kel 5-laporan praktikum farkol skrining

Upload: rindi-irsan-artomo

Post on 16-Jul-2015

1.807 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOLOGI III

PENAPISAN ATAU SKRINING FARMAKOLOGI

Disusun oleh :

KELOMPOK VI PAGI

Baskoro Surya Narendra (0906531222) Esther Lamria Purba (0906531310) Natasya Sitepu (0906531664) Rindi Irsan Artomo (0906531815)

DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2011

I.

Tujuan Percobaan 1. 2. Mahasiswa mengetahui prinsip penapisan hipokratik Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil penapisan hipokratik

II.

Bahan dan Alat Bahan: 1. Larutan B 2. Tikus (2 ekor) 3. Alkohol 4. Kapas Alat: 1. Alat suntik 2. Rotarod 3. Loupe 4. Meja bundar 5. Perangsang panas untuk tail flick 6. Stopwatch 7. Penggaris 8. Termometer 9. Timbangan

III.

Tata Kerja 1. Timbang hewan percobaan 2. Amati, ukur dan catat aktivitas seperti tercantum pada tabel 5 3. Suntikkan zat yang akan dievaluasi secara intraperitoneal 4. Amati, ukur dan catat aktivitas seperti tercantum pada tabel 5. Parameter dengan respon all or none, diberi nilai 1, respon bertingkat diberi nilai 1 sampai 3 6. Jumlahkan nilai tersebut dan kalikan dengan weight factor 7. Jumlahkan nilai maksimum untuk masing masing aktivitas (1 untuk respon all or none dan 3 respon bertingkat) dan kalikan dengan weight factor 8. Kelompokan aktivitas aktivitas dalam kelompok kategori. Jumlahkan total nilai aktivitas tersebut. Jumlahkan juga total nilai maksimum

9. Hitung persentase total nilai aktivitas dalam satu kategori terhadap total nilai maksimum. Rangking persentase tiap kategori untuk tiap dosis 10. Simpulkan efek obat atau zat yang diteliti berdasarkan persentase tersebut IV. Teori Dasar Skrining/penapisan setelah diberi zat uji. Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut. Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efekefek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut. Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi. 1. Parasimpatomimetik Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah: Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll. vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah. Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar. farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba

Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka. Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.

intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.

2. Simpatomimetik Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujungujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah: Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antar Menurunkan peristaltik usus. Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung. Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak. lain sekresi liur dan keringat.

3. Simpatolitik Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas 4. Analgetik Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. 5. Vasodilator Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah secara langsung. 6. Vasokonstriktor Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator. 7. CNS Activation Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah: Konvulsi. Meningkatkan laju pernapasan. Aktivitas motorik meningkat Temperatur rektum naik susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.

Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:

Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain: Aktivitas motorik menurun Laju pernapasan menurun Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram

9. Muscle Relaxant Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

V.

Data dan Hasil Percobaan 1. Perhitungan Dosis dan Volume Injeksi Hewan Uji Hewan Uji : a. Tikus I Berat Sediaan : 133,6 gram : Larutan B

Dosis larutan I (0,18 mL/200 g BB): (133,6 g : 200 g) x 0,18 mL = 0,12024 mL Volume injeksi (IP) = 0.12024 mL (Volume maksimum : 2-5 mL) b. Tikus II Berat Sediaan : 135 gram : Larutan B

Dosis larutan II (0,36 mL/200 g BB): (135 g : 200 g) x 0,36 mL = 0,243 mL Volume injeksi (IP) = 0.243 mL (Volume maksimum : 2-5 mL)

2. Data Pengamatan Keterangan: 0 = No respon 1 = Respon 1-3 = Respon bertingkat WF = Weight Factor

a. Tikus I (Garis) Tabel 1. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi AktivitasAktivitas motorik menurun Aktivitas motorik meningkat Hilang refleks berdiri Hilang refleks kornea Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram Laju pernafasan meningkat Laju pernafasan menurun Tremor Fasikulasi Konvulsi Eksoftalmus Palpebral ptosis Midriasis Miosis Nistagmus Lakrimasi meningkat Lakrimasi menurun Khromodakriorea Telinga/ ekor pucat Telinga/ ekor hiperemia Salivasi Ekor naik Bulu berdiri Urinasi Diare Gerak berputar Tail lashing Writhing Temperatur rektum meningkat Temperatur rektum menurun

