kesetimbangan kimia
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK I
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN IOD
DALAM KALIUM IODIDA MELALUI KOEFISIEN DISTRIBUSI
KELARUTAN YOD
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN PEMBIMBING : AMIRUL ADNIN
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
ABSTRAK
Jika ke dalam sistem air dan CH3Cl dimasukkan yod, maka zat ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut koefisien distribusi atau koefisien parsi. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida. Praktikum ini dilakukan dengan membedakan antara kelarutan yod dalam CH3Cl dengan dua pelarut yang berbeda yaitu air dan KI. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai nilai tetapan kesetimbangan iod dalam kalium iodida adalah sebesar 5,323.
Kata kunci : kesetimbangan, koefisien distribusi, nilai Kc
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada umumnya reaksi-reaksi kimia tersebut berlangsung dalam arah
bolak-balik (reversible), dan hanya sebagian kecil saja yang berlangsung satu
arah. Pada awal proses bolak-balik, reaksi berlangsung ke arah pembentukan
produk, segera setelah terbentuk molekul produk maka terjadi reaksi
sebaliknya, yaitu pembentukan molekul reaktan dari molekul produk. Ketika
laju reaksi ke kanan dan ke kiri sama dan konsentrasi reaktan dan produk tidak
berubah maka kesetimbangan reaksi tercapai.
Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh
zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan
terurai kembali dengan kecepatan yang sama. Keadaan kesetimbangan ini
bersifat dinamis, artinya reaksi terus berlangsung dalam dua arah dengan
kecepatan yang sama. Pada keadaan kesetimbangan tidak mengalami
perubahan secara mikrokopis (perubahan yang dapat diamati atau diukur).
Kesetimbangan kimia dibedakan atas kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen. Pada kesetimbangan homogen semua zat yang ada
dalam sistem kesetimbangan memiliki fase yang sama ada dalam bentuk gas,
larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen semua zat-zat yang ada dalam
sistem kesetimbangan memiliki fase yang berbeda dalam bentuk padat-gas,
padat-larutan.
Yod sangat rendah kelarutannya dalam air, akan tetapi dalam larutan
kalium iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini disebabkan karena yod dalam
kalium iodida membentuk ion kompleks triyodida. Dengan menentukan
konsentrasi kesetimbangan masing – masing spesies, maka dapat ditentukan
nilai ketetapan kesetimbangan (Kp).
Air dan karbon tetraklorida saling tidak melarutkan dan membentuk
suatu sistem dua lapisan. Jika kedalam sistem ini dimasukkan yod, maka zat
ini akan terdistribusi kedalam dua fase cair sedemikian sehingga pada suhu
tetap angka banding konsentrasinya konstan. Nilai angka banding ini disebut
koefisien distribusi atau koefisien parsi. Berdasarkan hal tersebut maka
dilakukan percobaan kesetimbangan kimia ini.
II. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah adalahBagaimana cara menentukan tetapan
kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida.
III. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini adalah menentukan
tetapan kesetimbangan reaksi antara yod dengan kalium iodida.
IV. Prinsip Praktikum
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah didasarkan pada kelarutan
yod dalam air dan KI melalui koefisien distribusi.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Reaksi dalam keadaan setimbang apabila pada temperatur, tekanan dan
konsentrasi tertentu, titik pada saat reaksi tersebut berhenti sama. Dalam hal ini
konsentrasi antara pereaksi dan basil reaksi.adalah tetap. Pada saat setimbang,
kecepatan reaksi kanan sama dengan kecepatan reaksi kiri. Kesetimbangan ini
merupakan kesetimbangan dinamis. Dalam hal ini sebenarnya reaksi masih ada
tetapi karena kecepatannya sama, seakan-akan reaksi telah berhenti
(Soekardjo, 1989).
Keadaan suatu reaksi dimana tidak ada perubahan yang dapat diamati
atau diukur (sifat makroskopis tidak berubah), reaksi seolaholah telah berhenti
disebut keadaan setimbang (kesetimbangan). Suatu reaksi dimana pereaksi dan
produk reaksi berada dalam satu keadaan yang disebut kesetimbangan dinamis.
Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible (reaksi bolak-balik).
Kesetimbangan yang semua komponennya satu fase kita sebut kesetimbangan
homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih kita
sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat berupa sistem gas
atau larutan. Sedangkan kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan
komponen padat-gas atau cair-gas (Nasrudin, 2004).
