kepribadian dan nilai dalam teori organisasi umum
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara beretika inilah
seseorangdapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian dari orang lain. Dalam
pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun
eksternal. Sifat bawaan dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh
pada etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika
seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana tempat seseorang itu berada.
Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat
dipastikan akan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada dan sebaliknya apabila
seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan
beretika layaknya orang-orang di sekitarnya berada. Hal ini sangat sesuai dengan kata-kata bijak
yang mengatakan “at the first you make habbit at the last habbit make you”, yang berarti bahwa
pada awalnya kamu membuat suatu kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itulah yang membentuk
dirimu.
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan dari
kesuksesan.Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap
untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai
positif yang selalu memberikan energy positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan
dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang
yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energy
energy negative yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan
besarnya tantangan dan cobaan yang dihadap.
Ada seseorang yang semakin ditempa olehtantangan dan cobaan menjadi semakin kuat
dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin
besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putusasa.
B.RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah yang membahas kepribadian dan nilai ini terdapat beberapa masalahdiantaranya:
1.Apakah arti dari kepribadian dan nilai itu?
2.faktor-faktor apakh yang mempengaruhi kepribadian?
3.Bagaimana cara menilai kepribadian?
4.Apakah arti penting dari nilai?
C. TUJUAN
1. Mengetahui arti dari kepribadian dan nilai
2. mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
3. mengetahui cara menilai kepribadian
4. mengetahui pentingnya nilai dalam perilaku organisasi
D. MANFAAT
Adapun manfaat yang dapat diproleh dari karya tulis ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan tambahan informasi dan masukan bagi pihak perusahaan di dalam
menilai kepribadian karyawan
2. Bagi Pihak Lain
Dapat digunakan dalam menambah pengetahuan sebagai bahan perbandingan dan
pertimbangan dalam memecahkan masalah serupa.
BAB II
LANDASAN TEORI
Para psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis yang
mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh sistem psikologis seseorang. Gordon
Allport (70 tahun yang lalu) mengartikan kepribadian “Organisasi dinamis dalam sistem
psikofiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya”.
Faktor yang memperngaruhi Kepribadian yaitu :
1. Faktor keturunan
Ada tiga dasar yang menjelaskan bahwa faktor keturunan menentukan kepribadian
seseorang
a) Berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak.
Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan
agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan.
b) Berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.
Kepribadian anak kembar yang dibesarkan dikeluarga yang berbeda ternyata
lebih mirip dengan saudara kembarnya dibandingkan kepribadian seorang
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan
bersama-sama.
c) Meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai
situasi
2. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah dimana tempat kita tumbuh dan dibesarkan; norma dalam
keluarga, teman-teman, dan kelompok social, dan pengaruh-pengaruh lain yang kita
alami. Budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya serta menghasilkan kosistensi berjalannya waktu.
Ideology yang secara instens berakar disuatu kultur mungkin hanya akan
berpengaruh sedikit pada kultur yang lain akan tetapi pada umummnya stabil dan
kosisten, dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Akan tetapi faktor keturunan membekali kita dengan sifat dan kemampuan bawaan,
tetapi potensi penuh kita ditentukan oleh seberapa baik kita menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Sifat – sifat Kepribadian Mengapa sifat-sifat kepribadian menjadi suatu hal yang
mendapatkan perhatian yang cukup besar? Hal ini dikarenakan para peneliti telah
lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi
karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu
keputusan pengembangan karier.
Myers Briggs type indicator(MBTI) adalah instrument penilaian kepribadian yang
paling sering digunakan, instrument yang berisi 100 pertanyaan mengenai
bagaimana individu akan merasa atau bertindak dalam situasi tertentu serta
dijabarkan sebagai berikut.
Ekstraver vs Introver – individu dengan karakteristik ekstraver digambarkan
sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas; sedangkan introvert
digambarkan sebagai individu yang pendiam dan pemalu
Sensitive vs Intuitif – individu dengan karakteristik sensitive digambarkan
yang praktis dan lebih rutinitas dan urutan serta berfokus pada detail;
sedangkan Intuitif mengandalkan proses-proses tidak sadar dan melihat
“gambaran umum”
Pemikir vs Perasa – individu dengan karakter pemikir menggunakan alas an
dan logika untuk menangani berbagai masalah; sedangkan perasa
mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.
Memahami vs Menilai – individu yang cenderung memiliki karakteristik
memahami menginginkan kendali dan lebih suka dunia mereka teratur dan
terstruktur; sedangkan menilai cenderung lebih fleksibel dan spontan.
