kemasan dalam sediaan steril

81
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup dan selubung sebelah luar, artinyakeseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransfortasikan dan atau disimpan. Kemasan adalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas. Sebagai bahan kemas, material yang digunakan memiliki berbagai sifat yang berbeda.

Upload: muhammad-asry

Post on 28-Dec-2015

1.043 views

Category:

Documents


83 download

DESCRIPTION

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan didefinisikan sebagai bungkus pelindung barang dagangan. Dengan kata lain, kemasan adalah wadah atau tempat yang terbuat dari timah, kayu, kertas, gelas, besi, plastik, selulosa transparan, kain, karton, atau material lainnya, yang digunakan untuk penyampaian barang dari produsen ke konsumen.

TRANSCRIPT

Page 1: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengemas diartikan sebagai  wadah, tutup dan selubung sebelah luar,

artinyakeseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransfortasikan dan atau

disimpan. Kemasan adalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang

diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan

yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya

pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya

dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk,

harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang

seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan

semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh

terhadap stabilitas.

Sebagai bahan kemas, material yang digunakan memiliki berbagai

sifat yang berbeda. Dalam hal ini digunakan gelas, porselen, logam, produk

selulosa (kertas, lem, gelas sel). Jenis gom, gabus, bahan sintetis dan lain-lain.

Sebagai jenis pengemas khusus adalah kemasan pengaman bagi anak-

anak. Jenis ini berfungsi untuk menghalangi atau menyulitkan pengambilan

obat oleh anak kecil, sehingga bahaya keracunan obat dapat dihindari. Syarat

ini direalisasikan misalnya pada larutan tetes melalui mekanisme penutup

ganda, dan dipatenkan. Preparat peroral padat disimpan dengan menggunakan

kemasan tekan, yang memerlukan sejumlah energy untuk membukanya.

Page 2: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

B. RUMUSAN MASALAH

a. Dapat menjelaskan Definisi dan fungsi kemasan

b. Dapat menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis kemasan

c. Dapat menjelaskan karakteristik,keungulan dan kelemahan wadah gelas

dan wadah plastik

d. Dapat menyebutkan dan menjelaskan tipe-tipe gelas dan karakteristiknya

e. Dapat Menjelaskan Uji-uji pada gelas (powdered glass dan water attack

test)

f. Dapat menyebutan dan menjelaskan jenis-jenis plastik dan karet

g. Dapat menjelaskan Karakteristik tutup karet dan bahan aditif pada karet.

C.

Page 3: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN  DAN FUNGSI KEMASAN

1. Definisi Kemasan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemasan didefinisikan

sebagai bungkus pelindung barang dagangan. Dengan kata lain,

kemasan adalah wadah atau tempat yang terbuat dari timah, kayu,

kertas, gelas, besi, plastik, selulosa transparan, kain, karton, atau material

lainnya, yang digunakan untuk penyampaian barang dari produsen

ke konsumen. Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk

menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan,

disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat

membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungiproduk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya

pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di

samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu

hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk

yang memudahkan dalampenyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari

segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau

daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan

perlu diperhatikan dalam perencanaannya.

Page 4: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

2. Fungsi Kemasan

Fungsi kemasan adalah:

1. Melindungi produk terhadap pengaruh cuaca, sinar matahari,

benturan, kotoran dan lain-lain

2. Menarik perhatian konsumen

3. Memudahkan distribusi, penyimpanan dan pemajangan (display)

4. Tempat penempelan label yang berisi informasi tentang nama produk,

komposisi bahan(ingridient), isi bersih, nama dan alamat

produsen/importir, nomor pendaftaran, kode produksi, tanggal

kadaluwarsa, petunjuk penggunaan, informasi nilai gizi (nutrition

fact), tanda halal, serta klaim/pernyataan khusus.

B. JENIS KEMASAN

Berdasarkan urutan dan jaraknya dengan produk, kemasan dapat

dibedakan ataskemasan primer, sekunder dan tersier.

1. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersentuhan dengan

produk, sehingga bisa saja terjadi migrasi komponen bahan kemasan ke

produk yang berpengaruh terhadap kualitas produk.

2. Kemasan sekunder adalah kemasan lapis kedua setelah kemasan primer,

dengan tujuan untuk lebih memberikan perlindungan kepada produk.

3. Kemasan tersier adalah kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder,

dengan tujuan untuk memudahkan proses transportasi agar lebih praktis

dan efisien. Kemasan tersier bisa berupa kotak karton atau peti kayu.

Page 5: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan

atas kemasan aseptikdan non-aseptik.

1. Kemasan aseptik adalah kemasan yang dapat melindungi produk dari

berbagai kontaminasi lingkungan luar. Pengemasan jenis ini biasanya

dipakai pada bahan pangan yang diproses dengan teknik sterilisasi.

2. Kemasan non-aseptik, kontaminasi mudah terjadi, sehingga masa

simpan produk umumnya relatif lebih rendah. Untuk memperpanjang

masa simpan, produk dapat ditambahkan gula, garam atau dikeringkan

hingga kadar air tertentu.

Dalam industri farmasi, kemasan yang dipilih harus cukup

melindungi kelengkapan suatu produk. Oleh karena itu seleksi kemasan

dimulai dengan penentuan sifat fisika kimia dari produk.

Bahan-bahan yang dipilih harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan

2. Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi 

wadah

3. Penutup wadah harus bisa mencegah isi:

a. Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah

b. Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti

mikroorganisme atau uap yang akan mempengaruhi penampilan dan

bau produk.

4. Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari

cahaya

Page 6: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

5. Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh

bahan pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus

mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak

boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah

6. Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik.

Wadah Gelas       

Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena

memiliki beberapa keuntungan. Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert,

kedap udara, dibuat dari bahan yang relatif murah, tidak mudah terbakar,

bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan

packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat digunakan

kembali.

Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid

dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah)

dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari

gelas bukan merupakan wadah yang paling higienis karena wadah akan sering

dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak  selalu bersih.

a. Komposisi gelas

Gelas terutama tersusun dari pasir, soda abu, batu kapur, dan cullet. Pasir

adalah silica yang hampir murni, soda abu adalah natriumkarbonat, dan batu kapur

adalah kalsium karbonat.Cullet adalah pecahan gelas yang dicampur

Page 7: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh

campuran. Komposisi gelas bervariasi, dan biasanya diatur untuk tujuan-tujuan

tertentu. Kation-kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi

adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zink dan

barium. Satu-satunya anion yang paling penting adalah oksigen.

b. Pembuatan Gelas

Dalam produksi gelas ada empat dasar pembuatan, diantaranya : meniup,

menarik, menekan, dn menuang. Peniupan menggunakan udara yang ditekan

untuk membentuk cairan gelas kedalam ruang cetakan dari logam.

Pada penarikan, cairan gelas ditarik melalui gulungan atau cetakan yang member

bentuk pada gelas yang lunak. Dalam penekanan digunakan kekuatan mekanik

untuk menekan caira gelas pada sisis cetakan. Cara menuang menggunakan

kekuatan grafitasi atau sentrifugasi yang menyebabkan cairan terbentuk dalam

ruang cetakan.

Gelas Berwarna-Perlindungan terhadap Cahaya

Wadah gelas untuk obat umumnya terdapat sebagai gelas jernih tidak

berwarna atau berwarna amber. Untuk tujuan dekoratif, warna-warna kusus

seperti biru, hijau zamrud, dan kunig opal dapat diperoleh dari pengusaha gelas.

Hanya gelas berwarna amber dan merah yang efektif untuk melindungi isi botol

dari pengaruh cahaya matahari dengan menyaring keluar sinar ultra violet yang

berbahaya. Spesifikasi dalam USP untuk wadah tahan cahaya harus memberikan

Page 8: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

perlindungan terhadap cahaya dengan kekuatan 2900 sampai 4500 amstrong.

Gelas amber memenuhi spesifikasi ini, tetapi oksida besi yang ditambahkan dapat

lepas dan masuk ke dalam obat.

Gelas untuk Obat

USP dan NF menguraikan tipe gelas dan memberikan pengujian gelas

yang diserbukkan dan pengaruh air terhadap gelas untuk mengevaluasi ketahanan

kimiawi gelas. Pengujian yang diserbukkan dilakukan terhadap butir-butir yang

hancur dengan ukuran tertentu, dan pegujian pengaruh air terhadap gelas hanya

dikerjakan terhadap gelas tipe II yang telah dipaparkan pada uap sulfur dioksida.

Tipe I- Gelas Borosilikat

Pada gelas yang paling resisten ini, sebagian besar alkali dan kation tanah

diganti dengan boron dan alumunium serta zink. Penambahan boron kurang lebih

6 % untuk membentuk gelas borosilikat tipe I mengurangi proses pelepasannya,

sehinga hanya 0,5 bagian per sejuta yang terlarut dalam waktu satu tahun.

