kel 4 tromboflebitis

65
MAKALAH TROBOFLEBITIS (KEPERAWATAN MATERNITAS) Di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan maternitas yang di bimbing oleh : Tutut Handayani, S.Kep Di Susun Oleh : Agung Siswoyo Desi Ratna Sari Ika Ratnasari

Upload: agunk

Post on 26-Dec-2015

69 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

keperawatan maternitas

TRANSCRIPT

Page 1: Kel 4 Tromboflebitis

MAKALAH TROBOFLEBITIS

(KEPERAWATAN MATERNITAS)

Di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan maternitas

yang di bimbing oleh :

Tutut Handayani, S.Kep

Di Susun Oleh :

Agung Siswoyo

Desi Ratna Sari

Ika Ratnasari

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2014

Page 2: Kel 4 Tromboflebitis

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha

Esa, karena berkat kemurahan Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang

diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “TROMBOFLEBITIS”.Dalam

penyusunan Makalah ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai

pihak dan bantuan moral serta bimbingan, petunjuk dan saran-saran yang berguna

dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang tiada batas kepada yang terhormat :

1. Tutut Handayani, S. Kep, selaku Dosen Pengajar Keperawatan

Meternitas.

2. Leni Agustin, S. Kep Ns, selakuwali kelas 2A yang telah memberi

semangat dan pengarahan dan bimbingan baik secara mental dan

moral.

3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan

Makalah ini

Yang mana berkat dukungan beliaulah Makalah ini dapat terselesaikan

meski banyak kesalahan, baik dari cara penulisan maupun format makalah ini.

Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangkitkan

semangat belajar kami. Sehingga kami tidak lagi melakukan kesalahan yang

kedua kalinya.

Bondowoso, Juli 2014

Penulis

Page | ii

Page 3: Kel 4 Tromboflebitis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4

2.1 Pengertian Tromboflebitis........................................................................ 4

2.2 Epidemiologi Tromboflebitis................................................................... 5

2.3 Klasifikasi Tromboflebitis........................................................................ 5

2.4 Etiologi Tromboflebitis............................................................................ 6

2.5 Tanda dan Gejala Tromboflebitis............................................................. 7

2.6 Patofisiologi Tromboflebitis..................................................................... 9

2.7 Komplikasi dan Prognosis Tromboflebitis............................................... 11

2.8 Penatalaksanan Tromboflebitis................................................................ 12

2.9 Pencegahan Tromboflebitis...................................................................... 14

2.10 Pemeriksaaan Penunjang........................................................................ 14

2.11 Pathway Tromboflebitis......................................................................... 16

2.12 Asuhan Keperawatan Tromboflebitis..................................................... 18

BAB III. PENUTUP..................................................................................... 37

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 37

Page | iii

Page 4: Kel 4 Tromboflebitis

3.2 Saran........................................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 39

Page | iv

Page 5: Kel 4 Tromboflebitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh

darah. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena

dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah.

Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling

sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi

vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan

varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan

tromboflebitis, (Afrian, 2011).

Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan

trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan

thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-

otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis

superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali

terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau

migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius,

seperti kanker dari organ internal, (Afrian, 2011).

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang

mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis

didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering

ditemukan pada masa nifas. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau

masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa

ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa

nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-

kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat

genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah

Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai

pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode

Page | 1

Page 6: Kel 4 Tromboflebitis

pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat

peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh

tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode

tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada

ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?

1.2.2 Bagaimana epidemiologi tromboflebitis?

1.2.3 Bagaimana klasifikasi tromboflebitis?

1.2.4 Apa saja etiologi tromboflebitis?

1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala tromboflebitis?

1.2.6 Bagaimana patofisiologi tromboflebitis?

1.2.7 Bagaimana komplikasi dan prognosis tromboflebitis?

1.2.8 Bagaimana Penatalaksanan tromboflebitis?

1.2.9 Bagaimana pencegahan tromboflebitis?

1.2.10 Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien

dengan tromboflebitis?

