kelompok 5 (tugas perencanaan) matematika 2014 c.pdf

Upload: faiza-firda

Post on 07-Jul-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    1/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... i

    A. Gambaran Umum Model Pengajaran Langsung..... ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... ......... .. 1

    1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa ......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... ....... 1

    2. Sintak .............................................................................................................................................. 3

    3. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan ......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ........ 4

    B. Latar Belakang Teoritik dan Empirik....... .......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ........ 5

    1. Analisis Sistem .................................................................................................................................... 5

    2. Teori Pemodelan Tingkah Laku ....................................................................................................... 6

    3. Penelitian Tentang Keefektifan Guru ......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... 9

    C. Melaksanakan Pengajaran Langsung ......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... ... 10

    1. Tugas-tugas Perencanaan ................................................................................................................. 10

    2. Tugas-tugas Interaktif ................................................................................................................... 16

    D. Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Tugas ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... ......... ......... .. 28

    1. Menangani Siswa yang Suka Berbicara .......... ......... ......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... ..... 29

    2. Mengatur Tempo Pembelajaran ................................................................................................... 29

    3. Menangani Penyimpangan Tingkah Laku ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... ......... ......... .. 30

    4. Mengatur Partisipasi ..................................................................................................................... 33

    E. Evaluasi ............................................................................................................................................. 34

    1. Definisi Evaluasi ............................................................................................................................ 34

    2. Prinsip-prinsip Evaluasai ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... ......... .......... ......... ......... ........ 35

    3. Evaluasi Pembelajaran Langsung ......... ......... .......... ......... .......... ......... ......... .......... ......... .......... .... 36

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    2/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    1

    A. Gambaran Umum Model Pengajaran Langsung

    Pembelajaran merupakan keindahan dalam proses pendidikan. Dalam prosesnya

    diperlukan model, pendekatan, strategi dan teknik yang tepat. Keterampilan, baik kognitif

    maupun fisik, dan juga informasi yang lain, merupakan landasan untuk pembangunan

    hasil belajar yang lebih kompleks. Pembahasan kali ini akan menfokuskan pada model

    pembelajaran langsung.

    Pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar

    dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah disebut

    sebagai model pengajaran langsung. Istilah lain yang juga sering dipergunakan ialah

    pengjaran aktif (Good & Grows, 1985), Mastery Teaching (Hunter, 1982), dan Explisit

    Instruction(Rosenshine &Stevens, 1986).

    Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

    1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa

    Para akar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan,

    yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural (Max &Winne, 1994; Ryle,

    1949; Gagne, 1977; Gagne, 1985).

    Pengetahuan deklaratif (dapat diunhkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan

    tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan procedural adalah pengetahuan tentang

    bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh tentang pengetahuan deklaratif ialah

    bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan Lembaga

    Tertinggi , dan para anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Dapat

    dikatakan pula bahwa Departemen dipimpin oleh seorang Menteri yang didampingi

    oleh seorang Sekertaris Jenderal, dan beberapa orang Direktur Jenderal. Pengetahuan

    prosedural yang berkaitan dengan pengetahun deklaratif tersebut di atas merupakan

    bagaimana cara pemilihan dan penetapan anggota MPR, Menteri, Sekretaris Jenderal,Direktur Jenderal, dan lain sebagainnya.

    Banyak taksonomi, atau sistem klasifikasi yang sekarang ada dan dapat

    dipergunakan untuk mengkategorikan pengetahuan berdasarkan tingkat kerumitan

    berfikir.. Pada tingkat yang paling bawah ialah informasi factual, yaitu pengetahuan

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    3/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    2

    deklaratif sederhana yang telah diperoleh seseorang namun dapat atau tidak dapat

    dipergunakan. Menghalalkan hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika,

    kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau

    informasi factual. Berbeda dengan informasi factual, pengetahuan yang lebih tinggi

    tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya

    membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lainnya.

    Seringkali penggunaan pengetahuan procedural memerlukan penguasaan pengetahuan

    prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar

    siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat

    melakukan sesuatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

    Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yang

    terstuktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Tabel 1

    menunjukkan untuk pencapaian pengetahuan deklaratif dasar dan pengetahuan

    procedural dan membandingkan jens tujuan ini dengan tujuan-tujuan yang

    mengembankan pembelajaran sosial dan berfikir tingkat tinggi.

    TABEL 1

    CONTOH TUJUAN-TUJUAN PENGAJARAN LANGSUNG DIBANDINGKAN

    DENGAN TUJUAN-TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIAL ATAU BERFIKIR

    TINGGI

    Perolehan

    Pengetahuan

    Perolehan

    Keterampilan

    Keterampilan

    Sosial

    Berfikir Tingkat

    Tinggi

    Siswa akan dapat

    mendaftar aturan-

    aturan dasar

    permainan hoki

    Siswa akan dapat

    memberi umoan

    sambil bergerak

    Siswa akan dapat

    menunjukkan

    kerjasama sambil

    bermain hoki

    Siswa akan

    menyatakan suatu

    pendapat tentang

    terjadinya

    pelanggaran dalam

    hoki

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    4/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    3

    Perbedaan-perbedaan dapat diamatipada berbagai macam jenis tujuan yang

    tertulis pada tabel 1, sebagai missal, macam tujuan pertama mengharapkan siswa

    dapat mengidentifikasi aturan-aturan permainan hoki. Ini merupakan pengetahuan

    deklaratif penting siswa yang berminat ikut dalam permaianan ini. Namun demikian,

    dapat mengidentifikasi aturan-aturan itu tidak berarti bahwa siswa itu dapat

    melakukan setiap keterampilan yang berkaitan dengan hoki, seperti mengumpan

    sambil bergerak, isi tujuan pengetahuan procedural yang terdapat pada kolom 2.

    Lebih dari itu, mengetahu aturan-aturan itu atau menguasai keterampilan hoki tertentu

    tidak akan dengan sendirinya menjadkan seorang anggota tim yang baik atau

    memberikan pertimbangan kritis pada cara olah raga itu dilakukan, yaitu maksud dari

    tujuan-tujuan yang terdapat pada kolom 3 atau 4. Pengajaran langsung merupakansuatu pendekatan pengajaran yang cocok apabila guru menginginkan siswa-siswa

    belajar pengetahuan deklaratif atu keterampilan tertentu seperti yang terdapat ppada

    kolom 1 dan 2. Model lain diperlukan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

    berfikir tingkat tinggi yang terdapat pada kolom 3 dan 4 itu.

    2. Sintak

    Lima fase penting dalam model pembelajaran langsung. Guru mengawali

    pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta

    mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.

    Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar ynag

    diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga

    pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian

    umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan

    balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan keepatan kepada siswa untuk

    menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasikehidupan nyata.

    TABEL 2

    SINTAKS MODEL PENGAJARAN LANGSUNG

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    5/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    4

    FASE PERAN GURU

    1. Menyampaikan tujuan dan

    mempersiapkan siswa

    Guru menjelaskan TPK, informasi

    latar belakang pelajaran, pentingnya

    pelajaran, mempersiapkan siswa

    untuk belajar.

    2. Mendemonstrasikan pengetahuan

    atau keterampilan

    Guru mendemonstrasikan

    keterampilan dengan benar, atau

    menyajikan .

    3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberi

    bimbingan platihan awal.

    4. Mengecek pemahaman danmemberikan umpan balik

    Mencek apakah siswa telah berhasilmelakukan tugas dengan baik,

    meberi umpan balik.

    5. Memberikan kesempatan untuk

    pelatihan lanjutan dan penerapan

    Guru mempersiapkan kesempatan

    melakukan pelatihan lanjutan,

    dengan perhatian khusus pada

    penerapan kepada situasi lebih

    kompleks dan kehidupan sehari-hari

    3. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan

    Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-

    hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil

    keterampilan atau isi didefinisikan secara saksama dan demostrasi dan jadwal

    pelatihan derencanakan dan dilaksanakan secara saksama.

    Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa,model ini terumu berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang

    dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, teruma melalui

    memperhatikan, mendengarkan dan resitasi (Tanya jawab) yang terencana. Ini tidak

    berarti bahwa pmbelajaran bersifat otoriter, dingin, dan tanpa humor. Ini berarti

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    6/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    5

    bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa

    mencapai hasil belajar dengan baik.

    B.

    Latar Belakang Teoritik dan EmpirikPengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoretik dan

    empirik tertentu, yaitu di antaranya ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan

    sosial dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan

    fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model pembelajaran langsung berasal dari

    prosedur pelatihan dalam industri dan kemiliteran.

    1. Analisis Sistem

    Analisis sistem berasal dari bidang pengetahuan dan telah mempengaruhi pola

    berfikir dalam bermacam penelitian dan pengembangan, termasuk dalam bidang

    Biologi, teori organisasi, teori sosial dan proses belajar yang pada dasarnya

    mempelajari hubungan yang terdapat pada komponen-komponen yang saling

    bergantung dan merupakan satu kesatuan. Contohnya yaitu hubungan antara

    komponen biotik dan abiotik dalam membentuk keseimbangan ekosistem.

    Di dalam bidang pengajaran dan pembelajaran, analisis sistem menekankan

    bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimanamenguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi

    komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie

    Briggs (1998) mengemukakan pandangan mereka tentang analisis sistem dalam

    bidang pendidikan, yaitu:

    “ Pengajaran yang dirancang secara sistematis akan berpengaruh besar terhadap

    perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa

    pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan

    kesempatan kepada siswa memperoleh lingkungan belajar yang menunjang dan

    berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri, tanpa adanya

    paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru.

    Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka, mungkin sekali membawa

    perkembangan banyak individu oleh karena satu dan hal lain menjadi tidak kompeten

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    7/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    6

    dalam mencapai kepuasan pribadi dari kehidupan masyarakat seakarang atau yang

    akan datang.”

    2.

    Teori Pemodelan Tingkah LakuTeori belajar yang paling banyak memberikan sumbangan pada model pengajaran

    langsung adalah teori belajar sosial. Teori belajar sosial disebut juga belajar melalui

    observasi atau dalam buku Arends disebut teori pemodelan tingkah laku.

    Diawali oleh John Dolard dan Neal Miller pada tahun 1930-an dan 1940-an, teori

    pemodelan tingkah laku mencoba menggunakan mekanisme observasi dan penguatan

    dari pengamatan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku orang lain ( vicarous

    reinforcement) untuk menjelaskan pemrolehan bermacam tingkah laku sosial seperti

    agresi dan kerja sama. Kemudian, Albert Bandura dan koleganya, penganut yang

    paling tersohor terhadap teori ini, mulai memperluas teori dengan memasukkan

    perkembangan keterampilan akademik dan konsep seperti keterampilan akademik dan

    konsep-konsep yang diajarkan dengan model pengajaran langsung

    Pemodelan merupakan salah satu dari tujuh komponen utama pendekatan

    pengajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL (Depdiknas,

    2002: 16). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada

    model yang dapat ditiru. Guru dapat menjadi model yang baik bagi siswanya. Guru

    menjelaskan atau mendemonstrasikan pengetahuan/keterampilan dan siswa

    mengamati dengan seksama. Guru bukanlah satu-satunya model, siswa dan orang lain

    juga dapat menjadi model bagi teman-temannya.

    Teori pemodelan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan

    penekanannya pada proses mental dan internal. Interaksi antara penguatan eksternal

    dan proses kognitif internal untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari

    orang lain. Menurut Bandura dalam Arends (1997: 64) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat perilaku orang lain.

    Bandura (1977) menulis:

    “Belajar akan sangat menghabiskan waktu dan tenaga, dan bahkan

    berbahaya jika manusia harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil

    kegiatannya sendiri. untungnya, sebagian besar tingkah laku manusia

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    8/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    7

    dipelajari secara observasi terhadap perilaku orang lain seseorang

    membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru, dan pada

    kesempatan berikutnya informasi yang telah dikodekan tersebut berfungsi

    sebagai suatu pemnadu untuk tindakan. Karena manusia dapat belajar dari

    contoh (model), tidak-tidaknya dalam bentuk yang mendekati sebelum

    melakukan kegiatan(tindakan) tertentu, sehingga mereka terhindar dari

    kesalahan yang tidak perlu (h.22).”

    Lebih lanjut Bandura (dalam Nur 1998: 4) mengatakan bahwa ada empat elemen

    penting yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Keempat

    elemen itu adalah atensi, retensi, produksi dan motivasi untuk mengulangi perilaku

    yang dipelajari itu. Keempat tahap tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut:1) Atensi

    Menurut penelitian Bandura, pengamat akan dapat memperhatikan

    tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut jelas dan tidak

    terlampau kompleks. Dalam pengajaran, guru harus menjamin agar siswa

    memberikan atensi kepada bagian penting dari pelajaran dengan

    melakukan presentasi yang jelas dan menggarisbawahi hal-hal penting.

    Dalam mendemonstrasikan suatu keterampilan yang kompleks, guru dapat

    meminta siswa untuk memperhatikan demonstrasi tersebut.

    2) Retensi

    Bandura juga mengemukakan bahwa retensi suatu perilaku yang

    teramati dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan

    observasi itu dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang

    bermakna baginya dan terlibat dalam pengulangan kognitif atas kegiatan

    itu. Untuk maksud tersebut, guru yang melaksanakan pengajaran langsung

    dapat melakukan hal-hal berikut: Untuk mengkaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal

    siswa, guru dapat meminta siswa membandingkan keterampilan

    baru yang didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui,

    dan dapat dilakukannya.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    9/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    8

    Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, guru dapat

    menyediakan periode pelatihan yang memungkinkan siswa

    mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik

    maupun mental. Mereka misalnya dapat, memfisualisasikan sendiri

    tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam mempersiapkan

    mikroskop sebelum benar-benar melakukannya.

    3) Produksi

    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih

    keterampilan-keterampilan baru, merupakan hal yang sangat penting.

    Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan

    jenis umpan balik yang diberikan oleh guru merupakan faktor penentuterhadap keberhasilan pelatihan.

    Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan

    sesegera mungkin, positif dan korektif. Salah satu cara yang dapat

    dilakukan oleh guru yang menggunakan model pengajaran langsung ialah

    melalui “pemodelan korektif” yang mencakup kegiatan berikut:

    Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru, guru

    seyogyanya memberi pujian segera pada aspek-aspek keterampilan

    yang dilakukan siswa dengan benar, lalu mengidentifikasi sub

    keterampilan yang masih sulit dilakukan siswa.

    Untuk memperbaiki sub keterampilan yang salah, pertama kali

    guru perlu memodelkan kinerja yang benar, kemudian meminta

    siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasai.

    4) Motivasi dan penguatan

    Teori kognitif sosial membedakan antara perolehan dan kinerja.

    Siswa dapat memperoleh suatu keterampilan atau perilaku melalui

    motivasi atau intensif untuk melaksanakannya. Jika siswa mengantisipasi

    akan memperoleh penguatan pada saat meniru tindakan-tindakan suatu

    model, siswa lebih dapat termotivasi untuk menaruh perhatian mengingat

    dan memproduksi perilaku itu. Di samping itu, penguatan penting dalam

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    10/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    9

    mempertahankan pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku

    baru tidak mungkin untuk melakukan tanpa penguatan.Bandura

    mengidentifikasi tiga bentuk penguatan yang dapat mendorong

    pembelajaran melalui pengamatan. Pertama, pengamat memproduksi

    perilaku model dan menerima penguatan langsung. Kedua, penguatan

    tidak mesti langsung, seperti penguatan yang berwujud vicarious

    reinforcement. Ketiga, pengendalian penguatan yang datang dari dalam

    diri sendiri atau self-reinforcement. Jenis penguatan ini penting bagi siswa

    dan guru. Guru menginginkan siswanya berkembang bukan karena

    terdorong oleh pujian eksternal tetapi karena siswa itu menghargai dan

    menikmati tumbuhnya kompetensi mereka.