Tipe II- Gelas natrium Karbonat yang Diolah

Bila alat gelas disimpan beberapa bulan  lamanya, terutama dalam

atmosfer yang lembab atau dengan variasi temperature yang ekstrem, pembasahan

permukaan oleh uap air yang terkondensasi mengakibatkan terlarutnya garam-

garam dan gelas. Wadah tipe II dibuat dari gelas natrium karbonat yang ada dalam

prdagangan dan telah didealkalisasi atau diolah sehingga alkali dipermukaannya

hilang. Pengolahan dengan sulfur menetralkan alkali oksida pada permukaan,

sehingga menyebabkan gelas lebih tahan terhadap bahan kimia.

Tipe III- Gelas natrium Karbonat Biasa

Page 9: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Wadah-wadah tidak diolah dulu dan dibuat dari gelas natrium karbonat

yang ada dalam perdagangan dengan ketahanan terhadap bahan kimia yang

sedang atau lebih dari sedang.

Tipe IV- Gelas natrium Karbonat untuk Penggunaan Umum

Wadah-wadah terbuat dari natrium karbonat dipasok untuk produk non-

parental yang dimaksud untuk pemakaian topical atau oral.

c.         Uji  pada wadah gelas

1.     Uji Transmisi cahaya

Alat:      

Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk

pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang

terbuat dari bahan gelas.

Penyiapan contoh:

          Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda

abrasif basah, seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang

mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai

untuk dipasang dalam spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan

dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas

contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh

dengan bantuan paku lilin.

Prosedur:

Page 10: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

          Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar

terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan

benar, sorotan cahaya normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan

pantulan cahaya minimum. Ukur tranmitans potongan dibandingkan dengan udara

pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat perekam atau

pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang

gelombang 290 nm—450nm.

Batas:  

Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel

1, untuk wadah sediaan parenterral. Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe

NP untuk sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang

gelombang dalam rentang 290nm—450nm.

Ukuran nominal

(dalam ml)

Presentase maksimum Transmisi Cahaya pada

panjang gelombang antara 290 dan 450 nm

Wadah segel-

bakar

Wadah segel tutup rapat

1

2

5

10

20

50

45

40

35

30

25

20

15

13

12

Page 11: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

50 15 10

Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas

menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang

tertera pada tabel. Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml.

2.      Uji Tahan Bahan Kimia

Prinsip: Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah

digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang

terlepas dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan.

Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.

Tabel 3. Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia

Alat Pereaksi

1)      Otoklaf  dengan suhu yang dipertahankan

121°± 2,0° dan mampu menampung 12

wadah di atas permukaan air.

2)      Lumpang dan alu yang terbuat dari baja-

diperkeras

3)      Pengayak terbuat dari baja tahan karat

ukuran 20,3 cm yaitu nomor 20,40 dan 50

4)      Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca

tahan lekang

1) Air kemurnian tinggi 

dengan konduktivitas

0,15mm

2) Larutan merah metil

Page 12: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

5)      Palu 900 g

6)      Magnit permanen

7)      Desikator

8)      Alat volumetrik secukupnya

Prosedur :   

 Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator  dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml

natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi

pada pH 5,6.

3.      Uji Serbuk Kaca

Penyiapan contoh:

Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan

dengan udar bersih dan kering. Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih

kurang 25mm. Lalu pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan

dengan pengayakan nomor 20 setelah itu nomor 40. Ulangi kembali penghancuran

dan pengayakan. Kemudian pecahan kaca diayak dengan ayakan yang

menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit. Pindahkan bagian yang

tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10 g ke dalam

wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat pengujian

Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh

tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran.

Masukkan contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan

kimia dan cuci 6 kali, tiap kali dengan dengan aseton. Keringkan labu dan isi pada

Page 13: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

suhu 140° selam 20 menit, pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan

dinginkan dalam desikator. Contoh uji digunakan dalam waktu 48 jam setelah

pengeringan.

Prosedur :

          Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang

diekstraksi dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90  selama

tidak kurang dari 24 jam atau pada suhu 121  selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml

air kemurnian tinggi ke dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup

semua labu dengal gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah

diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian hingga dasar gelas

piala menyentuh bagian tepi labu. Letakkan wadah dalam otoklaf dan tutup hati-

hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan

pemanasan  selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi dan atur suhu 121 .

Pertahankan suhu pada 121° ± 2° selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai.

Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam

38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah

terjadinya hampa udara.  Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan

air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali

, tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi.

Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat

0,020 N LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk

menetralkan ekstrak dari 10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak

Page 14: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan tabel uji untuk tipe gelas yang

diuji.

4.      Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121°

Penyiapan contoh:  

          Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian

tinggi.

Prosedur :

          Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas

penuh dan lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai

dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit

bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”.

Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah

lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100

ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca

tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan

hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit

setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan ,

lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama

dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera

pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.

Page 15: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

5.      Uji Arsen

    Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1

wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari

beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera

pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121°.

Logam

Setiap logam yang dapat dibentuk dalam keadaan dingin cocok untuk

pembuatan tube yang dapat dilipat, tetapi yang paling umum digunakan adalah

timah (15%), aluminium (60%), dan timbal (25%). Timah yang paling mahal, dan

timbal yang paling murah. Karena timah paling mudah dibentuk, maka tube-tube

kecil seringkali dibuat dari timah yang lebih murah, meskipun biaya logamnya

lebih tinggi. Lembaran timbal yang diberi lapisan timah memberikan penampilan

dan resistensi tehadap oksidasi dari timah kemas dengan harga yang lebih rendah.

Timah yang digunakan untuk maksud ini dicampur dengan kira-kira 0,5%

tembaga supaya kaku. Bila digunakan timbal, maka kira-kira 3% antimon

ditambahkan untuk menambah kekerasan. Aluminium mengeras jika dibuat tube,

dan harus didinginkan perlahan-lahan agar memberikan kelenturan yang

diperlukan. Aluminium juga mengeras pada pemakaian , kadang-kadang

mengakibatkan tube menjadi bocor.

a.  Timah

Page 16: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Wadah-wadah dari timah lebih disukai penggunaannya untuk makanan,

obat, atau produk apapun dimana pertimbangan kemurnian paling penting. Timah

adalah yang paling inert secara kimiawi diantara logam untuk pembuatan tube

yang dapat dilipat. Timah memberikan penampilan yang lebih baik dan dapat

bercampur dengan berbagai produk.

b. Aluminium

Tube aluminium memberikan penghematan yang berarti dalam biaya

pengangkutan produk karena ringannya. Memberikan daya tarik seperti timah

dengan biaya yang agak lebih rendah.

c. Timbal

Timbal memberikan biaya yang paling rendah dari semua logam untuk

pembuatan tube, dan digunakan secara luas untuk produk bukan makanan seperti

lem, tinta, cat dan pelincir. Timbal tidak boleh digunakan sendirian untuk segala

sesuatu yang ditelan, karena bahaya keracunan timbal. Dengan penggunaan

lapisan dalam, maka tube timbal digunakan untuk produk seperti itu, misalnya

pasta gigi dengan fluorida.

d. Pelapisan

Jika produk tidak dapat bercampur dengan logam, bagian dalamnya dapat

disiram dengan suatu formula semacam lilin atau dengan larutan resin, meskipun

resin atau lacquerbiasanya disemprotkan ke atasnya. Tube dengan

Page 17: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

larutan epoxy biayanya kira-kira 25% lebih besar daripada jika tube tersebut tidak

diberi lapisan.

       Lapisan yang menggunakan lilin paling sering digunakan pada produk

yang mengandung air di dalam tube timah, dan fenol, epoxy, serta vinil dipakai

pada tube aluminium, memberikan perlindungan yang lebih baik daripada lilin,

tetapi dengan biaya yang lebih tinggi. Lapisan fenol paling efektif bagi produk

asam; epoxy memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap bahan-bahan

alkali.

Wadah Plastik

            Plastik dalam kemasan telah membuktikan kegunaannya disebabkan oleh

beberapa alasan, termasuk kemudahannya untuk dibentuk, mutunya yang tinggi,

dan menunjang kebebasan desainnya.

Plastik yang digunakan sebagai wadah untuk berbagai produk,

baik sediaan farmasi maupun produk lainnya, harus memiliki kriteria berikut:

1.      Komponen produk yang bersentuhan langsung dengan bahan plastik tidak

diadsorpsi secara signifikan pada permukaan plastik tersebut dan tidak bermigrasi

ke atau melalui plastik

2.      Bahan plastik tidak melepaskan senyawa-senyawa dalam jumlah yang dapat

mempengaruhi stabilitas produk atau dapat menimbulkan risiko toksisitas

Terdapat dua jenis plastik yang digunakan dalam

pengemasan sediaan parenteral, yaitu :

Page 18: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

1.      Termoset, yaitu jenis plastik yang stabil pada pemanasan dan tidak dapat

dilelehkan sehingga tidak dapat dibentuk ulang. Plastik termoset digunakan untuk

membuat penutupwadah gelas atau logam.