1.2.11 Bagaimana pathway tromboflebitis?

1.2.12 Bagaimana asuhan keperawatan tromboflebitis?

1.3 Tujuan

1.3.1 Mampu menjelaskan pengertian tromboflebitis;

1.3.2 mampu menjelaskan epidemiologi tromboflebitis;

1.3.3 mampu menjelaskan klasifikasi tromboflebitis;

1.3.4 mampu menjelaskan etiologi tromboflebitis;

1.3.5 mampu menjelaskan tanda dan gejala tromboflebitis;

1.3.6 mampu menjelaskan patofisiologi tromboflebitis;

1.3.7 mampu menjelaskan komplikasi tromboflebitis;

1.3.8 mampu menjelaskan penatalaksanaan tromboflebitis;

1.3.9 mampu menjelaskan pencegahan tromboflebitis;

Page | 2

Page 7: Kel 4 Tromboflebitis

1.3.10 mampu menjelaskan pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan

pada klien dengan tromboflebitis;

1.3.11 mampu menjelaskan pathway tromboflebitis;

1.3.12 mampu menjelaskan asuhan keperawatan tromboflebitis.

Page | 3

Page 8: Kel 4 Tromboflebitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tromboflebitis

Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah

melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh

adanya darah yang membeku (Prawirrohardjo, 2009).

Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang

mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis

didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering

ditemukan pada masa nifas.

Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai

pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode

pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat

peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang disebabkan

oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada

periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah

pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

Menurut DepKes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada

vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan

penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan

tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu

penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang

mempermudah terjadinya inflamasi.

Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai

pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada

vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses

ini dinamakan flebotrombosis, (Smeltzer, 2002).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada

pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah

Page | 4

Page 9: Kel 4 Tromboflebitis

(thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada

masa nifas.

2.2 Epidemiologi

Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko

terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau

operasi.

Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien

antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis

profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien

postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena (tromboflebitis)

antar lain stasis (perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah

(iritasi lokal dan infeksi),dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.

2.3 Klasifikasi

Menurut Saifuddin (2002) tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:

2.3.1 Pelvio Tromboflebitis

Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena

didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan

darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis

pada vena ovarika kiri ialah kevena renalis dan dari vena ovarika kanan kevena

kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.

Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi

penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika

daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil

trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini

mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada

paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.

Page | 5

Page 10: Kel 4 Tromboflebitis

2.3.2 Tromboflebitis femoralis

Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena

safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau

embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima

pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena

pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena

pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering

terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat

didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena

dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi

2.4 Etiologi

Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah:

1. Perluasan infeksi endometrium

Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah

disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan

perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada

endometrium.

2. Mempunyai varises pada vena

Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka

terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep

(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai

reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada

trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena

adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam

keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan

melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya

tromboplebitis.

3. Obesitas

Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat

serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi

Page | 6

Page 11: Kel 4 Tromboflebitis

salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula

kemungkinan terjadi tromboflebitis.

4. Pernah mengalami tromboflebitis

Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang

mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena

perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.

5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi

litotomi untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah

bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis

6. Trauma

Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat

menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di

tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau

pemberian obat yang iritan secara intra vena.

7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.

Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan

aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada

segmen vena tungkai.

8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.

Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula

pada system aliran vena

2.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011) yaitu:

Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di

daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya

kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas.

Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila

menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,

selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-

tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda

adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.

Page | 7

Page 12: Kel 4 Tromboflebitis

Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi

pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan

sebagai malaise.

Secara Khusus:

2.5.1 Pelvio Tromboflebitis

1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian

samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.

2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai

berikut:

a. Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-

40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-

kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.

b. Suhu badan naik turun secara tajam (360C menjadi 400C) yang

diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti

pada endometritis.

c. Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan

d. Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama

ke paru-paru

3. Gambaran darah

a. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke

sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)

b. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat

sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat

karena bakterinya adalah anaerob.

2.5.2 Tromboflebitis femoralis

1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,

kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang

disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.

2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai

berikut:

a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar

bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.

