kebutuhan perawatan periodontal pada pasien …...berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter atau...
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana
2018
Kebutuhan Perawatan Periodontal pada
pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
Husni, Rahmi
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8062
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA
PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
RAHMI HUSNI
NIM : 110600065
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2018
Rahmi Husni
Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Padang Bulan Kecamatan Medan Baru
x + 36 halaman
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang mempunyai
karakteristik hiperglikemi dan terjadi akibatkelainansekresi insulin, kerja insulin,
ataukeduanya. Periodontitis merupakan penyakit periodontal yang menjadi salah satu
komplikasi penderita Diabetes Melitus. Penyebab utama periodontitis adalah bakteri
plak yang terakumulasi mengakibatkan inflamasi pada sulkus gingiva. Penelitian
sebelumnya telah menyatakan bahwa ada hubungan timbale balik antara periodontitis
dengan Diabetes Melitus dan Diabetes Melitus dengan periodontitis. Penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa Diabetes Melitus dapat memperburuk kondisi
periodontal, dan periodontitis dapat mempengaruhi kontrol glikemik penderita
Diabetes Melitus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan perawatan
periodontal pada pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Padang Bulan Medan. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian ini
dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dua puluh lima orang subjek
penderita Diabetes Melitus dengan dilakukan pemeriksaan skor Community
Periodontal Indeks Treatment Needs (CPITN). Hasil penelitian ini menunjukkan
kebutuhan perawatan periodontal pada Diabetes Melitus didominasi skor 2, yaitu
memerlukan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut.
Kata Kunci : Kebutuhan Perawatan Periodontal, Diabetes Melitus, Periodontitis
Daftar Rujukan : 32 (2002-2017)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faculty of Dentistry
Department of Periodontology
2018
Rahmi Husni
Periodontal Treatment Needs in Diabetes Mellitus Patients at Padang Bulan
Health Center Kecamatan Medan Baru
x + 36 Pages
Diabetes Mellitus is a metabolic disease that has characteristics of
hyperglycemia and occurs due to abnormalities of insulin secretion, insulin work, or
both. Periodontitis is a periodontal disease which is one of the complications of
people with diabetes mellitus. The main causes of periodontitis are plaque bacteria
that accumulate resulting in inflammation of the gingival sulcus. Previous studies
have suggested that there is a reciprocal relationship between periodontitis and
diabetes mellitus and diabetes mellitus with periodontitis. Previous studies have
suggested that Diabetes Mellitus may aggravate periodontal conditions, and
periodontitis may affect glycemic control of people with Diabetes Mellitus. The
purpose of this study was to determine the need for periodontal treatment in Diabetes
Mellitus patients at Padang Bulan Medan Health Center. This type of research is
descriptive research with survey methods. The subjects of this study were selected
using purposive sampling technique, twenty-five subjects with diabetes mellitus by
examining the score of Community Periodontal Index Treatment Needs (CPITN).
The results of this study indicate that the need for periodontal treatment in diabetes
mellitus is dominated by score 2, which requires scaling and improvement of oral
hygiene.
Keywords : Periodontal treatment need, Diabetes Melitus, Periodontitis
Referrences : 32 (2002-2017)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebutuhan Perawatan
Periodontal pada Pasien Diabetes Melitus di Puskemas Padang Bulan Medan”
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda Syamsir dan Ibunda Sudiarna yang telah
membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, nasehat, semangat,
dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada saudara penulis yaitu Annisak Fauzianati dan Masna Imama
yang selalu memberikan dukungan dan dorongan semangat kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, M.Kes., Sp.RKG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K) selaku Ketua Departemen
Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Zulkarnain, drg., M.Kes dan Armia Syahputra, drg., Sp.Perio selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran, nasehat, dorongan,
serta meluangkan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabaran kepada penulis selama
penelitian dan penulisan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Krisnamurthy Pasaribu, drg., Sp. Perio selaku dosen penguji skripsi yang
telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Wandaniya Farahanny, drg., M.Dsc., Sp. KG selaku penasehat akademik
yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.
7. Kepala Puskesmas Padang Bulan Medan dan beserta staf yang telah
memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
8. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Dziah, Chairani, Rahmy, Nadya,
Rahayu, Citra, Kiki, Zilda dan Kakanda Aida atas segala bantuan, perhatian,
dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal sampai akhir penulisan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Ira
Laila dan Annisa Zahra atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi.
10. Keluarga besar Komunitas Muslim FKG USU dan keluarga besar
Beastudi Etos Medan yang telah memberikan dukungan, bantuan, do’a dan semangat
kepada penulis.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu
Penulis sadar skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
masyarkat dan pengembangan disiplin ilmu Departemen Periodonsia, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan masyarakat.
Medan, 27 Juli 2018
Penulis,
Rahmi Husni
NIM : 110600065
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ .
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... .
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ............................................................ .
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
1.4.1 Manfaat Praktis ......................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Teoritis ........................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus................................................................................ 4
2.1.1 Klasifikasi................................................................................ 4
2.1.2 Etiologi .................................................................................... 5
2.1.3 Faktor Risiko ........................................................................... 6
2.1.4 Manifestasi Diabetes terhadap Rongga Mulut.......................... 7
2.2 Periodontitis....................................................................................... 10
2.3 Hubungan Diabetes Melitus dengan Periodontitis ............................. 11
2.4 Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Diabetes Melitus.............. 13
2.4.1 Indeks Pengukuran.................................................................... 13
2.5 Kerangka Teori................................................................................... 15
2.6 Kerangka Konsep................................................................................ 16
2.7 Hipotesis............................................................................................. 17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 18
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................. 18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
3.2.1 Tempat Penelitian ..................................................................... 18
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 18
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................... 18
3.3.1 Populasi ..................................................................................... 18
3.3.2 Sampel ....................................................................................... 18
3.3.3 Besar Sampel ............................................................................ 18
3.3.4 Kriteria Inklusi .......................................................................... 19
3.3.5 Kriteria Eksklusi ....................................................................... 19
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 19
3.4.1 Variabel Bebas .......................................................................... 19
3.4.2 Variabel Terikat ........................................................................ 20
3.4.3 Variabel Terkendali .................................................................. 20
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali ........................................................ 20
3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 20
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 21
3.6.1 Alat Penelitian ........................................................................... 21
3.6.2 Bahan Penelitian ....................................................................... 21
3.7 Prosedur Penelitian ............................................................................ 22
3.7.1 Skema Alur Penelitian ............................................................... 23
3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Data Demografis Subjek Penelitian................................................... 24
4.2 Gambaran Kondisi Rongga Mulut..................................................... 25
4.3 Distribusi Status Periodontal terhadap Lamanya Menderita
Penyakit Diabetes Melitus…….……………………………......…..
25
4.4 Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Penderita Penyakit
Diabetes Melitus ...............................................................................
26
BAB 5 PEMBAHASAN …………………………………………………….. 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….... 31
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Skor Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Periodontal ...... 13
2 Distribusi Data Demografis Subjek Penelitian …………………… 24
3 Gambaran Kondisi Rongga Mulut Subjek Penelitian …………….. 25
4 Distribusi status periodontal terhadap lamanya menderita penyakit
Diabetes Melitus …………………………………………………… 26
5 Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal Penderita Penyakit
Diabetes Melitus ………………………………................................... 26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema hubungan diabetes melitus dan periodontiti ................................ 12
2 Prob WHO ............................................................................................... 21
3 Pemeriksaan periodontal .......................................................................... 23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
2 Lembar persetujuan setelah penjelasan ( Informed consent)
3 Kuesioner penelitian
4 Jadwal Kegiatan Skripsi
5 Anggaran Biaya Penelitian
6 Data Personalia Peneliti
7 Surat Izin Penelitian
8 Ethical Clearance
9 Hasil Data Penelitian
10 Hasil Pengecekan Keplagiatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik berupa gangguan metabolisme
dengan beberapa komplikasi utama akibat kurangnya sekresi dan atau fungsi insulin.1
International Diabetes melitus Federation (IDF) mengestimasi sebanyak 415 juta
orang di dunia terkena diabetes melitus pada tahun 2015 dan diperkirakan pada tahun
2040 meningkat menjadi 642 juta orang.2 Departemen Kesehatan RI dan World
Health Organization (WHO) memprediksikan kenaikan jumlah penderita Diabetes
melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 meningkat pada tahun 2030
menjadi 21,3 juta orang.3,4 Prevalensi diabetes melitus meningkat berkaitan dengan
pertumbuhan populasi, penuaan, bertambahnya prevalensi obesitas dan kurangnya
aktifitas fisik.5 Menurut Riskesdas (2013) prevalensi DM di Sumatera Utara
berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter atau gejala adalah sebesar 2,3%.6
Puskesmas Padang Bulan Medan mencatat data Diabetes melitus sebanyak 1100
kasus dan termasuk 10 besar penyakit sepanjang tahun 2014.7
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah
yang tinggi.5 Salah satu komplikasi diabetes melitus yang cukup serius di bidang
kedokteran gigi yaitu oral diabetic, yang meliputi xerostomia, gingivitis, periodontitis
dan lain sebagainya. Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan penyangga gigi
dan menjadi komplikasi yang sering terjadi pada pasien diabetes melitus dengan
prevalensi mencapai 75%. Diabetes melitus meningkatkan resiko alveolar bone loss
dan attachment loss pada jaringan periodontal tiga kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan penderita non diabetes melitus. Penderita diabetes melitus mempunyai
kecenderungan untuk menderita periodontitis lebih besar dibandingkan dengan yang
tidak menderita diabetes melitus. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada
pembuluh darah, gangguan fungsi netrofil, sintesisi kolagen, faktor mikrobiotik dan
predisposisi genetik.4,8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Penderita diabetes melitus mengalami perubahan metabolisme sehingga
menimbulkan serangkaian perubahan pada jaringan periodonsium yang mengarah
pada destruksi periodontal.8 Periodontitis dapat mengganggu kontrol metabolik dan
keberhasilan perawatan diabetes melitus terkait dengan aktifitas mekanisme
pertahanan yang disebut sebagai respon fase akut.9 Maka, terdapat hubungan dua
arah antara diabetes melitus dan periodontitis sehingga perawatan periodontal
memegang peranan penting.10 Diabetes melitus dan penyakit jaringan periodontal
yaitu kelainan kronis yang multifaktorial dan secara signifikan menurunkan kualitas
hidup pasien.9 Peningkatan prevalensi diabetes melitus dengan periodontitis sebagai
komplikasinya membutuhkan perawatan yang lebih besar, baik terhadap penyakit
diabetes melitusnya maupun terhadap periodontitis. Sehingga diabetes melitus dan
periodontitis diperlukan perhatian baik dari dokter yang merawatnya atau dari dokter
gigi yang terlibat.