    3. Penelitian Tentang Keefektifan Guru

    Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya

    berasal dari berbagai bidang. Meskipun demikian, data penunjang empirik yang

    paling jelas terhadap model pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang

    Keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.

    Penelitian Stallings dan Kaskowitz (1974) menunjukkan pentingnya waktu yang

    dialokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan

    empirik penggunaan pengajaran langsung. Penelitian ini dilakukan di kelas satu dan

    tiga, pada proyek "Project Follow Through Classroom". Pada proyek ini, para peneliti

    melakukan pengamatan terhadap beberapa pendekatan yang digunakan oleh guru.

    Beberapa guru menggunakan metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan

    guru yang lain menggunakan metode yang lebih informal, yang berkaitan dengan

    gerakan sekolah terbuka pada saat itu.

    Stallings dan koleganya ingin mengungkapkan program manakah yang paling bagus untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penampilan guru pada 166 kelas

    diamati, sedangkan siswanya diuji untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam

    bidang Matematika dan membaca. Meskipun hasil penelitian ini dapat

    mengungkapkan banyak hal, namun ada dua hal yang sangat menonjol yaitu alokasi

    waktu dan penggunaan tugas yang memakai model pengajaran langsung lebih

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    11/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    10

    berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan tinggi daripada metode informal dan

    berpusat pada siswa.

    Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Stallings tersebut menunjukkan bahwa guru

    yang memiliki kelas dengan organisasi yang baik di mana pengalaman pembelajaran

    yang terstruktur paling sering teramat, menghasilkan rasio keterlibatan siswa yang

    lebih tinggi ( time-task-ratios ) dan hasil belajar yang lebih tinggi daripada guru yang

    menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur.

    C. Melaksanakan Pengajaran Langsung

    1. Tugas-tugas Perencanaan

    Pembelajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apapun, namun model ini

    paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja

    seperti menulis, membaca, matematika, musik, dan pendidikan jasmani. Di samping

    itu, pembelajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen

    keterampilan dari mata pelajaran yang lebih berorientasi pada informasi seperti

    sejarah dan sains. Pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan

    keterampilan sosial atau kreativitas, proses berfikir tinggi, dan konsep-konsep

    abstrak. Metode ini juga tidak cocok untuk mengajarkan sikap atau pemahaman

    masalah-masalah masyarakat yang penting. Bagaimana merumuskan tujuan

    pembelajaran untuk model pembelajaran langsung akan diuraikan sebagai berikut:

    a. Merumuskan tujuan

    Untuk merumuskan tujuan pembelajaran pada pembelajaran langsung dapat

    digunakan model Mager. Meger mengemukakan bahwa agar tujuan pengajaran

    itu bermakna, tujuan tersebut harus secara jelas mengkomunikasikan tujuan

    pembelajaran khusus yang harus sangat spesifik.Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan

    terdiri dari tiga bagian:

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    12/40

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    13/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    12

    Menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik,

    mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan

    mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria

    keberhasilan).

    Perbedaan pokok antara penulisan tujuan pembelajaran yang berbentuk

    keterampilan dan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks ialah, bahwa tujuan

    pembelajaran yang berupa keterampilan pada umumnya merupakan tingkah laku

    yang dapat diamati dengan mudah, dan dapat dirumuskan dengan jelas, serta

    dievaluasi dengan akurat.

    b. Memilih isi

    Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidakdapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan.

    Bagi mereka yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar,

    disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang

    berlaku, dan buku ajar tertentu.

    Ada beberapa prinsip seperti berikut ini yang dapat membantu dalam

    memilih isi untuk pelajaran tertentu:

    1) Ekonomi.

    Hasil pengamatan menunjukkan, bahwa kebanyakan presentasi dan

    demonstrasi yang dilakukan oleh guru, mengandung terlalu banyak

    informasi yang sebagian besar tidak relevan. Karena uraian yang

    berkepanjangan dan tidak relevan tersebut, maka siswa sukar memahami

    ide-ide dan keterampilan pokok yang harus dipelajari.

    Jerome Bruner (1962) mengatakan bahwa dalam menjelaskan dan

    melakukan demonstrasi, guru perlu mempertimbangkan factor ekonomi.

    Artinya guru perlu benar-benar mempertimbangkan berapa banyak

    informasi yang akan diberikan dalam kurun waktu tertentu.

    2) Power

    Bruner juga memberikan bagaimana prinsip power seharusnya

    diterapkan dalam memilih materi pelajaran. Power aka nada, apabila

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    14/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    13

    informasi pokok dari bidang studi tertentu dipilih dan dipresentasikan secara

    langsung dan dengan cara yang logis. Melalui pengorganisasian yang logis

    itulah, siswa akan dapat mempelajari hubungan antara fakta dan konsep-

    konsep kunci yang menjadi isi suatu pokok bahasan.

    Untuk mencapai prinsip ekonomi dan power tidak bergantung pada cara

    penampilan guru dalam mengajar, tetapi lebih ditentukan oleh perencanaan

    yang baik. Suatu presentasi atau demonstrasi yang direncanakan dengan

    baik dan dilakukan secara monoton dapat memberikan hasil belajar yang

    lebih baik daripada presentasi yang dinamis dan menyenangkan tetapi tidak

    diorganisasikan dengan baik.

    c. Melakukan analisis tugasAnalisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi

    dengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau

    butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru.

    Beberapa orang berpendapat bahwa analisis tugas merupakan kegiatan yang

    sukar dan rumit, meskipun sebenarnya merupakan proses yang sederhana dan

    mudah, terutama bagi guru yang benar-benar menguasai bidang studi yang akan

    diajarkan.

    Ide pokok yang melatarbelakangi analisis tugas ialah, bahwa pengertian

    dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam satu

    waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada

    akhirnya penguasaan, keterampilan, dan pengertian kompleks itu lebih dahulu

    harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan

    dengan logis dan tahap demi tahap.

    Analisis tugas membantu guru menentukan dengan tepat apa yang perlu

    dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajarinya.

    Analisis tugas tersebut dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

    Tahap 1 : Mintalah penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat

    melakukan keterampilan itu, atau amati pada saat ia melakukan keterampilan

    tersebut.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    15/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    14

    Tahap 2 : Bagi-bagi keterampilan itu menjadi keterampilan-keterampilan bagian.

    Tahap 3 : Susunlah keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis,

    sehingga beberapa keterampilan bagian merupakan prasyarat bagi keterampilan

    bagian yang lain.

    Tahap 4 : Buatlah rancangan strategi untuk mengajarkan setiap keterampilan

    bagian itu, dan kemudian mempersatukan.

    Gambar berikut menunjukkan suatu analisis tugas yang dilakukan untuk suatu

    tujuan keterampilan dalam matematika tentang bagaimana pengurangan bilangan

    bulat.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    16/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    15

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    17/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    16

    Terkadang ada anggapan yang salah, bahwa guru perlu melakukan analisis

    tugas untuk setiap keterampilan yang akan diajarkan. Meskipun prosesnya tidak

    sulit, analisis tugas menyita waktu yang banyak.

