kema tang an pro duk horti kultura

23
BAB 4 KEMATANGAN PRODUK dan INDEK PANEN Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini, mahasiswa dan pembaca diharapkan akan : Mampu menjelaskan pengertian kematangan pada komoditi hortikultura, Mampu menjelaskan indikator tingkat kematangan dan sekaligus indek panenan komoditi hortikultura, Mampu menjelaskan hubungan kematangan dengan kualitas dan kemudian mampu menyebutkan beberapa komponen kualitas komoditi hortikultura panenan, dan Mampu menyebutkan beberapa metode penetapan indek kematangan dan indek pemanenan untuk beberapa komoditi hortikultura

Upload: sukmiyatiagustin

Post on 19-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pasca panen

TRANSCRIPT

  • BAB 4

    KEMATANGAN PRODUK dan INDEK PANEN

    Tujuan Pembelajaran :

    Setelah mengikuti kuliah dan membaca bahan ajar pada bab ini,

    mahasiswa dan pembaca diharapkan akan :

    Mampu menjelaskan pengertian kematangan pada komoditi hortikultura,

    Mampu menjelaskan indikator tingkat kematangan dan sekaligus indek

    panenan komoditi hortikultura,

    Mampu menjelaskan hubungan kematangan dengan kualitas dan

    kemudian mampu menyebutkan beberapa komponen kualitas komoditi

    hortikultura panenan, dan

    Mampu menyebutkan beberapa metode penetapan indek kematangan

    dan indek pemanenan untuk beberapa komoditi hortikultura

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    81

    Komoditi panenan hortikultura yang biasanya mudah rusak (perishable)

    perlu mendapat perhatian serius dalam penanganannya, karena secara

    langsung mempengaruhi kualitas komoditi. Oleh karena itu studi tentang

    konsep kematangan, apa artinya, dan teknik-teknik pengukuran ataupun

    penentuan tingkat kematangan komoditi merupakan fokus dalam penanganan

    maupun fisiologi paska panen. Harus diingat pula, bahwa terdapat hubungan

    erat antara tingkat kematangan dengan kualitas.

    A. Pengertian Kematangan

    Kebanyakan masyarakat mengartikan matang (mature) dan masak

    (ripe) dengan konsep yang sama pada komoditi hortikultura, terlebih-lebih

    terhadap komoditi buah. Dalam fisiologi paska panen, matang dan masak

    adalah istilah yang berbeda untuk stadia yang berbeda pada masing-masing

    tingkat perkembangan. Matang didefinisikan sebagai komoditi yang memiliki

    pertumbuhan dan perkembangan yang lengkap.

    Khususnya pada buah, oleh US Grade mendefinisikan matang sebagai

    suatu tahapan atau stadia yang akan menjamin penyelesaian proses

    pemasakan. Kebanyakan ahli teknologi paska panen mendefinisikan matang

    sebagai suatu stadia pada saat komoditi mencapai stadia perkembangan

    cukup setelah panen dan pada saat penanganan paska panen keadaan

    kualitasnya masih dapat diterima oleh konsumen.

    Pada kebanyakan jenis buah seperti pisang; kualitas untuk dapat

    dikonsumsi pada tingkat kematangan jauh dari optimum. Sedangkan pada

    kebanyakan sayuran, kematangan optimal terjadi bersamaan dengan kualitas

    optimum organ panenan tersebut untuk dapat dikonsumsi. Pada bab 3 telah

    dijelaskan matrik perkembangan tingkat kematangan dan pemasakan untuk

    masing-masing jenis komoditi hortikultura. Pada table matrik di bawah

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    82

    ditunjukkan bahwa tingkat kematangan sebagian besar komoditi hortikultura

    ditentukan oleh penggunaan komoditi bersangkutan. Contoh ekstrim

    ditunjukkan pada kecambah (taoge), yang secara fisiologis sangat jauh dari

    stadia matang namun mengingat tujuan dan penggunaannya, komoditi tersebut

    walaupun baru mencapai fase perkecambahan telah dikatakan matang dalam

    arti kegunaannya bagi konsumen.

    Kematangan hortikultura adalah stadia perkembangan tanaman atau

    bagian tanaman yang memiliki persyaratan optimum untuk dapat dimanfaatkan

    oleh konsumen guna memenuhi tujuan tertentu. Suatu komoditi tertentu

    mungkin mencapai stadia matang hortikultura pada stadia perkembangan.

    Kecambah atau bibit adalah secara hortikultura matang dan kondisi ini dicapai

    pada stadia awal perkembangannya, sedangkan kebanyakan jaringan vegetatif

    ataupun organ reproduktif dan organ penyimpanan bawah tanah menjadi

    matang secara hortikultura pada stadia pertengahan, dan pada biji-bijian terjadi

    pada stadia akhir dari perkembangan.