W F 1 1 1 1 1 1 1, 5 2 2 1 1 1 1, 5 1 0, 5 1, 5 2 0, 5 2 1, 5 2 1 2 0, 5 2, 5 2 1 1 1 0, 5 2 1

0 10 ' ' 20' 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0

3 0' 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

45 ' 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 9 0' 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 0 0 0 0 0

m ax 6 6 6 6 6 6 18 18 18 6 6 6 6 6 18 18 6 18 18 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 18 18

x WF 5 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 4,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,5 4 2 0 0 0 0 0

max x WF 6 6 6 6 6 6 27 32 32 6 6 6 9 6 9 27 12 9 32 9 12 6 12 3 15 12 6 6 6 3 32 18

Jatuh dari rotarod Lompat dari rotarod Tonus tubuh meningkat Tonus tubuh menurun Agresif Katalepsi Rasa ingin tahu meningkat Rasa ingin tahu menurun Reaksi plat panas menurun Reaksi jepit ekor menurun Berat badan meningkat Berat badan menurun

1 1 2 1, 5 1 1 1 1 1 1 2 1, 5

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

18 6 6 6 6 6 6 6 18 18 18 18

3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 15 43

18 6 12 9 6 6 6 6 18 18 32 27 553

Tabel 2. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Depresan SSP-CNS DEP) W 0 10 3 45 6 9 ma Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 Hilang refleks berdiri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Hilang refleks kornea 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Hilang refleks pinal 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Paralisa kaki 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 1, 0 Hilang daya cengkeram 5 0 0 0 0 0 0 0 18 Laju pernafasan menurun 0 2 2 0 0 0 1 1 0 18 Palpebral ptosis 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Nistagmus 0 0 2 0 0 0 0 0 0 6 Temperatur rektum menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 Jatuh dari rotarod 0 3 1 0 0 0 0 3 0 18 1, 0 Tonus tubuh menurun 5 0 0 0 0 0 0 0 6 Katalepsi 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Rasa ingin tahu menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 Reaksi plat panas menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 Berat badan meningkat 0 0 2 0 0 0 0 0 0 18 % Aktivitas = 12/232 x 100 % = 5,17 % Tabel 3. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Perangsang SSP-CNS ACT) W 0 10 3 45 6 9 ma Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x Aktivitas motorik meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Laju pernafasan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18

x WF 5 0 0 0 0 0 4 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 12

max x WF 6 6 6 6 6 27 32 6 12 18 18 9 6 6 18 18 32 232

x WF 0 0

max x WF 6 32

Tremor Fasikulasi Konvulsi Gerak berputar Tail lashing Temperatur rektum meningkat Lompat dari rotarod Tonus tubuh meningkat Agresif Rasa ingin tahu meningkat Berat badan menurun

1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1, 5

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

6 6 6 6 6 18 6 6 6 6 18

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 15

6 6 6 6 6 32 6 12 6 6 27 157

% Aktivitas = 15/157 x 100 % = 9,55 % Tabel 4. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatomimetik-SYMM) W 0 10 3 45 6 9 ma Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1, 0 Eksoftalmus 5 0 0 1 1 1 0 3 6 2, 0 1 0 0 0 0 0 1 6 Bulu berdiri 5 Temperatur rektum meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 % Aktivitas = 7/62 x 100 % = 11,29 % Tabel 5. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Muscle Relaxan-MUS.REL) W 0 10 3 45 6 9 ma Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 1, 0 0 0 0 0 0 0 0 18 Hilang daya cengkeram 5 Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 1 1 0 0 2 18 Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0, 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Writhing 5 Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 3 0 0 3 18 1, 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Tonus tubuh menurun 5 Rasa ingin tahu menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 x WF 0 4,5 2,5 0 7 max x WF 6 9 15 32 62