    Guru yang berhasil, memang berpegang pada prinsip analisis tugas, yaitu

    bahwa banyak keterampilan yang terdiri atas sejumlah sub-keterampilan, dan

    siswa tidak akan dapat melaksanakan keterampilan tersebut secara utuh jika

    masing-masing sub-keterampilannya belum dikuasai dengan baik.

    d. Merencanakan waktu dan ruang

    Pada suatu pelajaran pengajaran langsung, merencanakan dan mengelolawaktu merupakan kegiatan yang sangat penting. Ada dua hal yang perlu

    diperhatikan oleh guru yaitu memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan

    dengan bakat dan kemampuan siswa dan juga memotivasi siswa agar mereka

    tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal

    dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan

    alokasi waktu pembelajaran.

    Banyak guru, khususnya guru-guru yang belum berpengalaman, menaksir

    terlalu rendah waktu yang diperlukan agar dapat mengajar dengan berhasil,

    akibatnya tidak mengalokasikan waktu yang cukup. Merencanakan dan

    mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya.

    2. Tugas-tugas Interaktif

    Bahkan guru-guru yang berpengalaman pun masih harus belajar menyesuaikan

    pelaksanaan model pengajaran langsung mereka dengan berbagai macam situasi,

    karena kebanyakan pelajaran model pengajaran langsung memiliki lima fase ataulangkah penting. Pelajaran tersebut mulai dengan guru memberikan rasional untuk

    pelaran tersebut, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase

    persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti dengan presentasi materi yang akan

    diajarkan atau demonstrasi suatu keterampilan tertentu. Pelajaran tersebut kemudian

    menyediakan kesempatan latihan terbimbingpada siswa dan umpan balik guru atas

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    18/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    17

    kemajuan siswa. Dalam fase latihan umpan balik tersebut, guru seharusnya selalu

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan yang sedang

    diajarkan tersebut ke situasi-situasi kehidupan nyata. Pelajaran-pelajaran model

    pengajaran langsung selalu diakhiri dengan latihan lanjutan dan transfer keterampilan

    tersebut.

    a. Menyampaikan Tujuan dann Menyiapkan Siswa

    Terlepas dari model pengajaran yang digunakan, guru yang baik selalu

    mengawali pelajarannya dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta

    menyiapkan siswa. Tujuan langkah awal ini adalah untuk menarik dan

    memusatkan perhatian siswa serta memotivasi mereka untuk berperanserta dalam

    pelajaran itu.

    1) Menjelaskan Tujuan

    Para siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka

    berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan mereka perlu mengetahui

    apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperanserta dalam

    pelajaran itu. Guru yang baik akan mengkomunikasikan tujuan tersebut

    kepada siswa-siswanya melalui rangkuman rencana pembelajaran dengancara menuliskannya di papan tulis, atau menempelkan informasi tertulis

    pada papan bulletin, yang berisi tahap-tahap dan isinya, serta alokasi waktu

    yang disediakan untuk setiap tahap. Dengan demikian siswa dapat melihat

    keseluruhan alur tahap pelajaran dan hubungan antar tahap-tahap pelajaran

    itu.Gambar tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara

    memfokuskan mikroskop memberikan suatu contoh gambaran umum suatu

    pelajaran.

    Membuat siswa sadar tentang apa yang akan mereka pelajari

    membantu mereka membuat hubungan antara suatu pelajaran tertentu dan

    relevansinya terhadap kehidupan mereka sendiri, memotivasi mereka untuk

    berusaha lebih keras. Kesadaran itu juga membantu siswa menarik bekal

    ajar dari memori jangka panjang ke memori kerja, tempat bekal ajar ini

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    19/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    18

    dipadukan dengan informasi yang diperoleh dari demonstrasi atau

    presentasi.

    Gambar Tujuan dan gambaran umum pelajaran hari ini tentang cara memfokuskan mikroskop.

    2) Menyiapkan Siswa

    Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan

    perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada

    hasil belajar yang telah dimilikinya., yang relevan dengan pokok

    pembicaraan yang akan dipelajari. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara

    mengulang pokok-pokok pembelajaran yang lalu, atau memberikan

    sejumlah pertanyaan kepada siswa.

    Menyiapkan siswa pada awal pembelajaran merupakan suatu

    kegiatan yang sangat penting, sebab pada saat siswa masuk ke dalam kelas

    dan guru mengawali pembelajaran, seribu satu macam pikiran terbawa

    serta ke dalam kelas. Pikiran-pikiran itu perlu dihilangkan dari benak

    siswa, dan diupayakan agar siswa dapat berkonsentrasi penuh pada pokok pembicaraan. Kegiatan ini, di samping menyiapkan siswa, juga memotivasi

    siswa berperanserta penuh pada proses pembelajaran. Setiap guru

    mempunyai cara tersendiri utnuk menyiapkan dan memotivasi siswa. Yang

    jelas, guru yang berhasil tidak pernah melupakan dan meninggalkan

    kegiatan ini.

    Tujuan : Tujuan pelajaran hari ini ialah mempelajari bagaimana memfokuskanlensa

    mikroskop, sehingga kamu dapat melakukan pengamatan dengan akuratsel-sel tumbuhan.

    Agenda :5 menit – Pendahuluan, reviu, tujuan5 menit – Rasional

    10 menit – Demonstrasi bagaimana mengatur lensa mikroskop, Tanya jawab20 menit – Latihan dengan mikroskopmu10 menit – rangkuman dan tugas untuk besok pagi

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    20/40

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    21/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    20

    Gambar. Aspek-aspek dari presentasi yang jelas.

    2) Melakukan Demonstrasi

    Pengajaran langsung berpegaqng teguh pada asumsi, bahwa sebagian

    besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.

    Tingkah laku orang lain, baik yang buruk maupun yang baik, merupakan

    acuan tingkah laku siswa. Jelaslah bahwa belajar dengan cara meniru

    tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindarkan siswa dari

    1. Kejelasan tujuan dan poin-poin utamaa. Nyatakan TPU dan TPK dari presentasi

    b. Memfokuskan pada satu ide (titik, arahan) pada satu waktu

    tertentuc. Hindari penyimpangan dari pokok pembicaraan.

    2. Presentasi selangkah demi selangkaha. Presentasi bahan dalam langkah-langkah kecil.

    b. Organisasikan dan presentasikan bahan sedemikian rupasehingga satu poin dikuasai sebelum poin berikutnyadiberikan.

    c. Berikan arahan selangkah demi selangkah apabilamemungkinkan.

    d. Presentasikan suatu kerangka atau outline apabila bahannyakompleks.

    3. Prosedur spesifik dan kongkrita. Berikan contoh keterampilan atau proses (apabila sesuai).

    b. Berikan penjelasan rinci dan berulang-ulang untuk poin-poinyang sulit.

    c. Berikan siswa contoh-contoh kongkrit dan beragam.

    4. Pengecekan untuk pemahaman siswaa. Pastikan bahwa siswa memahami satu poin sebelum

    melanjutkan ke poin berikutnya. b. Ajukan pertanyaan kepada siswa untuk memonitor pemahaman mereka tentang apa yang telah dipresentasikan.

    c. Mintalah siswa untuk mengikhtisarkan poin-poin utamadalam Bahasa mereka sendiri.

    d. A ar ulan ba ian-ba ian resentasi an siswa men alami

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    22/40

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    23/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    22

    mencerminkan tugas dan pelatihan yang diperlukan, tidak membantu siswa

    menguasai konsep dan keterampilan yang penting.

    Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru

    mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing . Untungmya pada saat

    ini banyak hasil penelitian yang tersedia bagi guru untuk mengembangkan

    pelatihan yang efektif. Misalnya keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan

    dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan

    memungkinkan siswa menerapkan konsep atau keterampilan pada situasi yang

    baru atau yang penih tekanan, prinsip-prinsip berikut ini dapat digunakan sebagai

    acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukau pelatihan.