    B. Indikator Tingkat Kematangan

    Penelitian untuk menentukan tingkat kematangan komoditi hortikultura

    telah banyak dilakukan dan telah menghasilkan teknik-teknik penentuan

    kematangan bagi masing-masing jenis komoditi. Meskipun demikian,

    penentuan tentang indek kematangan yang memuaskan masih sedikit, dan

    penelitian-penelitian tersebut masih terus dilakukan untuk mencapai suatu

    teknik penentuan tingkat kematangan yang benar-benar dapat

    direkomendasikan.

    Pengertian kematangan sebagai suatu stadia dari perkembangan

    komoditi paling tidak memberikan gambaran nilai kualitas yang masih dapat

    diterima oleh konsumen, dan memberikan pengertian suatu ukuran nilai

    kualitas dari komoditi tersebut. Ukuran tersebut sebagai alat evaluasi ataupun

    penentu kematangan komoditi bersangkutan.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    83

    Tabel 4.1.

    Matrik Perkembangan Fisiologis Kematangan-Pemasakan Komoditi Hortikultura

    INISIASI PERKEMBANGAN KEMATIAN Pertumbuhan Pematangan Pemasakan Kelayuan KEMATANGAN HORTIKULTURA Kecambah Batang dan Daun Asparagus, Seledri, Selada, Kubis Influorescen Brokoli, Bunga Potong Perkembangan Buah Mentimun, Jagung Manis, Kacang-kacangan Perkembangan Buah Penuh Apel, Jeruk, Tomat, Pear Akar, Tuber, dan Biji Wortel, Bawang Bombai, Bawang Putih

    Tanaman Hias Bibit Bunga Potong (daun) Hias Berbunga Bunga Potong (bunga) Biji

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    84

    Faktor-faktor yang menentukan tingkat kematangan suatu komoditi panenan

    ditetapkan dan sekaligus dapat mempengaruhi serta menentukan tingkat

    kualitasnya adalah :

    1. Peraturan

    Peraturan ditetapkan bersama oleh sekelompok tani (pihak produsen)

    ataupun atas permintaan pasar (pihak konsumen) ataupun ditetapkan oleh

    instansi yang berwenang. Indek kematangan yang diperoleh pada cara ini

    sering kali bersifat subyektif karena luasnya mendefinisikan arti

    kematangan. Sebagai contoh nanas yang pemakaiaannya untuk

    pengalengan buah, tingkat kematangan indek 2 hingga 3 merupakan

    kondisi yang optimum agar tercapai kualitas buah kalengan yang baik.

    Pada apel, penetapan tingkat kematangan menggunakan perhitungan hari

    sejak pembentukan pentil buah.

    2. Strategi pemasaran

    Pasar pada umumnya ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan

    yang melibatkan dilakukannya kegiatan pengiriman, apakah lebih awal atau

    dikemudiankan. Hal ini pula secara langsung mempengaruhi para produsen

    untuk melakukan pemanenan pada tingkat atau indek kematangan yang

    berbeda, lebih awal dipanen atau dipanen kemudian.

    Pada umumnya untuk pemasaran pasar local yang relatif dekat dengan

    sumber produksi, komoditi dipanen bila telah mencapai stadia masak awal.

    Komoditi pada kondisi ini biasanya telah menunjukkan adanya perubahan

    warna yang cukup mencolok. Namun bilamana pasar berlokasi cukup jauh

    sehingga membutuhkan transportasi, maka komoditi harus dipanen lebih

    awal agar supaya setelah sampai ditujuan komoditi bersangkutan telah

    masak dan masih dapat diterima oleh konsumen. Untuk keperluan

    pengolahan lebih lanjut, kondisi komoditi masih boleh telah mencapai

    masak optimal

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    85

    3. Sistim pemanenan

    Sistim panen menentukan tingkat atau indek kematangan suatu komoditi

    yang tepat. Kapan suatu komoditi dipanen dengan menggunakan sistim

    panenan tertentu sangat menentukan indek kematangan yang tepat. Hal ini

    berkaitan erat dengan terhindarkannya kemungkinan luka fisik pada

    komoditi panenan akibat diterapkannya suatu teknik panenan tertentu yang

    terpilih.

    C. Hubungan Kematangan dengan Komponen Kualitas

    Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu bernilai

    atau unggul. Kata kualitas digunakan dalam banyak hal dalam kaitannya

    dengan buah dan sayuran maupun bunga potong seperti halnya kualitas pasar,

    kualitas nutrisi, kualitas pengiriman, kualitas internal, dan kualitas penampilan.

    Kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri,

    sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut, baik untuk

    bahan makanan (buah dan sayuran) maupun sebagai bahan kesenangan atau

    hiburan (tanaman hias dan bunga potong). Petani produsen harus

    memperhatikan komoditinya, tetapi bagi mereka kultivar atau varietas yang

    bernilai haruslah berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen dan

    tahan lama selama pengiriman.

    Namun, bagi pedagang pengumpul atau distributor pasar, kualitas

    penampilan merupakan hal yang terpenting. Mereka juga tertarik pada tingkat

    kekerasan dan daya simpan yang panjang. Para konsumen memperhatikan

    nilai kualitas suatu buah dan sayuran berdasarkan pada penampilan dan

    tingkat kekerasan yang baik, nilai rasa dan gizi. Meskipun para konsumen

    membeli suatu buah atau sayuran atas dasar penampilan dan rasa, kepuasan

    yang menimbulkan keinginan untuk membeli lagi tergantung pada kualitas

    yang baik pada bagian yang dapat dimakan (Edible Quality).