Page | 8

Page 13: Kel 4 Tromboflebitis

b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan

keras pada paha bagian atas

c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha

d. Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi

bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.

e. Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan

pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih

sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian

meluas dari bawah ke atas.

f. Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.

2.6 Patofisiologi

Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat

dari stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau

kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang-

orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang

tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada

orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian

ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika

aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang

telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena

perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas

sehingga ektremitas mengalami edema.Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai

trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya

pembentukan trombus.

Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit

pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan

makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis

dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.

Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena

adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.

1. Statis Vena

Page | 9

Page 14: Kel 4 Tromboflebitis

Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama

pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.

Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat

menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor

pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.

2. Kerusakan pembuluh darah

Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis

vena, melalui :

a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.

b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat

kerusakan jaringan dan proses peradangan.

Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel.

Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan

beberapa substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan

trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel

mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan

menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat

pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-

fibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan

tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk

berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan

mengaktifkan sistem pembekuan darah.

3. Perubahan daya beku darah

Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan

darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas

pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun.

Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan

darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III,

defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.

Page | 10

Page 15: Kel 4 Tromboflebitis

2.7 Komplikasi dan Prognosi

2.7.1 Komplikasi

Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah

sebagai berikut:

a. Tromboflebitis pelvica

Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:

1. Emboli paru septik

Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke

paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh

darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk

dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke

bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan

infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen

2. Septikemia

Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah.

Istilah lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau

keracunan darah atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia

merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan

cepat memburuk

b. Tromboflebitis femoralis

Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling

serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya

obstruksi sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau

cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli

yang lain. Trombus tersebut bisa berasaldari vena di bagian tubuh

yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung.

Trombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru

sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di

paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus

tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang

tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian

tersebut tidak mendapat pasokan oksigen

Page | 11

Page 16: Kel 4 Tromboflebitis

2.7.2 Prognosis

Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan

tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi

dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya

jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya

dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih

memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam

menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan

tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang

rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Pelvio tromboflebitis

1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan

menggunakan teknik aseptik yang baik

2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit

dan mencegah terjadinya emboli pulmonum

3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda

atau dugaan adanya emboli pulmonum

4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika

emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru;

meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani

pembedahan (syaifudin,2002).

2.8.2 Tromboflebitis femoralis

1. Terapi medik dengan pemberian analgesik dan antibiotik.

2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada

ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan

pembekuan darah.

3. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan

menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan

alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat

pada betis.

Page | 12

Page 17: Kel 4 Tromboflebitis

4. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang

memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan

membantu mencegah kondisi stasis.

5. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung

sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji

keadaan kulit dibawahnya.

6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.

7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan

diberikan.

8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.

9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah

sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut

tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.

10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang

terkena.

11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian

bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk

melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.

12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya:

pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang

keluar dari jahitan episiotomi.

13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan

pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air

susu.

14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.

15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus

dilakukan melalui terapi subkutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk

kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan

yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis

yang tepat telah dilakukan (Adele Pillitteri, 2007)

Page | 13

Page 18: Kel 4 Tromboflebitis

2.9 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

4. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena

anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia

kehamilan ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita

juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan

kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.

5. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4

usaha penting harus dilaksanakan yaitu:

a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir

b. Membatasi perlukaan

c. Membatasi perdarahan

d. Membatasi lamanya persalinan

6. Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang

teguh lakukan Proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai

standar dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada

indikasi.

7. Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan

perdarahan sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah

hilang ini hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi).

8. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman

karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-

kuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah

membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu

membersihkan perineum.

2.10 Pemeriksaan penunjang

2.10.1 Ultrasonograf Doppler

Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan

katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami

pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan

probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak

Page | 14

Page 19: Kel 4 Tromboflebitis

lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode

ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.

Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan

peningkatan lingkar ekstremitas.

2.10.2 Pemeriksaan hematokrit

Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan

hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial

terjadinya pembentukan trombus

2.10.3 Pemeriksaan Koagulasi

Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini

menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji

activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar

fibrinogen.

