah

menjadi tradisi tertua yang mengandung ajaran Islam dan moral bagi

masyarakat Buton adalah Bunga Malati. Kabhanti ini sarat dengan nasihat

dan pengingat bagi siapa saja yang hidup bermasyarakat. Seseorang

akan membenarkan nilai luhur yang sejatinya untuk terus dilestarikan.

Segala proses dan himbauan yang sarat dengan nilai moral dan agama

dalam karya sastra lama ini digambarkan dengan lugas. Selayaknya syair

dan petuah masa lampau isi dari Kabhanti Bula Malino dan Bunga Malati

Page 28: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

14

ini memerlukan penjelasan dan uraian akan makna sesungguhnya, namun

satu hal yang dapat diperhatikan bahwa pada akhirnya pesan moral dan

pesan agama yang dibawa oleh syair-syair tersebut menjadi konsep

berkeluarga (bermasyarakat) yang menginginkan terciptanya generasi

yang baik dan bermartabat, selaras dengan identitas bangsa.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian serupa tentang sastra lisan di Buton yang

menggunakan bahasa Wolio sebagai langkah awal mereka memusatkan

kajian pada masalah inventarisasi karya sastra lisan. Seperti apa yang

dilakukan oleh Mattaliti dkk (1985) dan La Djamudi (1993). Ada juga

penelitian yang memusatkan kajian pada teori dan penerapan karya

sastra lisan tersebut seperti yang dilakukan oleh Sande dkk (1998).

Sedangkan Suhartini (2000) dalam bentuk kajian wacana.

Penelitian serupa tentang sastra tulis karya Sultan Muhammad

Idrus Kaimuddin juga dilakukan oleh Melamba dan Hafsah (2014) dimana

berdasarkan penelitian yang mereka lakukan dapat disimpulkan bahwa

karya Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin mampu menggabungkan

antara kebudayaan lokal dengan Islam. Beberapa karya Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin yang bersumber dari ajaran Islam kemudian

dijadikan sebagai tuntunan masyarakat dan penguasa di kesultanan

Buton.

Penelitian lain mengenai sastra tulis karya Sultan Muhammad Idrus

Kaimuddin dilakukan oleh Rajab (2015) dimana dia menyimpulkan bahwa

Page 29: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

15

selain sebagai seorang negarawan, Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin

juga merupakan seorang ulama dan pemikir dalam menegakkan aqidah

Islam yang konsisten. Sebagai Sultan dan juga ulama selain menulis

karya yang berisikan gagasan dan pemikiran tentang kemajuan Islam

beliau juga merupakan praktisi dan da’I yang berhasil.

Penelitian serupa tentang Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin

pernah dilakukan oleh Ilyas dan Sabirin (2014) dimana dalam penelitian

tersebut kesultanan Buton pada masa kepemimpinan Muhammad Idrus

Kaimuddin menjadi pusat pendidikan dan kesenian. Selain itu, pada masa

kepemimpinan beliau kesultanan Buton mulai menggalakkan tradisi literasi

(menulis). Berdasarkan penelitian ini pula bahwa Sultan Muhammad Idrus

Kaimuddin wafat pada tanggal 28 April 1851 dan dimakamkan di

lingkungan masjid Baadia.

Dari dasar pemikiran diatas penulis merasa terpanggil untuk

mengangkat judul “Kesusastraan Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam

Dari Sastra Lisan Ke Sastra Tulis dan Relevansinya Terhadap Pendidikan

Karakter Di Waborobo dan Keraton Buton Kota Baubau Sulawesi

Tenggara“. alasan penulis mengangkat judul tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Di dalam judul tersebut terkandung nilai-nilai kearifan lokal dan budaya

yang jika kita kaji secara ilmiah akan ditemukan sejumlah konsep yang

dapat menambah perbendaharaan pengetahuan umumnya, sehingga

Page 30: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

16

akan membawa manfaat bagi kepentingan pembangunan bangsa

secara keseluruhan.

2. Mengingat kebudayaan Buton terutama yang menyangkut

kesusastraannya sudah lama terpendam dan jika tidak mendapat

perhatian maka kekayaan warisan budaya dari para leluhur tersebut

akan mengalami kepunahan.

3. Sudah seharusnya menjadi usaha sadar terutama bagi penulis sendiri

dan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat memperkenalkan

kesusastraan Buton sebagai salah satu warisan budaya kepada

masyarakat luas. hal ini akan sangat bermanfaat terhadap

pengembangan kebudayaan lokal khususnya maupun kebudayaan

nasional pada umumnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan alasan memilih judul yang telah

dikemukakan diatas penulis dapat menetapkan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana nilai moral dalam syair Kabhanti Gambusu di kelurahan

Waborobo kecamatan Betoambari kota Baubau ?

2. Bagaimana nilai kearifan lokal pada Kabhanti dan relevansi dalam

upaya pengembangan pendidikan untuk melahirkan nilai karakter

bangsa ?

3. Bagaimana eksistensi pemertahanan nilai-nilai budaya lokal dalam

pembelajaran sastra ?

Page 31: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

17

4. Bagaimana fungsi dan peranan kesusastraan Buton pada masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan nilai moral dalam syair Kabhanti Gambusu di

kelurahan Waborobo kecamatan Betoambari kota Baubau.

2. Untuk mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal pada Kabhanti

masyarakat Buton sebagai landasan pendidikan.

3. Untuk meminimalkan pengaruh negatif budaya luar khususnya budaya

barat yang dibawa oleh globalisasi

4. Untuk menelaah fungsi dan peranan kesusastraan bagi kehidupan

masyarakat Buton.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai bahan studi perbandingan dari penelitian selanjutnya yang

dianggap relevan.

b. Sebagai informasi tentang kandungan nilai dalam Kabhanti.

2. Manfaat Praktis

Masukan bagi pihak Departemen Pendidikan Nasional dalam

rangka mempertimbangkan perlunya pembelajaran sastra.

Page 32: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Mengenal Buton, Sejarah Buton, dan Sastra Buton

Baubau adalah sebuah kota di pulau Buton Sulawesi Tenggara.

Baubau memperoleh staus kota pada tanggal 21 Juni 2001 berdasarkan

Uu Nomor 13 tahun 2001. Luas kota ini 295.072 km persegi dengan

jumlah penduduk 167.519 jiwa (2018). Berdasarkan PERDA Nomor 2

tahun 2010 tentang penetapan hari jadi kota Baubau dan perubahan

penulisan Baubau ditetapkan pada pasal 5 ayat 1 dan 2 bahwa nama

penulisan kota Bau bau menjadi Baubau sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan. PERDA tersebut juga ditetapkan bahwa hari jadi kota

Baubau pada tanggal 17 Oktober 1541. Pemilihan tahun 1541 karena

tahun tersebut merupakan tahun bersejarah di bumi seribu benteng ini

serta ditandai dengan terjadinya transformasi pemerintahan kerajaan

Buton menjadi kesultanan Buton sebagai pembaharuan, yang ditandai

dengan dilantiknya La Kilaponto sebagai Sultan Buton pertama dengan

gelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.

Wilayah kota Baubau terdiri dari delapan kecamatan yaitu

Betoambari yang terdiri atas beberapa kelurahan yaitu kelurahan Sulaa,

kelurahan Waborobo, kelurahan Katobengke, kelurahan Lipu, kelurahan

Labalawa. Bungi yang terdiri atas beberapa kelurahan yaitu kelurahan

18

Page 33: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

19

Ngkaring-Ngkaring, kelurahan Kampeonaho, kelurahan Liabuku, dan

kelurahan Woliobuku. Kokalukuna yang terdiri atas beberapa kelurahan

yaitu kelurahan Waruruma, kelurahan Lakologou, kelurahan Liwuto,

kelurahan Sukanaeo, kelurahan Kadolomoko, kelurahan Kadolo. Murhum

yang terdiri atas beberapa kelurahan yaitu kelurahan Wajo, kelurahan

Lamangga, kelurahan Melai, kelurahan Baadia, kelurahan Tanganapada.

Batupoaro yang terdiri atas beberapa kelurahan yaitu kelurahan Tarafu,

kelurahan Kaobula, kelurahan Lanto, kelurahan Nganganaumala,

kelurahan Wameo, kelurahan Bone-bone. Sorawolio yang terdiri atas

beberapa kelurahan yaitu kelurahan Kaisabu Baru, kelurahan Karya Baru,

kelurahan Bugi, kelurahan Gonda Baru. Wolio yang terdiri atas beberapa

kelurahan yaitu kelurahan Bataraguru, kelurahan Tomba, kelurahan Wale,

kelurahan Batulo, kelurahan Wangkanapi, kelurahan Kadolokatapi,

kelurahan Bukit Wolio Indah. Lealea yang terdiri atas beberapa kelurahan

yaitu kelurahan Palabusa, kelurahan Kantalai, kelurahan Lowu-lowu,

kelurahan Kolese, kelurahan Kalia-lia. Orang Buton terkenal pula dengan

keberadabannya yang tinggi dan hingga saat ini peninggalannya masih

dapat dilihat di wilayah-wilayah kesultanan Buton diantaranya Benteng

Keraton Buton, rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh setinggi

empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang

kesultanan Buton yang disebut Kampua, dan masih banyak lagi.

Buton dikenal dalam sejarah Indonesia karena telah tercatat dalam

naskah negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi

Page 34: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

20

dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai negeri (desa) keresian atau

tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga

serta saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Maha Guru. Nama pulau

Buton juga telah dikenal sejak zaman pemerintahan Majapahit, Patih

Gajah Mada dalam Sumpah Palapa menyebut nama pulau Buton.

Terbentuknya wilayah Buton untuk menjadi sebuah kerajaan pertama kali

dirintis oleh kelompok Mia Patamiana (si empat orang) yaitu Sipanjonga,

Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati. Menurut sumber lisan mereka berasal

dari Semenanjung Tanah Melayu pada akhir abad ke-13.

Mereka mulai membangun perkampungan yang dinamakan Wolio

(saat ini berada dalam wilayah kota Baubau) serta membentuk sistem

pemerintahan tradisional dengan menetapkan empat limbo (empat

wilayah kecil) yaitu Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa, dan Baluwu

yang masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang Bonto sehingga lebih

dikenal dengan Patalimbona. Keempat orang Bonto tersebut disamping

sebagai kepala wilayah juga bertugas sebagai pelaksana dalam

mengangkat dan menetapkan seorang Raja. Selain empat limbo yang

disebutkan diatas, di Buton telah berdiri beberapa kerajaan kecil seperti

Tobe-tobe, Kamaru, Wabula, Todanga, dan Batauga. Maka atas jasa

Patalimbona kerajaan-kerajaan tersebut kemudian bergabung dan

membentuk kerajaan baru yaitu kerajaan Buton dan menetapkan Wa

Kaakaa (seorang wanita bersuamikan Sibatara turunan bangsawan

kerajaan Majapahit) menjadi Raja pertama pada tahun 1332 setelah

Page 35: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

21

mendapat persetujuan dari keempat orang Bonto (Patalimbona). Hal ini

hampir sama dengan Lembaga Legislatif.

Dalam periodisasi sejarah Buton mencatat dua fase penting yaitu

masa pemerintahan kerajaan sejak tahun 1332 sampai pertengahan abad

ke-16 dengan diperintah oleh enam orang Raja diantaranya dua orang

Raja perempuan yaitu Wa Kaakaa dan Bulawambona. Kedua Raja ini

merupakan bukti bahwa sejak masa lalu derajat kaum perempuan sudah

mendapat tempat yang istimewa dalam masyarakat Buton. Fase kedua

adalah masa pemerintahan kesultanan sejak masuknya Islam di kerajaan

Buton pada tahun 948 Hijiriyah (1542 Masehi) bersama dilantiknya La

Kilaponto sebagai Sultan Buton pertama dengan gelar Sultan Murhum

Kaimuddin Khalifatul Khamis sampai pada Muhammad Falihi Kaimuddin

sebagai Sultan Buton ke tiga puluh delapan yang berakhir tahun 1960.

Kesusastraan Buton mengalami fase baru pada abad ke-19 seiring

penerapan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat. ajaran tasawuf

yang dikembangkan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin berdampak luas

ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal

berkesenian (Zahari,1977(III);28). Sastra-sastra lokal dikehendaki agar

disesuaikan dengan tradisi dan ajaran tasawuf yang dikembangkan saat

itu.

Kabhanti adalah tradisi lisan dan tulisan yang berupa nyanyian atau

syair atau puisi di seluruh wilayah kesultanan Buton. Pelantunnya disebut

Pekabhanti. Tradisi kabhanti ini muncul ketika penyebaran agama Islam di

Page 36: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

22

Buton sangat marak dan termasuk didalamnya budaya tulis-menulis. Oleh

sebab itu kabhanti ditulis dengan menggunakan aksara Arab, Arab

melayu, dan aksara Wolio. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Buton

terutama bagian Keraton pada saat itu telah menampilkan sisi kreativitas

dan tingginya tingkat intelektual masyarakat tersebut dalam membentuk

peradaban pada masa itu. Masyarakat Buton pada umumnya memang

menempatkan syariat Islam diatas segalanya. Isi Kabhanti itu sendiri

banyak mengambil dari syariat Islam yang kemudian digunakan selain

sebagai hiburan juga untuk menyampaikan kearifan lokal sebagai dasar

karakter masyarakatnya.

Dalam penggunaannya Kabhanti memiliki beberapa fungsi yaitu

sebagai hiburan atau penyemangat kerja, sebagai wadah untuk

mengantar tidur, sebagai sarana transfer budaya dari satu generasi ke

generasi lainnya. Jabaran pada bait-bait Kabhanti mengarah pada

falsafah Buton. Falsafah tersebut tertuang pada empat prinsip hidup

masyarakat Buton. Pertama, sesama manusia harus saling menghormati,

kedua, sesama manusia harus saling peduli, ketiga, sesama manusia

harus saling memuliakan, keempat, sesama manusia harus saling

menyayangi.

2. Dari Sastra Lisan Menuju Sastra Tulis

Sejak masa pemerintahan Raja La Kilaponto yang kemudian

menjadi Sultan pertama di Buton. Buton tidak saja menjadi agama Islam

sebagai agama resmi kerajaan Buton tetapi juga menjadi pusat

Page 37: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

23

penyebaran Islam di kawasan Sulawesi Tenggara. Kehadiran Islam

termasuk kebudayaan di buton diperkuat dengan pendirian lembaga

pengkajian Islam yang bernama Belo Baruga di Keraton Sultan Buton

pada abad ke-16. Belo artinya hiasan, Baruga artinya balairung. Belo

Baruga adalah pemuda umur sebelum lima belas tahun yang tinggal di

Keraton Sultan Buton untuk mendapat pengalaman (pelajaran langsung)

dalam tata cara pemerintahan dan adat istiadat yang ditugaskan dalam

upacara-upacara. Selain Belo Baruga kesultanan Buton membangun

tempat pengajaran tarekat yang populer dengan nama Zaawiyah. Yunus

(1995,72-73) menyebutkan bahwa Zaawiyah merupakan sebuah

bangunan pengajian untuk mempelajari tarekat. Selain sebagai tempat

pengajian Zaawiyah berfungsi sebagai tempat penyimpanan surat-surat

dan buku-buku keagamaan. Bangunan tersebut juga dikenal sebagai

tempat Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin belajar tarekat sebelum

dirinya menjadi Sultan.

Lembaga Belo Baruga mencapai puncak keberhasilan pada masa

pemerintahan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin yakni dengan hadirnya

pujangga-pujangga Buton yang mampu menulis dan berbahasa Arab

dengan baik. Penguasaan yang baik terhadap bahasa dan aksara Arab

berdampak pada kedudukan bahasa Arab yang semula sebagai bahasa

asing meningkat menjadi bahasa resmi di lingkungan kesultanan Buton.

Aksra Arab digunakan dalam menulis surat-surat, perjanjian, ataupun

ajaran-ajaran yang dikembangkan para Sultan dan pujangga Buton. Oleh

Page 38: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

24

masyarakat Buton aksara Arab yang dipakai dalam menulis Kabhanti

ataupun naskah disebut Buri Wolio. Buri artinya tulisan dan Wolio artinya

nama daerah yang menjadi pusat pemerintahan kesultanan Buton. Buri

Wolio merupakan nama aksara Arab yang telah di modifikasi oleh

masyarakat Buton agar dapat menampung semua bunyi konsonan dan

vokal bahasa Wolio yang tidak terdapat dalam bahasa Arab. Hasil

modifikasi bahasa Arab yang merupakan kolaborasi antara bahasa Arab

dengan bunyi-bunyi konsonan dan vokal bahasa Wolio melahirkan aksara

yang populer di Buton dengan nama Buri Wolio.

Pengajaran bahasa dan aksara Arab melahirkan beberapa penulis

yang menandai masa baru kesusastraan Buton. Pujangga-pujangga

Buton yang populer antara lain Sultan La Elangi, Sapati La Singka, Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin, Kenepulu Bula, dan seorang perempuan

bernama Wa Ode Samarati. Karya sastra yang dihasilkan antara lain Bula

Malino (bulan yang terang), Kaluku Panda (kelapa pendek), Jaohara

(permata), Nuru Molabi (cahaya yang mulia), Kalipopo Mainawa (bintang

terang), Bunga Malati (bunga melati), Tula-Tula Koburu (cerita dari kubur),

Pakeana Mia Arifu (pakaian orang arif), Ana-Ana Maelu (anak yatim

piatu), Wa Hadini (Wa Hadini), Kanturuna Molingkana (pelita bagi orang

yang pergi), dan Ajonga Inda Malusa (pakaian yang tidak luntur), dan lain-

lain. Bahasa dan aksara yang digunakan para penulis yaitu bahasa Arab

menggunakan aksara Arab, bahasa melayu menggunakan aksara Arab

melayu, dan bahasa Wolio menggunakan aksara Arab Wolio.

Page 39: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

25

Keberadaan para pujangga di kesultanan Buton memberi warna

baru dalam dunia kesusastraan masyarakat Buton. Karya sastra yang

semula berkembang dalam tradisi kelisanan mulai diciptakan dalam

bentuk tertulis (naskah). Abad ke-19 merupakan fase penting kemajuan

kesusastraan Buton terutama di sekitar Keraton kesultanan Buton. Isi

sastra lisan Kabhanti yang semula merupakan potret keseharian

masyarakat bergeser ke petuah-petuah adat dan agama. nyanyian

Kabhanti berevolusi menjadi pembacaan naskah. pada pertengahan abad

ke-19 para penulis telah mengubah sastra lisan Buton menjadi sastra tulis.

Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin disebut sebagai sastrawan Buton

yang memiliki kemampuan menulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Wolio

(Buton), Arab, dan melayu. gubahan-gubahannya menjadi bahan bacaan

pelajaran yang didendangkan di semua wilayah kesultanan Buton.

Sastra lisan Kabhanti kemudian tertransformasi menjadi sastra tulis

Kabhanti merupakan dua karya yang berbeda. Masyarakat penikmat

sastra lisan Kabhanti umumnya masyarakat awam. Sebaliknya penikmat

sastra tulis Kabhanti umumnya kalangan bangsawan ataupun mereka

yang masih berkerabat dengan kalangan Keraton. Perbedaan penikmat itu

menjadikan ruang pertunjukannya berbeda. Sastra lisan Kabhanti

dipertunjukkan di rumah-rumah warga untuk berbagai acara hiburan.

Sebaliknya sastra tulis Kabhanti di gelar dalam Keraton ataupun di rumah-

rumah tokoh agama dan masyarakat.

Page 40: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

26

Perbedaan-perbedaan tersebut secara tegas sastra lisan Kabhanti

dan sastra tulis Kabhanti merupakan dua karya yang berbeda. Terjadinya

kesamaan nama merupakan upaya penguasa mengganti atau meredam

kepopuleran sastra lisan Kabhanti. Karya sastra yang lama diganti dengan

karya sastra baru yang lebih sufistik. Bentuk karya sastra lama diganti

tetapi mempertahankan nama karya sastra lama. Dengan cara seperti itu

masyarakat akan dikenalkan tradisi berkabhanti dengan bentuk dan isi

yang baru. Perubahan semacam itu disertai dengan upaya-upaya

mempertahankan Kabhanti dari sekitar bermukimnya para kaum

agamawan.

Kebijakan penguasa yang memberi ruang besar pada karya sastra

baru dan meredam kepopuleran karya sastra lama berdampak pada

menguatnya posisi sastra tulis Kabhanti sebagai sastra Keraton.