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    86

    Berbagai komponen kualitas pada tabel berikut di bawah menjelaskan

    kegunaan komponen kualitas untuk mengevaluasi komoditi dalam kaitannya

    dengan upaya pemuliaan dan evaluasi daya adaptasi terhadap faktor

    lingkungan maupun beberapa perlakuan paska panen yang diterapkan.

    Pentingnya tiap faktor kualitas tergantung pada komoditi dan rencana

    penggunaan (dalam keadaan segar atau diolah). Sedangkan komponen

    kualitas bagi tanaman hias ataupun bunga potong adalah kualitas dalam

    penampilan atau kenampakan.

    Beberapa cacat dapat mempengaruhi nilai kualitas penampilan tanaman

    ataupun komoditi panenan. Cacat morfologi termasuk pula pertunasan pada

    kentang, bawang; berakarnya bawang bombai; perpanjangan ujung asparagus;

    pembengkokan asparagus dan bunga-bunga potong; berkecambahnya biji

    dalam buah seperti pada cabe dan tomat; mekarnya bunga pada brokoli.

    Sementara itu, cacat fisik termasuk layu dan mengkerutnya komoditi,

    dan mengeringnya bagian dalam beberapa buah; dan kerusakan mekanik

    karena tusukan, goresan, terbelah ataupun memar. Sedangkan cacat-cacat

    lainnya dapat disebabkan karena insek (serangga), burung ataupun angin,

    cacat akibat bahan kimia ataupun akibat reaksi biokimia seperti pencoklatan,

    pucat ataupun pengerasan kulit.

    Tingkat kematangan saat panen sangat menentukan kualitas komoditi

    panenan. Kualitas yang dimaksud adalah kualitas penyimpanan, kualitas nutrisi

    terkandung, dan kualitas penampilan. Hal ini dikarenakan tingkat kematangan

    panen sangat menentukan kepekaan komoditi panenan tersebut terhadap

    keadaan lingkungan dan juga kepekaan terhadap beberapa keadaan yang

    mempengaruhi (perlakuan yang dikenakan).

    Pemanenan yang tidak hati-hati terhadap komoditi yang telah memasuki

    tingkat kematangan maksimal tentunya akan memudahkan kerusakan fisik

    akibat telah mulainya jaringan melunak. Penangan saat panenpun sangat

    memberikan peluang rusaknya komoditi panen, sebagai contoh untuk hal ini,

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    87

    saat pengumpulan sementara terhadap hasil panenen. Bilamana tingkat

    kematangan saat panen telah mencapai maksimal, jaringan telah mulai

    melunak, maka tumpukan akan memberikan peluang bagi hilangnya hasil

    panenan cukup tinggi akibat luka memar akibat tindihan ataupun benturan

    maupun goresan luka yang terjadi.

    Selain itu, tingkat kematangan yang telah lewat akan menyulitkan upaya

    memperpanjang umur saat penyimpanan. Hal ini tentunya berdampak negatif

    terhadap teknologi penyimpanannya. Demikian pula halnya bilamana komoditi

    panenan dalam kondisi belum mencapai tingkat kematangan optimal, akan

    mempersulit upaya penanganan pasca panen seperti perangsangan

    kematangan pada tingkat yang seragam, maupun tercapainya tingkat nutrisi

    terkandung yang maksimal. Untuk kasus yang terakhir ini, disebabkan karena

    pada tingkat kematangan yang belum optimal, tentunya pertumbuhan dan

    perkembangan jaringan belum pada tingkat kedewasaan yang optimal,

    sehingga secara langsung akan berpengaruh terhadap kompleksitas senyawa

    tersimpan.

    Selama dalam periode penyimpanan, komoditi panenan akan

    mengalami perubahan dalam tekstur. Tingkat kematangan saat panen sangat

    mempengaruhi tingkat perubahan tekstur komoditi bersangkutan. Di sisi lain,

    tekstur komoditi panenan hortikultura sangat menentukan kaulitas makanan

    dan gizi. Selain dari itu merupakan faktor penting yang diperlukan untuk

    mempertahankan kondisi dari cekaman lingkungan selama pengiriman ataupun

    penyimpanan. Buah-buah yang bertekstur lunak, tidak mungkin dapat dikirim

    ke pasar yang berlokasi cukup jauh tanpa adanya kehilangan berat (hasil) yang

    cukup banyak. Untuk kasus ini, maka buah sebaiknya dipanen pada tingkat

    indek kematangan di bawah tingkat kematangan yang baik untuk kualitas

    flavor. Dengan kata lain dipanen lebih muda.