2.10.4 Biakan darah

Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme

yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.

Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini

dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah

2.10.5 Pemindai ultrasuond dupleks

Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan

dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak

kompeten

2.10.6 Venografi

Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan

gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan

venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

Page | 15

Page 20: Kel 4 Tromboflebitis

2.11 PATHWAY TROMBLOFLEBITIS

Page | 16

Stasis darah dalam vena

Merangsang trombosis

primer

Trombus meradang

Peradangan pada vena

Mikroorganisme meningkat

didalam darah

Peradangan pada vena

Peradangan pada vena

Peningkatan resiko

trombosis

Peningkatan osmolaritas

darah

Peradangan pada vena

TROMBOFLEBITIS

Banyak pus dan trombus dalam darah

Banyak Vena yang terhambat trombus

Mengenai vena ditungkai

Trauma pada tungkai

Perluasan infeksi

Itrauterus

Varises Vena Gangguan kardiovaskuler

Page 21: Kel 4 Tromboflebitis

Page | 17

TROMBOFLEBITIS

Terjadi stasis darah

Penyempitan pembuluh darah vena

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Aliran darah vena terganggu

edema

Penggumpalan darah pada ekstremitas

nyeri

Hipertermi

Kurang informasi mengenai penyakit

Kurang pengetahuan

Respon peradangan

Adanya mediator peradangan bradikinin, prostaglandin dll

Peningkatan suhu tubuh

Perubahan persepsi terhadap penyakit

Ansietas

Page 22: Kel 4 Tromboflebitis

2.12 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat

mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan

klien atau pasien. Identitas klien meliputi:

a. Nama : Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja,

tidak ada permasalahan yang mungkin ditimbulkan

b. Umur : Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia diatas

30 tahun

c. Jenis kelamin : Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas,

namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada

wanita hamil

d. Agama : Agama atau keyakinan seseorang tidak mempengaruhi,

dalam terjadinya tromboflebitis

e. Pendidikan : Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan tingkat

pengetahuan klien, tingkat pengetahuan akan

mempengaruhi terjadinya tromboflebitis dimana klien

yang sudah mengetahui tromboflebitis akan lebih merawat

diri sehingga dapat meminilkan atau mencegah untuk

terjadinya tromboflebitis

f. Pekerjaan : Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan yang

lebih banyak duduk lama

g. Status perkawinan : Status perkawinan seseorang tidak akan mempengaruhi

terjadinya tromboflebitis

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada

daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami

edema.

Page | 18

Page 23: Kel 4 Tromboflebitis

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan terdahulu

Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu

apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan

apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula

apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko

tinggi terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami trauma atau tidak,

mepunyai varises vena atau tidak, dan menderita tumor atau tidak.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini

misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh

nyeri yang dialami

c. Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko

tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung

d. Riwayat psikososial

Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan

interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan.

4. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon

a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit yang

dialaminya saat ini.

b. Pola nutrisi dan metabolik

Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola

nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak

mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan

klien kembali kepada semula

c. Pola eliminasi

Pola eleminasi tidak mengalami gangguan

d. Pola aktivitas dan latihan

Page | 19

Page 24: Kel 4 Tromboflebitis

Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih

berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah

karena selain nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis juga

malaise

e. Pola tidur dan istirahat

Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri

f. Pola kognitif perseptual

Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat

kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu,

gangguan intergritas ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan

status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan.

h. Pola hubungan dan peran

Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan

peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan

bermasyarakat klien.

i. Pola reproduksi seksual

Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri

yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.

j. Pola pertahanan diri dan toleransi stres

Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang

kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami

pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres

klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga

akan mempengaruhi konsep diri klien.

k. Pola keyakinan nilai

Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan

cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang

dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa

keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji.

Page | 20

Page 25: Kel 4 Tromboflebitis

5. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

TD : 110/70 nnHg

Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami

klien

Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-400 derajat C

Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai

dari rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar

kepala tidak terganggu

b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada

benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan

(normal)

c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada,

pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada

saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak

terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada mur-

mur.

d. Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada

pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris

kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada

areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan, kolostrum

sudah keluar lancar.

e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat

striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus

baik.

