kerajinan kuningan di bondowoso unmuh jember

Upload: tamaadie

Post on 14-Jul-2015

370 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bondowoso merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai aktifitas seni kerajinan kuningan yang cukup menonjol, yang letaknya berada di kecamatan tapen. Berdasarkan UU No. 5/1974 (asas desentralisasi) menyatakan bahwa Ibukota kecamatan merupakan home industri untuk menciptakan kondisi dimana titik berat otonomi daerah ada pada daerah Tingkat II. Ibukota kecamatan melalui kemampuan kelembagaan akan dapat memantapkan sistem perencanaan bottom up dalam

penyusunan program pembangunan nasional. Kecamatan Tapen adalah salah satu kecamatan yang memiliki potensi sebagai sumber dana pendapatan asli daerah yang sifatnya otonom dan pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bondowoso serta diharapkan kecamatan Tapen dapat memacu pertumbuhan wilayah di sekitarnya. Masyarakat membutuhkan tempat bertemu dan berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama pada suatu

kawasan yang biasanya merupakan simpul-simpul kota. Node atau simpul yang merupakan tempat berkumpul dengan sendirinya dapat menumbuhkan potensi untuk berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat. Demikian pula dengan industri Kerajinan Kuningan di Kecamatan Tapen merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dengan aktifitas Kerajinan Kuningan. Kecamatan Tapen merupakan kecamatan terbesar dalam menghasilkan Kerajinan Kuningan. Berdasarkan laporan dari Kandep perdagangan dan Industri Kabupaten Dati II Bondowoso tahun 1999-2000, dengan jumlah industri kecil 195 unit dan jumlah pekerja 4931 orang, serta nilai investasi Rp. 6.383.270,-. Dengan berkembangnya Kerajinan Kuningan ini dibutuhkan sarana pemasaran yang memadai yaitu showroom atau tempat pemasaran. Pada saat ini pusat pemasaran kerajinan kuningan di Tapen dapat dikatakan belum memadai. Pusat Pemasaran Industri Kerajinan Kuningan ini berfungsi sebagai wadah untuk melayani kegiatan informasi

1

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

tentang seni kerajinan Kuningan Tapen, promosi hasil produk seni kerajinan dan pemasaran hasil produk seni kerajinan, pusat ini juga berfungsi untuk

mengembangkan daya kreativitas

para seniman dan para pengrajin untuk

menghasilkan produk-produk karya seni yang baru memiliki daya jual yang lebih tinggi. Berdasarkan fenomena yang ada maka tempat pemasaran yang lengkap dengan kegiatan penunjang lainnya perlu diwujudkan dan wadah ini dapat berupa Pusat Promosi, Informasi dan Promosi Industri Kerajinan Kuningan Tapen Kabupaten Bondowoso. Sesuai surve yang saya lakukan bersama teman-teman, Kerajinan Kuningan di Tapen sangat menarik. Home industry yang dikembangkan oleh Bapak Amir sudah menjadi generasi ketiga dari orang tua beliua, home industry ini ada sekitar tahun 1921. Bapak Amir meneruskan usaha kuningan pada tahun 2001, home industry ini diberi nama UD.Rizky. Untuk masalah harga tergantung dari ukuran dan motif barang, harga mulai Rp.200.000 sampai Rp.3.000.000. Oleh karena itu Bapak Amir sekeluarga menekuni usaha yang sudah turun temurun, Untuk tenaga kerja Bapak Amir mempunyai karyawan 12 orang. Disamping itu juga pemerintah dalam hal ini Dinas Perdagangan, Departemen Perindustrian atau pihak-pihak yang berkompeten dengan seni kerajinan mempunyai tanggung jawab moral utuk lebih mengembangkan seni kerajinan dan mengontrol pemasaran produk kerajinan agar tidak terjadi persaingan diantara pengrajin terutama dalam pemasarannya dan mendapatkan bahan bakunya. Selain itu diharapkan Industri Kerajinan Kuningan Tapen ini dapat dikenal oleh masyarakat nasional maupun

internasional dan dapat menjadi alah satu sumber devisa pemerintah daerah setempat khususnya daerah Tingkat II Bondowoso serta pemasukan devisa negara dalam hal ini seni kerajinan rakyat.

