keluarga yang komunikatif -...
TRANSCRIPT
1
KELUARGA YANG KOMUNIKATIF
Rosiany Hutagalung
Abstraksi
Masalah komunikasi sering kali disepelekan didalam kehidupan keluarga, masing-masing
beranggapan bahwa dengan pernikahan yang telah terjalin sekian tahun lamanya tentunya pasangan
sudah memahami dan mengerti apa yang menjadi keinginan atau kemauan pasangannya, atau
merasa gampang “nanti dijelaskan” tanpa disadari akhirnya berlarut-larut menimbulkan “konflik di
dalam rumah tangga”. Dari berkomunikasi juga seringkali menimbulkan perasaan sakit hati, marah
dan pertengkaran jika penyampaikan kata-kata tidak sesuai dan tidak menyenangkan di telingga
diantara sesama anggota keluarga. Keterbukaan, saling menghargai dan mengasihi satu dengan lain
didalam anggota keluarga tentunya disampaikan melalui komunikasi. Komunikasi begitu penting
bahkan Allah sendiri mengkomunikasikan kehadiran dan kasih-Nya kepada manusia dengan
berbagai-bagai cara supaya manusia menyadari dan mengetahui kehadiran-Nya dan kasih-Nya. Ia
menyampaikan melalui para Nabi-Nabi, para Rasul yang semua tercantum melalui Firman-Nya
yang diberikan kepada manusia untuk diketahui dan ketika manusia menyampaikan permohonan
dan keinginannya disampaikan melalui Doa.
Key word: Pernikahan Kristen, keluarga, komunikasi, tanggung jawab masing-masing keluarga,
problematik dalam komunikasi, komunikasi dan kelurtga yang dipulihkan.
Pendahuluan
Secara umum, fenomena komunikasi memiliki relevan yang teramat kuat bagi
berlangsungnya dan lestarinya sistem kehidupan sosial. Tanpa komunikasi maka kebekuan,
kemandekan dan bahkan “kematian”1 proses kehidupan umat manusia tidak mungkin dapat
dihindarkan. Komunikasi sangat penting untuk hubungan dalam keluarga sebab tanpa komunikasi
hubungan-hubungan yang akrab tidak dapat dijalin atau tidak dapat hidup. Banyak problem dapat
timbul berakar pada masalah komunikasi rumah tangga. Sementara penelitian menunjukkan bahwa
70 % dari waktu bangun digunakan untuk berkomunikasi apakah itu dalam bentuk berbicara,
mendengar, membaca atau menulis, 33 % dari waktu tersebut digunakan untuk berbicara. Ini
merupakan elemen waktu yang sangat penting, sebab berbicaraan merupakan sarana yang
mempererat hubungan keluarga.
Percakapan dalam hubungan suami istri bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui
pembicaraan dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan yang
juga berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan cara belajar mengenal satu dengan yang lain,
melepaskan ketegangan, serta menyampaikan pendapat. Dengan demikian tujuan dari suatu
komunikasi kelurga bukanlah sekedar untuk menyampaikan informasi melainkan membentuk
hubungan dengan orang lain. Mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara konstruktif, jujur dan
terbuka akan tetap menemui kesulitan untuk hidup bersama dalam satu keluarga.2
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998): Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989):
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. Mereka adalah suami, istri, dan anak-anak jika mereka punya anak-anak, tidak
termasuk kerabat dari suami atau kerabat dari istri.3 Dan sebelum membentuk keluarga Alkitab
berbicara tentang pertemuan antara laki-laki dan perempuan, didalam kitab Kejadian 2:18 “Tuhan
1 Mu’tamar, Analisa. (19 Juli 1993) 2 Kathleen Liwidjaja-Kuantaraf, M.D., M.P.H. & Jonathan Kuantaraf, D.Min. Komunikasi Keluarga: Kunci
Kebahagiaan Anda. (Indonesia Publishing House, 1999) hal. 2 3 KBBI
2
Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia” Pernikahan adalah salah satu peristiwa paling luar biasa dalam
kehidupan. Pernikahan menambah semangat dan memberi pengharapan akan masa depan, dan
merupakan janji akan keselarasan sempurna antara dua manusia.4 Pernikahan merupakan awal dari
sebuah keluarga itu terbentuk.
Richard Foster mengatakan pernikahan adalah sebuah karunia yang berasal dari Allah, dan
pernikahan menghantar manusia kepada “misteri satu daging”. Menurutnya lagi pernikahan juga
sebuah karunia untuk diterima dengan hikmat serta harus dipelihara dengan segala kelembutan.5
Sedangkan Al Budyapratama mengartikan pernikahan sebagai persekutuan hidup antara laki-laki
dan perempuan atas dasar cinta kasih yang total serta tidak dapat ditarik ataupun dipisahkan.6
Dengan kata lain pernikahan mengacu pada perjanjian secara emosional yang mengikat laki-laki
dan perempuan untuk bersama-sama menjalin kehidupan dan membuat kedua-duanya berharga satu
sama lain dan tidak ada perceraian.7
Pernikahan adalah salah satu petualangan hidup yang paling menakjubkan, dan masa
pernikahan lebih panjang dari pada masa melajang. Salah satu kunci kehidupan pernikahan adalah
menyadari bahwa telah membuat komitmen dan janji dihadapan Allah. Ini membawa kepuasan
mendalam yang tidak akan diperoleh seseorang bila tidak mengalaminya. Oleh karena itu penting
ditegaskan bahwa membangun keluarga Kristen ditetapkan dalam suatu ikatan perjanjian yang
eksklusif antara seorang laki-laki dan perempuan yang diteguhkan (ditahbiskan) oleh Allah. Suatu
persekutuan hidup dilandasi oleh persetujuan atau perjanjian karena cinta kasih dan persetujuan dari
kedua belah pihak yang dinyatakan secara jelas dihadapan saksi-saksi yang sah yaitu dihadapan
jemaat dan keluarga.8 Hal ini menjadi alasan penting bagi saya untuk memberikan suatu tanggapan
pribadi tentang Keluarga yaitu: “keluarga adalah inisiatif Allah yang mempertemukan dan
mempersatukan laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan citra Allah dalam suatu ikatan dan
kesatuan menjadi bait kudus Tuhan, dan mempertahankan serta menjaga kekudusan
pernikahan dengan saling mengasihi, menjaga, merawat dan melindungi sebagai presentatif
kasih Kristus kepada manusia”. Dan Allah memandang pentingnya suatu pernikahan dan keluarga
sehingga berulang-ulang kali dalam Alkitab, baik dalam perjanjian lama mupun dalam perjanjian
baru.
Pembahasan
Pernikahan Menurut Alkitab
Pernikahan mempunyai dasar dalam Alkitab baik itu di Perjanjian Lama maupun dalam
Perjanjian Baru. Pernikahan yang dimaksud adalah pernikahan kristen yang didasari pada Firman
Allah. Allah menghendaki agar suami dan istri menjadi satu dalam kasih, satu dalam ketaatan, satu
dalam pencurahan perhatian dan satu dalam pengabdian kepada Allah serta menjadi satu team9
dasar utama dari pernikahan adalah Tuhan yang menetapkan pernikan itu, oleh karena itu
pernikahan bukanlah suatu hak pilih.10
a. Pernikahan Menurut Perjanjian Lama
Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan tujuan agar mereka saling melengkapi
dalam satu hubungan yaitu pernikahan menurut aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Pernikahan
yang pertama kali dibentuk oleh Allah adalah pernikan ditaman Eden. Dalam konsep perjanjian
lama, pernikahan disebut (Covenant) dalam bahasa Ibrani disebut “Berit” yang artinya
4 Elmer & Ruth Towns, How to Build a Lasting Marriage, penerbit: ANDI-Yogyakarta. 2011. Hal. 3 5 Richard Foster, Uang, Seks, Kekuasaan, (Bandung: Kalam Hidup, 1995) 132 6 Al Budyapratama, Etika Praktis, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2004) 42 7 James C. Debsen, Cinta Kasih Seumur Hidup, (Bandung Kalam Hidup, 1999) 28 8 Gilarso, Membangun Keluarga Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 9 9 J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika Sosial (Jakarta: BPK-GM, 1994), 65 10 Jay Adams, Masalah-Masalah Dalam Rumah Tangga Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2001), 38
3
“perjanjian”11 Dalam perjanjian Lama, perjanjian itu bertumpu pada janji Allah dan terletak pada
pusat pikiran Allah d tuangkan di Alktab, perjanjian itu secara khusus dsamakan dengan perjanjian
yang dibuat di Sinai, namun jangkauannya sudah dimulai dari penciptaan sampai pada nabi-nabi.