Indicator ini banyak digunakan dalam dunia bisnis maupun angkatan
bersenjata akan tetapi sebagai bukti menunjukkan bahwa ukuran ini kurang
valid yaitu memaksakan seseorang intuk diketegorikan sebagai satu jenis
atau jenis yang lainnya dengan kata lain tidak ada yang berada pada posisi
tengah-tengah, meskipun kadang-kadang individu bisa jadi ekstrober dan
introver pada tingkatan tertentu. Hal ini bisa menjadikan sebuah alat ukur
untuk meningkatkan kesadaran diri dan memandu karier, akan tetapi tidak
berhubungan dengan prestasi kerja serta tidak bisa digunakan sebagai tes
seleksi karyawan.
Model lima besar, John Bearden telah membuktikan bagaimana cara
membuat dan memikirkan kembali cara mengatur individu. Selama beberapa
tahun terakhir penelitian mendukung bahwa 5 dimensi dasar saling
mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam
kepribadian manusia.
Faktor 5 besar mencakup Ekstraversi (exstraversion).
Dimensi ini mengatakan tingkat kenyamanan seseorang dalam
berhubungan dengan individu lain. Individu yang Ekstraversi
cenderung suka berkelompok, tegas, dan mudah bersosialisasi;
sebaliknya introversi cenderung suka menyendiri dan pendiam.
Mudah akur dan bersepakat(Agreeblesness). Dimensi ini
mengatakan kepatuhan individu terhadap individu yang lainnya.
Individu yang suka besepakat adalah individu yang senang
bekerjasama, hangat dan penuh kepercayaan. Sebaliknya individu
yang tidak suka bersepakat cenderung dingin, tidak ramah dan suka
menantang.
Sifat berhati-hati (Conscientiousness). Dimensi ini merupakan
ukuran kepercayaan artinya individu yang sangat berhati-hati adalah
yang bertanggung jawab, teratur, dapat diandalkan serta gigih;
sebaliknya individu yang berhati-hati rendah cenderung mudah
bingung, tidak teratur serta tidak dapat diandalkan.
Stabilitas emosi (Emotional Stability). Dimensi ini menilai
kemampuan seseorang untuk menahan stress. Individu yang tingkat
emosi yang positif cenderung tenan, percaya diri dan memiliki
pendirian yang teguh. Sebaliknya Individu yang tingkat emosi yang
negative cenderung mudah gugup, khawatir, depresi dan tidak
memiliki penndian yang teguh.
Terbuka terhadap hal-hal baru (Openess to Experience). Dimensis ini
mengelompokan individu berdasarkan lingkup minat dan
ketertarikannya terhadaphal-hal baru. Individu yang sangat terbuka
cenderung kreatif, ingin tau, dan sensitive terhadap hal-hal yang
bersifat seni. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka cenderung
konvensional dan merasa nyaman dengan hal-hal yang sudah ada.
Selain menyediakan kerangka kerja kepribadian yang menyatu,
penelitian mengenai Model 5 besar juga menemukan keterkaitan
antara dimensi-dimensi kepribadian ini dengan prestasi kerja
individu. Fakta yang lebih besar menunjukkan bahwa individu yang
dapat dipercaya, dapat diandalkan, bertanggungjawab, mampu
membuat rencana, terorganisasi, pekerja keras, gigih dan berorentasi
pada prestasi cenderung mempunyai prestasi kerja yang lebih tinggi
dalam sebagian kerja jika bukan semua pekerjaan.
BAB III
PEMBAHASAN
PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk oleh proses
sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan
tingkah laku social tertentu, baik berupa perasaan, berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun
perbuatan. Definisi kepribadian menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
a. Yinger Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system
kecenderungantertentu yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
b. M.A.W Bouwer Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan,
dorongan,keinginan, opini dan sikap-sikap seseorang.
c. Cuber Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat
olehseseorang.
d. Theodore R. Newcombe Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang
sebagai latar belakangterhadap perilaku.
Jadi kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang berinteraksi denganindividu yang
lainnya.
Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu:
a. Perfeksionis, orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,
memperbaikidiri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
b. Penolong, Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai,
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
c. Pengejar Prestasi Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang
yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
d. Romantis, Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan
diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra
e. Pengamat, Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu
dan alamsemesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari
kesan bodohatau tidak memiliki jawaban.
f. Pencemasuhan cara dimana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu
yang lain. Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan,
merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak
g. PetualangTipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan
hal-halmenyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita
h. PejuangTipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri,
kuat,memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
i. PendamaiPara pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu
dengan oranglain dan menghindari konflik.