Sebaliknya sastra lisan Kabhanti semakin tergeser hingga ke daerah yang

jauh dari Keraton. Sastra lisan Kabhanti yang semula sebagai pertunjukan

komunal tergantikan oleh pertunjukan yang hanya dihadiri kalangan adat

dan tokoh-tokoh kesultanan. Keriuhan yang menjadi ciri pertunjukan

sastra lisan Kabhanti terganti oleh kekhusyu’an pembacaan naskah

Kabhanti. Sastra lisan Kabhanti yang semula pertunjukan lisan yang

spontan tergantikan oleh pertunjukan pembacaan naskah yang mirip

dengan pembacaan tembang Macapat yang terdapat didalam tradisi

masyarakat Jawa, Sunda dan Madura.

Page 41: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

27

Sastra tulis Kabhanti, Macapat dipertunjukkan dengan cara

membaca naskah yang telah ditulis sebelumnya. Pembacaan naskah-

naskah tersebut memiliki aturan atau pakem yang wajib diikuti.

pembacaan Macapat mempunyai aturan tersendiri yaitu dengan

dilagukan. seni musik dan pertunjukan Macapat sebagai Puisi yang mula-

mula dinyanyikan suatu cerita, dibaca dengan dinyanyikan dalam tembang

sambil menambah penjelasan. Perbedaan Kabhanti dengan Macapat

yaitu Macapat disertai dengan penjelasan. Sedangkan Kabhanti naskah

hanya berupa pembacaan naskah. Kabhanti naskah tidak disertai

penjelasan karena kalangan bangsawan Keraton mampu memahami isi

naskah Kabhanti.

Kesuksesan Keraton Buton melahirkan sastra tulis memunculkan

kontradiktif pada nama sastra tulis tersebut. Jika sastra lisan yang

tersingkir populer dengan nama Kabhanti maka sastra tulis juga

menggunakan nama yang sama yaitu Kabhanti. Naskah prosa yang di

tulis para pujangga Buton menggunakan nama pada Kabhanti, padahal

sastra tulis tersebut lahir untuk menggantikan posisi Kabhanti yang

dianggap sebagai sastra yang bertentangan dengan etika moral dan

agama. pentransformasian nama sastra lisan Kabhanti menjadi nama

sastra tulis merupakan upaya merebut popularitas nama pertunjukan

Kabhanti. Dari sudut pandang lain penggunaan nama Kabhanti sebagai

nama sastra tulis yang digubah para penguasa kesultanan Buton

Page 42: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

28

merupakan klimaks dari kontestasi antara sastra lisan yang berbasis

tradisi lokal dengan sastra tulis yang Islami.

Penggunaan nama Kabhanti sebagai nama sastra tulis tidak hanya

disebabkan oleh dua hal. Sastra lisan Kabhanti bermula dari sastra lisan

Keraton yang terganti seiring perubahan kebijakan penguasa di

kesultanan buton. Dugaan tersebut didukung oleh proses Islamisasi di

Buton yang terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama terjadi pada masa

Raja La Kilaponto (Sultan pertama), tahap kedua pada masa Sultan

Dayanu Ikhsanuddin (Sultan keempat), dan tahap ketiga pada masa

Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke duapuluh Sembilan).

Tahapan-tahapan Islamisasi tersebut memungkinkan terjadinya

perubahan kebijakan penguasa seiring dengan perubahan tahapan

Islamisasi. Kesenian tradisi pada masa Raja La Kilaponto (Sultan

pertama) akan tetap bertahan atau justru berubah pada masa Islamisasi

tahap dua Sultan Dayanu Ikhsanuddin. Begitu pula Islamisasi pada tahap

ketiga pada masa Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin yang berpotensi

merupakan perubahan tradisi masyarakat yang disesuaikan dengan

ajaran tasawuf yang dikembangkannya.

Fakta lain yang memperlihatkan sastra lisan Kabhanti sebagai

sastra lisan yang berasal dari Keraton yaitu aksi berbalas pantun dalam

pertunjukan Kabhanti yang merupakan ciri kemelayuan. Sastra lisan

Kabhanti merupakan karangan prosa yang tetap memperlihatkan ciri-ciri

pantun melayu. Meskipun beberapa larik Kabhanti tidak terdapat sampiran

Page 43: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

29

namun umumnya larik sastra lisan Kabhanti terdiri atas sampiran dan isi.

Kemelayuan Kabhanti juga diketahui dari alat musik yang mengiringi

pertunjukan yaitu gambus yang merupakan alat musik bernuansa Islam

khususnya di wilayah nusantara. Dalam tradisi lisan tersimpan mutiara

kehidupan yang sangat berharga, mengandung nilai-nilai moral dari

masyarakat pendukungnya. Sastra lisan sebagaimana telah tercantum

dalam surat Asy Syu’ara ayat 84 :

Terjemahaannya Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.

Terjemahannya Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

Terjemahannya : Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan.

Page 44: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

30

Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka,dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).

Terjemahannya : Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".

Sebagai kitab suci, Al Qur’an merupakan salah satu wahyu yang

diturunkan Allah kepada nabi Muhammad Saw. Al Qur’an yang berupa

kalam Allah ini merupakan kitab atau wahyu yang istimewa dibandingkan

dengan wahyu-wahyu yang lainnya. Bahkan salah satu keistimewaannya

adalah tidak ada satu bacaan pun yang lebih baik sejak peradaban baca

tulis dikenal dalam peradaban manusia, baik yang dibaca oleh orang yang

mengerti artinya maupun oleh orang yang tidak mengerti artinya. Sebagai

sumber ajaran islam yang utama, Al Qur’an diyakini berasal dari Allah dan

mutlak benar. Didalam Al Qur’an terdapat petunjuk hidup yang sangat

dibutuhkan oleh manusia sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

Lisan adalah salah satu anggota badan yag terdapat dalam mulut sebagai

alat untuk berbicara dan mengecap. Sehingga orang yang berkata lancar,

jelas, dan mudah dipahami disebut fasih lisannya. Secara jumlah, kata

lisan disebut dalam Al Qur’an dengan surat yang berbeda. Dalam surat Al

Maidah ayat 78 menjelaskan melalui lisan dapat menunjukkan bahwa

Page 45: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

31

ucapan adalah doa. Dalam surat Al Nahl ayat 62 menjelaskan bahwa lisan

mampu menjerumuskan kepada hal-hal yang di benci oleh Allah. Dan

dalam surat Al Qashas ayat 34 menjelaskan bahwa lidah mampu

memberikan perkataan yang membenarkan.

Penggunaan nama Kabhanti sebagai nama sastra tulis merupakan

upaya menghapus memori masyarakat atas pertunjukan yang dianggap

bertentangan dengan etika moral dan agama. penggunaan nama

Kabhanti sebagai nama naskah (sastra tulis) yang berisi ajaran agama

Islam dan pandangan hidup orang Buton di nilai sebagai upaya

menggiring dan mengikis tradisi lokal yang kurang Islami ke Tradisi yang

Islami. Sikap penguasa tersebut dilatari oleh semangat ajaran tasawuf dan

syariat islam yang diterapkan oleh Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin.

Kebijakan tersebut menandakan sikap penguasa yang melihat kesenian

bukan dari sudut pandang ideologi lokal tetapi dari sudut pandang agama.

kesenian yang merupakan tradisi lokal disesuaikan ajaran tasawuf.

3. Nilai Moral Nyanyian Rakyat

Pada umumnya tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki seni, sastra,

bahasa lisan dan tulisan, adat istiadat, tata cara dan tata krama pergaulan

serta nilai-nilai kehidupan yang beranekaragam. Semua itu merupakan

gambaran kekayaan budaya daerah di Indonesia dari masa ke masa.

Oleh karena berkembangnya zaman dari masa tradisional ke masa

modern. Semua unsur budaya tersebut berangsur-angsur berkurang

Page 46: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

32

bahkan punah. Maka sangat penting jika hal-hal yang berkaitan dengan

tradisi harus selalu dipertunjukkan agar kelestariannya tetap terjaga.

Tradisi di Indonesia yang menjadi bagian dari seni adalah nyanyian

rakyat meskipun kenyataannya nyanyian ini bukan merupakan bagian dari

seni musik secara utuh. Sebagian kecil nyanyian ini dapat

menyumbangkan sesuatu yang bermakna dalam kehidupan sehari-hari

terutama dalam hal ajaran moral. Saat ini di Sulawesi Tenggara

khususnya pada masyarakat Keraton, Waborobo di Baubau kegiatan

nyanyian rakyat masih dapat kita jumpai walaupun dari sisi kuantitas

sudah banyak berkurang penggunanya. Tentu hal tersebut terjadi karena

adanya akulturasi tradisi yang dialamnya tidak terjadi adanya

pemertahanan. Dari fenomena tersebut muncul batas-batas kehidupan

masyarakat yang berakibat pada kecenderungan pola hidup sendiri-

sendiri yang terbungkus dalam satu kelompok. Oleh karena itu tidak heran

jika di Indonesia kita mendengar banyak budaya lisan maupun tulisan

tidak sama antara satu dengan lainnya. Kebiasaan yang sudah menjadi

tradisi di Indonesia antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya

sangat jauh berbeda baik dari segi bentuk maupun prosesi

pelaksanaannya. kenyataan itu tentu disebabkan oleh banyaknya daerah

lepulauan yang ada di Indonesia.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi di Indonesia

yang banyak memiliki daerah-daerah kecil dan memiliki adat kebiasaan

masing-masing pula. Salah satu daerah yang dimaksud adalah Keraton

Page 47: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

33

dan Waborobo di Baubau. Banyak sisi yang berkaitan dengan hiburan

rakyat. Ada hiburan yang dapat menyenangkan hati semua orang, ada

hiburan khusus untuk anak-anak yang dapat mengobati rasa lelah karena

aktivitas kesehariannya membantu orang tua di kebun, Adapula hiburan

rakyat yang khusus dilakukan oleh wanita yang sudah dipersunting dan

sudah mempunyai momongan. Salah satu hiburan yang dimaksud adalah

Kabhanti lisan atau nyanyian rakyat.

Menurut Jan Harold Brunvand yang dikutip oleh Danandjaja

mengatakan bahwa nyanyian rakyat adalah salah satu genre faktor yang

terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara kolektif

tertentu dalam bentuk tradisional serta banyak mempunyai varian. Setiap

nyanyian rakyat, kata-kata, dan lagu merupakan dwi tunggal yang tidak

dapat terpisahkan.

Teks Kabhanti atau nyanyian pada masyarakat Buton bertahan

dengan memakai bahasa daerah setempat, sehingga mudah di terima

oleh masyarakat. namun sekarang ini pengguna budaya Buton sudah

semakin berkurang apalagi berkaitan dengan Kabhanti atau nyanyian

rakyat. Untuk itu penulis berkeinginan melakukan penelitian ini karena

adanya fakta bahwa generasi muda masa kini sudah tidak lagi melihat

tradisinya sebagai sesuatu yang penting untuk diri mereka. Tradisi-tradisi

tersebut banyak mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diharapkan

dalam kehidupan sosial maupun di jenjang pendidikan.

Page 48: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

34

Kabhanti pada masyarakat Buton khususnya desa Waborobo

Baubau juga mengenal jenis-jenis Kabhanti lainnya. Yaitu Kabhanti

Gambusu yang meliputi Kabhanti berbalas pantun, Kabhanti petuah, dan

Kabhanti tarian. Kabhanti Kavekalolodo, Kabhanti saha, Kabhanti

Hukumu, Kabhanti Anai Maelu. Namun penelitian ini hanya difokuskan

pada Kabhanti Ganda pada masyarakat desa Waborobo kecamatan

Betoambari kota Baubau provinsi Sulawesi Tenggara.

Secara etimologis kata moral berasal dari kata Mos dalam bahasa

latin, bentuk jamaknya mores yang artinya adalah tata cara atau adat

istiadat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2014;592) moral diartikan

sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis terdapat

berbagai rumusan pengertian moral yang dari segi substantif materiilnya

tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Moral

merupakan kondisi pikiran perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang

terkait dengan nilai-nilai baik buruknya. Moral juga dapat diartikan sebagai

sikap, perilaku, tindakan yang dilakukan seseorang pada saat melakukan

sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dan

lain-lain. Sikap moral sebenarnya adalah moralitas. Moral atau moralitas

mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Sedangkan

bidang moral adalah kehidupan masyarakat dilihat dari segi kebaikannya.

Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk

mengukur kebaikan seseorang.

Page 49: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

35

Nilai berarti sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek itu

sendiri. Sesuatu dikatakan bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna,

benar, indah, baik, dan lain sebagainya.

4. Nilai Kearifan Lokal Kabhanti

Istilah kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan yang berarti

kebijaksanaan dan lokal yang berarti suatu tempat. Secara umum

keariafan lokal dapat diartikan sebagai gagasan setempat yang bersifat

bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik dan terpelihara oleh masyarakat

setempat. Secara linguistik kata kearifan di bentuk dari kata arif yang

bermakna bijaksana, cerdik pandai. Jadi istilah kearifan berarti 1.

Kebijaksanaan atau 2. Kecerdasan, sehingga kata kearifan berkenaan

dengan dua hal yaitu karakter atau kepribadian dan kecerdasan atau

kognisi. Batasan ini yang menjadi kerangka acuan pembahasan kearifan

lokal masyarakat.

Beberapa ahli berpendapat untuk memadukan kearifan lokal

dengan konsep budaya lokal yaitu kecerdasan yang dimiliki oleh

sekelompok masyarakat untuk digunakan sebagai pencerdasan pula.

Sementara itu kearifan lokal merupakan suatu hasil adabtasi dari suatu

komunitas yang berasal dari generasi ke generasi berikutnya

(Gunawan,2003;6).

Page 50: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

36

Hal ini sejalan dengan pendapat (Taalami,2010;26) yang

menegaskan bahwa kearifan lokal dipandang sebagai suatu adabtasi

tentang pengalaman hidup masyarakat yang telah diterapkan secara

turun-temurun sehingga menjadi suatu tradisi masyarakat yang

bersangkutan.

Berdasarkan pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa kearifan

lokal merupakan suatu pengetahuan lokal yang digunakan oleh suatu

komunitas masyarakat lokal sehingga mereka dapat bertahan hidup dalam

suatu lingkungan kolektif. Kearifan lokal dapat menyatu dengan sistem

kepercayaan, pandangan hidup, norma, nilai sosial (etika), pengetahuan,

dan budaya yang diekspresikan dalam penerapan tradisi yang dianut oleh

masyarakat secara turun-temurun. Implikasi teori tersebut terhadap

penelitian ini adalah kearifan lokal dipandang sebagai tradisi masyarakat

yang terungkap pada Kabhanti masyarakat Buton dengan cerminan nilai-

nilai luhur kehidupan. Tradisi dan budaya yang dikaji merupakan bentuk

kearifan lokal masyarakat yang telah diterapkan secara turun-temurun.

Secara esensial keariafan lokal merupakan sistem budaya lokal

yang meliputi aspek 1. Nilai, 2. norma, 3. Perilaku, 4. Kebudayaan, 5.

Pengetahuan, 6. Keyakinan dan, 7. Pandangan hidup. Implementasinya

dalam peneltian ini ditekankan pada tiga hal yaitu aspek religius, aspek

norma, aspek sosial, dan aspek pendidikan. Ketiga aspek tersebut

menjadi tujuan pembahasan yang dikaitkan dengan pendidikan karakter

yang sekarang ini menjadi perhatian dalam pengembangan kurikulum

Page 51: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

37

atau pembelajaran di sekolah. Guru harus memiliki kreativitas dan inovatif

dalam pembelajaran yang berbasis pada nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat.

Kabhanti sastra tulis merupakan salah satu jenis kesusastraan

Buton berbentuk puisi. Kesusastraan jenis ini telah dikenal oleh

masyarakat Buton sejak masa kesultanan Buton. Oleh karena itu

kesusastraan jenis Kabhanti merupakan kesusastraan masyarakat Buton

yang paling tua. Kabhanti berkembang pesat setelah masuknya Islam di

kerajaan Buton. Masuknya ajaran agama Islam sanggup mengubah dan

mewarnai perkembangan sastra masyarakat Buton. Petuah-petuah

tentang nilai dan falsafah hidup disampaikan melalui Kabhanti. Yang pada

prinsipnya merupakan hasil pengolahan secara bebas dari kesusastraan

bentuk prosa. Sejak zaman itu Kabhanti tidak saja berkembang secara

lisan tetapi juga berkembang secara tulisan.

Dari segi bentuknya kesusastraan jenis Kabhanti lisan dan tulis

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pantun dan syair. Kabhanti

yang tergolong kelompok pantun pada umumnya pendek, terdiri atas

sampiran dan isi, dan kadang pula hanya berupa isi saja. Syair bentuknya

panjang, dan merupakan hasil pengolahan secara bebas dari

kesusastraan bentuk prosa. Biasanya terdiri atas delapan sampai

duabelas suku kata. diantaranya memakai empat tekanan, biasanya terdiri

atas tiga sampai empat perkataan sehingga Kabhanti juga termasuk karya

sastra berbentuk puisi.

Page 52: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

38

Puisi sebagai salah satu bentuk karya sastra tidak hanya sebagai

sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa lapis norma yang

menuangkan pengalaman yang luas dan pengalaman individu melalui

ungkapan bahasa. Beberapa pandangan ahli tentang puisi yaitu 1. Carlyle

mengemukakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal

karena pencipta puisi memikirkan rangkaian bunyi yang merdu disusun

dengan menonjolkan bunyi yang merdu. 2. Wordsworth mengemukakan

bahwa puisi merupakan pernyataan perasaan seseorang pengarang yang

bersifat imajinatif. 3. Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan

pemikiran manusia secara konkret dan artistik melalui bahasa emosional

dan berirama. Sastra daerah dalam bentuk puisi seperti Kabhanti

masyarakat Buton banyak mengandung nilai-nilai ajaran tentang

kehidupan. Sebagai karya kreatif puisi menggunakan bahasa simbol

sehingga untuk memahaminya memerlukan penelitian ilmiah. Penelitian

ilmiah tentang Kabhanti pada masyarakat Buton dimaksudkan untuk

menggali berbagai informasi tentang nilai-nilai kehidupan masyarakat

Buton pada masa lalu. Tujuannya agar menopang nilai-nilai kehidupan

masa kini yang disebut dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kabhanti dikenal

oleh masyarakat Buton sejak awal kesultanan pada abad ke-15. Sehingga

karya sastra ini dipandang sebagai bentuk sastra yang paling tua dalam

masyarakat Buton. Penulisan Kabhanti mulai populer pada masa

pemerintahan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (1824-1851) karena

Sultan sendiri banyak menulis Kabhanti yang bernafaskan Islam. Dalam

Page 53: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

39

surat Al Alaq ayat 1 sampai 5 telah dijelaskan mengenai pentingnya

membaca keadaan sosial sehingga dapat melatih diri untuk meningkatkan

kepekaan, rasa empati, dan sebagainya.

Terjemahannya : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)."

Terjemahnnya : Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca sesuatu kitab sebelum (Al-Qur'an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya.

Seni yang lahir karena agama sudah mempunyai patokan-patokan

yang jelas sesuai dengan ciri agama. Keindahan yang diperjuangkan oleh

seni yang timbul dari agama juga bersifat normatif seperti dalam puisi para

penyair dari Buton. Patokan-patokan normatif dapat dirujuk dalam Al

Page 54: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

40

Qur’an. Karena Al Qur’an sebagai kitab suci agama Islam dimaksudkan

untuk menjadi petunjuk, bukan saja bagi anggota masyarakat kitab suci ini

diturunkan tetapi juga bagi seluruh manusia. Al Qur’an memuat tema-tema

yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia seperti hubungan

manusia dengan tuhan, hubungan antarmanusia, dan hubungan manusia

dengan lingkungan alam sekitarnya. Sebagai kitab suci yang menghadapi

masyarakat dengan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang

dan maju.

Kabhanti sebagai salah satu bentuk sastra daerah perlu dipelihara

dan dikembangkan. Jika tidak dipelihara dengan baik maka dikhawatirkan

mengalami proses kepunahan akibat gesekan budaya asing. Langkah

yang perlu dilakukan adalah pengkajian Kabhanti secara ilmiah agar dapat

menemukan nilai-nilai luhur pada masyarakat Buton. Telaah nilai-nilai

kearifan lokal pada Kabhanti sangat relevan dengan upaya

pengembangan keilmuan sehingga temuan pada penelitian ini dapat

dikolaborasikan dengan pendidikan pembelajaran sastra untuk melahirkan

kearifan lokal dan nilai-nilai karakter bangsa. Sebagian besar Kabhanti

sarat dengan nilai-nilai kehidupan.