Perjanjian adalah inti pengertian orang ibrani tentang hubungan mereka dengan Tuhan
Allah. Tersirat didalam perjanjian yang dibuat dengan Adam dan Hawa (Kej, 3:15) dan tergambar
dalam janji Allah yang penuh dengan rahmat dengan Kain (Kej. 4:15), dengan menaruh tanda
kepadanya sehingga ia tidak dibunuh oleh siapapun. Bersama Nuh, Allah berjanji “tetapi dengan
engkau aku akan mengadakan perjanjian Ku..” (Kej. 6:18) kemudian seperti ingin menegaskan
perjanjian tersebut. Allah menyuruh Nuh dan keluarganya masuk kedalam bahtera. Disini dasar
perjanjian seperti janji yang sungguh-sungguh terlihat nyata, karena Allah mengambil inisiatif
untuk melepaskan Nuh dan keluarganya. Allah selalu mengenapi perjanjianNya dan selalu
konsisten dengan apa yang dijanjikannya.12
Pernikahan menurut Perjanjian Lama adalah tata tertib suci yang telah ditetapkan oleh
Allah, yang didalam peraturan itulah diaturkan bagaimana hubungan antara pria dan wanita. Selain
itu, melalui berita penciptaan laki-laki dan perempuan (Kej. 2:18-24) dan jelas Allah menciptakan
satu laki-laki dan satu perempuan. Rencana Allah bagi pernikahan adalah satu orang laki-laki dan
satu orang perempuan yang menjadi satu daging, bersatu secara jasmaniah, dan rohaniah. Gambaran
ini kearah monogami. Dan lebih jelas dalam Kejadian 2:24”sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan Ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga mereka menjadi satu daging”
dari penguraian singkat diatas dapat dikatakan bahwa dasar pernikahan dalam perjanjian lama
sangatlah kuat karena menyangkut hubungan dengan Allah dan sebaliknya. Gambaran pernikahan
adalah persekutuan Allah dengan Israel yang mana persekutuan itu tidak boleh dirusak atau
dipisahkan oleh umatNya (Hos. 1-30).
b. Pernikahan Menurut Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru pernikah disebut (gamos), pernikahan bukanlah dari masyarakat tetapi
Allah yang menciptakannya dan merancang pernikahan itu untuk kebahagiaan dan kesejahteraan
manusia. Dan pilihan untuk tidak menikah pun adalah ketentuan Allah bagi orang Kristen. (bnd.
Mat. 19:10-12, 1 Kor. 7;7-9), tetapi pernikahan adalah sesuatu yang wajar (Yoh. 2:1-11, Ef. 5:22,
6:4, 1 Tim 3:2, 4:3, 5:14). Pernikahan adalah suatu ikatan yang sangat erat di dunia ini yang
menyangkut kehidupan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang hanya kematian yang
dapat memisahkan mereka. Dalam Matius 19:6, dikatakan bahwa suami dan istri menjadi “satu
daging” mempunyai arti yang lebih luas dari pada hubungan seksual. Menjadi satu daging berarti
menjadi satu kesatuan yang bisa disebut satu orang saja.13 Sejak Allah melembagakan pernikahan
itu melalui Adam dan Hawa, maka hal itu juga masih berlaku bagi orang Kristen sampai sekarang,
Tuhan Yesus kembali mengingatkan dan meneguhkan hal ini, dan Rasul Paulus menekankan
pernikahan merupakan persekutuan yang kudus yang menggambarkan hubungan antara Yesus
Kristus dengan Gereja-Nya (Ef. 5:22-23) yesus menyatakan hubungan-Nya dengan umat-Nya
seperti pengantin perempuan dengan pengantin laki-laki (Why. 19:7-9, 21:22).
Puncak persekutuan antara orang percaya dengan Kristus dilambangkan dengan pernikahan,
karena pernikahan merupakan yang paling erat, paling mulia, paling kudus. Matius 19:6 merupakan
dasar yang dijadikan Allah lembaga pernikahan sebagai lambang persekutuan antara Yesus Kristus
dengan jemaat-Nya. Dapat dikatakan bahwa pernikahan suami-istri dan persekutuan antara Kristus
dengan jemaat mempunyai hubungan yang sangat erat. Persekutuan jemaat dengan Kristus
tercermin dalam hidup pernikahan suami-istri.14 Jika hubungan mereka dengan Kristus dipelihara
11 Perjanjian adalah suatu ikatan persetujuan antara kedua pihak (bnd. Kej. 31:44; 1 Sam. 18:3) tetapi didalam
hubungannya dengan kepercayaan iman orang Israel, perjanjian itu mempunyai arti tersendiri. Pengambilan prakasa
atau inisiatif adalah Allah. Allah sendiri yang sebenarnya membentuk perjanjian itu (bnd. Kej. 6:18; 9:9-11:15:1)
Perjanjian itu adalah pemberian Allah kepada manusia, Wismohadi Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta, BPK-GM,
2006), 86 12 Willian Dyrness, Tema-Tema dalam Perjanjian Lama, (Malang, Gandum Mas, 1979), 98 13 J.J. de Heer. Tafsiran Alkitab Injil Matius (Psl 1-22), (Jakarta: BPK-GM, 2004), 46-47 14 Jusuf Roni, Membina Keluarga Kristen Yang Bahagia (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996) 56
4
dengan baik maka hubungan suami istri juga akan terpelihara dengan baik. Mustahil seseorang
dapat mengatakan bahwa ia mengasihi Kristus tetapi ia tidak mengasihi istri atau suaminya.15 Hal
terpenting lainnya Keluarga kristen yaitu Pernikahan Kristen yang berlangsung pada tiga tingkat:
tingkat tubuh, tingkat jiwa, dan tingkat Roh. Hubungan pada tingkat tubuh ditentukan oleh cinta
atau eros, hubungan pada tingkat jiwa ditandai oleh sayang (philia) dan cinta (eros), sedangkan
hubungan pada tingkat rohani diwujudkan oleh kasih (Agape) 16 ketiga hal inilah yang mencakup
kehidupan pernikahan orang Kristen yang sesungguhnya jika salib kasih itu diwujudkan dalam
pernikahan orang kristen yang sejati
Keluarga Kristen
Keluarga adalah lembaga yang tertua di dunia. Alkitab menyaksikan bahwa Allah sendirilah
yang membentuk manusia menjadi satu keluarga. Kemudian Allah memberi ketentuan atau
peraturan yang akan ditaati oleh setiap anggota keluarga, sekaligus memperingatkan mereka untuk
tidak melanggar ketentuan tersebut (Kej. 2:24; Ef. 5:22-23; 6:1-4). Selain itu, keluarga juga
dianggap sebagai sentrum kehidupan manusia; dalam aktifitas sehari-hari setiap orang berangkat
dari keluarga dan kembali kepada keluarga dan bersedia bekerja keras juga demi keluarga.
Menurut Soemadi Tjiptojoewono, setiap orang juga mulai belajar dari lingkungan
keluarga, dan keluargalah yang pertama menikmati jika seseorang itu berhasil dalam hidupnya.
