keragaman fitoplankton sebagai indikator...

12
KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN MUARA SUNGAI JANG KOTA TANJUNGPINANG Invai Rikardo, Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Winny Retna Melani, SP., M.Sc. Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Tri Apriadi, S.Pi., M.Si. Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat jenis-jenis, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi serta koefisien saprobitas fitoplankton yang ada di perairan Sei Jang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - September 2016 di sepanjang perairan Muara Sungai Jang, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sebanyak 31 titik sampling ditentukan secara acak (random sampling). Jenis fitoplankton yang diperoleh dari hasil penelitian di perairan Sungai Jang terdiri dari 7 kelas dan 19 spesies fitoplankton. Komposi spesies terbanyak terjadi pada kelompok fitoplankton kelas Bacillariophyceae sedangkan terkecil masing-masing terjadi pada kelas Dinophyceae dan Oligotrichea. Rata-rata kelimpahan fitoplankton sebanyak 1121 sel/L. Kondisi kelimpahan di perairan Sungai Jang termasuk kedalam kelimpahan yang sedang. Melihat dari hasil penilaian indeks ekologi (keanekaragaman, keseragaman, serta dominansi) mencirikan adanya gangguan terhadap kondisi perairan sekitar Sungai Jang, yang mencirikan adanya perubahan kondisi lingkungan. Nilai indeks saprobitas yang diperoleh dari hasil analisis komunitas fitoplankton terklasifikasikan terjadi pencemaran bahan organik cukup berat/Mesosaprobik. Kata Kunci : Bioindikator, Fitoplankton, Saprobik, Sei Jang

Upload: vanthuan

Post on 08-Feb-2018

272 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN

MUARA SUNGAI JANG KOTA TANJUNGPINANG

Invai Rikardo,

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Winny Retna Melani, SP., M.Sc.

Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.

Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat jenis-jenis, kelimpahan, keanekaragaman,

keseragaman, dan dominansi serta koefisien saprobitas fitoplankton yang ada di perairan Sei Jang.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli - September 2016 di sepanjang perairan Muara Sungai

Jang, Kelurahan Tanjung Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota Tanjungpinang. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sebanyak 31 titik sampling ditentukan secara

acak (random sampling). Jenis fitoplankton yang diperoleh dari hasil penelitian di perairan Sungai

Jang terdiri dari 7 kelas dan 19 spesies fitoplankton. Komposi spesies terbanyak terjadi pada

kelompok fitoplankton kelas Bacillariophyceae sedangkan terkecil masing-masing terjadi pada

kelas Dinophyceae dan Oligotrichea. Rata-rata kelimpahan fitoplankton sebanyak 1121 sel/L.

Kondisi kelimpahan di perairan Sungai Jang termasuk kedalam kelimpahan yang sedang. Melihat

dari hasil penilaian indeks ekologi (keanekaragaman, keseragaman, serta dominansi) mencirikan

adanya gangguan terhadap kondisi perairan sekitar Sungai Jang, yang mencirikan adanya

perubahan kondisi lingkungan. Nilai indeks saprobitas yang diperoleh dari hasil analisis komunitas

fitoplankton terklasifikasikan terjadi pencemaran bahan organik cukup berat/Mesosaprobik.

Kata Kunci : Bioindikator, Fitoplankton, Saprobik, Sei Jang

Page 2: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

The Phytoplankton Diversity as Water Quality Indicator in Sungai Jang Estuary

Tanjungpinang City

Invai Rikardo,

Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Winny Retna Melani, SP., M.Sc.

Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Tri Apriadi, S.Pi., M.Si.

Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

ABSTRACT

The objective of this study were detemine diversity, abundance, uniformity, dominance,

and saprobic coefficient of phytoplankton in the Sungai Jang estuary, Tanjungpinang. The research

was conducted on July to September 2016 along the Sungai Jang estuary at Tanjung Ayun Sakti,

Bukit Bestari Sub district, Tanjungpinang. This study was used survey method. There were 31

sampling stations by random sampling. The result of this study were found that phytoplankton in

the Sungai Jang estuary consisted of 7 classes and 19 species. The higest phytoplankton abundance

was Bacillariophyceae, while Dinophyceae and Oligotrichea were less. The averages of

abundance phytoplankton were 1121 cells/L (moderate category). The result of ecological index

(Shanon Wiener, Eveness, and dominance index) showed that the Sungai Jang Estuary were

disturbed by of environment changing. Saprobic index showed that Sungai Jang Estuary quite

contaminated of organic matters (Mesosaprobic).

Keywords: Bio-indicator, Phytoplankton, Saprobic, Sei Jang

Page 3: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan muara sungai merupakan

aliran kanal alami yang menghubungkan

aliran air permukaan menuju ke laut.

Aktivitas-aktivitas yang ada sekitar muara

sungai meliputi aktivitas permukiman,

penimbunan, (reklamasi) serta aktivitas jalur

bongkar muat kapal bermotor. Kegiatan-

kegiatan tersebut dapat mempengaruhi

kondisi perairan muara sungai, termasuk

kelimpahan organisme. Untuk melihat

kondisi perairan dapat dilakukan dengan

pendekatan biologis,melalui keberadaan

serta kelimpahan fitoplankton.

Menurut Nontji (2007),

fitoplankton merupakan plankton nabati

yang tumbuh mengapung dan melayang

dalam laut. Ukurannya sangat kecil dan

mikroskopis, paling umum berukuran 2 –

200 µm bersel tunggal dan ada juga yang

berbentuk rantai. Fitoplankton memiliki

fungsi penting karena bersifat autrotrofik

yakni dapat menghasilkan makanan sendiri

berupa bahan organik dan mengandung

klorofil dan memiliki kemampuan

berfotosintesis yakni menyadap energi surya

untuk mengubah bahan anorganik menjadi

bahan organik. Karena kemampuan

mengubah bahan anorganik menjadi bahan

organik inilah fitoplankton disebut dengan

produsen primer.