Kearifan lokal tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai luhur

bangsa. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang digunakan oleh

masyarakat lokal untuk bertahan hidup secara turun-temurun. Kearifan

lokal merupakan hasil dari kecerdasan suatu masyarakat lalu digunakan

oleh sesamanya sebagai sarana pencerdasan. Memahami dan

Page 55: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

41

mengimplementasikan kearifan lokal sejak dini dapat menjadi landasan

kehidupan masyarakat terutama untuk menangkal pengaruh budaya asing

yang saat ini banyak menimpa generasi muda. Nilai-nilai kehidupan

masyarakat lokal yang tercermin dalam sastra dan budaya lokal dapat

menopang nilai-nilai luhur bangsa.

B.Kerangka Pikir

.

Sastra Lisan Ajaran Islam Sastra Tulis

Kabhanti Gambusu Karya Sastra Idrus

Kaimuddin

Kabhanti

berbalas

pantun

Kabhanti

petuah

Kabhanti

tarian

Bula

Malino

Jaohara

molabina

Nilai Moral Kearifan Lokal

Pendidikan Karakter

Page 56: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

42

Untuk mempermudah suatu penelitian perlu dibuat kerangka pikir

atau konsep dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Sastra

Buton tidak lepas dari sastra lisan dan sastra tulis. Sastra lisan yang

mengawali adanya tuturan dalam bentuk syair dan nyanyian digunakan

pada acara adat pingitan dan melahirkan. Tuturan lisan inilah yang

menjadi ciri khas masyarakat Waborobon sebelum masuknya Islam.

Meskipun masyarakat Buton belum mengenal Islam tetapi ajaran nilai

moral telah dituturkan melalui Kabhanti. Oleh karena itu masuknya Islam

di Buton sekaligus mengajarkan masyarakat dalam mempelajari bahasa

Arab Wolio melalui tulisan. Sehingga bahasa Arab Wolio saat itu menjadi

bahasa komunikasi di lingkungan Keraton dan digunakan oleh para

sastrawan-sastrawan Buton dalam menulis karya sastranya, salah

satunya adalah Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin atau lebih dikenal

dengan Kobaadhiana.. Karya sastranya Bula Malino dan Bunga Malati

yang dipandang sebagai cerminan nilai-nilai luhur kehidupan. Tradisi dan

budaya yang dikaji merupakan bentuk kearifan lokal yang telah diterapkan

secara turun-temurun. Serta pentingnya suatu pendidikan merupakan

upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik sehingga

mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang

diwariskan oleh masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke

arah kehidupan masa kini dan masa mendatang.

Page 57: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif

dan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan.

Data penelitian ini adalah tuturan lisan berupa kata-kata atau kalimat yang

mengandung nilai moral dalam syair Kabhanti Gambusu serta tuturan

tulisan dalam hal ini adalah menelaah karya sastra Kabhanti Bula Malino

dan Jaohara Molabina yang ditulis oleh Sultan Muhammad Idrus

Kaimuddin berkaitan dengan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung

didalamnya.

B. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Buton di kota Baubau

Sulawesi Tenggara. Adapun sasaran penelitian ini adalah masyarakat di

Keraton (wilayah kesultanan) dan masyarakat di Waborobo. Waktu

pelaksanaan penelitian ini dirancang selama dua bulan setelah

pelaksanaan seminar proposal sampai perampungan data-data di

lapangan.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Sumber data dalam

penelitian ini adalah untuk sastra lisan informan penutur asli syair

43

Page 58: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

44

Kabhanti Gambusu pada masyarakat kelurahan Waborobo kecamatan

Betoambari kota Baubau. Sedangkan untuk sastra tulis adalah karya

sastra Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina yang ditulis oleh

Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin, namun karena sulitnya mendapatkan

naskah asli yang masih utuh peneliti menggunakan naskah salinan

sebagai sumber data yang ditulis oleh Ummi Salamah dalam aksara Arab

Wolio. Selain itu peneliti juga menggunakan sumber data buku-buku yang

memiliki keterkaitan dengan naskah Kabhanti karya Sultan Muhammad

Idrus Kaimuddin.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada sastra lisan menggunakan teknik

rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk merekam syair

Kabhanti Gambusu yang dilantunkan secara lisan oleh informan utama

yaitu penutur asli atau pelantun asli Kabhanti Gambusu. Teknik catat

digunakan dengan cara mencatat data yang dianggap penting diluar data

rekaman untuk mendapatkan data yang komprehensif. Sedangkan teknik

pengumpulan data pada sastra tulis yaitu peneliti turun langsung ke

lapangan untuk melakukan pengamatan pada karya sastra Muhammad

Idrus Kaimuddin.

E. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini sastra lisan di analisis secara deskriptif

kualitatif yang mengacu pada pendapat Ratna (2015;53) bahwa analisis

Page 59: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

45

data dideskripsikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat untuk

menemukan unsur-unsurnya yang dilakukan dengan tahapan-tahapan

yaitu transkripsi rekaman data, klasifikasi data, penerjemahan data, dan

analisis data. Sedangkan pada sastra tulis dilakukan melalui tiga langkah.

Pertama penulis melakukan pendataan teks yang menjadi bahan-bahan

penelitian yaitu mengidentifikasi teks-teks yang mengandung nilai-nilai

kearifan lokal. Kedua teks yang telah di klasifikasi berdasarkan unit-unit

lalu dilakukan suatu pendalaman melalui pengamatan dan wawancara.

Ketiga melakukan analisis komponen sebagai pendalaman temuan yang

telah di identifikasi pada catatan lapangan untuk membuat inferensi dan

simpulan (Glasser,1986;102).

F. Teknik Keabsahan Data

Analisis keabsahan data digunakan teknik triangulasi. Ada dua

bentuk triangulasi untuk memeriksa data yaitu triangulasi teoretis adalah

melihat serta mengkonfirmasikan hasil analisis Kabhanti dengan beberapa

teori yang ada. Dan triangulasi logis adalah mengkonfirmasikan analisis

Kabhanti dengan ahli atau pembimbing. Disamping bentuk triangulasi

tersebut dalam penelitian ini digunakan pula dua teknik triangulasi yaitu

triangulasi pakar dan triangulasi kolegial. Triangulasi pakar adalah

melakukan wawancara dengan ahli bidang telaah Kabhanti sebagai

kearifan lokal. Triangulasi kolegial adalah melakukan diskusi dengan

teman-teman untuk memberikan pendapat.

Page 60: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

46

BAB IV

TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengolahan Data Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di kelurahan

Waborobo kecamatan Betoambari dan kelurahan Keraton kecamatan

Murhum kota Baubau Sulawesi Tenggara dengan judul “ Kesusastraan

Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam Dari Sastra Lisan Ke Sastra Tulis

Terhadap Relevansi Pendidikan Di Waborobo dan Keraton Buton Kota

Baubau Sulawesi Tenggara “ ada beberapa temuan yang akan peneliti

sajikan sebagai berikut :

a. Uraian tentang nilai moral dalam teks syair Kabhanti Ganda mengacu

pada pendapat Suseno (2011;129) dan Zubair (2016;78) bahwa nilai

moral terbagi atas prinsip sikap baik, prinsip keadilan, prinsip

menghargai diri sendiri, prinsip kerukunan, prinsip hormat, prinsip

ketuhanan. Perpaduan kedua pendapat inilah yang digunakan peneliti

dalam penyajian hasil penelitian dan pembahasan.

b. Menelaah karya sastra Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina

yang ditulis oleh Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin berkaitan dengan

nilai-nilai kearifan Lokal yang terkandung didalamnya dan

implementasinya ditekankan pada tiga hal yaitu aspek religius, aspek

46

Page 61: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

47

norma, dan aspek sosial. Masyarakat Buton mempelajari masalah

ketuhanan sebagai konsepsi dalam kehidupan bermasyarakat.

Masyarakat yang selalu menyadari eksistensi diri sebagai hamba Allah

akan selalu mengarahkan kepada sifat-sifat merendah, selalu

bersyukur, dan bertawakal kepada maha pencipta. Artinya kehidupan

bermasyarakat dibalut dengan nilai-nilai keimanan kepada Allah

dengan kesadaran sebagai hamba. Dalam tatanan kehidupan

masyarakat Buton berjalan pada nilai-nilai keislaman serta norma-

norma adat.

c. Kabhanti pada dasarnya berisi ajaran tentang kehidupan yang ideal.

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Buton memahami eksistensi

dirinya baik sebagai pemerintah maupun sebagai masyarakat. nilai-

nilai kearifan lokal pada Kabhanti meliputi ketaqwaan, budi pekerti,

toleransi terhadap keberagaman, tolong-menolong, kasih sayang, rela

berkorban, saling menghargai, pantang menyerah, kebersamaan,

kreatif, dan bela negara. nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Buton

pada Kabhanti sangat relevan dengan pilar pendidikan karakter yaitu

menanamkan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kearifan lokal dalam

Kabhanti dapat diimplementasikan dalam pendidikan karakter, semua

nilai-nilai luhur yang di analisis mengandung nilai-nilai karakter. Karena

pendidikan karakter menjadi target kurikulum maka perlu kolaborasi

antara nilai-nilai kearifan lokal dengan materi pendidikan karakter.

Upaya yang dilakukan guru dapat menggunakan momen budaya

Page 62: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

48

masyarakat untuk mempercepat pemahaman siswa sehingga

penurunan moral generasi muda yang mulai nampak saat ini dapat di

minimalisir. Disamping itu siswa mengenal nilai-nilai luhur secara dini

menjadi penangkal dari berbagai dampak pengaruh budaya asing.

d. Agar eksistensi budaya lokal tetap kokoh maka diperlukan

pemertahanan. Beberapa hal yang termasuk budaya lokal salah

satunya adalah Kabhanti Buton. Mengintegrasikan budaya lokal dalam

pembelajaran sastra akan mengimbangi pengaruh budaya asing yang

semakin mewabah di masyarakat Buton. Gerakan kearifan lokal

dengan kembali ke akar budaya bangsa sendiri merupakan tindakan

cerdas untuk meminimalisir pengaruh negatif globalisasi. Sehingga

fungsi dan peranan yang menjadi titik berat perhatian para pemuka

masyarakat pendahulu Buton itu adalah menjadikan karya sastra

sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat khususnya generasi

muda.

a. Kelurahan Waborobo

Pengolahan data dalam penelitian ini mengacu pada pendapat

Ratna (2015;53) bahwa data dideskripsikan dalam bentuk kata-kata atau

kalimat untuk menemukan unsur-unsurnya yang dilakukan dengan

tahapan-tahapan,

Page 63: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

49

Transkripsi rekaman data

Memindahkan data ke dalam bentuk tulisan yang sebenarnya.

Klasifikasi data Semua data yang memenuhi syarat dikumpulkan sesuai dengan karakteristik bentuknya.

Penerjemahan data Semua data yang sudah dikelompokkan langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Analisis data

Peneliti menganalisis semua data yang terkumpul berdasarkan maknanya.

Uraian tentang nilai moral dalam teks syair Kabhanti Gambusu

mengacu pada pendapat Suseno (2011;129) dan Zubair (2016;78) bahwa

nilai moral terbagi atas prinsip sikap baik, prinsip keadilan, prinsip

menghargai diri sendiri, prinsip kerukunan, prinsip hormat, prinsip

ketuhanan. Perpaduan kedua pendapat inilah yang digunakan peneliti

dalam penyajian hasil penelitian dan pembahasan.

Kabhanti berbalas

pantun

Kabhanti

petuah

Kabhanti tarian

Nilai Moral Kabhanti Gambusu

1. Prinsip sikap baik

2. Prinsip keadilan

3. Prinsip menghargai diri sendiri

4. Prinsip kerukunan

5. Prinsip hormat

6. Prinsip ketuhanan

Syair Kabhanti Gambusu

Page 64: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

50

b. Kelurahan Keraton

Berdasarkan temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa

masyarakat Buton mempelajari masalah ketuhanan sebagai konsepsi

dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang selalu menyadari

eksistensi diri sebagai hamba Allah akan selalu mengarahkan kepada

sifat-sifat merendah, selalu bersyukur, dan bertawakal kepada maha

pencipta. Artinya kehidupan bermasyarakat dibalut dengan nilai-nilai

keimanan kepada Allah dengan kesadaran sebagai hamba. Oleh karena

itu, dalam tatanan kehidupan masyarakat Buton berjalan pada nilai-nilai

keislaman serta norma-norma adat.

Pada temuan lain dalam Kabhanti Bula Malino dan Jaohara

Molabina dijelaskan bahwa mengajarkan semua ajaran-ajaran disertai

kebenaran dengan iman yang tak goyah, umur adalah kematian yang

akan memisahkan dengan segalanya, mengajari diri tentang

mengendalikan hawa nafsu, rasa kasih terhadap diri sendiri, ibadah

kepada Allah, serta memelihara anggota tubuh dari segala yang

memalukan. Nasihat bagi manusia, kalau kita benar-benar dikatakan

sebagai orang Islam maka wajib kita melakukan yang terbaik dan

menjauhi larangannya.

Oleh karena itu, kandungan Kabhanti ini ditegaskan pembentukan

keimanan (tauhid) untuk pemerintah dan diri sendiri melalui utusan

kesultanan dan para ulama. Artinya pembentukan pandangan hidup

manusia tentang tuhan menjadi tanggungjawab diri sendiri. Itu sebabnya,

nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti dapat dimplementasikan dalam

Page 65: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

51

pendidikan karakter, karena semua nilai-nilai luhur yang di analisis

mengandung nilai-nilai karakter.

Pengolahan data dalam penelitian ini mengacu pada pendapat

Glasser (1986;102) bahwa dilakukan melalui tiga langkah

1. Mengidentifikasi teks-teks yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal

2. Melakukan suatu pendalaman melalui pengamatan dan wawancara

3. Melakukan analisis komponen untuk membuat inferensi dan simpulan

Naskah kabhanti karya Idrus Kaimuddin

Kabhanti Bula Malino Kabhanti Jaohara Molabina

Kearifan Lokal Pendidikan Karakter

1. Aspek religius

2. Aspek norma

3. Aspek sosial

1. Upaya guru

mempercepat

pemahaman

2. mengenal nilai-nilai

luhur

3. Dapat memanfaatkan

kearifan lokal

1. Nilai ketaqwaan

2. Budi pekerti

3. Toleransi

4. Tolong-menolong

5. Kasih sayang

6. Rela berkorban

7. Saling menghargai

Page 66: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

52

C.Kabhanti Untuk Masyarakat Buton

Puisi sebagai salah satu bentuk sastra merupakan hasil pemikiran

manusia yang konkret dan artistik dengan bahasa perasaan (emosional).

Pradopo (2000;7) menyimpulkan adanya tiga unsur pokok dalam puisi,

yaitu yang pertama pemikiran atau ide, kedua bentuk atau struktur, dan

ketiga kesan atau pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu,

Kabhanti sebagai bentuk puisi daerah yang sarat dengan nilai-nilai dan

norma serta falsafah hidup yang disebut sebagai kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan gagasan pengetahuan dari suatu

komunitas masyarakat yang digunakan dari generasi ke generasi

selanjutnya untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan kolektif

(Gunawan,2003;6). Kabhanti yang menjadi bahan kajian ini dapat

mengandung aspek-aspek kearifan lokal. Karena Kabhanti merupakan

karya sastra masyarakat Buton yang berbentuk puisi. Masuknya ajaran

Islam di Buton mengubah kerajaan menjadi kesultanan Buton (1538 M)

turut mewarnai perkembangan kesusastraan masyarakat Buton terutama

Kabhanti. Pada awal kesultanan Buton kesusastraan hanya diwariskan

secara turun-temurun. Karena saat itu belum mengenal aksara. Kabhanti

merupakan bagian dari wujud kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan

usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan makna secara

manusiawi, untuk menata kehidupan mereka yang manusiawi pula yaitu

dalam wujud nilai-nilai luhur.

Page 67: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

53

Nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat kita telah mulai luntur.

Banyak nilai-nilai kearifan lokal mulai diabaikan oleh masyarakat lokal

terutama generasi muda sebagai dampak dari era globalisasi. Lunturnya

nilai-nilai luhur masyarakat terkontaminasi budaya-budaya asing yang

berbeda dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat kita. Oleh karena itu

perlu adanya upaya penyaringan (filter) yang salah satunya adalah

menggali kearifan lokal dalam sastra daerah seperti Kabhanti pada

masyarakat Buton. Mengenal serta memahami kearifan lokal dapat

menjadi landasan berpijak dalam hidup di tengah-tengah masyarakat yang

multietnis. Kearifan lokal itu juga dapat menjadi bahan-bahan

pembelajaran di sekolah. Agar generasi memahami nilai-nilai kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai kehidupan yang dibangun

melalui sarana pembelajaran kearifan lokal dengan sendirinya akan

menjadi landasan kearifan nasional sehingga terbentuk suatu generasi

yang memiliki ketahanan karakter yang kokoh dari berbagai pengaruh

budaya lain terutama budaya asing.

Nilai-nilai kearifan lokal saat ini dipandang sangat relevan dengan

pendidikan karakter. Mulai tahun 2011 semua satuan pendidikan di

Indonesia mulai melaksanakan pendidikan karakter tujuannya adalah

mengembangkan karakter peserta didik yang berlandaskan pada nilai-nilai

luhur bangsa.

Kabhanti berbentuk puisi bagi masyarakat Buton, bahasanya padat

(sedikit kata-kata tetapi mengandung banyak makna). Keindahan struktur

Page 68: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

54

(rima, ritme, musikalitas) dalam bahasa yang digunakan sangat

diperhatikan. Makna yang terkandung dalam puisi dapat berupa pikiran,

perasaan, pendapat, kritikan, dan lain-lain. pada masyarakat Buton

sebagai turunan dari masyarakat kesultanan, Kabhanti dipandang sebagai

bentuk puisi yang menyerupai syair. Puisi yang dimiliki oleh masyarakat

Buton memiliki kemiripan dengan bentuk-bentuk syair di berbagai daerah.

Puisi Kabhanti berkembang pesat setelah masuknya agama Islam di

kerajaan Buton. Masuknya ajaran agama Islam sanggup mengubah status

kerajaan Buton menjadi kerajaan Islam (kesultanan) yang turut pula

mewarnai perkembangan sastra di Buton. Dari segi bentuknya

kesusastraan jenis Kabhanti dapat dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu pantun dan syair. Kabhanti yang tergolong kelompok pantun pada

umumnya berbentuk pendek-pendek, kadang-kadang terdiri atas lampiran

dan isi, dan kadang pula hanya berupa isi saja. Kabhanti yang tergolong

kelompok syair pada umumnya berbentuk panjang-panjang, dan

merupakan hasil pengolahan secara bebas dari kesusastraan bentuk

prosa.

Sastra lisan adalah karya sastra yang diciptakan dan disampaikan

secara lisan dengan mulut baik dalam pertunjukan seni maupun diluarnya,

karya seni yang menggunakan bahasa lisan, yang diungkapkan dari mulut

ke mulut, yang berisikan makna kehidupan dan nilai-nilai luhur

pengajaran, karya yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan

dan diteruskan dari orang ke orang dalam bentuk tidak berubah dengan

Page 69: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

55

lisan bukan tulisan, dan merupakan jenis karya yang diturunkan dari

mulut ke mulut, tersebar secara lisan, anonim, dan menggambarkan

kehidupan pada masa lampau.

Ciri-ciri sastra lisan adalah 1. Anonim, adalah karya sastra itu tidak

diketahui pengarangnya. 2. Statis, yaitu baik isi maupun bentuk contohnya

sangat lambat perubahannya. 3. Religiusitas, yaitu karya-karya itu

berhubungan dengan agama dan kepercayaan yang dianut. 4. Klise

imajinatif, yaitu baik isi maupun bentuknya selalu meniru bentuk yang

sudah ada sebelumnya.

Fungsi sastra lisan adalah 1. Fungsi mendidik yaitu membina

tingkah laku yang baru, agar tercapai keserasian hidup bersama,

membina kemampuan dan perasaan, mendidik moral yang tinggi seperti

jujur, belas kasihan, dan suka menolong. 2. Fungsi menyimpan budaya,

dengan mendengar sastra lisan generasi muda mengetahui bagaimana

setiap hidup yang luhur dari nenek moyang. 3. Fungsi motivasi, agar

generasi muda dapat mengambil manfaat dari sastra lisan tersebut. 4.