Demikian sebaliknya, keluarga jugalah yang paling menderita dan malu, apabila seseorang dari
anggota keluarganya melakukan perbuatan yang tidak baik.17
Pembentukan keluarga yang terjadi lewat perkawinan memiliki fungsi-fungsi tertentu; ada
fungsi reproduksi, fungsi penanaman nilai-nilai, iman kepercayaan, dan fungsi sosial; hal ini adalah
sebagai bagian dari komunitas masyarakat. Demi kelangsungan sebuah keluarga, maka masing-
masing keluarga hendaklah mengetahui dan memahami hakikat yang sesungguhnya dari keluarga,
serta mengetahui kedudukan, serta hak dan tanggungjawabnya masing-masing, baik dalam
hubungannya dengan sesama anggota keluarga juga bagi lingkungannya maupun gereja, bangsa dan
negara dan bahkan juga kepada Tuhan sendiri.
1. Pengertian Secara Umum
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa keluarga adalah unit sosial terkecil di dalam
masyarakat, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Tetapi Craig Dykstra, sebagaimana dikutip oleh
Thomson menyatakan: Keluarga adalah kelompok orang dengan siapa kita berhubungan, baik
sebagai orang tua, anak-anak, atau keturunan hasil perkawinan atau adopsi.18 Sedangkan
menurut James Starhan, keluarga adalah kelompok sosial, yaitu suatu hasil dari proses sosial di
dalam masyarakat dan merupakan unsur terkecil dalam pembentukan masyarakat19
Dari pengertian di atas, maka pengertian keluarga secara umum dapat dibagi menjadi tiga
bagian besar, yaitu20:
a. Keluarga batih/inti (nuklear family), yaitu kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak yang belum memisahkan diri dari keluarga.
b. Keluarga besar (great family), yaitu kelompok kekerabatan yang berdasarkan garis
keturunan, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (baik hasil perkawinan atau yang diadopsi),
mertua, menantu, cucu, cicit dan sebagianya.
c. Keluarga yang diperluas (Extended family), yaitu kolega, guru, anak didik, organisasi dan
sebagainya.
15 Jay E. Adam, Masalah-Masalah dalam Rumah Tangga Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2001) 61 16 D. Scheunemann, Romantika kehidupan suami istri, (Gandum mas : 2005), 86 17 Soemadi Tjiptojoewono, Pengantar Pendidikan. (Surabaya University PressIKIP, 1995) hal 225 18 M.L. Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan, (Jakarta BPK-GM, 2000, hal 28 19 J. Strahan, “Family”, dalam Encyclopedia of Religion and Ethics Vol. V, J, Hasting (ed) (New York: Charles
Scribner’s Sons, 1995) hal 723 20 A.G. Pringgodigdo (ed), Ensiklopedia Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1997) hal 544
5
Namun dalam tulisan ini yang mendapat sorotan dibatasi pada keluarga batih atau keluarga inti.
2. Dari Sudut Teologis (Alkitab)
Dalam Alkitab, keluarga yang diawali oleh perkawinan, disebut dengan persekutuan yang
dipersekutukan oleh Allah, dan yang tidak dapat diceraikan (dipisahkan) oleh manusia, kecuali
karena kematian dan zinah (Kej 1: 27-28; Mat 19: 5-9)21 Di dalam PL, pengertian keluarga
dihubungkan dengan seluruh anggota keluarga, baik dari masa lalu hingga masa kini; yang masih
hidup dan yang sudah mati. Hal tersebut dapat digambarkan dalam garis keturunan.
Keluarga dalam perjanjian lama di kenal dalam Syebet artinya suku, mispakha artinya
kaum, dan bayit artinya keluarga (Yos 7: 16-8). alam PB, istilah yang menunjuk pada keluarga
adalah patria, menekankan asal-usul keluarga dan lebih menunjuk pada bapak leluhurnya (Luk 2: 4;
Kis 3: 25). Istilah oikoV dan oikia, yang berarti rumahtangga, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak,
juga para hamba, budak, pelayan dan sesama (Mat 21: 33 ff; Kis 10: 7)22. Dalam hal ini William
Sheek, sebagaimana dikutip Thompson menyampaikan suatu defenisi tentang keluarga dalam
kerangka iman, yakni: “Sebagai saudara dalam keluarga Allah, kita menerima setiap orang sebagai
keluarga tanpa membeda-bedakan, baik mereka yang dihubungkan dengan hasil perkawinan, yang
diadopsi, mereka yang bujangan serta mereka yang hidup menyendiri atau dengan orang yang
memilih menjadi anggota keluarga lain di luar keluarga mereka sendiri”23
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa keluarga merupakan pemberian Tuhan, dan Dia
sendirilah sebagai pusat atau kepala keluarga melalui Anak-Nya Yesus Kristus (Ef. 5: 23), dan kita
sendirilah (anggota keluarga) sebagai anak-Nya yang menjadi saudara-saudari (bersaudara) di
dalam Kristus (Familia Dei).
3. Hakikat Keluarga
Hakikat keluarga adalah kesatuan dari semua anggota keluarga dimana ayah, ibu dan anak-
anak dipersatukan di dalam persekutuan yang sesungguhnya. Masing-masing anggota keluarga
merasakan bahwa mereka adalah bagian integral (yang utuh dan tak terpisahkan) satu sama lain;
dan masing-masing mempunyai tanggungjawab demi keutuhan keluarga itu sendiri24. Keluarga
merupakan konteks pembentukan pribadi seseorang, namun setiap orang yang telah dibentuk dalam
keluarga juga dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, misalnya lingkungan sekolah, teman bermain,
tempat bekerja, gereja, kelompok masyarakat, kebudayaan, dll.
Khusus bagi keluarga Kristen, semua anggota keluarga harus disucikan dan dikuasai oleh
Yesus Kristus, sehingga keluarga itu menjadi taat dan bertumbuh di dalam tangan Tuhan, yaitu
sebagai pribadi yang luhur. Dengan demikian segala gerak-gerik mereka akan ditentukan oleh
kepercayaan dan pengalaman kekristenan mereka di dalam Tuhan.
Sebuah keluarga tidak terlepas dari kehidupan persekutuan yang lebih luas, yakni gareja dan
masyarakat. Gereja adalah kumpulan dari berbagai keluarga Kristen, yang dipersatukan di dalam
tubuh Kristus (I Kor 10: 16-17). Keluarga sebagai anggota tubuh Kristus terbuka kepada keluarga
lainnya dengan saling menghargai dan mengasihi di antara mereka. Dengan demikian sebagai
anggota persekutuan gereja, maka setiap keluarga harus sadar akan tugas dan panggilannya di
tengah-tengah persekutuan, yaitu dengan meneladani pekerjaan dari Tuhan Yesus sebagai kepala
jemaat (Mat 25: 31-46).
Selain itu, keluarga juga tidak terlepas dari ikatan hidup bersama anggota masyarakat lainnya.
Untuk itu setiap keluarga Kristen seharusnya menjadi “garam” dan “terang” di tengah-tengah
masyarakat; ikut serta menaati peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat melalui para pemimpin
atau pemerintah (Rom 13: 1-7). Sebab sikap dan perilaku setiap anggota keluarga dalam masyarakat
adalah mencerminkan keadaan keluarga tersebut di hadapan Tuhan.
21 G. Lindsa, Marriage, Divorce And Remmariage, Christian For The Nations, (USA: tp, 1976) hal 12 22 D.W.B. Robinson, “Keluarga Rumah Tangga, Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1: J.D. Douglas (ed)
(Jakarta: YKPK, 1997) 536-539 23 M.L. Thompson, (Op Cit) hal 28 24 E.G. Homrighausen I. H. Enklar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK- GM, 1995) hl 144-145
6
Tangungjawab Masing-masing Anggota Keluarga
1. Tanggungjawab Orang Tua (Ayah Dan Ibu)
Secara umum tugas dan tanggungjawab orang tua (ayah dan ibu) di dalam keluarga,
menurut J. Verkuyl ada tiga hal25, yakni:
a. Mengurus keperluan jasmani anak-anak
Salah satu tugas orang tua yang paling mendasar adalah mengurus keperluan jasmani
anaknya. Orang tua bertugas memperhatikan kebutuhan fisik anak-anaknya seperti
memberi makan, pakaian, tempat tinggal, dll.
b. Menciptakan suasana at home bagi anak-anak
Setiap orang senantiasa berusaha menciptakan suasana kemesraan, kasih sayang,
keramahtamaan dan keamanan bagi keluarga khususnya bagi anak-anak.
c. Penyelenggara Pendidikan bagi anak-anak
Mendidik anak-anak ke jalan yang benar, baik melalui pendidikan jasmani dan rohani.