2.      Termoplastik, yaitu jenis plastik yang menjadi lunak jika dipanaskan dan akan

mengeras jika didinginkan. Dengan kata lain, termoplastik adalah jenis plastik

yang dapat dibentuk ulang dengan proses pemanasan. Polimer termoplastik

digunakan dalam pembuatan berbagai jenis wadah sediaan farmasi.

Beberapa keuntungan penggunaan plastik untuk kemasan adalah sebagai berikut :

·      Fleksibel dan tidak mudah rusak/pecah

·      Lebih ringan

·      Dapat disegel dengan pemanasan

·      Mudah dicetak menjadi berbagai bentuk

·      Murah

Di samping keuntungan-keuntungan di atas, penggunaan plastik untuk kemasan

juga memiliki berbagai kerugian, antara lain sebagai berikut :

·      Kurang inert dibandingkan gelas tipe I

·      Beberapa plastik mengalami keretakan dan distorsi jika kontak dengan beberapa

senyawa kimia

·      Beberapa plastik sangat sensitif terhadap panas

·      Kurang impermeabel terhadap gas dan uap seperti gelas

·      Dapat memiliki muatan listrik yang akan menarik partikel

·      Zat tambahan pada plastik mudah dilepaskan ke produk yang dikemas

Page 19: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

·      Senyawa-senyawa seperti zat aktif dan pengawet dari produk yang dikemas

dapat tertarik

            Wadah plastik untuk produk farmasi pada mulanya dibuat dari polimer-

polimer berikut ini: polietilen, polipropilen, polivinil klorida, polistiren (walau

tidak terlalu banyak), polimetil metakrilat, polietilen tereftalat, politrifluoroetilen,

amino formaldehide, dan poliamida.

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai

yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan

membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan

bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut

amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras

dan tegar. Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang

disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang

tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer.

           Tabel 4. Contoh plastik yang digunakan untuk wadah sediaan

parenteral          

Sterile plastic device Plastic material

Container for blood products Polyvinyl chloride         

Disposable syringe Polycarbonate, polyethylene, polypropylene

Irrigating solution container Polyethylene, polyolefins, polypropylene

IV infusion fluid container Polyvinyl chloride, polyester, polyolefins

Page 20: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Administration set Acrylonitrile butadiene styrene

Nylone (spike)

Polyvinyl chloride (tube)

Polymethylmetachrylate (needle adapter)

Polypropylene (clamp)

Catheter Teflon, polypropylene

Untuk wadah-wadah plastik pada umumnya, zat penambah terdiri atas

antioksidan, zat antistatik, warna, pengisi, pengubah-pengubah sifat benturan ,

pelincir, plasticizer, dan stabilizer.

Bahan tambahan

a.      Antioksidan

Polimer sering kali terurai dengan adanya panas, cahaya, ozon dan tekanan

mekanik yang menimbulkan udara yang terperangkap selama proses pembuatan

dan penggunaan akhir. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan bentuk radikal bebas

yang dikontribusikan secara bergiliran untuk degradasi polimer yang

menyebabkan plastik kehilangan fisik penting dan sifat mekanik. Dengan adanya

antioksidan di dalam formulasi plastik akan mengurangi tingkat degradasi secara

significant dan memperpanjang umur penggunaan wadah plastik tersebut.

Ada dua tipe antioksidan, yaitu:

Page 21: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

·        Antioksidan primer: merupakan ujung rantai radikal bebas. Pada dasarnya

antioksidan primer merupakan donor hydrogen yang dapat mengakhiri reaksi

penggabungan radikal bebas. Contoh: arilamin sekunder.

·        Antioksidan sekunder: dapat merusak peroksida dan hal ini menyebabkan

eliminasi pembentukan radikal bebas. Contoh: fosfat dan tioester.

Sering kali lebih dari satu antioksidan digunakan dalam suatu polimer untuk

mendapatkan efek yang sinergis dari kombinasi beberapa antioksidan.

b.      Stabilizer

Berguna untuk mencegah degragasi polimer oleh panas dan cahaya. Selain itu

juga dapa berguna untuk memperpanjang umur polimer. Contoh: garam asam

lemak, oksida anorganik, organometalik.

c.       Lubricant

Lubricant digunakan untuk memodifikasi karakteristik permukaan dari

polimer yang dicetak dan membantu proses pencetakan.

Penambahan lubricant pada polimer secara umum mengurangi viskositas dari

polimer tersebut, yakni menyenyebabkan polimer lebih mudah mengalir selam

proses pencetakan. Lubricant juga memodifikasi permukaan polimer yang dibuat

agar polimer tersebut tidak melekat pada mesin pencetak. Lubricantyang paling

banyak dipakai adalalah asam lemak, logam stearat, lemak paraffin, silicon, fatty

alcohol, fatty esters, fatty amides.

d.      Plasticizer

Plasticizer digunakan untuk memperbaiki daya kerja dari polimer,

fleksibilitas, ekstensibilitas, daya banting, dan kelenturan. Disamping itu

Page 22: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

penambahan plasticizer dapat mengurangi daya rentang polimer. Plasticizer yang

sering dipakai adalah dialkil phtalat, polimer dengan BM kecil.

e.       Filler (Bahan Pengisi)

Penambahan bahan pengisi pada polimer memperbaiki fleksibilitas,

ketahanan terhadap bantingan, stabilitas terhadap panas, dan mengurangi biaya

pembuatan. Penambahan bahan pengisi biasanya tidak mengurangi transparansi

dari wadah plastik.

f.       Colorant (Bahan Pewarna)

Bahan pewarna ditambahkan untuk memberikan warna pada plastik.

Beberapa jenis kemasan plastik :

a.       Polietilen

Polietilen dengan kerapatan tinggi adalah bahan yang paling banyak

digunakan untuk wadah-wadah bagi industri farmasi. Kebanyakan pelarut tidak

merusak polietilen, dan tidak dipengaruhi oleh asam dan alkali kuat. Kekurang

jernihan dan perembesan bau atsiri, rasa, dan oksigen bertentangan dengan

penggunaan polietilen sebagai pembuat wadah untuk preparat farmasi tertentu.

Meskipun ada masalah-masalah ini, polietilen dengan semua variasinya

memberikan perlindungan yang paling sempurna pada seumlah produk dengan

biaya yang paling rendah.

Kerapatan polietilen yang berkisar antara 0,91 sampai 0,96 secara langsung

menentukan empat sifat dasar fisik dari wadah yang dicetak dengan cara meniup:

Page 23: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

(1) kekakuan, (2) tranmisi lembab-uap, (3) retak karena tekanan, dan (4)

kejernihan atau sifat tembus cahaya. Jika kerapatan bertambah, maka bahan

menjadi lebih kaku, mempunyai distorsi dan titik leleh yang lebih tinggi, menjadi

kurang permeable terhadap tekanan dan uap, serta menjadi kurang resisten

terhadap kejernihan atau sifat tembus cahaya. Jika kerapatan bertambah, maka

bahan menjadi lebih kaku, mempunyai distorsi dan titik leleh yang lebih tinggi,

menjadi kurang permeable terhadap tekanan dan uap, serta menjadi kurang

resisten terhadapetakan terhadap tekanan. Karena umumnya polimer-polimer ini

mudah terpengaruh degradasi karena oksidasi selama proses pembuatan dan

pemaparan selanjutnya perlu ditambah sedikit antioksidan. Penambahan zat

antistatik sering dilakukan untuk meningkatkan mutu polietilen pada pembuatan

botol, tujuannya adalah untuk mengurangi akumulasi debu yang terbawa oleh

udara pada permukaan selama penanganan, pengisian dan penyimpanan. Biasanya

polietilen glikol atau amida asam lemak rantai panjang, dengan konsentrasi 0,1

sampai 0,2% utuk polietilen dengan kerapatan tinggi.

b.     Polipropilen

Polipropilen belakangan ini menjadi populer karena mempinyai banyak sifat

yang lebih baik dari polietilen, dengan satu kekurangan besar yang dapat

dikurangi atau dihilangkan.Polypropylene memiliki daya rentang yang tinggi yang

mampu menahan tekanan. Daya rentang yang tinggi, dalam hubungannya dengan

titik leleh yang tinggi pula yaitu 165°C, sangat penting untuk manufaktur LVP

karena wadah yang dibuat dari polypropylene memiliki kemapuan untuk menahan

Page 24: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

temperatur tinggi pada proses sterilisasi tanpa terurai.Polimer ini memiliki

resistensi yang baik hampir terhadap semua jenis bahan kimia, termasuk asam

kuat, alkali kuat, dan kebanyakan bahan organik.

Polipropilen merupakan rintangan yang paling baik bagi gas atau uap.

Resisitensi terhadap perembesan setara atau sedikit lebih baik dari pada polietilen

dengan kerapatan tinggi atau polietilen linier (rantai lurus) dan lebih unggul dari

polietilen dengan kerapatn rendah atau polietilen bercabang. Salah satu

kekurangan terbesar dari polipropilen adalah mudah pecah pada temperatur

rendah. Dalam keadaan murni, agak mudah pecah pada 0°F dan harus dicampur 

dengan polietilen atau bahan lain untuk memberikan resistensi terhadap benturan

yang diperlukan pada pengemasan. Kelemahan yang dimiliki polypropylene

adalah rapuh pada temperatur kamar.

c.           Copolymer (polyolefin)

Kopolimer dari ethylene dan propylene telah banyak digunakan sebagai

wadah sediaan LVP. Dalam kenyataannya, polypropylene dan kopolimer dari

etilen-propilen merupakan polyolefins yang paling banyak digunakan sebagai

wadah LVP.

Dengan pepaduan sedikit fraksi etilen sebagai kompleks polimer dengan

propilen, sejumlah sifat yang diinginkan dapat diperoleh. Penggabungan etilen

mengurangi kekakuan atau kekerasan dari propilen, memperbaiki pengolahan, dan

sedikit mengurangi titik leleh dari propilen. Titik lelehnya berkisar antara 145 dan

150°C. Hal ini membuat kopolimer ethyl propylene (EP)  cocok untuk digunakan

pada sterilisasi uap.   

Page 25: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

d.     Polivinil Klorida

Botol-botol polivinil klorida yang jernih dan kaku mengatasi kekurangan dari

polietilen. Dalam keadaan normal polivinil klorida tampak sejernih kristal dan

kaku, tetapi mempunyai resistensi yang buruk terhadap benturan. Dapat dibuat

lunak dengan bahan plastisator. Berbagai stabilisator, antioksidan, pelincir atau

zat pewarna dapat ditambahkan. Tidak boleh dipanaskan berlebihan karena akan

mulai terurai pada temperatur 280°F, dan hasil penguraiannya sangat merusak.

Polivinil klorida dapat menjadi kuning bila dibiarkan terkena panas atau sinar

ultra violet, kecuali jika ditambahkan suatu stabilisator oleh pemasok resmi.

Dalam formula senyawa PVC dengan bahan-bahan stabilisator kalsium zink,

semua bahan digunakan dengan konsentrasi dibawah konsentrasi maksimal.

Polivinil klorida adalah penghalang yang sangat baik terhadap minyak , alkohol

yang mudah dan yang tidak menguap, dan pelarut-pelarut hidrokarbon. Polivinil

klorida yang kaku adalah penghalang yang cukup baik bagi lembab dan gas secara

umum, tetapi plastisator mengurangi sifat-sifat ini. Polivinil klorida tidak

dipengaruhi asam atau alkali, kecuali beberapa asam yang dapat mengoksidasi.

Resistensi terhadap benturan buruk, terutama pada temperatur rendah. PVC dapat

juga digunakan sebagai pelapis permukaan botol-botol gelas. Hal ini dilakukan

dengan mencelupkan botol kedalam plastisol PVC dan menghasilkan pelapis

tahan hancur yang melapisi botol gelas.

Sifat-sifat dari PVC antara lain adalah sebagai berikut:

·         Rusak pada pemanasan yang berlebihan mulai 280°C

Page 26: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

·         Barier yang sangat baik terhadap minyak menguap, alkohol dan pelarut

petrolatum.

·         Menahan odors dan flavors.

·         Barier yang baik terhadap oksigen, tidak dipengaruhi oleh asam, basa kecuali

beberapa asam oksidator.

·         Memiliki kerapatan yang lebih tinggi (1,16–1,35 g/cm3) dibandingkan dengan

polimer lain seperti polyethylene (0,92–0,96 g/cm3) dan polypropylene (0,90

g/cm3).

Tabel  Formulasi komponen PVC

Component Level (phr)a

PVC resin 100

Plasticizer 30 – 40

Stabilizer 0,25 – 7

aphr = parts per hundred parts of resin by weight

e.        Polistiren

Polistiren serba guna adalah plastik yang kaku dan sejernih kristal. Polistiren

telah digunakan oleh ahli farmasi selama bertahun-tahun sebagai wadah untuk

bentuk sediaan padat, karena relatif murah. Dewasa ini, polistiren tidak dipakai

untuk produk cairan. Plastik ini mempunyai transmisi uap yang tinggi dan

permabilitas oksigen yag tinggi. Polistiren resisten terhadap asam, kecuali asam

yang mengoksidasi dengan kuat terhadap alkali. Mudah dirusak oleh bahan kimia

Page 27: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

yang menyebabkan retak dan pecah, sehingga umumnya digunakan untuk

mengemas produk yang kering saja. Untuk memperbaiki kekuatan terhadap

benturan dan kerapuhan polistiren dikombinasikan dengan berbagai konsentrasi

karet dan senyawa akrilik.

f.          Nilon (Poliamida)

Nilon dibuat dari asam bermartabat dua dikombinasi dengan diamina. Karena

ada banyak asam bermartabat dua dan banyak amina yang berbeda, maka terdapat

banyak ragam nilon tipe asam dan amina yang dinyatakan oleh nomor

pengenal jadi nilon 6/10 mempunyai enam atom karbon dalam amina dan sepuluh

dalam asamnya. Nilon dan bahan-bahan poliamida yang sama dapat dibuat

menjadi wadah-wadah dengan dinding tipis. Nilon dapat diautoklaf dan sangat

kuat serta agak sulit dihancurkan dengan cara-cara mekanik. Tidak merupakan

bahan penghalang yang baik terhadap uap, tapi bila sifat ini diperlukan, lapisan

nilon dapat ilaminasi pada polietilen atau pada berbagai bahan lainnya.

g.       Polikarbonat

Polikarbonat dapat dibuat menjadi wadah yang jernih transparan. Bahan yang

relatif mahal ini mempunyaai banyak keuntungan salah satunya adalah dapat

disterilkan berulang kali. Wadahnya keras sama seperti gelas, dan telah dipikirkan

kemungkinannya sebagai pengganti vial dan alat penyuntik dari gelas. Plastik ini

dikenal karena stabilitas dimensional, kekuatan benturan yang tinggi, resisten

terhadap peregangan, sedikit meyerap air, transparan, serta resisten terhadap panas

dan api. Polikarbonat resisten terhadap asam encer, oksidator atau reduktor garam,

Page 28: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

minyak, lemak, dan hidrokarbon alifatik,. Dapat dirusak oleh alkali, amina, keton,

ester, hidrokarbon aromatik, dan beberapa alkohol.resin polikarbonat harganya

mahal, sehingga digunakan untuk wadah-wadah yang istimewa.

h.     Akrilik Multipolimer (Nitril Polimer)

Polimer-polimer ini mewakili akrilonitril atau metakrilonitril atau

metakrilonitril monomer. Sifat-sifat uniknya sebagai penghilang gas yang kuat,

resistensi yang baik terhadap bahan kimia, kekuatan yang sangat baik, serta

keamanan pembuangannya dengan membakar hangus membuatnya menjadi

wadah yang efektif untuk produk yang sulit dikemas dalam polimer lainnya.

Penggunaan nitril polimer untuk makanan dan kemasan farmasi diatur menurut

standar FDA. Standar keamanan saat ini kurang dari 11 bagian per sejuta residu

monomer akrilonitril, dengan perubahan yang dapat diterima kurang dari 0,3 per

sejuta untuk semua makanan.

i.      Polietilen Tereftalat (PET)

Polietilen tereftalat, umunya disebutkan PET adalah polimer hasil kondensasi

yang dibentuk khas dari reaksi asam tereftalat atau dimetiltereftalat dengan etilen

glikol dengan adanya katalisator. Perkembangan botol-botol PET berorientasi

yang bersumbu dua mempunyai pengaruh lebih besar pada pembotolan minuman

yang mengandung CO₂, dihitung dari besarnya perkiraan pemakaian resin selama

setahun sebesar kurang-lebih 350 juta pound. Kekuatan benturanya dan sebagai

penghalang gas serta aroma yang baik membuatnya menarik untuk digunakan

Page 29: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

dalam kosmetik dan cairan pencuci mulut, maupun untuk produk lainnya di mana

kekuatan, kekerasan, dan penghalang merupakan pertimbangan yang penting.

j.        Plastik-plastik Lainnya

Resin koekstrusi digunakan untuk membuat botol dan blister yang dibentuk

dengan pemanasan dengan sifat-sifat penghalang yang sebelumnya tidak dapat

dicapai dengan resin tunggal, campuran resin, atau kopolimer. Suatu koekstrusi

seperti polipropilen etilen-vinyl-alkohol/polipropilen mempersiapkan penghalang

lembab dan polipropilen yang menyatu dengan penghalang gas yang membesar

dari etil-venyl-alkohol. Resin yang terkoektrusi menyediakan pilihan kemasan

untuk produk yang sebelumnya hanya dikemas dengan gelas. Plastik dengan sifat

penghalang yang kuat dapat bersaing dengan wadah gelas dan logam dapat

diperoleh melalui  pembuatan baru yang dikembangkn oleh Du Pont

Co. Teknologiini meliputi penyebaran nilon dalam resin poliolefin sedemikian

rupa, sehingga matriks polimer akhir akan mengandung sussunan laminar keping-

keping nilon yang unik, yang menyediakan suatu seri dinding penghalang yang

saling bertindihan.

 Evaluasi dan Uji Plastik

FDA telah memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji bahan

polimer. Dengan penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah LVP, berikut ini

dapat dipertimbangkan kerangka dasar untuk melakukan pengujian:

Page 30: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

1.     Pemeriksaan, menurut prosedur USP XXI-NF XVI untuk uji biologi dan

fisikokimia, jumlah dan tipe senyawa yang potensial untuk leaching atau terlepas

dari wadah plastik.

2.     Pemeriksaan integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi

penyimpanan, misal: waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus sterilisasi

terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dari wadah.

3.     Melakukan uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin

keamanan dari wadah.

Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP

telah diterima sejak dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan

dalam waktu yang lama. Hal ini bukan berarti bahwa gelas dapat digunakan pada

aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Walaupun keuntungan bahan gelas

melebihi bahan plastik, penggunaan bahan plastik didukung oleh spesifikasi USP

XXI-NF XVI. Secara umum berbagai wadah atau komponen yang kontak

langsung dengan cairan LVP harus diveluasi dengan perhatian yang khusus.

1.      Uji Fisika

a.    Uji resin (Resin testing)

Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi mencatat

banyaknya jumlah dari karet mentah dan percaya tingkat spesifikasi penerimaan

ditetapkan oleh manufakture resin. Uji fisik yang dilakukan meliputi ukuran titik

leleh dan ukuran endapan spesifik.

b.    Uji wadah (Package testing)

Page 31: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Uji fisika pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang paling

banyak dilakukan. Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti kejernihan,

lapisan tambahan, uji tetesan, dan uji kebocoran. Uji integritas fisik meliputi uji

kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji dimensional (ukuran), dan

kerusakan label.

c.    Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan

Standard untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur farmasi.

Kejernihan ini mengungkinkan untuk pemeriksaan.

d.    Keretakan wadah atau Paneling

Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses manufaktur yang

tidak sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu yang sama dengan

pemeriksaan kejernihan produk. Paneling adalah peristiwa dimana wadah rata

atau memipih pada salah satu sisi dari botol.

e.    Kebocoran wadah (Body leakage)

Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP, dapat dilakukan secara

manual maupun menggunakan instrumentasi elektronik, dilakukan untuk

mengukur ketahanan yang berkurang ketika melewati jembatan voltase. Cara ini

medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah. LVP ditolak bila terjadi

kebocoran pada wadah.

f.     Kebocoran tutup dan Integritas (Closure leakage and integrity)

Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan tutup karet untuk

menutup rongga udara. Tutup ini harus menjamin integritas dari wadah.

Page 32: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Berdasarkan validasi siklus sterilisasi untuk LVP khusus, bagian ini harus

diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan berpengaruh pada sterilitas.

g.    Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)

Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum wadah diterima.

Volume juga harus diperiksa seperti pada integritas wadah.

h.   Pelabelan (labeling)

Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada wadah,

termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika label stampel

panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan uji kebocoran dan

integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn pada wadah setelah

pencetakan.

2.      Uji Kimia

Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri dilakukan

tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang dinginkan pada wadah.

Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang digunakan pada wadah LVP

dilakukan oleh supplier/pemasok polimer. Pemeriksaan tersebut meliputi analisis

berat molekul, sisa pijar, presentase logam berat dan pemeriksaan bahan tambahan

seperti stearat atau antioksidan. Pemeriksaan meliputi:

a.    IR spectra.

Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah biasa

dilakukan. Sampel disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat hingga menjadi

Page 33: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

lapisan yang tipis. Gugus seperti –OH, C=O, dan –CH dapat identifikasi

berdasarkan pita serapan yang khas.

b.    Uji logam berat

Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji, biasanya

dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrum).  Logam

berat ini ditambahkan pada formula polimer LVP sebagai stabilizer (logam

oksida), mold releasing agent (zinc stearat), pewarna, seperti kalsium karbonat.

c.    Pengisi tambahan

Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan berguna untuk

memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik. Pengisi memiliki efek

menguatkan dam mengurangi penyusutan pada cetakan serta meningkatkan

koefisien panas. Pengisi yang sering digunakan adalah kalsium karbonat dan talc.

AAS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kalsium dari kalsium karbonat

dan analisisthermogravimetric dapat digunakan untuk mengevaluasi jumlah talc

yang diisikan pada polimer.

d.    Plasticizer

Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate sering

digunakan pada wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah terjadi

leaching dari wadah parenteral ke larutan dengan akumulasi lebih lanjut di jaring

tubuh dan organ pasien.

e.    Antioksidan

Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT (butylated

hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk mengekstraksi

Page 34: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

antioksidan ini dapat digunkan kloroform sebagai pelarut. Saat ini, ketika bahan

plastik digunakn untuk wadah LVP, QC testing akan menghitung secara

kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari wadah ke cairan LVP untuk

memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih di bawah tingkat toksik.

3.      Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain

Uji ini terdiri dari dua tahap pengujian. Tahap pertama lakukan  uji biologis

secara in-vitro sesuai prosedur seperti yang ertera pada Uji Reaktivitas secara

Biologi in-vitro. Bahan yang memerlukan uji in vitro tidak memerlukan uji

lanjutan. Tidak ada kelas plastik dinyatakan termasuk golongan ini. Bahan yang

tidak memenuhi persyaratan uji in-vitro harus diuji tahap kedua yang dilakukan

denga uji in-vivo seperti Uji injeksi sistemik, Uji intra-kutan, dan Uji implantasi

sesuai dengan prosedur yang tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.

a.      Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro

Uji berikut dirancang untuk menentukan reaktivitas biologik biakan sel

mamalia setelah kontak dengan plastik elastomer dan bahan polimer lain  yang

kontak dengan penderita secara langsung, atau dengan ekstrak khusus yang dibuat

dari bahan uji. Hal yang penting adalah menyediakan luas permukaan spesifik

untuk ekstraksi. Jika luas permukaan specimen tidak dapat ditentukan, gunakan

0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau bahan lain untuk setiap mL cairan ekstraksi.

Juga penting untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan tersebut untuk

menghindari kontaminasi mikroba dan zat asing lain.

Prosedur

Page 35: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Penyiapan sampel untuk ekstrak. Lakukan prosedur seperti yang tertera pada Uji

Reaktivitas secara Biologi in-vivo.

Penyiapan ekstrak. Lakukan penyiapan ekstrak seperti yang tertera pada Uji

Reaktivitas secara Biologi in-vivo, menggunakan larutan ijeksi Natrium Klorid

(natrium klorida 0,9%) atau media biakan sel mamalia bebas serum sebagai

pelarut ekstraksi. (Catatan bila ekstraksi dilakukan pada suhu 37°C selama 24

jam, dalam inkubator, gunakan mdia biakan yang ditambah serum. Kondisi

ekstraksi tidak boleh menyebabkan perubahan fisik seperti fusi atau pelelehan

potongan kecuali sedikit pelengketan.

b.      Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.

Uji berikut dirancang untuk menentukan respon biologik hewan terhadap

plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak dengan penderita

secara langsung atau tidak langsung, atau dengan penyuntikan ekstrak khusus

yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting yaitu menyediakan daerah

permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jila daerah permukaan specimen tidak dapat

ditentukan, gunakan 100 mg elastomer atau 200 mg plastik atau bahan lain untuk

tiap mL cairan ekstraksi. Juga untuk berhati-hati dalam penyediaan bahan-bahan

yang akan disuntikkan atau diteteskan guna menghindari kontaminasi mikroba

dan zat asing lain.

Tutup Elastomerik (tutup karet)

Tutup karet digunakan dalam industri farmasi untuk membuat sumbat

botol, berlapis tutup, dan bagian atas dari suatu alat penetes. Sumbat karet utama

Page 36: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

digunakan untuk vial takaran ganda dan alat suntik sekali pakai. Polimer karet

yang paling umum digunakan adalah karet alam, neoprene, dan butil. Jenis bahan

tambahan yang umum didapat dalam tutup karet adalah:

·         Karet

·         Bahan untuk vulkanisir

·         Akselerator

·         Bahan pengisi untuk memperpanjang

·         Bahan pengisi untuk memperkuat

·         Bahan pelunak

·         Antioksidan

·         Zat pigmen

·         Komponen-komponen tertentu, lilin

Komponen polimer utamanya adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat

berasal dari bahan alam atau sintetis. Sifat tutup elastomerik tidak hanya

bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga pada prosedur pembuatan seperti

pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang digunakan, pencetakan dan

pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah kompresibilitas

dan kemampuan untuk menutup kembali.

            Faktor-faktor seperti prosedur pembersihan, media kental dan kondisi

penyimpanan juga mempengaruhi kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan

khusus. Evaluasi terhadap faktor demikian harus dilakukan uji khusus tambahan

yang sesuai,untuk menentukan kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan

yang diinginkan. Kriteria pemilihan tutup elastomerik juga harus mencakup

Page 37: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

penelitian teliti terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak ada

penambahan unsur yang dicurigai atau diketahui bersifat karsinogenik atau bahan

toksik lain.

            Persyaratan kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan

injeksi adalah bahwa karet menunjukkan elastisitas yang cukup dengan demikian

menjamin wadah yang kedap dan tahan terhadap pengaruh suhu.

Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik :

a.       Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih.

b.      Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial

atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti gelas,

logam tak memiliki kemampuan ini.

c.       Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan

jarum suntik tanpa membuatnya menjadi tumpul.

d.      Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali

dengan cepat setelah jarum ditarik.

e.       Pada masuknya jarum inJeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang

mencapai ke dalam larutan injeksi.

f.       Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi

g.      Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat yang

sensitif terhadap udara

Karena komposisi sumbat karet sangat rumit dan proses pembuatannya

sulit, maka biasanya timbul persoalan-persoalan pada formula karet tertentu.

Sumbat karet tidak boleh mengabsorpsi bahan aktif, pengawet antibakteri dan

Page 38: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

bahan lainnya atau bahan karet tidak boleh mengekstraksi larutan karena alasan

berikut;

(1)    Dapat mengganggu analisis kimia bahan aktif.

(2)   Mempengaruhi toksisitas atau pirogenitas dari larutan injeksi.

(3)   Berinteraksi dengan pengawet dan menjadikannya inaktif, dan

(4)   Mempengaruhi stabilitas kimia dan fisika dari sediaan

Contoh penggunaan tutup elastomerik :

1.      Tutup vial

Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan

merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan

farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial dalam berbagai bentuk dan

ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah bermuatan beberapa liter. Kedudukan

tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial.

2.      Tutup univial

Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk kering

sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian bawah vial

sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini dibatasi oleh

karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari tekanan yang

diberikan pada tutup univial. Saat karet tergeser, akan terjadi proses pencampuran

dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian bawah.

                                               

Sifat Kimia dan Fisika Elastomer secara Umum

Page 39: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

            Karet yang dikatakan sangat baik dalam hal resistensi terhadap transmisi

gas atau uap air memiliki sifat impermeabel terhadap gas (seperti O2, N2, CO2) dan

uap air. Karet ini baik digunakan untuk tutup vial yang digunakan untuk kemasan

obat serbuk atau yang bersifat liofilik. Contohnya adalah karet butil.

            Coring resistance adalah kemampuan untuk mempertahankan keutuhan

akibat penusukan oleh jarum suntik. Vial multidose, yang mengalami banyak

penusukan selama digunakan, akan lebih kuat ditutup dengan karet alami

dibandingkan dengan silikon.

            Compresion recovery adalah kemampuan untuk kembali ke bentuk semula

setelah mengalami kompresi selama periode tertentu dengan suhu tertentu. Karet

alami akan lebih baik digunakan sebagai piston syringe dari pada karet butil.

            Shelf life adalah kemampuan untuk mempertahankan sifat-sifatnya setelah

terpapar oleh oksigen, ozon, cahaya, panas, dan kelembaban. Karet silikon dan

fluoroelastomer (jenuh) dapat mempertahankan sifat-sifatnya lebih lama dari pada

karet alami tak jenuh.

            Ketahanan terhadap pelarut (solvent resistance) merupakan sifat yang

penting bagi karet farmasetis karena karet seringkali bersinggungan dengan

cairan. Kemampuan karet untuk menahan lewatnya pelarut, swelling, ekstraksi

dan degradasi pelarut merupakan parameter yang sangat penting. Minyak nabati

kompatibel dengan karet butil, tetapi tidak demikian halnya dengan minyak

mineral.

            Resilience berhubungan dengan compression recovery. Bola yang terbuat

dari karet alami dapat dipantulkan sedangkan bola dari karet butil tidak dapat

Page 40: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

dipantulkan. Alat seperti katup darah (blood valve) yang berhubungan dengan

tube pengumpul darah (blood collection tube) harus dapat bergerak maju dan

mundur berkali-kali sejalan dengan panjang jarum untuk membuka dan menutup

aliran darah. Karet yang dipilih biasanya karet alami.

            Ozon merupakan zat yang dapat mendegradasi karet.Ozon berada di

atmosfer, terutama di sekeliling lampu UV dan peralatan listrik. Karet alami

memiliki ketahanan buruk terhadap ozon, sehingga karet menjadi keras dan retak.

Karet etilen- propilen-dien (EPDN) cukup resisten terhadap ozon.

            Ketahanan terhadap radiasi (radiation resistance) adalah kemampuan

untuk mencegah terjadinya perubahan sifat akibat terpajan sinar gamma. Sifat ini

menjadi penting karena saat ini sering digunakan sterilisasi radiasi untuk sediaan

farmasetik. Piston karet syringe yang digunakan pada syringe plastik sekali pakai

umumnya disterilkan melalui radiasi. 

       Bahan-bahan dalam formulasi karet dapat diklasifikasikan menurut fungsinya 

dalam formulasi, yaitu :

·         Elastomer atau polimer

Merupakan komponen dasar dalam formulasi karet. Sifat formula karet sangat

bergantung pada sifat elastomer

·         Vulcanizing agent

Merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mentautsilangkan (cross-link)

rantai elastomer sehingga terbentuk jaringan tiga dimensi sehingga terbentuk

formulasi karet dengan sifat fisika dan kimia yang diinginkan.

Page 41: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Istilah vulcanizing digunakan untuk menunjukkan bahwa pada proses ini

dibutuhkan panas. Karet yang divulcanizing dengan sulfur membutuhkan senyawa

kimia lain untuk menghasilkan proses vulkanisasi yang efisien, sehingga karet

tersebut tidak “sebersih” karet yang divulkanisir dengan resin, oksida logam

ataupun peroksida. Kini industri farmasi lebih sering menerapkan proses

vulkanisasi yang lebih bersih. Melalui vulkanisasi karet alami, artinya melalui

penambahan vulcanizing agentseperti sulfur atau pemanasan di bawah tekanan,

karet memperoleh elastisitasnya, kekompakan, dan daya tahannya terhadap

pengaruh panas. Dari penambahan sulfur dapat diperoleh karet lunak (5-10%

sulfur) dan karet keras (30-50% sulfur).

·         Akselerator

Akselerator mengurangi waktu vulkanisasi dengan meningkatkan kecepatan

vulkanisasi. Zat ini bukan katalisator karena ia mengalami perubahan kimiawi dan

seringkali juga bekerja sebagai cross-linking agent. Vulkanisasi dengan sulfur

harus disertai akselerator agar menghasilkan derajat cross-linking yang efektif.

·         Aktivator

Aktivator berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi cross-linking dengan cara

bereaksi dengan akselerator, menghasilkan senyawa yang lebih efisien. Aktivator

yang umum digunakan adalah zinc oksida dan asam stearat. Pada sistem

vulkanisasi sulfur konvensional, zinc oksida dan asam stearat digunakan sebagai

koaktivator.

·         Antioksidan-antiozon

Page 42: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Antioksidan dan antiozon dikelompokkan sebagai antidegradasi. Antioksidan

adalah senyawa yang berfungsi melindungi terhadap oksigen, dan antiozon

berfungsi melindungi dari ozon yang bersifat lebih reaktif. Senyawa-senyawa ini

digunakan untuk meningkatkan resistensi elastomer tak jenuh terhadap usia.

Elastomer jenuh, seperti silikon atau fluoroelastomer, tidak membutuhkan

antidegradasi.

Antidegradasi kimia, seperti fenol,melindungi karet dengan cara mengalami

oksidasi untuk menggantikan polimer. Antidegradasi fisika seperti lilin (wax),

bekerja dengan membentuk lapisan protektif pada permukaan karet. Lilin tersebut

juga dapat berfungsi sebagai lubrikan pada piston syringe.

·         Plasticizer- lubrikan

Senyawa ini digunakan dalam formulasi karet sebagai bahan pembantu dalam

pembuatan karet, sebagai pelunak pada karet yang telah divulkanisir atau sebagai

pelicin tutup. Contohnya yaitu parafin wax, minyak silikon, minyak parafin,

minyak naftenat (Naphtenic oil), ftalat, dan fosfat organik.