2

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Kondisi pemasaran yang ada di Tapen pada saat ini, untuk penyebaran produk kerajinan kuningan adalah : a. Secara tidak langsung, pemasaran dengan cara pemasaran/kontak dagang. b. Secara langsung, pemasaran yang dilakukan melalui pasar kerajinan, tokotoko souvenir dan pedagang kerajinan. Sistem pemasaran pada umumnya secara tradisional melalui perantara atau konsumen langsung datang ke tempat-tempat home industri. Berdasarkan

bertambahnya jumlah pengrajin dan meningkatnya nilai investasi dari kerajinan kuningan ini dapat para pengusaha dituntut untuk dapat bersaing dan mendapatkan informasi tentang perkembangan mode yang dikehendaki pasar, serta penentuan harga secara tepat. Konsumen menginginkan kemudahan untuk mendapatkan seni kerajinan kuningan yang ada di Tapen sesuai dengan selera baik secara desain, kualitas, maupun harganya. Industri kecil pada saat ini merupakan salah satu industri yang sangat menunjang sektor ekonomi Indonesia. Dari sekian banyak industri rumah tangga yang ada salah satunya adalah kerajinan kuningan. Kuningan banyak juga dipakai untuk perabotan rumah tangga dan sebagai cinderamata. Tuntutan akan kualitas suatu produk merupakan tuntutan yang seiring dengan kemajuan zaman produk yang berkualitas biasanya erat dengan masalah bahan yang sesuai dan cara pengerjaannya diantaranya dengan metode pengelasan dan perlakuan panas. Penggunaan kuningan banyak dijumpai dalam pekerjaan arsitektural, pipa kondensor, keran, inti radiator, pegas, mur-baut, alat musik, pipa, perhiasan, balingbaling, roda gigi cacing, alat penukar panas, peralatan kelautan, dan lain-lain. Berkaitan dengan semua latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini dipilih material kuningan (Cu-Zn) untuk dilakukan heat treatment (perlakuan panas) yang berupa penganilan (annealing) pada plat kuningan. Dari penelitian ini akan dapat diketahui perbandingan kekuatan plat sebelum dan sesudah mengalami annealing.

3

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

1.2 Permasalahan Masalah yang ada dalam kasus ini adalah : a. Terdapatnya persaingan yang tidak seimbang antara pengusaha besar dan kecil dalam pemasaran memberikan produk hasil kerajinan kuningan di Tapen yang mampu dan kenyamanan pada konsumen melalui pola

kemudahan

sirkulasi/ruang gerak yang jelas, sistem display obyek kerajinan yang lancar dengan aliran sirkulasi yang mendukung dan menarik minat konsumen. b. Bagaimana bentuk fisik kerajinan yang mendukung hubungan dari fungsi

kerajinan tersebut. c. Bagaimana menciptakan bentuk/tampilan fisik kerajinan yang mewakili image dari suatu bangunan dengan fungsi sebagai pusat informasi, promosi, dan pemasaran. Penampilan fisik ini diharapkan mempunyai kesan mengundang, mengajak, dan mewakili jiwa seni yang kreatif, dan dinamis tanpa meninggalkan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan Pusat Promosi, Informasi dan Promosi Industri Kerajinan Kuningan di Tapen adalah menyediakan wadah yang berguna untuk konsumen mendapatkan informasi dan produk dengan mudah dan membantu pengrajin untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai jual serta memasarkan hasil produknya. Selain sistem pemasaran dengan pelayanan pasif (pameran) dilakukan juga melalui sistem pemasaran aktif (show atau pertunjukan) yang diharapkan dapat menarik minat para konsumen.

4

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010 1.4 Lingkup Pembahasan

Adi Pratama Putra

Lingkup pembahasan berada di kawasan perdagangan Tapen yaitu sekitar jalan arteri pantura Jawa Timur sebagai kawasan perdagangan blok I. pembahasan dititik beratkan pada permasalahan yang berkaitan dengan masalah-masalah arsitektur setempat dan lingkungan setempat serta potensi yang ada di Tapen untuk mendapatkan pola tata ruang, tata masa dan sirkulasi yang dapat menunjang kegiatan informasi, promosi dan pemasaran, serta perwujudannya dalam bentuk ungkapan fisik bangunan pada Pusat Promosi, Informasi dan Promosi Industri Kerajinan Kuningan di Tapen.