FAKTOR PENENTU KEPRIBADIAN
Faktor penentu yang membentuk kepribadian diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Yang dapat dilihat
mulai dari tinngifisik, bentuk wajah,gender, temperamen, komposisi otot dan
refleks, tinggakat energi dan irama biologis adalah karakteristik pada
umumnya.Pendekatan keturunan berpendapat bahwa penjelasan pokok
mengenai kepriubadianseseorang adalah struktur molekul dari gen yang terdapat
dalam kromosom.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan dimana kita tinggal sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan
kepribadian pada setiap individu. Pembentukan karakter kita adalah melalui
lingkungan dimanakita tinggal, tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga,
teman-teman dan kelompok sosialdan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami.
SIFAT- SIFAT KEPRIBADIAN
Sifat – sifat kepribadian adalah karakteristik yang sering muncul dan mendeskripsikan perilaku
seorang individu.Sifat kepribadian dapat dilihat dari beberapa cara diantaranya :
Myers – Briggs Type Indicator Instrument ini berisi 100 pertanyaan mengenai bagaimana
individu akan merasa atau bertindak tertentu.
Berdasarkan jawaban – jawaban dari test tersebut individu diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Ekstraver versus Introvert, individu dengan karakterisitk ekstraver digambarkan
sebagai individu yang ramah, suka bergaul, dan tegas, sedangkan individu dengan
karakterisitik introvert digambarkan sebagai individu yang pendiam dan pemalu.
b. Sensitive versus Intuitif, individu dengan karakterisitik sensitive digambarkan
sebagai individu yang praktis dan lebih menyukai rutinitas dan urutan, serta
berfokus pada detail. Sebaliknya individu dengan karakteristik intuitif
mengandalkan proses-proses tidak sadar dan melihat ”gambaran umum.”
c. Pemikir versus Perasa, individu yang termasuk dalam karakteristik pemikir
menggunakan alas an dan logika untuk menangani berbagai masalah, sedangkan
individu dengan karakteristik perasa mengandalkan nilai-nilai dan emosi pribadi
mereka.
d. Memahami versus Menilai, individu yang cenderung memiliki karakteristik
memahami menginginkan kendali dan lebih suka dunia mereka teratur dan
terstruktur sedangkan individu dengan karakteristik menilai cenderung lebih
fleksible dan spontan.
Model lima besar Dari test ini individu diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ekstraversif, dimensi ini mengungkapkan tingkat kenyamanan social dalm
perhubungan dengan individu lain. individu yang memiliki sifat
ekstraversi cenderung suka hidup berkelompok tegas dan mudah bersosialisasi.
Sebaliknya individu yang mempunyai sifat intropeksi cenderung memiliki sifat
penyendiri, penakut, dan pendiam.
b. Mudah akur atau mudah sepakat. Dimensi ini merujuk pada kecenderungan
individu untuk poatuh pada individu lain. individu yang sangat mudah bersepakat
adalah individu yang senang bekerjasama, hangat, dan penuh kepercayaan.
Sementara itu, individu yang tidak mudah bersepakat cenderung bersikap dingin,
tidak ramah, dan suka menantang.
c. Sifat berhati-hati. Dimensi ini merupakan ukuran kepercayaan. Individu yang
sangat berhati-hati adalah individu yang bertanggungjawab, teratur, dapat
diandalkan, dan gigih. Sebaliknya, individu dengan sifat berhati-hati yang rendah
cenderung mudah bingung, tidak teratur, dan tidak bisa diandalkan.
d. Stabilitas emosi. Dimensi ini menilai kemampuan seseorang untuk menahan stres,
individu dengan stabilitas emosi yang positif cenderung tenang, percaya diri, dan
memmiliki pendirian yang teguh. Sementara itu, individu dengan stabilitas emosi
yang negative cenderung mudah gugup, khawatir, depresi, dan tidak memiliki
pendirian yang teguh.
e. Terbuka terhadap hal-hal baru (openness to experience). Dimensi ini merupakan
dimensi terakhir yang mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan
ketertarikannya terhadap hal-hal baru. Individu yang sangat terbuka cenderung
kreatif, ingin tahu, dan sensitif terhadap hal-hal bersifat seni. Sebaliknya, mereka
yang tidak terbuka cenderung memilki sifat konvensional dan merasa nyaman
dengan hal-hal telah ada.
MENILAI KEPRIBADIAN
Terdapat 3 cara utama untuk menilai kepribadian seseorang diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Survei mandiri
Survei yang diisi oleh individu adalah cara paling umum yang digunakan untuk
menilaikepribadian. Kekurangan dari survei jenis ini adalah individu mungkin berbohong
atau mungkinhanya menunjukan kesan yang baik. Individu berbohong guna mendapatkan
hasil test yang baik.
b. Survei peringkat oleh pengamat
Survei ini dikembangkan untuk memberikan suatu penilain
bebas mengenai kepribadianseseorang. Survei ini dapat pula dilakukan oleh rekan kerja.