    1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermaknaDalam banyak hal, khususnya dengan keterampilan baru, penting

    meminta siswa melakukan keterampilan yang diingainkan itu selama

    periode waktu yang singkat, dan jika keterampilannya kompleks, pada awal

    pelatihan tugas tersebut perlu disederhanakan. Meskipun demikian, tugas

    singkat dan sederhana tersebut jangan sampai mengganggu keutuhan

    keterampilan yang dipelajari.

    2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang

    dipelajari

    Untuk keterampilan yang merupakan prasyarat penting untuk

    keterampilan berikutnya, pelatihan perlu dilakukan agar keterampilan

    tersebut benar-benar dikuasai olah siswa. Hal tersebut ditandai oleh

    kemampuan siswa untuk melakukan keterampilan itu secara otomastis.

    Hanya melalui belajar-lebih (over leraning ) dan tuntas sempurna suatu

    keterampilan dapat digunakan secara efektif di dalam situasi baru atau di

    bawah tekanan atau beban. Kemampuan untuk melakukan suatu

    keterampilan atau gabungan keterampilan secara otomastis inilah yang

    membedakan antara pakar dan pemula dalam segala bidang. Sementara itu,

    guru harus berhati-hati, karena upaya untuk menghasilkan belajar-lebih

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    24/40

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    25/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    24

    bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihannya.gu ru dapat mengunakan

    berbagai cara untuk memberikan umpan balik kepada siswa, sebagai missal

    umpan balik secara lisan, tes, dan komentar tertulis.tanpa umpan balik secara

    spesifik, siswa tak munkin dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahannya,

    dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan keterampilan yang mantap.

    Menjadi tanda Tanya besar bagi guru ialah bagaimana cara memberikan

    umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak. Berikut ini

    diberikan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan.

    Pedoman 1 Berikan umpan balik sesegera mungkin secara

    latihan

    Hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan

    kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik

    seharusnya diberikan cukup segera setelah latihan

    sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja

    mereka sendiri.

    Ini berarti bahwa guru yang memberikan komentar

    tertulis pada pekerjaan siswa seharusnya segeramengembalikan pekerjaan itu. Ini berarti bahwa tes

    untuk mengukur hasil belajar matematika atau kinerja

    lain seharusnya segera dikoreksi dan kesalahan-

    kesalahan didiskusikan dengan siswa.

    Pedoman 2 Upayakan agar umpan balik jelas dan spesifik

    Pada umunya, umpan balik seharusnya sespesifik

    mungkin agar paling dapat membantu siswa.

    Pedoman 3 Konsentrasi pada tingkah laku, dan bukan pada

    maksud

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    26/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    25

    Umpan balik akan dangat bermanfaat bagi siswa,

    apabila ditujukan langsung pada tingkah laku bukan

    pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut.

    Pedoman 4 Jaga umpan balik sesuai dengan tingkat

    perkembangan siswa.

    Upan balik harus diberikan secara hati-jati agar

    berguna.kadang-kadang siswa diberi umpan balik yang

    terlampau banyak atau umpan balik yang terlalu rumit

    bagi siswa untuk menanganinya.

    Pedoman 5 Berikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang

    benar.

    Tentunya setiap siswa lebih menyukai umpan balik

    yang positif yang negative. Pada umumnya pujian

    akan diterima, sedangkan umpan balik negative

    mungkin ditolak. Oleh sebab itu, guru perlu selalu

    berupaya memberikan pujian atau umpan balik yang

    positif khususnya pada saat siswa sedang belajar

    konsep dan keterampilan baru. Tentu saja jika guru

    mengamati adanya kinerja yang tidak atau kurang

    benar harus dilakukan perbaikan, Saran Hunter (1982)

    berikut ini perlu dipertimbangkan oleh guru yang

    berupaya memperbaiki kinerja siswa.

    Perbaiki kinerja siswa yang salah dengan memberikan

    pertanyaan sedemikian rupa sehingga respon itu akan

    merupakan jawaban yang benar.

    Beri siswa petunjuk, pengarahan atau pancingan.

    Pegang prinsip bahwa siswa bertanggung jawab

    terhadap hasil belajarnya.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    27/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    26

    Pedoman 6 Apabila memberikan umpan balik negative,

    tunjukkan bagaimana melakukannya dengan

    benar.

    Mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah, tidak

    membantu siswa dapat melakukannya dengan benar.

    Umpan balik negative harus selalu disertai dengan

    demonstrasi oleh guru, bagaimana melakukannya

    dengan benar.

    Pedoman 7 Bantulah siswa memusatkan perhatiannya padaproses dan bukan pada hasil.

    Seringkali siswa pemula lebih memusatkan pada hasil

    yang dapat diukur. “Saya dapat menyelesaikan tugas

    ini dalam waktu satu jam,” misalnya. Meruoakan

    tanggungjawab guru agar siswa dapat memusatkan

    perhatiannya pada proses atau teknik yang melandasi

    kinerja tertentu. Siswa perlu disadarkan, bahwa teknik

    yang salah dapat saja memberikan hasil, tetapi hasil

    tesebut akan menjadi penghambat bagi

    perkembangannya lebih lanjut.

    Pedoman 8 Ajari siswa cara memberi umpan balik kepada

    dirinya sendiri, dan bagaimana menilai

    keberhasilan kinerjanya sendiri.

    Belajar bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya

    sendiri dan memberikan umpan balik kepada dirinya

    sendiri merupakan hal penting yang perlu dipelajari

    oleh siswa. Untuk hal ini, banyak cara yang dapat

    dilakukan guru untuk membantu siswa guru dapat

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    28/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    27

    menjelaskan kriteria yang digunakan oleh para pakar

    dalam menilai kinerja. Guru dapat memberikan

    kesempatan kepada siswa untuk menilai kinerja teman

    sebayanya dan membandingkannya denga hasil

    kinerjanya sendiri. Guru dapat menekankan

    pentingnya pemonitoran-diridan penetapan tujuan dan

    tidak menjadi puas hanya dengan umpan balik positif

    dari guru.

    e. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

    Kebanyakan latihan mandiri yang diberikan kepada siswa sebagai fase

    akhir pelajaran pengajaran langsung adalah pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah,

    atau berlatih secara mandiri, merupakan kesempatan bagi siswa untuk

    menerapkan keterampilan baru yang diperolehnya secara mandiri dan pendeknya

    dipandang sebagai kelanjutan dari latihan dan bukan kelanjutan guru. Pekerjaan

    rumah dan latihan mandiri juga dapat digunakan sebagai suatu cara untuk

    memperpanjang waktu belajar.

    Berikut ini diberikan tiga panduan umum untuk latihan-latihan mandiriyang diberikan sebagai pekerjaan rumah.

    1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses

    pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan atau pembelajaran

    untuk berikutnya.

    2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orangtua siswa , tentang

    keterlibatan mereka yang diharapkan. Apakah orangtua perlu bantuan

    putra-putrinya untuk menjwab pertanyaan-pertanyaan yang sulit, atau

    hanya menyediakan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan

    mereka dapat menyelesaikan sendiri tugas-tugas rumahnya? Apakah

    orantua siswa dianjurkan mencek tugas rumah siswa?

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    29/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    28

    3) Guru seharusnya memberikan umpan balik tentang pekerjaan rumah

    tersebut.banyak guru yang hanya mencek untuk menentukan apakah siswa

    telah mengerjakan tugas rumah, tanpa menelaahnya lebih lanjut dan

    memberikan umpan balik. Hal ini sama dengan mengatakan bahwa tidak

    menjadi masalah bagaimana suatu tugas itu dikerjakan sepanjang tugas itu

    dikerjakan. Cepat atau lambat siswa akan mengetahui bahwa tugas itu

    hanya sekedar menuliskan sesuatu diatas kertas.

    D. Lingkungan Belajar dan Pengelolaan Tugas

    Hasil-hasil penelitian pada tahun 1970-an dan 1980-an dapat diterapkan sebagai

    petunjuk pengelolaan kelas untuk semua model pembelajaran. Hal tersebut meliputi

    upaya guru untuk menarik perhatian siswa, kerjasama siswa, cara dan sarana untuk

    memotivasi siswa, cara guru menciptakan dan mengajarkan aturan-aturan dan prosedur

    yang jelas, dan langkah-langkah yang diambil oleh guru pada awal tahun pelajaran,

    sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar di kemudian hari.

    Meskipun aspek-aspek umum pengelolaan kelas ini amat penting, penting pula

    difahami oleh guru bahwa pengelolaan tingkah laku siswa sangat bervariasi, bergantung

    pada pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, tujuan pembelajaran, dantugas-tugas pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan tersebut. Sesuatu yang

    dianggap “di luar kontrol” pada suatu pembelajaran mungkin merupakan “hal yang baik”

    dalam situasi pembelajaran yang lain. Misalnya, pada saat guru menjelaskan suatu

    konsep kepada kelas dalam pengajaran langsung, tidaklah pada tempatnya apabila siswa

    berbicara dengan siswa lain. Pembicaraan antar siswa sangat dianjurkan pada

    pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok kecil.

    Pada kegiatan belajar mengajar „‟yang bercirikan pengajaran langsung, pada

    umumnya guru merencanakan kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan ketat.

    Pada awal pembelajaran, guru merupakan pemberi informasi dan pendemonstrasi yang

    aktif, dan mengharapkan siswa menjadi pendengar yang aktif dan baik. Keberhasilan

    penggunaan model pengajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk

    presentasi dan demonstrasi : ruangan yang tenang dengan penerangan yang cukup,

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    30/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    29

    termasuk alat pandang-dengar yang sesuai. Di samping itu, keberhasilan model ini juga

    bergantung tingkat motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang

    dilakukan oleh guru dan mendengar segala sesuatu yang dikatakannya. Tidak pada

    tempatnya, bila pada saat guru melakukan presentasi atau demonstrasi, siswa

    mempertajam pensilnya, berbicara dengan teman di sampingnya, atau mengerjakan

    tugas-tugas yang lain. Pada hakekatnya, pengajaran langsung memerlukan kaidah-kaidah

    yang mengatur bagaimana siswa berbicara, prosedur untuk menjamin tempo

    pembelajaran yang baik, strategi-strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan

    siswa dan untuk menanggulangi tingkah laku yang menyimpang.

    1. Menangani Siswa yang Suka Berbicara

    Siswa yang suka berbicara pada saat yang kurang tepat, dan mengemukakan

    pertanyaan yang dapat memperlambat tempo pembelajaran, merupakan masalah yang

    sangat memerlukan perhatian guru selama berlangsungnya pembelajaran langsung.

    Masalah ini tingkatan kegawatannya berbeda-beda, dari berbicara dengan suara yang

    keras, yang dapat menganggu guru di kelas sebelah sampai dengan siswa yang

    berbicara dengan siswa di dekatnya, pada saat guru menjelaskan atau

    mendemonstrasikan hal-hal yang penting.

    Untuk menangani dan mencegah terjadinya masalah tersebut, guru perlu

    mempunyai aturan tentang larangan berbicara di dalam kelas dan menerapkannya

    secara konsisten. Selama berlangsungnya latihan atau resitasi, kepada siswa harus

    diajarkan mendengarkan pendapat siswa yang lain, dan menunggu giliran apabila

    berperan serta dalam resitasi atau diskusi.

    2. Mengatur Tempo Pembelajaran

    Pelajaran pengajaran langsung akan terganggu apabila momentum yang sesuai

    tidak dipertahankan, dan tahap-tahap pembelajaran semakin lamban jalannya.

    Penelitian Doyle dan Carter (1984) menunjukkan bagaimana siswa kadang-kadang

    dengan sengaja menganggu jalannya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini,

    peneliti menemukan bahwa para siswa mempunyai pengaruh yang besar terhadap

    pemberian tugas yang diberikan kepada mereka. Doyle dan Carter juga menemukan

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    31/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    30

    bahwa dengan menanyakan tentang isi dan prosedur, siswa tidak hanya mengubah

    macam tugas yang diberikan kepada mereka, namun juga dapat memperlambat tempo

    kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut kadang-kadang dilakukan siswa untuk

    menunda tugas, atau hanya untuk menghabiskan waktu.

    Di samping siswa, gurupun dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar-

    mengajar. Misalnya, seorang guru bertanya kepada siswanya, sebelum siswa

    menjawabnya, guru sekonyong-konyong memutuskan untuk menjelaskan atau

    mendemonstrasikan suatu hal yang lain lagi. Contoh lain adalah apabila siswa telah

    memulai melakukan suatu kegiatan, tidak lama kemudian harus dihentikan dan

    memulai lagi kegiatan yang baru. Sebelum siswa menyelesaikan tugas baru tersebut,

    guru minta kepada siswa agar melanjutkan pekerjaannya yang pertama.Guru dapat memperlambat tempo pembelajaran melalui proses yang disebut

    “fragmentasi” dan “berbicara berkepanjangan.” Berbicara berkepanjangan terjadi jika

    guru tetap terus menguraikan sesuatu meskipun uraiannya telah cukup jelas bagi

    siswa. Fragmentasi terjadi jika guru membagi kegiatan menjadi satuan-satuan yang

    terlalu kecil. Memperlambat momentum akan mengganggu kelancaran pembelajaran

    dan memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak berperan serta pada proses

    belajar mengajar, mengganggu kelancaran pembelajaran.

    Kelancaran dan momentum pembelajaran dapat berbeda antara kelas yang satu

    dengan kelas yang lain. Penjelasan yang berkepanjangan mungkin tidak pada

    tempatnya di satu kelas, namun diperlukan untuk kelas lain.

    3. Menangani Penyimpangan Tingkah Laku

    Pembelajaran langsung terutama diterapkan pada kelompok besar siswa. Dalam

    situasi yang sedemikian ini, selalu terbuka kesempatan bagi siswa-siswa tertentu

    terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, da nada pula beberapa siswa yang bukan hanya tidak terlibat dalam pembelajaran, tetapi mungkin juga melakukan hal-

    hal yang menyimpang. Daripada berupaya mencari penyebab penyimpangan tingkah

    laku siswa, suatu tugas yang sulit dan memerlukan waktu serta belum tentu berhasil,

    guru dianjurkan memusatkan perhatiannya pada penyimpangan tingkah lakunya

    sendiri dan mencari cara untuk mengubahnya, sekurang-kurangnya pada saat siswa

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    32/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    31

    yang bertingkah laku menyimpang tersebut masih berada di dalam kelas. Pendekatan

    ini menekankan perlunya guru dapat mengenali dengan tepat penyimpangantingkah

    laku siswa dan segera melakukan intervensi yang tepat. Konsep-konsep yang

    dikemukakan oleh Kounin tentang kemampuan guru dalam with-it-ness,

    overlappingness, dan desist behavior, adalah strategi yang bermanfaat dalam

    menangani penyimpangan tingkah laku siswa.

    Keterampilan-keterampilan with-it-ness dan overlappingness sukar bagi guru

    untuk menguasainya, sebab memerlukan kemampuan membaca situasi kelas dengan

    cepat dan akurat, dan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas mengajar yang

    berbeda secara simultan. Sekali sudah dikuasai, kemampuan tersebut akan

    melancarkan jalannya pembelajaran.a. Being with it

    Anda barangkali masih ingat, seorang guru pada masa sekolah Anda yang

    seakan-akan mempunyai sepasang mata di bagian belakang kepalanya.

    Keterampilan tersebut oleh Kounin (1970) disebut “with -it- ness.” Guru yang

    “with -it” akan dapat mengenali dengan segera penyimpangan tingkah laku siswa,

    dan hamper selalu tepat dalam mengidentifikasi siswa yang bertanggung jawab

    terhadap penyimpangan tingkah laku tersebut. guru yang tidak memiliki

    keterampilan ini, biasanya tidak dapat mengenali penyimpangan tingkah laku

    siswa dengan segera, dan seringkali salah dalam menentukan siapa yang harus

    bertanggung jawab.

    b. Overlappingness

    Overlappingness berarti kemampuan guru untuk melakukan lebih dari satu

    kegiatan kelas dalam waktu yang bersamaan. Dalam kaitannya dengan

    penyimpangan tingkah laku siswa, overlapping menunjukkan kemampuan guru

    menangani penyimpangan tingkah laku siswa tanpa mengganggu jalannya

    pembelajaran. Bergerak menuju kea rah siswa yang mengganggu jalannya

    pembelajaran merupakan salah satu cara yang efektif. Meletakkan tangan di

    pundak siswa yang sedang bercakap-cakap dengan siswa terdekatnya sambil

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    33/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    32

    meneruskan penjelasannya tentang sutau kegiatan adalah cara lain untuk

    menghentikan penyimpangan tingkah laku siswa.

    c. Perilaku yang harus Dihentikan

    Di dalam kelas, seperti halnya di tatanan sosial yang lain, beberapa peserta

    atau siswa dapat bertindak yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku.

    Salah satu contoh tingkah laku yang tidak terpuji ini ialah mengendarai mobil di

    jalan bebas hambatan dengan kecepatan yang melebihi kecepatan maksimal yang

    ditentukan. Tingkah laku sedemikian ini, jika tidak segera ditangani dapat

    menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Kounin menyebutkan sebagai desist

    incident, yang berarti suatu pelanggaran yang cukup serius, sehingga jika tidak

    dihentikan akan dapat menimbulkan masalah pengelolaan yang lebih luas lagi.Respon guru terhadap desist behavior atau perilaku yang perlu dihentikan

    dapat bermacam-macam. Kounin (1970) mengidentifikasi beberapa respon guru

    terhadap desist behavior dan tiga diantaranya dicantumkan pada Gambar

    Contoh-contoh perilaku desist guru berikut ini.

    Kejelasan

    Tingkat kekhususan guru dalam menyatakan sesuatu yang salah.

    Peringatan yang tidak jelas : “Hentikan itu!”

    Peringatan yang jelas : “Jangan berbicara sendiri selagi saya menjelaskan

    sesuatu!”

    Keteguhan

    Tingkat sejauh mana guru mengkomunikasikan “Saya bersungguh -sungguh.”

    Peringatan yang tidak tegas : “Jangan melakukan hal itu!”

    Peringatan yang tegas : “Saya benar - benar tidak menyukai perbuatan itu!”

    kekasaranTingkat sejauh mana guru menyatakan kemarahan

    Peringatan yang tidak kasar : “Kamu jangan melakukan hal itu lagi.”

    Peringatan yang kasar : “Saya akan marah, jika Anda melakukan hal itu!”

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    34/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    33

    Gambar Contoh-contoh perilaku desist guru.

    Berdasarkan pada penelitian Kouvies dan karya mereka sendiri, Carolyn

    Everton dan Edmund Emmer memberikan petunjuk untuk mengelola perilaku

    yang menyimpang. Petunjuk itu diperlihatkan pada Gambar Petunjuk untuk

    menangani perilaku menyimpang.

    Gambar Petunjuk untuk menangani perilaku menyimpang

    4. Mengatur Partisipasi

    Salah satu kritik yang sangat tajam terhadap pembelajaran langsung, ialah peran

    guru yang sangat dominan dan sebagian besar siswa berperan agak pasif. Dalam

    1. Nasehati siswa itu untuk segera menghentikan tingkah laku yangmenyimpang. Teruslah berkomunikasi dengan siswa itu sampai tingkahlaku yang menyimpang menjadi baik.

    2. Lakukan kontak mata dengan siswa itu, sampai tingkah lakunya membaik.Hal ini cocok apabila guru yakin bahwa siswa mengetahui apa respon

    yang benar.3. Jelaskan lagi atau ingatkan siswa itu tentang aturan atau prosedur yang benar.

    4. Tugasi siswa mengidentifikasi prosedur yang benar. Beri umpan balik jikasiswa tidak memahaminya.

    5. Terapkan konsekuensi atau hukuman kepada mereka yang melanggarnya.Pada umumnya konsekuensi terhadap pelanggaran suatu prosedur, ialah

    pengulangan prosedur tersebut oleh siswa yang melanggarnya. Apabilasiswa memahami suatu prosedur tetapi tidak mau menaatinya, dengantujuan menarik perhatian atau alas an-alasan lain, siswa dapat diberi

    hukuman ringan, misalnya menahan sementara hak-hak mereka.6. Ubahlah aktifitas kelas, seringkali tingkah laku yang menyimpang terjadi

    karena siswa terlampau lama dan bosan melakukan kegiatan tertentu.Memberikan tugas tambahan yang bervariasi, mengarahkan diskusi, danmengubah kegiatan yang ada, dapat dilakukan oleh guru untuk membuatsiswa kembali aktif ke kegiatan belajar mengajar.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    35/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    34

    banyak hal, kurangnya peran siswa dalam pengajaran langsung sebagian disebabkan

    oleh cara guru memanfaatkan ruang. Susunan bangku dalam bentuk baris dan kolom

    dapat mempengaruhi interaksi siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada kegiatan

    belajar mengajar tertentu terdapat sekelompok siswa mendominasi proses

    pembelajaran. Guru berbicara dan bertanya kepada kelompok itu ; siswa itu

    menjawab pertanyaan guru dan juga mengajukan pertanyaan kepada guru. Siswa-

    siswa yang lain di dalam kelas, yang jumlahnya lebih banyak, tidak berperan serta

    secara aktif dalam pembelajaran, dan cenderung ke luar dari proses pembelajaran dan

    berbicara dengan teman-teman di dekatnya.

    Hasil penelitian Adams dan Biddle (1970) menunjukkan, bahwa siswa-siswa yang

    aktif terdapat pada daerah kelas tertentu yang disebut zona kegiatan.Zona kegiatan ini terdiri atas siswa-siswa yang duduk di bangku tengah baris

    pertama dan tengah-tengah barisan berikutnya. 64% pertanyaan guru ditunjukkan

    pada siswa-siswa tersebut. Hal ini terjadi, terutama disebabkan oleh posisi guru yang

    berada di depan dan tengah-tengah kelas. Tetapi para peneliti juga sangat ingin

    mengetahui tentang kemungkinan penyebab yang lain. Misalnya, apakah siswa yang

    memotivasinya tinggi memilih tempat duduk di zona kegiatan. Hasil penelitian

    menunjukkan, bahwa factor yang sangat berpengaruh terhadap fenomena di zona

    kegiatan ialah kontak mata guru. Guru dapat melakukan kontak mata dengan lebih

    baik pada zona kegiatan, yang menyebabkan siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi

    dalam proses pembelajaran.

    E. Evaluasi

    1. Definisi Evaluasi

    a. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan

    informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan

    (Mehrens & Lehmann, 1978:5).

    b. Komite Studi Nasional tentang evaluasi (National Study Committee on

    Evaluation) dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12). Evaluasi merupakan suatu

    proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    36/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    35

    yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan

    program selanjutnya.

    c. Evaluasi adalah proses membuat judgment untuk memutuskan tentang manfaat

    pendekatan tertentu atau hasil pekerjaan siswa (Richard I. Arends, 2008: 217).

    d. Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk

    mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan

    informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat

    keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya (S. Eko

    Putro Widoyoko, 2012: 6).

    Dari beberapa definisi diatas maka untuk lebih mudahnya disimpulkan bahwa,

    evaluasi adalah keseluruhan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk

    membuat keputusan program berdasarkan sajian informasi yang telah terkumpul.