·         Pengisi

Karet dapat diformulasikan tanpa pengisi. Jika demikian maka hasilnya disebut

karet “gum” yang bersifat tembus pandang, misalnya untuk pembuatan dot

bayi. Dalam pembuatan karet, seringkali dilakukan modifikasi untuk

meningkatkan kekerasan karet, karakteristik fisika, resistensi terhadap abrasi atau

menurunkan biaya produksi. Pengisi digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan

tersebut.

·         Pigmen

Page 43: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Pigmen biasanya berupa garam anorganik dan oksida, karbon hitam, atau

pewarna organik, yang digunakan untuk tujuan estetika atau fungsional. Dari segi

estetika, pabrik farmasi mungkin menginginkan tutup karet yang berwarna serasi

dengan sefel alumunium atau label, sehingga penampilan kemasan menjadi lebih

menarik.

Uji Tutup Karet Elastomerik

1.      Prosedur Uji Biologi

Ada dua tahap pengujian. Tahap pertama adalah uji reaktivitas secara biologi

invitro. Bahan yang yeng memenuhi syarat uji invitro, tidak perlu dilakukan uji

tahap kedua. Bahan yang tidak memenuhi syarat invitro lanjutkan dengan tahap

kedua yaitu uji intrakutan yaitu uji reaktivitas secara biologi invitro.

2.      Prosedur Uji Fisikokimia

Uji berikut dimaksudkan untuk menetapkan sifat fisikokimia yang berhubungan

dengan ekstraksi tutup elastomeric. Karena uji berdasarkan pada ekstraksi

elastomer, maka jumlah luas permukaan dari contoh yang akan diekstraksi adalah

penting. Dalam tiap pengujian ditetapkan luas permukaan untuk diekstraksi pada

suhu yang telah ditetapkan. Metode uji direncanakan untuk mengetahui variasi

utama yang diharakan.

Larutan pengekstraksi:

a.       Air murni

Page 44: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

b.      Pembawa obat (bila digunakan)

c.       Isopropanol

Peralatan

a.       Otoklaf digunakan dapat mempertahankan suhu 121˚C ± 2˚C, yang dilengkapi

dengan thermometer, pengukur tekanan, dan rak yang sesuai untuk tempat wadah

pengujian diatas permukaan air.

b.      Oven dapat mempertahankan suhu 105˚C ± 2˚C.

c.       Alat Refluks, mempunyai kapasitas lebih kurang 500 ml.

Prosedur

Penyiapan contoh letakkan dalam wadah ekstraksi yang sesuai sejumlah tutup

elastomeric yang memberikan luas permukaan 100 cm2. Tambahkan 300 ml air

murni kedalam masing-masing wadah, tutup dengan gelas piala yang dibalik dan

masukkan dalam otoklaf pada suhu 121˚C ± 0,5˚C selama 30 menit.

Enaptuangkan, menmggunakan penapis baja tahan karat, sehingga tutup tertahan

dalam wadah. Cuci dengan 100 ml air murni goyangkan perlahan dan buang air

cucian. Ulangi pencucian dengan air murni 100 ml. lakukan prosedur yang sama

untuk wadah blangko.

Ekstrak (dengan larutan pengekstraksi A) masukkan sejumlah contoh yang

telah dipersiapkan pada penyiapan contoh, dengan luas permukaan 100 cm2,

kedalam wadah yang sesuai, tambahkan 200 ml air murni. Tutup dengan gelas

piala yang dibalik dan ekstraksi dengan pemanasan dengan otoklaf pada suhu 

121˚C selama 2 jam, biarkan selama waktu yang secukupnya hingga cairan dalam

Page 45: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

wadah mencapai suhu ekstraksi. Biarkan otoklaf mendingin dengan cepat dan

dinginkan hingga suhu kamar. Lakukan prosedur yang sama pada blangko.

Ekstrak (dengan larutan pengekstraksi B atau larutan pengekstrak C)

masukkan sejumlah contoh yang telah dipersiapkan pada penyiapan contoh,

dengan luas permukaan 100 cm2, kedalam alat refluks yang sesuai berisi 200 ml

larutan pengekstraksi B atau larutan pengekstrak C, dan refluks selama 30 menit.

Lakukan prosedur yang sama pada blangko.

Kekeruhan (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan

pengekstraksi A, larutan pengekstraksi B atau larutan pengekstrak C). Goyangkan

wadah masukkan sejumlah ekstrak kedalam sel, jika perlu encerkan dengan

pengekstraksi, dan ukur kekeruhannya dengan nefelometer, terhadap baku tetap

yang direproduksibel (baku nefelos). Kekeruhan adalah perbedaan antara harga

yang diperoleh untuk blangko dan contoh yang dinyatakan dalam unit nefelos,

sesuai skala numeric linier arbitrary, menunjukkan rentang kekaburan dari

kejernihan mutlak sampai daerah kekeruhan.

Zat mereduksi (ekstrak yang digunakandengan larutan pengekstraksi A).

goyangkan wadah pindahkan 50 ml ekstrak contoh kedalam wadah yang sesuai,

dan titrasi dengan iodium 0,01 N, menggunakan 3 ml kanji sebagai indicator.

Lakukan penetapan blangko. Perbedaan volume titran antara blangko dan contoh

dinyatakan dalam ml iodium 0,01 N.

Logam berat (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan

pengekstraksi A atau larutan pengekstraksi B). masukkan 20 ml ekstrak blangko

dan ekstrak contoh kedalam tabung pembanding warna yang terpisah. Masukkan

Page 46: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

2 ml, 6 ml dan 10 ml larutan baku timbale kedalam tiga tabung pembanding

warna yang berbeda, tambahkan 2 ml as.asetat 1 N pada tiap tabung, dan

tambahkan air hingga 25 ml. tambahkan 10 ml hydrogen sulfide yang dibuat segar

kedalam tiap-tiap tabung, campur diamkan 5 menit dan amati dari atas kebawah

diatas permukaan putih. Tetapkan jumlah logam berat dalam blanko dan dalam

contoh. Kandungan logam berat adalah perbedaan antara blangko dan contoh.

Perubahan pH ( Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan

pengekstraksi A atau larutan pengekstraksi B). tambahkan kalium klorida

secukupnya kedalam ekstrak A hingga kadar 0,1%. Tetapkan pH dari contoh

ekstrak A dan ekstrak B secara potensiometrik, lakukan penetapan blangko

ekstrak A dan Ekstrak B. perubahan pH adalah perbedaan pH antara blangko dan

contoh.

Bahan terekstraksi (Gunakan ekstrak yang disiapkan dengan larutan

pengekstraksi A, larutan pengekstraksi B atau larutan pengekstrak C).  Goyangkan

wadah, masukkan 100 ml balangko dan contoh kedalam cawan penguap yang

telah dipisah dan telah ditara. uapkan diatas tangas uap hingga kering atau dalam

oven pada suhu 100˚, keringkan pada suhu 105˚ selama 1 jam, dinginkan kedalam

desikator dan timbang. hitung bahan terekstraksi total, dalam mg dengan rumus:

2(Wu-WB)

Wu adalah bobot residu dari contoh dalam mg

WB adalah bobot residu blangko dalam mg

Tutup Plastik

Page 47: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

a.      Resin Thermosetting

Resin plastik thermosetting jenis fenol banyak digunakan pada tutup yang

beruliran. Plastik thermosetting mula-mula menjadi lembek pada pemanasan dan

kemudian pulih lalu mengering pada keadaan akhir. Pembentukkan harus terjadi

pada tahap pertama menjadi lembek, karena sesudah waktu memulih sudah tidak

ada pergerakkan lagi, meskipun dipanaskan berulang dan disertai penekanan.

Selama proses pencetakkan, thermoset mengalami perubahan kimia permanen dan

tidak seperti bahan-bahan termoplastis, bahan-bahan ini tidak dapat diproses

ulang. Karena bagian-bagian yang salah cetak harus disingkirkan, maka bahan-

bahan thermosetting biasanya diproses dengan cara pencetakkan memakai

tekanan. Proses pembuatannya relative lambat tetapi memungkinkan kontrol yang

baik dan memberi tanggapan yang cepat untuk mengubah temperatur dan aliran

bahan.

1.      Jenis fenol

Bahan jenis fenol menghasilkan mutu yang berbeda-beda, berwarna gelap

biasanya hitam atau coklat. Jenis fenol digunakan bila diperlukan plastic yang

keras dan kukuh dan bila warna gelap dapat diterima. Kekerasan, tahan panas,

resistensi terhadap bahan kimia dan kuat adalah sifat-sifat yang mudah terlihat

dari jenis fenol. Pembatasan warna merupakan penghalang utama, meskipun

pemberian lapisan (coating) tersedia dengan harga yang murah. Sebagai tutup,

jenis fenol dapat menahan kekuatan tekanan dari mesin penutup botol, dan

menjadi segel yang erat dalam jangka waktu lama.