Bagian sesuatu yang menjadi pusat perhatian dan dipelajari disebut
sebagai sistem. Suatu sistem heterogen terdiri dari berbagai bagian yang homogen
yang saling bersentuhan dengan batas yang jelas. Bagian homogen ini disebut
sebagai fasa dapat dipisahkan secara mekanik. Tekanan dan temperatur
menentukan keadaan suatu materi kesetimbangan fasa dari materi yang sama.
Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
Kesetimbangan fasa dikelompokan menurut jumlah komponen
penyusunnya yaitu sistem satu komponen, dua komponen dan tiga komponen
Pemahaman mengenai perilaku fasa berkembang dengan adanya aturan fasa
Gibbs. Sedangkan persamaan Clausius dan persamaan Clausius Clayperon
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dan perubahan suhu pada
sistem satu komponen. Adanya penyimpangan dari sistem dua komponen cair-
cair ideal konsep sifat koligatif larutan dapat dijelaskan (Widjajanti, 2008).
Peristiwa adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan, yaitu
terjadinya penambahan konsentrasi komponen tertentu pada permukaan antara
dua fase. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi adsorpsi fisis (physical adsorption)
dan adsorpsi kimia (chemical adsoption). Secara umum adsorpsi fisis mempunyai
gaya intermolekular yang relative lemah, sedangkan pada adsorpsi kimia terjadi
pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan molekul yang terikat
pada permukaan adsorben.
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63,546, titik lebur 1083°C, titik didih 2310 °C, jari-jari atom 1,173 A° dan jari-jari
ion Cu2+ 0,96 A°. Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwarna
kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi
makhluk hidup. Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan yaitu
tidak ada lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada
fase gas atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva
berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas
atau cair pada suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar
dalam penentuan kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan
adsorben (Kundari, 2008).
Untuk sistem biner etanol(1)-air(2) semakin besar fraksi mol maka
temperatur pada dew point dan bubble point semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena komponen etanol bersifat volatile dengan titik didih 78,32oC sedangkan
air bersifat non-volatile dengan titik didih 100 oC. Temperatur pada eksperimen
lebih tinggi dari literatur, hal ini disebabkan karena kadar bahan yang digunakan
pada penelitian adalah 99,8% sedangkan pada literature adalah etanol absolute.
Karena salah satu faktor yang mempengaruhi titik didih adalah kadar etanol (Sari,
2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
I. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah sebagai
berikut :
1. Corong pisah 2 buah
2. Pipet tetes 3 buah
3. Labu Erlenmeyer 3 buah
4. Buret 50 mL 1 buah
5. Statif dan Klem 2 pasang
6. Gelas ukur 25 mL, 100 mL @1 buah
7. Pipet skala 5 mL dan 25 mL @1 buah
8. Botol semprot 1 buah
9. Spatula 1 buah
10. Batang pengaduk 1 buah
11. Filler 1 buah
Bahan yang digunakan dalam praktikum kimia permukaan adalah
sebagai berikut :
1. Larutan Na-tiosulfat 0,02 M
2. Larutan KI 0,1 M
3. LarutanAmilum 1%
4. Kristal KI
5. Larutan Iod jenuh dalam CHCl3
II. Prosedur Kerja