x WF 5 0 0 0 4 0 0 3 0 0 0 0 12

max x WF 6 6 6 27 32 6 3 18 9 6 18 18 155

% Aktivitas = 12/155 x 100 % = 7,74 % Tabel 6. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatolitik-SYML) W 0 10 3 45 6 9 Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1, 0 0 0 0 0 0 0 0 Miosis 5 Lakrimasi menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 % Aktivitas = 5/89 x 100 % = 5,62 % Tabel 7. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Parasimpatomimetik-PARASYMM) W 0 10 3 45 6 9 ma x Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x WF Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 1, 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 Miosis 5 0, 0 Lakrimasi meningkat 5 0 0 0 0 0 0 0 18 0 1, 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 Khromodakriorea 5 Salivasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 Urinasi 2 0 1 1 0 0 0 0 2 6 4 Diare 1 0 1 1 0 0 0 0 2 6 2 Temperatur rektum menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 18 0 6 % Aktivitas = 6/99 x 100 % = 6,06 % Tabel 8. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Anagetik-ANALG) W 0 10 3 45 6 9 Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 0, 0 0 0 0 0 0 0 0 Midriasis 5 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0, 0 0 0 0 0 0 0 0 Ekor naik 5 Reaksi plat panas menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Reaksi jepit ekor menurun 0 0 1 0 0 0 0 0 0 % Aktivitas = 0/54 x 100 % = 0 %

ma x 6 6 18 18 18

x WF 5 0 0 0 0 5

max x WF 6 6 27 32 18 89

max x WF 6 27 9 9 12 12 6 18 99

ma x 18 6 6 18 18

x WF 0 0 0 0 0 0

max x WF 9 6 3 18 18 54

Tabel 9. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasokonstriktor) W 0 10 3 45 6 9 Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 Telinga/ ekor pucat 2 0 0 0 0 0 0 0 % Aktivitas = 0/12 x 100 % = 0 % Tabel 10. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasodilator) W 0 10 3 45 6 9 Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 Telinga/ ekor hiperemia 1 0 0 0 0 0 0 0 % Aktivitas = 0/6 x 100 % = 0 %

0

ma x 6

x WF 0 0

max x WF 12 12

0

ma x 6

x WF 0 0

max x WF 6 6

Tabel 11. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Parasimpatolitik-PARASYML) W 0 10 3 45 6 9 ma Aktivitas F ' ' 20' 0' ' 0' 0 x Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 % Aktivitas = 0/6 x 100 % = 0 %

x WF 0 0

max x WF 6 6

b. Tikus II (Polos) Tabel 11. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi W F 1 1 1 1 1 1 1, 5 2 2 1 1 1 0 10 ' ' 20' 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 3 0' 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 ' 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 6 9 0' 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 ma x 6 6 6 6 6 6 18 18 18 6 6 6 x WF 5 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 max x WF 6 6 6 6 6 6 27 32 32 6 6 6

AktivitasAktivitas motorik menurun Aktivitas motorik meningkat Hilang refleks berdiri Hilang refleks kornea Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram Laju pernafasan meningkat Laju pernafasan menurun Tremor Fasikulasi Konvulsi

5 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0

Eksoftalmus Palpebral ptosis Midriasis Miosis Nistagmus Lakrimasi meningkat Lakrimasi menurun Khromodakriorea Telinga/ ekor pucat Telinga/ ekor hiperemia Salivasi Ekor naik Bulu berdiri Urinasi Diare Gerak berputar Tail lashing Writhing Temperatur rektum meningkat Temperatur rektum menurun Jatuh dari rotarod Lompat dari rotarod Tonus tubuh meningkat Tonus tubuh menurun Agresif Katalepsi Rasa ingin tahu meningkat Rasa ingin tahu menurun Reaksi plat panas menurun Reaksi jepit ekor menurun Berat badan meningkat Berat badan menurun

