kegawatdaruratan kad
DESCRIPTION
KETOASIDOSISTRANSCRIPT
KEGAWATDARURATAN III
Nama :
NIM :
Smt/Klas : VIII A
1. Patofisiologi Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik diakibatkan oleh akumulasi abnosmal fixed acid atau
kehilangan basa. pH darah arteri dibawah 7.35 dan bikarbonat plasma biasanya menurun
dibawah 22 mEq/L. Asidosis metaolik dapat diakibatkan dari akumulasi sistemik baik
asam hidroklorida maupun non-hidroklorida. Gejala asidosis metabolik berat mencakup
pernapasan dalam dan cepat (kussmaul), disorientasi, dan koma. Manifestasi klinis
asidosis metabolik bergantung pada kadar pH. (Jam Tambayong, 2000)
Asidosis metabolik pada Diabetes Melitus atau disebut juga Keto Asidosis
Diabetekum (KAD). Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan atau akut dari DM
tipe I, disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat
kekurangan atau defisiensi insulin, dikarakteristikan dengan hiperglikemia, asidosis, dan
keton akibat kurangnya insulin (Stillwell, 1992 dalam Andes Simbolon 2013). Keluhan
dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan
dan gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton atau aseton,
nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan turun, capek,
lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai koma.
2. Pecegahan pada Asidosis Metabolik pada Diabetes Melitus
a. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk
mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi
faktor- faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk
mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM, faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk mengurangi faktor-
faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk mengontrol gula darah,
perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.
Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM
adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum,
pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.
Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit)
memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2.
Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk
menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang
berolah raga. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara
lain :
- Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan
lipid darah
- Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa
- Membantu menurunkan berat badan
- Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
- Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Laihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
Perencanaan Pola Makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses
manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan
kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah
kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai
saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua
pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi
yang seimbang dalam karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan
gizi baik sebagai berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak
= 20-25 %. Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan
diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya
stress akut dan kegiatan jasmani.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan
utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-
orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan
DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah
pasien yang umum dilakukan adalah :
- Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa. Kadar glukosa darah normal
setelah puasa berkisar antara 70-110 mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila
kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl
dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh
vena.
- Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu. Jika kadar glukosa darah berkisar
antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis
DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun vena
lebih dari 200 mg/dl.
- Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Test ini merupakan test yang lebih
lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut
dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam <200 mg/dl, dan 2 jam
< 140 mg/dl.
Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan HbA1C
atau glycosylated haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein yang
terbentuk dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah merah.18
Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4 %
- 5,9 %. Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko
timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar HbA1C
ditargetkan kurang dari 7 %. Ketika kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol
(kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin
(terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan
cara mengukur kadar HbA1C. bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa
minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga. Ikatan HbA1C yang terbentuk
bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan umur
eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata kadar gula darah
dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. Jadi walaupun pada saat
pemeriksaan kadar gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah makan baik,
namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah tetap tidak terkontrol
dengan baik.
Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada 2
macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO
dibagi menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan
Glinid), penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion),
penambah absobsi glukosa (penghambat glukosidase alfa). Selain 2 macam
pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan
memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi
kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik
tunggal maupun kombinasi.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin
bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah
(80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang
sudah mempunyai penyakit makroangiopati. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama
yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes
dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit
DM. Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :
- Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes
- Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
- Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan
keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat
diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama disiplin
ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain
seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi,
medis, gizi, pediatri dan sebagainya.
3. Menajemen
Pengkajian Gawat Darurat
Airways: kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda asing
yang menghalangi jalan nafas.
Breathing: kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasan.
Circulation: kaji nadi, capillary refill.
Penatalaksanaan
Rehidrasi cepat
- 1 jam 2 kolf, 1 jam 1 kolf, dst.
- Nacl fisiologis
- ½ N, 2A- kalau Na>150 mek/l
Insulin
- Bolus 10 U IV. Cek gula darah setiap jam
- Drip 5 U/jam sampai gula darah <200mg/dl- D5%
- Drip 2.5 U/jam sampai gula darah stabil 200-300 mg/dl
- Drip U/jam+ slinding scale gula darah tiap 4 jam
- Dosis terbagi 3-4 kali sehari (dosis kecil 5 U IM, pemantauan dengan urin)
Kalium
- <3,5 mek/L – 50 mek/L
- 3,5 – 5 mek/L --- 25 mek/L
- > 5 mek/L – 0
Na HCO3 (pH <7-7,1)
Faktor prespitasi