Fungsi rekreasi.

Jika diamati dari fungsi sastra lisan diatas maka nyanyian

tradisional dalam syair Kabhanti Ganda sebagai salah satu bentuk sastra

lisan masyarakat Buton dapat pula menunjukkan fungsi yaitu sebagai alat

penghibur, sarana pendidikan, dan sarana rekreasi. Sastra lisan termasuk

folklor lisan dan mempunyai empat fungsi yaitu 1. Sebagai bentuk hiburan,

Page 70: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

56

2. Sebagai alat pengesahan, 3. Sebagai alat pendidikan anak, 4. Sebagai

alat pemaksa agar norma-norma masyarakat dipatuhi.

Sastra lisan sebagai sistem proyeksi terkait dengan keinginan-

keinginan manusia atau hanya dalam angan-angan, untuk memberikan

seseorang suatu jalan yang diberikan oleh masyarakat agar dia dapat

membantu orang lain, sebagai alat untuk memprotes ketidakadilan dalam

masyarakat, dan sebagai hiburan. Fungsi-fungsi sastra lisan tersebut

saling berkaitan. Sebuah cerita lisan yang ditemukan oleh seorang peneliti

dapat dikaitkan dengan berbagai fungsi yang ada.

Bentuk-bentuk secara umum ragam sastra lisan atau genre sastra

berdasarkan situasi bahasanya. Menurut Luxemburg dkk (2010;52) terdiri

atas tiga yaitu 1. Teks monolog yaitu teks yang dibawakan oleh satu

pencerita, misalnya pidato, khutbah, uraian, dan sebagainya. 2. Teks

dialog yaitu teks yang sekurang-kurangnya dibawakan oleh dua

pembicara secara bergantian, misalnya drama, komedi. 3. Teks berlapis

yaitu teks yang memuat pembicara utama atau pencerita yang dapat

menampilkan pembicara lain, yaitu tokoh. Dalam hal ini teks tokoh

merupakan lapisan yang bertumpuh pada teks pencerita utama. Misalnya

roman, epos, dan cerpen.

Sastra lisan juga merupakan jenis atau kelas karya sastra tertentu,

yang dituturkan dari mulut ke mulut, tersebar secara lisan, anonim, dan

menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Jenis sastra

lisan meliputi 1. Bahan yang bercorak cerita yaitu cerita biasa, mitos,

Page 71: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

57

cerita tutur. 2. Bahan yang bercorak bukan cerita yaitu ungkapan,

nyanyian, peribahasa, teka-teki, puisi lisan. 3. Bahan yang bercorak

tingkah laku yaitu drama panggung, drama arena.

Sastra lisan atau kesusastraan lisan adalah kesusastraan yang

mencakup hasil ekspresi warga suatu kebudayaan masyarakat tertentu

yang turun-temurun dan disebarluaskan secara lisan dari mulut ke mulut.

Bentuk-bentuk sastra lisan itu sendiri adalah 1. Bahasa rakyat, merupakan

suatu bentuk bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi di antara

rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai

sarana pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dialek, logat,

kosakata bahasanya, julukan. 2. Ungkapan tradisional, merupakan suatu

peribahasa atau pepatah sebagai pendidikan, biasanya disampaikan

secara lisan sebagai ajaran bagi masyarakat untuk menegur seseorang

atau memuji seseorang tidak secara langsung namun menggunakan

ungkapan-ungkapan yang bermakna kiasan. Seperti peribahasa, pepatah.

3. Pertanyaan tradisional, merupakan teka-teki lebih bersifat tradisional

dan mempunyai jawaban yang tradisional juga, seperti teka-teki dalam

syair. 4. Cerita rakyat, merupakan kiasan antonim yang tidak terikat pada

orang dan waktu yang beredar secara lisan di tengah-tengah masyarakat

seperti cerita ikan duyung di tanah Buton. 5. Puisi rakyat (puisi lama),

merupakan bentuk sastra lisan yang biasanya selalu terikat dengan

aturan-aturan atau syarat-syarat tertentu yakni berupa jumlah baris,

jumlah bait, irama, maupun bentuk persajakan seperti gurindam, pantun,

Page 72: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

58

syair. 6. Nyanyian rakyat, merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang

terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara kolektif

tertentu yang berbentuk tradisional seperti Kabhanti.

Dalam kamus istilah sastra (Zainal,2016;72) mengemukakan

bahwa lagu rakyat adalah nyanyian yang merupakan tradisi lisan dari

masyarakat suatu daerah yang mencerminkan gaya hidupnya. Nyanyian

rakyat adalah nyanyian yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar

secara lisan dalam suatu masyarakat tertentu yang berbentuk tradisional

serta mempunyai banyak varian. Syair Kabhanti Ganda adalah kata-kata

nyanyian lisan dari mulut ke mulut yang secara turun-temurun dari nenek

moyang, anonim, dan bersifat tradisi menurut adat kebiasaan yang

dijalankan oleh masyarakat kelurahan Waborobo kecamatan Betoambari

Kota Baubau.

Fungsi nyanyian rakyat terdiri dari 1. fungsi kreatif yaitu

menghilangkan dari kebosanan hidup sehari-hari walaupun untuk

sementara waktu atau untuk menghibur diri dari kesukaran hidup, dapat

pula menjadi semacam pelipur lara atau untuk melepaskan diri segala

ketegangan perasaan sehingga dapat memperoleh kedamaian jiwa. 2.

Sebagai pembangkit semangat jiwa. 3. Untuk memelihara sejarah

setempat. 4. Sebagai proses sosial.

Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan

negatif. Adapun tolak ukur untuk menentukan nilai moral positif dan

negatif didasarkan pada landasan kaidah dasar moral. Landasan kaidah

Page 73: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

59

dasar moral adalah prinsip sikap baik, prinsip keadilan, prinsip

menghargai diri sendiri, prinsip kerukunan, prinsip hormat, prinsip

ketuhanan.

1) Kabhanti berbalas pantun

Kabhanti berbalas pantun merupakan salah satu jenis Kabhanti

Ganda dalam acara pingitan pada masyarakat kelurahan Waborobo.

Kabhanti Ngkitaana adalah Kabhanti yang dilantunkan oleh Pandeno

Ganda (penabuh gendang) untuk mengingatkan pada manusia bahwa

pada mulanya manusia adalah satu yang diciptakan oleh tuhan dan

kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia.. Kemudian Kabhanti

berbalas pantun berarti Kabhanti yang hakikat keberadaan kita sebagai

mahkluk sosial dan sebagai hamba Allah, Untuk lebih jelasnya Kabhanti

Ngkitaana dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

Ngkaasi Ngkitaana Puuna rapuu-puu Kulaseno rumambano Tano rambamo ku / ese Puuna sepu’u-pu’u Puuno wasakalambe Kuleseno iaudia Alindara kuleseno Notondu ransano iiwu Nokopera situmpano Nolele sambara nggunu Bhakeno sau mparae Mantale mie junia Bhakeno sau lagundi Labua kalembanguni Artinya : Kalembangu bhakeno

Page 74: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

60

Labuansum-suru mbungano Mbunga sembunga-mbungano Kita sekalian manusia Mulanya dari satu pohon (kemudian) akhirnya merambat Biarpun dimana akarnya Pohonnya tetap satu Pohonnya adalah wasakalambe Akarnya adalah keturunannya Kutelusuri akarnya Tenggelam di dasar negeri Tiba (berkembang) di Penghujung tertentu Meleleh sembarang gunung Buahnya kayu mparae Tercecer manusia di dunia Buahnya kayu lagundi Terus dikunjungi Dikunjungi buahnya Terus ditelusuri dan ditelusuri bunganya Adalah berbunga sama

2) Kabhanti petuah

Kabhanti petuah merupakan salah satu jenis Kabhanti Gambusu

yang mengisahkan kehidupan dan komunikasi yang gaib di dalam

kandungan ibu yang akan melahirkan. Komunikasi gaib yang di maksud

adalah komunikasi antara janin bayi dengan kakaknya (ari-ari). Pada akhir

Kabhanti Yoai juga mengisahkan tentang penderitaan sang ibu di saat

menunggu kelahiran bayinya. Untuk lebih jelasnya Kabhanti Yoai dapat

dilihat pada kutipan berikut di bawah ini :

Tabe lain tabea Aomangka powandi Nae tompamo kamborara Lampangulu notingkulu Notingkulu rato idhia Ane sampurno wangu Tobhiru nungguawe

Page 75: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

61

Anembuli ntugu Dhotingkulu dharodua Dhotingkulu tokombowa Topombuli toponggaamo Isabharano wamba Wa inamo pangulumo Sawali maka iyau Dopotingalu ngalumo Adik, aku duluan lewat Dipenghujung terang Yang sakit akan turun Turun menemui dia Artinya : Kalau turun minta izin Potonglah dengan daun Kalau pulang tunggulah Kita turun berdua Berpegang tangan Kita turun bersama Kita pulang berpisahlah Tapi tinggal kata-kata Dan sang ibu yang sakit Padahal saja aku Hanya desah nafas 3). Kabhanti tarian

Kabhanti tarian merupakan salah satu jenis Kabhanti Gambusu.

Kabhanti tarian menggambarkan dialog antara bayi (sebagai adik) dengan

ari-ari bayi (sebagai kakak). Dikisahkan dalam Kabhanti ini bahwa sang

adik sudah kesakitan hendak lahir tapi kakaknya belum juga mau lahir.

Ajakan adik dengan berbagai argumen akhirnya dituruti dengan ucapan

bahwa ‘saya (kakak) memang sudah begini, nanti saya menyusul’. Untuk

lebih jelasnya Kabhanti Yoisa dapat dilihat pada kutipan berikut ini :

Wa aka maimo sampu Wa andi nopangulumo Maimo dhia maimo Koe dhia mbalengo

Page 76: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

62

Ambea lengomo bhela Ngkapea neantagimo Iyau ngahanea nomo Madhapo amangka tulu Atumutumo kabhori Kabhori minae yopu Kasukara / ancangia Kokombe ntagia Bharanomo mpulawangi Atuamangi koesu Iyau amokulamo Kacintampe lampangulu Dhamule muleimo Kasimbi garanano uwe Dhamotembe-tembemo Amoa-moaleimo Asambi waamble Ambo kawasakalambe Kaasi yau wana Artinya : Sang kakak marilah turun Sang adik sudah gelisah (sakit) Marilah ! marilah ! Jangan tetap enggan (bersama) Kalau tetap enggan Kesedihan telah menunggumu Aku sudah memang begini Nanti kususuli Kututupi ketetapan (tulisan) Ketetapan dari tuhan Kesukaran sebelumnya (tanda-tanda sebelumnya) Kuterjatuh bertahan Untunglah melawannya Kutahan dirimu (kamu) Daun untuk yang gelisah (sakit) (lelah) hilang sedikit demi sedikit (tak ada panasnya) Aku bersusah-susah Gelisah dan gelisah (kalau) kawakasalambe Kasihan aku ini

Page 77: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

63

1. Nilai moral Kabhanti berbalas pantun Ngkaasi ngkitaana kita sekalian manusia Puuna rapuu-puu mulanya dari satu Kulaseno pohon Rumambano (kemudian) akhirnya Tano rambamo merambat Kulese biarpun dimana akarnya Puuna sepu’u-pu’u pohonnya tetap satu Puuno wasakalambe pohonnya adalah Kuleseno iaudia wasakalambe Alindara kuleseno akarnya adalah keturunannya Kutelusuri akarnya Notondu ransano tenggelam di dasar Iiwu negeri Nokopera situmpano tiba (berkembang) di Nolele sambara penghujung tertentu Nggunu meleleh sembarang Bhakeno sau mparae gunung Mantale mie junia buahnya kayu mparae Bhakeno sau lagundi tercecer manusia di Labua kalembanguni dunia buahnya kayu lagundi terus dikunjungi Kalembangu bhakeno dikunjungi buahnya Labuansum-suru terus ditelusuri dan Mbungano ditelusuri bunganya Mbunga sembunga adalah berbunga Mbungano sama a. Prinsip sikap baik

Setelah membaca dan mencermati kandungan isi dari Kabhanti

Ngkitaana di atas, maka peneliti dapat mengemukakan nilai moral berupa

prinsip sikap baik dalam bentuk nasihat kepada semua manusia.

Walaupun nasihat-nasihat itu dalam bentuk tersirat, akan tetapi dapat

dimaknai betapa pentingnya kesadaran kita manusia tentang eksistensi

kemanusiaan. Memang syair ini tergolong sastra lama yang lebih bersifat

filosofis. Larik-lariknya mengandung makna yang luas. sehingga

membutuhkan pemaknaan yang dalam bagi pembacanya.

Page 78: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

64

b. Prinsip kerukunan

Setelah membaca secara teliti teks Kabhanti Ngkitaana secara umum

judulnya mengemukakan tentang hakikat kita sebagai manusia. Setelah

kita membaca larik-lariknya maka kita akan menemukan makna tentang

manusia yang asalnya satu. Diumpamakan kita manusia di dunia ini

berasal dari satu pohon. Setelah itu menyebar ke seluruh penjuru dunia

atau bercabang. Dari perumpamaan tersebut kita dapat memahami bahwa

syair Kabhanti tersebut mengandung nilai moral berupa seruan kerukunan

kepada seluruh umat manusia karena kita berasal dari satu keturunan.

Maka kita harus selalu bersatu, harus rukun antara satu keluarga dengan

keluarga yang lain, antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain

untuk kebaikan kita semua. Seperti halnya dengan nilai moral yang

lainnya, Karena nilai kerukunan ini tersirat didalamnya secara filosofis.

2. Nilai moral Kabhanti petuah

Tabe lain tabea permisi ! permisi ! Aomangka powandi adik duluan lewat Nae tompamo (turun) Kamborara yang sakit akan Lampangulu turun Notingkulu turun menemui dia Notingkulu rato idhia kalau turun minta Ane sampumo wangu izin Tobhiru nungguawe potonglah dengan Anembuli ntugu daun kalau pulang tunggulah kita turun berdua dhotingkulu berpegang tangan dharodua kita turun bersama dhotingkulu kita pulang tokombowa berpisahlah topombuli tapi tinggal kata

Page 79: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

65

toponggaamo kata isabharano wamba sabar wa inamo pangulumo dan sang ibu sawali maka iyau sakit dopotingalu padahal saja aku ngalumo hanya desah nafas

a. Prinsip sikap baik

Setelah membaca dan mencermati kandungan isi dari Kabhanti

Yoai di atas, maka peneliti dapat mengemukakan nilai moral berupa

prinsip sikap baik santun kepada sesama. Pada larik pertama syair

Kabhanti Yoai, intinya adalah mengenai sopan santun seorang adik

kepada kakaknya. Nilai moral berupa budaya berpamitan sangat kental

dalam budaya masyarakat Buton pada umumnya. Ketika seseorang akan

pergi meninggalkan suatu pertemuan maka kata permisi (tabe)

merupakan hal yang wajib diucapkan. Kata tabe tidak hanya merujuk

kepada makna permisi, akan tetapi lebih luas dari itu. Kata tabe bermakna

penghormatan lahir batin kepada sesama. Jadi kata tabe merupakan

penanda santun saat lewat di depan seseorang atau banyak orang atau di

saat meninggalkan suatu pertemuan sekaligus sebagai wujud

penghargaan kepada sesama. Ada harapan masyarakat agar nilai-nilai

moral budaya semacam ini dapat diikuti secara regenerasi dalam

pergaulan sosial kemasyarakatan sehari-hari. Nilai moral berupa sikap

baik dalam bentuk menghargai sesama sangat penting dalam masyarakat

Buton. Karena hal ini diungkapkan sejak dalam kandungan. Ini dibuktikan

dengan kandungan syair Kabhanti Yoai yang mengisahkan dialog di alam

Page 80: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

66

ghaib yaitu di alam kandungan. Nilai moral budaya semacam ini sejak

didalam kandungan telah diberikan. Penanaman nilai moral sejak dini

akan lebih efektif dalam upaya pembentukan generasi yang dapat

melanjutkan pembangunan di masa yang akan datang.

b. Prinsip kerukunan

Nilai moral dalam bentuk prinsip kerukunan dapat kita temukan dalam

kutipan syair Kabhanti Yoai di atas. Makna larik-lariknya sangat filosofis.

Sehingga perlu pemaknaan yang dalam. Dialog yang terjadi di alam

kandungan merupakan hal yang sangat sakral. Antara sang kakak (ari-ari)

dengan bayi dalam kandungan telah menunjukkan sikap rukun antara

mereka. Ketika sang bayi lahir terlebih dahulu dia meminta izin dengan

kata tabe. Dan saat itu sang kakak mengizinkan untuk turun atau lahir.

Dialog mereka sangat rukun yang ditandai dengan pesan sang kakak

kepada sang adik. Sang kakak memberitahu sang adik jika sudah tiba di

sana (dunia) nanti tunggu saya. Sang kakak berharap kalaupun nanti

mereka bisa bersama-sama lagi. Artinya, kalau meninggal kelak sang

kakak berharap mereka bersama-sama lagi. Kerukunan antara sang

kakak dengan sang adik tampak dalam sikap saling menasihati dan saling

memperhatikan satu sama lain. harapan mereka berdua saling berpegang

tangan di saat turun atau lahir. Dan perjanjian mereka untuk kembali

bersama merupakan dialog yang terkesan mengharukan. Semoga nilai

moral kerukunan semacam ini dapat kita wujudkan dalam kehidupan

sehari-hari. Hanya dengan rukun kita dapat menikmati kehidupan.

Page 81: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

67

c. Prinsip hormat

Nilai moral dalam bentuk rasa hormat dan patuh kepada ibu tercinta

dapat kita temukan dalam syair Kabhanti Yoai di atas. Dialog antara sang

kakak dengan sang adik tentang bagaimana penderitaan sang ibu ketika

melahirkan. Sang kakak mengingatkan kepada sang adik bahwa betapa

sakitnya ibu di saat kita dalam kandungan. Kesadaran akan nilai moral

tentang rasa hormat kepada ibu sangat penting bagi setiap manusia

sebagai wujud dari rasa hormat kepada jasa ibu saat mengandung dan

melahirkan. Hormat dan patuh kepada ibu merupakan nilai moral yang

sangat penting dalam kehidupan setiap insan. Sikap hormat dan patuh

kepada ibu merupakan tanda sosok anak yang berbakti. Hanya orang

yang hormat dan patuh kepada ibunya yang dapat meraih berkah

kehidupan. Sebaliknya, bagi siapa saja yang tidak menghargai atau tidak

menghormati ibunya maka, ia tergolong orang yang durhaka.

3. Nilai moral Kabhanti tarian

Wa aka maimo sang kakak marilah Sampu turun Wa andi sang adik sudah Nopangulumo gelisah (sakit) Maimo dhia maimo marilah ! marilah ! Koe dhia mbalengo jangan tetap enggan (bersama) Ambea lengomo kalau tetap enggan Bhela kesedihan telah Ngkapea menunggumu Neantagimo aku sudah memang Iyau ngahanea begini Nomo nanti kususuli Madhapo amangka Tulu Atumutumo kabhori kututupi ketetapan Kabhori minae (tulisan)

Page 82: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

68

Yopu ketetapan dari Kasukara tuhan / ancangia kesukaran Kokombe ntagia sebelumnya (tanda tanda sebelumnya) Bharanomo kuterjatuh Mpulawangi bertahan Atuamangi koesu untunglah Iyau amokulamo melawannya Kacintampe kutahan dirimu Iampangulu (kamu) daun untuk yang gelisah Dhamule-muleimo (sakit) Kasimbi garanano (telah) hilang Uwe sedikit demi Dhamotembe sedikit (tak ada Tembemo panasnya) Amoa-moaleimo aku bersusah-susah Asambi waambie gelisah dan gelisah Ambo (kalau) Kawasakalambe kawakasalambe Kaasi yau wana kasihan aku ini

a. Prinsip kerukunan

Nilai moral dalam bentuk prinsip kerukunan dapat ditemukan dalam

kutipan syair Kabhanti tarian. Makna larik-lariknya sangat filosofis

sehingga perlu pemaknaan yang dalam. Jika kita maknai secara

keseluruhan akan tampak berbagai nilai yang terkandung didalamnya.