1, 5 1 0, 5 1, 5 2 0, 5 2 1, 5 2 1 2 0, 5 2, 5 2 1 1 1 0, 5 2 1 1 1 2 1, 5 1 1 1 1 1 1 2 1, 5

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 2 6 6 6 6 6 6 18 18 18 6 6 6 6 6 6 6 18 18 18 18 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 0 3 25 15 12 6 6 6 3 32 18 18 6 12 9 6 6 6 6 18 18 32 27 553 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 6 18 18 6 6 6 6 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 12 9 32 9 12 6 12 3 1 0 0 5 0 6 6 18 0 5 0 9 6 9

Tabel 12. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Depresan SSP-CNS DEP) Aktivitas W 0 10 20' 3 45 6 m x max x

Aktivitas motorik menurun Hilang refleks berdiri Hilang refleks kornea Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram Laju pernafasan menurun Palpebral ptosis Nistagmus Temperatur rektum menurun Jatuh dari rotarod Tonus tubuh menurun Katalepsi Rasa ingin tahu menurun Berat badan meningkat Reaksi plat panas menurun Reaksi jepit ekor menurun

F 1 1 1 1 1 1, 5 2 1 2 1 1 1, 5 1 1 2 1 1

' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1

1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0

0' 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

' 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0' 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 2 0 0 1

ax 6 6 6 6 6 18 18 6 6 18 18 6 6 6 18 18 18

WF 5 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 2 0 0 1 13

WF 6 6 6 6 6 27 32 6 12 18 18 9 6 6 32 18 18 232

% Aktivitas = 13/232 x 100%= 5,60% Tabel 13. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Perangsang SSP-CNS ACT) W F 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1, 5 0 10 ' ' 20' 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 ' 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 9 0' 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 ma x 6 18 6 6 6 6 6 18 6 6 6 6 18 x WF 0 6 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 11 % Aktivitas = 11/157 x 100% =7,01% max x WF 6 32 6 6 6 6 6 32 6 12 6 6 27 157

AktivitasLaju pernafasan meningkat Aktivitas motorik meningkat Tremor Fasikulasi Konvulsi Gerak berputar Tail lashing Temperatur rektum meningkat Lompat dari rotarod Tonus tubuh meningkat Agresif Berat badan menurun Rasa ingin tahu meningkat

0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2

Tabel14. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatomimetik-SYMM) W F 1 1, 5 2, 5 2 10 0' ' 20' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 0' 0 0 0 0 45 ' 0 0 0 0 6 9 0' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ma x 6 6 6 18 x WF 0 0 0 2 2 max x WF 6 9 15 32 62

AktivitasKonvulsi Eksoftalmus Bulu berdiri Temperatur rektum meningkat

0 0 0 1

% Aktivitas = 2/62 x 100% = 3,23% Tabel 15. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Muscle Relaxan-MUS.REL) W F 1 1 1 1, 5 2 1 0, 5 1 1, 5 1 1 1 0 10 ' ' 20' 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0' 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 45 ' 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 9 0' 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 ma x 6 6 6 18 18 6 6 18 6 6 18 18 x WF 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 11 max x WF 6 6 6 27 32 6 3 18 9 6 18 18 155

AktivitasAktivitas motorik menurun Hilang refleks pinal Paralisa kaki Hilang daya cengkeram Laju pernafasan menurun Palpebral ptosis Writhing Jatuh dari rotarod Tonus tubuh menurun Rasa ingin tahu meningkat Reaksi plat panas menurun Reaksi jepit ekor menurun

5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1

% Aktivitas = 11/155 x 100% = 7,10% Tabel 16. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatolitik-SYML) W F 1 1 1, 5 2 0 10 ' ' 20' 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 0' 1 1 0 0 45 ' 1 1 0 0 6 9 0' 0 1 1 1 1 0 0 0 0 ma x 6 6 18 18 x WF 5 5 0 0 max x WF 6 6 27 32

