kelompok 8, kelas a lapak fha

34

Click here to load reader

Upload: pefi-firman-nurlailudin

Post on 12-Aug-2015

188 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FISIOLOGI HEWAN AIR

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air

Disusun oleh :Kelompok 8 / Kelas A

Nika Sembada (230110110018)

Yohan Setiawan (230210110027)

Pefi Firman Nurlailudin (230110110030)

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2012

Page 2: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

laporan praktikum ini. Laporan praktikum ini berjudul “Pengaruh Perubahan Suhu

Panas dan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio).”. Laporan praktikum ini diajukan untuk

memenuhi salah satu tugas pada Praktikum Fisiologi Hewan Air.

Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses

praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini.

Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penyusun dapat

memberikan manfaat khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang

perikanan dan umumnya bagi semua pihak.

Jatinangor, Oktober 2012

Penyusun

Page 3: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

ii

DAFTAR ISI

Bab Halaman

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2

1.3 Manfaat Praktikum ............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) ............................................................... 3

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) .......................................... 4

2.1.2 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio) ........................................... 5

2.2 Sistem Pernapasan ............................................................................. 7

2.3 Suhu ................................................................................................... 8

2.3.1 Suhu Ruang. ..................................................................................... 10

2.3.2 Suhu Tinggi...................................................................................... 10

2.3.2 Suhu Rendah. ................................................................................... 11

III. BAHAN dan METODE

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 13

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................. 13

3.2.1 Alat yang digunakan pada Praktikum 1 .......................................... 13

3.2.2 Bahan yang digunakan pada Praktikum 1 ...................................... 13

3.2.3 Alat yang digunakan pada Praktikum 2 ......................................... 13

3.2.4 Bahan yang digunakan pada Praktikum 2 ...................................... 14

3.3 Prosedur Kerja ................................................................................... 14

3.3.1 Prosedur Kerja Praktikum 1 ........................................................... 14

3.3.2 Prosedur Kerja Praktikum 2 ........................................................... 15

Page 4: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil .................................................................................................. 17

4.1.1 Hasil Data Praktikum I.................................................................... 17

4.1.2 Hasil Data Praktikum 2 ................................................................... 18

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 19

4.2.1 Pembahasan Praktikum I................................................................. 19

4.2.2 Pembahasan Praktikum 2 ................................................................ 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22

5.2 Saran .................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 23

LAMPIRAN ........................................................................................... 25

Page 5: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) ....................................................... 5

Page 6: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Foto Alat Praktikum ............................................................................ 26

2. Foto Bahan Praktikum ......................................................................... 27

3. Foto Kegiatan Praktikum .................................................................... 27

Page 7: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aklimasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon

kompensasi dari suatu organisme terhadap perubahan suatu faktor lingkungan

atau penyesuaian diri dari suatu organisme terhadapt satu faktor lingkungan,

misalnya temperatur atau suhu.

Poikilotermik merupakan salah satu dari kompensasi fisiologis dimana

organisme dapat berhasil hidup dalam lingkungan yang berubah-rubah,

pengertiannya yaitu keadaan dimana suhu tubuh berfluktasi sesuai dengan suhu

lingkungan, kondisi ini ditemukan pada beberapa hewan invertebrate dan

vertebrata tingkat rendah.

Ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)

artinya temperatur tubuhnya disesuaikan dengan suhu lingkungannya. Bagi hewan

akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas, oleh karena itu perubahan

suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut, yang akan

berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut. Ikan

adalah organisme yang hidup di air dan bernapas dengan insang.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka kami mencoba melakukan

praktikum mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme dengan judul

praktikum “Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Suhu Dingin Media Air

Terhadap Membuka & Menutup Operculum Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)”.

1.2 Tujuan Praaktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas

dan suhu dingin media air terhadap membuka & menutup operculum benih ikan

mas (Cyprinus carpio).

Page 8: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

2

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah dapat meningkatkan

pengetahuan mahasiswa tentang perubahan suhu panas dan suhu dingin media air

terhadap membuka & menutup operculum benih ikan mas (Cyprinus carpio).

Page 9: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang

pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum

masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan

mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari

Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil

seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat

diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya (Susanto, 1996).

Ikan Mas adalah salah satu jenis ikan peliharaan yang penting sejak dahulu

hingga sekarang. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini

yaitu daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas permukaan laut, pH

perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 0C. Ikan Mas hidup di

tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di sungai

danau maupun di genangan air lainnya (Herlina, 2002).