Larutan I2 jenuh dalam CH3Cl
Dimasukkan kedalam dua buah corong pisah masing – masing 30 ml
Label A Label B
Dimasukkan 200 ml air Dimasukkan 200 ml larutan KI 0,1 M
Ditutup corongnya
Diguncang selama beberapa menit
Didiamkan selama 15 – 20 menit
Larutan dalam kedaan setimbang
Diambil masing – masing 5 ml lapisan CH3Cl dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat
Terbentuk warna biru
Label A Label B
Diambil lapisan airnya
Ditambahkan 2 g KI dan 20 ml air kedalam 2 cuplikan tersebut lalu digoyang
Ditetesi dengan indikator amilum lalu dititrasi dengan larutan standar Na-tiosulfat
Warna bening
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Data Pengamatan
VolumeBotol A Botol B
Lapisan airLapisan CHCl3
Lapisan KILapisan CHCl3
Volume yang dipipet
50 ml 5 ml 50 ml 5 mL
Volume yang dititrasi
50 ml 25 ml 50 ml 25 mL
Volume Na2S2O3
7.8 ml 8.9 ml 10.5 ml 8.5 ml
II. Reaksi Lengkap
Reaksi – reaksi yang terjadi dalam percobaan ini antara lain:
1. I 2 + KI ⇔ I
3− + K+
2. 2I2 + 2H2 O ⇔ 4HI + O2
3. I 2 + 2Na2 S2 O3 ⇔ 2NaI + Na2 S4 O6
III. Perhitungan
1. Botol A
KD = V Na 2 S2 O3 (CHCl3)/V CHCl3(dipipet)
V Na 2S 2O 3(H 2O)/V H 2O(dipipet )
KD =
8 .9ml5ml
7 .8ml50 ml
= 1 .780 .156
=11.41
2. Botol B
Diketahui mol I2 = 1. 10-5 mol
Konsentrasi I2 dalam CHCl3
[I2]CHCl3 =V Na 2 S2 O3 (CHCl 3 )× Mol I2
V CCl4 yangdititrasi
=8.5ml25 ml
×1 .10−5
¿0 .34×10−5 M
Konsentrasi I2 dalam H2O
[I2]H2O bebas = [I 2 ] CHCl3
KD
=0.34×10−5 M11. 41
¿0 .029×10−5 M
[ I 2+ I 3 ]= V Na2 S 2O 3 ( H 2O )V H 2 O yang dititrasi
x mol I2
=10 .5ml50 ml
×10−5
¿0 .21×10−5 M
[ I 3 ] = [ I 2+ I 3 ] - [ I ] H2O
= (0.21 x 10-5 ) – (0.029 x 10-5)
= 0.181 x 10-5 M
¿setimbang = 0.1 – [ I 3 ]
= 0.1 – (0.181 x 10-5)
= 0.1 – 0.00000181
= 0.09999819 M ≈ 0,1 M
Tetapan kesetimbangan (Kc)
Kc =
[ I 3 ]
[ I 2 ] [ I− ]
=(0 .181×10−5 )¿(0 . 34×10−5 )(0 .1 ) ¿
=0 . 181×10−5
0 .34×10−6¿
=0 . 5323×10 ¿¿=5 .323 ¿¿¿¿¿
IV. Pembahasan
Suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami
perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai kembali dengan
kecepatan yang sama merupakan ciri dari terjadinya keadaan setimbang.
Keadaan setimbang bersifat dinamis yakni keadaan dimana dua proses yang
berlawanan terjadi dengan laju yang sama. Akibatnya tak terjadi perubahan
bersih dalam sistem pada kesetimbangan. Ciri suatu sistem pada
kesetimbangan ialah adanya nilai tertentu yang tidak berubah dengan
berubahnya waktu.
Kesetimbangan kimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
temperatur, tekenan, volume, konsentrasi dan katalis. Perubahan temperatur
dapat mengubah nilai konstan kesetimbangan. Perubahan tekanan dan volume
memungkinkan adanya pengaruh terhadap sistem gas dalam kesetimbangan.
Perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi keadaan kesetimbangan,
atau berpengaruh terhadap jumlah relatif reaktan dan produk. pengaruh yang
terkhir yaitu katalis, katalis tidak berpengaruh terhadap posisi kesetimbangan
atau konstanta kesetimbangan melainkan katalis ini hanya dapat mempercepat
jalannya reaksi yang berlangsung.
Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan
reaksi I2. Dalam percobaan ini konsentrasi yod tidak disebutkan secara
langsung melainkan melalui koefisien distribusi yod antara fase air dan fase
karbon tetraklorida. Sehingga dalam percobaan ini digunakan dua pelarut
yaitu air dan CHCl3.
Pada corong pertama diberi perlakuan I2 jenuh dalam CHCl3
dicampurkan kedalam air kemudian diguncang. Proses pengguncangan ini
bertujuan untuk mendistribusikan yod kedalam dua fase yakni fase air dan
fase CHCl3. Kemudian corong tersebut didiamkan kembali, ini
bertujuan untuk menstabilkan kembali yod yang telah diguncang
tadi. Setelah didiamkan diperoleh hasil ternyata air tersebut tidak
dapat bercampur dengan CHCl3, terjadi dua lapisan dimana lapisan
air berada diatas dan lapisan CHCl3 berada pada lapisan bawah. Air
berada dibagian atas karena masa jenis air lebih ringan
dibandingkan masa jenis CHCl3. Air dan CHCl3 tidak menyatu karena
dikarenakan sifat fisik dan sifat kimia dari air dan CHCl3 ini berbeda
dimana air termaksud senyawa polar sedangkan CHCl3 merupakan
senyawa non polar. Seperti yang telah kita ketahui pelarut polar
hanya akan larut dalam senyawa polar begitupula dengan air. Ketika
yod masuk kedalam sistem air dan CHCl3 pada suhu tetap angka
banding konsentrasi adalah konstan. Nilai angka banding atau
koefisien distribusi yang diperoleh adalah sebesar 11,41.
Pada corong kedua diberi perlakuan I 2 jenuh dimasukkan
kedalam KI 0,1 M. Sama seperti pada corong A pada corong B
cuplikan ini juga diguncang dan didiamkan selama beberapa menit.
Setelah didiamkan hasilnya pun sama dengan CHCl3 yang berada
didalam air. CHCl3 dan KI tidak bercampur melainkan membentuk
lapisan dimana pada lapisan atas terdapat KI sedangkan I 2 terdapat
di lapisan bawah. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan
antara kelarutan I2 dalam air dan kelarutan I 2 dalam CHCl3. Dimana
nilai kelarutan I2 dalam CHCl3 adalah sebesar 0,34 x10 -5 M
sedangkan kelarutan I2 dalam air adalah sebesar 0,029 x10 -5 M.
Berarti kelarutan I2 dalam CHCl3 lebih besar.
Setelah mengetahui nilai kelarutan I 2 dalam air dan CHCl3
maka dilakukan proses pengeluaran I 2 yang terdapat dalam CHCl3.
Dilakukan dengan cara menstandarisasinya dengan larutan baku Na-
tiosulfat, standarisasi dilakukan dengan cara titrasi. Indikator yang
digunakan yaitu amilum. Amilum ditambahkan untuk mengetahui
adanya yod. Titik akhir titrasi yang diperoleh yaitu adanya
perubahan warna menjadi warna biru. Setelah mengelola data yang
ada diperoleh hasil nilai kesetimbangan (Kc) I 2 yang diperoleh yaitu
sebesar 5,323.
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa nilai tetapan kesetimbangan iod dalam
kalium iodida adalah sebesar 5,323.
II. Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum kali ini yaitu
agar kedepannya kelayakan alat yang digunakan harusnya di cek
kembali utamanya corong pisah yang merupakan alat utama dalam
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kundari, 2008. Tinjauan Kesetimbangan Adsorpsi Tembaga Dalam Limbah Pencuci Pcb Dengan Zeolit. Jurnal Batan. Vol.1. Hal.490 – 491 [20 November 2013].
Nasrudin., Harun. 2004. Modul Kesetimbangan Kimia . Departemen Pendidikan Nasional : Surabaya.
Sari, 2012. Data Kesetimbangan Uap-Air Dan Ethanol-Air Dari Hasil Fermentasi Rumput Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia. Vol.1. Hal. 37[20 November 2013].
Soekardjo., 1989. Kimia Fisik. Bina Aksara. Jakarta.
Widjajanti, Endang. 2008. Kesetimbangan Fasa. UGM : Yogyakarta
TUGAS PENDAHULUAN
KIMIA FISIK I
PERCOBAAAN III
KIMIA PERMUKAAN I
OLEH :
NAMA : NURFIAH
STAMBUK : A1C4 12 044
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
1. Apakah proses adsorpsi dalam percobaan ini merupakan adsorpsi fisik atau
kimisorpsi ? Jelaskan perbedaan anatara kedua jenis adsorpsi tersebuut dan
berikan contoh ?
Jawab :
Percobaan ini termasuk dalam kimisorpsi.
Perbedaan adsorpsi fisik ( Fifisorpsi) dan kimisorpsi :
Pada adsorpsi fisik atau fisisorpsi terdapat antaraksi van der Waals antara
adsorpsi dan substrat. Antaraksi van der Waals mempunyai jarak jauh,
tetapi lemah dan energi yag dilepaskan jika partikel terfisisopsi
mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi kondensasi. Entalpi
fisisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperature sampel
dengan kapasitas kalor yang diketahui dan nilai khasnya berada sekitar 20
kJ mol-1. Kuantitas energi sekecil ini dapat diabsorpsi sebagai vibrasi kisi
dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada
permukaan seperti batuan akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan
akhirnya terabsorpsi pada permukaan.