Dalam proses fotosintesisnya,

fitoplankton memanfaatkan dan mengubah

unsur-unsur anorganik menjadi bahan

organik dengan bantuan cahaya matahari.

Kemampuan dalam menyerap cahaya

matahari oleh seluruh permukaan sel

menjadikan peranannya sebagai indikator

suatu perairan. Perairan yang tercemar

menyebabkan perubahan struktur komunitas

plankton terutama pada keanekaragaman

jenis (spesies diversity). Fitoplankton dapat

digunakan sebagai indikator kualitas

perairan, dimana perairan eutrof ditandai

dengan adanya blooming spesies tertentu

dari fitoplankton (Nontji, 2007).

Penilaian kualitas air dengan

pendekatan biologi, khususnya organisme

fitoplankton sebagai organisme yang

memegang peranan utama sebagai aliran

energi pertama (primary produsen) akhir –

akhir ini mulai mendapatkan perhatian yang

besar. Pendekatan aspek biologi sangat

bermanfaat, karena organisme tersebut

mampu merefleksikan adanya perubahan

yang disebabkan oleh penurunan kualitas

suatu perairan. Kondisi suatu perairan, baik

fisika, kimia maupun biotik sangat

mempengaruhi keberadaan, kelimpahan dan

keanekaragaman jenis fitoplankton dalam

suatu badan air, kondisi ini juga terjadi di

perairan muara Sungai Jang.

Perairan muara Sungai Jang

merupakan salah satu kawasan di

Tanjungpinang yang banyak terdapat

pemukiman penduduk, jalur nelayan yang

menggunakan perahu bermotor yang akan

menangkap ikan, sebagai pelabuhan kapal-

kapal pengangkut barang, dan juga jalur

transportasi yang melintas untuk perbaikan

kapal. Aktivitas-aktivitas di perairan tersebut

dapat menyebabkan terjadinya perubahan

kualitas perairan dengan memberikan

dampak terhadap perubahan struktur

komunitas fitoplankton di perairan ini.

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian

dengan judul Keragaman Fitoplankton

sebagai Indikator Kualitas Perairan di

Perairan muara Sungai Jang Kota

Tanjungpinang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Fitoplankton

1. Definisi Fitoplankton

Fitoplankton merupakan nama

umum untuk plankton tumbuhan atau

plankton nabati yang terdiri dari beberapa

kelas. Beberapa kelas dari fitoplankton yang

sering di jumpai dalam lingkungan perairan

adalah dari kelas diatom (kelas

bacillariophyceae), dinoflagellata (kelas

dinophyceae), dan ganggang hijau (kelas

chlorophyceae). Keberadaan fitoplankton

dalam perairan yang melimpah dapat

menyebabkan terjadinya blooming algae

atau bisa disebut red tide (pasang merah)

yang dapat menyebabkan invertebrata, ikan,

dan organisme air lainnya mati secara

massal.

2. Ciri-ciri Fitoplankton

Fitoplankton memiliki klorofil

untuk dapat berfotosintesis, menghasilkan

senyawa organik seperti karbohidrat dan

oksigen. Plankton dapat dikelompokkan

Page 4: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

menjadi lima golongan berdasarkan

ukurannya, yaitu megaplankton (>2 mm),

makroplankton (0,2-2 mm), mikroplankton

(20 µm – 0,2 mm), nanoplankton (2-20 µm),

dan ultraplankton (<2 µm). Sedangkan

berdasarkan daur hidupnya dibagi menjadi

dua, yaitu holoplankton (seluruh daur

hidupnya bersifat planktonik) dan

meroplankton (sebagian dari daur hidupnya

bersifat planktonik) (Nybakken, 1992).

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan

Juli - September 2016 di sepanjang perairan

Muara Sungai Jang, Kelurahan Tanjung

Ayun Sakti, Kecamatan Bukit Bestari, Kota

Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau.

Analisis sampel fitoplankton dilakukan di

Laboratorium Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali

Haji. Analisis data kualitas air dilakukan di

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BTKL PP) kelas 1 Batam.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

adalah metode survei, artinya penelitian

yang dilakukan secara langsung terhadap

objek tanpa memberikan perlakuan khusus

terhadap objek yang diteliti. Tahapan pada

penelitian ini meliputi pengumpulan data,

penentuan titik sampling, pengambilan

sampel fitoplankton, pengukuran, dan

analisis data.

1. Penentuan titik sampling

Penentuan titik sampling dalam

pengambilan sampel dilakukan setelah

peninjauan langsung ke lokasi penelitian

(survei awal). Dari hasil survei awal pada

lokasi penelitian yang dilakukan di perairan

muara sungai Jang, maka ditetapkan bahwa

pengambilan sampel dilakukan secara acak

(random sampling) yaitu pengambilan

sampel acak sederhana yang digunakan

untuk memilih sampel dari populasi dengan

acak sedemikian rupa sehingga setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang

sama besar untuk diambil sebagai sampel

(Fachrul, 2007). Penentuaan titik sampling

untuk penelitian ini menggunakan aplikasi

sampling planner, sehingga di dapat 31 titik

pengambilan sampling. Peta titik sampling

dapat dilihat pada Gambar 2, titik koordinat

pengambilan sampel dapat dilihat pada

gambar

Gambar. Peta Lokasi Penelitian

2. Pengambilan Sampel

Fitoplankton

Pengambilan sampel air dilakukan

pada daerah atau bagian permukaan dengan

kedalaman kecerahan Secchi disk.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

menyaring air volume 100 liter

menggunakan wadah berukuran 10 L yang

dilakukan sebanyak 10 kali. Sampel air

untuk pengamatan fitoplankton diambil dari

masing-masing stasiun yang disaring dengan

menggunakan plankton net. Kemudian air

yang tersaring langsung dimasukkan ke

dalam botol sampel yang sudah diberi

penandaan, dan diawetkan dengan larutan

lugol 4%. Pengawetan ini dimaksudkan

untuk tetap menjaga keutuhan dan bentuk

fitoplankton agar mudah diidentifikasi

(Nontji, 2008).