Ikan Mas (Cyprinus carpio) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati

karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Di Indonesia ikan yang

termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak

dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap

faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8 – 12 cm.

Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnan water) kecepatan tumbuh 3 cm

setiap bulannya (Herlina, 2002).

Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan

dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya

perbedaan ras pada jenis ikan air tawar. Ras-ras yang ada pada ikan mas antara

lain:

Page 10: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

4

1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak

punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di

bandingkan ikan mas lainya.

2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak

begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah

tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan suka berkumpul pada

permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara

3,66:1.

3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap

kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk)

dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.

4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya

panjang dan gerakannya lambat

5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian

titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.

6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan

relatif pendek dan tinggi. Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan

kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore). Kolam yang di

bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini mengaduk

Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).

Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di

berikan pada ikan mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah

pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk

makanan buatan biasanya di berikan berupa crumble dan pellet.

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Menurut Saanin (1984), klasifikasi dari Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah

sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Page 11: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

5

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Species : (Cyprinus carpio Linn.)

Gambar 1. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio)

(Dokumen Pribadi, 2012)

2.1.2 Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,

badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed)

dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulkan, di

bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di

antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto,2007).

Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa

berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.

Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar

dan tepi perairan.

Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor.

Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung

yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup

insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).

Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang

berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak

yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas secara umum terdiri atas

saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai berikut:

Page 12: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

6

1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut :

a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan

b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.

c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.

2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat

insang.

3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.

4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari

usus.

5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa

kelenjar pencernaan, antara lain:

a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.

b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.

c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang

dan di bungkus oleh selaput (Djarijah,2001).

Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan

pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem

pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002).

Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad

(ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan

yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi

sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan

mas sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari

aroma tanah kering yang tergenang air.

Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.

Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun,

seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah

yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus

membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah

menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening,

berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,

Page 13: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

7

tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam

telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur

akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong

kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva.

Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas

bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50-6 mm dan

bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir)

dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan

makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama

berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan

alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.

Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3

cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh

menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan

bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan

berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.

Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara,

bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya

bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas

tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam

untuk mencari makanan.

2.2 Sistem Pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah proses pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara suatu organism dengan lingkungannya. Peran oksigen

dalam kehidupan ikan merupakan zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yaitu

untuk mengoksidasi zat makanan (karbondioksida, lemak dan protein) sehingga

dapat menghasilkan energi. Tingkah laku ikan saat kandungan oksigen dalam air

kurang adalah ikan akan berenang ketempat yang lebih baik kondisi oksigennya

seperti ke dekat inlet, air yang berarus dan ke daerah permukaan serta dengan

Page 14: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

8

jalan meningkatkan frekuensi pemompa air atau memperbesar volume air yang

melewati insang.

Komponen-komponen pada sistem pernapasan antara lain : alat

pernapasan (insang), oksigen dan karbondioksida dan darah (hemoglobin). Prinsip

pernapasan yaitu proses pertukaran gas terjadi secara difusi. Pada proses difusi

terjadi suatu aliran molekul gas dari lingkungan/ruang yang konsentrasi gasnya

tinggi ke lingkungan /ruang yang konsentrasi gasnya rendah.

Terdapat mekanisme pernapasan pada ikan yaitu Inspirasi dan Expirasi.

Pada mekanisme Inspirasi : mulut terbuka, rongga bucco-pharynx dan rongga

insang menggelembung dan selaput operculum tertutup, pada keadaan ini air

masuk (terisap). Pada mekanisme Expirasi : mulut tertutup, rongga bucco-

pharynx dan rongga insang berkonsentrasi (menyempit) selaput operculum

terbuka. Pada keadaan ini air mengalir dari rongga mulut dan rongga insang ke

arah luar melalui insang. Pada saat air melewati insang terjadi pertukaran gas.

(Ridwan dan Usman, 2002)

2.3 Suhu

Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda

dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.

Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting bagi

ikan sebagai hewan poikilotermik yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan

sekitarnya. Meningkatnya suhu perairan mengakibatkan meningkatnya suhu

tubuh, sehingga mempercepat proses metabolisme ikan (Forsberg & Summerfelt,

1992). Perubahan suhu secara fluktuatif akan menyebabkan pengaruh terhadap

fisiologi hewan air. Ikan di daerah tropis membutuhkan suhu air relatif tinggi

dibandingkan ikan subtropis. Ikan tropis membutuhkan suhu lebih dari 260 C agar

metabolisme tubuh ikan berjalan dengan normal yang ditandai dengan nafsu

makan ikan yang tinggi. Suhu air yang optimum untuk pertumbuhan ikan atau

udang antara 280 C sampai 300 C. Suhu air sangat dipengaruhi oleh alam (cuaca)

sehingga sulit untuk di kontrol. Kenaikan suhu menyebabkan laju konsumsi dan

metabolisme meningkat.

Page 15: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

9

Suhu media berpengaruh terhadap aktifitas enzim pencernaan. Pada

proses pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga

banyak energi yang terbuang. Tetapi jika aktifitas enzim pencernaan meningkat

maka laju pencernaan juga akan semakin meningkat, sehingga tingkat

pengosongan lambung tinggi. Tingkat pengosongan lambung yang tinggi

menyebabkan ikan cepat lapar dan nafsu makannya meningkat. Jika konsumsi

pakan tinggi, nutien yang masuk kedalam tubuh ikan juga tinggi, dengan

demikian ikan memiliki energi yang cukup untuk pertumbuhan.

Suhu media juga berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang terlibat proses

katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses

katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi

senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme

meningkat maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar metabolit

dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar metabolit dalam darah

menyebabkan ikan cepat lapar dan memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat

konsumsi pakan meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan

jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan digunakan untuk

proses-proses maintenance dan selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan.

Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan

metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang

disertai dengan proses pencernaan dan metabolisme yang efektif, akan

menghasilkan energi yang optimal untuk pertumbuhan.

Secara umum ikan telah beradaptasi untuk hidup pada kisaran suhu

tertentu. Kisaran ini bervariasi dari satu spesies ke spesies lainnya. Meskipun

beberapa spesies dapat mentolerir perbedaan lintang tertentu, sehingga, misalnya,

memungkinkan ikan-ikan daerah tropis yang memiliki persyaratan hidup berbeda

digabungkan dalam satu akuarium, akan tetapi pengawasan ekstra hati-hati tetap

diperlukan.

Penurunan suhu secara perlahan, seperti terjadi apabila heater tidak

berfungsi, jarang menimbulkan shock, meskipun demikian temperatur hendaknya

dikembalikan ke kondisi semula secara perlahan-lahan dalam waktu satu jam atau

Page 16: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

10

lebih. Dalam kasus temperatur terlalu panas, seperti akibat termostat yang tidak

berfungsi dengan baik, maka intentsitas aerasi hendaknya ditingkatkan untuk

mengkompensasi kadar oksigen terlarut yang rendah, dan biarkan temperatur

akuarium dingin secara alami. Apabila suhu meningkat sampai melebihi 32°C,

dan apabila ikan masih bertahan hidup, maka penggantian air sebanyak 20%

dengan air dingin bisa dilakukan. Pengembalian air hendaknya dilakuakan secara

perlahan dengan cera disiphon plus peningkatan aerasi. (Musida, 2008)

2.3.1 Suhu Ruang

Suhu ruang (room temperature), dalam penggunaan ilmiah merupakan satu

rentang suhu yang dianggap biasa/nyaman oleh manusia dalam satu ruang

tertutup. Suhu ini lebih kurang antara 20 sampai 25 derajat Celsius (°C) (68

sampai 77 derajat Fahrenheit (°F), 528 sampai 537 derajat Rankine (°R), atau 293

sampai 298 Kelvin (K)), walaupun nilai tersebut bukanlah suatu nilai yang

ditentukan secara persis. Untuk fasilitas perhitungan, sering digunakan angka 20°

C atau 300 K.

Suhu kamar ini merupakan suhu yang dapat diukur dengan termometer

yang diambil dari udara di sekitarnya, sehingga, jika diambil dari berbagai titik di

suatu daerah pada suatu waktu mungkin bervariasi.

Hal ini karena suhu yang diambil di lingkungan sedingin itu adalah Kutub

Utara, di mana suhu akan di bawah titik beku (diukur dalam derajat Fahrenheit

atau Celsius), akan ada yang diambil di tempat sehangat padang pasir di mana

suhu akan jauh di atas nol.