AktivitasAktivitas motorik menurun Palpebral ptosis Miosis Lakrimasi menurun

5 5 0 0

Temperatur rektum menurun

1

0

0

0

0

0

0

0

0

18

0 10

18 89

% Aktivitas = 10/89 x 100% = 11,23% Tabel 17. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Parasimpatomimetik-PARASYMM) AktivitasFasikulasi Miosis Lakrimasi meningkat Khromodakriorea Salivasi Urinasi Diare Temperatur rektum menurun

W 10 F 0' ' 20' 1 0 0 0 1, 0 0 0 5 0, 5 0 0 0 1, 0 0 0 5 2 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

3 0' 0 0 0 0 0 0 0 0

45 ' 0 0 0 0 0 0 1 0

6 9 0' 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 1 0

ma x 6 18 18 6 6 6 6 18

x WF 0 0 0 0 0 0 1 0 1

max x WF 6 27 9 9 12 12 6 18 99

% Aktivitas = 1/99 x 100% = 1,01% Tabel 18. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Anagetik-ANALG) W F 0, 5 1 0, 5 1 1 10 ' 20' 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0' 0 0 0 0 0 45 ' 0 0 0 0 0 6 0' 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 ma x 18 6 6 18 18 x WF 0 0 0 0 1 0 max x WF 9 6 3 18 18 54

AktivitasMidriasis Gerak berputar Ekor naik Reaksi plat panas menurun Reaksi jepit ekor menurun

0' 0 0 0 0 0

0 0 0 0 1

% Aktivitas = 0/54 x 100% = 0% Tabel 19. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasokonstriktor) W F 2 0 10 ' ' 20' 0 0 0 3 0' 0 45 ' 0 6 9 0' 0 0 0 ma x 6 x WF 0 0 max x WF 12 12

AktivitasTelinga/ ekor pucat

0

% Aktivitas = 0/12 x 100% = 0%

Tabel 20. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasodilator) W F 1 0 10 ' ' 20' 0 0 0 3 0' 0 45 ' 0 6 9 0' 0 0 0 ma x 6 x WF 0 0 max x WF 6 6

AktivitasTelinga/ ekor hiperemia

0

%Aktivitas = 0/6 x 100% = 0%

Tabel 21. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Parasimpatolitik-PARASYML) W F 1 0 ' 0 10 ' 20' 0 0 3 0' 0 45 ' 0 6 0' 0 9 0 0 ma x 6 x WF 0 0 max x WF 6 6

AktivitasKonvulsi

0

%Aktivitas = 0/6 x 100% = 0%

Tabel 21. Tabel Rangkuman % aktivitas dari dosis 1 dan dosis 2Aktivitas Depresan SSP Perangsang SSP Simpatomimetik Muscle Relaxan Simpatolitik Parasimpatomimetik Analgetik Vasokonstriktor Vasodilator Parasimpatolitik Dosis 1 (%) Dosis 2 (%)

5,17 9,55 11,29 7,74 5,62 6,06 0 0 0 0

5,60 7,01 3,23 7,10 11,23 1,01 0 0 0 0

VI.