Preferansow E dkk meneliti 275 pasien diabetes melitus yang terkontrol dan
tidak terkontrol, 32.4% diantaranya membutuhkan perawatan periodontal
komprehensif (TN3) dan hanya 3.6% yang tidak membutuhkan perawatan
periodontal (TN0). Tingkat keparahan penyakit periodontal pada diabetes melitus
dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas kolagenase, yang menyebabkan
prevalensi kerusakan gingiva, gangguan kekebalan tubuh dan perkembangan intensif
flora bakteri.9
Penelitian yang dilakukan oleh Bakhshandeh S dkk tidak menemukan
satupun periodonsium yang sehat pada pasien diabetes melitus. Status periodontal
pasien diabetes melitus yang buruk mengindikasikan adanya kebutuhan untuk
mengadakan program promosi kesehatan mulut yang komprehensif untuk penderita
diabetes melitus, berdasarkan kolaborasi antara kesehatan gigi dan kesehatan umum
profesional yang terlibat dalam perawatan diabetes melitus.11
Berdasarkan penelitian Das M dkk yang meneliti 223 pasien diabetes melitus
dan 236 pasien non-diabetes melitus, menunjukkan hasil bahwa 69.9% pasien
diabetes melitus dan 45.3% pasien non-diabetes melitus membutuhkan intruksi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
kesehatan mulut dan scalling. Penyakit periodontal ditemukan lebih parah pada
pasien diabetes melitus daripada pasien non-diabetes melitus.4
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kebutuhan perawatan periodontal pada pasien diabetes melitus. Penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam melaksanakan tindakan dental
terkait dengan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien diabetes melitus.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit
diabetes melitus yang dilihat berdasarkan skor CPITN?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit
diabetes melitus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi pasien diabetes melitus yaitu menambah pengetahuan dan
info tentang tingkat kebutuhan perawatan periodontal
2. Manfaat bagi klinisi / dokter gigi yaitu masukan bagi dokter gigi untuk
merencanakan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut serta perawatan
periodontal yang tepat bagi pasien diabetes melitus.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan peneliti mengenai
penyakit periodontal serta pengembangan kemampuan peneliti dalam menulis.
2. Manfaat bagi akademisi yaitu memberikan dasar pengetahuan dan
pengembangan yang dapat dijadikan sumber gagasan, sehingga dapat diaplikasikan
pada penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang Periodonsia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh
adanya hiperglikemi yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektivitas
insulin.12 Hal ini disebabkan karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan
insulin secara adekuat. Penderita diabetes melitusmengalami gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolut.12,13 Insulin merupakan hormon yang diproduksi
pankreas untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya di dalam tubuh agar tetap seimbang.12,14Insulin berfungsi
sebagai alat yang membantu gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi.Penderita Diabetes melitus akan
ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia
(banyak minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan. Diabetes
melitus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan menyebabkan kerusakan
vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi.14,15
2.1.1 Klasifikasi Diabetes melitus
Berdasarkan klasifikasinya, DM dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:15
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 disebut juga Insulin Dependent Diabetes melitus
Mellitus (IDDM), terjadi karena adanya gangguan produksi insulin akibat kerusakan
sel β pankreas. Patofisiologinya yaitu karena adanya reaksi autoimun akibat
peradangan pada sel β sehingga menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel β yang
disebut ICA (Islet CellAntibody). Reaksi antigen (sel β) dengan antibodi ICA yang
ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel β. Selain karena autoimun, Diabetes
melitus tipe 1 juga bisa disebabkan virus Cocksakie, Rubella, Citomegalo Virus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
(CMV), Herpes dan lain-lain. Penderita diabetes melitus tipe 1 umumnya terdiagnosa
pada usia muda.15
2. Diabetes melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes
melitusMellitus (NIDDM), terjadi karena kerusakan molekul insulin atau gangguan
reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan fungsi insulin untuk mengubah
glukosa menjadi energi. Diabetes melitus tipe 2 memiliki jumlah insulin yang normal
dalam tubuh bahkan jumlahnya bisa meningkat, namun karena jumlah reseptor
insulin pada permukaan sel berkurang menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel
lebih sedikit. Hal ini menyebabkan sel kekurangan jumlah glukosa dan kadar glukosa
menjadi tinggi didalam pembuluh darah.15
2.1.2 Etiologi
Diabetes melitusdisebabkan karena beberapa faktor yang mengakibatkan
sekresi insulin menurun atau resistensi insulin ditambah dengan kebiasaan gaya
hidup, seperti makan berlebih (terutama diet tinggi lemak), kurang berolahraga dan
obesitas yang dihasilkan, sebagai faktor lingkungan dan berakibat pada aksi insulin
yang tidak mencukupi. Diperkirakan bahwa kebanyakan kasus melibatkan beberapa
faktor genetik. Berkurangnya sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin
keduanya terlibat dalam onset diabetes melitus tipe 2, namun proporsi keterlibatannya
berbeda-beda pada masing-masing pasien. Fungsi b-sel pankreas dipertahankan
sampai tingkat tertentu, dan injeksi insulin jarang diperlukan untuk bertahan hidup.
Namun, komplikasi seperti infeksi, bisa menyebabkan ketoasidosis untuk sementara
dan sekresi insulin menjadi berkurang pada respon sekretorik awal setelah beban
glukosa. Sifat diabetes melitus tipe 2 jelas tidak seragam, tetapi dikelompokkan
sesuai dengan ada tidaknya obesitas dan perbedaan tingkat keterlibatan penurunan
sekresi insulin dan penurunan sensitivitas insulin.16
2.1.3 Faktor Risiko Diabetes melitus
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap resistensi atau
defisiensi insulin yaitu:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
1. Umur
Peningkatan risiko diabetes melitus seiring dengan penambahan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai
terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan
berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada
individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel
otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot
sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.17
2. Obesitas
Seseorang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita diabetes melitus.
Kelompok dengan risiko diabetes melitus terbesar adalah kelompok obesitas, dengan
odds 7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal. Penelitian
menurut Sunjaya menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai
risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes melitus dibandingkan dengan
individu yang tidak mengalami obesitas.17
Adanya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes melitus ini disebabkan
oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan
lemak yang merupakan faktor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan
meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA
ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran plasma, dan
menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose.17
3. Hipertensi
Ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan diabetes melitus.
Seseorang yang terkena hipertensi berisiko lebih besar untuk menderita diabetes
melitus, dengan odds 6,85 kali lebih besar dibanding orang yang tidak hipertensi.
Penelitian menurut Sunjaya menemukan bahwa individu yang mengalami hipertensi
mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes melitus dibanding
individu yang tidak hipertensi.17
Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh
hipertensi terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
darah arteri sehingga diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan
menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu.17.
4. Riwayat Keluarga
Seorang yang menderita diabetes melitus diduga mempunyai gen diabetes
melitus yaitu bakat diabetes melitus merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita diabetes melitus. DM
tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah
lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal
terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau
saudara kandung mengalami penyakit DM.18
2.1.4 Manifestasi Diabetes melitus terhadap Rongga Mulut
Beberapa manifestasi diabetes melitus terhadap rongga mulut yaitu:
1. Xerostomia
Diabetes melitus menyebabkan suatu kondisi disfungsi sekresi kelenjar saliva
yang disebut xerostomia, dimana kualitas dan kuantitas produksi saliva di rongga
mulut menurun.19Mulut kering atau xerostomia adalah keluhan yang paling sering
dirasakan oleh penderita DM yang tidak terkontrol, tidak tediagnosa, tidak terkontrol
dengan baik dengan adanya penurunan saliva. Penelitian yang dilakukan Kartimah
menjelaskan penyebab terjadinya xerostomia pada DM terjadi karena gangguan
kongenital neuropati atau karena adanya kerusakan pada nervus kranial VII (nevus
fasialis) dan nervus kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus yang
menginervasi kelenjar parotis sumber penghasil saliva.20
2. Periodontitis
Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang biasanya berasal dari plak
gigi yang dapat mengakibatkan penghancuran progrsif jaringan ikat periodontal dan
tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi, atau keduanya.21 Penderita DM
memiliki sistem imun yang rendah sehingga mudah terkena infeksi sehingga
periodontitis dan diabetes melitus mempunyai hubungan timbal balik dan saling
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
berhubungan. C-Reactive protein merupakan suatu alfa-globulin yang diproduksi di
hepar dan kadarnya akan meningkat tinggi pada proses peradangan serta kerusakan
jaringan. Periodontitis, bakteri atau produknya (seperti LPS) menginvasi jaringan
secara indirect, merangsang makrofag dan monosit untuk menghasilkan mediator
inflamasi seperti sitokin, khususnya IL-6 dan IL-1. Peningkatan mediator inflamasi
akan merangsang produksi dan mengaktivasi enzim yang merusak jaringan ikat,
mematikan fibroblas, meningkatkan produksi osteoklas, dan mematikan sel
osteoblas.22
3. Burning Mouth Syndrom
Penderita diabetes melitus biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau
mati rasa pada mulutnya.Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih
saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari selaput lendir yang disertai keluhan
mulut terasa seperti terbakar.20
4. Oral thrush
Penderita diabetes melitus yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk
memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah.
Penderita diabetes melitus yang merokok memiliki risiko terjadinya infeksi jamur
jauh lebih besar. Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang
disebabkan oleh jamur candida ada di dalam mulut. Tubuh penderita diabetes melitus
kronis lebih rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik yang
dapat mengganggu keseimbangan bakteri di dalam mulut dan mengakibatkan jamur
candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant thrush.23
Lesi terkait Candida meliputi stomatitis yang diinduksi gigi tiruan, angular
chelitis dan glossitis median rhomboid yang memiliki etiologi bakteri dan jamur
campuran.Angular cheilitis terlihat di bibir komisura sebagai lesi pengerasan
eritematosa. Lesi tersebutdilaporkan terjadi pada penderita diabetes melitus dengan
kontrol glikemik yang buruk. Median rhomboid glossitis terlihat pada permukaan
dorsal lidah sebagai kumpulan eritematosa berbentuk berlian pada garis tengah.24
Diabetes melitus berpengaruh dengan perkembangan lesi jaringan lunak mulut
tertentu,pengaruh ini tidak dilaporkan secara konsisten pada populasi diabetes melitus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
yang berbeda. Terdapat juga laporan tentang prevalensi fissure tounge, iritasi
fibroma,traumatic ulcers, lichen planus, stomatitis aphthosa rekuren, serta infeksi
jamur, seperti oral kandidiasis. Pengaruh ini dikarenakanimunosupresan kronis,
penyembuhan yang tertunda dan atau hipofungsi saliva.25
5. Karies
Karies adalah penyakit kronis umum yang menyebabkan rasa sakit dan
kerusakan gigi pada semua kelompok usia. Jika tidak diobati, karies gigi bisa
menyebabkan rasa sakit, infeksi, kehilangan gigi, dan akhirnya edentulisme.
Kehadiran manifestasi oral ini dapat menghambat kualitas hidup, nutrisi, dan,
berpotensi, pengendalian glikemik. Penderita DM rentan terhadap kondisi mulut
lainnya, seperti kelainan periodontal dan kelenjar ludah, yang dapat meningkatkan
risiko pengembangan karies gigi baru dan rekuren. Tinjauan terhadap literatur
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang jelas antara DM dan karies gigi,
namun beberapa penelitian telah melaporkan riwayat karies gigi yang lebih banyak
pada orang dengan DM. Berkurangnya sekresi saliva, peningkatan karbohidrat pada
kelenjar parotid, pertumbuhan flora mulut, peningkatan jumlah Streptokokus mutans
dan Lactobacilli adalah beberapa faktor yang berperan pada mulut penderita diabetes
melitus terhadap kejadian karies gigi yang lebih tinggi.25Diabetes melitus menjadi
faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya jumlah karies dikarenakan pada diabetes
melitus aliran cairan darah mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai
substrat kariogenik. Penderita diabetes melitus mengalami penurunan jumlah air liur
sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan jika makanan dari golongan
karbohidrat melekat bercampur dengan bakteri yang ada pada permukaan gigi dan
tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun,
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau karies gigi.23
2.2 Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
merupakan hasil respon antara sistem kekebalan tubuh dengan infeksi bakteri gram-
negatif sehingga menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, yaitu gingiva,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar. Tiga karekteristik utama yang
dimiliki oleh agen patogenesis periodontitis adalah kemampuan berkolonisasi,
kemampuan menghindar dari respon pejamu dan kemampuan memproduksi substansi
eksotoksin yang dapat membunuh netrofil. Selain tiga karakteristik tersebut, Actino-
bacillus actinomy cetemcomitans mampu melewati sel-sel epitel penyatu dari saku
periodontal dan berinvasi ke jaringan ikat dibawahnya. Porphyromonas gingivalis
hanya dapat berinvasi di antara sel-sel epitel penyatu. Akibat terjadi serangan bakteri,
pejamu akan menghasilkan sel-sel inflamasi yang merespon dengan jalan migrasi
khemotaksis dan berkumpul pada daerah tertentu dimana sel-sel tersebut akan
memfagositosis bakteri atau menyingkirkan jaringan yang telah rusak.26
Kerusakan jaringan pada periodontal menyebabkan hancurnya serat kolagen
dari ligamen periodontal, yang mengakibatkan pembentukan poket periodontal antara
gingiva dan gigi. Poket tidak dapat ditemui pada pemeriksaan visual sederhana, dan
penilaian dengan menggunakan prob periodontal sangat penting. Periodontitis adalah
penyakit yang berkembang perlahan namun kerusakan jaringan yang terjadi sebagian
besar tidak dapat diubah. Tahap awal, kondisinya biasanya asimtomatik; biasanya
tidak menyakitkan, dan banyak pasien tidak sadar sampai kondisi ini berkembang
cukup untuk menghasilkan mobilitas gigi. Pokettersebut semakin dalam sebagai hasil
dari bentuk penghancuran serat ligamentum periodontal disebut sebagai kehilangan
keterikatan dan resorpsi tulang alveolar yang terjadi bersamaan dengan hilangnya
perlekatan yang progresif. Periodontitis tingkat lanjut ditandai dengan eritema gema
dan edema, perdarahan gingiva, resesi gingiva, mobilitas gigi, drifting gigi, supurasi
dari kantong periodontal, dan kehilangan gigi. Periodontitisparah yang mengancam
retensi gigi ditemukan 10-15% orang dewasa darijumlah populasi yang diteliti dan
eriodontitis sedang ditemukan 40-60% orang dewasa.27
Periodontitis merupakan penyakit radang kronis yang sangat umum, namun
sebagian besar tersembunyi. Selain itu, ia memiliki dampak negatif dan mendalam
pada banyak aspek kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup, yang mempengaruhi
kepercayaan diri, interaksi sosial dan pilihan makanan. Faktor risiko untuk penyakit
periodontal meliputi diabetes melitus, kondisi yang terkait dengan tanggapan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
kekebalan yang dikompromikan (misalnya HIV), merokok, kekurangan nutrisi,
osteoporosis, obat-obatan yang menyebabkan pertumbuhan berlebih gingiva yang
disebabkan obat (beberapa penghambat saluran kalsium, fenitoin, ciclosporin), faktor
genetik (belum didefinisikan secara tepat), dan faktor lokal (defisiensi anatomis pada
tulang alveolar).27
2.3 Hubungan Diabetes Melitus dengan Periodontitis
Periodontitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita
diabetes melitus.20Beberapa peneliti menyatakan bahwa keparahan penyakit
periodontal pada penderita DM dipengaruhi oleh penurunan respon
imun.Hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan komplikasi berupa
mikrovaskuler yang ditandai dengan peningkatan Advanced glycation
endproduct(AGE) pada plasma dan jaringan. AGE akan berinteraksi dengan RAGE
pada endotel sehingga menimbulkan stres oksidatif menyebabkan terjadinya
gangguan pembuluh darah pada jaringan periodontal. Gangguan pembuluh darah
akan menyebabkan gangguan distribusi nutrisi dan oksigen pada jaringan periodontal,
sehingga bakteri gram negatif anaerob yang merupakan bakteri komensal pada poket
periodontal akan menjadi lebih patogen. Gangguan pembuluh darah juga akan
mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme dalam jaringan periodontal, sehingga
akan terjadi toksikasi jaringan periodontal dan gingiva. 17
Penderita diabetes melitusmengalamipeningkatankadar glukosa dalam darah
dan cairan gingival yang merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan
bakteri secara kualitatif. Perubahan tersebut mengarah pada penyakit periodontal
yang berat. Perubahandalam proses penyembuhan luka adalah masalah umum pada
penderitadiabetes melitus. Proses penyembuhan luka pada jaringan periodontal
berubah pada orang dengan hiperglikemia yang berkelanjutan, yang mengakibatkan
meningkatnya bone loss dan kehilangan perlekatan jaringan periodontal.28
Diabetes melitus merupakan faktor risiko gingivitis dan periodontitis, dan
tingkat kontrol glikemik menjadi faktor penting dalam hubungan ini. Bridge dkk.
menyatakan bahwa diabetes melitus mempengaruhi semua parameter periodontal,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
termasuk skor pendarahan, kedalaman saku, kehilangan perlekatan dan kehilangan
gigi. Penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol menderita kelainan fungsi sel
pertahanan utama periodonsium yaitu tidak seimbangnya fungsi kemotaksis dan
fagositosis yang menyebabkan penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap
infeksi.28
Periodontitis juga dapat memperburuk kontrol glikemik pada penderita
diabetes melitus.Menurut penelitian Grosso dan Genco, penyakit periodontal dapat
meningkatkan tingkat keparahan diabetes melitus. Penelitian tersebut menyatakan
bahwa terdapat hubungan dua arah antara diabetes melitus dengan penyakit
periodontal dengan berinteraksi untuk meningkatkan kerusakan jaringan. Infeksi
kronis dalam respon inflamasi pada penderita diabetes melitus meningkatkan
kerusakan jaringan periodonsium pada penderita diabetes melitus, sedangkan infeksi
periodontal dapat menyebabkan keadaan resistensi insulin kronis sehingga mengubah
kontrol metabolisme glukosa. Maka terjadilah siklus degeneratif dimana diabetes
melitus menyebabkan penurunan imunitas yang kemudian mempengaruhi kontrol
metabolisme glukosa dan memberikan dampak negatif terhadap diabetes melitus. 28
Gambar 2. Skema hubungan diabetes melitus dan periodontitis
Diabetes Melitus
AGE meningkat sejalan dengan kadar gula darah
Stres oksidatif menyebabkan gangguan
Mikrovaskular
Perubahan nutrisi dan penyembuhan jaringan,
menginduksi perubahan bakteri
Rentan Infeksi dan Sintesa kolagen menurun
Periodontitis
Sintesa dan sekresi sitokin
Peningkatan resistensi insulin dan mengganggu
kontrol glikemik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
2.4 Kebutuhan Perawatan Periodontal
Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang artinya
berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita DM lebih rentan terhadap
infeksi terutama pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol. Bila dilakukan
skeling pada penderita diabetes melitus tanpa tindakan profilaksis dapat
menyebabkan timbulnya abses periodontal.29
2.4.1 Indeks Pengukuran
Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dikembangkan oleh
Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli WHO. CPITN memungkinkan
melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan
perawatannya.1,11
Prinsip kerja CPITN yaitu: 7,30,31
1. Adanya prob khusus (prob WHO).
Prob ini memiliki ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Prob ini
digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku dan terdapat
daerah yang diberwarna hitam.Jika kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka seluruh
warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya sebagian saja
warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka
seluruh bagian prob yang berwarna hitam tidak tampak lagi.
2. Penilaian atas tingkatan kondisi jaringan periodontal.
Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan
selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria menentukan
kebutuhan perawatan tersebut adalah :
Tabel 1. Indeks Kalkulus
0 Tidak ada kalkulus
1 Adanya kalkulus supragingival yang meluas sedikit (tidak lebih dari 1 mm)
apikal dari tepi gingiva bebas
2 Adanya kalkulus supragingival dan subgingival atau kalkulus subgingival
saja dalam jumlah sedang
3 Adanya penumpukan kalkulus supragingival dan subgingival yang banyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
Tabel 2. Indeks Perdarahan
0 Tidak terjadi perdarahan
1 Perdarahan berupa titik kecil
2 Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis
3 Perdarahan menggenang di interdental
Berdasarkan penilaian tersebut dapat ditentukan status periodontal untuk
menentukan kebutuhan perawatan periodontal.
Tabel 3. Skor Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Periodontal
Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan
0 Sehat, tidak ada pendarahan,
kalkulus atau poket
0 Tidak membutuhkan
(TN0)
1 Terdapat perdarahan secara
langsung atau dengan kaca mulut
terlihat setelah probing
1 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut (TN1)
2 Terdapat kalkulus (supra atau
subgingiva) sewaktu probing terasa
kasar tetapi seluruh daerah hitam
pada prob masih terlihat
2
Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut dan
skeling supra dan
subgingiva (TN2)
3 Terdapat poket patologis dengan
kedalaman 4-5 mm, sebagian warna
hitam pada prob masih terlihat
4 Terdapat poket patologis dengan
kedalaman ≥ 6 mm (bagian
probberwarna hitam tidak terlihat
lagi)
3 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut, skeling
supra dan subgingiva, root
planing dan perawatan
komprehensif (TN3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
3. Sektan
Penilaian dilakukan pada 6 regio gigi berdasarkan sektan-sektan yang ditentukan
oleh gigi-gigi 17-14,13-23,24-27,47-44,43-33,34-37, setiap sektan terdiri dari gigi indeks
yang harus diperiksan tapi hanya skor yang terparah atau nilai tertinggi per sektan yang
dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai
atau skor.
4. Gigi Indeks
Pemeriksaan dilakukan tidak pada semua gigi, melainkan hanya pada gigi
tertentu saja yang disebut gigi indeks. Gigi-gigi indeks yang diperiksa untuk umutr
diatas 20 tahun yaitu 17, 16,11, 26, 47, 46, 31, 36, dan 37.Jika salah satu gigi molar
maupun gigi insisivus tidak ada, tidak perlu dilakukan penggantian gigi tersebut. Jika
dalam sektan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada dalam sektan tersebut
diperiksa dan diambil nilainya yang mempunyai keadaan yang terparah atau
mempunyai skor tertinggi pada sektan tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
2.5 Kerangka Teori
Diabetes Melitus
Peningkatan Kadar Glukosa
Darah
Peningkatan AGE
Gangguan Pembuluh Darah
Penurunan Respon Imun
Rentan terhadap Infeksi
Penyakit Periodontal
Kebutuhan Perawatan
Periodondal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
2.6 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Pasien Diabetes melitus
Variabel Terkendali
1. Usia
2. Gigi Crowded pada Gigi Indeks
3. Karies pada Gigi Indeks
4. Penyakit Sistemik Lainnya
Variabel Tidak Terkendali
1. Pekerjaan
2.Tingkat Pendidikan
3. Status Sosial
4. Ekonomi
5.Pemeliharaan Kebersihan Rongga Mulut
Variabel Terikat
Kebutuhan Perawatan Periodontal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
2.7 Hipotesis
Adanya kebutuhan perawatan periodontal yang tinggi pada pasien diabetes
melitus dilihat berdasarkan skor CPITN.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei untuk
melihat kondisi periodontal pada pasien Diabetes melitus di Puskesmas Padang Bulan
Medan ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal.
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan tersebar di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan
Medan Baru Kota Medan
3.2.2Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan bulan Februari-Juni 2018
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah pasien Diabetes melitus di Puskesmas Padang
Bulan Medan
3.3.2Sampel
Sampel yang diambil adalah pasien Diabetes Melitus yang memenuhi kriteria
inklusi. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling, yaitu
satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu untuk memperoleh satuan
sampel yang memiliki karakteristik yang dikehendaki dalam pengambilan sampel.
3.3.3 Besar Sampel
Untuk mendapatkan besar sampel digunakan rumus sebagai berikut:
N = 𝑍∝2.𝑃.𝑄
𝑑2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Keterangan:
Zα = α = 0,05 -> Zα = 1,96
P = Proporsi penyakit periodontal pasien diabetes melitus = 0,5
Q = 1 – P = 0,5
d = Perbedaan proporsi yang diharapkan sebesar 20% = 0,2
N = (1,96)2. 0,5 . 0,5
(0,2)2
N = 24.01= 25
3.3.4 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu:
1. Penderita penyakit Diabetes melitus
2. Usia dewasa mulai dari 21 tahun
3. Memiliki gigi minimal 10 gigi
4. Bersedia menjalani pemeriksaan dan menandatangani informed consent.
3.3.5 Kriteria Eksklusi:
Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
1. Edentulus
2. Memakai alat orthodonti
3. Kehamilan
4. Penderita penyakit sistemik lainnya
5. Menerima perawatan periodontal dalam 3 bulan terakhir
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel Bebas
Penderita Diabetes Melitus
3.4.2 Variabel Terikat
Kebutuhan perawatan periodontal CPITN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
3.4.3 Variabel Terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini yaitu:
1. Usia
2. Gigi crowded pada gigi indeks
3. Karies pada gigi indeks
4. Penyakit sistemik lainnya
3.4.4 Variabel Tidak Terkendali
Variabel tidak terkendali pada penelitian ini yaitu:
1. Pekerjaan
2.Tingkat pendidikan
3. Status sosial
4. Ekonomi
5.Pemeliharaan kebersihan rongga mulut
3.5 Definisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
Diabetes
Melitus
Pasien Diabetes Melitus
yangberada di wilayah kerja
Puskemas Padang Bulan
Medan ditentukan dari rekam
medis
Rekam
Medis
DM atau
Non-DM
Kategorik
Pemeriksaan
CPITN
Pemeriksaan terhadap gigi
indeks berjumlah 10 gigi
meliputi gigi17, 16, 11, 26, 47,
46, 31, 36, dan 37. Kebutuhan
perawatan penyakit periodontal
berdasarkan hasil pemeriksaan
medis yang dilakukan dengan
menggunakan indeks CPITN
Skor 0 = Tidak membutuhkan
perawatan periodontal
Skor 1 = Memerlukan
perbaikan kebersihan mulut
Skor 2 = Memerlukan skeling
Prob
WHO
Skor
indeks
CPITN
Numerik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
supra dan subgingiva dan
perbaikan kebersihan mulut
Skor 3 = Memerlukan skeling
supra dan subgingiva dan
perbaikan kebersihan mulut
Skor 4 = Memerlukan
perawatan kompleks, skeling
supra dan subgingiva, root
planning, dan perbaikan
kebersihan mulut
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Prob WHO untuk mengukur nilai CPITN
Gambar 2. Prob WHO
2. Pinset
3.Sonde
4.Kaca mulut
5.Nierbeken/tray
6.Sarung tangan
7.Masker
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu:
1.Alkohol 70%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
2.Kapas
3.Tisu
4. Hand sanitizer
3.7 Prosedur Penelitian
1. Penelitian dilakukan terhadap penderita penyakit Diabetes melitus di
Puskesmas Padang Bulan Medan. Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
Subjek yang terpilih diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian. Subjek yang
setuju untuk mengikuti penelitian diberi lembaran informed consent yang
ditandatangani oleh subjek tersebut.
2. Pemeriksaan dilakukan menggunakan probberdesain khusus dengan ujung
bulat berdiameter 0,5mm dan area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah
3,5-5,5mm yang dikenal dengan nama probWHO.
Gambar 3. Pemeriksaan periodontal
3. Pemeriksaan kebutuhan perawatan periodontal menggunakan indeks
CPITN. Sampel diperiksa berdasarkan 6 sektan. Suatu sektan dapat diperiksa bila
sektan tersebut terdapat paling sedikit dua gigi dan tidak merupakan indikasi untuk
pencabutan. Jika di sektan hanya ada satu gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke
sektan di sebelahnya, sehingga sektan dengan satu gigi tidak diberi skor/nilai.
4. Penilaian untuk satu sektan adalah keadaan yang terparah atau skor nilai
paling tinggi. Untuk keadaan periodontal sehat, diberikan skor CPITN yaitu skor 0,
bila terjadi perdarahan setelah probing diberi skor 1, bila terlihat kalkulus
supragingiva/subgingiva di beri skor 2, untuk kedalaman poket 4-5 mm diberi skor 3,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
dan untuk kedalaman poket lebih dari 6 mm diberi skor 4. Keseluruhan skor yang
didapatkan dari tiap segmen ditentukan dari skor tertinggi untuk menentukan nilai
CPITN.
3.7.1 Skema Alur Penelitian
Skema alur penelitian yang akan dilakukan :
3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data
Data tentang kebutuhan perawatan periodontal pada pasien periodontal di
Puskesmas Padang Bulan Medan akan dianalisis secara komputerisasi menggunakan
uji statistik deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Mencari sampel sesuai dengan kriteria inklusi
Memberikan informed consent meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan
Melakukan pemeriksaan klinis menggunakan Indeks CPITN
Pencatatan hasil pemeriksaan
Pengolahan dan analisa data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Data Demografis Subjek Penelitian
Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus yang dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi data demografis subjek penelitian
Variabel n %
Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Tingkat Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Perguruan Tinggi
Lama Menderita Penyakit
Diabetes Melitus
a. <1 tahun
b. 1-3 tahun
c. >3 tahun
9
16
4
7
5
9
5
5
15
36
64
16
28
20
36
20
20
60
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 25 orang.
Berdasarkan jenis kelamin perempuan 16 orang (64%) dan laki-laki 9 orang (36%).
Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas adalah Perguruan Tinggi yaitu 9
orang(36%), SMP 7 orang (28%), SMA 5 orang (20%), dan SD 4 orang
(16%).Berdasarkan lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus, paling banyak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
adalah kelompok subjek yang menderita penyakit Diabetes Melitus>3 tahun sebanyak
15 orang (60%), sedangkan kelompok subjek yang mederita Diabetes Melitus <1
tahun dan 1-3 tahun berjumlah sama masing-masing 5 orang (20%).
4.2. Gambaran Kondisi Rongga Mulut
Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian
Kondisi Rongga Mulut n %
Mengalami Gusi Berdarah
saat Menyikat Gigi
a. Ya
b. Tidak
Mengalami Gusi Bengkak
a. Ya
b. Tidak
11
14
11
14
44
56
44
56
Berdasarkan tabel 3, subjek penelitian yang pernah mengalami gusi berdarah
saat menyikat gigi dan gusi bengkak adalah 11 orang (44%), dan subjek yang tidak
mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak adalah 14 orang
(56%).
4.3. Distribusi Status Periodontal Terhadap Lamanya Menderita
Penyakit Diabetes Melitus
Distribusi statusperiodontal terhadap lamanya menderita Diabetes Melitus
pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
Tabel 4. Distribusi status periodontal terhadap lamanyamenderita penyakit Diabetes
Melitus
Lama
Menderita
Diabetes
Melitus
Status Periodontal
Skor 0
Skor 1
Skor 2
Skor3
Skor 4
Jumlah
<1 tahun 0 (0%) 0 (0%) 1(4%) 3(12%) 1(4%) 5 (20%)
1-3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 1(4%) 3(12%) 1(4%) 5 (20%)
>3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 2 (8%) 9(36%) 4(16%) 15 (60%)
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa mayoritas subjek yang menderita penyakit
Diabetes Mellitus > 3 tahun memiliki status periodontal yang buruk dengan skor 3,
sebanyak 9orang (36%),skor 4 sebanyak 4 orang (16%), skor 2 sejumlah 2 orang
(8%), sedangkan skor 0-1 adalah 0% sehingga jumlahnya 15 orang (60%). Subjek
yang menderita Diabetes Melitus <1 tahun memiliki status periodontal skor 3
sebanyak 3 orang (12%), skor 4 sebanyak 1 orang (4%), skor 2 sejumlah 1 orang
(4%), sedangkan skor 0-1 adalah 0% sehingga jumlahnya 5 orang (20%). Subjek
yang menderita Diabetes Melitus 1-3 tahun memiliki status periodontal skor 3
sebanyak 3 orang (12%), skor 4 sebanyak 1 orang (4%), skor 2 sejumlah 1 orang
(4%), sedangkan skor 0-1 adalah 0% sehingga jumlahnya 5 orang (20%).
4.4. Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Penderita
Penyakit Diabetes Melitus
Distribusi kebutuhan perawatan periodontal penderita penyakit Diabetes
Melitus pada subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal penderitapenyakit Diabetes
Melitus
Kebutuhan
Perawatan
Periodontal
Skor
CPITN
Kebutuhan Perawatan Jumlah
n
Persentase
%
0 Tidak membutuhkan (TN0) 0 0
1 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut (TN1)
0 0
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
2 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut dan skeling
supra dan subgingiva (TN2)
19 76
3
4 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut, skeling supra
dan subgingiva, root planing dan
perawatan komprehensif (TN3)
6 24
Berdasarkantabel 5 terlihat bahwa semua subjek penelitian membutuhkan
perawatan periodontal. Sebanyak 6 orang (24%) subjek penelitian pada semua
kelompok penderita Diabetes Melitus memiliki skor 4 sehingga membutuhkan
skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan mulut. Selain itu, terdapat 19 orang
(76%) yang memiliki skor 2 dan skor 3 sehingga membutuhkan skeling dan
perbaikan kebersihan rongga mulut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
BAB 5
PEMBAHASAN
Data demografi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok
Diabetes Melitus lebih banyak pada perempuan dengan 16 orang (64%) daripada laki-
laki dengan 9 orang (36%). Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Maidiana dkk, yang menyatakan bahwa Diabetes Melitus kebanyakan pada
perempuan.Hal ini mungkin disebabkan karena perempuan lebih banyak merasakan
stress yang dapat mendukung terjadinya peningkatan kadar gula darah. Pasien
perempuan juga lebih banyak melakukan kontrol gula darah HbA1c dibandingkan
laki-laki.4Berdasarkan penelitian ini, pasien perempuan lebih banyak memeriksakan
diri daripada laki-laki ke Puskesmas Padang Bulan Medan.
Berdasarkan tingkat pendidikan pada kelompok Diabetes Melitus lebih
banyak pada perguruan tinggi. Hal ini sama dengan data dari Riset Kesehatan Dasar
2013 (RISKESDAS) yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Melitus lebih
banyak pada tingkat pendidikan perguruan tinggi dibandingkan dengan SD, SMP dan
SMA. Hal ini mungkin dikarenakan pada tingkat perguruan tinggi memiliki
kesibukan yang lebih sehingga tidak memperhatikan pola makan yang baik.7
Gambaran kondisi rongga mulut penderita diabetes melitus pada penelitian ini
menunjukkan bahwa lebih banyak penderita yang tidak mengalami gusi berdarah saat
menyikat gigi dan gusi bengkak dibandingkan penderita diabetes melitus yang
mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak, dengan 14 orang
(56%) yang tidak mengalami gusi berdarah dan gusi bengkak dan 11 orang (44%)
yang mengalami gusi berdarah dan gusi bengkak. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitianyang dilakukan Pranckevicience et al, bahwa tidak ada satupun pasien DM
yang memiliki jaringan periodontal normal. Penderita DM mengalami peningkatan
kadar glukosa dalam darah dan cairan gingival berarti juga mengubah lingkungan
mikroflora dan menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan tersebut
mengarah pada penyakit periodontal yang berat. Penyakit periodontal yang parah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
ditandai dengan gusi berdarah baik saat menyikat gigi maupun tidak dan gusi
bengkak.5
Distribusi pasien berdasarkan lamanya menderita Diabetes Melitus, jumlah
tertinggi >3 tahun sebesar 60% dan memiliki skor CPITN 4 terbanyak yaitu 4 orang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maliya bahwa kondisi periodontal
yang buruk banyak ditemui pada penderita lebih dari 10 tahun. Tetapi hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayati bahwa keparahan periodontitis
tidak dipengaruhi oleh lamanya menderita tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa
darah penderita Diabetes Melitus sendiri.6
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor
CPITN pada subjek adalah skor 2 dan skor 3 sebanyak 19 orang (76%) yaitu
membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Skor 4 sebanyak 6
orang (24%) yaitu membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan
rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Preferansow E. Penelitian yang dilakukan Preferansow terhadap 155 pasien
penyakit Diabetes Melitus dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat
peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada
kelompok penderita penyakit Diabetes Melitus.9Hal ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bakhshandeh dkk menunjukkan bahwa sebanyak 35% pasien
Diabetes Melitus memiliki poket ≥ 6mm (skor 4), 52% pasien dengan poket 4-5 mm
(skor 3).11
Dinamika patologi periodontal pada diabetes tergantung banyak faktor,
terutama pada tingkat kontrol diabetes dan adanya komplikasi vaskular. Ukuran
jangka panjang dari kontrol diabetes adalah melalui penentuan konsentrasi
hemoglobin terglikasi.Sejumlah penelitian menunjukkan korelasi yang signifikan
antara parameter kontrol metabolik diabetes dengan perkembangan mikrovaskular
kronis dan komplikasi makrovaskuler. Tingkat keparahan penyakit periodontal pada
diabetes dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas kolagenase yang mengarah pada
prevalensi perusakan gingiva, gangguan kekebalan tubuh, dan perkembangan intensif
lokal dan umum flora bakteri mulut, khususnya bakteri Gram-negatif. Bakteri ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
dapat menurunkan fungsi neutrofil sekunder dengan memproduksi leukotoksin dan
menyebabkan peradangan. Faktor-faktor inilah yang berkontribusi terhadap penyakit
periodontal yang lebih progresif dan cepat pada orang dengan diabetes tidak
terkontrol dibandingkan dengan orang sehat. Selain itu, mikroangiopati pembuluh
darah pada gingiva mengganggu distribusi oksigen, pembuangan produk limbah, dan
migrasi leukosit. Faktor-faktor ini merusak kemampuan untuk memperbaiki dan
meregenerasi jaringan periodontal pada pasien Diabetes Melitus.9
Banyak penelitian mengemukakan keberadaan poket periodontal patologis
pada pasienDiabetes melitus dan sering hilangnya perlekatan epitel. Menurut
Iacopino, ini menyebabkan penurunan kemampuan adaptasi periodontal dan
menciptakan kondisi untuk terinfeksi yang lebih sering, baik spesifik dan non-
spesifik. Perubahan di atas didukung oleh gangguan metabolisme lokal dan
kemotaksis makrofag yang abnormal dari neutrofil. Rodrigues dkk meyakini bahwa
ruang lingkup dan sifat kebutuhan perawatan periodontitis secara signifikan
membedakan pasien diabetes dibandingkan dengan orang-orang sehat, terutama
dalam hal penskelingan gigi.9
Tingkat kerusakan periodontal pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi oleh
kontrol glikemik dan kapasitas imunitas individu. Tervonen dan Karjalainen yang
meneliti pasien Diabetes dan non Diabetes sebagai kontrol selama 3 tahun
menemukan bahwa level dari tingkat kesehatan periodontal pada pasien Diabetes
yang terkontrol dengan baik atau sedang kondisinya sama dengan pasien yang
nonDiabetes. Pasien dengan kontrol yang buruk memiliki lebih banyak kehilangan
perlekatan dan lebih cenderung memiliki penyakit periodontal rekuren.31 Adanya
penyakit periodontal pada pasien Diabetes Melitus juga menyebabkan kontrol
glikemik yang buruk.32
Pasien Diabetes Melitus yang tidak terkontrol diketahui memiliki resiko yang
sangat tinggi terkena periodontitis.33 Lipopolisakarida (LPS) bakteri periodontal
memberikan stimulus secara langsung maupun tidak langsung ke sel endotel,
monosit, dan makrofag. Peningkatan reaktivitas endotel dapat mengaktifkan sel
inflamatori dan selanjutnya meningkatkan sitokin pro inflamatori. Interleukin-1β(IL-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
1), Interleukin-6 (IL-6), Tumor Necrosis Factor-α(TNF- α) dan prostaglandin-E2
(PGE2) memberikan sinyal pada sel-sel target dan jaringan yang berubah, seperti
liver menghasilkan respon fase akut, dan sel beta pankreas dan jaringan adiposa yang
mempengaruhi fungsi sensitivitas insulin dan transportasi glukosa. Diabetes Melitus
meningkatkan penghancuran jaringan periodontal akibat respon imun yang tidak
normal, perubahan fungsi fibroblas dan level kolagen, serta efek mikrovaskular dari
Advanced glycation end products (AGEs). Akumulasi AGEs pada jaringan
periodontal berkorelasi dengan peningkatan level dari mediator inflamasi, yang
berhubugan dengan kerusakan jaringan. Mediator inflamasi ini dapat menyebabkan
keparahan kerusakan jaringan periodontal pada penderita Diabetes Melitus.
Peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada penderita Diabetes Melitus
membuktikan hubungan oral dan penyakit sistemik. Penderita Diabetes Melitus
dengan periodontitis aktif cenderung memiliki kontrol glikemik yang buruk bila
dibandingkan dengan pasien Diabetes Melitus tanpa periodontitis.15,27,33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Mayoritas pasien penyakit Diabetes Melitus memiliki poket yang dalam
dan kalkulus supra dan subgingiva.
2. Kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit Diabetes
Melitusdi Puskesmas Padang Bulan Medan didominasi oleh skor 2
sebanyak 19 orang, yaitu memerlukan skeling dan perbaikan kebersihan
rongga mulut.
3. Pasien penyakit Diabetes Melitus, kurang peduli terhadap kesehatan gigi
dan mulut, dilihat dari frekuensi dan waktu menyikat gigi yang tidak tepat.
4. Beberapa pasien belum pernah ke dokter gigi dan berkunjung ke dokter
gigi hanya bila hendak mencabut gigi. Hal ini akan memperparah kondisi
periodontal dari pasien penyakit Diabetes Melitus.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan edukasi dan motivasi terhadap pasien penyakit Diabetes
Melitus agar lebih peduli dalam menjaga kesehatan rongga mulut,
sehingga dapat mencegah berkembangnya penyakit periodontal.
2. Pihak klinik dapat bekerjasama dengan dokter gigi untuk melakukan
program kesehatan gigi dan mulut agar tercapai kualitas hidup yang baik.
3. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kondisi
periodontal pasien penyakit Diabetes Melitus terhadap tipe Diabetes
Melitus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Zhou X et al. Interrelationship between diabetes and periodontitis: role of
hyperlipidemia. Archives of Oral Biology, 2014; 30: 1-8.
2. International Diabetes Federation. IDF Diabetes Atlas 7th Ed. 2015; 12-3
3. Departemen Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-
2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
4. Emor SF, Pandelaki K, Supit ASR. Hubungan status periodontal dan derajat
regulasi gula darah pasien diabetes melitus di rumah sakit umum pusat Prof.
Dr. R.D kandou Manado. Jurnal e-Gigi, 2015 ;3 (1): 210-5
5. Das M et al. Periodontal treatment needs in diabetic and non-diabetic
individuals: A case-control study. Indian J Dent Res, 2011; 22:291-4.
6. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2013; 87-90
7. Laporan Puskesmas Padang Bulan Tahunan 2014. Departemen Kesehatan
Kota Medan, 2015; 27-9.
8. Tambunan EGR, Pandelaki K, Supit ASR. Gambaran penyakit periodontal
pada pasien diabetes melitus di rumah sakit umum pusat Prof. Dr. R.D kandou
Manado. Jurnal e-Gigi, 2015 ;3 (2): 534-541.
9. Preferansow E et al. Pathologies of the oral cavity in patiemts with non-
controlled diabetes type 1 and type 2-analysis of periodontal status and
periodontal treatment needs. Endokrynol Pol, 2015; 66(5): 428-433
10. Stanko P, Holla LI. Bidirectional association between diabetes mellitus and
inflammatory periodontal disease. Biomed Pap Med Fac Univ Palacky Czech
Repub, 2014; 158(1):35-8.
11. Bakhshandeh S et al. Periodontal treatment needs of diabetic adults. J Clin
periodontal, 2007; 34: 53-7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
12. Wulandari O, MartiniS. Perbedaan kejadian komplikasi penderita diabetes
melitus tipe 2 menurut gula darah acak. Berkala Epidemiologi J, 2013; 1(2):
183.
13. Zahtamal, Chandra F, Suyanto, Restuatuti T. Fktor-faktor risiko pasien
diabetes melitus. Berita kedokteran masyarakat, 2007; 23(3):145
14. Putri NHK, Isfandiari MA. Hubungan empat pilar pengendalian DM tipe 2
dengan rerata kadar gula darah. Berkala Epidemiologi J, 2013; 1(2): 235.
15. Eley BM, Manson JD. Periodontics.5th edition. Toronto: Sauders Elsevier,
2004: 89-107.
16. Aiuto FD, Gable D, Syed Z, Allen Y, Wanyonyi KL, White S, dkk. Evidence
Summary: The relationship between oral disease and diabetes. British Dent J.
2017; 222 (12): 944-8.
17. Seino Y dkk. Report of the Committee on the Classification and Diagnostic
Criteria of Diabetes Mellitus. Journal of Diabetes Investigation,
2010;1(5):212-28
18. Trisnawati Sk, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II
di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. J Ilmiah
Kes, 2013;5(1):6-11.
19. Fatimah RN. Diabetes melitus tipe 2. J Majority, 2015; 4(5): 96
20. Emawati T. Periodontitis dan Diabetes Melitus. J.K.G Unej, 2012; 9(3): 153
21. Walukow WG. Gambaran xerostomia pada penderita diabetes melitus tipe 2
di poliklinik Endokrin RSUP.prof DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Gigi
(eG), 2015; 3(1): 210-14.
22. Rikawarastuti, Anggreni E, Ngatemi. Diabetes Melitus dan Tingkat
Keparahan Jaringan Periodontal. J Kes Mas Nas,2015; 9(3): 277-281
23. Yekti N, Rochmah YS, Mujayanto R. Analisa profil kadar C-reactive protein
pada status kesehatan periodontal pasien diabetes melitus tipe 2 (studi di
Rumah Sakit Islam Agung Semarang). ODONTO Dent J, 2014; 1(2): 20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
24. Al-Maskari AY, Al-Maskari MY, Al-Sudaery S. Oral Manifestation and
Complicationts of Diabetes Mellitus. SQU Medical Journal, 2011; 11(2):179-
186.
25. Leite RS, Marlow NM, Fernandes JK.Oral Health and Type 2 Diabetes. Am J
Med Sci, 2013; 345(4): 271–3
26. Preshaw PM, dkk. Periodontitis and diabetes: a two-way
relationship.Diabetologia ,2012; 55:21–31
27. Nandya, Maduratna E, Augustina EF. Status Kesehatan Jaringan Periodontal
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dibandingkan dengan Pasien Non
Diabetes Mellitus Berdasarkan GPI. Departemen Periodonsia. Universitas
Airlangga, 2011; 1-11
28. Karikoski A, Murtomas S. Assessment of Periodontal Treatment Needs
Among Adults with Diabetes in Finland. Int Dent J 2002;52:75-80
29. Gupta VKr, Hiremath SS, Malhotra S. Application Of Community
Periodontal Index Of Treatment Need (CPITN) In A Group Of Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Patients. Int J Diabetes Dev Ctries
2013; 33(1):55-9
30. Matthews DC. The relationship between Diabetes and periodontal disease. J
Can Dent Assoc, 2002; 68: 161-4
31. Gupta Namita, Gupta ND, Gupta Akash, et al. The influence of type 2
diabetes mellitus on salivary matrix metalloproteinase-8 levels and
periodontal parameters: A study in an Indian population. European J of
Dentirstry, 2015: 9(3); 319-323
32. Buddiga V, Pentyala S, Ramagoni N. Relation between periodontitis and
diabetes. IJDOH, 2017: 3(3); 20-26.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat Pagi/Siang Bapak/Ibu
Saya Rahmi Husni, mahasiswa FKG USU yang ingin melakukan penelitian.
Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi sebagai subjek
penelitian saya yang berjudul “Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Padang Bulan Medan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kebutuhan perawatan periodontal pada pasien diabetes melitus di
Puskesmas Padang Bulan Medan.
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi kepada Bapak/Ibu
tentang kebutuhan perawatan periodontal (jaringan pendukung gigi), sehingga
Bapak/Ibu mengetahui sejauh mana kebutuhan perawatan periodontal yang
Bapak/Ibu perlukan, serta menjadi masukan Bapak/Ibu agar lebih menjaga kebersihan
rongga mulut yang baik.
Subjek penelitian diharapkan mengisi data diri. Kemudian akan diberikan
kuesioner dan dilakukan wawancara mengenai keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu
alami setelah menderita penyakit ginjal kronis, riwayat penyakit dan kebiasaan
sehari-hari yang berkaitan dengan gigi dan mulut, seterusnya akan dilakukan
pemeriksaan jaringan periodonsium (gusi dan gigi) dengan menggunakan kaca mulut
dan alat kedokteran gigi untuk mengukur kedalaman saku sekitar gigi dan mengukur
kesehatan periodonsium yang dinamakan prob WHO. Penelitian ini hanya dilakukan
sekali tiap subjek penelitian dan membutuhkan waktu 30 menit. Biaya dalam
penelitian ini ditanggung oleh peneliti dan pada penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan
dikenakan biaya (gratis).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Efek samping yang mungkin terjadi sewaktu pemeriksaan ini adalah pada
penderita diabetes melitus adalah beresiko terjadinya perdarahan pada gusi. Namun,
hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan dengan hati-hati.
Pada kesempatan ini, saya ingin Bapak/Ibu mengetahui dan memahami tujuan
serta manfaat penelitian, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan
didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian saya berharap Bapak/Ibu
bersedia ikut dalam penelitian sebagai subjek penelitian, dan saya percaya bahwa
partisipasi ini akan bermanfaat bagi Bapak/Ibu.
Jika Bapak/Ibu bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek
Penelitian terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa
surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu bebas mengundurkan diri dari
penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian penjelasan
mengenai penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya dapat dimengerti, dan atas
kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan
terimakasih. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penelitian ini, maka Bapak/Ibu
dapat menghubungi saya Rahmi Husni(085270721502).
Peneliti,
Rahmi Husni
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Telepon/HP :
Setelah mendapat penjelasanmengenai penelitian dan pahamakan apa yang
dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas
Padang Bulan Medan”
Maka dengan surat ini saya menyatakan dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian ini.
Medan, .........................
Yang menyetujui,
Subjek Penelitian
(...............................)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN
NO :
TANGGAL :
1.DATA RESPONDEN
Nama :
Jenis Kelamin : L / P *
Usia :
Status Perkawinan : Kawin / Belum Kawin *
Suku Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Alamat :
Nomor Telepon :
* : coret salah satu
2.RIWAYAT PENYAKIT DAN KEBIASAAN HIGIENE ORAL
1.Apakah Anda menyikat gigi secara teratur setiap hari?
A.Ya
B.Tidak
DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.Berapa kali dalam satu hari Anda menyikat gigi?
A.Tidak Pernah
B.1 kali sehari
C.2 kali sehari
D.Lebih dari 2 kali sehari
3.Pernahkah Anda berkunjung ke dokter gigi?
A.Pernah
B.Tidak pernah
4.Jika pernah, kapan terakhir kali Anda berkunjung ke dokter gigi?
A.6 bulan yang lalu
B.1 tahun yang lalu
C.> 1 tahun yang lalu
5.Jika Anda berkunjung ke dokter gigi, tujuannya adalah
A. Melakukan pemeriksaan rutin
B.Karena menderita sakit gigi atau gusi bengkak
C.........................................................
6.Apakah Anda pernah mengalami gusi berdarah pada waktu menyikat gigi?
A.Ya
B.Tidak
7.Apakah Anda pernah merasakan mulut Anda berbau?
A.Ya
B.Tidak
8.Apakah Anda pernah mengalami gusi bengkak?
A.Ya
B.Tidak
9.Apakah Anda menderita penyakit lain?
A.Ya ceklis (√) jawaban
i.Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)( )
ii. Gagal Ginjal Kronis ( )
iii.Penyakit Jantung ( )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv. Batu Ginjal( )
v.Lain ..................................
B.Tidak
10.Sudah berapa lama Anda menderita penyakit diabetes melitus?
A.Kurang dari 1 tahun
B.1- 3 tahun
C.Lebih dari 3 tahun
11.Apakah Anda memiliki kebiasaan buruk dibawah ini?
A.Merokok (1 hari............batang/bungkus)
B.Menyirih
C.Menggigit pensil/kuku
D.Bernapas melalui mulut
E.Mengunyah pada satu sisi, yaitu .............