Untuk perhitungan ilmiah, suhu kamar biasanya diambil sebagai 25 derajat

Celcius (293 atau 298 Kelvin, 68 atau 77 derajat Fahrenheit). Untuk kenyamanan,

diangkakan, 300,00 K (26,85 °C, 80,33 °F) digunakan sesekali tanpa ditetapkan

sebagai "suhu kamar". Namun, temperatur lingkungan bukan merupakan istilah

ilmiah seragam didefinisikan, tidak seperti suhu dan tekanan standar, atau TPE,

yang memiliki definisi yang sedikit berbeda..

2.3.2 Suhu Tinggi

Page 17: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

11

Suhu tinggi menyebabkan turunnya kelarutan oksigen dalam air dan

sebaliknya konsumsi oksigen akan meningkat. Peningkatan konsumsi oksigen

menunjukkan peningkatan laju metabolisme, dengan demikian kebutuhan pakan

juga akan meningkat konsumsi oksigen dipengaruhi oleh banyak faktor, antara

lain bobot badan, suhu air dan tingkat aktivitas ikan itu sendiri. Selain itu suhu

yang tinggi menyebabkan ikan aktif bergerak, tidak mau berhenti makan, dan

metabolism cepat meningkat sehingga kotorannya pun menjadi lebih banyak

(Lesmana, 2001).

Suhu tinggi atau kenaikan suhu akan meningkatkan laju metabolisme

dalam tubuh, yang pada hakekatnya adalah naiknya kecepatan reaksi kimiawi.

Kenaikan suhu akan meningkatkan laju pertumbuhan sampai batas tertentu, dan

setelah itu kenaikan suhu justru menurunkan laju pertumbuhan.

Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga

dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hukum van’t Hoff, kenaikan suhu

sebesar 10°C akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3

kali lipat dibandingkan pada kondisi normal. Kebutuhan protein pada ikan untuk

mendapatkan pertumbuhan yang optimum sangat dipengaruhi oleh suhu. Contoh

pada suhu 20oC pada ikan Channel Catfish (Ictalurus punctatus) memperlihatkan

pertumbuhan optimum dengan kadar protein 35 %, sedangkan pada suhu 25oC

membutuhkan protein 40%. (Wahyu Purwakusuma, 2002)

Pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan bergerak aktif,

tidak mau berhenti makan, dan metabolisme cepat meningkat sehingga kotoran

menjadi lebih banyak. Kotoran yang banyak akan menyebabkan kualitas air

disekitarnya menjadi buruk. Sementara kebutuhan oksigen meningkat, tetapi

ketersediaan oksigen air buruk sehingga ikan akan kekurangan oksigen dalam

darah. Akibatnya ikan menjadi stress, tidak ada keseimbangan, dan menurun

sistem sarafnya.

2.3.3 Suhu Rendah

Suhu yang rendah dari kisaran suhu optimal (< 20oC) mengakibatkan

respon imunitas menjadi lambat, berkurangnya nafsu makan, aktifitas ikan kurang

Page 18: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

12

dan pertumbuhan terhambat (Wedemeyer, 1996). Akibatnya, ikan menjadi lemah

dan mudah terserang penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian. Gejala klinis

yang tampak akibat pengaruh suhu yang rendah, yaitu gerakan ikan lamban dan

kurang responsive terhadap pemberian pakan. Perubahan suhu yang melebihi 3-

4oC dalam waktu yang relatif singkat akan menyebabkan perubahan metabolism

yang dapat mengakibatkan kematian ikan (Boyd, 1990).

Lesmana (2001) menyatakan bahwa pengaruh suhu rendah terhadap ikan

adalah rendahnya kemampuan mengambil oksigen (hypoxia). Kemampuan rendah

ini disebabkan oleh menurunnya detak jantung. Pengaruh lain adalah

terganggunya proses osmoregulasi (pertukaran air dari dan ke dalam tubuh ikan).

Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degradasi sel darah merah sehingga

proses respirasi (pernafasan atau pengambilan oksigen) terganggu. Suhu rendah

dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami lethargi, kehilangan nafsu

makan, dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

Page 19: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

13

BAB III

BAHAN dan METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : Praktikum 1 : Senin, 1 Oktober 2012. Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB

Praktikum 2 : Senin, 8 Oktober 2012. Pukul 10.00 s/d 12.00 WIB

Tempat : Ruang Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Lantai 1, Gedung

Dekanat FPIK

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang digunakan pada Praktikum 1

1) Beaker Glass , untuk tempat ikan yang akan diamati.