Dialog antara kakak dengan adik di alam gaib merupakan panutan bagi

kita dalam membentuk kehidupan keluarga atau sosial kemasyarakatan.

Antara adik dengan kakak begitu rukun dalam proses kelahirannya.

Ajakan sang adik kepada kakak agar kita secepatnya lahir karena adik

sudah kesakitan terkesan mengharukan. Sang adik bermohon kepada

kakak agar secepatnya lahir jangan sampai ada sesuatu yang

Page 83: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

69

menyedihkan. Dalam hal ini, jika terlambat lahir jangan sampai ada resiko

yang tidak diinginkan. Dengan demikian kegelisahan adik tampak

dicurahkan kepada sang kakak. Nilai moral kerukunan di antara adik

dengan kakak tampak dalam komunikasi yang sangat toleran dan saling

mengindahkan di antara mereka adik dan kakak. Kita yakin bersama

bahwa jika penanaman nilai-nilai moral kerukunan ditanamkan sejak dini

bagi generasi kita, tentu akan lebih memudahkan kita dalam

mempersiapkan generasi yang diandalkan pada masa yang akan datang.

Generasi yang tangguh adalah generasi yang tidak hanya memiliki

kecakapan intelegensi akan tetapi juga harus memiliki kecakapan

emosional serta kecakapan spiritual. Ketiga kompetensi inilah yang

menjadi kunci dalam mewujudkan masyarakat yang madani, yaitu

masyarakat yang dapat membangun kondisi bangsa yang lebih damai dan

makmur. Hanyalah dengan situasi yang rukun di antara warga yang dapat

menciptakan kedamaian, kesejahteraan, yang demokratis.

b. Prinsip hormat

Dialog yang sangat harmonis di antara kakak dan adik merupakan

wujud dari nilai saling menghormati di antara mereka berdua. Saling

menghormati antara kakak dan adik dapat terwujud jika sang adik

menghargai dan menghormati kakaknya. Demikian pula sang kakak harus

menyayangi adiknya. Hubungan harmonis semacam itu tidaklah mudah

diciptakan. Orang tua sangat dibutuhkan peranannya dalam pembinaan

ke arah ini. Sejak dini orang tua harus menegaskan dalam berbagai wujud

Page 84: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

70

pembinaan kepada anak-anak mereka. Jika dewasa biasanya sang anak

sudah agak susah di bentuk watak dan jiwanya. Secara umum, peneliti

dapat mengatakan bahwa nilai moral dengan prinsip hormat-menghormati

penting untuk diwujudkan dalam kehidupan keluarga, masyarakat bangsa

dan negara. penerapan nilai moral dalam bentuk saling menghormati

semacam ini merupakan kunci sukses upaya penguatan ketahanan

nasional. hanya bangsa yang saling menghormati yang dapat

menciptakan kenyamanan dan kesejahteraan yang demokratis.

c. Prinsip ketuhanan

Nilai moral dalam bentuk prinsip ketuhanan dapat ditemukan dalam

kutipan syair Kabhanti Yoisa. Kita perlu memaknai secara mendalam,

karena untaian kata-kata serta lariknya sangat filosofis. Kehadiran kata

tuhan dalam bait ketiga syair Kabhanti Yoisa hanya dapat kita maknai jika

menghubungkannya dengan larik-larik sebelumnya. Bahkan akan lebih

akurat kita memaknai eksistensi kata tuhan dalam syair tersebut jika kita

melakukan pemaknaan secara keseluruhan dari larik pertama hingga larik

terakhir. Makna kata ketetapan tuhan dalam konteks yang sebenarnya.

Ketetapan tuhan yang dimaksud dalam teks itu adalah ketetapan tuhan

dalam hubungannya dengan kelahiran sang bayi. Bahkan secara lebih

luas ketetapan tuhan sesungguhnya juga termasuk keselamatan, nasib,

dan sebagainya yang telah ditentukan oleh tuhan sebelum bayi itu lahir ke

dunia. Keyakinan atas ketetapan tuhan merupakan nilai moral yang

berdasarkan prinsip ketuhanan terkandung dalam syair Kabhanti Yoisa

Page 85: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

71

dan juga dianut oleh masyarakat Waborobo. Akan tetapi konsep atau

prinsip ketuhanan semacam ini harus berlaku dan diberlakukan dalam

masyarakat muslim dimanapun berada.

2. Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek religius

Nilai-nilai kearifan lokal aspek religius pada Kabhanti masyarakat

Buton tergambar pada Kabhanti Bula Malino dan Kabhanti Bunga Malati,

tentang hubungan manusia dengan tuhan. Masyarakat Buton dengan

masalah ketuhanan menunjukkan adanya keterkaitan ajaran tasawuf

dengan bentuk kearifan lokal yang terdapat pada Kabhanti Bula Malino

dan Bunga Malati. Dalam hasil analisis data disimpulkan bahwa konsepsi

tentang tuhan harus ditelusuri melalui eksistensi diri kita sebagai ciptaan

tuhan. Untuk mengenal tuhan dalam konsepsi masyarakat Buton harus

mengenal diri kita. Berdasarkan temuan penelitian tersebut menunjukkan

bahwa masyarakat Buton mempelajari masalah ketuhanan sebagai

konsepsi dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat yang selalu

menyadari eksistensi diri sebagai hamba Allah akan selalu mengarahkan

kepada sifat-sifat merendah, selalu bersyukur, dan bertawakal kepada

maha pencipta. Artinya, kehidupan bermasyarakat dibalut dengan nilai-

nilai keimanan kepada Allah dengan kesadaran sebagai hamba. Oleh

karena itu, dalam tatanan kehidupan masyarakat Buton berjalan pada

nilai-nilai keislaman serta norma-norma adat.

Pada Kabhanti Bula Malino dijelaskan bahwa inti kemanusiaan

adalah keimanan kepada Allah Swt. tidak bermakna seorang yang

Page 86: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

72

menyatakan diri sebagai pemeluk agama islam manakala tidak mengerti

tentang tuhannya. Oleh karena itu, kandungan Kabhanti ini ditegaskan

pembentukan keimanan (tauhid) pada masyarakat dilakukan oleh

pemerintah melalui utusan kesultanan dan para ulama. Artinya,

pembentukan pandangan hidup masyarakat tentang tuhan menjadi

tanggungjawab pemerintah. Maka seorang Sultan bagi masyarakat Buton

mendapat gelar Khalifah Alhamsi yaitu memiliki sifat saleh, suci batinnya,

menjadi panutan, dan berilmu tauhid. Itulah sebabnya, penanaman nilai-

nilai ketuhanan dalam masyarakat Buton dilakukan secara terorganisir

yaitu mulai Sultan sampai ke masyarakat biasa. Pusat pemerintahan

membentuk badan yang dinamakan Sarana Agama yang memegang

urusan agama dan berhubungan dengan Islam. Dewan tersebut

berkedudukan di Masjid Agung Keraton Buton. Badan tersebut menjalin

kerjasama yang erat dengan pusat kekuasaan Sultan dan Sarana Wolio

(lembaga adat). Dengan demikian, ketiga lembaga tersebut (Sarana

Agama, pemerintah, dan Sarana Wolio) dijalankan secara terpadu.

Sehingga ajaran Islam menyebar dan mengental di hati masyarakat

Buton. Hal ini sesuai dengan adat bersendikan sara dan sara bersendikan

kitabullah. Keseluruhan perilaku serta pengetahuan yang telah terpendam

dalam hati masyarakat menjadi pandangan hidup yang pada akhirnya

menjadi kearifan lokal dalam masyarakat Buton.

Sifat-sifat itulah yang dimaksudkan oleh narasumber sebagai

masyarakat Buton yang madani yaitu sifat bawaan yang tidak pernah

Page 87: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

73

luntur di manapun ia berada. Bagi masyarakat Buton selalu menempatkan

syariat Islam di atas segala-galanya. Hal tersebut dapat terlihat pada

semboyan falsafah Buton Bolimo Karo Somanamo Lipu, Bolimo Lipu

Somanamo Sara, Bolimo Sara Somanamo Agama. yang maknanya tidak

perlu diri asalkan negeri tetap utuh, tidak perlu negeri asalkan hukum

tegak, tidak perlu hukum asalkan agama dilaksanakan. Semboyan

masyarakat Buton tersebut dapat berimplikasi pada pandangan atau

falsafah hidup masyarakat. falsafah hidup masyarakat Buton

berlandaskan pada masalah pokok yaitu pandangan hidup tentang

hubungan manusia dengan maha pencipta, pandangan hidup tentang

hubungan manusia dengan manusia lain, dan pandangan hidup tentang

hubungan manusia dengan alam (wilayah kehidupan). Pandangan hidup

masyarakat Buton tentang hubungan manusia dengan pencipta maka

manusia harus memandang dirinya sebagai mahkluk yang lemah. Oleh

karena itu pengabdian kepada Allah menjadi landasan kehidupan yang

tidak dapat dihindari. Hasil analisis Kabhanti disimpulkan bahwa konsepsi

tentang Allah harus ditelusuri melalui eksistensi diri kita sebagai

ciptaannya. Untuk dapat mengenal Allah dalam pandangan masyarakat

Buton harus lebih awal mengenal keberadaan dirinya sebagaimana

tertuang dalam ajaran tasawuf yang banyak dipelajari masyarakat Buton.

Itulah sebabnya setiap produk budaya pada masyarakat Buton bersandar

pada nilai-nilai Islam.

3. Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek norma

Page 88: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

74

Norma merupakan suatu acuan atau pedoman tingkah laku yang

patut dan tidak patut dilakukan oleh anggota masyarakat. dengan kata

lain, norma dapat dimaknai sebagai tolak ukur yang menjadi acuan benar

salahnya suatu perilaku masyarakat. norma dalam kehidupan masyarakat

selalu berkaitan erat dengan nilai-nilai kehidupan (kearifan lokal) suatu

masyarakat. nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat banyak tercermin

dalam produk budaya termasuk pada Kabhanti. Implementasi norma dan

nilai-nilai luhur kehidupan masyarakat Buton yang terkandung dalam

Kabhanti dapat terefleksi melalui kehidupan masyarakat.

Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek norma

berlandaskan syariat Islam sebagai sumber utama. Hal ini tergambar pada

Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina. Penerapan norma terjabar

pada tiga pilar norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat.

Ketiga bentuk norma tersebut memiliki peranan penting dalam tata

kehidupan masyarakat karena dapat menjadi standar atau acuan untuk

berperilaku, bersikap, serta berpikir. Norma hukum yang tertuang dalam

Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina menjadi acuan dalam

penerapan syariat Islam. Norma sosial yang tampak pada Kabhanti Bula

Malino dan Jaohara Molabina menjadi acuan dalam berperilaku dan tata

krama. Norma adat sebagaimana tergambar pada Kabhanti Bula Malino

dan Jaohara Molabina menjadi acuan penetapan budaya atau adat

istiadat dalam masyarakat Buton. Hal ini dilakukan melalui satu lembaga

kesultanan yang disebut Kenepulu Bula dibawah Sultan. Nilai-nilai

Page 89: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

75

kearifan lokal masyarakat pada aspek norma tercakup pada tiga pilar

norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat. Masing-masing

norma tersebut memiliki peranan penting dalam tata kehidupan

masyarakat. karena dapat menjadi pedoman bersikap dan berperilaku.

Norma-norma tersebut menjadi acuan masyarakat Buton dalam

memberikan sanksi atau hukum. norma sosial menjadi acuan memberikan

sanksi sosial terhadap pelanggaran susila. Dan aspek norma adat menjadi

acuan penerapan sanksi terhadap pelanggaran adat masyarakat Buton.

Penerapan sanksi terhadap pelanggaran norma tidak pandang bulu dalam

arti telah diterapkan pada siapa saja baik pejabat maupun masyarakat

biasa.

4. Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek sosial

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat pada aspek sosial mengandung

nilai-nilai luhur yang sarat dengan nuansa keislaman. Artinya, jabaran

didalamnya mencakup budi pekerti atau Akhlakul Karimah yang dalam

Kabhanti diberikan istilah Budimani. Hal ini tergambar pada sebagian

besar Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina. Pada Kabhanti ini

menguraikan tentang budi pekerti yang mempunyai beberapa indikator

yang merujuk pada falsafah Buton Bhinci-bhinciki Kuli. Falsafah tersebut

tertuang dalam empat prinsip hidup yaitu sesama manusia harus selalu

saling menghormati, sesama manusia harus selalu saling peduli, sesama

manusia harus selalu saling menyayangi, sesama manusia harus selalu

Page 90: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

76

saling memuliakan. Orang yang memiliki perilaku tersebut masyarakat

menjuluki budimani (berakhlak mulia).

Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek sosial

terkandung nilai-nilai luhur masyarakat Buton yang sarat dengan nuansa

Islam. Hal ini tercakup dalam falsafah Buton Bhinci-bhinciki Kuli. Yang

biasa dikenal dengan istilah Sara Pataanguna. Hukum yang empat. Sara

Pataanguna merupakan hukum adat masyarakat Buton yang memberikan

inspirasi kepada masyarakat untuk menjalin hubungan sesama manusia

secara harmonis. Kandungan dari falsafah tersebut bertujuan untuk dapat

memisahkan antara kebaikan dengan keburukan dalam berperilaku yang

dikenal dengan budi pekerti.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan nilai-nilai kearifan lokal

yang terkandung dalam Kabhanti sarat dengan nilai-nilai luhur kehidupan.

Jabaran didalamnya mencakup Akhlakul Karimah yang dalam Kabhanti

diberikan istilah Budimani. Pada konteks ini Budimani mempunyai

indikator yang merujuk pada falsafah Bhinci-bhinciki Kuli yang memuat

prinsip hidup Pomaa-maasiaka (sesama manusia harus saling

menyayangi), Pomae-maeka (sesama manusia harus selalu saling

menghormati), Popia-piara (sesama manusia harus saling melindungi),

Poangka-angkataka (sesama manusia harus saling memuliakan). Orang

yang memiliki prinsip hidup itu masyarakat Buton menyebut Budimani.

Sebagai implikasi perilaku tersebut membentuk masyarakat yang memiliki

Page 91: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

77

ikatan sosial dalam berbagai bentuk, walaupun masyarakat Buton dikenal

sebagai salah satu daerah multietnis.

Realita yang ada menunjukkan bahwa nilai sosial dapat muncul

pada seseorang apabila merasakan pentingnya orang lain terhadap

keberadaan dirinya. Pada aspek ini tersirat makna bahwa nilai sosial

terbentuk oleh rasa saling membutuhkan dengan didasari oleh hati yang

bersih. Pada konteks ini setiap manusia pada dasarnya mempunyai hati

yang bersih yaitu hati nurani yang perlu dibiasakan. Nilai-nilai kearifan

lokal perlu ditanamkan secara dini. Baik yang diberikan oleh orang tua,

anggota masyarakat, maupun guru melalui pendidikan karakter di sekolah.

Pandangan hidup masyarakat terhadap hubungan manusia dengan

manusia didasarkan pada syariat Islam, sebagaimana tercakup dalam

falsafah Buton. Dengan prinsip hidup ini maka masyarakat Buton

cenderung berusaha membantu orang, peduli sesama, mengikhlaskan,

dan toleransi terhadap keberagaman.

5. Nilai-nilai kearifan lokal pada Kabhanti Bula Malino

a. Nasihat akan kematian

Mengawali nasihatnya Sultan Muhammad Idrus mengatakan bahwa

kelak ia akan menghadapi kematian. Hal ini sudah merupakan takdir

tuhan kepadanya sebagai hambanya. Tidak ada satupun hamba tuhan

yang hidup kekal di dunia ini. Yang hidup kekal abadi hanyalah tuhan

semata. Oleh karena itu, di kala kematiannya tiba ia memohon kepada

tuhan agar senantiasa diberi kekuatan iman serta dapat mengikrarkan dua

Page 92: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

78

kalimat syahadat dengan teguh. Hal ini sebagaimana sesuai pada kutipan

dibawah ini :

Bismillahi kasi karoku si dengan nama tuhan, kasihan diriku ini Alhamdu padaka kumatemo segala puji, kelak akan mati Kajanjinamo yoputa momokana sudah takdir tuhan yang kuasa Yapekamate bari-bariya batuya mematikan semua hamba Yinda samia batuya bomolagina tidak satu jua hamba yang kekal abadi Sakubumbuya pada posamatemo semua akan mati Somo yopu yalagi samangongeya hanya tuhan yang kekal abadi Sakiyayiya yinda kokapada selama-lamanya tidak berkesudahan Ee wayopu dawuyaku iymani wahai tuhan, berikanlah aku iman Wakutuna kuboli badaku si pada waktu meninggalkan jasad ini Te sahada ikiraru momatanga dengan syahadat ikrar yang tegas Te tasidiki iymani mototapu dan dengan tasdiq iman yang tetap

b. Mensucikan diri dan larangan berbuat sombong

Mensucikan diri merupakan jalan yang harus ditempuh oleh manusia

agar senantiasa terjaga dari penyakit hati, lemah iman, dan sebagainya.

Mengenai masalah ini Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar

senantiasa mensucikan diri. Ia juga menasihatkan agar jangan

merendahkan dan memandang remeh orang lain. yang paling utama

adalah selalu memikirkan kerendahan diri sendiri. Sesungguhnya manusia

dan mahkluk lainnya tidak berbeda asal kejadiannya, yaitu berasal dari

setetes air. Demikian pula kelak akan mati, didalam tanah akan

bercampur dengan tanah kuburannya. Seperti kutipan dibawah ini :

Ee karoku yincamu pekangkiloya wahai diriku sucikanlah dirimu Nganga randamu boli yumanga pipisi niatmu jangan merendahkan orang Temo duka boli yumanga pisaki dan juga jangan memandang remeh

Fikiriya katambena karomu pikirkanlah kerendahan dirimu Yuwe satiri banamo minamu air setetes awal kejadianmu Simbayu duka kadidi yanamako yitu seperti juga mahkluk lainnya Yi nuncana tana nayile yuhancurumo di dalam tanah kelak engkau hancur

Page 93: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

79

Yuposalomo te tana koburumu bercampur dengan tanah kuburmu c. Jangan mabuk dengan kesenangan dunia

Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya dan keluarga kesultanan

agar tidak memabukkan kesenangan dunia. Yang paling penting dipikirkan

adalah perbuatan baik apa yang harus dilakukan terhadap sanak keluarga

dan para sahabat. Apabila kematian telah menjemput maka berpisahlah

dirinya dengan mereka itu. Seperti kutipan di bawah ini :

Ee karoku bega-bega yumalango wahai diriku janganlah mabuk Yinda yufikiri kampodona umurumu tidakkah engkau pikirkan sisa umurmu Matemo yitu tayomo papongako kematianlah yang akan menceraikanmu Te malingu sabara manganamu dengan semua anakmu Temo duka sabara musirahamu dan juga dengan semua kenalanmu Wutitinayi tawa mosaganana famili atau yang lain-lainnya

d. Jangan mengutamakan kekuasaan dan kebangsawanan

Sultan Muhammad Idrus menasihati dirinya agar jangan

mengutamakan kekuasaan dan kebangsawanan. Keduanya itu semata-

mata hanya kebesaran dan hiasan dunia. Yang harus diutamakan adalah

hati nurani yang suci. Itulah yang akan kekal sampai pada hari kemudian.