Survei peringkat terbukti merupakandasar pertimbangan yang yang lebih baik atas
keberhasilan suatu pekerjaan.
c. Ukuran proyeksi (Rorshach Inkbolt Test dan Tematic Apperception Test)
Beberapa contoh ukuran proyeksi adalah Rorshach Inkbolt Test dan Tematic
ApperceptionTest. Dalam Rorshach Inkbolt Test individu diminta untuk menyatakan
menyerupapi apakahinkbolt yang disediakan. TAT adalah serangkaian gambar pada
kartu. Individu yang diuji dimintauntuk menuliskan kisah dari setiap gambar yang
dilihatnya.
SIFAT KEPRIBADIAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ORGANISASI
Sifat kepribadian yang mempengaruhi perilaku organisasi diantaranya :
1. Evaluasi diri adalah tingkat dimana Individu memiliki pandangan yang berbeda mengenai
apakah mereka menyukai dirinya atau tidak menyukai diri mereka dan apakah mereka
menganggap diri merekasendiri cakap dan efekfif. Perspektif diri ini merupakan konsep inti
dari evaluasi inti diri ( CoreSelf-Evaluation ).Evaluasi inti diri seseorang ditentukan oleh
dua elemen utama yaitu :
Harga diri tingkat dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri merekasendiri dan
sampai mana mereka sendiri dan sampai dimana mereka menganggap diri mereka
berharga sebagai manusia.
Lokus kendali tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka
sendiri.
2. MACHIAVELLIANSME
Karakteristik kepribadian machiavelliansme berasal dari nama Nicolo Machivelli
penulisan abad 16 yang menulis tentang cara mendapatkan kekuasaan. Individu dengan sifat
ini cenderung pragmatis, mempertahankan jarak emosional dan yakin bahwa hasil lebih
penting daripada proses. “Jika hal ini berguna maka manfaatkanlah” inilah prinsip para
mach. Mach yang tinggi melakukan lebih banyak manipulasi, lebih banyak memperoleh
kemenangan, tidak mudah terbujuk akan tetapi sangat pandai dalam membujuk
dibandingkan dengan individu yang mempunyai tingkat mach. Namun tingginya sikap mach
ini dapat diredam oleh faktor-faktor situasional. Telah ditemukan bahwa individu mach yang
tinggi berkembang baik
Ketika mereka berinteraksi secara langsung dengan individu lain, bukan secara tidak
langsung
Ketika situasi mempunyai sedikit peraturan, yang memungkinkan kebebasan
improvisasi
Bila keterlibatan emosional dengan detail-detail yang tidak relevan dengan
keberhasilan menggangu individu mach yang rendah
3. NARSISME
Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Istilah ini pertama
kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos
Yunani, Narcissus, yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa
sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai
sekarang disebut bunga narsis. Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir bahkan
Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup
akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam
hubungannya dengan orang lain.
4. PEMANTAUAN DIRI
Pemantauan diri merujuk pada kemampuan seorang individu untuk menyesuaikan
perilakunya dengan faktor-faktor situasional eksternal. Individu pada tingkat pemantauan diri
yang tinggi menunjukkan kemampuan diri yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku
mereka dalam faktor-faktor situasional eksternal. Mereka sangat peka terhadap isyarat-isyarat
eksternal dan mampu menyesuaikan perilaku dengan situasi yang berbeda-beda. Bukti
menunjukkan individu dengan tingat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan
perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan mereka yang
memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
5. PENGAMBILAN RESIKO
Individu memiliki keberanian yang berbeda-beda untuk mengambil kesempatan.
Kecenderungan untuk mengambil atau menghindari resiko telah terbukti berpengaruh terhadap
berapa lama waktu yang dibutuhkan manager untuk membuat suatu keputusan dan berapa
banyak informasi yang mereka butuhkan sebelum membuat pilihan. Manager dengan tingkat
pengambilan keputusan tinggi membuat ke[putusan secara lebih cepat dan menggunakan lebih
sedikit informasi dalam memutuskan pilihan-pilihan mereka bila dibandingkan manager dengan
tingkat pengambilan resiko rendah. Menariknya, akurasi keputusan adalah sama untuk kedua
kelompok.