2) Wadah plastik (2 buah) , untuk tempat ikan sebelum dan setelah diamati.

3) Water bath , untuk penangas air

4) Termometer Hg/alkohol , untuk mengukur suhu air.

5) Hand Counter , untuk menghitung bukaan operculum.

6) Stopwatch , untuk mengamati waktu.

7) Alat tulis , untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2.2 Bahan yang digunakan pada Praktikum 1

1) Benih ikan mas sebanyak 5 ekor.

2) Stok air dengan suhu kamar.

3) Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.

3.2.3 Alat yang digunakan pada Praktikum 2

1) Beaker Glass , untuk tempat ikan yang akan diamati.

2) Wadah plastik (2 buah) , untuk tempat ikan sebelum dan setelah diamati.

3) Freezer , untuk tempat pembuatan es batu

4) Palu / martil , untuk memecah bongkahan es batu

Page 20: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

14

5) Termometer Hg/ alkohol , untuk mengukur suhu air.

6) Hand Counter , untuk menghitung bukaan operculum.

7) Stopwatch , untuk mengamati waktu.

8) Alat Tulis , untuk mencatat hasil pengamatan.

3.2.4 Bahan yang digunakan pada Praktikum 2

1) Benih ikan mas sebanyak 5 ekor.

2) Stok air dengan suhu kamar.

3) Es batu untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Prosedur Kerja Praktikum 1

Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:

1) Menyiapkan sebuah beaker glass sebagai wadah perlakuan dan dua wadah

plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.

2) Mengambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu

memasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media air.

3) Mengisi beaker glass dengan air secukupnya sekitar 300 ml, lalu mengukur

suhunya dengan termometer dan mencatat hasilnya.

4) Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

a. T1 = untuk suhu kamar. ( …. ± 0,5 ºC)

b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar

c. T3 = untuk suhu 6 ºC di atas suhu kamar

5) Memasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah

diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian menghitung banyaknya membuka

& menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan

hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak

tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas

lembar kerja yang telah tersedia.

6) Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji

berikutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati.

Page 21: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

15

Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah

disediakan.

7) Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.

Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran

tolereansi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

8) Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara ditambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.

Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran

toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

9) Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di bawah ini :

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1

2

3

4

5

3.3.2 Prosedur Kerja Praktikum 2

Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:

1) Menyiapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua

wadah plastik (toples) sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah

diamati

2) Mengambil sebanyak 5 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu

masukkan ke dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.

3) Mengisi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur

suhunya dengan thermometer dan catat hasilnya.

4) Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :

Page 22: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

16

a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)

b. T2 = untuk suhu 3 ºC di bawah suhu kamar

c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar

5) Memasukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah

diketahui suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka &

menutup operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan

hand counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak

tiga kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas

lembar kerja yang telah tersedia.

6) Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji

berikutnya sampai ke lima ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati

dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan

7) Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit

demi sedikit. Usahakan saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada

kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

8) Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan

mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan

dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit

demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air naik pada

kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.

9) Data hasil pengamatan ditabulasi seperti tabel di bawah ini :

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1

2

3

4

5

Page 23: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

17

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Data Praktikum 1

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Pengaruh

Perubahan Suhu Panas Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) selama pengamatan didapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu

Kamar (26° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 126 122 124 124

2 124 120 111 118

3 89 78 90 86

4 108 110 89 102

5 129 123 125 126

Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 3° di Atas

Suhu Kamar (29° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 140 112 111 121

2 150 132 137 140

3 133 143 104 127

4 169 159 138 155

5 148 139 142 143

Page 24: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

18

Tabel 3. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 6° di Atas

Suhu Kamar (32° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 154 149 137 150

2 161 145 162 156

3 153 170 189 171

4 160 185 188 178

5 158 156 159 158

4.1.2 Hasil Data Praktikum 2

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap Pengaruh

Perubahan Suhu Dingin Media Air Terhadap Membuka & Menutup Operculum

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) selama pengamatan didapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 1. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu

Kamar (26° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 114 112 113 113

2 113 164 151 149

3 181 181 184 182

4 165 167 190 174

5 175 175 175 175

Tabel 2. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 3° di bawah

Suhu Kamar (23° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 135 129 129 131