Yang paling pokok dalam hal ini adalah paidia kuriou, artinya pendidikan yang dikerjakan
oleh Tuhan Yesus dengan perantaraan orang tua. Ayah dan ibu mengajar dan mendidik
anak-anak di bawah pimpinan dan pengawasan Tuhan sesuai dengan Firman-Nya, agar
anak-anak tersebut kelak menjadi pengikut Kristus (bnd. Rom 8: 29; I Kor 15: 29, Efs 5:
22-25)
Menurut Andar Ismail, orang tua mempunyai tugas dan tangungjawab rangkap, yaitu
sebagai guru dan sekaligus sebagai imam di dalam keluarga. Dalam hal ini tugas orang tua adalah
mendidik anak-anaknya melalui pekerjaan, ucapan (oral), perbuatan (action) dan hidup keteladanan
(spiritualitas)26. Secara khusus tangungjawab seorang ayah selain bertindak sebagai kepala rumah
tangga, juga bertanggungjawab mencari nafkah untuk seluruh anggota keluarga, membimbing dan
mengarahkan serta melindungi keluarganya, serta berusaha menciptakan suasana kedamaian dan
hidup bersama di dalam keluarga.Sedangkan seorang ibu, selain sebagai pendamping suami dalam
tugas tersebut di atas, juga bertugas dan bertanggungjawab untuk mengasuh dan membesarkan
anak-anak, memberi nasehat dan menghibur setiap anggota keluarga. Selain itu, seorang ibu juga
bertugas untuk mengatur keuangan keluarga dan ikut serta menjaga ketenteraman dalam keluarga.
Dengan melaksanakan tugas dan tanggungjawab tersebut di atas, maka orang tua telah
melaksanakan dan merealisasikan tugas dan tanggungjawab (mandat) yang diberikan Allah sesuai
dengan Firman-Nya.
2. Tanggungjawab anak
Kewajiban dan tangungjawab seorang anak adalah menaati dan menghormati orang tua.
Menghormati dapat direalisasikan dengan berbagai cara, misalnya dengan mengakui dan
menghargai wibawa orang tua, mengakui bahwa mereka (orang tua) telah ditugaskan Allah untuk
mendidik setiap anak dalam keluarga; mendengarkan dan melihat motivasi positif di balik nasihat
dan larangan orang tua, mengakui dan memaklumi kelemahan dan kekurangan mereka, sekaligus
mengakui keunggulan (dalam bidang pengalaman) mereka dan sebagainya. Dengan melakukan hal-
hal tersebut di atas, maka seorang anak juga telah melaksanakan dan merealisasikan Hukum Tuhan,
Hormatilah ayah dan ibumu, supaya engkau berbahagia dan lanjud umurmu di tanah yang diberikan
Tuhan, Allahmu kepadamu (Kel 20: 12).
Hakekat Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah aktifitas fundamental yang paling mendasar yang tidak bisa
dipisahkan dan sangat penting di dalam kehidupan manusia, komunikasi menjadi penting karena ia
merupakan bagian dari diri manusia baik secara individu maupun secara sosial. Ia mengatur semua
hubungan yang ada dalam diri dan dalam kehidupan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa
25 J. Verkuyl, Etika Kristen Seksuil, (Jakarta: BPK-GN, 1993) hl 174-189 26 Andar Ismail, Selamat Ribut Rukun (Jakarta: BPK-GM, 1997) hl 90-92
7
manusia dan komunikasi adalah dua hal yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lainnya. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah sesuatu yang cukup luas cakupannya.
1. Komunikasi Secara Umum
Sebelum kita melanjutkan pembahasan lebih lanjut mengenai komunikasi, kita patut
mengetahui apa yang dimaksudkan dengan komunikasi itu? Menurut Rosady Ruslan dalam
bukunya Managemen Humas dan Komunikasi menjelaskan bahwa kata komunikasi berasal dari
bahasa latin yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.27 Secara
etimologis, kata komunikasi berasal dari kata latin Communis, yang merupakan dasar kata bahasa
Inggris “Common” yang berarti sama. Di mana, sama yang di maksud di sini adalah kesamaan
dalam arti atau makna.28 Sir Gerald Barry mengemukakan istilah komunikasi berasal dari kata
communicare yang berarti bercakap-cakap yang menurut penjelasannya, jika kita berkomunikasi
berarti kita telah mengadakan kesamaan dalam hal kesamaan pengertian atau kesamaan makna.29
Seorang tokoh komunikasi lainnya yaitu menurut Wilbur Scharamm juga menjelaskan
bahwa istilah komunikasi secara bahasa, adalah berasal dari bahasa Inggris yang bersumber dari
istilah Latin yaitu kata Communis yang dalam bahasa Indonesia berarti sama.30 Sedangkan secara
terminologi banyak pengertian pula yang di berikan beberapa ahli dalam mengartikannya. Di antara
para tokoh lainnya adalah : Menurut Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto komunikasi berarti
suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Dalam arti lain, komunikasi
adalah suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem, lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku.31 Carl I. Hovland dalam mendefinisikan komunikasi juga seirama
dengan definisi komunikasi di atas. Hovland berpendapat bahwa komunikasi bukanlah hanya
persoalan mengerti atau tidak mengerti saja, akan tetapi lebih luas lagi dari itu. Menurutnya
komunikasi ialah proses dimana seseorang komunikator menyampaikan perangsang-perangsang
yang biasanya dikirim dalam bentuk lambang-lambang (biasanya symbol verbal) untuk merubah
tingkah laku orang lain atau komunikan. Menurut Hovland, komunikasi adalah "The process by
which an individual (the communicator transmits stimuli (usualy verbal symbols) to modify the
behavior of other individulas cummunicatees"
Di sini, dapat dilihat bahwa Hovland tegas-tegas mengetengahkan atau mengatakan kalimat
"to modify the behavior of other individulas" yang dalam definisi ini menjelaskan bahwa, menurut
Hovland komunikasi bukanlah saja hanya menyampaikan pesan-pesan atau informasi agar orang
lain mengerti saja, akan tetapi lebih dari sekedar itu yaitu agar berubah tingkah lakunya.32
Sedangkan Forsdale mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal
menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan
diubah. Pada definisi ini, sama seperti Hovland, Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Forsdale
memandang komunikasi sebagai suatu proses. Sedangkan kata signal yang maksudnya adalah signal
yang berbentuk verbal maupun nonverbal yang mempunyai aturan tertentu yang dengan adanya
aturan ini menjadikan orang yang menerima signal dan telah mengetahui aturannya akan dapat
mengetahui dan memahami dengan jelas, makna, maksud dan tujuan dari signal yang diterimanya.