Seperti kutipan di bawah ini :

Ee karoku fikiriya mpu-mpu wahai diriku pikirkan betul-betul Kakawasa tangkanamo yi duniya kekuasaan hanya ada di dunia Yokalaki tangkanamo yi weyi kebangsawanan hanya ada di sini Te malingu kabelokana duniya dan segala kebesaran hiasan dunia Yakawaka nayile muri-murina sampai pada hari kemudian Yamapupumo bari-bariya situ habislah semua itu Tangkanamo totona yinca mangkilo hanya hati nurani yang suci Bemolagina nayile muri-murina yang kekal abadi

Page 94: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

80

e. Jangan membual dan memfitnah sesama

Sultan Muhammad Idrus menasihati agar jangan membual dan

memfitnah. Kejelekannya sangat besar yaitu pada hari kiamat akan

mendapat hukuman. Semua kebaikan orang yang membual dan

memfitnah diambil orang yang dibuali dan difitnah. Sebaliknya semua

kejelekan orang yang dibuali dan di fitnah diambil orang yang membual

dan memfitnah itu. Selain itu, orang yang membual dan memfitnah pada

hari kiamat lidahnya akan dipotong. Seperti kutipan yang tercantum

dibawah ini :

Ee karoku, boli yumangabuya-buya wahai diriku, jangan suka membual Temo duka boli yumangahumbu-humbu dan juga jangan memfitnah Kadakina tabuya-buya rangata kejelekannya sangat besar Hari kiyama nayile beyu marimbi pada hari kiamat kelak akan dihukum Kadakina tahumbu miya rangamu kejelekan membual sesamamu Yokadakina yuyula meya yingko keburukannya engkau yang ambil Yokalapena posaleya yinciya kebaikannya dia yang ambil

Hari kiyama delamu beya totumu pada hari kiamat lidahmu akan dibakar

6. Nilai-nilai kearifan lokal pada Kabhanti Jaohara Molabina

a. Keberanian dan kekuatan yang baik

Keberanian dan kekuatan yang harus dimiliki manusia adalah

bukanlah keberanian dan kekuatan dalam mengalahkan musuh di segala

negeri, melainkan keberanian dan kekuatan yang baik yaitu mampu

mengalahkan hawa nafsunya dan melakukan ibadah fardhu hingga

sunahnya. Seperti kutipan dibawah ini :

Mai rangoa kasega momalapena marilah dengar keberanian yang baik O kasagena malingu mia malape beraninya orang-orang yang baik Mincuanapo yi sarong amasega belumlah disebut berani

Page 95: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

81

Nesabutuna atalo sabhara lipu kalaulah baru kalahkan segala negeri Tabeanamo yisarongi amasega kecuali yang disebut berani Atalomea hawa nafuusuna kecuali sudah kalahkan hawa

nafsunya Mincuanamo yisarongi amakea belumlah disebut kuat Nesabutuna usu’ungi bhatubuti kalau baru mampu menjunjung batu bhuti Tabeana yisarongi amaka’a kecuali yang disebut kuat Apoolia faradhu limba sunati mampu melakukan ibadah fardhu sampai sunah b. Janganlah mabuk dengan harta dunia

Kekayaan yang dimiliki manusia membuat lupa segalanya,

mengambil hak orang lain bukanlah merupakan ukuran manusia itu

mempunyai segalanya, tetapi mengorbankan kepentingan diri sendiri demi

kepentingan orang lain merupakan kekayaan manusia yang paling kaya.

Seperti pada kutipan dibawah ini :

Mincuanapo yisarongi rangkae’a belumlah disebut kaya Nesabutuna bhari arata’ana kalau baru banyak hartanya Tabeanamo yisarongi rangkae’a kecuali yang disebut kaya Hengga hakuna apeka dawwuakamo walaupun haknya diberikan kepada orang lain Mincuanamo yisarongu misikini belumlah disebut miskin Nesabutuna yinda koarata’a kalaulah hanya tidak berharta Tabeanamo yisarongi misikina kecuali yang disebut miskin Apoolimo arasi kohakuna masih ingini hak orang lain

c. Kemampuan manusia yang sesungguhnya

Kemampuan manusia dalam berilmu belumlah disebut kemampuan

yang luar biasa, kemampuan manusia yang dikatakan luar biasa adalah

jika mampu mengingat tuhannya sampai akhir menutup matanya. Seperti

pada kutipan dibawah ini :

Mincuanapo yisarongi apintara belumlah disebut pintar Nesabutuna alentu sabharagiu kalau baru tahu menghitung segala

Page 96: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

82

sesuatu Tabeanamo yisarongi apintara kecuali disebut pintar Hengga sa’angu dhosana amataua walaupun satu dosanya diketahui Mincuanapo yisarongi amakida belumlah disebut pandai Alawua oni yinda’a bhara’akea menjawab kata yang tak sukar baginya Tabeanamo yisarongi amakida kecuali disebut pandai Alawua nangkiru yinda’a kasunu-sunu menjawab nangkir tak tersendat- sendat mincuanapo yisarongi metandai belumlah disebut pengingat nesabutuna yinda mali-malingu kalaulah hanya tak pernah lupa tabeanamo yisarongi metandai kecuali yang disebut pengingat sakija mata yinda bhara’aka opuna sekejap mata tidak melupakan tuhannya d. Mampu menjaga lisan dan hati

Kelemahan manusia terletak pada lisan dan hatinya. Mampu

menjaga lisan dari perkataan yang jelek serta mampu menjaga hati

nuraninya dari perbuatan yang buruk. Seperti pada kutipan dibawah ini :

Mincuanapo yisarongi asilamo belumlah disebut pesilat Nesabutuna yinda kanea tobho kalaulah hanya tidak dikena keris Tabeanamo yisarongi asilamo kecuali yang disebut pesilat Mo’o sanga-nga yinda kanea oni walaupun sekata tak kena bicara yang jelek Mo la’ahirina tawua mobaatinina yang lahir atau yang bathin Mincuanapo yisarongi amakesa belumlah disebut cantik Nesabutuna rouna te badhana kalaulah baru muka dan badannya Tabeana yisarongi amakesa kecuali yang disebut cantik Amalapemo te totona yincana sudah indah dengan hati nuraninya

4. Relevansi nilai-nilai kearifan lokal dengan pilar pendidikan

karakter

Kabhanti pada dasarnya berisi ajaran tentang kehidupan yang

ideal, hal ini dimaksudkan agar masyarakat Buton memahami eksistensi

dirinya baik sebagai pemerintah maupun sebagai masyarakat. nilai-nilai

kearifan lokal pada kedua Kabhanti maka cakupan nilai meliputi

Page 97: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

83

ketaqwaan, budi pekerti, toleran terhadap keberagaman, tolong-

menolong, kasih sayang, ikhlas rela berkorban, saling menghargai,

pantang menyerah, kebersamaan, kreatif dan inovatif. Oleh karena itu,

nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Buton pada Kabhanti sangat relevan

dengan pilar pendidikan karakter yaitu menanamkan nilai-nilai kehidupan.

Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti dapat diimplementasikan dalam

pendidikan karakter, karena semua nilai-nilai luhur yang di analisis

mengandung nilai-nilai karakter. Karena pendidikan karakter menjadi

target kurikulum, maka perlu kolaborasi antara nilai-nilai kearifan lokal

dengan materi pendidikan karakter. Upaya guru adalah menggunakan

momen budaya masyarakat untuk mempercepat pemahaman bagi siswa,

sehingga penurunan moral generasi muda yang mulai tampak saat ini

dapat di minimalisir. Disamping itu, generasi muda mengenal nilai-nilai

luhur masyarakat secara dini sehingga diharapkan menjadi penangkal dari

berbagai dampak pengaruh budaya asing. Dengan pemahaman dini

generasi muda diharapkan dapat memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal

sebagai landasan untuk mengembangkan kemajuan ilmu dan teknologi

yang inovatif dan kreatif sebagai bentuk kearifan lokal mereka. Pendidikan

karakter ditekankan pada sepuluh pilar yaitu cinta kepada Allah, disiplin

dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, kerjasama, kreatif,

kepemimpinan yang adil, rendah hati, dan bertoleransi terhadap

keberagaman. Keseluruhan pilar tersebut sangat relevan dengan nilai-nilai

kearifan lokal dalam Kabhanti masyarakat Buton. Nilai-nilai kearifan lokal

Page 98: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

84

tersebut dapat dikolaborasikan dalam pengembangan pembelajaran

pendidikan karakter di sekolah. Guru dapat menggunakan nilai-nilai

kearifan lokal sebagai bahan pembelajaran dalam pendidikan karakter.

Langkah ini dapat mempermudah penerimaan siswa, karena siswa dapat

memperoleh melalui pengalaman dalam kehidupannya sehari-hari.

5. Eksistensi pemertahanan nilai-nilai budaya lokal dalam

pembelajaran sastra

Nilai-nilai budaya lokal manusia adalah mahkluk yang berbudaya.

Budaya lahir dan dikembangkan oleh manusia melalui akal dan pikiran,

kebiasaan dan tradisi. Setiap manusia memiliki kebudayaan tersendiri,

bahkan budaya diklaim sebagai hak paten manusia. Kebudayaan

merupakan hasil belajar yang sangat bergantung pada pengembangan

kemampuan manusia yang unik yang memanfaatkan simbol, tanda-tanda,

atau isyarat yang tidak ada paksaan atau hubungan alamiah dengan hal-

hal yang mereka pertahankan. Dengan demikian, setiap manusia baik

individu atau kelompok dapat mengembangkan kebudayaan sesuai

dengan cipta, rasa, dan karsa masing-masing. bahasa pada dasarnya

tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat penuturnya

karena selain merupakan fenomena sosial, bahasa juga merupakan

fenomena budaya. Sebagai fenomena sosial bahasa merupakan suatu

bentuk perilaku sosial yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Oleh

karena itu, berbagai faktor sosial yang berlaku dalam komunikasi seperti

hubungan peran di antara peserta komunikasi, tempat komunikasi

Page 99: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

85

berlangsung, tujuan komunikasi, situasi komunikasi, status sosial,

pendidikan, usia, dan jenis kelamin peserta komunikasi juga berpengaruh

dalam penggunaan bahasa. Sementara itu, sebagai fenomena budaya

bahasa selain merupakan salah satu unsur budaya juga merupakan

sarana untuk mengekspresikan nilai-nilai budaya masyarakat penuturnya.

Atas dasar itu, pemahaman terhadap unsur-unsur budaya suatu

masyarakat disamping terhadap berbagai unsur sosial merupakan hal

yang sangat penting dalam mempelajari suatu bahasa. Pada tahun 60-an

komite Amerika mengenai bahasa dan budaya mengungkapkan hubungan

antara bahasa dan budaya. Hubungan-hubungan tersebut adalah 1.

Bahasa adalah bagian dari budaya dan harus didekati dengan sikap yang

sama membimbing pendekatan kita kepada budaya sebagai satu

keseluruhan. 2. Bahasa adalah wahana budaya, maka guru bahasa juga

harus sekaligus guru budaya. 3. Bahasa itu sendiri merupakan subjek bagi

sikap dan kepercayaan terkondisi secara kultural yang tidak dapat

diabaikan didalam kelas bahasa. Bahasa tidak bisa dilepaskan dari

budaya karena bahasa sebagai subsistem komunikasi adalah suatu

bagian dari sistem kebudayaan. Bahkan merupakan bagian terpenting dari

kebudayaan.

Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa

Indonesia. di negara kita, pembelajaran sastra belum berdiri sendiri tetapi

masih menjadi bagian integratif dari pelajaran bahasa. Terkadang pula

pembelajaran sastra hanya menempati porsi yang sedikit dari

Page 100: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

86

pembelajaran bahasa. Seharusnya pembelajaran sastra harus

mendapatkan porsi yang seimbang dengan pembelajaran bahasa.

Pembelajaran sastra diharapkan akan menjadikan generasi muda menjadi

manusia yang memiliki identitas kebangsaan. Tetapi kini generasi muda

pada umumnya senang dengan budaya asing. Hal ini harus menjadikan

para pendidik waspada, karena semakin lama akan menjauhkan generasi

muda dari budayanya sendiri. Mereka seperti tercabut dari budaya nenek

moyangnya sendiri. Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan

bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional, perlu

ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial

budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif

dan diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan bangsa.

Dalam hal ini, perlu dicegah kebudayaan asing yang negatif. Bahasa dan

sastra daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka

mengembangkan identitas Indonesia. generasi muda cenderung

menyalahartikan globalisasi dengan mengkonsumsi produk barat dan

menelannya mentah-mentah. Padahal budaya global banyak yang

menyimpang dari etika orang Indonesia. generasi muda justru lupa akan

budaya tradisionalnya sendiri. Banyak kebudayaan tradisional yang tidak

lagi dikenal oleh generasi muda karena mereka lebih menyukai

kebudayaan barat yang terkenal dan populer. Perbaikan keadaan budaya

bangsa adalah tanggungjawab bersama. Baik keluarga, sekolah, pranata

sosial, maupun masyarakatnya. Salah satu upayanya adalah memberikan

Page 101: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

87

arahan sejak dini. Misalnya memperkenalkan budayanya sendiri sejak

dini. Di sekolah usaha ini dapat dilakukan dengan memasukkan unsur-

unsur budaya daerah ke dalam mata pelajaran. Salah satunya adalah ke

dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. sehubungan dengan

pengertian kebudayaan, dalam buku “Primitive Culture” karangan

E.B.Taylor yang pertama kali terbit tahun 1871, Kebudayaan diartikan

sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,

moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang

diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. kebudayaan merupakan

unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem

dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,

sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Dalam hal

ini, kebudayaan merupakan garis pemisah antara manusia dan binatang.

Manusialah yang harus membentuk kebudayaan. Bukan kebudayaan

yang membentuk manusia. Kebudayaan adalah pengetahuan yang

diperoleh dan digunakan oleh manusia untuk menginterpretasi

pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Fungsi utama

kebudayaan adalah untuk menyebarkan nilai-nilai dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Era globalisasi yang ditandai dengan percepatan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,

sehingga seakan-akan dunia merupakan sebuah perkampungan global

tanpa sekat dan batas yang jelas. Era global tersebut telah memberikan

kesempatan kepada dunia dan manusia yang hidup didalamnya untuk

Page 102: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

88

berinteraksi dan berkomunikasi dari berbagai ujung dunia yang berbeda,

tanpa hambatan ruang dan waktu. Akibat dari gejala tersebut

dikhawatirkan justru kebudayaan dari luar yang membentuk generasi

muda karena mereka umumnya masih belum bisa membedakan mana

yang baik dan mana yang buruk. Seolah-olah bagi mereka budaya yang

datangnya dari barat itu baik adanya. Padahal tidak semua yang

datangnya dari barat itu baik, justru sebaliknya banyak pula budaya yang

kurang baik. Terutama yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya luhur

bangsa kita. Salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur

bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada generasi

muda. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan lokal dan

menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan didaerahnya.

Memperkenalkan Kabhanti dalam bentuk puisi atau syair misalnya

merupakan budaya masyarakat Buton zaman dahulu. Yang pada masa

kini sudah mulai luntur seiring berkembangnya zaman. Puisi atau syair

merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi

diri. Puisi atau syair tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan

mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nilai, melainkan juga sebagai

sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan,

mewariskan gagasan dan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi

berikutnya.

Budaya lokal yang beranekaragam merupakan warisan budaya

yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai

Page 103: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

89

warisan budaya lokal berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah

identitas. Maka sungguh tidak masuk akal jika kita yang memiliki banyak

warisan budaya lokal lalu mengabaikan pelestariannya. Beberapa hal

yang termasuk budaya lokal Buton salah satunya adalah Kabhanti.

Kabhanti merupakan wujud warisan budaya Buton yang memberi kita

kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-

masalah yang dihadapi di masa lalu. Kearifan lokal adalah sikap,

pandangan, dan kemampuan suatu komunitas didalam mengelolah

lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas

itu daya tahan dan daya tumbuh didalam wilayah dimana komunitas itu

berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu

pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas

yang dilakukan oleh masyarakat Buton dalam menjawab berbagai

masalah untuk pemenuhan kebutuhan mereka.

Secara umum kearifan lokal memiliki ciri dan fungsi yaitu 1.

Sebagai penanda identitas sebuah komunitas. 2. Sebagai elemen perekat

kohesi sosial. 3. Sebagai unsur budaya yang tumbuh dari bawah, eksis,

dan berkembang dalam masyarakat, bukan unsur budaya yang

dipaksakan dari atas. 4. Memberikan warna kebersamaan bagi sebuah

komunitas. 5. Dapat mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik

individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas kebersamaan. 6.

Mampu mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi, dan

mekanisme bersama untuk mempertahankan diri dari kemungkinan

Page 104: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

90

terjadinya gangguan atau perusakan solidaritas kelompok sebagai

komunitas yang utuh dan terintegrasi. Masalahnya kearifan lokal tersebut

seringkali diabaikan dianggap tidak ada relevansinya dengan pendidikan

masa sekarang dan masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan

budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan

diremehkan keberadaannya. Tradisi berkabhanti sudah dikenal sejak

zaman dahulu jauh sebelum masyarakat Buton mengenal tulisan.

Kabhanti merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan

eksistensi diri. Dalam era otonomi daerah sudah selayaknya dan memang

seharusnya budaya lokal diperkenalkan kepada generasi muda. Bahkan

dalam penyusunan kurikulum di tingkat pendidikan sudah selayaknya

mengintegrasikan budaya lokal ke dalam mata pelajaran. Terutama mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. hal ini dilakukan untuk

memperkecil pengaruh globalisasi yang semakin mengikis budaya bangsa

kita. Misalnya mengikutsertakan generasi muda dalam Festival Keraton

Buton dan berperan aktif dalam kegiatan Baubau Expo yang dilaksanakan

oleh walikota Baubau setiap satu tahun sekali pada momen hari ulang

tahun kota Baubau. Selain itu, mengedepankan budaya daerah berupa

pembelajaran muatan lokal (mulok) bahasa dan sastra Buton di tingkat

pendidikan. Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan

diri tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta. Sastra adalah

pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastrawan-

sastrawan Buton dapat dikatakan sebagai ahli ilmu jiwa dan filsafat yang

Page 105: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

91

mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan ilmu filsafat dengan cara

teknik melisankan melalui tulisan sastra. Kepekaan sastrawan yang dapat

menembus kebenaran hakiki manusia yang tidak dapat diketahui orang

lain. sastra selain sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan

emosi, juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi

intelektual dan emosional. Sastra yang dilahirkan oleh sastrawan Buton

dapat memberikan kepuasan estetik dan intelektual bagi pembaca. Tujuan

pembelajaran sastra juga untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan

kepada generasi penerus. Sastra dapat mempengaruhi daya emosi,

imajinasi, kreativitas, dan intelektual generasi muda sehingga berkembang

secara maksimal. Salah satu genre sastra Buton adalah Kabhanti.

Kabhanti merupakan salah satu puisi dan syair lama sebagai budaya lokal

sudah sepantasnya mulai dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di

tingkat pendidikan. Penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam

Kabhanti terhadap generasi penerus akan melekat dalam kehidupannya.

Hal ini berkaitan dengan salah satu manfaat pembelajaran sastra yaitu

membentuk watak generasi muda. Karya sastra Sultan Muhammad Idrus

Kaimuddin memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Buton

karena karya sastra Buton terkandung nilai-nilai yang positif bagi pembaca

dan berguna bagi masyarakat khususnya masyarakat Buton sendiri.

Sastra Buton dapat menyampaikan amanat dan nilai-nilai termasuk nilai-

nilai pendidikan kepada pembaca. Pesan moral dalam karya sastra Buton

Kabhanti Ganda (sastra lisan) sejatinya esensi yang harus ditemukan oleh

Page 106: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

92

pendengar atau penikmat sastra Buton. Pesan moral dalam karya sastra

Buton Kabhanti Ganda (sastra lisan) merupakan hal terpenting dalam

sastra sebagai bahan kontemplasi pendengar dalam merajut nilai-nilai

hidup dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Misalnya pada Kabhanti

Ngkitaana (sastra lisan) yang mengandung nilai moral mengajarkan

bagaimana seorang gadis harus bersikap hormat pada orang tua, jangan

sampai lupa kepada orang tua walaupun sudah hidup sukses.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temukan selama ini

pembelajaran sastra di kelurahan Waborobo dan Melai Keraton Buton

masih kurang berhasil. Salah satunya karena porsi pembelajaran sastra

terkadang sering dilewatkan begitu saja oleh para guru, muatan lokal lebih

mengarah kepada pembelajaran bahasa asing dan budidaya laut

mengingat daerah Keraton dan Waborobo merupakan daerah pusat

wisata di kota Baubau dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan.

Guru harus berupaya memperhatikan pembelajaran sastra secara

seksama dengan mengintegrasikan budaya lokal. Misalnya

memanfaatkan momen di kota Baubau pada saat acara Festival Keraton

Buton dan Baubau expo untuk melibatkan generasi muda atau para siswa

agar mereka mengenal dan memahami budaya Buton sejak dini.

Sehingga efek negatif globalisasi akan bisa diminimalisir. Identitas

kebangsaan kita diyakini akan tetap terjaga. Agar eksistensi budaya lokal

Buton tetap kokoh maka diperlukan pemertahanan budaya lokal.

Fenomena generasi muda yang senang dengan budaya asing menjadikan

Page 107: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

93

kewaspadaan untuk mengangkat dan melestarikan budaya lokal agar

menjadi bagian integratif dalam pembelajaran sastra. Dengan kata lain,

gerakan kearifan lokal Buton dengan kembali ke akar budaya Buton

sendiri merupakan tindakan cerdas untuk meminimalisir pengaruh negatif

globalisasi.

6. Fungsi dan peranan kesusastraan Buton bagi masyarakat

Ditinjau dari sudut sejarahnya, bahwa perkembangan kesusastraan

daerah Buton tidak terputus mulai dari sastra tradisinya sampai kepada

sastra yang lebih modern. Dengan kata lain, terjadi kesinambungan dan

saling mempengaruhi antara satu fase perkembangan dari sastra tersebut

dengan fase selanjutnya. Fungsi dan peranan kesusastraan itu sendiri

didalam suatu masyarakat, khususnya pada kalangan masyarakat Buton

baik sastra lisan maupun sastra tulis mempunyai fungsi dan peranan yang

tidak sedikit sesuai dengan tuntutan zaman. Sastra Buton yang lahir dan

berkembang ditengah-tengah masyarakat pendukungnya sejak zaman

dahulu mampu merekam dinamika budaya serta pola pikir masyarakatnya.

Berbagai bentuk nilai-nilai kehidupan yang menjadi panutan masyarakat

Buton banyak dijumpai pada untaian kata dan bait-bait sastranya. Selain

menyangkut nasihat-nasihat didalamnya juga terdapat falsafah hidup

dengan tutur katanya yang mengandung nilai filosofis. Muatan-muatan

yang sangat bermanfaat tidak terikat oleh konstelasi ruang maupun waktu.

Namun patut diakui bahwa kontribusi yang diberikan oleh Islam terhadap

kesusastraan Buton telah membentuk sastra Buton menjadi lebih padat

Page 108: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

94

maknanya dibandingkan sebelum masuknya Islam. Dengan

berkembangnya Islam di Buton justru semakin memperluas dan

memperdalam maknanya. Tidak hanya pada praktik sosial

kemasyarakatan melainkan juga pada kesusastraannya. Pengalaman

yang tertulis didalam karya-karya sastra Buton mengungkapkan tentang

cinta kemanusiaan, cinta kasih, dan ajaran-ajaran Islam yang sangat

bermanfaat. Mulai dari cerita rakyat seperti dongeng dan legenda, lagu-

lagu daerah, sampai kepada falsafah hidup, semuanya mengandung

hikmah yang sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan diri dan

sosial.

Didalam fenomena sosial masyarakat Buton banyak ditemukan

langgam-langgam sastra di antara ujaran-ujaran kata atau kalimat yang

terkadang ditampilkan seperti semboyan, misalnya “Sarewu guru

moadariko indamo lawana undari karomu (seribu orang guru yang

mengajarimu tidak akan melebihi belajar dari dirimu sendiri)”, atau

“Poromu indaa saangu pogaa indaa koolota (bercampur tidak menyatu

berpisah tidak berantara)”. Dalam konteksnya yang demikian

kesusastraan Buton sesungguhnya telah mengemban fungsi sebagai

sendi kehidupan yang bersifat hiburan, intelektual, rohani, maupun sosial

kemasyarakatan. Sebagai salah satu produk budaya, kesusastraan

daerah Buton yang terlahir dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat Buton

dan dirawat secara turun-temurun merupakan kekayaan budaya.

Masyarakat Buton sesungguhnya sudah lama memiliki apresiasi sastra

Page 109: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

95

serta telah menempatkan sastra itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan sehari-hari.

Melihat kesusastraan Buton yang begitu menyatu dan sangat dekat

dengan masyarakat, maka para leluhur pun sangat senantiasa berupaya

meningkatkan fungsi dan peranan kesusastraan itu bagi kehidupan

masyarakat baik pada masa pra Islam maupun setelah masuknya Islam.

Fungsi dan peranan yang menjadi perhatian para pemuka masyarakat di

zaman dahulu adalah menjadikan karya sastra sebagai sarana pendidikan

bagi masyarakat khususnya generasi muda. Pada masyarakat Buton

peluang pengembangan kesusastraan yang sarat memuat nilai-nilai

pendidikan, akhlak, moral, sopan santun, adat istiadat, maupun ajaran

agama selalu terbuka dan biasanya dilaksanakan sejalan dan serentak

disaat sastra digelar sebagai sarana hiburan. Bila ditelusuri kembali karya-

karya sastra tradisional peninggalan leluhur masyarakat Buton ditemukan

beraneka macam pelajaran berharga seperti nasihat dan petuah-petuah

yang sangat bermanfaat untuk membangun moral dan perbaikan mental

generasi, Meskipun pada umumnya karya-karya sastra tersebut

ditampilkan dalam bentuk hiburan. Di masa Islam seiring dengan pesatnya

perkembangan sastra, fungsi dan peranan lebih dipertegas lagi sehingga

sastra yang lahir pada fase ini seperti Kabhanti didalamnya selain memuat

tata laku hidup bergaul sesama manusia juga mengenal hubungan

dengan pencipta (berketuhanan).

Page 110: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

96

Dapat disimpulkan bahwa kesusastraan daerah Buton sejak zaman

dahulu telah mengemban fungsi serta peranan yang cukup luas di tengah-

tengah masyarakat pendukungnya. Dalam kaitannya sebagai sarana

pembinaan mental, sesuatu yang terkandung didalam sastra selalu

mencerminkan sikap moral yang dapat diambil manfaatnya bagi

kehidupan. Semua fungsi dan peranan sastra telah menunjukkan hasil

dalam proses penataan masyarakat Buton selama ini. Hal ini sejalan

dengan fungsi folklor yaitu sebagai sistem proyeksi, sebagai pencerminan

angan-angan suatu kolektif, alat pengesahan pranata-pranata dan

lembaga-lembaga untuk kemajuan dirinya, alat mendidik anak, dan

pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota

kolektifnya. Kesusastraan daerah Buton mempunyai fungsi dan peranan

yang sangat penting didalam aktivitas masyarakat Buton khususnya

dalam proses pranata masyarakat pada masa lampau. Meskipun

eksistensinya telah berangsur-angsur pudar yang disebabkan oleh

kurangnya perhatian generasi sekarang terhadap hasil-hasil sastra lama

warisan leluhur, dan juga karena terdesak oleh unsur-unsur baru yang

lebih skeptis dan modern, Namun bukan berarti bahwa sastra-sastra lama

peranannya bagi masyarakat saat ini telah hilang atau punah. Fungsi dan

peranan itu tetap ada bahkan pesan maupun amanat yang terdapat

didalamnya sudah sesuai untuk kehidupan di zaman sekarang. Dimana

nilai-nilai moral dan manusiawi telah mengalami degradasi.

Page 111: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

97

B. Pembahasan

Masalah Kabhanti sudah banyak diangkat oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Namun penulis belum menemukan yang mengangkat

tentang nilai moral dalam Kabhanti Ganda pada masyarakat Waborobo

kecamatan Betoambari kota Baubau. Secara etimologi Kabhanti berasal

dari bahasa Wolio, terdiri dari dua morfem terikat Ka- dan morfem bebas

bhanti. Morfem terikat Ka- berfungsi sebagai pembentuk kata benda.

Sedangkan morfem bebas bhanti mengandung pengertian puisi. Kabhanti

berarti puisi yang berisi mutiara-mutiara kebijaksanaan atau pernyataan

rasa dalam bentuk yang amat digemari dan mengenai dasar hati bahkan

dalam situasi pembicaraan umum maupun dalam suasana dari hati ke

hati.

Konsep nilai ditentukan dari sesuatu atau hal oleh hasil interaksi

antara subjek yang menilai dan objek yang di nilai atau hasil interaksi dua

variabel atau lebih (Magnis Suseno,1986;19). Nilai mengandung harapan

atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Karena itu nilai bersifat

normatif, merupakan keharusan untuk diwujudkan dalam tingkah laku

kehidupan manusia. Nilai moral yang merupakan kebijaksanaan hidup

agar menjadi manusia yang baik. Dalam masyarakat, sumber langsung

ajaran moral adalah orang-orang dalam kedudukan yang berwenang

sebagai sumber ajaran moral seperti orang tua dan guru, para pemuka

masyarakat dan agama. ajaran-ajaran itu bersumber pada tradisi dan adat

istiadat, ajaran agama, atau ideologi tertentu (Magnis Suseno,1987;14).

Page 112: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

98

Sedangkan menurut Zubair mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang

mempelajari segala kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia

yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan

pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya yang merupakan

perbuatan. Objek etika adalah pernyataan moral, yaitu pernyataan tentang

tindakan manusia dan pernyataan tentang unsur-unsur kepribadian

manusia seperti motif, maksud, dan watak.

Dalam sastra lisan terungkap kreativitas bahasa dan sastra yang

didalamnya mengandung hakikat kemanusiaan masyarakat di masa

lampau. Seperti Kabhanti Ganda sebagai suatu karya sastra sangat erat

hubungannya dengan kehidupan manusia dan pendidikan. Makna

pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Fungsi kesusastraan adalah untuk mendidik

masyarakat agar tidak menjadi radikal, kasar, melainkan berperasaan dan

berpikiran halus dan anggun. Sebuah karya sastra yang baik harus

memenuhi keutuhan dan keterpaduan yaitu karya sebagai estetika yang

tidak lepas dari prinsip moral (etika), pandangan hidup manusia (filsafat),

dan rasa keagamaan (religi). Nilai pendidikan dalam sastra adalah suatu

penghargaan yang diberikan oleh sekelompok orang kepada orang-orang

tertentu sebagai cermin tingkat pola berpikir dalam melihat suatu objek

yang diamatinya. Pembelajaran sastra benar-benar telah dapat

memberikan peran yang penting dalam masyarakat maju yang

Page 113: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

99

dihadapkan kepada masalah-masalah nyata. Salah satu jalan yang dapat

dimanfaatkan untuk melaksanakan pembinaan moral (mental) ialah

penghayatan sastra. Sastra memberikan pengertian yang dalam tentang

manusia dan memberikan interpretasi sastra penilaian terhadap peristiwa-

peristiwa dalam kehidupan.

Dalam tradisi Kabhanti Gambusu pada masyarakat Waborobo nilai

pendidikan nampak pada penyampaian Kabhanti. Kabhanti Gambusu ini

mengandung pendidikan dan nasihat bagaimana seharusnya memahami

eksistensi diri dalam pergaulan sehari-hari. Tujuan pelantun Kabhanti

Ganda sebagai alat mendidik, menghibur, dan menyindir. Fenomena

religius dalam Kabhanti Gambusu pada kenyataannya tidak dapat

diabaikan. Hal ini berarti bahwa sastra itu lahir untuk kebaktian manusia

kepada tuhan. Kehadirannya selalu diikuti dengan upacara keagamaan

tertentu. Adanya religius dalam Kabhanti Gambusu merupakan akibat

logis dari kenyataan bahwa sastra lahir dari pengarang yang merupakan

pelaku atau penikmat. Oleh sebab itu, apa yang terdapat dalam sastra

pada masalah kehidupan manusia dan tidak terlepas dari masalah

religius.

Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin seorang pujangga Wolio abad

ke-19. Pada masa kesultanan Muhammad Idrus, dikenal beberapa

pujangga Wolio yang tidak dapat dilupakan jasa-jasanya dalam upaya

pendidikan dan pengembangan Islam melalui karya tulis. Melalui tulisan

mereka mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan tentang Islam mereka

Page 114: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

100

tuangkan dalam bentuk puisi sehingga mudah diterima dan dicerna oleh

pembacanya. Karena itu, dengan cepat pula rakyat dapat memahami apa

yang diajarkan. Dalam karya mereka memakai bahasa Wolio, Arab Jawi

(melayu kuno), dan bahasa Arab. Buku-buku yang berbahasa Arab dan

Arab Jawi berisi pendidikan syariat Islam. Sedangkan Kabhanti mengenai

sejarah kebudayaan serta jalur jalan mengenai hidup dunia dan kehidupan

di alam kekal abadi, mengantarkan faham dan pengertian sufi membawa

pembacanya kepada ilmu tentang kesufian.

Muhammad Idrus disamping sebagai Sultan juga menghasilkan

karya tulisnya tercatat tidak kurang dari 40 judul diantaranya seperti

Raudhatul Ikhwan (bahasa Arab), Takhsiynul Auladi (bahasa Arab),

Darratil Ikhkaami (bahasa Arab), Sabiylis Salaam (bahasa Arab), Targiybul

Anaami (bahasa Arab), Dhaaul Anwaari (bahasa Arab), Tanbiygil Gaafili

(bahasa Wolio Kabhanti), Jaohara Maakinamu Molabi (bahasa Wolio

Kabhanti), Nuru Molabina (bahasa Arab Kabhanti), Bula Malino (bahasa

Wolio Kabhanti), Bunga Malati (bahasa Wolio Kabhanti), dan lain-lainnya.

Buku-buku yang disebutkan diatas sangat digemari di Wolio

terutama yang mengenai buku puisi Kabhanti. Di setiap rumah memiliki

buku Kabhanti sekurang-kurangnya salinan dari satu judul atau dua.

Kabhanti itu dibaca dengan dilagukan dengan nada yang khas. Sejak

anak-anak mengenal baca Arab Wolio mereka telah diberi kesempatan

oleh orang tua untuk mempelajarinya. Hal ini sangat terbatas menurut

Page 115: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

101

tingkat isi buku yang dibacanya sebab ada pula yang tidak bisa dibaca

oleh anak-anak.

Tata krama dalam ajaran Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin

manusia dituntut senantiasa berbuat baik atau beretika baik terhadap

dirinya sendiri, orang lain, maupun kepada tuhannya. Oleh karena itu,

manusia berkewajiban menyembah tuhan dengan panduan Al Qur an dan

sunnah. Dapat dipahami bahwa etika berkaitan dengan masalah nilai,

aturan, moral, kesusilaan, atau perbuatan baik dan buruk. Nilai etika

berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut

kehidupan pribadi. Pendukung norma etika adalah nurani individu dan

bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat

yang terorganisir. Norma etika ditujukan agar terbentuk kebaikan atau

perilaku guna menyempurnakan manusia dan melarang berbuat jahat.

Sumber norma etika adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom

dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin

manusia. Batinnya sendiri yang mengancam perbuatan yang melanggar

norma kesusilaan dengan sanksi tidak ada kekuasaan di luar dirinya yang

memaksakan sanksi itu kalau terjadi pelanggaran norma etika,

Konsep Islam mengenai tata krama terhadap diri sendiri

merupakan cerminan dari akhlak atau budi pekerti. Kehormatan manusia

tergantung pada kebaikan akhlaknya manusia senantiasa menyadari akan

dirinya mengenai masalah ini.

Page 116: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

102

Pemikiran etika kehidupan yang tersirat dalam nasihat Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin dalam Kabhanti maupun beberapa karya

beliau sebagai salah satu unsur kebudayaan orang Buton yang hidup di

lingkungan masyarakat Keraton. Ajaran etika kehidupan yang menjadi

tuntunan masyarakat Buton tersebut mencerahkan bagi masyarakatnya

yang sedang mengalami krisis moral, kelahiran pemikiran berupa ajaran-

ajaran moral, etika, agama, dan kehidupan masyarakat Keraton Buton

yang berlangsung melalui akulturasi antara Islam dan kebudayaan Buton

pada hakikatnya merupakan sebuah proses pembentukan peradaban

Buton yang berpusat pada Keraton dan disebarkan pada masyarakat

Buton secara umum melalui proses dialog kebudayaan antara

kebudayaan Buton dengan kebudayaan Islam. Pemikiran Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin menemukan esensi konsep tata krama dan

etika menurut ajaran leluhur dalam Kabhanti menjadi penguasa di Keraton

Buton. Pemikiran beliau memiliki cakrawala pengetahuan yang mendalam

sebagai seorang pemimpin.

Secara filosofis pendidikan adalah upaya merealisasikan

kesejatian manusia. Pendidikan adalah upaya pengembangan pancadaya

manusia dengan orientasi hakikat kemanusiaan dalam bingkai dimensi

kemanusiaan. Konsep pendidikan yang bernuansa filosofis itu menjadikan

harkat dan martabat manusia sebagai landasan utamanya. Sejak

dilahirkan sampai sepanjang kehidupannya selama masih memerlukan

pengembangan atau pembentukan atau pembinaan perlu difasilitasi

Page 117: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

103

dengan upaya pendidikan yang memuliakannya, yang tidak menyimpang

dari kaidah-kaidah yang terkandung dalam harkat dan martabat manusia

yang mulia dan luhur itu. Dengan demikian paradigma pendidikan adalah

memuliakan kesejatian manusia atau memuliakan kemanusiaan

(Glasser&Glasser,2000). Pendidikan merupakan upaya terencana dalam

mengembangkan potensi peserta didik sehingga mereka memiliki sistem

berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan oleh masyarakatnya

dan mengembangkan warisan tersebut ke arah kehidupan masa kini dan

masa mendatang. Istilah karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah

nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya,

dan hormat kepada orang lain. interaksi seseorang dengan orang lain

menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Pengembangan

karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter

individu seseorang yang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial

dan budaya yang bersangkutan. Dengan demikian pendidikan karakter

individu yang berlandaskan pada kearifan lokal dapat menopang

pendidikan karakter bangsa untuk mewujudkan generasi yang

berkepribadian dan bermartabat. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok

Page 118: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

104

orang. Karakter juga bisa diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang

stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis.

Page 119: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …
Page 120: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

106

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa di

daerah Waborobo kecamatan Betoambari masih melestarikan tradisi

Kabhanti Gambusu hingga saat ini agar tidak menghilang dari kebiasaan

masyarakat Waborobo. Kabhanti Gambusu bagi masyarakat Waborobo

merupakan ekspresi keseharian yang merefleksikan cara berpikir dan cara

mereka dalam memandang realitas. Sebagai sastra lisan Kabhanti

Gambusu mempunyai wadah pendidikan karakter. Lirik-liriknya

mengandung pesan-pesan moral dan nasihat agar menjadi insan yang

berbudi pekerti luhur. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang

mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang

menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Jadi nilai moral

adalah segala aspek yang menyangkut baik buruknya suatu perbuatan

atau tingkah laku yang berasal dari hati nurani dan harus direalisasikan.

Nilai moral yang dideskripsikan terdiri atas nilai moral positif dan negatif.

Adapun tolak ukur untuk menentukan nilai moral didasarkan pada

landasan kaidah dasar moral terdiri dari prinsip sikap baik, prinsip

keadilan, prinsip menghargai, prinsip kerukunan, prinsip hormat, prinsip

ketuhanan.

Page 121: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

107

Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek religius sangat

kental dengan nilai-nilai keislaman. Masyarakat selalu menyadari

eksistensi diri sebagai hamba Allah, dan selalu mengarah kepada sifat-

sifat merendah, selalu bersyukur, dan bertawakal kepada maha pencipta.

Nilai-nilai kearifan lokal dalam Kabhanti pada aspek norma mencakup tiga

pilar norma yaitu norma hukum, norma sosial, dan norma adat istiadat

yang masing-masing norma memiliki peranan penting dalam tata

kehidupan masyarakat, karena dapat menjadi pedoman bersikap dan

berperilaku. Norma hukum menjadi acuan penerapan hukum, norma

sosial menjadi acuan memberikan sanksi sosial terhadap pelanggaran

susila, dan aspek norma adat istiadat menjadi acuan penerapan sanksi

terhadap pelanggaran adat masyarakat Buton. Nilai-nilai kearifan lokal

dalam Kabhanti pada aspek sosial mencakup akhlakul karimah yang

dalam Kabhanti diberikan istilah budimani. Budimani mempunyai indikator

yang merujuk pada falsafah Bhinci-Bhinciki Kuli yaitu Pomaa-maasiaka

(sesama manusia harus selalu saling menyayangi), Pomae-maeka

(sesama manusia harus selalu saling menghormati), Popia-piara (sesama

manusia harus selalu saling melindungi), dan Poangka-angkataka

(sesama manusia harus selalu saling memuliakan). Relevansi nilai-nilai

kearifan lokal dalam Kabhanti dengan pendidikan karakter mencakup nilai

ketaqwaan, budi pekerti, toleran terhadap keberagaman, tolong-

menolong, kasih sayang, rela berkorban, saling menghargai,

kebersamaan, kerja keras, dan kreatif atau inovatif.

104

Page 122: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

108

Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa

Indonesia. pembelajaran sastra harus mendapatkan porsi yang seimbang

dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran sastra akan menjadikan

generasi muda menjadi manusia yang memiliki identitas kebangsaan.

Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang

berkepribadian dan berkesadaran nasional perlu ditumbuhkan

kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya

daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan

diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan bangsa.

Perbaikan keadaan budaya bangsa adalah tanggungjawab bersama, baik

keluarga, sekolah, pranata sosial, maupun masyarakatnya. Salah satu

upayanya adalah memberikan arahan sejak dini misalnya

memperkenalkan budaya sendiri. Di sekolah usaha ini dapat dilakukan

dengan memasukkan unsur-unsur budaya daerah ke dalam mata

pelajaran. Salah satunya adalah ke dalam pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia. unsur-unsur budaya daerah mencakup pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan

lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

kebudayaan merupakan unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan

upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem

pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem

teknologi dan peralatan.

Page 123: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

109

Kesusastraan itu sendiri di dalam suatu masyarakat khususnya

pada kalangan masyarakat Buton baik sastra lisan maupun sastra tulis

mempunyai fungsi dan peranan yang tidak sedikit sesuai dengan tuntutan

zaman. Sastra Buton yang lahir dan berkembang di tengah-tengah

masyarakat pendukungnya sejak zaman dahulu mampu merekam

dinamika budaya serta pola pikir masyarakatnya. Melihat kesusastraan

Buton yang begitu menyatu dan sangat dekat dengan masyarakat maka

para leluhur pun sangat senantiasa berupaya meningkatkan fungsi dan

peranan kesusastraan itu bagi kehidupan masyarakat baik pada masa pra

Islam maupun setelah masuknya Islam. Fungsi dan peranan yang menjadi

perhatian para pemuka masyarakat di zaman dahulu adalah menjadikan

karya sastra sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat khususnya

generasi muda. Pada masyarakat Buton peluang pengembangan

kesusastraan yang sarat memuat nilai-nilai pendidikan, akhlak, moral,

sopan santun, adat istiadat, maupun ajaran agama selalu terbuka dan

dilaksanakan sejalan disaat sastra di gelar sebagai sarana hiburan. Bila

ditelusuri kembali karya-karya sastra tradisional peninggalan leluhur

masyarakat Buton ditemukan beraneka macam pelajaran berharga seperti

nasihat dan petuah-petuah yang sangat bermanfaat untuk membangun

moral dan perbaikan mental generasi. Di masa masuknya Islam seiring

dengan pesatnya perkembangan sastra fungsi dan peranan lebih

dipertegas lagi sehingga sastra yang lahir pada fase ini seperti Kabhanti

selain memuat tata laku hidup juga mengenal hubungan dengan tuhan.

Page 124: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

110

Jabaran pada bait-bait Kabhanti mengarah pada falsafah Buton yaitu

Bhinci-Bhinciki Kuli yang tertuang pada empat prinsip hidup masyarakat

Buton. Falsafah ini menjadi tonggak karakter masyarakat Buton.

B.Saran

1. Diharapkan kepada generasi muda agar mampu meneruskan kembali

kegiatan pembacaan naskah Kabhanti Bula Malino dan Jaohara

Molabina dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada guru di sekolah khususnya guru mata pelajaran bahasa

Indonesia dan muatan lokal diharapkan mampu mengajarkan

membaca Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina kepada siswa

di sekolah.

3. Kepada pemerintah daerah Baubau diharapkan berperan aktif dalam

peningkatan budaya sastra Buton.

4. Kepada masyarakat Buton agar mampu memahami dan menerapkan

Kabhanti Bula Malino dan Jaohara Molabina dalam kehidupan sehari-

hari.

Page 125: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

111

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Taufik.1985. Sejarah Lokal Di Indonesia (Kumpulan Tulisan). Yogyakarta; Gajah Mada University Press

Adimahardja,Kusnaka.2008. Dinamika Budaya Lokal. Bandung; Indra

Prahasta dan Pusat Kajian LPPB Al-Quran Al-Karim.Kementerian Agama RI.2018. Al-Quran dan

Terjemahannya. Solo:Tiga Serangkai Asrif.2013. Kesusastraan Buton Abad XIX (Kontensasi Sastra Lisan dan

Tulis, Budaya, dan Agama). Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 12 Nomor 1 Halaman 1. UNHALU; Kantor Bahasa dan Sastra Provinsi Sulawesi Tenggara

________. Kesusastraan Buton Abad XIX (Kontensasi Sastra Lisan dan

Tulis, Budaya, dan Agama). Jurnal Sawerigading Volume 19 Nomor 3 Revisi 2013 Halaman 477-484. UNHALU; Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Apitukey,Leo.2010. Struktur Sastra Lisan Totemboan. Jakarta; Depdikbud Bakar,Jamil,dkk.1987. Sastra Lisan Minangkabau. Jakarta; Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Baker,S.J.W.J.2011. Filsafat Kebudayaan. Sebuah Pengantar.

Yogyakarta; Kanisius Bouvier.2002. Tradisi Macapatan Jawa dan Madura. Jakarta; Yayasan

Obor Indonesia Bouvier,Helene.2002. Lebar; Seni Musik dan Pertunjukan Dalam

Masyarakat Madura (Penerjemah Rahayu,S, Hidayat, dan Jean Conteau). Jakarta; Yayasan Obor Indonesia

Budisantoso,S.1993/1994. Pembangunan dan Sumber Daya Manusia,

Kebudayaan, Pendidikan, dan Kerja. Majalah Kebudayaan. Jakarta; Depdikbud

Burhanuddin,B,dkk.1980/1981. Kontensasi Sastra Lisan dan Tulis,

Budaya, dan Agama. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Page 126: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

112

--------------------------------------. Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Chalik.1978/1979. Kesusastraan Buton Abad ke-19. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

------,Husen,A.1978/1979. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi

Tenggara. Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daldjoni,N.1987. Geografi Kesejarahan I (Peradaban Dunia). Bandung

Alumni Danandjaja,James.2011. Folklor Indonesia. (Ilmu Gosip, Dongeng, dan

Lain-Lain). Jakarta; Gratin Depdikbud.2009. Sastra Lisan Dairi. Jakarta; Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Djaramis,Edward.1986. Puisi Indonesia Lama Berisi Nasihat. Jakarta;

Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Depdikbud Darmadi,Hamid.2010. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung; Alfabet Eco,Umberto.1976. A Theory Of Semiotics. Bloomington-London; Indiana

University Press Ema,Husna.2010. Apresiasi Sastra Indonesia. Bandung; Angkasa Endraswara,Suwardi.2003. Metodologi Penelitian Sastra; Epistemologi,

Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta; Universitas Negeri Yogyakarta

Falah.2011. Masa Pemerintahan Muhammad Idrus Kaimuddin. Bandung;

Falah Production Finnegan.1977. Theory Of Literature (Rene Wellek). Indiana University

Press Gafar,Zainal Abidin.2011. Struktur Sastra Lisan Musi. Jakarta; Depdikbud Glasser,B & Strauss,A.1967. The Discovery Of Grounded Theory.

Chicago; Aldine Gunawan,Restu.2003. Kearifan Lokal Dalam Tradisi Lisan. Jakarta; Pusat

Bahasa

Page 127: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

113

Gazalba,Sidi.1967. Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta; Pustaka Antara

Haliadi.2006. Akulturasi Islam dan Budaya. Pusat Penelitian Sejarah

Sulawesi Tengah Harimanto dan Winarno,Mustopo.2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Jakarta Timur; Bumi Aksara Hardjana,Andre.1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta;

PT.Gramedia Hartoko,Dick.1983. Manusia dan Seni. Yogyakarta; Penerbit Karnesius Harsymy,A.1989. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia.

Bandung; Percetakan Gifset Ihromi,T.O.1984. Pokok-Pokok Antropologi Budaya (Kumpulan Tulisan).

Jakarta; PT.Gramedia Ikram.2001. Asal Mula Tradisi Tulis Buton Schoorl. Jakarta; Dirjen Dikti

Depdiknas -------------. Masa Pemerintahan Muhammad Idrus Kaimuddin. Jakarta;

Dirjen Dikti Depdiknas Israr,C.tanpa tahun. Sejarah Kesenian Islam II. Jakarta; PT.Pembangunan Kamaluddin,Nurnia,Aramudin,Yusuf,Hilmi.2016. Bahasa Woilo

Riwayatmu. Kendari; UNHALU Press Kansil,C,S,T,dan Julianto.1990. Sejarah Perjuangan Pergerakan

Kebangkitan Indonesia. Jakarta; Erlangga Kartodirdjo,Sartono.1990. Kebudayaan Pembangunan Dalam Perspektif

Sejarah. Yogyakarta; Gajah Mada University Press Koentjoroningrat.1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.

Jakarta; Gramedia --------------------.tanpa tahun. Pengantar Antropologi Indonesia.Jilid II Kridalaksana,Harimukti.2012. Kamus Linguistik II. Bandung; Angkasa Loir,Chambert,Fathurrahman.1999. Naskah Buton. Jakarta; Yayasan Obor

Indonesia

Page 128: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

114

M.A.Moleong,J,Lexy.2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung;

PT.Remaja Rosdakarya Mills,Huberman.2007. Qualitatif Data Analysis. UI Press Mustopo,M,Habib.2012. Ilmu Budaya Dasar, Kumpulan Esai dan Budaya.

Surabaya; Usaha Nasional Nanti,Syarifuddin,Ahmad,Sewang,Muzakir.2018. Pendidikan Islam Di

Zawiyah Pada Masa Kesultanan Buton Abad Ke-19, Jurnal Diskursus Islam Volume 06 Nomor 3 Halaman 338-561. Makassar; Program Magister Pascasarjana UIN Alauddin

Nasution.2003. Penelitian Kualitatif. Bandung; Tarsito Niampe,La.2000. Bahasa Melayu Kerajaan Buton (Abdul Mulku Zahari).

Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ------------.1999. Kabhanti Oni Wolio (Puisi Berbahasa Wolio) I. Jakarta;

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Parkamin,Amroon,Noor,Basri.1982. Pengantar Sastra Indonesia (TeorI

Tentang Bentuk). Bandung; Silita Poerwadarminta,W,J,S.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka Pradopo,Rachmat,Djoko.2000. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma

dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta; Gajah Mada University Press

Rajab.2015. Psikoterapi Sufistik.pascasarjana UIN Alauddin Makassar Rahyono,F.X.2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta; Wadatama

Widya Sastra Ratna,Nyoman Kutha.2015. Teori Metode dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta; Pustaka Pelajar Robson,S,O.1978. Pengkajian Sastra-Sastra Tradisional Indonesia.

Jakarta; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Rosdin,Ali.2014. Aspek Kultural Bismillahirahmanirrahim Dalam Keislaman

Orang Buton (Kajian Terhadap Kabhanti Ajonga Inda Malusa).

Page 129: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

115

Jurnal El Harakah Volume 16 Nomor 1 Halaman 81-99. Kendari; Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara

Rosidi,Ajib.1985. Kapankah Kesusastraan Indonesia Lahir. Jakarta;

Gunung Agung Sabirin.2011. Masa Pemerintahan Dayanu Ikhsanuddin. UIN Antasari

Kalimantan Selatan ----------------. Zad Al Muttaqin. UIN Antasari Kalimantan Selatan Sahlan.2013. Kearifan Lokal Kabhanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian

Analisis Konten). Jurnal Parameter Volume 29 Nomor 2 Halaman 192-199. Sulawesi Tenggara; Universitas Halu Oleo

Schoorl,J.W.1994. Power Ideology and Chang In State Of Buton. Leiden:

KITL Salam,B.2013. Etika Individual (Pada Dasar Filsafat Moral). Jakarta;

Rineka Cipta Saputra.1992. Kontensasi Sastra Masyarakat Buton Lisan dan Tulis,

Budaya, dan Agama. Fakultas Sastra Universitas Indonesia ---------,Karsono,H.1992. Pengantar Sekar Macapat. Depok; Fakultas

Sastra Universitas Indonesia Saripin,S,dkk.1976. Sejarah Kesenian Indonesia. Jakarta; PT.Pradnya

Paramitha Sarjono,Partin.2013. Pengantar Pengkajian Sastra. Bandung; Pustaka

Wina Sedyawati,Edi,dan Damono,S,D.1991. Seni Dalam Masyarakat Indonesia

(Bunga Rampai). Jakarta; Gramedia Pustaka Setia,Edy.2014. Fungsi dan Kedudukan Sastra Melayu Serdang. Jakarta;

Balai Pustaka Simanjuntak,B,Simorangkir.2015. Kesusastraan Indonesia I dan II.

Jakarta; Pembangunan Soeharto,Bahar.1989. Menyiapkan Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah-

Tesis. Bandung; Tarsito

Page 130: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

116

Soekanto,Soerdjono.1986. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta; CV. Rajawali

Soemardjan,Selo.1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta; Lembaga

Penelitian FE-UI ----------------------,dan Soelaeman Soenardi.2012. Setangkai Bunga

Sosiologi. Jakarta; Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Sukmono,R.1959. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. jilid I.

Jakarta; Nasional Trikarya Suseno,F,M.2011. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta; Kanisius ---------------.2010. Etika Jawa: Sebuah Analisa Filsafat Tentang

Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama Suprihadi,Sastro Supeno.2010. Menghampiri Kebudayaan. Bandung;

Pustaka Wina Supriyoko,Ki Ed.2005. Pendidikan Multikultural dan Revitalisasi Hukum

Adat; Dalam Perspektif Sejarah. Jakarta; Karya Agung Syamsuddin,Udin.1989. Identifikasi Tema dan Amanat Minangkabau.

Jakarta; Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Sztompka,Piotr.2008. The Sociology Of Change (Alih Bahasa Alimandan).

Jakarta; Prenada Media Groop Taalami,Laode,dkk.2010. Kearifan Lokal Dalam Kebudayaan Suku

Bangsa Di Sulawesi Tenggara. Kendari; Kebudayaan dan Pariwisata Sultra

Tamburaka,Rustam,E.1993. Fragmen-Fragmen Teori, Filsafat Sejarah,

dan Metodologi Penelitian. Kendari; UNHALU Theew,A.1982. Khasanah Sastra Indonesia. Jakarta; Balai Pustaka -----------.1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta; Balai Pustaka Tylor,E,B.2014. Primitive Culture (Terjemahan Oleh Anonim). New York;

Brentono’s Udin.1996. Sastra Lisan. Sleman Yogyakarta

Page 131: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

117

Urich,H,Damanik.1986. Sastra Lisan Simalungun. Jakarta; Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Wahid,Sugira.2015. Kapita Selekta, Kapita Sastra. Makassar; Berkah

Utami Wahyu,M,S.1989. Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung; Tarsito Yunus.1995. Konsep Pendidikan Islam Perspektif. Jakarta; Mutiara

Sumber Widya ---------------. Pendidikan Islam Zawiyah Masa Kesultanan Buton. Jakarta;

Mutiara Sumber Widya ---------------. Puncak Kejayaan Tradisi Tulis. Jakarta; Mutiara Sumber

Widya ---------------. Muhammad Salih. Jakarta; Mutiara Sumber Widya --------,Ali,Rahim.1995. Posisi Tasawuf Dalam Kesultanan Buton Pada

Abad ke-19. Jakarta; Indonesia. Netherlands Cooperation Zaenu,La Ode.1985. Buton Dalam Sejarah Kebudayaan. Surabaya:

Suradipa Zahari,A,M.1977. Tradisi Masyarakat Buton. Volume 1 Buton; Keraton

Wolio ---------------------. Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni. Jilid I,II,dan III.

Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ---------------------. Sejarah Masuknya Islam Di Buton dan

Perkembangannya. Makalah disampaikan dalam seminar Sejarah Masuknya Islam Di Buton yang diadakan oleh Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Baubau pada tanggal 1 Maret 1990

Zainal,Abdul Razak,dkk.2016. Kamus Istilah Sastra. Jakarta; Balai

Pustaka Zubair,A,C.2016. Kuliah Etika. Jakarta; Rajawali Press Zuhdi.1996. Asal Mula Tradisi Tulis Buton. Jakarta; CV.Devit Prima Karya Zuhdi,Susanto,dkk.2018. Orang Buton Dalam Diaspora Nusantara dan

Integrasi Bangsa. Jakarta; Wedatama Widya Sastra

Page 132: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

118

Zulvita,Eva,dkk.2013. Wujud Arti dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan

Asli dan Lama Bagi Masyarakat Pendukungnya. Jambi; Depdikbud Zuhdi,Susanto.1999. Labu Rope Labu Wana: Sejarah Buton Abad Ke-17.

Disertasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia. Jakarta

Zuhri,Saifuddin.1965. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya

Di Indonesia. Al Ma’rif. Bandung

Page 133: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

119

RIWAYAT HIDUP

SITI JULIATIN,S.Pd. lahir di kota Surabaya pada

tanggal 19 Januari 1980. Lahir sebagai anak

pertama dari empat bersaudara. Merupakan buah

cinta dari pasangan ayahanda Amran Hasibuan dan

ibunda tercinta Masfufah. Penulis lahir dan besar

dengan keluarga yang harmonis dan sederhana.

Penulis memulai pendidikannya pada tingkat

Sekolah Dasar

di SD Ngagel Rejo VII kota Surabaya tahun 1986 dan lulus pada tahun

1992. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama SMP Dr.Soetomo kota

Surabaya dan lulus pada tahun 1994. Di tahun yang sama penulis

melanjutkan kembali pendidikannya di Sekolah Menengah Atas SMU

Muhammadiyah 2 kota Surabaya dan lulus pada tahun 1996. Kemudian

pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi

Universitas Muhammadiyah Buton jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia hingga lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2018

penulis melanjutkan kembali pendidikannya di perguruan tinggi

Universitas Muhammadiyah Makassar program Pascasarjana Magister

(S2) jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini penulis

bertugas sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri Bombana kabupaten

Bombana. Untuk memperoleh gelar Magister penulis menulis tesis ini

dengan judul “Kesusastraan Sebelum dan Sesudah Masuknya Islam Dari

Sastra Lisan Ke Sastra Tulis dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Di

Waborobo dan Keraton Buton Kota Baubau Sulawesi Tenggara”.

.

Page 134: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

DOKUMENTASI KABHANTI GAMBUSU (SASTRA LISAN)

Tradisi Kabhanti Gambusu (tarian) yang diikuti oleh beberapa gadis di kelurahan Waborobo

kecamatan Betoambari kota Baubau

Pemberian ajaran moral bagi para gadis di empat malam kedua sebagai bentuk pendidikan

secara lisan

Page 135: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Mengawali acara Kabhanti Gambusu dihadiri oleh beberapa tokoh masyarakat untuk

perjamuan sekaligus pemukulan gendang

Tetua adat sekaligus penyair Kabhanti Gambusu (pekabhanti) bapak La Nuhuri di kelurahan

Waborobo kecamatan Betoambari kota Baubau

Page 136: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Salah satu tradisi Kabhanti Gambusu (Kabhanti petuah) sebagai bentuk sastra lisan

Salah satu tradisi Kabhanti Gambusu (Kabhanti petuah) sebagai bentuk sastra lisan dalam

memberikan ajaran moral terhadap calon ibu dan bayi yang dikandungnya

Page 137: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

DOKUMENTASI SASTRA TULIS KABHANTI BULA MALINO

DAN JAOHARA MOLABINA

Kabhanti Bula Malino karya Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)

Kabhanti Jaohara Molabina karya Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)

Page 138: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Makam penulis atau sastrawan Buton Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29)

yang berada di samping masjid Quba Baadia Keraton Buton

Pintu gerbang masuk di benteng Baadia Keraton Buton wilayah kekuasaan Sultan

Muhammad Idrus Kaimuddin

Page 139: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Istana (Kamali) Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (Sultan ke-29) di Keraton Buton

Bersama Dr.La Ode Abdul Munafi,M.Si. budayawan sastra Buton sekaligus dosen Fakultas

Sastra di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Kota Baubau

Page 140: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Bersama bapak Harlin,S.Pd. tenaga pengajar Bahasa Indonesia di SD Negeri Keraton

Bersama bapak Yusuf Hilmi Fasihu,S.Pd. tenaga pengajar Muatan Lokal di SMP Negeri 15

kelurahan Waborobo Kota Baubau

Page 141: KESUSASTRAAN SEBELUM DAN SESUDAH MASUKNYA ISLAM …

Pusat Kebudayaan Wolio yang menyimpan benda-benda bersejarah di zaman kesultanan

dan kerajinan khas daerah Keraton Buton

Makam Sultan Murhum Kaimuddin terletak di Keraton yang berperan aktif dalam sejarah

Buton