Page 25: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

19

2 150 145 146 147

3 158 152 139 150

4 155 146 165 155

5 141 159 155 152

Tabel 3. Banyaknya Bukaan Operculum Benih Ikan Mas Pada Suhu 6° di bawah

Suhu Kamar (20° ± 0,5°C)

IkanUlangan

Rata-rataI II III

1 99 90 96 95

2 124 118 112 118

3 120 119 122 120

4 130 124 115 123

5 124 129 125 126

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Praktikum 1

Pembahasan mengenai Praktikum 1 yaitu tentang perubahan suhu panas

media air terhadap membuka dan menutup operculum benih Ikan Mas (Cyprinus

carpio) yaitu suhu merupakan salah satu faktor pembatas di dalam suatu perairan.

Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat dibandingkan lingkungannya.

Suhu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju

metabolisme suatu organisme. Setiap kenaikan 10°C akan mempercepat laju

reaksi kimia dua kali lipat dari semula.

Pada media air dengan suhu kamar yang telah diukur sebelumnya dengan

thermometer yaitu 26°C tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal, pada

saat suhunya dinaikan 3°C dari suhu kamar dengan ditambahkan media air panas

yaitu berkisar pada suhu 29°C pergerakan ikan menjadi lincah dan kecepatan

membuka dan menutup operculum pun cepat, dan dinaikan kembali 6°C dari suhu

kamar yaitu berkisar pada suhu 32°C pergerakan ikan semakin lincah atau

Page 26: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

20

semakin aktif dan kecepatan membuka dan menutupnya operculum pun semakin

cepat.

Dari tabel hasil pengamatan menunjukkan bahwa kenaikan suhu media air

menyebabkan gerakan membuka dan menutup operculum ikan mas semakin

cepat. Hal ini membuktikan bahwa ikan bersifar poikilotermik (berdarah dingin)

artinya suhu tubuh ikan akan menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Jika

suhu air naik maka laju pernafasan akan meningkat begitu pula dengan laju

metabolismenya. Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk

menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari

metabolisme aerobik.

4.2.2 Pembahasan Praktikum 2

Pembahasan mengenai Praktikum 2 yaitu tentang perubahan suhu dingin

media air terhadap membuka dan menutup operculum benih Ikan Mas (Cyprinus

carpio) yaitu suhu merupakan salah satu faktor pembatas di dalam suatu perairan.

Suhu tubuh ikan berkisar kurang lebih satu derajat dibandingkan lingkungannya.

Suhu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju

metabolisme suatu organisme. Setiap kenaikan 10°C akan mempercepat laju

reaksi kimia dua kali lipat dari semula.

Pada media air dengan suhu kamar yang telah diukur sebelumnya dengan

thermometer yaitu 26°C tingkah laku ikan masih terlihat bergerak normal, pada

saat suhunya diturunkan 3°C dari suhu kamar dengan ditambahkan media air

dingin yaitu berkisar pada suhu 23°C pergerakan ikan menjadi lambat dan

kecepatan membuka dan menutup operculum pun lambat, dan diturunkan kembali

6°C dari suhu kamar yaitu berkisar pada suhu 20°C pergerakan ikan semakin

lambat atau aktifitas pergerakan ikan semakin mengurang dan kecepatan

membuka dan menutupnya operculum pun semakin lambat pula.

Dari tabel hasil pengamatan menunjukkan bahwa penurunan suhu media

air menyebabkan gerakan membuka dan menutup operculum ikan mas semakin

lambat. Hal ini membuktikan bahwa ikan bersifar poikilotermik (berdarah dingin)

artinya suhu tubuh ikan akan menyesuaikan dengan suhu lingkungannya. Jika

Page 27: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

21

suhu air turun maka laju pernafasan akan menurun begitu pula dengan laju

metabolismenya. Menurut Ville, et. al (1988), konsumsi oksigen digunakan untuk

menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari

metabolisme aerobik.

Page 28: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

22

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilotermik), suhu tubuhnya akan

menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Jika suhu meningkat maka laju

pernafasan akan meningkat.

Perubahan suhu panas pada media air menyebabkan meningkatnya laju

pernafasan pada benih ikan mas. Kenaikan suhu pada media air menyebabkan

kelarutan oksigen (DO) menurun, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen

semakin bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat. Pengaruh

suhu rendah terhadap ikan adalah rendahnya kemampuan mengambil oksigen

(hypoxia). Kemampuan rendah ini disebabkan oleh menurunnya detak jantung.