Sama seperti Hovland dan yang lainnya, Brent D. Ruben juga mendefinisikan bahwa komunikasi
adalah sebagai suatu proses yaitu suatu aktifitas yang mempunyai beberapa tahapan-tahapan yang
terpisah satu dengan yang lainnya namun tetap berhubungan. Misalnya, ketika seseorang ingin
27 Rosady Ruslan, Managemen Humas dan Komunikasi. Konsepsi dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo
Perkasa, 2002) hal. 81 28 Onong, Ucha Efendi, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995) hal 19. 29 Sir Gerald Barry (ed), Communication and Language (New York: doubleday&Company, Inc, 1965) hal 16. 30 Wilbur Schramm, The Prosess and Effect Of Mass Communication (Urban : University Of Illinois Press, 1965)
hal 3. 31 Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perspektif Domain: Kaji Ulang dan Teori
Kritis (Jakarta: Rajawali Press, 2011) hal 20 32 Carl I. Hovland, Social Communication. Dalam Bernard Berlson & Morris Janowitz (ed), Reader in Public
Opinion and Communication (New York: The Free Press Of Glencoe, 1953) 181-182
8
berpidato didepan umum, maka ia harus melakukan rentetan aktifitas terdahulu seperti membuat
perencanaan, melatih diri, dan baru lah kemudian tampil berpidato di depan umum. Istilah informasi
yang dipakai Ruben dalam istilah tersebut diartikannya sebagai kumpulan data, pesan, dan sususan
isyarat dalam cara tertentu yang mempunyai arti atau berguna bagi sistem tertentu. Pengertian
informasi disini tidaklah hanya terfokus atau mengarah kepada sesuatu yang bersifat fakta atau
realita saja, akan tetapi dapat juga mengarah kepada hal-hal yang bersifat fiksi, humor, bujukan atau
apa saja.33
2. Komunikasi Ditinjau dari Theologia
Didalam Firman Tuhan Allah telah lebih dahulu mengkomunikasikan diriNya kepada Adam
ditaman Eden (kejadian 2:16-17), Ia langsung berbicara tentang tatanan hidup Taman Eden yang
diatur oleh-Nya. Namun karena perintah yang disampaikan oleh Allah tidak dihiraukan atau secara
tepat dilanggar maka manusia takut untuk berkomunikasi dengan Allah, hal ini disebabkan oleh
karena pelanggaran atau dosa. Sesungguhnya ada beberapa cara Allah menyatakan diriNya yaitu:
Melalui Penciptaan, Melalui Akal Budi, Melalui Komunikasi, Melalui Kristus. Namun Allah tidak
pernah berhenti untuk memiliki keinginan berkomunikasi dengan manusia atau dengan umat-Nya.
Allah berbicara melalui pribadi-pribadi yang dipilihNya: Nabi-Nabi, Rja-Raja, Para Imam sampai
kepada Para Rasul untuk menyampaikan setiap maksud dan kehendaknya. Allah terus mengadakan
komunikasi dengan berbagai orang setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden. Kain
mendengar suaraNya.
Demikian juga Henokh, Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub. Bagi orang-orang zaman dulu
tersebut, keberadaan Allah sungguh nyata. Mereka mendengar Dia dengan cara yang membuat
keberadaanNya tidak diragukan lagi. Pernyataan khusus Allah kepada umat manusia juga terjadi
dalam bentuk lain. Selain berbicara dengan tegas secara langsung kepada orang-orang tersebut di
atas dan lainnya, Dia juga berkomunikasi dengan cara yang tidak begitu langsung, namun sama
berartinya. Lewat inspirasi RohNya Dia membuat sejumlah orang menuliskan serangkaian
dokumen yang kini kita namakan Alkitab. Untuk menunjukkan pernyataan Alkitab bahwa Allah
berbicara secara langsung melalui penulis-penulisnya, kita dapat melihat beberapa ayat dalam
Perjanjian Baru. Dalam 2Petrus 1:21, sang rasul berkata: Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh
kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah. Inilah
pernyataan bahwa penulis-penulis Perjanjian Lama yang berbicara tentang hal-hal seperti
penghakiman Allah, peristiwa-peristiwa masa depan, kedatangan Kristus, dan hubungan Allah
dengan Israel, tidak berbicara atas nama mereka sendiri. Mereka berbicara atas nama Allah
Pencipta. Ayat lain yang berbicara tentang pernyataan khusus adalah 2Timotius 3:16 dimana Paulus
berkata: Segala Tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
Sekali lagi, pernyataan tersebut disampaikan dengan cara Allah menyatakan diri secara khusus
melalui kata-kata di Alkitab. Ayat-ayat dalam 2Timotius ini menunjukkan bahwa dengan membaca
dan menaati kata-kata tersebut, seseorang dapat akrab dengan pikiran Allah sehingga ia dapat
menjadi pribadi yang dikehendaki Allah. Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku,
firmanNya ada di lidahku (2Samuel 23:2) Bila kita melihat keunikan Alkitab, hal ini
menunjukkan bahwa ia bukan suatu kumpulan tulisan dari orang-orang biasa. Sebaliknya, ia
merupakan kumpulan dokumen-dokumen yang akurat dan menakjubkan selama beribu-ribu tahun.
Ia menjadi bukti dari sesuatu yang tersusun dan terjaga secara ajaib. Ia unik di antara buku-buku
lain karena banyak sebab. Satu cerita tunggal teranyam dalam kitab-kitabnya, walaupun orang-
orang yang menulisnya tidak mungkin untuk bekerjasama.
a. Kitab-kitab Perjanjian Lama meramalkan dan kitab-kitab Perjanjian Baru memproklamirkan
kedatangan seorang Mesias-Raja.
33 Ibid
9
b. Bila Alkitab berbicara tentang hal-hal ilmiah (walaupun tentang hal-hal tersebut para penulis
tidak mungkin memiliki bukti-bukti empiris), maka ia adalah tepat (Ayub 26:7-12; Yes
40:22; 1Kor 15:39).
c. Fakta-fakta dan nama-nama bersejarah dalam Alkitab secara terus-menerus terbukti
kebenarannya dalam berbagai penelitian dan penemuan arkeologi.
d. Dokumen-dokumen yang diterjemahkan menjadi Alkitab telah terjaga dengan cara-cara
yang ajaib, sehingga memberikan catatan-catatan yang tepat tentang apa yang ditulis oleh
penulis-penulis Alkitab.
e. Tulisan-tulisan itu menyatakan diri berasal dari Allah (Yer 1:2; Yeh 1:1-3; Zef 1:1).
Tidak terlalu jauh bila kita menyimpulkan bahwa dengan cara-cara komunikasi yang khusus,
Allah telah menyatakan kepada kita lebih dari sekadar keberadaanNya. Dia memberitahu kita
tentang sifat, kehendak dan kasihNya kepada umat manusia. Itu sebabnya Alkitab begitu penting. Ia
memberitahu kita bagaimana kita dapat menemukan damai dengan Allah Pencipta dan bagaimana
kita dapat hidup dengan cara yang berkenan kepadaNya.
3. Komunikasi Dalam Keluarga
Norman Wright memberikan satu defenisi yang sangat baik dan sederhana tentang
komunikasi didalam keluarga yaitu proses membagikan informasi baik secara tertulis maupun lisan.
Proses tersebut harus dijalankan sedemikian rupa sehingga orang tersebut mengerti apa yang sedang
anda katakan. Berbicara, mendengarkan dan mengerti semuanya terlibat dalam proses
berkomunikasi. Betapa sering kita berpikir bahwa apa yang kita bicarakan itu dimengerti orang,
namun ternyata tidak selamanya demikian. Anggapan bahwa anda dimengerti pasangan anda tidak
selamanya benar. Ada enam berita yang perlu diperhatikan didalam komunikasi keluarga.
a. Apa yang ingin anda katakan.
b. Apa yang sebenarnya anda katakan.
c. Apa yang didengar kawan bicara anda.
d. Apa pendapat kawan bicara anda mengenai hal yang didengarnya itu
e. Apa yang dikatakan kawan bicara anda mengenai apa yang baru anda katakan.
f. Apa pendapat anda mengenai apa yang dikatakan kawan bicara anda menanggapi apa yang
telah anda katakan itu.
Namun masih sering juga dijumpai dimana pasangan mengalami masalah didalam berkomunikasi.
Berbagai Problem Komuniasi Keluarga
Dalam pengalaman hidup berumah tangga, sering di jumpai berbagi problem komunikasi
keluarga. Beberapa contoh problem komunikasi rumah tangga diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tidak berkomunikasi
Problem komunikasi rumah tangga yang pertama ialah tidak adanya komunikasi atau
kurangnya berkomunikasi. Betapa sering kita melihat suami istri yang tidak memiliki komunikasi
yang baik atau sulit berkomunikasi satu sama lain.
Masalahnya menjadi lebih kompleks sebab mereka hidup dalam suasana di mana suami istri
penuh dengan kesibukan, hingga kesempatan untuk berkomunikasi menjadi sangat terbatas. Pada
tahun1978 laporan Ralph Hyatt yang menunjukkan bahwa pasangan suami istri rata-rata di
Amerika Serikat, berkomunikasi hanya 10 menit saja dalam sehari, penelitian menunjukkan bahwa
suami istri hanya mempunyai waktu 27 menit saja untuk berkomunikasi dalam seminggu. Bila
komunikasi merupakan tumpuan dari kebahagiaan rumah tangga, bagaimana kebahagiaan itu akan
diperoleh bila waktu berkomunikasi hanya selama 27 menit per minggu? Mungkin keadaan di
Indonesia tidak sedemikian buruk, namun dengan adanya kemajuan teknologi, dan dengan makin
bertambahnya kesibukan suami istri dengan kegiatan atau pekerjaannya masing-masing, ada
kecenderungan untuk mengurangi waktu berkomunikasi, bahkan tidak berkomunikasi sama sekali.
10
2. Prasangka
Prasangka merupakan problem komunikasi keluarga yang sangat umum, serta menjadi
pengganggu kebahagiaan rumah tangga. Prasangka menyebabkan adanya kecurigaan satu sama lain,
bahkan memikirkan hal yang buruk dari pasangan yang sama sekali tidak memikirkan hal demikian.
Dr. Jay Adam dalam bukunya, Competent to Counsel, menceritakan sepasang suami istri yang
bertengkar. Setelah bertengkar, suami merasa menyesal bahwa ia telah mengeluarkan kata-kata
kasar. Maka ia pergi menuju ke kamar di mana sang istri, Yenny, sedang menangis tersedu-sedu,
dengan tujuan untuk meminta maaf. Tetapi baru saja ia berkata, “Yen,...” sang istri telah bangun
sambil membentak dengan penuh kemarahan, “mau apa lagi, memang kita tidak cocok!” sang
suami, Johny, menjadi marah lagi dan berkata, “saya datang untuk minta maaf! Dasar memang
kamu tidak tahu untung! Sudahlah!”, lalu ia pergi meninggalkan istrinya di kamar.
Sang istri, setelah menyadari bahwa rupanya ia bertindak salah, maka setelah emosinya
mereda, ia berpikir untuk pergi kepada suaminya untuk meminta maaf. Lalu ia pergi menuju kepada
suaminya dan berkata, “John,...”. namun, sebelum ia mengatakan apa-apa, suami telah berkata,
“mau apa lagi, memang kita tidak cocok! Kita cerai saja!”.
Betapa sering pertengkaran terjadi sebab adanya prasangka. Apa yang dipikirkan suami,
bukanlah selamanya apa yang dipikirkan istri, demikian juga sebaliknya. Kesabaran dan
kepercayaan satu sama lain diperlukan untuk menghindarkan problem komunikasi yang meracuni
banyak rumah tangga.
3. Tidak Mendengar atau Memperhatikan
Tidak mendengar atau tidak memperhatikan pembicaraan suami atau istri merupakan
masalah yang sering timbul dalam rumah tangga. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa
diperlukan keterampilan dan kebulatan tekad untuk berbicara, namun diperlukan keterampilan dan
kebulatan tekad yang lebih besar lagi untuk mendengarkan orang lain. Seorang ahli komunikasi
yang bernama Harrel T. Allen mengatakan bahwa “mendengarkan adalah sesuatu yang susah dan
memerlukan peningkatan tenaga. Jantung anda berdetalk lebih cepat, darah anda mengalir lebih
kencang, suhu anda naik.”
4. Mempertahankan Pendapat
Satu problem yang sangat umum yang menyebabkan masalah komunikasi ialah sifat
manusia yang ingin mempertahankan pendapat, atau membela diri. Sebagai gantinya mendengar
kepada orang lain apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut, kita cenderung untuk membenarkan
diri apa yang kita rasakan atau pikirkan; kita berjuang untuk memperlihatkan kepada orang lain,
agar kita kelihatan lebih baik dari orang lain.
5. Bungkam
Sering sekali kita mendapatkan istri yang sengaja menghukum suaminya dengan jalan
membungkam. Demikian juga tidak kurang suami yang sengaja membungkam untuk menghukum
istrinya. Bagaimana suami dapat mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran sang istri bila istri
tetap membungkam. Demikianjuga sebaliknya? Komunikasi akan gagal apabila orang-orang yang
terikat dalam suatu hubungan tidak dapat merasa senang dalam mengungkapkan perasaan mereka,
sedangkan perasaan itu, apakah positif maupun negatif, perlu untuk diungkapkan. Membungkam
ten- tu hanya akan meiwmbaih persoalan; sebab membungkam menunjukkan suatu problem
komunikasi yang perlu untuk dihindarkan.
6. "Senapan mesin”
Seorang suami mengomel kepada kami, “Istri saya berbicara se- perti senapan mesin!"
Artinya ia berbicara dengan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
Berbicara dengan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara adalah suatu
problem komunikasi. Walaupun ini ada- lah kebalikan dan membungkam, namun seorang yang
berbicara te- rus tanpa kesempatan untuk mendengar, sehingga tidak adanya ko- munikasi dua arah,
11
juga memllikl problem komunikasi. Robert L. Montgomery menyebutkan: "Semua orang senang
sekali berbicara, sedang yang mau mendengarkan tak ada. Tidak mengherankan kalau begltu
banyak orang pergi ke psikiater.”
7. Problem komunikasi lainnya
Banyak lagi problem komunikasi yang biasa mengganggu keba- hagiaan rumah tangga.
Kurangnya pemyataan kasih sayang, nada su- ara yang kasar, kata-kata yang suka mengritik,
perhatian yang tidak ditujukan kepada pendengar, bahkan kurangnya pengenalan dan pe- ngertian
kepada suami maupun istri, telah menimbulkan banyaknya ketegangan dalam rumah tangga,
pertengkaran dalam rumah tangga, bahkan perpecahan rumah tangga. Mungkin saja suami
berbicara, is- tri mendengar; namun tidak terjadi komunikasi oleh sebab istri mempunyai pengertian
yang lain dari apa yang dimaksudkan oleh suami.
Komunikasi Yang dipulihkan
Hubungan keatas atau hubungan dengan Tuhan menentukan hubungan satu dengan yang lain
karena pernikahan kristen terdiri dari tiga oknum: suami, istri, dan Tuhan ditengah-tengah,
pernikahan keristen tidak hanya didasarkan atas perjanjian antara dua insan dan dua keluarga,
melainkan atas karya Allah, menjodohkan dan mempersatukan laki-laki dan wanita itu (Matius
19:6). Bila digambarkan secara sederhana, maka salib ditempatkan diantara keduanya lebih dekat
masing-masing oknum itu kepada salib, lebih dengan juga mereka satu kepada yang lain. Kalau satu
oknum tidak mempunyai hubungan dengan salib (belum menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai
Juruselamat) berarti komunikasi antara keduanya tidak baik, ada kesenjangan dan ada kekosongan
dalam hubungan rohani. Dosa merupakan penyebab komunikasi manusia dengan Tuhan menjadi
rusak, maka butuh pemulihan terlebih dahulu.
1. Dipulihkan Secara Pribadi dengan Tuhan
Pernikahan Kristen dilaksanakan secara formal di gereja, namun seringkali tanpa Tuhan.
Nama Tuhan disebut dan dicatat didalam surat pernikahan, tetapi bisa saja dua orang yang
dinikahkan tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan, iman mereka hanya tradisional,
dengan demikian dasar pernikahan mereka sebenarnya tidak ada, oleh sebab itu membutuhkan
pelayanan/pengembalaan untuk menolong mereka, perlu membawa mereka kepada kesadaran untuk
meletakkan dasar pernikahan lebih dahulu ialah hubungan rohani mereka dengan Tuhan, sebelum
memperbaiki hubungan yang lain.
Manusia yang sudah jatuh didalam dosa mengalami kematian rohani yang disusul kemudian
oleh kematian jasmani. Roh manusia itu mati, dengan demikian hubungan dengan Allah putus
karena dosa. Kata Firman Tuhan,”Pada hari engkau memakannya (buah terlarang), pastilah engakau
mati,” 34 Firman Tuhan lain menegaskan, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-
pelanggaran dan dosa-dosamu,”35 situasi yang tanpa harapan itu diubahkan oleh kematian Tuhan
Yesus disalib. Tuhan Yesus menjadi korban yang suci yang menebus dosa manusia. Dinding
pemisah yang dididrikan oleh dosa runtuh. Dan komunikasi antara Allah dan manusia dibangunkan
kembali melalui Roh Kudus. Manusia sekarang dapat dilahirkan dari atas, atau secara Rohani, kalau
ia menerima kurban Tuhan Yesus dengan iman untuk penebusan dosa-dosanya. Dan “semua orang
yang menerimanya, diberi kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yaitu mereka yang percaya dalam
nama-Nya: orang-orang yang diperakanan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara
jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah,” 36
Seorang Kristen Rohani37 melalui kelahiran baru yang dikerjakan oleh Roh Kudus, roh manusia
ditempati oleh Roh Kudus, sehingga dimulailah dimensi Rohani dalam kehidupannya. Roh manusia
34 Kejadian 2:17 35 Efesus 2:1 36 Yohanes 1:12-13 37 1. Kor. 2:15, bahasa Yun: Antropos Pneumatichos, diterjemahkan dengan manusia rohani.
12
yang tadinya mati karena dosa, sekarang dihidupkan kembali, dan Ia menyembah Allah dalam roh
dan kebenaran. Sesuai dengan Firman Tuhan. “Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia,
harus menyembahnya dalam Roh dan kebenaran.”38 Alam pikiran, perasaan dan kehendaknya
dipenuhi dan diperintah oleh Roh Kudus, sedangkan tubuh sebagai Rumah Roh Kudus juga
terjangkau oleh pemerintahannya
Gambar 1 Proses Pemulihan yang Dikendalikan Tuhan
a. Dipulihkan dalam Kehidupan Suami isri setiap hari melalui hal-hal yang real:
1. Dapat berkomuniaksi dengan baik dan kontinu
Terjalin komunikasi yang baik bila keluarga atau suami istri telah dipulihkan, komunikasi
terbuka dan jujur dengan tidak menyembunyikan sesuatu dari pasangannya komunikasi yang baik
menyebabkan rumah tangga mempunyai suasan yang terbuka, dimana suami istri keadaan yang
tidak terikat, bebas untuk membagikan perasaan dengan jujur dan penuh kasih, tentang apa yang
mereka alami, rasakan dan pikirkan. Seringkali suami atau istri menyembunyikan sesuatu dari
pasangannya dengan alasan, “untuk tidak melukai istri atau suami”. Namun dalam waktu pendek
atau panjang hal tersbut akan diketahui oleh pasangannya dan menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan, perasaan yang tidak dipercayai, atau tidak dikasihi, yang nampak negatif nya ialah
perasaan harga diri yang munurun.
2. Berusaha Dapat Mengerti Bukan Untuk di Mengerti
Jeritan yang sangat umum dalam setiap pertengkaran ialah “Kamu tidak mengerti saya” atau
“Kamu sangat mementingkan diri”. Adalah suatu keinginan yang umum bagi kita agar kita dapat
dimengerti oleh orang lain, mungkin saja kita memiliki alasan yang tepat dengan penuh pengertian,
serta tindakkan atau kebiasaan kita yang benar, namun tidak ada gunanya untuk mengharapkan agar
kita dapat dimengerti oleh orang lain, kecuali kita sendiri yang dapat mengerti orang lain. Oleh
sebab latar belakang dan lingkungan setiap orang berbeda, dan latar belakang yang berbeda itu
dibawah pernikahannya masing-masing adalah sangat penting bagi masing-masing untuk mengerti,
bukan untuk dimengerti.
38 Yohanes 4:24
13
3. Dapat Memberi Informasi Dengan Bertanya
Suatu peribahasa yang cukup dikenal di indonesia ialah malu bertanya sesat di jalan, hal ini
terjadi juga dalam rumah tangga. Banyak informasi yang anda tidak akan peroleh kecuali dengan
menanyakan hal itu kepada pasangan anda setiap pasangan suami istri harus menghindarkan
anggapan bahwa istri mengetahui apa yang dipikirkan suaminya atau suami mengerti pemikiran
istrinya. Betapa sering asumsi kita mengalami kesalahan coba bayangkan kalau seorang suami
berasumsi bahwa “pasti istri saya senang rumah yang besar”, kemudian ia membuat kontrak
pembelian rumah tersebut tanpa sepengetahuan istrinya padahal istrinya menyukai rumah yang
kecil supaya jangan terlalu repot untuk membersihkan. Tindakkan demikian akan merendahkan
harga diri istrinya seolah-olah istri tidak penting untuk di ajak berkonsultasi. Sebab itu keduanya
tidak berpegang kepada asumsi masing-masing, melainkan selalu berdialog satu sama lain.
4. Dapat Mendengar Dengan Baik
Pasangan suami istri akan semakin menghargai ketika masing-masing dapt saling
mendengar sebab pada hakekatnya adalah lebih mudah untuk berbicara dari pada mendengar. Dr. S.
S. Hayakawa pernah berkata “Jika kita mampu mendengar sebaik kita berbicara maka kita dapat
mengetahui lebih banyak hal yang akan menjadikan kita lebih bijak sana sewaktu kita bertambah
tua dan gantinya berhenti berkembang. Sehingga sejak ia berusia 25 tahun – 26 tahun ia tetap
memiliki prasangka dan asumsi yang sedikit saja. Kita semua memerlukan kesabaran untuk tidak
cepat menarik kesimpulan yang salah untuk itu diperlukan kesabaran dan disiplin untuk mendengar.
Coba anda renungkan sejenak apa yang terjadi bila Anda akan berbicara dan pasangan Anda tidak
mau mendengar sebaliknya terjadi juga dengan pasangan anda bila anda tidak siap untuk
mendengar.
5. Tidak Banyak Mengomel
Mengomel sering menyebabkan suatu masalah yang besar dalam rumah tangga, bila sering
diucapkan pasangan anda akan merasa bahwa anda mencari-cari kesahalan. Ada sebagian orang
mengatakan kalau saya tidak mengomel terus permohonan saya tidak dikabulkan, sebab itu cara
yang terbaik bagi saya agar permohonan saya dikabulkan, ia dengan terus menerus mengomel
biasanya mengomel itu tidak ada hasilnya, sikap suka mengomel menunjukkan perasaan tidak puas
membuat orang prustasi baik yang mengomel atau yang di omelin, itulah sebabnya sifat mengomel
harus dihindari dan masing-masing mencari jalan keluar agar ide atau pun pendapat yang baik dapat
diterima dengan tidak di omel.
6. Dapat Menghormati Pendapat
Oleh sebab manusia mempunyai perbedaan mungkin aja anda tidak setuju dengan pendapat
pasangan anda, namun tidak seharusnya memisahkan anda berdua tetapi anda boleh tetap memiliki
rasa hormat kepada pendapatnya, iangatlah bahwa tidak ada pasangan suami istri yang senang tiasa
yang setuju dalam segala sesuatu. Adanya perbedaan-perbedaan tidak dapat memaksa atau
menuntut suami atau istri untuk menjadi percis seperti dirinya sendiri. Biarkanlah suami atau istri
menjadi seorang yang memiliki kepribadian dan pendapatnya sendiri. Oleh sebab itu lebih tepat
untuk menghormati pasangan anda hingga pasangan anda merasa ia cukup menilai dan memiliki
harga diri.
7. Dapat Memperhatikan Potensi Pasangan Anda
Setiap manusia mempunyai potensi untuk berkembang untuk memiliki sifat, kepribadian,
bahkan masa depan yang baik. Masing-masing bagaikan batu pualam yang dapat diukir menjadi
hiasan yang indah atau mungkin dipukul pecah jadi batu kerikir yang diinjak-injak orang, walaupun
ada perbedaan pendapat yang tidak disetujui anda perlu melihat adanya potensi untuk
perkembangan dari perbedaan pendapat tersebut. Setiap orang mungkin mempunyai masa lalu yang
mengecewakan namun bukan berarti ia akan terus menerus mengecewakan masa depannya, sukses
itu tidak pernah berakhir kegagalan juga bukan sesuatu yang final ini berarti kalau anda sukses anda
14
harus tetap berusaha untuk sukses kalau tidak anda akan gagal, perhatikanlah potensi yang dimiliki
pasangan anda setiap kita melihat sesorang atau pasangand alam proses menjadi seseorang yang
lebih baik.
8. Dapat Mengatasi Hal-hal Yang Merendahkan Harga Diri
Ini bukan perkara mudah. Bahkan ini merupakan inti dari hasil pemulihan banyak pasangan
suami istri yang mempunyai harga dirinya rendah dalam keluarga oleh sebab berbagai masalah
yang dihadapinya. Bebrapa hal yang dapat menyebabkan harga diri yang rendah ialah hilangnya
kasih dalam keluarga adanya konflik dengan kerabat, adanya berbagai problem dengan anak-anak,
adanya kesulitan keuangan, adanya perasaan kesepian atau bosan, adanya masalah seksualitas,
adanya perasaan letih dan tekanan waktu, adanya perubahan-perubahan fisik dan gejala ketuaan.
9. Dapat Membuat Kegiatan Yang Membangun Harga Diri
Oleh sebab harga diri dapat dibangunkan dan diperkembangkan bila seseorang itu merasa ia
diterima dan dicintai, maka kegiatan-kegiatan yang menunjukkan penerimaan menunjukkan kasih
sayang akan meningkatkan harga diri seseorang. Misalnya:
a. Rencana hari perayaan seseorang, apakah itu hari bapak, hari ibu, hari lahir, hari ulang tahun
pernikahan atau hari istimewa lainnya, dapat dirayakan bersama dengan makanan yang
istimewa atau hadiah yang diberikan maka anggota keluarga yang bersangkutan dapat
diterima, dicintai dan dihormati.
b. Apakah yang anda hargai dari pasangan anda. Dengan mengambil waktu untuk diucapkan
akan memberikan kesan yang baik, dan menyebabkan pasangan anda memiliki harga yang
tinggi.
c. Surat keluarga, suami istri akan merasa senang untuk sekali-kali menerima surat cinta dari
pasangannya. Kelihatannya janggal bagi orang Timur sebab surat cinta masih umum bagi
mereka yang berpacaran. Namun, pasangan suami masih memerlukan perasaan yang masih
dicintai maka surat cinta punmasih dibutuhkan bagi mereka.
10. Suami Istri Yang Mendoakan Satu Sama Lain
Saling mendoakan secara pribadi atau saling mendoakan dengan bersama-sama akan
membawa pemulihan yang berdampak satu sama lain, membawakan kebahagiaan dan
menghasilkan hubungan yang lebih baik. Bagaimana perasaan anda bila nama anda disebut dan di
doakan orang lain, pasti anda merasa diterima dan didoakan orang lain. Sebab itu suami istri untuk
memupuk kebiasaan untuk saling mendoakan satu sama lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
A.G. Pringgodigdo (ed), Ensiklopedia Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1997) hal 544
Al Budyapratama, Etika Praktis, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2004) 42
Andar Ismail, Selamat Ribut Rukun (Jakarta: BPK-GM, 1997) hl 90-92
Carl I. Hovland, Social Communication. Dalam Bernard Berlson & Morris Janowitz (ed), Reader in
Public Opinion and Communication (New York: The Free Press Of Glencoe, 1953) 181-182
D. Scheunemann, Romantika kehidupan suami istri, (Gandum mas : 2005), 86
D.W.B. Robinson, “Keluarga Rumah Tangga, Ensklopedia Alkitab Masa Kini Jilid 1: J.D. Douglas
(ed) (Jakarta: YKPK, 1997) 536-539
E.G. Homrighausen I. H. Enklar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK- GM, 1995) hl 144-145
Elmer & Ruth Towns, How to Build a Lasting Marriage, penerbit: ANDI-Yogyakarta. 2011. Hal. 3
G. Lindsa, Marriage, Divorce And Remmariage, Christian For The Nations, (USA: tp, 1976) hal 12
Gilarso, Membangun Keluarga Kristen, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 9
J. Strahan, “Family”, dalam Encyclopedia of Religion and Ethics Vol. V, J, Hasting (ed) (New
York: Charles Scribner’s Sons, 1995) hal 723
J. Verkuyl, Etika Kristen Seksuil, (Jakarta: BPK-GN, 1993) hl 174-189
J.J. de Heer. Tafsiran Alkitab Injil Matius (Psl 1-22), (Jakarta: BPK-GM, 2004), 46-47
J.L. Ch. Abineno, Sekitar Etika Sosial (Jakarta: BPK-GM, 1994), 65
James C. Debsen, Cinta Kasih Seumur Hidup, (Bandung Kalam Hidup, 1999) 28
Jay Adams, Masalah-Masalah Dalam Rumah Tangga Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2001), 38
Jay E. Adam, Masalah-Masalah dalam Rumah Tangga Kristen (Jakarta: BPK-GM, 2001) 61
Jusuf Roni, Membina Keluarga Kristen Yang Bahagia (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1996) 56
Kathleen Liwidjaja-Kuantaraf, M.D., M.P.H. & Jonathan Kuantaraf, D.Min. Komunikasi Keluarga:
Kunci Kebahagiaan Anda. (Indonesia Publishing House, 1999) hal. 2
KBBI
M.L. Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan, (Jakarta BPK-GM, 2000, hal 28
M.L. Thompson, (Op Cit) hal 28
Mu’tamar, Analisa. (19 Juli 1993)
Onong, Ucha Efendi, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995)
hal 19.
Perjanjian adalah suatu ikatan persetujuan antara kedua pihak (bnd. Kej. 31:44; 1 Sam. 18:3) tetapi
didalam hubungannya dengan kepercayaan iman orang Israel, perjanjian itu mempunyai arti
tersendiri. Pengambilan prakasa atau inisiatif adalah Allah. Allah sendiri yang sebenarnya
membentuk perjanjian itu (bnd. Kej. 6:18; 9:9-11:15:1) Perjanjian itu adalah pemberian Allah
kepada manusia, Wismohadi Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta, BPK-GM, 2006), 86
Richard Foster, Uang, Seks, Kekuasaan, (Bandung: Kalam Hidup, 1995) 132
Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perspektif Domain: Kaji Ulang
dan Teori Kritis (Jakarta: Rajawali Press, 2011) hal 20
Rosady Ruslan, Managemen Humas dan Komunikasi. Konsepsi dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Perkasa, 2002) hal. 81
Sir Gerald Barry (ed), Communication and Language (New York: doubleday&Company, Inc, 1965)
hal 16.
Soemadi Tjiptojoewono, Pengantar Pendidikan. (Surabaya University PressIKIP, 1995) hal 225
Wilbur Schramm, The Prosess and Effect Of Mass Communication (Urban : University Of Illinois
Press, 1965) hal 3.
Willian Dyrness, Tema-Tema dalam Perjanjian Lama, (Malang, Gandum Mas, 1979), 98