    Dengan demikian evaluasi tersebut merupakan proses yang sengaja direncanakan

    untuk memperoleh informasi atau data yang kemudian dicoba membuat keputusan.

    Dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan fokus yang

    akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan.

    2. Prinsip-prinsip Evaluasai

    Dalam Pelakasanaannya suatu Evaluasi dalam pendidikan akan dapat berjalan

    dengan lancar dan terlaksana dengan baik apabila telah memenuhi beberapa Prinsip

    dasar, yaitu sebagai berikut :

    1. Prinsip Keseluruhan (Conprehensive)

    Adalah pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara bulat, utuh

    dan menyeluruh, dalam hal ini evaluasi di harapkan dapat mengungkap aspek

    berfikir (cognetif domain) juga dapat mengungkap Aspek kejiawaan lainnya, dan

    dengan menggunakan evaluasi hasil belajar secara menyeluruh akan

    diperoleh bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan

    perkembangan subyek didik yang sedang dijadikan sasaran Evaluasi.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    37/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    36

    2. Prinsip Kesinambungan (contunuity)

    Adalah Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung

    menyambung dari waktu kewaktu, dengan perencanaan yang matang dan

    terjadwal dapat dimungkinkan seorang evaluator dapat mengetahui

    perkembangan dari peserta didik, dan hal ini juga berguna bagi evaluator untuk

    memberikan langkah-langkah dan kebijakan yang perlu diambil untuk langkah

    yang akan datang, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

    3. Prinsip Obyektifitas (Objectivity)

    Adalah Evaluasi hasil belajar yang terlepas dari factor-faktor yang bersifat

    subyektif, dalam memberikan evaluasi, seorang evaluator harus memberikan

    evaluasi dengan benar dan apa adanya (sesuai dengan kenyataan) dan tidakmemasukkan kepentingan apapun didalam pemberian evaluasi tersebut, sehingga

    evaluasi yang dilakukan benar-benar murni dan tidak terkontaminasi oleh

    kepentingan sepihak.

    3. Evaluasi Pembelajaran Langsung

    Asesmen dan Evaluasi sangat penting untuk mencocokan strategi-strategi

    evaluasi dan pengetesan dengan tujuan pembelajaran tertentu dan maksud yang

    terkandung di dalam suatu model pembelajaran tertentu. Karena model pengajaran

    langsung paling cocok digunakan untuk mengajar keterampilan dan pengetahuan

    yang dapat diajarkan dengan cara langkah-demi-langkah, evaluasi seharusnya

    memfokuskan pada tes kinerja yang lebih mengukur perkembangan keterampilan

    daripada tes tertulis pengetahuan deklaratif.

    Sebagai missal, dapat mnegidentifikasi karakter-karakter papan ketik mesin

    tulis, jelas hal ini tidak mengatakan banyak tentang kemampun seseorang mengetik.

    Sementara itu tes mengetik yang diteteapkan batas waktunya akan mengukur

    kemampuan mengetik seseorang. Tanya-jawab atau resitasi adalah langkah yang

    benar pada model pengajaran yang dideskripsikan dalam buku tentang model-model

    pembelajaran tetapi tidak mengatakan kepada kita apakah seorang guru dapat

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    38/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    37

    menggunakan model tersebut didepan 30 siwa, hanya melalui sebuah demonstrasi

    dikelas dapat diperagakan ketuntasan guru dalam keterampilan tersebut.

    Tugas-tugas asesmen yang berkaitan dengan model pembelajaran langsungmemberi tekanan pada praktek dan pada pengembangan dan penggunaan

    pengetahuan dasar yang sesuai dan tes kinerja yang dapat secara akurat mengukur

    keterampilan sederhana dana kompleks serta memberikan umpan-balik pada siswa.

    Evaluasi, Penilaian pada model pembelajaran langsung. Sistem penilaian

    menurut Gronlund (1982) meliputi 5 prinsip dasar yang dapat dipergunakan guru

    dalam merancang pembelajaran langsung dan sistem penilaiannya, yaitu :

    a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran

    Keluhan yang sering dilontarkan oleh siswa ialah: “Soal -soal tes tidak

    sepenuhnya sesuai dengan pelajaran yang kita terima”. Prinsip pertama

    Gronlund adalah guru seharusnya mengkontruksi suatu tes sedemikian

    rupa sehingga tes itu secara jelas mengukur tujuan pembelajaran yang

    telah dikomunikasikan kepada siswa. Singkatnya, tes itu seharusnya cocok

    dengan tujuan pembelajaran guru.

    b. Mencakup semua tugas pembelajaranKebanyakan satuan pembelajaran mencakup beraneka tujuan

    pembelajaran, mulai dari pegetahuan factual sampai dengan proses

    berfikir tinggi. Oleh karena itu, tes yang baik tidak hanya mengkur aspek

    hafalan, tetapi juga mengukur ketercapaian proses berfikir tinggi dan

    keterampilan yang kompleks.

    c. Menggunakan soal tes yang sesuai

    Seperti yang kita ketahui, tersedia bermacam-macam bentuk tes dan soal

    yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengevaluasi hasil belajar

    siswa. Soal berbentuk memasangkan, benar-salah, atau

    pengisian/melengkapi, ccok untuk mengukur hafalan. Bentuk soal lain,

    seperti uraian bebas, sangat sesuai untuk mengukur ketercapaian proses

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    39/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    38

    berfikir tinggi. Tes yang baik mencakup soal-soal yang paling sesuai

    untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tertentu.

    d. Buatlah soal yang valid dan reliabel

    Suatu tes dikatakan sahih (valid), apabila tes tersebut benar-benar

    mengukur tujuan pembelajaran yang harus diukur. Misalnya, soal yang

    cocok untuk mengukur hafalan tidak sahih untuk mengukur proses berfikir

    tinggi. Suatu tes dikatakan reliable, jika dapat menghasilkan pengukuran

    yang relative konstan apabila tes tersebut diberikan kepada kelompok

    siswa yang sama tetapi waktu yang berbeda, dengan catatan tenggang

    waktu antara pemberian tes pertama dengan tes kedua tidak terlampau

    lama.e. Manfaatkan hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

    Hasil tes dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk memperbaikai

    aspek-aspek mengajar guru dan proses belajar siswa. Hal ini dilandasi pada

    asumsi bahwa kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran

    tertentu tidak hana disebabkan oleh faktor siswa, tetapi juga oleh guru.

    Pada pembelajaran langsung kegiatan asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari

    keberhasilan selama KBM berlangsung yaitu, guru dapat mengecek pekerjaan siswa

    setiap harinya dan memberikan umpan-balik korektif bila diperlukan kemudian siswa

    dapat menyelesaikan kerja mandiri pada atau diatas tingkat kemahiran atau

    keterampilan tertentu. Selain dilihat dari pelaksanaan KBM pada pembelajaran

    langsung, asesmen dan evaluasi dapat dilihat dari ketuntasan guru dan siswa.

    Ketuntasan guru dapat dilihat dari guru mengecek pekerjaan siswa pada akhir tiap

    satuan pengajaran. Kemudian siswa mendemonstrasikan pengetahuan dan penerapan

    konsep, serta keterampilan pada atau diatas suatu kemahiran tertentu yang mereka

    miliki.

  • 8/18/2019 kelompok 5 (TUGAS PERENCANAAN) MATEMATIKA 2014 C.pdf

    40/40

    Firmalia Firdausi W. P., Hardina Fitri Amalia, Mariza Umamie S. J. K., Galuh Fauzih,Ratih Dian Permatasari, Faizatul Firdausi

    2015

    DAFTAR PUSTAKA

    Arends, Richard. 2008. Learning to teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Kardi, Soeparman. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,University Press.

    Nur, Muhammad. 2008. Model Pengajaran Langsung . Surabaya: Universitas Negeri Surabaya,University Press.