6. KEPRIBADIAN TIPE A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus menerus
untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan bila perlu melawan upaya-
upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Karakteristik tipe A adalah:
a) Selalu bergerak, berjalan dan makan dengan cepat
b) Merasa tidak sabaran
c) Berusaha keras untuk memikirkan atau melakukan 2 hal atau lebih pada saat bersamaan
d) Tidak dapat menikmati waktu luang
e) Terobsesi drengan angka-angka mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang
bisa mereka peroleh
7. KEPRIBADIAN TIPE B
Kepribadian tipe B adalah berlawanan dengan tipe A, jarang tergoda dengan keinginan
untuk mendapatkan sejumlah hal yang terus meningkat atau berpartisipasi dalam serangkaian
peristiwa yang terus berkembang dengan jumlah waktu yang terus berkurang. Karakteristik tipe B
adalah:
a) Tidak pernah mengalami keterdesakan waktu ataupun ketidak sabaran
b) Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan pencapaian ataupun prestasi
mereka kecuali atas tuntutan situasi
c) Bersenang-senang dan bersantai dari pada menunjukkan keunggulan mereka
d) Bisa santai tanpa merasa bersalah
8. KEPRIBADIAN PROAKTIF
Sikap yang cenderung oprtunis, berinisiatif, berani bertindak dan tekun hingga berhasil
mencapai perubahan yang berarti. Mereka menciptakan perubahan positif dalam
lingkungantanpa memedulikan batasan atau halangan. Tidak mengherankan, individu proaktif
memiliki perilaku yang banyak diinginkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, individu proaktif
bisa jadi positif atau negative bergantung pada organisasi dan situasi. Sebagai contoh individu
proaktif cenderung menantang status quo atau menyuarakan ketidaksenangan mereka dalam
situasi yang tidak mereka sukai. Jika suatu organisasi membutuhkan individu yang memiliki
inisiatif wirausaha, individu proaktif merupakan kandidat terbaik, namun mereka adalah individu
yang kemungkinan besar meninggalkan oraganisasi untuk memulai bisnis mereka sendiri.
Individu proaktif berkemungkinan besar mencapai keberhasilan karier. Hal ini karena mereka
memilih, menciptakan, dan memengaruhi situasi kerja sesuai kehendak hati mereka.
KEPRIBADIAN DAN KULTUR NASIONAL
Faktor kepribadian yang diidentifikasikan dalam Model Lima Besar, muncul dalam setiap
studi lintas kultural. Hal ini mencakup serangkaian kultur yang berbeda seperti Cina, Israel,
Jerman, Jepang, Spanyol, Nigeria, Norwegia dan Amerika Serikat. Perbedaan-perbedaaan ini
cenderung muncul ke permukaan karena penekanan dimensi-dimensi dan apakah Negara tersebut
merupakan Negara Individualistis ( Masyarakatnya lebih memilih untuk bertindak sebagai
individu dari pada sebagai anggota suatau komintas ) atau Kolektivisme (terdapat kerangka
sosial yang kuat dimana individu lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi
mereka.
Tidak ada tipe kepribadian umum untuk suatu Negara tertentu. Namun, kultur suatu
Negara memengaruhi karakteristik kepribadian yang dominan dari populasinya. Kita dapat
melihat hal ini dengan memerhatikan lokus kendali dan kepribadian Tipe A. Meratanya
kepribadian tipe A agaknya dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tumbuh dan berkembang.
Terdapat banyak tipe A disetiap Negara, tetapi tipe ini lebih banyak terdapat di Negara-negara
kapitalis, dimana pencapaian keberhasilan materi sangat dihargai. Sebagai contoh, diperkirakan
bahwa sekitar 50 persen dari populasi Amerika Utara adalah Tipe A. Presentase ini seharusnya
tidak mengejutkan. Amerika Serikat dan Kanada memilki penekanan yang tinggi terhadap
manajemen dan efisiensi waktu. Keduanya memiliki kultur yang menekankan prestasi serta
perolehan uang dan barang-barang material. Dalam kultur-kultur seperti Swedia dan Prancis,
dimana matrealisme kurang begitu dihargai, kita dapat memperkirakan proporsi munculnya
kepribadian Tipe A lebih kecil.
NILAI
PENGERTIAN NILAI
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan minat seseorang atau kelompok.
Dengan demikian maka nilai itu adalah suatu kenyatan yang tersembunyi dibalik kenyataan-
kenyataan lainnya. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu
mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. Nilai memiliki sifat isi dan intensitas. Sifat
ini menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari kehidupan adalah penting.
Setiap dari kita memiliki hierarki nilai yang membentuk system nilai kita. Sistem ini
diidentifikasikan oleh kepentingan relative yang kita tentukan untuk nilai seperti kebebasan,
kesenangan, harga diri, kejujuran, kepatuhan, dan persamaan. Hierarkhi nilai sangat tergantung
pada titik tolak dan sudut pandang individu masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya
kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai meterial. Max Scheler
menyatakan bahwa nilai-nilai yang ada tidak sama tingginya dan luhurnya. Menurutnya nilai-
nilai dapat dikelompokan dalam empat tingkatan yaitu :
1. Nilai kenikmatan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan indra yang memunculkan
rasa senang, menderita atau tidak enak,
2. Nilai kehidupan yaitu nilai-nilai penting bagi kehidupan yakni : jasmani, kesehatanserta
kesejahteraan umum.
3. Nilai kejiwaan adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebenaran, keindahan dan
pengetahuan murni,
4. Nilai kerohanian yaitu tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci
ARTI PENTING NILAI
Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi dasar
pemahaman sikap dan motivasi individu, dan hal tersebut berpengaruh terhadap persepsi kita.
Individu memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya tentang
apa yang “seharusnya” dan apa yang “ tidak seharusnya” terjadi. Tentu saja pendapat-pendapat
ini tidak bebas dari nilai. Sebaliknya, hal tersebut memuat interprestasi-interprestasi mengenai
apa yang benar dan yang salah. Secara umum, nilai memengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya
kita memasuki sebuah perusahaan baru dan memiliki persepsi bahwa pengalokasian imbalan
tergantung pada prestasi kerja adalah benar, sementara pengalokasian imbalan berdasarkan
senioritas adalah salah.
JENIS NILAI
Jenis-jenis nilai diantaranya adalah sebagai berikut:
Nilai instrumental, adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta
parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan
dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi
norma moral. Namun jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau
negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik
Indonesia, nilai-nilai instrumental dapatditemukan dalam pasal-pasal undang-undang
dasar yang merupakan penjabaranPancasila.
Nilai terminal, pada dasarnya merupakan pandangan dan cara berfikir seseorang yang
terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif dirinya dalam meraih sesuatu.
Nilai terminal terdapat dalam kehidupan yang nyaman dan menantang.
NILAI LINTAS KULTUR
Setiap individu mempunyai karekteristik yang berbeda-beda dan seorang manajer harus
mampu bekerja dengan individu dari kultur yang berbeda-beda. Karena nilai berbeda-beda di
setiap kultur, sebuah pemahaman mengenai perbedaan ini harus berguna dalam menjelaskan dan
memprediksi perilaku karyawan dari Negara-negara yang berbeda.:
I. Kerangka Hofside yang berisi
Salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menganalisis variasi
kultur dibuat pada akhir 1970an oleh Greet Hofstede. Ia menemukan bahwa manajer dan
karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang berbeda-beda. Kelima dimensi
tersebut disebutkan dan didefinisikan sebagai berikut:
Jarak kekuasaan (power distance), adalah sikap kultur nasional yang mendeskripsikan
tingkatan dimana suatu masyarakat menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi
didistribusikan secara tidak sama. Kultur-kultur seperti ini cenderung mengikuti system
kelas atau kasta yang tidak mendukung monilitas warga negaranya ke atas. Peringkat
jarak kekuasaan yang rendah menunjukkan bahwa kultur tersebut tidak mendukung
perbedaan antara kekuatan dan kekayaan. Masyarakat ini menekankan persamaan dan
peluang.
Individualisme versus kolektivitas. Individualisme adalah sikap kultur nasional yang
mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada
sebagai anggota suatu kelompok, sedangkan kolektivitas mendeskripsikan kerangka
sosial yang kuat dimana individu mengharap orang lain dalam kelompok mereka untuk
menjaga dan melindungi mereka.
Maskulinitas versus femininitas. Maskulinitas adalah tingkat sampai mana kultur tersebut
menyukai peran pencapaian kekuatan dan pengendalian dari pekerjaan maskulin
tradisional, sedangkan femininitas yang tinggi tidak berarti bahwa kultur tersebut
menekankan peran wanita, justru menekankan persamaan antara pria dan wanita.
Penghidaran ketidakpastian (uncertainty avoidance). Tingkatan dimana individu dalam
suatu Negara lebih memilih situasi terstruktur dibandingkan situasi tidak terstruktur.
Dalam kultur dimana tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi, individu memiliki
tingkat kekhawatiran yang juga tinggi mengenai ambiguitas dan ketidakpastian. Kultur
semacam ini cenderung menekankan hukum, peraturan, dan kendali yang didesain untuk
mengurangi ketidakpastian. Sebaliknya dalam kultur dengan tingkat penghindaraan
ketidakpastian rendah, individu tidak begitu cemas akan ambiguitas dan ketidakpastian
serta memiliki toleransi yang lebih besar terhadap keragaman opini. Kultur seperti ini
tidak begitu terorientasi pada peraturan, mengambil lebih banyak risiko, dan lebih siap
menerima perubaha.
Orientasi jangka panjang versus orientasi jangka pendek. Ini merupakan poin terbaru
dalam tipologi Hofstede. Poin ini berfokus pada tingkat ketaatan jangka panjang
masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional. Individu dalam kultur orientasi jangka
panjang melihat ke masa depan dan menghargai penghematan, ketekunan dan tradisi.
Sementara itu, individu dalam kultur orientasi jangka pendek menghargai masa kini;
perubahan diterima dengan lebih siap, dan komitmen tidak memiliki halangan-halangan
menuju perubahan.
Dimensi – dimensi kultur Hofstede sangat memengaruhi manajer dan peneliti perilaku
organisasi. Meskipun demikian, penelitiannya menuai banyak kritikan. Pertama meskipun
data tersebut mengalami pembaruan, tetapi data yang asli sudah berusia 30 tahun dan
didasarkan hanya pada satu perusahaan yaitu IBM. Sejak data tersebut dikumpulkan banyak
sekali perubahan yang terjadi didunia ini. Contohnya jatuhnya Uni Soviet, berakhirnya
apartheid di Afrika Selatan, penyebaran islam ke seluruh dunia, dan bangkitnya Cina sebagai
kekuatan Global. Kedua, beberapa peneliti baru menyadari bahwa banyaknya keputusan dan
penilaian yang harus dibuat Hofstede. Disamping persoalan tersebut, Hofstede merupakan
salah satu ahli ilmu pengetahuan sosial yang paling dipuji dimanapun, dan kerangkanya telah
abadi dalam Perilaku Organisasi.
II. Kerangka Globe
Program penelitian Global Leadership and Organizational Behavior Effectiveness
(GLOBE) adalah sebuah penyelidikan lintas kultural mengenai kepemimpinan dan kultur
nasional yang terus-menerus dilakukan, dimulai pada tahun 1963, tim GLOBE
mendentifikasikan Sembilan dimensi dalam kultur nasional yang berbeda yaitu:
Ketegasan: Tingkatan sampai mana suatu masyarakat mendorong individu untuk
bersikap tegar, konfrontatif, tegas dan kompetitif dibandingkan rendah hati dan
lembut.
Orientasi masa depan: Tingkatan sampai mana suatu masyarakat mendorong dan
menghargai perilaku yang berorientasi pada masa depan, seperti perencanaan,
investasi masa depan , dan penundaan kepuasaan.
Perbedaan Gender : Tingkatan sampai mana suatu masyarakat memperbesar
perbedaan peran gender.
Penghindaran ketidakpastian : Kepercayaan masyarakat terhadap norma dan
procedural sosial untuk mengurangi ketidakmampuan dalam mempresiksi kejadian
masa depan.
Jarak Kekuasaan : Tingkatan sampai mana anggota suatu masyarakat dapat
menerima kekuasaan dibagi secara tidak adil.
Individualisme/Kolektivisme: Tingkatan sampai mana individu didorong oleh
situasi-situasi sosial untuk bergabung dalam kelompok suatu organisasi masyarakat
atau organisasi.
Kolektivisme dalam Kelompok: Dimensi ini mencakup hal luas dari bagaimana
anggota suatu institusi sosial merasa bangga atas keanggotannya dalam kelompok
kecil, seperti keluarga, teman-teman sekitar dan perusahaan tempatnya bekerja.
Orientasi Kinerja: Hal ini merujuk pada tingkatan sampai mana suatu masyarakat
mendorong dan menghargai individu bersikap adil, altrunitis ( mendahulukan
kepentingan individu lain) , murah hati, dan baik terhadap individu lain.
Perbandingan antara dimensi-dimensi GLOBE dengan dimensi-dimensi Hofstede
menunjukkan bahwa Globe melengkapi karya Hofstede bukan menggantikannya. Proyek
GLOBE menegaskan bahwa kelima dimensi Hofstede masih valid.