Contohnya : Dispersi atau interaksi dipolar
Pada Kimisorpsi partikel melekat pada permukaan dengan membentuk
ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari tempat
memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Entalpi
kimisorpsi jauh lebih besar dari pada untuk fisisorpsi , dan nilai khasnya
adalah sekitar -200 kJ mol-1. Molekul yang terkimisorpsi dapat terpisah
karena tuntutan valensi atom permukaan yang tidak terpenuhi.
Contohnya : adsorpsi pada larutan HCl dengan arang aktif.
2. Bagaimana isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi gas pada permukaan
zat padat ? Jelaskan apa batasannya ?
Jawab :
Entalpi absorpsi bergantung pada tingkat peutupan permukaan terutama
karena partikel absorpat berinteraksi. Jika partikel saling menolakkan maka
entalpi absorpsinya menjadi kurang isoterm (kurang negatif) dengan
bertambahnya penutupan. Untuk absorpsi gas, partikel-partikel berdiam pada
permukaan secara tidak teratur sampai pemadatan menuntut keteraturan. Jika
partikel absorpat saling menarik, parikel itu cennderung membentuk pulau-
pulau dan pertumbuhan terjadi pada perbatasannya. Absorpat ini juga
memperlihatkan transisi teratur-tak teratur, jika cukup dipanaskan agar
gerakan termal mengatasi atraksi partikel-partikel, tetapi tidak terlalu panas
sehingga partikel itu terdesorpsi.
3. Mengapa isotermal adsorpsi Freundich untuk adsorpsi pada pemukaan zat
padat kurang memuaskan dibandingkan dengan adsorpsi Langmuir ?
Jawab :
Isoterm Langmuir meramalkan diperolehnya garis lurus jika p/V dialurkan
terhadap p sedangkan pada isoterm Freundich garis lurus dapat diramalkan
dengan mengalurkan ln V terhadap ln p. Pada permukaan zat padat, partikel-
partikel zat yang terabsorpsi akan menunjukkan nilai entalpi yang kurang
negatif saat θ bertambah. Berdasarkan isoterm Freundich hal ini akan menjadi
tidak linear sehingga isoterm Freundich akan menghasilkan nilai yang kurang
memuaskan saat diberlakukan pada permukaan zat padat.
4. Pada persamaan (x/m = ap/(1+bp). Ubahlah persamaan tersebut dalam bentuk
praktis untuk menyelidiki apakah suatu proses adsorpsi menurut isotermal
Langmuir ?
Jawab :
Berdasarkan persamaan (x/m = ap/(1+bp) suatu proses adsorpsi dapat dikatan
berlangsung menurut isoterm Langmuir jika menunjukkan garis lurus pada
grafik berdasarkan data yang dijadikan patokan. Garis lurus ini menunjukkan
p/V dialurkan terhadap p.
Berdasarkan kesetimbangan dinamika :
A(g )+M( permukaan )⇔ AM
Dengan konstanta laju ka untuk absorpsi, kd untuk desorpsi, Laju perubahan
penutupan permukaan karena adsorpsi sebanding dengan tekanan A sebesar p
dan jumlah tempat kosong N(1-θ ) dengan N merupakan jumlah tempat total :
θ=ka pN (1−θ )
Laju perubahan θ karena desorpsi sebanding dengan jumlah spesies yang
terabsorpsi, Nθ , maka :
θ=kd Nθ
Pada keseimbangan, kedua laju itu sama, dan penyelesaian untuk θ
menghasilkan isoterm Langmuir ;
θ=K p
1+K p
dimana K=k a
kd
5. Jika pada persamaan tersebut diatas, tekanan “p” diganti dengan konsentrasi
zat pada kesetimbangan, apakah persamaan Langmuir juga berlaku pada
percobaan ini ?
Jawab :
Tidak, persamaan Langmuir tidak akan berlaku pada percobaan ini jika nilai p
pada (x/m = ap/(1+bp) digantikan dengan konsentrasi zat, karena konsentrasi
zat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah zat yang
terabsorpsi. Artinya perubahan isotermal adsorpsi akan tidak beraturan dengan
nilai konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing zat uji.