Page | 21

Page 26: Kel 4 Tromboflebitis

f. Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada

vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema,

kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban.

g. Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas ata

(normal)

h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis

pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat

nyeri tekan, ektremitas teraba hangat

6. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonograf Doppler

Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan

katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami

pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan

probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler

tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali.

Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non

infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan

peningkatan lingkar ekstremitas.

b. Pemeriksaan hematokrit

Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan

hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial

terjadinya pembentukan trombus

c. Pemeriksaan Koagulasi

Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini

menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji

activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar

fibrinogen.

d. Biakan darah

Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme

yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan

anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes.

Page | 22

Page 27: Kel 4 Tromboflebitis

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman

didalam darah

e. Pemindai ultrasuond dupleks

Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan

dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak

kompeten

f. Venografi

Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan

gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan

venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan

aliran darah vena (stasis vena)

2. Nyeri berhubungan dnegan proses inflamasi

3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Page | 23

Page 28: Kel 4 Tromboflebitis

C. Intervensi Keperawatan

Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

periver berhubungan

dnegan gangguan

aliran darah vena

(stasis vena)

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam diharapkan

klien menunjukkan

perbaikan perfusi jaringan

Kriteria hasil:

1. Menunjukkan

perbaikan perfusi

jaringan yang

dibuktikan oleh adanya

nadi perifer, warna

kulit dan suhu normal,

tidak edema

2. Menunjukkan

peningkatan toleransi

aktivitas

1. Lihat ekstremitas untuk warna

kulit, adanya edema. Catat

kesimetrisan betis, ukur dan catat

lingkar betis

2. Kaji ekstremitas untuk

penonjolan vena yang jelas.

Palpasi perlahan untuk tegangan

jaringan lokal, regangan kulit,

ikatan atau penonjolan vena

3. Tingkatkan tirah baring selama

fase akut

4. Anjurkan klien untuk

1. Mengetahui adanya

gangguan atau kelianan pada

ektremitas

2. Distensi vena dapat terjadi

karena aliran balik melalui

vena percabangan

3. Pembatasan aktivitas

menurunkan kebutuhan

oksigen dan nutrisi pada

ekstremitas yang sakit dan

meminimalkan kemungkinan

penyebaran trombus atau

pembentukan emboli

4. Menurunkan pembengkakan

Page | 24

Page 29: Kel 4 Tromboflebitis

meninggikan kaki bila ditempat

tidur atau duduk sesuai indikasi.

Secara periodik tinggikan kaki

dan telak kaki lebih tinggi dari

pada jantung

5. Anjurkan klien untuk melakukan

latihan aktif atau pasif sementara

ditempat tidur misal seperti fleksi

ekstensi

6. Peringatkan klien untuk

menghindari menyilang kaki atau

hiperfleksi lutut (posisi duduk

dengan kaki menggantung atau

berbaring dengan posisi

menyilang)

jaringan dan pengosongan

cepat vena superfisial dan

tibial, mencegah distensi

berlebiha yang dapat

meningkatkan aliran balik

vena

5. Tindakan ini dilakukan untuk

meningkatkan aliran balik

vena dari ekstremitas yang

lebih rendah dan menurunkan

stasis vena, juga

memperbaiki tonus otot

umum atau regangan

6. Pembatasan fisik terhadap

sirkulasi mengganggu aliran

darah dan meningkatkan

stasis vena dan pelvis,

popliteal, dan pembuluh kaki,

jadi meningkatkan

Page | 25

Page 30: Kel 4 Tromboflebitis

7. Anjurkan klien untuk

menghindari pijatan atau

mengurut ekstremitas yang sakit

8. Anjurkan untuk melakukan

kompres hangat pada ekstremitas

yang sakit bila dianjurkan

9. Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian antikoagulan

contohnya heparin

pembengkakan dan

ketidaknyamanan

7. Aktivitas ini berpotensial

memecahkan atau

menyebarkan trombus,

meningkatkan embolisasi dan

meningkatkan resiko

komplikasi

8. Dapat diberikan untuk

meningkatkan vasodilatasi

dan aliran balik vena dan

perbaikan edema lokal

9. Membantu mengatasi maslah

dengan medikasi

Nyeri akut

berhubungan dengan

proses inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam diharapkan

nyeri yang dialami klien

1. Kaji tingkat nyeri yang dialami

klien

1. Derajat nyeri secara langsung

dapat berhubungan dengan

luasnya kekurangan sirkulasi,

proses inflamasi, derajat

Page | 26

Page 31: Kel 4 Tromboflebitis

berkurang

Kriteria hasil:

1. Klien mengatakan

sudah tidan nyeri

2. Klien menunjukkan

tindakan rileks mampu

istirahat dan dapat

beraktivitas seperti

yang diinginkan

2. Atur posisi yang nyaman

bagi klien

3. Pertahankan tirah baring selama

fase akut

4. Anjurkan kompres hangat pada

daerah yang nyeri

5. Berikan health education

tentang penyebab nyeri

yang dialami pasien

hipoksia, dan edema luas

sehubungan dengan

terbentuknya trombus

2. Posisi yang nyaman

akan membantu

memberikan

kesempatan pada otot

untuk relaksasi

seoptimal mungkin

3. Menurunkan

ketidaknyamanan

sehubungan dengan kontraksi

otot dan gerakan

4. Mengurangi nyeri yang

dilami klien

5. Pemahaman pasien

tentang penyebab

nyeri yang terjadi akan

mengurangi

Page | 27

Page 32: Kel 4 Tromboflebitis

6. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian

analgesik.

ketegangan pasien dan

memudahkan pasien

untuk diajak

bekerjasama dalam

melakukan tindakan.

6. Obat-obat analgesik

dapat membantu

mengurangi nyeri

pasien

Hipertermi

berhubungan dengan

proses inflamasi

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam diharapkan

suhu tubuh klien normal

Kriteria hasil:

Suhu tubuh klien normal

370C

1. Pantau suhu tubuh klien (derajat

dan pola) perhatikah menggigil

atau diaforesis

2. Ukur TTV secara rutin

3. Pantau suhu lingkungan,

batasi/tambahkan linen tempat

tidur sesuai indikasi

1. Peningkatan suhu

menunjukkan proses penyakit

infeksius akut.

2. Mengetahui adanya

perubahan suhu

3. Suhu ruangan atau jumlah

selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu

mendekati normal

4. Kompres hangat dapat

Page | 28

Page 33: Kel 4 Tromboflebitis

4. Berikan kompres hangat

5. Kolaborasi dengan tim medis

untuk pemberian obat penurun

demam

membantu mengurangi

demam

5. Membantu mengatasi maslah

dengan medikasi

Ansietas berhubungan

dengan perubahan

persepsi terhadap

penyakit

Tujuan:

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

1x24 jam, ansietas

pasien berkurang.

Kriteria hasil:

1. Tingkat

kecemasan pasien

pada rentang 1-5

dengan komposisi

skala 1-10.

2. Pasien mampu

1. Kaji tingkat kecemasan

2. Kaji faktor pencetus

kecemasan

3. Temani pasien untuk

memberikan keamanan

dan mengurangi takut

4. Berikan informasi aktual

mengenai diagnosis,

tindakan prognosis

penyakit

1. Untuk mengetahui

tingkat kecemasan

pasien

2. Mengetahui faktor

pencetus kecemasan

pasien

3. Untuk mengurangi

kecemasan pasien

4. Memberi wawasan

kepada pasien

sehingga bisa

mengurnagi

Page | 29

Page 34: Kel 4 Tromboflebitis

mengungkapkan

secara verbal

ansietasnya

berkurang.

5. Bantu pasien mengenal

situasi yang menimbulkan

kecemasan

6. Libatkan keluarga untuk

mendampingi klien

7. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

8. Instruksikan pada pasien

untuk menggunakan

tehnik relaksasi

kecemasannya.

5. Agar pasien mampu

mengenal situasi yang

bisa menimbulkan

kecemasan.