MENGHUBUNGKAN KEPRIBADIAN DAN NILAI SEORANG INDIVIDU DENGAN
TEMPAT KERJA
A. KESESUAIAN INDIVIDU DENGAN PEKERJAAN
Memadankan persayaratan pekerjaan dengan karekteritik kepribadian merupakan pernyataan
terbaik dalam teori kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan milik John Holland. Teori ini
didasarkan pada pendapat tentang kesesuaian antara karakteristik kepribadian seseorang
individu dengan pekerjaan. Holland menghadirkan enam tipe kepribadian dan
mengemukakan bahwa kepuasaan dan kecendrunganuntuk meninggalkan satu posisi
bergantung pada tingkat sampai individu secara berhasil mencocokkan kepribadian mereka
dengan suatu pekerjaan. Enam tipe tersebut yaitu :
a. Realistis : Lebih menyukai aktivitas fisik yang membutuhkan ketrampilan, kekuatan,
dan koordinasi. Karekteristik : Pemalu, sungguh-sunguh, gigih, stabil,dan mudah
menyesuaikan diri. Pekerjaan yang cocok : Mekanik, pekerja lini perakitan, petani
dan lain-lain.
b. Investigatif : Lebih menyukai aktivitas yang melibatkan proses berpikir,
berorganisasi, dan memahami. Karekteristik :analitis, tidak dibuat-buat, ingin tahu
dan bebas. Pekerjaan yang cocok : Ahli Biologi, Ahli Ekonomi dan lain-lain
c. Sosial : Lebih menyukai aktivitas sosial seperti membantu dan mengarahkan orang
lain. Karekteristik :Suka Brgaul, ramah , kooperatif, pengertian. Pekerjaan yang
cocok : Pekerja sosial, guru, konselor dan lain-lain
d. Konvensional : Lebih menyukai aktivitas yang diatur oleh peraturan, rapi, dan tidak
ambigu. Karekteristik : Patuh, efisien, praktis, tidak imajinatif, tidak fleksible.
Pekerjaan yang cocok : Akuntan, Manajer, perusahaan, kasir bank dan lain-lain.
e. Giat : Lebih menyukai aktivitas verbal dimana terdapat banyak peluang untuk
memengaruhi orang lain dan memperoleh kekuasaan. Karekteristik : Percaya diri,
ambisius, energetic, mendominasi. Pekerjaan yang cocok: Pengacara, Agen Real
Estat, Humas dan lain-lain.
f. Artistik: Lebih menyukai aktivitas ambigu dan tidak sistematis, memungkinkan
ekspresi yang kreatif. Karekteritik: Imajinatif, tidak suka bekerja dibawah aturan,
idealistis, emosional dan lain-lain. Pekerjaan yang cocok : Pelukis , musisi, penulis,
dan lain-lain.
Teori ini menunjukkan bahwa ketika kepribadian dan pekerjaan sangat cocok, kepuasan
menempati peringkat tertinggi, sementara perputaran karyawan terenndah. Poin-poin utama
dalam model ini adalah :
1) Terdapat perbedaan intrinsic dalam hala kepribadian diantara para individu
2) Terdapat jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda
3) Individu yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kepribadian mereka harus
merasa lebih nyaman dan berkemungkinan lebih sedikit untuk mengundurkan diri
bila diibandingkan individu yang melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kepribadian mereka.
B. KESESUAIAN INDIVIDU DENGAN ORGANISASI
Kesesuaian individu dengan organisasi pada dasarnya memperlihatkan bahwa
individu meninggalkan organisasi-organisasi yang tidak cocok dengan kepribasian mereka.
Menggunakan terminology Lima Besar, misalnya kita bisa memperkirakan bahwa individu
dengan tingkat ekstraversi tinggi lebih sesuai dengan kulturkultur agresif dan berorientasi
tinggi, Individu dengan tingkat keterbukaan terhadap hal-hal baru tinggi lebih sesuai dengan
iklim organisasi suportif dibandingkan dengan yang berfokus keagresifan., dan individu
dengan keterbukaan terhadap hal-hal baru tinggi lebih sesuai dengan organisasi yang
menekankan inovasi dibandingkan standarisasi. Mengikuti pedoman ini pada saat melakukan
perekrutan seharusnya dapat membantu dalam memilih karyawan yang sesuai dengan kultur
organisasi, yang pada akhirnya menghasilkan tingkat kepuasan karyawan yang lebih tinggi
dan perputaran karyawan yang lebih rendah.
BAB III PENUTUP DAN KESIMPULAN
Kepribadian membentuk perilaku setiap individu. Jadi apabila ingin memahami dengan
baik perilaku seseorang dalam suatuorganisasi, sangatlah berguna jikakita mengetahui sesuatute
ntang kepribadiannya. Nilai menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disenangi secara pribadi atau social dibandingkan cara keadaan akhir atau
keadaan yang berlawanan nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide –ide seorang
individu mengenai hal-hal yang benar, baik atau diinginkan.