Pengaruh lain adalah terganggunya proses osmoregulasi (pertukaran air dari dan

ke dalam tubuh ikan).

Ikan mas dapat hidup pada kisaran suhu 8-30°C, tetapi suhu optimal yang

cocok antara 25°-28°C, sehingga gerakan membuka dan menutupnya operculum

lebih stabil dibandingkan pada suhu dinaikkan maupun diturunkan, sehingga

perubahan suhu lingkungan pada ikan mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada

ikan. Aklimasi pada ikan perlu dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada

saat berlangsungnya pengamatan.

5.2 Saran

Dalam kegiatan praktikum ini sebaiknya proses pengamatan dilakukan

secara benar sesuai dengan prinsip kerja karena akan berpengaruh terhadap data

dan hasil pengamatan. Ketelitian dalam mencatat data pun harus diperhatikan

dalam pengamatan ini agar didapatkan hasil data yang benar.

Page 29: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

23

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. University Riau Press :

Riau

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia

Pustaka : Jakarta.

Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pons for Aquaculture Departement of

Fisheries and Allied Aquaculture. Alabama Aquaculture. Experimental

Station. Auburn University Press : Alabama.

Cahyono, B. 2000. Budidadaya Air Tawar. Kanisius : Yogyakarta.

Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius : Yogyakarta.

Forsberg, J A and R.C. Summerfelt. 1992. Effects of Temperature on The Die

Ammonia Erexction of Fingerling Walleye Aquaculture, 102: 115-126.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka

Cipta : Jakarta.

Herlina, 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Tawar. Agromedia Pustaka :

Jakarta.

Lagler, KF, and J.E. Bardach. 1977. Ichthyology. Jhon Welley and Sond Inc :

NewYork.

Lesmana, D.S. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya :

Jakarta.

Musida, 2008. Faktor yang mempengaruhi adaptasi hewan air terhadap

lingkungannya. http://www.musida.web.id. Diakses pada tanggal 10

Oktober 2012 pukul 20.24 WIB.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta

: Bandung.

Susanto, H. dan Rochdianto, A. 1997. Budidaya Ikan Mas di Kolam Air Deras.

Penebar Swadaya : Jakarta.

Page 30: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

24

Ville, C. A., W. F. Walker and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga :

Jakarta.

Wahyu Purwakusuma. 2002. Temperatur. http://www.O-fish.com. Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2012 pukul 20.30 WIB.

Wedemeyer. 1996. Growth and Ecology of Fish Populations. Academic Press :

London.

Page 31: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Alat Praktikum

Beaker glass Wadah plastik Water bath

Termometer Hg / alcohol Hand counter Timer / stopwatch

Alat tulis Freezer Palu/martil

Page 32: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

26

Lampiran 2. Foto Bahan Praktikum

Benih Ikan Mas(Caprinus carpio)

Stok air dengan suhu kamar

Stok air panas

Es Batu

Lampiran 2. Foto Kegiatan Praktikum

1. Pengisisan Stok air untuk suhu kamarpada beaker glass.

2. Pengisian air untuk media pemindahan ikan pada wadah plastik.

Page 33: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

27

3. Pengukuran suhu ruang pada media air di beaker glass, suhu tercatat 26 oC.

4. Pengamatan pada praktikum 1 , suhukamar 26 oC, pergerakan ikan masih normal. Membuka dan menutupnya operculum normal.

5. Penambahan air panas pada beaker glass, pada praktikum 1.

6. Pengamatan pada praktikum 1 , suhu 29oC, pergerakan ikan aktif/lincah. Membuka dan menutupnya operculum cepat.

7. Pengamatan pada praktikum 1 , suhu 32oC, pergerakan ikan semakin aktif/lincah. Membuka dan menutupnya operculum semakin cepat.

8. Pengamatan pada praktikum 2 , suhu kamar 26 oC, pergerakan ikan masih normal. Membuka dan menutupnya operculum normal.

Page 34: Kelompok 8, Kelas a Lapak Fha

28

9. Pengamatan pada praktikum 2 , suhu 23°C, pergerakan ikan lambat. Membuka dan menutupnya operculum pun melambat.

10.Pengamatan pada praktikum 2 , suhu kamar 20°C, pergerakan ikan masih semakin melambat. Membuka dan menutupnya operculum pun semakin lambat pula.