6. Peran keluarga

mendukung dalam

penatalaksanaan

mengurangi

kecemasan pasien.

7. Membiasakan pasien

untuk terbuka dan

mengungkapakan

secara verbal ketika

cemas.

8. Untuk mengurangi

kecemasan pasien.

Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji ulang patofisiologi

kondisi dan tanda/gejala

1. Memberikan dasar

pengetahuan dimana

Page | 30

Page 35: Kel 4 Tromboflebitis

kurangnya informasi selama 3x24 jam diharapkan

klien dapat mengetahui

mengenai penyakit yang

diderita

Kriteria hasil:

1. Menyatakan

pemahaman

mengenai proses

penyakit yang

dialami

2. Dapat mengidentifikasi

tanda dan gejala yang

memerlukan perawatan

kemungkinan komplikasi

2. Jelaskan tujuan

pembatasan aktivitas dan

kebutuhan keseimbangan

aktivitas/tidur

3. Adakan latihan/program

latihan yang tepat

pasien dapat membuat

pilihan berdasarkan

informasi dan

memahami/

mengidentifikasi

kebutuhan perawatan

kesehatan.

2. Istirahat menurunkan

kebutuhan oksigen dan

nutrisi jaringan yang

rusak. Keseimbangan

istirahat mencegah

kelelahan dan

gangguan lanjut perfusi

seluler.

3. Membantu dalam

mengembangkan

sirkulasi kolateral,

meningkatkan aliran

Page | 31

Page 36: Kel 4 Tromboflebitis

Selesaikan masalah faktor

pencetus yang mungkin

ada,

balik vena, dan

mencegah kambuh.

Melibatkan pasien

secara aktif dalam

identifikasi dan

melakukan perubahan

pola hidup/perilaku

untuk meningkatkan

kesehatan dan

mencegah kambuhnya

kondisi/terjadinya

komplikasi.

Sumber: Doenges, 2000

Page | 32

Page 37: Kel 4 Tromboflebitis

D. Implementasi dan eveluasi

Dx keperawatan Implementasi Evaluasi

Ketidakefektifan

perfusi jaringan

periver berhubungan

dnegan gangguan

aliran darah vena

(stasis vena)

1. Telah melihat

ekstremitas untuk warna

kulit, adanya edema.

Catat kesimetrisan betis,

ukur dan catat lingkar

betis

2. Telah mengkaji

ekstremitas untuk

penonjolan vena yang

jelas. Palpasi perlahan

untuk tegangan jaringan

lokal, regangan kulit,

ikatan atau penonjolan

vena

3. Telah menganjurkan

klien untuk

meningkatkan tirah

baring selama fase akut

4. Telah menganjurkan

klien untuk meninggikan

kaki bila ditempat tidur

atau duduk sesuai

indikasi. Secara periodik

tinggikan kaki dan telak

kaki lebih tinggi dari

pada jantung

5. Telah menganjurkan

klien untuk melakukan

S: klien mengatakan

bahwa bengkak

pada kakinya sudah

sembuh

O: kaki klien sudah

tidak bengkak lagi

dan klien dapat

beraktivitas lagi

A: masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page | 33

Page 38: Kel 4 Tromboflebitis

latihan aktif atau pasif

sementara ditempat tidur

misal seperti fleksi

ekstensi

6. Telah memperingatkan

klien untuk menghindari

menyilang kaki atau

hiperfleksi lutut (posisi

duduk dengan kaki

menggantung atau

berbaring dengan posisi

menyilang)

7. Telah menganjurkan

klien untuk menghindari

pijatan atau mengurut

ekstremitas yang sakit

8. Telah menganjurkan

untuk melakukan

kompres hangat pada

ekstremitas yang sakit

bila dianjurkan

9. Telah melakukan

Kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian

antikoagulan contohnya

hepari

Nyeri berhubungan

dengan proses

inflamasi

1. Telah mengkaji tingkat

nyeri yang dialmi klien

2. Telah mengatur

posisi yang nyaman

S: klien mengatakan

bahwa nyeri pada

kakinya sudah

sembuh

O: klien terlihat tampak

Page | 34

Page 39: Kel 4 Tromboflebitis

bagi klien

3. Telah menganjurkan

klien untuk

mempertahankan tirah

baring selama fase akut

4. Telah menganjurkan

kompres hangat pada

daerah yang nyeri

5. Telah memberikan

health education

tentang penyebab

nyeri yang dialami

pasien

6. Telah melakukan

kolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian

analgesik.

rileks dan tidak

meringis menahan

nyeri

A: masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Hipertermi

berhubungan dengan

proses inflamasi

1. Telah memaantau suhu

tubuh klien (derajat dan

pola) perhatikah

menggigil atau

diaforesis

2. Telah mengukur TTV

secara rutin

3. Telah memaantau suhu

lingkungan,

batasi/tambahkan linen

tempat tidur sesuai

indikasi

4. Telah memberikan

S: klien mengatakan

bahwa sudah tidak

demam lagi

O: suhu tubuh klien

norma 370C

A: masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page | 35

Page 40: Kel 4 Tromboflebitis

kompres hangat

5. Telah melakukan

kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian

obat penurun demam

Ansietas berhubungan

dengan perubahan

persepsi terhadap

penyakit

1. Telah mengkaji

tingkat kecemasan

2. Telah mengkaji

faktor pencetus

kecemasan

3. Telah menemani

pasien untuk

memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

4. Telah menberikan

informasi aktual

mengenai

diagnosis, tindakan

prognosis penyakit

5. Telah membantu

pasien mengenal

situasi yang

menimbulkan

kecemasan

6. Telah melibatkan

keluarga untuk

mendampingi klien

7. Telah meminta

pasien untuk

S: klien mengatakan

bahwa sudah tidak

cemas lagi

O: pasien tampak rileks

dan tidak terlihat

cemas

A: masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page | 36

Page 41: Kel 4 Tromboflebitis

mengungkapkan

perasaan,

ketakutan, persepsi

8. Telah

menginstruksikan

pada pasien untuk

menggunakan

tehnik relaksasi

Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurangnya informasi

1. Telah mengkaji

ulang patofisiologi

kondisi dan

tanda/gejala

kemungkinan

komplikasi

2. Telah menjelaskan

tujuan pembatasan

aktivitas dan

kebutuhan

keseimbangan

aktivitas/tidur

3. Telah mengadakan

latihan/program

latihan yang tepat

Telah

menyelesaikan

masalah faktor

pencetus yang

mungkin ada,

S: klien mengatakan

bahwa sudah

mengerti mengenai

penyakit yang

diderita

O: klien tampak tidak

cemas lagi

A: masalah teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page | 37

Page 42: Kel 4 Tromboflebitis

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang

disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada

wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis

diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio

tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium,

mempunyai varises pada vena, obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia

30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu

yang lama, trauma, adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu

segmen vena, dan memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam

keluarga.

Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-penderita

umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang

terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atau

pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada

gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula

pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup

vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena

dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi

karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,

tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.

Page | 37

Page 43: Kel 4 Tromboflebitis

2.2 Saran

2.2.1 Untuk pembaca

agar memahami apa yang dimaksud tromboflebitis dan dapat melakukan

sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.

2.2.2 Tenaga kesehatan

agar lebih memperhatikan pasien post partum sehingga terhindar dari

komplikasi post partum seperti tromboflebitis

2.2.3 Mahasiswa keperawatan

Mengetahui dan mempelajari konsep tromboflebitis sehingga dapat

menjelaskan dan mengerti mengenai konsep dasar mengenai

tromboflebitis

Page | 38

Page 44: Kel 4 Tromboflebitis

DAFTAR PUSTAKA

Afrian, mesra. 2011. Askep tromboflebitis. http://mesraafrian./2011/09/askep-

tromboflebitis.html {1 Juli 2014}

Fatmawati, Ayu. 2013. Makalah Flebitis.

http://ayufatmawatianterior./2013/05/makalah-tromboflebitis.html {1 Juli

2014}

Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.

FKUI.

Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.

Wikhajosastro, Hanifa .2005. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo.

------. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. DepKes

RI

Page | 39