3. Identifikasi Fitoplankton

Sampel fitoplankton yang telah

diawetkan kemudian diamati di laboratorium

Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH.

Pengamatan fitoplankton dilakukan dengan

menggunakan mikroskop Nikon Binokuler

dan mikroskop Optima Binokuler dengan

pembesaran 40 - 400 kali. Fitoplankton yang

akan diamati di bawah mikroskop,

menggunakan gelas objek (object glass)

yang kemudian ditutup dengan gelas

penutup (cover slip) yang tipis (Nontji,

2008). Objek diamati menggunkan metode

Page 5: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

sensus dan di identifikasi dan mencocokkan

dengan buku identifikasi ”Marine and Fresh

plankton” (Davis, 1971). Untuk

mempermudah identifikasi, jenis

fitoplankton yang diamati dan difoto dengan

menggunakan kamera digital.

C. Analisis Data

Dari data yang diperoleh kemudian

dilakukan analisis untuk mengukur

kelimpahan fitoplankton, indeks

keanekaragaman, indeks keseragaman

fitoplankton dan indeks dominansi

fitoplankton dengan persamaan sebagai

berikut:

1. Kelimpahan Fitoplankton Fachrul (2007) penentuan

kelimpahan fitoplankton dilakukan

berdasarkan metode sensus di atas gelas

objek. Kelimpahan fitoplankton dinyatakan

secara kuantitatif dalam jumlah sel/liter.

Kelimpahan plakton dihitung berdasarkan

rumus (Fachrul, 2007):

N = n x Vr x 1

Vo Vs

Keterangan :

N = Jumlah individu per liter

n = Jumlah sel yang diamati

Vr = Volume air yang tersaring (mL)

Vo = volume air yang diamati (mL)

Vs = Volume air yang disaring (L)

2. Indeks keanekaragaman (H’)

Untuk mengetahui keanekaragaman

fitoplankton, maka digunakan indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener (Odum,

1993 dalam Fachrul, 2007) sebagai

pentunjuk pengolahan data sebagai berikut.

Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman

ni = Jumlah individu/spesies

N = Jumlah individu keseluruhan

Kisaran nilai indeks keanekaragaman dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

H’ <2,306= Keanekaragaman rendah

2,3026 < H’ < 6,9076 = Keanekaragaman

sedang

H’ >6,9076= Keanekaragaman tinggi

3. Indeks Keseragaman

Untuk menghitung keseragaman,

maka digunakan indeks keseragaman

(Odum, 1993 dalam Fachrul, 2007) untuk

menunjukan sebaran fitoplankton dalam

suatu komunitas. Indeks keseragaman dapat

dihitung dengan persamaan indeks Eveness

sebagai berikut :

Keterangan :

E = Indeks keseragaman

S = Jumlah genus yang ditemukan

Hmax = Ln S (indeks Keanekaragaman

maksimum)

H’ = Indeks keseragaman Shannon-Wiener

Nilai indeks keseragaman berkisar

antara 0-1, semakin kecil nilai E

menunjukan semakin kecil pula

keseragaman populasi fitoplankton, artinya

penyebaran jumlah individu tiap genus tidak

sama dan ada kecenderungan bahwa suatu

genus mendominasi populasi tersebut.

Sebaliknya semakin besar nilai E, maka

populasi menunjukan keseragaman, yaitu

bahwa jumlah individu setiap genus dapat

dikatakan sama atau tidak ada berbeda.

4. Indeks Dominasi (C)

Indeks Dominansi dihitung dengan

menggunakan rumus indeks dominanasi dari

Simpson (Odum, 1993 dalam Fachrul, 2007)

sebagai berikut :

Keterangan:

C = Indeks dominansi Simpson

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Nilai C berkisar antara 0 – 1,

apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir

tidak ada individu yang mendominansi dan

biasanya diikuti dengan nilai E yang besar

(mendekati 1), sedangkan apabila nilai C

mendekati 1 berarti terjadi dominansi jenis

tertentu dan dicirikan dengan E lebih kecil

atau mendekati 0.

5. Indeks Saprobitas

Sistem saprobik ini hanya untuk

melihat kelompok organisme yang dominan

saja dan banyak digunakan untuk

Page 6: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

menentukan tingkat pencemaran dengan

persamaan (Maresi et al., 2015):

Dimana:

X = Koefisien saprobik (-3 sampai dengan 3)

A = Jumlah genus/spesies organisme –

Polysaprobik (Cyanophyta)

B = Jumlah genus/spesies organisme –

Mesosaprobik (Dinophyta)

C = Jumlah genus/spesies organisme –

Mesosaprobik (Chlorophyta)

D = Jumlah genus/spesies organisme –

Oligosaprobik (Chrysophyta)

Tabel 3. Hubungan Antara Koefisien

Saprobik dengan Tingkat Pencemaran

Perairan (Sagala, 2012) Bahan

pencemar

Tingkat

Pencemar Fase Saprobik

Koefisien

Saprobik

Bahan

Organik

Sangat

Berat

Polisaprobik Poli/α-

mesosaprobik

(-3) - (-2) (-2) – (-1,5)

Cukup

Berat

α-

meso/Polisaprobik α-mesosaprobik

(-1,5) – (-1)

(-1) – (-0,5)

Bahan Organik

dan

Anorganik

Sedang α/ß-mesosaprobik ß/α-mesosaprobik

(-0,5) – (0) (0) – (-0,5)

Ringan

ß-mesosaprobik

ß-meso/Oligosaprobik

(0,5) – (1,0)

(1,0) – (0,5)

Bahan

Organik dan

Anorganik

Sangat Ringan

Oligo/ ß-mesosaprobik

Oligosaprobik

(1,5) – (2) (2) – (3)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton di

Perairan Sungai Jang

Jenis fitoplankton yang dijumpai

pada perairan Sungai Jang terdiri dari 7

kelas dan 19 spesies fitoplankton.