Pembahasan Percobaan kali ini digunakan dua ekor tikus yang beratnya masing-masing 133,6 gram dan 135 gram. Kedua tikus tersebut diberi obat yang sama (secara intraperitoneal) dengan dosis yang berbeda. Tikus pertama diberikan obat dengan dosis lebih kecil yaitu 0,18 ml/200 gr BB sedangkan tikus kedua diberikan obat dengan dosis lebih besar yaitu 0,36 ml/200 gr BB. Kemudian kedua tikus tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-10, 20, 30, 45, dan 60. Tikus pertama memberikan kondisi awal normal. Aktivitas motorik yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod lebih dari satu menit. Setelah penyuntikkan obat dengan dosis 0,18 ml/200 gr BB, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, laju pernafasan yang menurun secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod, tikus ini juga mengalami eksoftalmus, bulu berdiri, dan mengalami diare dan urinasi serta berat badan yang menurun. Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah simpatomimetik (11,29%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain peransang SSP (9,55%), muscle relaxan (7,74%), parasimpatomimetik (6,06%), simpatolitik (5,62%), depresan SSP (5,17%), vasokonstriktor (0%), vasodilator (0%), analgetik (0%), parasimpatolitik (0%). Tikus kedua memberikan kondisi awal normal. Aktivitas motorik yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod lebih dari satu menit. Setelah penyuntikkan obat dengan dosis 0,36 ml/200 gr BB, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, palpebrasi ptosis. Selain itu, laju pernafasan yang meningkat, reaksi jepit ekor yang menurun. Pada menit-menit akhir diare, rasa ingin tahu menurun, berat badan menurun. Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar ialah simpatolitik (11,23%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain muscle relaxant (7,10%), perangsang parasimpatolitik (0%). Kedua tikus diatas sama-sama mengalami aktivitas motorik yang menurun setelah diberikannya obat. Tikus tersebut juga mengalami diare, yang mengakibatkan berat badannya menurun. Namun tikus tersebut tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat ini bukan golongan parasimpatomimetik. SSP (7,01%), depresan SSP (5,60%), simpatomimetik (3,23%), parasimpatomimetik (1,01%), vasokonstriktor (0%), vasodilator (0%), analgetik (0%),

Dari kedua kelompok data di atas memiliki perbedaan dalam persentase terbesarnya. Tikus I memiliki persentase paling besar pada simpatomimetik, sementara tikus II memiliki persentase paling besar pada efek simpatolitik. Namun, kami menyimpulkan golongan obat tersebut bukan berdasarkan persentase efek terbesar dari masing masing dosis karena terjadi perbedaan pada persentase terbesar itu. Praktikan menyimpulkan golongan obat yang diberikan adalah muscle relaxant. Hal ini karena kedua tikus memiliki efek tersebut dengan persentase tikus I (7,74%), dan tikus II (7,01%). Hal ini karena kedua tikus mengalami gejala yang sama seperti aktivitas motorik yang menurun drastis. Pada tikus I, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, laju pernafasan yang menurun secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod. Sementara tikus II, aktivitas motorik menurun, palpebral psitosis, dan reaksi jepit ekor menurun. Dosis obat yang lebih besar seharusnya akan memberikan efek terapi yang lebih besar sehingga efek lebih terlihat pada tikus II dibanding pada tikus I yang dosis obatnya setengah dari dosis tikus II, karena tikus II mendapatkan dosis lebih besar dibanding dosis pada tikus I. Seharusnya persentase muscle relaxant tikus II lebih besar dibanding persentase tikus I. Namun pada kenyataannya hal itu tidak terlihat, mungkin dikarenakan karena kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi tikus yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan pada tikus. Tikus tersebut juga mungkin saja kurang memberikan efek terapi yang seharusnya ada oleh karena sifat tikus yang agak resisten, bisa dilihat dari persentase efek yang sangat kecil, tidak lebih dari 15%. VII. Kesimpulan 1. Efek yang terjadi pada dosis I:-

simpatomimetik (11,29%) peransang SSP (9,55%) muscle relaxan (7,74%) parasimpatomimetik (6,06%) simpatolitik (5,62%) depresan SSP (5,17%)

-

vasokonstriktor (0%) vasodilator (0%) analgetik (0%) parasimpatolitik (0%)

2. Efek yang terjadi pada dosis II:-

simpatolitik (11,23%) muscle relaxant (7,10%) perangsang SSP (7,01%) depresan SSP (5,60%) simpatomimetik (3,23%) parasimpatomimetik (1,01%) vasokonstriktor (0%) vasodilator (0%) analgetik (0%) parasimpatolitik (0%)

3. Zat yang diuji (larutan B) merupakan muscle relaxant. 4. Zat atau obat yang diberikan dengan dosis berbeda seharusnya memberikan besar efek yang

berbeda pula.

VIII.

Daftar Pustaka Andrajati, Retno. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Depok: Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia