kedokteran nuklir kelenjar tiroid dan pankreas

30
BAB I PENDAHULUAN Kedokteran nuklir yang memberikan data pencitraan (imaging) organ merupakan pemeriksaan in vivo karena menjadikan organ tubuh sebagai sumber radiasi. Peta energi sumber radiasi tersebut dapat diamati untuk menentukan besar, bentuk dan letak organ serta kelainan-kelainannya. Sedangkan kegunaan kedokteran nuklir lainnya, terhadap penderita yang tidak diberikan radiofarmaka, tetapi radioaktif dimanfaatkan untuk menghitung konsentrasi hormon atau obat dalam darah. Dengan mengambil sampel plasma penderita dan direaksikan dengan radioaktif yang telah ditetapkan, baik reaksi kompetitif maupun imunologis, menghasilkan ketepatan yang cukup baik, misalnya reaksi Radioimmunoassay (RIA) untuk menghitung hormon T 3 dan T 4 .

Upload: m-hafiz-nasrulloh

Post on 26-Jun-2015

264 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

BAB I

PENDAHULUAN

Kedokteran nuklir yang memberikan data pencitraan (imaging) organ merupakan

pemeriksaan in vivo karena menjadikan organ tubuh sebagai sumber radiasi. Peta energi sumber

radiasi tersebut dapat diamati untuk menentukan besar, bentuk dan letak organ serta kelainan-

kelainannya. Sedangkan kegunaan kedokteran nuklir lainnya, terhadap penderita yang tidak

diberikan radiofarmaka, tetapi radioaktif dimanfaatkan untuk menghitung konsentrasi hormon

atau obat dalam darah. Dengan mengambil sampel plasma penderita dan direaksikan dengan

radioaktif yang telah ditetapkan, baik reaksi kompetitif maupun imunologis, menghasilkan

ketepatan yang cukup baik, misalnya reaksi Radioimmunoassay (RIA) untuk menghitung hormon

T3 dan T4.

Page 2: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI KELENJAR THYROID

Kata “thyroid” berarti organ berbentuk perisai segi empat. Kelenjar ini merupakan

kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh capsula yang berasal dari

lamina pretracheal fascia profunda. Capsula ini melekatkan thyroid ke larynx dan trachea.

Kelenjar thyroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis

1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus berbentuk

seperti buah pear, dengan apex di atas sejauh linea oblique lamina cartilage thyroidea, dengan

basis di bawah pada cincin trachea 5 atau 6.Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gr,

rata-rata 25 gr.

Dengan adanya ligamentum suspensorium Berry kelenjar thyroidea ditambatkan ke

cartilage cricoidea dari facies posteromedial kelenjar. Jumlah ligamentum ini 1 di kiri dan kanan.

Fungsinya sebagai ayunan/ gendongan kelenjar ke larynx dan mencegah jatuh/ turunnya kelenjar

dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran kelenjar.

I. LOBUS LATERALIS

Setiap lobus kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu :

1. Apex

2. Basis

3. 3 Facies/ permukaan dan 3 Margo/ pinggir

1. APEX

• Berada di atas dan sebelah lateral oblique cartilage thyroidea

Page 3: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

• Terletak antara M.Constrictor inferior (di medial) dan M.Sternothyroideus (di lateral)

• Batas atas apex pada perlekatan M.Sternothroideus.

• Di apex A. Thyroidea superior dan N.Laringeus superior berpisah, arteri berada di

superficial dan nervus masuk lebih ke dalam dari apex (polus)→Ahli bedah sebaiknya

meligasi arteri thyroidea sup.dekat ke apex.

2. BASIS

• Terletak setentang dengan cincin trachea 5 atau 6.

• Berhubungan dengan A. Thyroidea inferior dan N. Laryngeus recurrent yang berjalan di

depan atau belakang atau di antara cabang-cabang arteri tersebut. →Ahli bedah

sebaiknya meligasi arteri thyroidea inf. jauh dari kelenjar.

3. PERMUKAAN

A. FACIES SUPERFICIAL/ ANTEROLATERAL

Berbentuk konvex ditutupi oleh beberapa otot dari dalam ke luar :

1. M. Sternothyroideus

2. M. Sternohyoideus

Page 4: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

3. M. Omohyoideus venter superior

4. Bagian bawah M. Sternocleidomastoideus

B. FACIES POSTEROMEDIAL

Bagian ini berhubungan dengan :

- 2 saluran : larynx yang berlanjut menjadi trachea, dan pharynx berlanjut menjadi

oesophagus.

- 2 otot : M. Constrictor inferior dan M. Cricothyroideus.

- 2 nervus : N. Laryngeus externa dan N. Larungeus recurrent.

C. FACIES POSTEROLATERAL

Berhubungan dengan carotid sheath (selubung carotid) dan isinya yaitu A. Carotis interna, N.

Vagus, dan V. Jugularis interna (dari medial ke lateral).

D. MARGO ANTERIOR

Margo ini memisahkan facies superficial dari posteromedial, berhubungan dengan anastomose

A. Thyroidea superior.

E. MARGO POSTERIOR

Bagian ini memisahkan facies posterolateral dari posteromedial, berhubungan dengan

anastomose A. Thyroidea superior dan inferior. Ductus thoracicus terdapat pada sisi kirinya.

Terdapat kelenjar parathyroidea superior pada pertengahan margo posterior lobus lateralis

kelenjar thyroidea tepatnya di antara true dan false capsule. Setentang cartilage cricoidea dan

sebelah dorsal dari N. Laryngeus recurrent.

Kelenjar parathyroidea inferior letaknya bervariasi, terdapat 3 kemungkinan letaknya :

- Pada polus bawah (inferior) lobus lateralis di dalam false capsule di bawah A.

Thyroidea inferior.

- Di luar false capsule dan di atas A. Thyroidea superior

- Di dalam true capsule pada jaringan kelenjar dan ventral terhadap N. Laryngeus

recurrent.

Page 5: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

II. ISTHMUS

Isthmus adalah bagian kelenjar yang terletak di garis tengah dan menghubungkan bagian bawah

lobus dextra dan sinistra (isthmus mungkin juga tidak ditemukan). Diameter transversa dan

vertical ± 1,25 cm.

Pada permukaan anterior isthmus dijumpai (dari superficial ke profunda) :

- Kulit dan fascia superficialis

- V. Jugularis anterior

- Lamina superficialis fascia cervicalis profunda

- Otot-otot : M. Sternohyoideus danM. Sternothyroideus.

Permukaan posterior berhubungan dengan cincin trachea ke 3 dan 4. Pada margo superiornya

dijumpai anastomose kedua A. Thyroidea superior, lobus pyramidalis dan Levator glandulae. Di

margo inferior didapati V. Thyroidea inferior dan A. Thyroidea ima.

III. LOBUS PYRAMIDALIS

• Kadang-kadang dapat ditemui.

• Jika ada biasanya terdapat di margo superior isthmus, memanjang ke os hyoidea, atau bisa

juga berasal dari lobus kiri atau kanan.

• Sering didapati lembaran fibrosa atau musculous yang menghubungkan lobus pyramidalis

dan os hyoidea, jika penghubung ini otot dikenal dengan nama levator glandula thyroidea.

CAPSULE KELENJAR THYROIDEA

1. Outer false capsule : Berasal dari lamina pretracheal fascia cervicalis profunda.

2. Inner true capsule : dibentuk oleh kondensasi jaringan fibroareolar kelenjar thyroidea.

Pada celah antara kedua capsule tersebut didapati kelenjar parathyroidea, pembuluh darah.vena

yang luas dan banyak.

FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid terdiri dari folikel sferik sel yang mensintesis hormone tiroid tiroksin (T4;

Prohormon) dan triiodotironin (T3; hormone aktif). T3 mempengaruhi metabolism dalam

Page 6: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Hipotalamus

Hipofisis

Kelenjar Tiroid

TRH

TSH

T3 T4

bermacam-macam cara. T3 dan T4 yang disimpan terikat pada glikoprotein, tiroglobulin, di

dalam koloid dari folikel.

Iodium di uptake dari darah dalam bentuk iodide untuk mengiodinisasi residu tirosinil.

Fungsi ini diatur oleh Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Dalam proses ini residu tirosil

diiodinisasi sehingga menjadi residu diiodotirosil (DIT) dan monoiodotirosil (MIT). Setelah itu

juga melalui proses iodinisasi residu tirosil diatas saling bereaksi sehingga menghasilkan residu

tetraiodotirosil dan residu triiodotirosil. Ini merupakan bentuk penyimpanan dari T3 dan T4

Keseluruhan proses ini diatur melalui poros hipotalamus-hipofisis. Dimana Hipotalamus

mengeluarkan Thyroid Releasing Hormone (TRH), lalu TRH tersebut merangsang Hipofisis

anterior untuk mengeluarkan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). TSH tersebut sendiri

menstimulasikan Kelenjar Tiroid untuk mensintesis T3 dan T4. Mekanisme feedback mengatur

kerja poros tersebut .

THYROID SCINTIGRAPHY

Latar Belakang dan Definisi

Tiroid Scintigrafi adalah prosedur untuk menghasilkan satu atau lebih gambaran planar dari

kelenjar tiroid yang diambil 15-30 menit setelah injeksi Tc-99m pertechnetate atau 3-24 jam

setelah menelan Iodium (I-131).

Mekanisme pengaturan sintesis Hormon Tiroid

Page 7: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Sel-sel kelenjar gondok akan menangkap secara aktif ion I dari plasma darah untuk sintesis

hormon T3 dan T4. Dengan demikian bila terhadap penderita diberikan I131 dalam bentuk

garam sodium, ion tersebut akan berkumpul di kelenjar gondok dan dapat dideteksi dari luar.

Kelenjar gondok juga dapat menangkap pertechnetate meskipun tidak untuk membuat hormone

tetapi cukup lama tinggal di tiroid sehingga dapat dipakai untuk membuat scanning (digunakan

radiofarmaka Tc-99m pertechnetate). Dari segi praktis masih tetap dipakai I131 untuk

mempelajari keadaan kelenjar gondok.

Indikasi

A. untuk mencari hubungan struktur kelenjar tiroid (contoh : adanya pembesaran difus atau

nodular) dengan fungsinya. Ini bermanfaat untuk membedakan Toxic nodular goiter

dengan Grave’s disease, juga untuk menentukan jumlah I-131 yahg diberikan untuk

terapi hipertiroidisme.

B. Menghubungkan palpasi dengan hasil scintigrafi sehingga bias menentukan fungsi

daerah yang bermakna secara klinis atau nodul

C. Untuk menemukan jaringan tiroid ektopik (mis : lingual)

D. Membantu evaluasi hipotiroidisme congenital.

E. Evaluasi massa leher atau substernal. Scintigrafi radionuklida bermanfaat untuk

mengkonfirmasi bahwa massa tersebut adalah jaringan tiroid yang fungsional

F. Mendiferensiasikan tiroiditis dan hipertiroidisme dengan Graves’ disease atau

hipertiroisdisme sebab lain.

G. Untuk mengevaluasi nodul tiroid, berfungsi atau tidak atau bahkan suatu nodul yang

otonom, pra dan pasca operasi karsinoma tiroid dan menilai efek terapinya

H. Menilai massa di leher dan mediastinum

I. Menilai laju penimbunan I131 ke dalam tiroid.

Pilihan Radionuklida

a. I-131 dalam bentuk garam sodium (NaI-131). Dosis pemberian 300 uCi secara oral.

Dengan waktu paruh 8,1 hari memungkinkan dapat disimpan.

Page 8: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Energi gamma 364 keV mudah dideteksi dari luar tubuh.

Memancarkan sinar beta sehingga dapat digunakan untuk internal radiasi pada

hyperthyroidism (graves disease) dan kanker thyroid.

b. Tc-99m pernechtate diberikan intravena dengan dosis 2-5 uCi.

Waktu paruhnya pendek (6,02 jam) sehingga beban radiasi terhadap pasien

rendah.

Energi gamma 140 keV, sangat efisien dideteksi oleh kristal skintilasi ukuran 3/8

– ½ inchi.

Bentuk molekulnya sama dengan Iodium, sehingga dapat diserap oleh kelenjar

thyroid namun mudah dilepas kembali.

c. I-123

Waktu paruhnya 13,3 jam.

Energi gamma 159 keV.

Dapat diproduksi melalui cyclotron.

Dari ke–3 radionuklida di atas, Tc-99m merupakan radionuklida yang sekarang banyak

dipakai untuk pemeriksaan thyroid, sedangkan pada kasus post thyroidektomi untuk melihat ada

tidaknya sisa thyroid masih dipakai I-131

Prosedur

A. Persiapan Pasien

a. Pastikan pasien tidak hamil atau menyusui

b. Hindari material yang member efek terhadap konsentrasi radioiodine di tiroid :

i. Obat, seperti hormone tiroid yang mengubah axis hipofisis-tiroid

ii. Makanan yang mengandung yodium

Kecuali dalam kondisi-kondisi spesifik (seperti untuk menentukan apakah sebuah nodul

autonom), scintigrafi tiroid sebaiknya ditunda untuk mengeliminasi efek dari factor-

faktor tersebut.

Page 9: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

B. Pengambilan gambar

1. Instrumentasi

a. Kamera gamma dengan pinhole collimator dan aperture 5 mm atau lebih kecil

b. Rektilinier scanning tiroid juga bias digunakan untuk pencitraan tiroid.

Dibandingkan kamera gamma, scanner lebih baik untuk menentukan ukuran

tiroid dan dan menentukan lokasi nodul tiroid.

2. Posisi pasien

Pasien sebaiknya dalam posisi supine dengan leher diekstensikan dan disokong

dengan meletakkan bantal di bawah bahu. Pada pasien yang tak bias berbaring

telentang, bias juga posisi duduk.

3. Waktu pengambilan

a. Bila memakai Tc-99m pernechtate pencitraan sebaiknya dimulai 15-30 menit

setelah injeksi

Page 10: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

b. Bila memakai I-123, pencitraan bisa diambil 3-4 jam setelah menelan I-123.

Gambar yang diambil pada jam ke 16-24 punya kelebihan memberikan

gambaran tubuh bagian bawah.

c. Bila memakai I-131, pencitraan bisa dilakukan pada 16-24 jam setelah

menelan radioiodine. Diberikan peroral 30 uCi I131, uptake pertama 2 jam,

kedua 24 jam, ketiga 48 jam setelah pemberian I131. Scanning dilakukan 24

jam setelah pemberian. Digunakan alat rectlinier berkristal 3 inci dengan

energi medium, kolimator terfokus dan window 20% (untuk scanning),

sedangkan untuk uptake digunakan probe skintilasi dengan kristal 1x1 inci,

serta kolimator pinhole dan window 20%. Scan dilakukan 800 counts/sm2

dengan posisi anterior lateral dan oblik. Aktivitas maksimum dicari di daerah

leher, scan dimulai dari kaudal ke kranial. Beri tanda dibatas luar leher, dagu,

sternum, dan massa yang teraba.

4. Parameter Pengambilan Gambar

Dengan Tc-99m, gambaran anterior didapatkan dengan 100.000-200.000 counts atau

5 menit. Dengan I-123, biasanya 50.000-100.000 counts atau 10 menit. Kedua sisi

anterior oblique bisa didapatkan bersamaan dengan gambaran anterior. Jarak antara

pinhole aperture dan leher harus diatur agar gambaran tiroid memenuhi 2/3 lapang

pandang.

Cara menghitung uptake : I131 yang akan diberikan kepada pasien dihitung counts nya

permenit dengan phantom berbentuk leher. Dan disebut sebagai counts awal; segera diberikan

radioaktif tersebut untuk ditelan oleh penderita. Lakukan perhitungan aktivitas di leher penderita

2 jam, 24 jam, dan 48 jam setelah pemberian.

Interpretasi

Riwayat penyakit yang memadai dan pemeriksaan fisik yang baik harus diperoleh, terutama

palpasi dari tiroid. Lokasi temuan pada palpasi harus ditandai pada leher si pasien, sehingga

dapat dikorelasikan dengan pencitraan scintigrafi. Hasil temuan lain dari USG atau prosedur

pencitraan diagnostik lainnya sebaiknya tersedia untuk perbandingan dengan gambar yang

diperoleh dari pemeriksaan radionuklir ini. Keseragaman dan intensitas foto tiroid harus

Page 11: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

diperhatikan. Keberadaan, ketiadaan, ukuran, dan lokasi area dimana terjadi peningkatan atau

penurunan uptake harus didapatkan.

Variasi fungsi dari area yang berbeda perlu diperhatikan, dan dibandingkan area fokal yang

terjadi peningkatan atau penurunan fungsi dengan dibandingkan dengan area tiroid yang

berfungsi normal.kelenjar gondok normal berbentuk kupu-kupu dengan sayapnya berupa lobus

kanan dan kiri, dengan ismus di tengah-tengahnya. Batas bawah normal tidak sampai ke sternum.

Lobus kanan biasanya lebih besar. Luas scanning sekitar 20 cm2 untuk dewasa, sedang pada

anak-anak lebih kecil. Tiroid dapat membesar dengan aktivitas tetap merata (struma difusa),

dapat pula berbenjol-benjol karena nodul (struma nodosa). Bila aktivitas nodul kurang dari

sekitarnya disebut cold nodule, bila jauh lebih tinggi dibanding sekitarnya disebut hot nodule,

bila aktivitas sama dengan sekitarnya disebut warm nodule. Cold nodule dapat terjadi pada kista,

adenoma, atau keganasan; hot nodule biasanya suatu nodul autonom. Pada penyakit Grave terjadi

pembesaran tiroid secara difus. Uptake tiroid tidak mutlak menunjukkan fungsi kelenjar gondok,

uptake normal pada 2 jam sekitar 0-14%, pada 24 jam 14-50%, dan pada 48 jam lebih rendah

sedikit dari uptake 24 jam.

Page 12: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Keterbatasan

Bagian kelenjar gondok yang masih berfungsi tetapi dalam tingkat rendah akan tampak sebagai daerah yang cold (tak berfungsi) dibandingkan jaringan yang normal.

RADIOIMMUNOASSAYS

Untuk menentukkan kadar T3-T4 dalam plasma

Teknik pemeriksaan yang digunakan yaitu darah pasien 5 cc (dipisahkan antara plasma

dan sel darah merah)

Plasma darah + Larutan I-125 + Kit hormon triodothyronine (T3) dan thyroxine (T4)

T3 dan T4 yang mengikat I-125 akan mengendap sedangkan yang tidak mengikat akan

tetap dalam cairan

Page 13: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Pisahkan endapan dan cairan

Hitung aktivitas pada endapan dengan alat “ Well Type Counter “

Hasil perhitungan dapat menentukan nilai T3 dan T4 dalam darah yang menggambarkan

fungsi dari thyroid

BAB III

PEMBAHASAN

A. Anatomi Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5

cm dan tebal + 2,5 cm (pada manusia). Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan

besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari), terletak

pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial

kecuali bagian kecil caudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak

dan berlobulus.

1. Bagian Pankreas

Pankreas dapat dibagi ke dalam:

a. Caput Pancreatis, berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagian cekung

duodenum. Sebagian caput meluas di kiri di belakang arteri dan vena mesenterica

superior serta dinamakan Processus Uncinatus.

b. Collum Pancreatis merupakan bagian pancreas yang mengecil dan menghubungkan

caput dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak di depan pangkal vena portae

hepatis dan tempat dipercabangkannya arteria mesenterica superior dari aorta.

c. Corpus Pancreatis berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan

melintang sedikit berbentuk segitiga.

d. Cauda Pancreatis berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan

hubungan dengan hilum lienale.

Page 14: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

GAMBAR 1. Bagian-bagian Pankreas

2. Hubungan

a. Ke anterior: Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum, bursa

omentalis, dan gaster.

b. Ke posterior: Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis, vena

cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra,

glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.

3. Vaskularisasi

a. Arteriae

A.pancreaticoduodenalis superior (cabang A.gastroduodenalis )

A.pancreaticoduodenalis inferior (cabang A.mesenterica cranialis)

A.pancreatica magna dan A.pancretica caudalis dan inferior cabang A.lienalis

b. Venae

Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.

Page 15: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

4. Aliran Limfatik

Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen

akhirnya mengalirkan cairan limfe ke nodi limfe coeliaci dan mesenterica superiores.

5. Inervasi

Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis (vagus).

6. Ductus Pancreaticus

a. Ductus Pancreaticus Mayor (Wirsungi)

Mulai dari cauda dan berjalan di sepanjang kelenjar menuju ke caput, menerima banyak cabang

pada perjalanannya. Ductus ini bermuara ke pars desendens duodenum di sekitar

pertengahannya bergabung dengan ductus choledochus membentuk papilla duodeni mayor

Vateri. Kadang-kadang muara ductus pancreaticus di duodenum terpisah dari ductus

choledochus.

b. Ductus Pancreaticus Minor (Santorini)

Mengalirkan getah pancreas dari bagian atas caput pancreas dan kemudian bermuara ke

duodenum sedikit di atas muara ductus pancreaticus pada papilla duodeni minor.

c. Ductus Choleochus et Ductus Pancreaticus

Ductus choledochus bersama dengan ductus pancreaticus bermuara ke dalam suatu rongga,

yaitu ampulla hepatopancreatica (pada kuda). Ampulla ini terdapat di dalam suatu tonjolan

tunica mukosa duodenum, yaitu papilla duodeni major. Pada ujung papilla itu terdapat muara

ampulla. (Richard S. Snell, 2000)

GAMBAR 2. Ductus Pancreaticus pada Pankreas

B. Fisiologi Pankreas

7

Page 16: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

1. Eksokrin

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan

utama : protein, karbohidrat, dan lemak. Ia juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar,

yang memegang peranan penting dalam menetralkan kimus asam yang dikeluarkan oleh

lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, ribonuklease,

deoksiribonuklease. Tiga enzim petama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein

yang dicernakan, sedangkan neklease memecahkan kedua jenis asam nukleat : asam ribonukleat

dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amilase pankreas, yang menghidrolisis pati,

glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,

sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas, yang menghidrolisis

lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase, yang menyebabkan hidrolisis

ester-ester kolesterol.

Enzim-enzim proteolitik waktu disintesis dalam sel-sel pankreas berada dalam bentuk

tidak aktif ; tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase, yang semuanya secara

enzimtik tidak aktif. Zat-zat ini hanya menjadi aktif setelah mereka disekresi ke dalam saluran

cerna. Tripsinogen diaktifkan oleh suatu enzim yang dinamakan enterokinase, yang disekresi

oleh mukosa usus ketike kimus mengadakan kontak dengan mukosa. Tripsinogen juga dapat

diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk. Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi

kimotripsin, dan prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama.

Penting bagi enzim-enzim proteolitik getah pankreas tidak diaktifkan sampai mereka

disekresi ke dalam usus halus, karena tripsin dan enzim-enzim lain akan mencernakan pankreas

sendiri. Sel-sel yang sama, yang mensekresi enzim-enzim proteolitik ke dalam asinus pankreas

serentak juga mensekresikan tripsin inhibitor. Zat ini disimpan dalam sitoplasma sl-sel kelenjar

sekitar granula-granula enzim, dan mencegah pengaktifan tripsin di dalam sel sekretoris dan

dalam asinus dan duktus pankreas.

pankreas rusak berat atau bila saluran terhambat, sjumlah besar sekret pankreas

tertimbun dalam daerah yang rusak dari pankreas. Dalam keadaan ini, efek tripsin inhibitor

kadang-kadang kewalahan, dan dalam keadaan ini sekret pankreas dengan cepat diaktifkan dan

secara harfiah mencernakan seluruh pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang

10

Page 17: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

dinamakan pankreatitis akut. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti syok,

dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas selama hidup.

Enzim-enzim getah pankreas seluruhnya disekresi oleh asinus kelenjar pankreas. Namun

dua unsur getah pankreas lainnya, air dan ion bikarbonat, terutama disekresi oleh sel-sel epitel

duktulus-duktulus kecil yang terletak di depan asinus khusus yang berasal dari duktulus. Bila

pankreas dirangsang untuk mengsekresi getah pankreas dalam jumlah besar – yaitu air dan ion

bikarbonat dalam jumlah besar – konsentrasi ion bikarbonat dapat meningkat sampai 145

mEq/liter.

Setiap hari pankreas menghasilkan 1200-1500 ml pancreatic juice, cairan jernih yang

tidak berwarna. Pancreatic juice paling banyak mengandung air, beberapa garam, sodium

bikarbonat, dan enzim-enzim. Sodium bikarbonat memberi sedikit pH alkalin (7,1-8,2) pada

pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan

yang sesuai bagi enzim-enzim dalam usus halus.

Enzim-enzim dalam pancreatic juice termasuk enzim pencernaan karbohidrat bernama

pankreatik amilase; beberapa enzim pencernaan protein dinamakan tripsin, kimotripsin,

karboksipeptidase; enzim pencernaan lemak yang utama dalam tubuh orang dewasa dinamakan

pankreatik lipase; enzim pencernaan asam nukleat dinamakan ribonuklease dan

deoksiribonuklease.

Seperti pepsin yang diproduksikan dalam perut dengan bentuk inaktifnya atau

pepsinogen, begitu pula enzim pencernaan protein dari pankreas. Hal ini mencegah enzim-enzim

dari sel-sel pencernaan pankreas.

Enzim tripsin yang aktif disekresikan dalam bentuk inaktif dinamakan tripsinogen.

Aktivasinya untuk tripsin diselesaikan dalam usus halus oleh suatu enzim yang disekresikan oleh

mukosa usus halus ketika bubur chyme ini tiba dalam kontak dengan mukosa. Enzim aktivasi

dinamakan enterokinase. Kimotripsin diaktivasi dalam usus halus oleh tripsin dari bentuk

inaktifnya, kimotripsinogen. Karboksipeptidase juga diaktivasi dalam usus halus oleh tripsin.

Bentuk inaktifnya dinamakan prokarboksipeptidase.

2. Endokrin

11

Page 18: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Tersebar di antara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok kecil sel epitelium

yang jelas terpisah dan nyata. Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil/ kepulauan Langerhans

yang bersama-sama membentuk organ endokrin.

Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin adalah :

a. Insulin

Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang

dihubungkan oleh jembatan disulfida. Terdapat perbedaan kecil dalam komposisi asam amino

molekul dari satu spesies ke spesies lain. Perbedaan ini biasanya tidak cukup besar untuk dapat

mempengaruhi aktivitas biologi suatu insulin pada spesies heterolog tetapi cukup besar untuk

menyebabkan insulin bersifat antigenik.

Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke

aparatus golgi, tempat ia mengalami pengemasan dalam granula-granula berlapis membran.

Granula-granula ini bergerak ke dinding sel melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulus

dan membran granula berfusi dengan membran sel, mengeluarkan insulin ke eksterior melalui

eksositosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel kapiler

yang berpori mencapai aliran darah.

Waktu paruh insulin dalam sirkulasi pada manusia adalah sekitar 5 menit. Insulin

berikatan dengan reseptor insulin lalu mengalami internalisasi. Insulin dirusak dalam endosom

yang terbentuk melalui proses endositosis. Enzim utama yang berperan adalah insulin protease,

suatu enzim di membran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.

b. Glukagon

Molekul glukagon adalah polipepida rantai lurus yang mengandung 29n residu asam

amino dan memiliki molekul 3485. Glukagon merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai

prinsip aktivitas fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini

dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam

amino, gliserol, dan asam laktat, menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati

mengeluarkan glukosa ke dalam darah, dan kadar gula darah meningkat.

Sekresi dari glukagon secara langsung dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem

feed-back negative. Ketika kadar gula darah menurun sampai di bawah normal, sensor-sensor

kimia dalam sel-sel alfa dari pulau Langerhans merangsang sel-sel untuk mensekresikan

12

Page 19: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

glukagon. Ketika gula darah meningkat, tidak lama lagi sel-sel akan dirangsang dan produksinya

diperlambat.

Jika untuk beberapa alasan perlengkapan regulasi diri gagal dan sel-sel alfa

mensekresikan glukagon secara berkelanjutan, hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) bisa

terjadi. Olahraga dan konsumsi makanan yang mengandung protein bisa meningkatkan kadar

asam amino darah juga menyebabkan peningkatan sekresi glukagon. Sekresi glukagon dihambat

oleh GHIH (somatostatin).

Glukagon kehilangan aktivitas biologiknya apabila diperfusi melewati hati atau apabila

diinkubasi dengan ekstrak hati, ginjal atau otot. Glukagon juga diinaktifkan oleh inkubasi dengan

darah. Indikasinya ialah bahwa glukagon dihancurkan oleh sistem enzim yang sama dengan

sistem yang menghancurkan insulin dan protein-protein lain.

GAMBAR 5. Regulasi Insulin dan Glukagon

c. Somatostatin

Somatostatin dijumpai di sel D pulau langerhans pankreas. Somatostatin menghambat

sekresi insulin, glukagon, dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja lokal di dalam pulau-

pulau pankreas. Penderita tumor pankreas somatostatin mengalami hiperglikemia dan gejala-

gejala diabetes lain yang menghilang setelah tumor diangkat. Para pasien tersebut juga

mengalami dispepsia akibat lambatnya pengosongan lambung dan penurunan sekresi asam

lambung, dan batu empedu, yang tercetus oleh penurunan kontraksi kandung empedu.

14

Page 20: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

Sekresi somatostatin pankreas meningkat oleh beberapa rangsangan yang juga

merangsang sekresi insulin, yakni glukosa dan asam amino, terutama arginin dan leusin. Sekresi

juga ditingkatkan oleh CCK. Somatostatin dikeluarkan dari pankreas dan saluran cerna ke dalam

darah perifer.

d. Polipeptida pankreas

Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel

F pulau langerhans. Hormon ini berkaitan erat dengan polipeptida YY (PYY), yang ditemukan di

usus dan mungkin hormon saluran cerna; dan neuropeptida Y, yang ditemukan di otak dan

sistem saraf otonom.

Sekresi polipeptida ini meningkat oleh makanan yang mengandung protein, puasa,

olahraga, dan hipoglikemia akut. Sekresinya menurun oleh somatostatin dan glukosa intravena.

Pemberian infus leusin, arginin, dan alanin tidak mempengaruhinya, sehingga efek stimulasi

makanan berprotein mungkin diperantarai secara tidak langsung. Pada manusia, polipeptida

pankreas memperlambat penyerapan makanan, dan hormon ini mungkin memperkecil fluktuasi

dalam penyerapan. Namun, fungsi faal sebenarnya masih belum diketahui.

PANCREAS SCINTIGRAPHY

Diagnosis imaging dari penyakit pankreas telah ditemukan terutama deskripsi dari patologi

anatomi. Meskipun terjadi peningkatan pada teknologi cross-sectional structural imaging,

banyak dari penyakit pankreas yang terdeteksi melalui diagnosis anatomi secara berdiri sendiri.

Seperti contohnya, tingkat keparahan dari pankreatitis akut hanya bisa disimpulkan dengan

perubahan morfologi non-spesifik pankreas itu sendiri dan jaringan yang berdekatan, Yang

nampak pada kemunculan komplikasi seperti pembentukan massa radang, nekrosis pankreas, dan

kumpulan cairan di sekitar pankreas. Pada Pankreatitis kronik yang ringan sampai sedang,

keparahan dari abnormalitas morfologi ductus atau kelenjar tidak berhubungan dengan disfungsi

eksokrin. Gambaran bahwa fisiologi lebih menggambarkan penyakit dibandingkan anatomi,

dengan demikian bisa berguna pada studi fisiologi pankreas dan penyakitnya. Fungsional

imaging petama dari pankreas diperkenalkan oleh Blau dan Bender pada menggunakan 75 Se-

selenomethionine. Namun sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1962, Fungsional

imaging pankreas menggunakan 75 Se-selenomethionine tidak begitu berkembang, karena

tingkat keberhasilannya yang hanya rata-rata. Dan prosedur rutin menggunakan 75 Se-

15

Page 21: Kedokteran Nuklir Kelenjar Tiroid dan pankreas

selenomethionine ini hanya digunakan pada sebagian kecil pusat medis saja. Hanya 95% dari

subject yang didapati hasil normal yang bebas dari penyakit pankreas, sedangkan hanya 60% dari

subject yang didapati hasil abnormal yang mengalami penyakit pankreas. Hal ini yang

menyebabkan perkembangan radiofarmasi untuk diagnosis pankreas tidak begitu berkembang.

Fisiologi imaging agen yang ada untuk pankreas adalah asam amino, terutama 75 Se-

selenomethionine atau C-labeled L-methionine. Pada saat ini banyak penelitian yang dilakukan

untuk mendapatkan Fisiologi imaging yang lebih baik dari 75 Se-selenomethionine, seperti

Carbon-11-acetat dan iodine-123-HIPDM.