5

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010 BAB II LANDASAN TEORI

Adi Pratama Putra

2.1 Bahan Kerajinan Kuningan Di Tapen Kabupaten Bondowoso 2.1.1 Kuningan ( Brasses ) Kuningan adalah paduan Tembaga dengan lebih dari 50 % Zincum (seng) kadang-kadang ditambah dengan Timah putih (Tin) dan Timah Hitam (Lead) serta Alumunium dan Silicon. Analisis terhadap diagram keseimbangan dari paduan Copper-Zinc (Tembaga-Seng) memperlihatkan bahwa paduan Tembaga Seng, kadar Seng diatas 37 % dapat diterima dalam Tembaga dan akan membentuk larutan padat yang disebut ( ). Proses larutan Seng didalam Tembaga tidak berkembang oleh perubahan Temperatur, dengan demikian Kuningan bukan paduan yang terbentuk oleh pengendapan.

Gambar 2.1.1 Kuningan peluru pada senjata api Kuningan dengan kandungan seng diatas 37 % disebut Brasses yang merupakan paduan mampu pengerjaan dingin karena terbentuk dari struktur larutan padat. Paduan Tembaga Kuningan yang disebut Brasses ini berkembang oleh

pengembangan dalam dari unsur yang pada kahirnya akan menyebabkan distorsi dari

6

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

kisi tembaga (Tembaga lattice). Phase dimana terbentuknya pecahan merah (hot short) oleh karena itu kuningan ini tidak cocok untuk pengerjaan panas. Jika kadar Seng pada paduan Tembaga melebihi 37 % maka kan terjadi phase kedua yaitu phase- , berada bersama dengan phase dan paduan ini disebut + Brasses

dengan keuletan seimbang pada temperature ruangan sebab keuletan dari dari kristal mengganti kerapuhan dari kristal .

Gambar 2.1 Bagian dari diagram keseimbangan dan microstruktur dari paduan tembaga kuningan Kuningan dari jenis ini memiliki sifat mampu pengerjaan panas (Hot working Brasses), hal ini disebabkan karena atom akan membentuk keuletan pada phase berserakan pada temperature tinggi dan dan pada saat yang bersamaan kristal sehingga

akan menjadi rapuh pada Temperatur tinggi dan larut kedalam phase

paduan akan bersifat ulet pada Temperaatur yang lebih tinggi. Kuningan dengan kadar Seng 45 % komposisinya terdiri atas Kristal secara menyeluruh dengan sifat yang sangat rapuh pada temperature ruangan (room temperature), hal ini terlihat pada diagram keseimbangan Tembaga-Seng dimana titik cair dari dari Seng paduan tinggi lebih rendah dari pada Kuningan dengan kadar Seng rendah, oleh karena itu Seng

7

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

dengan paduan tinggi ini digunakan sebagai Brazing spelter karena titik cairnya yang rendah tersebut namun sambungan tidak menjadi rapuh karena selama operasi penyambungan kadar Senga akan turun melalui proses penguapan dan sebagian akan menyebar kedalam Kuningan pada sambungan tersebut. 2.1.2 Pasir Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak, membuat sistem saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan logam cair membeku, membongkar cetakan yang berisi produk coran membersihkan produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan pasir masih menjadi andalan industri pengecoran terutama industri-industri kecil contohnya di home industry kerajinan kuningan yang berada di daerah tapen kabupaten Bandowoso. Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika (SiO2). Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan ketahanannya terhadap temperature tinggi. Ada dua jenis pasir yang umum digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands). Karena komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri pengecoran. Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan beberapa faktor penting seperti bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat akan menghasilkan permukaan produk yang mulus / halus. Untuk membuat pasir cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air. Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi bahan pembuat cetakan.

8

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.1.2 Pasir 2.1.3 Malan Malan terbuat dari parafin, mudah mencair jika dipanaskan, dapat dipakai sebagai pelita untuk membatik dan dapat digunakan sebagai pengecoran, bahan yg mengandung lemak, lekat, mengental, mencair jika dipanaskan, dicetak dulu berbagai bentuk untuk alat penerang (dengan diberi sumbu di tengahnya) atau benda mainan hidrokarbon padat yg mempunyai titik cair rendah dan mudah 2.1.4 Tanah Liat ( Lempung ) Lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur-unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, larut.

9

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.

Gambar 2.1.4 Tanah Liat / Lempung 2.2 Proses Pembuatan Kerajinan Kuningan Di Tapen Kabupaten Bondowoso 2.2.1 Proses Peleburan Pada proses pembuatan kerajinan kuningan langkah pertama adalah proses peleburan lilin / malan. Pada proses ini malan di tempatkan pada wadah yang sudah berada ditungku dan dipanaskan sekitar 1 jam agar malan meleleh. Home industry yang dikembangkan oleh Bapak Amir proses peleburannya menggunakan kayu bakar. Untuk proses peleburan api harus tetap maksimal agar proses peleburannya cepat dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Keuntungan menggunakan kayu bakar adalah karena bersih tidak mengandung P dan S. Sedangkan kerugiannya adalah nilai kalornya rendah, tidak keras, mudah pecah dan borpori-pori, jumlahnya terbatas, dan hanya dapat digunakan untuk tanur tinggi yang memiliki tinggi 17-20 m.

10

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.1 Proses Peleburan 2.2.2 Proses Cetakan Setelah malan meleleh dapat dilakukan proses yang kedua yaitu proses cetakan. Dimana cetakan akan dicelupkan pada tungku yang berisi malan yang sudah meleleh, tapi di tunggu sampai malam tersebut dingin tapi tidak sampai mengeras, untuk cetakan bermacam macam sesuai yang kita inginkan. Untuk pendinginannya hanya menggunakan air, dimana cetakan yang sudah di celupkan ke dalam malam berulang-ulang sampai agak tebal sesuai yang di inginkan lalu malam direndam ke dalam air hingga malan padat kembali. Setelah pendinginan menggunakan air, cetakan dicelupkan kearang yang sudah dihaluskan dan di beri campuran lumpur, tujuannya agar cetakan/malan tadi menjadi kuat.

11

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.2-1 Proses Pencelupan Cetakan Ke Dalam Malam Yang Sudah Mencair

Gambar 2.2.2-2 Pendinginan Mengunakan Media Air 2.2.3 Proses Pelapisan Pasir Pada proses pelapisan pasir ada dua macam pasir yang digunakan oleh UD.Rizky yang dikelola oleh Bapak Amir. Yang pertama pelapisan dengan pasir halus secara merata tujuannya untuk menutupi pori pori pada cetakan. Dan yang12

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

kedua pelapisan dengan pasir kasar, tujuannya hanya memperkuat cetakan pada waktu di bakar. Untuk pasir yang digunakan Bapak Amir menggunakan Pasir sungai yang berada di daerah Tapen.

Gambar 2.2.3 Proses Pelapisan Pasir Halus Dan Kasar 2.2.4 Proses Pengeringan Dengan Tenaga Matahari Cetakan yang sudah di lapisi dengan pasir halus dan kasar akan dikeringkan dengan sinar matahari, agar cetakan lebih kuat. Waktu yang diperlukan sekitar 4 jam dengan kondisi matahari normal panas, jika kondisi cuaca tidak besahabat seprti mendung maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk saat ini musim hujan sangat mengganggu proses pengeringan yang dilakukan oleh home industri kerajinan kuningan di Tapen Kabupaten Bondowoso.

13

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.4 Proses Pengeringan Dengan Tenaga Matahari 2.2.5 Proses Pengecoran Di Tungku Bakar Setelah cetakan kering dengan sinar matahari, proses selanjutnya adalah pengecoran cetakan di tungku bakar. Proses ini memerlukan waktu yang lumayan lama agar kuningan meleleh. Pada pembakaran cetakan ini media yang di gunakan adalah arang, arang di tata rapi sampai di rasa cukup setelah itu cetakan di taruh di atas arang dan kuningan yang di leburkan juga di taruh di atas arang. Dan di taruh di dalam tungku bakar yang tahan api arang yang sudah nyala tadi juga di hembus dengan blower dengan hembusan yang di rasa perlu untuk mempertahankan nyala dari arang tersebut, setelah kuningan mencair maka akan di tuangkan ke dalam cetakan di lubang di sisi-sisinya.

Gambar 2.2.5.1 Cetakan Yang Berisi Malam

14

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Pada bagian dalamnya juga dipasang bata tahan api kualitas tinggi dan memiliki ketebalan kurang lebih 1 m, dibuat tebal dan menggunakan bata tahan api karena : y y y Dapat tahan terhadap proses kimia Dapat tahan terhadap tekanan logam cair dan terak cair Dapat tahan terhadap temperature tinggi

Gambar 2.2.5.2 Tungku Bakar

2.2.6 Proses Penghalusan Kerajinan kuningan yang sudah jadi, kita haluskan menggunakan mesin Gerinda. Pada proses ini banyak cacat yang terdapat pada kuningan. Agar hasil maksimal kita harus waspada dan teliti untuk menghaluskan kerajinan tersebut. Karyawan yang bekerja di UD. Rizky sudah berpengalaman dan pengalaman

kerjanya tidak diragukan lagi. Oleh sebab itu Bapak Amir tidak khawatir dengan kerajinannya yang dibuat oleh karyawannya.

15

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.6.1 Proses Penghalusan Sebelum proses penghalusan ini biasanya kuningan yang keluar dari tungku bakar tidak maksimal bagus maka di gunakan las (oxy asetilin) atau las karbit untuk memperbaiki atau menyambung kuningan tersebut.

16

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.6.2 Oxy Asetilin Untuk Menyambung Atau Menambal Kuningan Yang Tidak Sempurna 2.2.7 Proses Pengukiran Setelah dilakukan proses penghalusan, kuningan akan dilakukan tahap pengukiran. Untuk motif ukiran sendiri tergantung pesanan. Biasanya motif yang banyak diminati oleh pelanggan Bapak Amir adalah motif batik, hewan, dan

pemandangan ( alam ). Alat yang digunakan untuk mengukir adalah paku dan pisau secara manual dan teliti.

17

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

Gambar 2.2.7 Proses Pengukiran 2.2.8 Proses Pemolesan Setelah dibentuk ukiran, kerajinan akan dipoles menggunakan batu ijo. Tujuannya adalah agar kerajinan kuningan mengkilap seperti mutiara. Pada proses ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama, asalkan kuningan sudah mengkilap proses sudah selesai.

Gambar 2.2.8 Proses Pemolesan

18

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010 2.2.9 Proses Pengecatan

Adi Pratama Putra

Untuk proses pengecatan disesuaikan dengan motif / ukiran yang sudah dibentuk. Pengecatan biasanya dilakukan dengan kuas / menggunakan compressor. Proses ini butuh ketelitian yang tinggi dan kesabaran. Selain itu sangat dibutuhkan imajinasi yang tinggi agar hasil bagus untuk dilihat. 2.2.10 Proses Anti Gores ( Finishing ) Proses finishing / proses anti gores adalah proses yang terakhir dikerajinan kuningan. Tujuan dari proses ini adalah agar kwalitas kerajinan tetap terjaga dan tahan lama. Setelah proses ini selesai, kerajinan kuningan siap dijual / dipasarkan. Untuk pemasaran yang dilakukan Bapak Amir dilakukan dengan membuka toko yang bernama UD. Rizky, berikut adalah hasil dari kerajinan kuningan UD.Rizky yang dikelola oleh Bapak Amir : 2.2.10 Gambar Hasil Kerajinan Kuningan di UD.Rizky

19

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010

Adi Pratama Putra

20

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan

Adi Pratama Putra

Dalam pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kerajinan kuningan yang berada di tapen kabupaten Bondowoso menjadi asset bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, karena nilai jual yang tinggi dan banyak kunjungan dari pejabat Negara atau wisatawan asing. Dalam proses pengecoran kuningan, perlu diperhatikan beberapa hal seperti peleburan, pelapisan, pengukiran, pemolesan, pengecatan, serta finishing agar hasil yang akan didapatkan maksimal. 3.2 Saran Dilihat dari aspek pemasaran, home industri kerajinan kuningan di tapen kabupaten Bondowoso masih banyak yang mengandalkan pemasaran secara tidak langsung seperti kontak dagang dan pemasaran secara langsung seperti toko souvenir dan pedagang kerajinan. Penulis hanya menyarankan agar pemasaran perlu ditingkatkan seperti contohnya pemasaran mengunakan media internet, majalah atau yang lain.

21

Kerajinan Kuningan Di Tapen Bondowoso Universitas Muhammadiah Jember 2010 DAFTAR PUSTAKA

Adi Pratama Putra

Sourve langsung di tempat kerajinan kuningan di Tapen Kabupaten Bondowoso UD. Rizky. Sekolah menengah kejuruan, pengetahuan bahan dan alat teknik pengecoran logam kuningan http://pengecoran-kuningan.blogspot.com/

22