Page 48: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Jenis fenol resisten terhadap beberapa asam encer dan alkali, tetapi dapat

rusak oleh asam-asam, terutama yang bersifat oksidator. Asam organik dan asam

yang mereduksi biasanya tidak mempunyai pengaruh. Alkali kuat dapat

menguraikan jenis fenol.

2.      Jenis Urea

Resin thermosetting ini merupakan bahan yang keras dan jernih, yang dapat

menerima pewarnaan. Bahan ini lebih mahal daripada jenis fenol, tetapi sifat

tahan panas dan sifat lainnya dari jenis urea menjadikannya cocok untuk hal-hal

yang khusus. Warna-warna yang indah dapat diperoleh dari jenis urea, karena

kejernihannya memberi kecerahandan intensitas warna yang kuat. Plastik jenis

urea tersedia dalam berbagai ragam warna dan merupakan bahan yang keras,

rapuh, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa. Karena merupakan

plastik thermosetting, maka jenis urea tahan terhadap temperature yang tinggi

tanpa menjadi lembek, tetapi menjadi hangus pada temperatur kira-kira 390°F.

Bahan ini dapat mengabsorpsi air pada keadaan basah, tetapi absorpsi seperti itu

tidak mempunyai efek serius terhadap plastik.

Jenis urea tidak dipengaruhi oleh pelarut organik apapun, tetapi dirusak oleh

alkali dan asam kuat. Bahan ini memiliki resistensi yang baik terhadap semua

jenis minyak dan lemak. Meskipun jenis urea tahan terhadap temperatur tinggi,

tetapi tidak dapat disterilkan dengan uap.

b.      Resin termoplastis

Sejak jenis ini diperkenalkan, maka termoplastik menjadi luas pemakaiannya

pada pabrik sebagai tutup wadah. Polistiren, polietilen, dan polipropilen adalah

Page 49: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

bahan-bahan yang dipakai pada 90% atau lebih dari semua tutup yang

termoplastis. Tiap bahan mempunyai keuntungan tersendiri, dan resin utama yang

dipakai tergantung pada sifat fisika dan kimia yang diinginkan bagi penggunanya,

serta pada produk tertentu yang akan dikemas.

Kotak Karton yang Disegel

Lembaran kertas karton yang dapat dilipat telah digunakan

sebagai kemasan kedua bagi produk bebas selama bertahun.tahun.

Kepopuleran jenis kemasan ini didasarkan pada pertimbangan fungsi dan

pemasaran dengan timbulnya pemasaran besar-besaran dan obat bebas pada

bagian swalayan dan toko-toko besar, maka adanya rak dan tumpukan

produk menjadipertimbangan dominan dalam desain kemasan. Distribusi besar-

besaran dan produk yang mudah pecah juga memerlukan kemasan

kedua untuk pecahnya produk selama distribusi. Keperluan menempel

label dalam banyak hal melampaui batas tempat yang disediakan bagi label pada

wadah pertama, dan akibatnya memerlukan tempat tambahan yang

tersedia sebagai sisipan atau lajur dan karton. Semua pertimbangan ini

dilaksanakan dengan pemakaian karton yang dilipat ufltuk memuat kemasan yang

pertama. Penutupan kotak karton lipat dapat dilaksanakan dengan beberapa cara.

Metode yang paling lazim terlihat adalah dengan menggunakan desain “melipat

ujung”. Keadaan desain “melipat ujung” memungkinkan ujung-ujung kotak

karton dipasang dekat dengan menyatunya sisi-sisi karton dari ujung kotak yang

terbuka, dengan belahan ditempatkan pada lipatan kotak atau tutup kotak.

Page 50: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Keadaan desain ini, yang telah lazim dikerjakan dalam industri kotak karton

karena fungsi dan kemampuannyabersatu dengan mesin kemasan kecepatan

tinggi, tidak lagi dianggap sebagai mekanisme penutupan yang dapat diterima

untuk obat bebas. Jika memakai kotak karton yang dilipat ujungnya, mereka harus

diperbesar dengan beberapa bentuk lain dari kemasan tahan gangguan seperti

pembungkus tambahan dengan lapisan tipis, menyegel dengan pita atau penyegel

kotak karton dengan perekat. Kotak karton yang disegel ujungnya berbeda dengan

yang ujungnya dilipat; dalam hal ini lebih baik menggunakan desain ikat mengikat

secara mekanis untuk menutup kotak karton dengan ujung yang dilipat, bagian

luar memakai perekat atau dilelehkan dengan panas untuk menyegel kotak karton.

1.      Uji Kebocoran                                        

Pengujian keutuhan kemasan merupakan hal yang kritis. Hal ini karena

berhubungan dengan keamanan dan kualitas produk. Untuk keperluan tersebut

dibutuhkan uji yang bersifat non destruktif. Beberapa test yang sering digunakan

ialah:

a.    Test elektrolit, digunakan untuk mengetahui kerusakan yang berhubungan

dengan kebocoran kemasan, test ini menggunakan larutan elektrolit, bila terjadi

kebocoran maka akan terjadi arus listrik.

b.    Test tekanan, digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan, dalam test

ini, gas diinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup dalam air. Injeksi gas

dilakukan dengan pompa. Bila terjadi kebocoran maka terjadi gelembung dalam

air.

Page 51: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

c.    Test mikrobiologi, digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi dari

mikroba dalam kemasan. Test ini juga digunakan untuk menguji efektifitas

sterilan yang digunakan.

Contoh Pengujian Kebocoran Pada Ampul

            Ampul dimaksudkan sebagai wadah tersegel yang kedap udara untuk suatu

dosis tunggal obat, sehingga secara sempurna menghalangi tiap perubahan antara

isi ampul yang disegel dan lingkungannya. Adanya pori-pori kapiler atau retakan

halus dapat menyebabkan masuknya mikroorganisme atau kontaminan lain yang

berbahaya ke dalam ampul, atau isinya dapat bocor keluar dan merusak

penampilan kemasan. Perubahan temperatur selama penyimpanan dapat

menyebabkan ekspansi dan kontraksi ampul dan isinya, sehingga menonjolkan

perubahan jika ada lubang.

            Uji kebocoran dimaksudkan untuk mendeteksi ampul yang belum ditutup

dengan sempurna, sehingga ampul-ampul tersebut dapat dibuang. Ampul yang

ditutup pada ujungnya kelihatannya tidak begitu sempurna penutupannya

dibandingkan dengan ampul yang ditutup dengan segel tarik. Di samping itu,

retak kecil bisa terjadi sekitar segel tersebut atau pada dasar ampul sebagai hasil

dari penanganan yang kurang sempurna.

            Kebocoran biasanya dideteksi dengan menghasilkan suatu tekanan negatif

dalam ampul yang ditutup tidak sempurna, biasanya dalam ruang vakum, selagi

ampul tersebut dibenamkan dalam larutan yang diberi zat warna (biasanya 0,5

sampai 1,0% biru metilen). Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan

Page 52: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

zat warna mempenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul

dicuci untuk membersihkan zat warnanya.  Vakum (27 inci Hg atau lebih) harus

dengan tajam dilepaskan setelah 30 menit. Hanya setetes kecil zat warna bisa

mempenetrasi ke lubang yang kecil.

            Laporan pengkajian menunjukkan bahwa deteksi kebocoran lebih efektif

bila ampul dicelupkan dalam bak zat warna selama siklus pensterilan dengan

autoklaf. Ini mempunyai keuntungan tambahan membantu deteksi kebocoran dan

sterilisasi dalam satu pelaksanaan. Kapiler yang berdiameter 15 mikron atau lebih

kecil bisa atau bisa tidak dideteksi dengan cara uji ini.

            Uji kebocoran tidak dilaksanakan untuk vial dan botol karena tutup

karetnya tidak kaku; tetapi botol seringkali disegel selagi suatu vakum ditarik,

sehingga botol tetap kosong (terevakuasi) selama waktu penyimpanan. Adanya

vakum bisa dideteksi dengan membenturkan dasar botol dengan keras dengan

pangkal telapak tangan untuk menghasilkan suara “memukul air”. Uji lainnya

adalah dengan memakai pemeriksaan penguji percikan ke luar botol tersebut, yang

bergerak dari lapisan cairan ke dalam ruang udara. Penglepasan percikan baru

terjadi jika ruang udara dievakuasi (dikosongkan).

  

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta. 1995.

Page 53: KEMASAN DALAM SEDIAAN STERIL

Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, Joseph L. Kanig. Teori dan Praktek Farmasi

Industri III, Penerjemah Siti Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

1994.

Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan Soendani N.S. Gadjah Mada

University Press. 1995.

http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y=cybershopping

%7C0%7C0%7C6%7C474