Berdasarkan hasil pengamatan jenis dan

jumlah Fitoplankton di perairan Sungai Jang

secara lengkap dapat dilihat pada Tabel.

Tabel . Klasifikasi Jenis Fitoplankton di

Perairan Sungai Jang

Kelas Spesies

Kelimpahan

Rata-rata

(sel/L)

Bacillariophyceae

Asterionella sp. 10 Chaetoceros decipiens 6

Fragillaria crotonensis 637

Navicula sp. 23

Pleurosigma sp. 4

Tabellaria sp. 8 Thalassiothrix sp. 2

Dinoflagellata Ceratium tripos 23

Coscinodiscophyceae

Corethron hystrix 6 Ditylum sp. 4

Melosira sp. 25 Rhizosolenia sp. 2

Trebouxiophyceae

Eremosphaera viridis 21

Pachycladon umbrinus 8 Oligotrichea Helicostomella sp. 6

Cyanophyceae

Nodularia hawaiiensis 267

Oscillatoria limosa 10 Chlorophyceae

Tetraedron tumidulum 8

Tetrastrum heteracanthum 52

Sumber : Data Primer 2016

Dari Tabel 4 diperoleh informasi

bahwa teridentifikasi sebanyak 7 kelas

diantaranya Bacillariophyceae yang

dijumpai sebanyak 7 spesies, pada kelas

Dinoflagellata dijumpai sebanyak 1 spesies,

pada kelas Coscinodiscophyceae 4 spesies,

pada kelas Trebouxiophyceae dijumpai

sebanyak 2 spesies, pada kelas Oligotrichea

ditemukan sebanyak 1 spesies, pada kelas

fitoplankton Cyanophyceae dijumpai

sebanyak 2 spesies, dan pada kelas

Chlorophyceae dijumpai sebanyak 2 spesies.

Jumlah spesies terbanyak terjadi pada

kelompok fitoplankton kelas

Bacillariophyceae. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram komposisi seperti

Gambar.

Gambar . Komposisi Kelas Fitoplankton di

Sungai Jang

Sumber : Data Primer 2016

Page 7: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

Gambar menjelaskan bahwa

komposisi dari masing-masing kelas

berbeda-beda, mulai dari yang terbanyak

hingga yang paling kecil nilai komposisinya.

Dari hasil analisis diketahui bahwa kelas

Bacillariophyceae yang dijumpai dengan

komposisi jenis 36,8%, pada kelas

Dinoflagellata dengan komposisi jenis 5,3%,

pada kelas Coscinodiscophyceae dengan

komposisi jenis 21,1%, pada kelas

Trebouxiophyceae dengan komposisi jenis

10,5%, pada kelas Oligotrichea dengan

komposisi jenis 5,3%, pada kelas

fitoplankton Cyanophyceae dengan

komposisi jenis 10,5%, dan pada kelas

Chlorophyceae dengan komposisi jenis

10,5%. Komposisi spesies terbanyak terjadi

pada kelompok fitoplankton kelas

Bacillariophyceae sedangkan terkecil

masing-masing terjadi pada kelas

Dinoflagellata dan Oligotrichea.

Kelas fitoplankton

Bacillariophyceae merupakan kelas dengan

komposisi tertingi, menandakan kelas ini

mampu mempertahankan hidupnya dan

mengembangbiakkan dirinya menjadi

berlimpah meskipun terjadi perubahan

faktor lingkungan. Belum lagi pada lokasi

penelitian adalah area dengan pengaruh

aktivitas pesisir yang tinggi, umumnya

permukiman serta industri mengakibatkan

tekanan ekologi justru meningkat, namun

kelas Bacillariophyceae masih tetap

bertahan dengan komposisi terbanyak. Hal

ini memperkuat bahwa pada kelas ini

memiliki sistem adaptasi yang cukup baik.

Sesuai dengan pernyataan Arinardi et.al.

(1997) dalam Wulandari (2009), kelas

Bacillariophyceae lebih mampu beradaptasi

dengan kondisi lingkungan yang ada, kelas

ini bersifat kosmopolitan serta mempunyai

toleransi dan daya adaptasi yang tinggi.

Hasil kajian oleh Handayani dan

Tobing (2008) di perairan pantai sekitar

Merak Banten dan di pantai Penen Lampung

juga memberikan informasi bahwa

kelimpahan populasi terlihat bahwa pada

perairan lebih banyak ditemukan dari

golongan Bacillariophyceae menyebutkan

bahwa fitoplankton pada kelas ini memiliki

sistem adaptasi yang baik terhadap

perubahan faktor lingkungan. Nontji (2008)

menjelaskan bahwa diatom

(Bacillariophyceae) merupakan jenis dari

golongan fitoplankton yang paling umum

dijumpai di laut. Hal ini sesuai hasil yang

didapat diperairan Sungai Jang pada waktu

siang hari kelimpahan yang paling banyak

adalah kelas Bacillariophyceae. Kemudian

Sachlan (1980) dalam Nontji (2008)

menyebutkan bahwa kelas Bacillariophyceae

memiliki penyebaran yang luas dan bersifat

kosmopolit yang memiliki perkembangan

yang cepat.

B. Kelimpahan Jenis Fitoplankton

di Perairan Sungai Jang

Hasil analisis kelimpahan

fitoplankton di perairan Sungai Jang dapat

dilihat pada Gambar.

Gambar . Jumlah Kelimpahan Fitoplankton

di Perairan Sungai Jang

Sumber : Data Primer 2016

Dari hasil analsis diketahui bahwa

kelimpahan jenis fitoplankton pada setiap

titik sampling total keseluruhan sebanyak

34.740 sel/L, dengan rata-rata kelimpahan

fitoplankton sebanyak 1.121 sel/L.

Kelimpahan tertinggi diperoleh pada titik

sampling 2 dengan nilai kelimpahan 3.420

sel/L, sedangkan terendah pada titik

sampling 29 dengan nilai kelimpahan

sebesar 60 sel/L. Menurut Soegianto (1994)

dalam Madinawati (2010), membagi

beberapa kelas kelimpahan dengan rincian

bahwa kelimpahan dengan nilai < 1.000

ind/L termasuk rendah, kelimpahan antara

1.000 – 40.000 ind/L tergolong sedang, dan

kelimpahan > 40.000 ind/L tergolong tinggi.

Namun jika dilihat dari rata-rata

kondisi kelimpahan di perairan Sungai Jang

termasuk kedalam kelimpahan yang sedang.

Kelimpahan yang tidak terlalu tinggi

disebabkan oleh beberapa faktor alami

berupa penyebaran jenis serta kondisi cuaca,

diketahui pada saat pengambilan sampling,

kondisi cuaca yang awalnya cerah pada saat

Page 8: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

pagi hari berubah menjadi mendung

berawan pada saat siang hari, meskipun

tidak terjadi hujan, namun cukup

mengurangi intensitas cahaya matahari yang

masuk keperairan sehingga menyebabkan

terjadinya pengurangan/optimalisasi

fotosintesis oleh kelompok organisme

fitoplankton, sehingga kelimpahannya

menurun.

Untuk melihat peranan masing-

masing jenis dari nilai kelimpahan, maka

dianalisis rata-rata jumlah individu

fitoplankton dalam satuan liter air yang

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata Kelimpahan

fitoplankton di perairan Sungai Jang

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan hasil analisis rata-rata

kelimpahan fitoplankton diketahui bahwa

jenis Chaetoceros decipiens memiliki

kelimpahan tertinggi sebesar 637 sel/L,

sedangkan terkecil adalah Fragillaria

crotonensis dan oscillatoria limosa dengan

masing rata-rata sebesar 2 sel/L. Diketahui

bahwa jenis Chaetoceros decipiens adalah

kelompok fitoplankton dari kelompok kelas

Bacillariophyceae.

C. Indeks Ekologi

Nilai indeks keanekaragaman,

keseragaman, dominansi fitoplankton di

perairan Sungai Jang pada disajikan pada

Tabel .

Tabel. Indeks Ekologi Fitoplankton Pada

Setiap Titik Sampling

Indeks Kisaran

Rata-

rata Kondisi

Keanekaragaman 0,0 - 1,57 0,55 Rendah

Keseragaman 0,0 - 1,0 0,51 Sedang

Dominasi 0,0 - 1,0 0,69 Tinggi

Sumber : data hasil penelitian (2016)

Nilai keanekaragaman tertinggi

terdapat pada titik 2, 6, dan 20 dengan nilai

keanekaragaman sebesar 1,57 dan terendah

pada titik 4, 13, 19, 22, 28, dan 29 dengan

nilai keanekaragaman sama dengan nol (0).

Nilai keseragaman tertinggi terjadi pada titik

24 dan titik 26 dengan nilai 1,00 dan

terendah juga terjadi pada titik 4, 13, 19, 22,

28, dan 29 dengan nilai keseragaman sama

dengan nol (0) namun pada titik tersebut,

nilai dominansinya sempurna/tinggi dengan

nilai keseragaman 1,00. Sedangkan nilai

dominansi terendah pada titik 2 yang

diketahui memiliki keanekaragaman

tertinggi.

Indeks keanekaragaman

fitoplankton di perairan Sungai Jang dalam

kategori rendah dengan nilai 0,55 artinya

jenis-jenis yang dijumpai tidak terlalu

banyak hanya 19 jenis sehingga

keanekaragamannya tergolong rendah.

Indeks keseragaman tergolong sedang yakni

sebesar 0,51 yang berarti menunjukkan

kemerataan spesies kurang seragam. Nilai

indeks dominasi sebesar 0,69 menunjukkan

nilai dominasi tinggi artinya ada dominan

jenis/spesies yang ditemukan diperairan

Sungai Jang.

Nilai keanekaragaman fitoplankton

tergolong rendah menunjukkan bahwa

kondisi fitoplankton dalam keadaan tertekan

karena jumlah jenis yang ditemukan

cenderung kecil atau sedikit sehingga

mencirikan adanya gangguan ekosistem dan

habitatnya. Kesearagaman yang tidak

mengarah ke kategori tinggi juga

menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton

dalam kurang stabil, karena jumlah dan

keseragaman berbeda jauh atau ada yang

dan mendominansi. Hal ini dibuktikan

dengan nilai indeks dominansi yang

cenderung tinggi yang mengindikasikan

bahwa jenis fitopalnkton ada yang

mendominansi dari keseluruhan jenis-jenis

fitoplankton yang ditemukan.

Melihat dari hasil penilaian indeks

ekologi mencirikan adanya gangguan

terhadap kondisi perairan sekitar Sungai

Jang, diperjelas lagi dengan hasil penilian

tingkat kelimpahan jenisnya yang juga

cenderung kurang tinggi (kelimpahan

sedang) yang mencirikan adanya perubahan

kondisi lingkungan.

Page 9: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

D. Indeks Saprobitas

Hasil analsisi indeks saprobitas

untuk melihat pencemaran perairan Sungai

Jang berdasarkan komunitas fitoplankton

dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel. Indeks Saprobitas Fitoplankton

Kode Kelas Jumlah Jenis

A Cyanophyta 2

B Dinophyta, Bacillariophyceae 8

C Chlorophyceae 2

D Chrysophyta 0

Nilai Saprobitas -1 (Pencemaran Bahan Organik

Cukup Berat/Mesosaprobik)

Sumber : Data Primer 2016

Nilai indeks saprobitas yang

diperoleh dari hasil analisis terkait

komunitas fitoplankton terklasifikasikan

terjadi pencemaran bahan organik cukup

berat/Mesosaprobik dengan nilai saprobik =

-1. Hasil ini berhubungan dengan nilai

kelimpahan yang tidak tergolong kedalam

kelimpahan yang tinggi. Jika dilihat dari

data indeks keanekaragaman, keseragaman,

dan dominasi yang mengarah kepada

kerusakan habitat dan ekologi perairan

Sungai Jang bagi kehidupan fitoplankton

karena keanekaragamannya rendah dan ada

kecenderungan dominasi suatu spesies.

Pencemaran bahan organik yang

terjadi sebagai imbas dari adanya aktivitas

daratan berupa permukiman penduduk baik

pada area muara sungai Jang maupun pada

bagian badan sungainya yang juga telah

berkembang menjadi area permukiman. Dari

aktivitas tersebut, tentunya akan

menghasilkan limbah organik berupa

kotoran tinja, sisa makanan, serta bahan

organik lain yang mengakibatkan terjadinya

penurunan kualitas perairan.

Pencemaran bahan organik yang

terjadi erat kaitannya dengan kandungan

nitrat dan fosfat di perairan Sei Jang yang

diketahui di atas ambang baku mutu yang

ditentukan. Berdasarkan data yang diperoleh

bahwa kandungan nitrat dan fosfat

mengindikasikan terjadinya pengayaan

bahan organik yang terlalu tinggi dan

berlebihan sehingga terjadi indikasi

pencemaran organik yang berat

(mesosaprobik). Dapat dilihat pula pada

nilai indeks keanekaragaman yang rendah

dan dominansi yang cenderung tinggi

mengindikasikan terjadinya pertumbuhan

suatu spesies yang melebihi dibandingkan

dengan yang lainnya yakni pada jenis

Fragillaria crotonensis dikhawatirkan akan

menjadi pertumbuhan yang tak terkontrol

(algae blooming).

E. Kualitas Perairan

Nilai parameter fisika-kimia

perairan Sungai Jang pada titik sampling

fitoplankton dapat dilihat dalam Tabel.

Tabel. Parameter Fisika-Kimia Perairan

Sungai Jang

Kualitas Perairan

Parameter

Rata-rata

Hasil

Pengukuran

Kisaran

Pengukuran

1. Suhu (oC) 30,4 29,2 – 30,7

2. Kecepatan Arus (m/detik) 0,29 0,09 – 0,37

3. Salinitas (oo/o) 31 29 – 32

4. Kecerahan (m) 1,21 1,02 – 1,57

1. DO (mg/L) 5,7 4,7 – 6,3

2. Ph 7,7 7,2 – 8,6

3. Nitrat (mg/L) 5,1 3,7 – 6,5

4. Fosfat (mg/L) 0,22 0,00 – 0,30

Sumber : Data Primer 2016

Suhu perairan Sungai Jang rata-rata

sebesar 30,40C, menandakan nilai suhu

masih layak bagi kehidupan fitoplankton.

Jika dilihat dari Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 51 (2004), kondisi

suhu yang mendukung bagi kehidupan

organisme fitoplankton adalah 28 - 320C.

Suhu optimum untuk pertumbuhan plankton

berkisar antar 25 0C sampai 32 0C (Wyrtki,

1961 dalam Asih, 2014). Dengan demikian,

kondisi suhu perairan masih layak untuk

kehidupan fitoplankton karena masih dalam

batas optimal yang ditentukan. Kondisi suhu

yang stabil diakibatkan oleh stabilnya cuaca

pada saat penelitian sehingga kondisi suhu

tidak terlampau tinggi dan rendah. Jika

dilihat dari nilai salinitas, kondisi salinitas

juga sesuai akibat dari suhu yang tidak

terlalu tinggi pula. Umumnya salinitas

berkorelasi dengan suhu, semakin tinggi

suhu perairan maka akan terjadi penguapan

sehingga salinitas juga meningkat.

Salinitas pada perairan Sungai Jang

rata-rata sebesar 31 0/00, menandakan nilai

salinitas juga masih layak bagi kehidupan

fitoplankton. Jika dilihat dari hasil

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.

51 (2004) kondisi salinitas yang mendukung

bagi kehidupan organisme akuatik perairan

adalah 33 - 340/00. Nontji (2008) menyatakan

bahwa salinitas di perairan berkisar antara

Page 10: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

24- 35 0/00. Sebaran salinitas di laut

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah

hujan, dan aliran sungai. Secara keseluruhan

salinitas yang ada diperairan Sungai Jang

masih tergolong layak. Salinitas pada lokasi

penelitian termasuk kedalam nilai salinitas

perairan laut. Menurut Effendi (2003)

bahwa perairan laut berkisar antara 30

hingga 40 0/00. Stabilnya nilai salinitas

karena lokasi penelitian agak begitu jauh

dengan sungai besar sehingga tidak ada

pencampuran air tawar secara langsung

sehingga salinitasnya lebih tinggi.

Kecepatan arus pada perairan

Sungai Jang rata-rata sebesar 0,29 m/dtk,

menandakan nilai arus masih layak bagi

kehidupan fitoplankton dibuktikan dengan

nilai keanekaragaman dan keseragaman

jenis fitoplanktonnya masih dalam keadaan

baik. Arus dari 0,1 m/dtk termasuk

kecepatan arus yang sangat lemah,

sedangkan kecepatan arus sebesar 0,1-1

m/dtk tergolong kecepatan arus yang

sedang, kecepatan arus > 1 m/dtk tergolong

kecepatan arus yang kuat. (Wijayanti, 2007

dalam Juliardi ,2015). Dengan demikian

kondisi arus diperairan Sungai Jang

tergolong kecepatan arus sedang.

Nilai kecerahan perairan Sungai

Jang rata-rata berada pada kisaran 1,02 –

1,57 meter dengan rata-rata sebesar 1,12

meter. Bila mengacu pada baku mutu

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.

51 (2004), kondisi kecerahan perairan yang

mendukung bagi kehidupan organisme

akuatik perairan adalah >3 meter. Dengan

demikian nilai kecerahan dibawah ambang

baku mutu, mengindikasikan bahwa perairan

Sungai Jang tergolong keruh. Kekeruhan

yang tinggi akan mengakibatkan

terganggunya kecerahan perairan dan

intensitas cahaya matahari yang masuk dan

akan berpengaruh terhadap intensitas

fotosintesis yang dilakukan oleh

fitoplankton. Dengan demikian akan

mengganggu pertumbuhan fitoplankton.

Nilai pengukuran pH perairan

Sungai Jang rata-rata sebesar 7.7,

menandakan nilai keasaman perairan juga

masih layak bagi kehidupan fitoplankton.

Jika dilihat dari hasil Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 51 (2004) kondisi

keasaman perairan yang mendukung bagi

kehidupan organisme akuatik perairan

adalah antara 7 – 8,5. Menurut Swingle

(1996) dalam Handayani (2009) menyatakan

bahwa kisaran normal pH plankton adalah

6,5-8,5. Berdasarkan hasil pengukuran nilai

pH di perairan Sungai Jang mengindikasikan

nilai pH dalam keadaan normal. Nilai

pengukuran pH yang didapatkan Perairan

Sungai Jang masih dalam keadaan baik

sehingga hal ini mendukung kehidupan

fitoplankton dengan baik. Kondisi keasaman

dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter

lainnya, seperti aktivitas

nitrifikasi/penguraian organik oleh bakteri,

penguraian tidak akan terjadi pada saat pH

dalam kondisi rendah, bila kondisi pH stabil

baru akan terjadi penguraian.

Berdasarkan hasil pengukuran

oksigen terlarut DO, nilai DO perairan

Sungai Jang rata-rata sebesar 5,7 mg/L,

menandakan nilai DO juga masih layak bagi

kehidupan fitoplankton. Jika dilihat dari

hasil Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 51 (2004) nilai DO yang mendukung

bagi kehidupan organisme akuatik perairan

adalah >5mg/L. Menurut Handayani (2009),

DO terendah umumnya terjadi pada saat

pasang maksimum (malam hari) dimana

proses biota perairan membutuhkan oksigen

lebih sehingga DO dalam perairan pada saat

pasang maksimum relatif rendah, sedangkan

DO tertinggi umumnya terjadi pada saat

surut maksimum dan pasang minimum

(siang hari) saat proses fotosintesis sedang

berlangsung. Kandungan oksigen terlarut

selama penelitian pada siang dan malam

masih mendukung kehidupan plankton.

Menurut Wijayanti (2011) dalam Juliardi

(2015), plankton dapat hidup baik pada

konsentrasi oksigen lebih dari 3 mg/L.

Kondisi oksigen terlarut dalam perairan

Sungai Jang masih tergolong baik,

umumnya oksigen terlarut dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satunya yaitu kondisi

suhu di perairan. Kelarutan oksigen dalam

air akan mengalami peningkatan sejalan

dengan penurunan suhu.

Berdasarkan hasil pengukuran

nitrat dengan rata-rata 5,1 mg/L.

Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No.51 Tahun 2004, baku mutu nitrat

(NO3-N) air laut adalah 0,008 mg/L. Hasil

sampling menunjukan bahwa konsentrasi

nitrat air laut seluruhnya melebihi baku

mutu yang ditentukan. Kondisi nitrat juga

tergolong tinggi disebabkan karena limpasan

Page 11: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

dari aktivitas permukiman yang ada yang

berupa pembungan bahan organik

menyebabkan tingginya kadar nitrat di

perairan. Kelebihan kandungan nitrat di

perairan Sei Jang ini akan berdampak

kurang baik karena akan mendorong

terjadinya ledakan pertumbuhan alga

(blooming) yang akan merusak kesetabilan

ekosistem perairan.

Berdasarkan hasil pengukuran

fosfat dengan rata-rata 0,22 mg/L. Menurut

KEPMEN LH No.51 Tahun 2004

disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi

maksimum fosfat yang baik untuk

kehidupan biota laut adalah 0,015 mg/L.

Dengan demikian secara umum kondisi air

laut di perairan sungai Jang melebihi baku

mutu sehingga membahayakan karena akan

mendorong terjadinya pertumbuhan suatu

biota/dominan pertumbuhannya tidak

terkontrol. Nilai fosfat jauh lebih tinggi dari

ambang baku mutu yang ditetapkan

mungkin disebabkan tingginya buangan

bahan organik dari aktivitas yang ada yang

mengendap di sedimen maupun yang terlarut

di dalam kolom air. Menurut Paytan dan

McLaughlin (2007) dalam Sagala (2012)

bahwa sedimen merupakan tempat

penyimpanan utama fosfor dalam siklus

yang terjadi di lautan, umumnya dalam

bentuk partikulat yang berikatan dengan

oksida besi dan senyawa hidroksida.

Senyawa fosfor yang terikat di sedimen

dapat mengalami dekomposisi dengan

bantuan bakteri maupun melalui proses

abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut

yang dapat mengalami difusi kembali ke

kolom air.

F. Aspek Pengelolaan

Berdasarkan hasil pengamatan dan

analisis komunitas fitoplankton maka

dirumuskan suatu rencana pengelolaan

perairan berdasarkan kondisi data

fitoplankton yang diperoleh. Dari hasil

perumusan pengelolaan yang disusun secara

lengkap dapat dilihat pada bagan

pengelolaan seperti Tabel.

Tabel. Pengelolaan PerairanSungai Jang No. Hasil

Penelitian

Keterangan Upaya Pengelolaan

1. Indeks

keanekaragam

an tergolong

rendah, indeks

keseragaman

tergolong

Dengan

adanya

indeks

dominansi

tergolong

tinggi, bisa

- Mengurangi aktivitas

pembuangan dilaut

oleh masyarakat,

sehingga dapat

mengurangi nutrient

sedang dan

dominansi

tergolong

tinggi.

terjadi

fenomena

blooming.

indeks

ekologi

mencirikan

adanya

gangguan

terhadap

kondisi

perairan

sekitar

Sungai Jang.

dengan berkembang

biak secara pesat dan

tak terkendali.

- melakukan suatu

pembersihan terhadap

sampah-sampah di

perairan, serta

melakukan aksi sadar

lingkungan perairan

sehingga masyarakat

akan sadar bahwa

apabila disuatu

perairan menjadi

tempat pembuangan

sampah maka akan

berdampak di

perairan dan

masyarakat itu

sendiri.

2. Nilai indeks

saprobitas

yang diperoleh

dari hasil

analisis terkait

komunitas

fitoplankton

terklasifikasika

n terjadi

pencemaran

bahan organik

cukup

berat/Mesosapr

obik

Pencemaran

bahan

organik

cukup

berat/Mesosa

probik terjadi

dipengaruhi

oleh adanya

aktivitas

masyarakat

meliputi

permukiman

yang

menghasilka

n buangan

bahan

organik ke

perairan.

- Menyadarkan

masyarakat melalui

sosialisasi sadar

lingkungan hidup

dengan pengelolaan

sampah yang

dihasilkan oleh

aktivitas pemukiman

berupa sampah

organik dan

anorganik dengan

sistem daur ulang

sampah.

- Mensosialisasikan

rasa sadar lingkungan

oleh dinas terkait

kepada masyarakat.

3. Nitrat dan

Fosfat tinggi

kondisi air

laut di

perairan

sungai Jang

melebihi

baku mutu

sehingga

membahayak

an karena

akan

mendorong

terjadinya

pertumbuhan

suatu

biota/domina

n

pertumbuhan

nya tidak

terkontrol.

- Mengurangi

pembuangan bahan

organik yang

menyebabkan

tingginya kadar nitrat

di perairan.

- Menyediakan sarana

kebersihan sekitar

pemukiman perairan.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jenis fitoplankton yang

dijumpai pada perairan Sungai

Jang terdiri dari 7 kelas dan 19

spesies fitoplankton. Komposi

spesies terbanyak terjadi pada

kelompok fitoplankton kelas

Bacillariophyceae sedangkan

terkecil masing-masing terjadi

pada kelas Dinophyceae dan

Oligotrichea.

Page 12: KERAGAMAN FITOPLANKTON SEBAGAI INDIKATOR …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · umum untuk plankton tumbuhan atau ... A. Klasifikasi Jenis Fitoplankton

2. Rata-rata kelimpahan

fitoplankton sebanyak 1.121

sel/L. Kondisi kelimpahan di

perairan Sungai Jang termasuk

kategori kelimpahan yang

sedang. Melihat dari hasil

penilaian indeks ekologi

(keanekaragaman, keseragaman,

serta dominansi) mencirikan

adanya gangguan terhadap

kondisi perairan sekitar Sungai

Jang, yang mencirikan adanya

perubahan kondisi lingkungan.

3. Nilai indeks saprobitas yang

diperoleh dari hasil analisis

komunitas fitoplankton

terklasifikasikan terjadi

pencemaran organik yang cukup

berat/Mesosaprobik.

B. Saran

Perlu adanya perhatian

pemerintah mengenai pengaturan dan

pengelolaan kawasan pesisir/perairan

yang bersinggungan langsung dengan

aktivitas permukiman serta

dilakukannya program yang dapat

meminimalisir kerusakan habitat

khususnya pada ekosistem perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, C.C, 1971. The Marine and

Freshwater Plankton.Michigan State

University Press.Chicago.562 P

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Kaninus.

Yogyakarta.

Fachrul. F. M. 2007. Metode Sampling

Bioekologi, Bumi Aksara, Jakart

Handayani D. 2009. Kelimpahan Dan

Keaneragaman Plankton Di

Perairan Pasang Surut Tambak

Blanakan Subang. Skripsi. Fakultas

Sains Dan Teknologi : Universitas

Negeri Syarif Hidayatullah.

Handayani. S dan Tobing. 2008.

Keanekaragaman Fitoplankton Di

Perairan Pantai Sekitar Merak

Banten Dan Pantai Penet Lampung.

Juliardi, Didik. 2015. Keanekaragaman

Plankton Dekat Permukaan Perairan

Laut Pulau Pucung Desa Malang

Rapat Kabupaten Bintan Pada

Dimensi Waktu Yang Berbeda,

Kepulauan Riau. Skripsi. Program

Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tahun 2004. Baku mutu

perairan untuk Biota.

Madinawati, 2010. Kelimpahan Dan

Keanekaragaman Plankton di

Perairan Laguna Desa Tolongano

Kecamatan Banawa Selatan. Jurnal

Media Litbang Sulteng, Universitas

Tadulako. Vol III (2) : 119123.

Maresi, S. Priyanti. Etyn, Y. 2015.

Fitoplankton Sebagai Bioindikator

Saprobitas Perairan Di Situ Bulakan

Kota Tangerang. Jurnal Al-

Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8

Nomor 2, Program Studi Biologi,

Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara.

Djambatan. Jakarta.

Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI Press.

Indonesia

Nontji, A. 2009. Pengelolaan dan

Rehabilitasi Lamun, Jurnal Program

TRISMADES Kabupaten Bintan,

Provinsi Kepulauan Riau.

Nybaken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu

pendekatan Ekologis. Diterjemahkan

oleh M. ediman, D. G. Bengen, M.

Hutomo dan S. Suharjo. Gramedia.

Jakarta. 402 hal.

Sagala, E. P. 2012. Komparasi Indeks

Keanekaragaman dan Indeks

Saprobik Plankton Untuk Menilai

Kualitas Perairan Danau Toba

Provinsi Sumatra Utara. Sumatra

Selatan : Kampus Unsri Indralaya.

Wulandari, Dewi. 2009. Keterikatan Antara

Kelimpahan Fitoplankton Dengan

Parameter Fisika Kimia Di Estuaria

Sungai Brantas (Porong) Jawa

Timur. Skripsi. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. IPB