    Penampilan yang baik tidak selalu berarti kualitas nutrisi dan rasanya

    juga baik/enak. Buah atau sayuran yang sedikit lecet dan cacat di bagian luar

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    88

    mungkin saja sama baiknya dalam hal rasa dan nilai nutrisinya bila

    dibandingkan dengan yang berpenampilan menarik. Oleh karena itu, perlu pula

    menambahkan kriteria kualitas selain penampilan yang dapat sebagai indikator

    bagi alternatif dilakukannya memilihan oleh konsumen. Indek kualitas tersebut

    haruslah relatif mudah untuk dievaluasi dan metode evaluasi yang obyektif

    harus mudah pula diterapkan dan harus dikembangkan.

    Khususnya bunga potong, kualitas bunga yang ditampilkan oleh bunga

    potong bersangkutan selain ditentukan oleh tingkat kematangan beberapa

    kriteria fisik juga menentukan. Kriteria tersebut meliputi panjang batang atau

    tangkai bunga, bentuk batang, ukuran mahkota bunga, kondisi, bentuk dan

    ketahanan terhadap cuaca, serta tingkat kerusakan.

    Tabel 4.2.

    Komponen Kualitas Komoditi Hortikultura Panenan

    Komponen

    Indikator

    Penampilan (visual)

    Ukuran dimensi, berat, volume

    Bentuk perbandingan diameter dan kedalaman, kehalusan, kekompakan

    Warna kesegaran, intensitas

    Kilap lapisan lilin

    Cacat keadaan internal dan eksternal, morfologi, fisiologi, fisik, mekanik, patologis

    Keindahan

    khususnya bagi tanaman hias dan bunga potong yang dicirikan oleh perpaduan antara warna, ukuran, bentuk serta keunikan (khusus bunga potong).

    Tekstur Kekuatan, kekerasan, kelembutan, kerenyahan, sukulensi, serat, juiciness

    Flavor (rasa dan aroma) Manis, asam, pahit, aroma (senyawa volatil), astringensi

    Nilai nutrisi Karbohidrat (termasuk serat), protein, lipid, vitamin, mineral

    Safety (keamanan) Senyawa toksik, kontaminan (residu bahan kimia beracun. Logam berat), mycotoksik

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    89

    Banyak faktor-faktor baik pra ataupun paskapanen yang mempengaruhi

    komposisi dan kualitas komoditi panenan segar. Berikut adalah beberapa

    faktor yang mempengaruhi tingkat keberagaman kualitas yang dimiliki oleh

    buah dan sayuran maupun tanaman hias bunga potong,

    1. Genetik,

    2. Kondisi di lapangan (saat prapanen),

    3. Teknik dan waktu pemanenan,

    4. Perlakuan paska panen, dan

    5. Interaksi faktor-faktor tersebut di atas.

    Sehubungan dengan adanya hubungan antara tingkat kematangan

    dengan kualitas komoditi panenan yang dijelaskan di atas, dapat dikatakan

    bahwa terdapat tiga komponen utama kualitas komoditi yang terlihat dan

    sekaligus menentukan konsumen untuk memilih. Komponen tersebut

    mencakup aspek penampilan, aspek kimia, dan aspek anatomi.

    D. Metode Penetapan Indek Kematangan sebagai Indikator Pemanenan

    Kematangan (kedewasaan) optimum untuk panenan merupakan kondisi

    yang tidak tetap atau pasti bagi masing-masing jenis tanaman, ataupun bagi

    tiap bagian tanaman (organ) yang akan dipanen. Kriteria kematangan panen

    sangat beragam tergantung pada permasalahan dalam masa produksi, panen,

    penyimpanan, pemasaran, dan permasalahan dalam operasional masing-

    masing tahapan penanganan pasca panen tersebut.

    Bilamana tingkat kematangan suatu komoditi untuk dapat dipanen telah

    diketahui dengan baik, maka akan memberikan keuntungan besar pada usaha-

    usaha dalam penanganan pasca panen berikutnya. Selain itu, para petani

    produsen akan lebih mudah melakukan pemanenan dan memperkecil tingkat

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    90

    kehilangan hasil. Selain itu, dengan diperolehnya tingkat kematangan optimum

    bagi masing-masing peruntukan (kebutuhan), maka secara langsung telah

    tercapai penetapan kualitas bagi komoditi berrsangkutan.

    Ciri-ciri khas atau indek untuk memperkirakan tingkat kematangan

    komoditi hortikultura telah banyak dikembangkan. Tingkat kematangan yang

    juga sebagai indikasi dapat dilakukan pemanenan terhadap komoditi

    bersangkutan telah dijelaskan di atas, yaitu ditentukan oleh kenampakan, fisik,

    jumlah umur (kumputasi) ataupun menggunakan analisis kimia dan metode

    fisiologis. Secara visual dapat dilihat berdasarkan warna kulit, ukuran, terdapat

    daun yang kering, mengeringnya tanaman, tingkat perkembangan

    (pembesaran organ panenan). Secara fisik dapat dicirikan oleh kemudahan

    pemetikan, kekerasan, dan berat jenis. Secara kumputasi biasanya ditentukan

    dengan cara menghitung hari (umur) setelah keluarnya bunga.

    Dua teknik penentuan tingkat kematangan lainnya adalah dengan

    menggunakan teknik analisis kimia dan aspek fisiologis tanaman. Pengamatan

    melalui analisis kimia seperti gandungan gula, kadar asam dan kadar pati

    merupakan tenik penentuan indek panenan secara analisis kimia. Sedangkan

    penentapan indek panenan menurut metode fisiologis ditentukan berdasarkan

    fenomena respirasi.

    Namun demikian, hingga kini belum ada suatu metode penetapan indek

    panen yang tepat untuk masing-masing jenis komoditi baik itu buah, sayur,

    maupun tanaman hias bunga potong dan tanaman obat dan rempah. Hal

    tersebut didasarkan pada kemungkinan pertumbuhan dan perkembangan

    organ panenan sangat beragam walaupun pada satu pohon induk yang sama.

    Sebagai contoh, bilamana indek panenan di dasarkan pada perubahan warna,

    buah yang telah berwarna memarah dapat dipanen. Metode ini biasanya

    dilakukan oleh para petani, namun bagi perkebunan besar indek panenan lebih

    ditetapkan berdasarkan ukuran. Bilamana ukuran besar-kecil organ panenan

    ditetapkan sebagai indek panen, belum tentu ukuran besar menandakan organ

    panenan tersebut telah memasuki fase kematangan yang baik untuk

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    91

    dilakukannya panenan. Pewarnaan yang digunakan oleh petani kebanyakan

    sebagai indek panenan juga sangat relatif, karena pada pertanaman yang

    dipupuk dengan nitrogen tinggi memiliki perkembangan perubahan warna ke

    arah merah-kuning akan lambat dibandingkan pada areal dengan pemupukan

    nitrogen rendah. Demikian pula halnya dengan jumlah terpaan cahaya yang

    mengenai pertanaman juga sangat menentukan tingkat perubahan warna.

    Untuk hal ini dalam satu areal lahan saja kemungkinan tidak meratanya

    terpaan cahaya matahari dapat terjadi, apalagi perbedaan lokasi lahan yang

    cukup jauh.

    Demikian pula halnya dengan metode analisis kimia. Menganalisis

    kandungan gula maupun asam pada suatu organ panenan komoditi hortikultura

    untuk ditetapkan sebagai indek panenan juga sangat relatif. Hal ini

    dikarenakan untuk tiap lokasi maupun tiap teknik bercocok tanam dan kondisi

    iklim akan mempengaruhi tingkat bahan kimia terkandung dalam organ

    panenan bersangkutan. Semua faktor tersebut akan menyebabkan variasi tidak

    hanya dalam kadar gula dan asam suatu buah tetapi komponen kimia lainnya

    seperti pati, vitamin maupun kadar air.

    Jadi terdapat beberapa keterbatasan dari masing-masing indek panenan

    yang telah disebutkan di atas. Keterbatasan ini menyebabkan tidak akuratnya

    indek panenan dijadikan patokan. Keterbatasan ini disebabkan oleh beberapa

    hal yang secara langsung dipengaruhi oleh kondisi tingkat kematangan saat

    dilakukan pemanenan, yaitu meliputi,

    1. Tingkat nutrisi,

    2. Ukuran buah,

    3. Pengaruh iklim dan musim,

    4. Posisi buah dalam pohon,

    5. Jenis tanah,

    6. Kadar air tanah,

    7. Metode pemupukan dan jenis pupuk serta dosis yang digunakan, dan

    8. Penggunaan bahan kimia lainnya seperti zat pengatur pertumbuhan.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    92

    Sebagai dasar penetapan indek kematangan dan sekaligus sebagai

    penetapan saat panenan (indek panen) suatu komoditi hortikultura tidak hanya

    ditetapkan pada satu indikator saja tetapi merupakan kombinasi beberapa

    indikator atau indek. Seperti pada buah semangka selain ukuran yang telah

    cukup besar, saat panen juga ditetapkan berdasarkan berat masing-masing

    buah. Untuk buah mangga, tidak hanya ditandai dengan telah membulatnya

    bagian ujung buah tetapi disertai dengan telah mulai terjadi berubahan warna

    kulit ke arah yang lebih gelap namun terlihat mengkilap.

    Sedangkan pada sayuran kangkung, indek pemanenan komoditi ini

    banyak ditetapkan berdasarkan umur perkembangan tunas-tunas utama.

    Padahal bilamana hal ini saja yang digunakan sebagai indikator pemanenan,

    maka kualitas panenan (pucuk panenan) yang diperoleh sangat beragam

    dalam kualitas. Untuk kangkung, agar diperoleh kualitas panenan klas 1,

    pucuk-pucuk panenan harus dalam kondisi seluruh daun terpanen (biasanya 3

    4) masih dalam kondisi tidak mekar. Sedangkan bilamana terlihat pada pucuk

    panenan daun-daun telah mekar dan hanya satu daun nampak belum mekar,

    maka pucuk panenan tersebut tergolong kualitas 2. Untuk kualitas klas 3,

    seluruh daun pada pucuk panenan nampak telah mekar atau membuka.

    Sementara itu, tingkat mekarnya daun pada pucuk-pucuk panenan sangat

    tergantung pada tingkat nutri media maupun kondisi perairan.

    Sedangkan pada bunga potong, tingkat atau indek kematangan yang

    digunakan sebagai indicator pemanenan sangat berda untuk satu jenis bunga

    potong dengan jenis bunga potong lainnya. Sebagi contoh untuk bunga potong

    mawar akan baik dipanen bilamana kuntum bunga masih pada kondisi kuncup.

    Berbeda dengan bunga potong krisan, kondisi yang baik adalah bilamana

    kuntum bunga telah mencapai stadia setengah mekar.

    Berikut tabel di bawah menjelaskan indek kematangan yang digunakan

    sebagai indek pemanenan untuk beberapa komoditi hortikultura utamanya

    buah dan sayuran.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    93

    Tabel 4.3.

    Indek Kematangan Beberapa Buah dan Sayuran

    Indek

    Contoh Buah, Sayuran dan Bunga

    Potong

    Jumlah hari dari saat berbunga hingga saat harus dipanen

    Apel, pear

    Perkembangan lapisan absisi Apel, melon

    Morfologi dan struktur permukaan

    Pembentukan cuticel

    Pembentukan jaringan

    Pembentukan lapisan lilin

    Anggur Melon Kebanyakan jenis-jenis buah

    Berat (bobot) spesifik Semangka, kentang

    Bentuk Bentuk dasar pada buah Sudut tepi buah pada pisang

    Kekompakan Kubis, selada, brokoli, kol kembang

    Tekstur kekerasan Tekstur - kelembutan

    Apel, buah-buah berbiji Pear

    Warna luar Pepaya, tomat dan sayuran

    Komposisi - pati Apel

    Komposisi - gula Anggur, apel, buah berbiji

    Komposisi - asam Delima, jeruk, pepaya, melon

    Kandungan tanin Jambu air,

    Kandungan minyak/lemak Apokat

    Tingkat mekar mahkota Bunga potong (mawa, krisan, gladiol)

    Pisang

    Petunjuk atau kriteria yang digunakan untuk menilai kematangan buah

    pisang siap panen berbeda-beda antara petani di berbagai daerah.

    Perbandingan antara perubahan warna kulit, jumlah hari sejak pembungaan,

    keberadaan (hilangnya) sudut-sudut buah, mengeringnya daun, kerapuhan

    ujung tandan buah, dan hilangnya ujung putik pada buah.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    94

    Pada umumnya kriteria buah pisang dikatakan telah matang atau siap

    dipanen dilihat pada sudut-sudut buah sudah tumpul atau tidak tegas. Buah

    pisang yang telah tidak memperlihatkan sudut-sudut buah dengan jelas

    diartikan bahwa proporsi antara daging buah dengan kulit sudah tinggi. Kondisi

    seperti ini dicapai saat buah dalam tandan belum berwarna kuning. Bilamana

    pisang dipetik pada keadaan seperti ini, proses pemasakan membutuhkan

    waktu yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis (varietas) pisang, yaitu

    berkisar 7 15 hari.

    Nangka

    Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat

    kematangan buah nangka sehingga siap dipanen, meliputi :

    1. Jika buah ditepuk (dipukul dengan menggunakan telapak tangan)

    menimbulkan suara rendah, seperti suara yang diperoleh jika suatu benda

    berongga dipukul),

    2. Daun terakhir pada tangkai buah telah menguning,

    3. Duri-duri pada kulit buah telah berkembang penuh atau berjauhan satu

    dengan lainnya,

    4. Duri-duri bila ditekan dengan kekuatan lemah dapat membengkok dengan

    mudah,

    5. Telah timbul bau aromatik.

    Mangga

    Secara umum buah mangga dikatakan siap dipanen bilamana telah

    menunjukkan tanda-tanda penuhnya buah, perubahan warna pada ujung buah,

    dan terbentuknya lentisel pada permukaan buah. Namun demikian, beberapa

    produsen cenderung untuk menggunakan perubahan warna yaitu munculnya

    warna kuning atau merah pada buah sebagai kriteria buah siap dipanen.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    95

    Kriteria buah mangga siap dipanen untuk keperluan pasar yang cukup

    jauh biasanya menggunakan kriteria bahwa buah telah cukup berkembang

    penuh. Kondisi ini dicirikan dengan telah penuhnya sudut buah (ujung buah)

    terbentuk.

    Dengan berpedoman pada apa yang telah dijelaskan di atas, maka

    kondisi buah mangga siap dipanen memiliki berat jenis tertentu. Buah siap

    dipanen berarti telah memasuki tahap kematangan optimal, dan buah pada

    keadaan ini bila dimasukkan dalam air akan tenggelam. Jadi dengan

    mengambil sample pada lapang perkebunan dan menguji berat jenis buah

    tersebut juga merupakan teknik penentuan tingkat kematngan buah yang

    akurat digenakan.

    Pepaya

    Tingkat kematangan optimal yang umum digunakan untuk memanen

    buah pepaya adalah terbentuknya warna merah atau kuning pada ujung buah.

    Setelah terbentuk secercah warna kuning atau merah pada ujung atau diantara

    geligir-geligir buah segera dipanen. Buah yang dipanen pada kondisi seperti

    yang dijelaskan tersebut akan mencapai tingkat kemasakan maksimal setelah

    berkisar 4 5 hari. Buah pepaya yang terlalu cepat dipanen masih dapat

    masak dalam beberapa hari, namun rasa daging buah tidak manis bahkan

    terasa pahit.

    Nanas

    Tingkat kematangan buah nanas untuk dapat dipanen sangat tergantung

    pada tujuan pasar maupun konsumsi dan penggunaan akhir dari buah.

    Terdapat delapan kriteria tingkat kematangan buah nanas yang dapat

    digunakan sebagai patokan pemanenan buah.

    Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    96

    1. Kriteria 0 : Seluruh mata buah masih hijau belum nampak yang

    berwarna kuning.

    2. Kriteria 1 : 20 % mata telah berwarna kuning

    3. Kriteria 2 : 20 40 % mata telah berwarna kuning

    4. Kriteria 3 : 45 65 % mata telah berawrna kuning

    5. Kriteria 4 : 65 90 % mata telah berwarna kuning

    6. Kriteria 5 : 90 % mata berwarna kuning dan 20 % telah berwarna jingga

    kemerah-merahan

    7. Kriteria 6 : 20 100 % mata telah berwarna perang kemerah- merahan

    8. Kriteria 7 : Seluruh mata telah berwarna merah dan terlihat tanda-tanda

    pembusukan

    Buah nanas pada kondisi kriteria 2 4 biasanya dipanen untuk tujuan

    pengalengan dan sebagai bahan buah segar untuk pasar yang jauh. Buah

    yang ranum ditunjukkan oleh kriteria 6 7 sudah ada bau aromatik baik

    digunakan untuk buah segar pada pasar local (dekat dengan pusat produksi).

    Untuk kepentingan pemenuhan pasar yang sangat jauh, buah biasanya

    dipanen pada kondisi kriteria 1 bahkan kadang-kadang kriteria 0. Buah pada

    kondisi ini akan mencapai tingkat pemasakan optimal setelah 2 3 minggu

    pemanenan pada kondisi ruang simpan biasa.

    Semangka

    Ada tiga kriteria yang biasa digunakan produsen (petani) untuk

    memanen buah semangka. Kriteria tersebut meliputi :

    1. Bilamana buah ditepuk terdengar suara rendah seperti suara layaknya

    benda berongga dipukul,

    2. Bagian buah yang menyentuh permukaan tanah terlah berubah warna

    menjadi kuning gading (untuk jenis semangka berkulit hijau) atau putih

    kekuningan (untuk jenis semangka berkulit hijau pucat), dan

    3. Sulur pada tangkai buah telah mengering.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    97

    Belimbing

    Sebagai kriteria umum untuk buah belimbing dapat dipanen adalah

    dengan melihat berubahan warna. Berubahan warna sangat bervariasi

    tergantung pada varietas. Ada yang perubahannya dari hijau menjadi kuning

    keemasan atau kuning kemerahan, kuning, putih kehijauan, merah atau

    putihKondisi siap panen biasanya setelah buah berumur 65 90 hari sejak

    pembungaan

    Kubis

    Untuk varietas-varietas dataran rendah, kematangan krop untuk siap

    dipanen tercapai setelah tanaman berumur 62 110 hari, sedangkan untuk

    varietas-varietas dataran tinggi memiliki umur lebih panjang, yaitu berkisar 81

    125 hari. Namun demikian kriteria yang lazim digunakan adalah tingkat

    kepadatan dan ketegaran krop (bongkol) kubis.

    Kriteria yang mudah dilihat untuk kubis dapat dipanen adalah telah

    terjadi berubahan warna pada daun terluar yang membentuk krop ke arah hijau

    terang dan nampak lapisan lilin berkurang. Tanda yang paling mudah adalah

    pada ujung daun terluar yang membentuk krop telah menggulung ke arah luar.

    Kubis Bunga

    Tingkat kematangan terbaik ditentukan oleh ukuran dan keadaan

    bongkol (krop bunga). Biasanya para produsen (petani) melihat bahwa kubis

    bunga sudah dapat dipanen dengan melihat krop bunga belum mekar

    (terpisah) dan belum terjadi berubahan warna. Krop bunga yang telah terpisah-

    pisah biasanya ukuran lebih panjang dan nampak seperti berdaun kecil-kecil.

    Kondisi kubis bunga yang telah mencapai kondisi seperti ini memiliki kualitas

    yang sangat rendah.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    98

    Tomat

    Penetapan kriteria buah tomat siap dipanen sangat sulit karena

    bergantung pada tujuan pemasaran. Buah dapat dipanen setelah warna kuning

    atau merah nampak sekitar 5 persen dari luar permukaan buah. Namun sering

    pula dipanen setelah warna merah telah mencapai setengah penuh permukaan

    buah. Berikut adalah beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk

    pemanenan buah tomat,

    1. Secara visual

    Dengan melihat warna kulit dan ukuran buah, ada tidaknya sisa tangkai

    putik, mengeringnya tepi daun-daun tua, dan terdapat beberapa bagian

    tanaman mongering karena tua (bukan karena penyakit atau kerusakan

    lainnya).

    2. Secara fisik

    Dapat dilihat pada mudah tidaknya buah terlepas dari tangkai buah dan

    berdasarkan berat jenis buah.

    3. Secara analisis kimia

    Berdasarkan kandungan zat padat, zat asam, perbandingan zat padat

    dengan zat asam, dan kandungan zat pati

    4. Secara perhitungan

    Yang dihitung adalah jumlah hari setelah bunga mekar. Kisaran umur buah

    siap panen bervariasi antar varietas, yaitu berkisar 60 100 hari.

    5. Secara fisiologis

    Yaitu dengan mengukur laju respirasi.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    99

    Terong

    Buah terong agar memiliki kualitas jual yang baik sebaiknya dipanen

    bilamana buah telah menunjukkan tanda-tanda kulit halus dan mengkilap.

    Buah yang telah lewat matang maksimal atau akan mencapai masak biasanya

    berwarna lebih suram dan telah membentuk cukup banyak serabut. Biasanya

    buah pada kondisi seperti ini memiliki ukuran tertentu yang dikehendaki dan

    belum menjadi keras atau muncul garis atau warna lain seperti biasanya.

    Bunga Potong

    Bunga potong krisanatau seruni akan memiliki kualitas mekar yang baik

    jika dipanen setelah kuntum-kuntum bunga menunjukkan setengah mekar

    untuk jenis standar. Sedangkan untuk jenis spray, bunga potong dipanen

    setelah kurang lebih sejumlah 5 10 persen kuntum bunga telah setengah

    mekar.

    Untuk jenis bunga mawar standar (tunggal) maupun spray (majemuk)

    sebaiknya dipanen pada saat kuntum bunga masih dalam bentuk kuncup

    maksimal dengan cara memotong tangkai bunga sepanjang kurang lebih 30

    40 cm.

    Bunga potong anyelir (Dianthus) dapat dipanen bilamana kuntum-

    kuntum bunga telah mekar penuh (mekar sempurna). Walaupun sudah dalam

    kondisi mekar sempurna, bunga potong ini relatif dapat bertahan segar cukup

    lama dikarenkan kandungan cadangan makanan yang berada pada tangkai

    cukup banyak. Biasanya tangkai bunga dipotong sepanjang 50 60 cm atau di

    bawah pasangan daun ke lima dari kuntum.

    Bunga potong gladiol siap dipanen bilamana pada satu rangkaian bunga

    telah nampak 2 3 kuntum bunga mekar. Kondisi ini biasanya dicapai setelah

    tangkai bunga berumur 60 70 hari sejak pembentukan organ reproduktif ini.

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    100

    Gambar 4.1. Gradasi perubahan tingkat kematangan pada buah belimbing.

    Posisi dua merupakan tingkat kematangan optimum dilakukan pemanenan untuk pasar yang berjarak cukup jauh. (Gambar diambil dari majalah Trubus)

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    101

    Gambar 4.2. Gradasi perubahan tingkat kematangan pada buah jeruk besar (atas), jeruk keprok (tengah), dan manggis (bawah). Khusus pada buah jeruk keprok (jeruk ukuran kecil) dan manggis (tanda X), fase tingkat kematangan yang tidak dapat dijadikan patokan sebagai indek pemanenan. (Gambar diambil dari majalah Trubus).

  • Bambang B. Santoso

    Kematangan Produk dan Indek Panen

    102

    DAFTAR PUSTAKA

    Kader, Adel A., 1993. Postharvest Handling. In Preece, John E. and Read,

    Paul E. (Eds). The Biology of Horticulture An Introductory Textbook. John Wiley and Son. Inc.

    Kays, Stanley J., 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products.

    An Avi Book. Published by Van Nostrand Reinhold, New York. Pantastico, Er. B., H. Subramanyam, M.B. Bhatti, N. Ali, and E.K. Akamine,

    1975. Kriterias to Product Harvest. In Pantastico, Er. B. (Ed). Postharvest Physiology, Handling, and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. The Avi Publishing Company. Inc., Connecticut.

    Reid, Michael S., 1985 Product Maturation and Maturity Indices. In Kader, Adel

    A., et.al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural Crops. Cooperative Extension Univ. Of California.

    Salunkhe, D.K., et al. 1990. Postharvest Biotechnology of Flowers and

    Ornamental Plants. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Widyawan, Rosa dan S. Prahastuti, 1994. Bunga Potong Tinjauan Literatur.

    Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

    Wills, R.B.H., W.B. McGlasson, D. Graham, T.H. Lee, and E.G. Hall, 1989.

    Postharvest An Introduction to The Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. An AVI Book.