F.Bruksism
G.Clenching
12.Sudah berapa lama Anda melakukan kebiasaan tersebut?................ bulan/tahun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
September
2017
Oktober
2017
November
2017
Desember
2017
Januari
2018
Februari
2018
Maret
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul x x x
2. Penyusunan Proposal x x x x x x x x x x
3. Seminar Proposal x
4. Revisi Proposal x x x x x x
5. Pengurusan Surat Izin x x x x x x x x
6. Pengumpulan Data
7. Pengolahan dan Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Kegiatan
Waktu Penelitian
April
2018
Mei
2018
Juni
2018
Juli
2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Pengurusan Surat Izin
6. Pengumpulan Data x x x x x x x x x x x
7. Pengolahan dan Analisis Data x x
8 Penyusunan Laporan x x x
9 Sidang Skripsi x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
1. Peralatan Penelitian
No Peralatan Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Harga Peralatan
(Rp)
1 Prob WHO Unit 2 120.000 240.000
2 Kaca Mulut Unit 2 30.000 60.000
3 Sonde Unit 1 30.000 30.000
4 Pinset Unit 1 30.000 30.000
5 Nirbeken Unit 1 30.000 30.000
6 Sarung Tangan Kotak 1 50.000 50.000
7 Masker Kotak 1 50.000 50.000
Jumlah 490.000
2. Bahan Penelitian
No Bahan Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Harga Peralatan
(Rp)
1 Alkohol 70% Unit 1 30.000 30.000
2 Tisu Kotak 3 10.000 30.000
3 Kapas Gulung 1 30.000 30.000
4 Hand Sanitizer Botol 1 20.000 20.000
Jumlah 110.000
3. Administrasi dan lain-lain
No Uraian Justifikasi
Pemakaian
Kuantitas Harga
Satuan (Rp)
Harga Peralatan
(Rp)
1 Fotokopi Lembar 175 200 35.000
2 Print Proposal Lembar 400 200 80.000
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3 Souvenir Kotak 25 18.000 450.000
4 Biaya Seminar - 275.000 275.000
5 Konsultasi
Pengolahan Data
- 100.000 100.000
6 Pengurusan
Ethical Cleareance
- 100.000 100.000
Jumlah 1.040.000
4. Total Dana yang Dibutuhkan
No. Keterangan Jumlah (Rp)
1 Peralatan Penelitian 490.000
2 Bahan Penelitian 110.000
3 Administrasi dan lain-lain 1.040.000
Jumlah 1.640.000
Total Biaya Penelitian Rp. 1.640.000
Terbilang : “ Satu Juta Enam Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah”
Biaya penelitian ditanggung sendiri oleh peneliti.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6
DATA PERSONALIA PENELITI
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Rahmi Husni
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Padang/ 05 Juli 1993
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pasar 1 Setiabudi gg. Melati No. 21
Telepon / HP : 0852 7072 1502
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
1999 - 2005 : SDN 13 Karan Aur Pariaman
2005 - 2008 : Mts S Puteri Khaira Ummah Padang
2008 - 2011 : SMA Negeri Agam Cendekia Maninjau
2011 - Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9
HASIL DATA PENELITIAN
PASIEN DIABETES MELITUS PUSKEMAS PADANG BULAN
No Nama Jenis
Kelamin
Umur Pendidikan
Terakhir
Suku Pekerjaan Status Kebiasaan
Menyikat
Gigi
Pernah ke
dokter gigi
1 Rusmida Perempuan 51 SMEA Jawa Wiraswasta Kawin 2 kali
sehari
Pernah
2 Ivan Jora Laki-laki 30 - - - Kawin > 2 kali
sehari
pernah
3 Fenny
Handayani
Perempuan 54 SD Jawa IRT Kawin 2 kali
sehari
Pernah
4 Wariani Perempuan 41 - Jawa IRT Kawin 2 kali
sehari
tidak
5 Sinta
Sihombing
Perempuan 68 S1 Batak IRT Kawin 2 kali
sehari
pernah
6 Relina Perempuan 65 SMP Batak Petani Kawin 2 kali
sehari
Pernah
7 Sri Dewi Perempuan 40 S1 Melayu IRT Kawin 2 kali
sehari
Pernah
8 Siti
Zubaidah
Perempuan 51 D3 Batak PNS KAwin 2 kali pernah
9 Hendrik
bangun
Laki-laki 65 SMP Batak - Kawin 1 kali
sehari
Tidak
pernah
10 Mamak
Mahamat
Perempuan 65 SMP Batak Petani Kawin 1 kali
sehari
Tidak
pernah
11 Cecep Laki-laki 51 SMA Sunda Wiraswasta kawin >2 kali pernah
12 Hermina Perempuan 70 SPK Batak Pensiun Kawin 2 kali pernah
13 M. ramlan Laki-laki 54 SMA Melayu Wiraswasta Kawin >2 kali Tidak
pernah
14 Sariani Perempuan 59 SD Minang Pedagang Kawin 1 kali
sehari
Pernah
15 Jumiyanah Perempuan 63 SD Jawa IRT Kawin 2 kali
sehari
Pernah
16 P. Parapat Laki-laki 72 S2 Batak Pensiun Kawin 2 kali
sehari
pernah
17 Gembira
Sebayang
Laki-laki 52 SMA Batak Wiraswasta Kawin 2 kali
sehari
Tidak
pernah
18 Rusmina Perempuan 76 SMP Batak Pensiunan kawin 2 kali
sehari
pernah
19 Aditia
Ginting
Laki-laki 50 S1 Batak Tidak ada Kawin 2 kali
sehari
pernah
20 Rahmansyah Laki-laki 46 SMP Jawa Tidak ada Belum >2 kali Tidak
pernah
21 Saunah
Siregar
Perempuan 64 PGA Mandailing Guru Ngaji Kawin 2 kali
sehari
pernah
22 T. Chairul
Zaman
Laki-laki 68 Melayu Pensiun Kawin 2 kali
sehari
pernah
23 Nelly Perempuan 54 SD Jawa Pedagang Kawin 1 kali pernah
24 Edelina
Purba
Perempuan 57 SMP Batak Pedagang Kawin 2 kali pernah
25 Bersih
Sinuraya
Perempuan 77 SMA BAtak IRT Kawin 2 kali pernah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kunjungan
terakhir ke
dokter gigi
Gusi
berdarah
Bau
Mulut
Gusi
Bengkak
Penyakit
Sistemik
Lain
Lama
Diabetes
Kebiasaan
Buruk
Skor
Periodontal
Skor
kebutuhan
Perawatan
6 bulan Tidak Ya Ya Tidak >3 tahun Tidak 4 3
- Ya Ya Tidak Tidak < 1 tahun Bernafas
melalui
mulut
4 3
1 tahun lalu Ya Tidak Ya Asam Urat 1-3 tahun Mengunyah
satu sisi
4 3
- Ya Ya Ya Paru-Paru >3 tahun Tidak 3 2
6 bulan lalu Tidak Tidak Ya Hipertensi >3 tahun tidak 3 2
>1 tahun
lalu
Tidak Tidak Tidak Tidak 1-3 tahun Merokok 3 2
>1 Tahun
lalu
Ya ya Tidak Hipertensi >3 tahun - 2 2
>1 tahun
lalu
Tidak Ya Ya Tidak >3 tahun 2 2
- Ya Ya ya Asam Urat >3 tahun tidak 3 2
- ya ya tidak tidak >3 tahun menyirih 3 2
>1 tahun tidak tidak ya tidak 1-3 tahun merokok 3 2
>1 tahun tidak tidak tidak Hipertensi,
jantung
>3 tahun tidak 3 2
- tidak tidak tidak tidak <1 tahun tidak 2 2
>1 tahun
lalu
tidak Ya Ya Hipertensi >3 tahun tidak 3 2
>1 tahun
lalu
tidak tidak tidak hipertensi <1 tahun tidak 3 2
>1 tahun
lalu
Tidak ya tidak hipertensi >3 tahun tidak 3 2
- Ya Ya Ya tidak <1 tahun Mengunyah
satu sisi
3 2
>1 tahun Ya Tidak Tidak Stroke >3tahun tidak 3 2
>1 tahun Ya Ya tidak Tidak 1-3 tahun merokok 2 2
- tidak tidak tidak hipertensi <1 tahun merokok 3 2
>1 tahun
lalu
tidak ya tidak hipertensi 1-3 tahun Mengunyah
1 sisi
3 2
>1 tahun
lalu
tidak tidak tidak hipertensi >3 tahun Mengunyah
1 sisi
4 3
>1 tahun ya ya ya tidak >3 tahun tidak 3 2
6 bulan lalu tidak tidak tidak tidak >3 tahun Mengunyah
1 sisi
4 3
6 bulan lalu tidak tidak ya jantung >3 tahun tidak 4 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 681 Date October 18,2018
Characters 5489 Exclude Url
0% Plagiarism
100
% Unique
0 Plagiarized
Sentences
26 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit sistemik berupa gangguan metabolisme
dengan beberapa komplikasi utama akibat kurangnya sekresi dan atau fungsi insulin.1 International Diabetes melitus
Federation (IDF) mengestimasi sebanyak 415 juta orang di dunia terkena diabetes melitus pada tahun 2015 dan diperkirakan
pada tahun 2040 meningkat menjadi 642 juta orang.2 Departemen Kesehatan RI dan World Health Organization (WHO)
memprediksikan kenaikan jumlah penderita Diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 meningkat pada
tahun 2030 menjadi 21,3 juta orang.3,4 Prevalensi diabetes melitus meningkat berkaitan dengan pertumbuhan populasi,
penuaan, bertambahnya prevalensi obesitas dan kurangnya aktifitas fisik.5 Menurut Riskesdas (2013) prevalensi DM di
Sumatera Utara berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter atau gejala adalah sebesar 2,3%.6 Puskesmas Padang Bulan
Medan mencatat data Diabetes melitus sebanyak 1100 kasus dan termasuk 10 besar penyakit sepanjang tahun 2014.7
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi.5 Salah satu komplikasi diabetes
melitus yang cukup serius di bidang kedokteran gigi yaitu oral diabetic, yang meliputi xerostomia, gingivitis, periodontitis dan
lain sebagainya. Periodontitis merupakan penyakit pada jaringan penyangga gigi dan menjadi komplikasi yang sering terjadi
pada pasien diabetes melitus dengan prevalensi mencapai 75%. Diabetes melitus meningkatkan resiko alveolar bone loss
dan attachment loss pada jaringan periodontal tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penderita non diabetes
melitus. Penderita diabetes melitus mempunyai kecenderungan untuk menderita periodontitis lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak menderita diabetes melitus. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan pada pembuluh darah,
gangguan fungsi netrofil, sintesisi kolagen, faktor mikrobiotik dan predisposisi genetik.4,8 Penderita diabetes melitus
mengalami perubahan metabolisme sehingga menimbulkan serangkaian perubahan pada jaringan periodonsium yang
mengarah pada destruksi periodontal.8 Periodontitis dapat mengganggu kontrol metabolik dan keberhasilan perawatan
diabetes melitus terkait dengan aktifitas mekanisme pertahanan yang disebut sebagai respon fase akut.9 Maka, terdapat
hubungan dua arah antara diabetes melitus dan periodontitis sehingga perawatan periodontal memegang peranan
penting.10 Diabetes melitus dan penyakit jaringan periodontal yaitu kelainan kronis yang multifaktorial dan secara signifikan
menurunkan kualitas hidup pasien.9 Peningkatan prevalensi diabetes melitus dengan periodontitis sebagai komplikasinya
membutuhkan perawatan yang lebih besar, baik terhadap penyakit diabetes melitusnya maupun terhadap periodontitis.
Sehingga diabetes melitus dan periodontitis diperlukan perhatian baik dari dokter yang merawatnya atau dari dokter gigi
yang terlibat. Preferansow E dkk meneliti 275 pasien diabetes melitus yang terkontrol dan tidak terkontrol, 32.4% diantaranya
membutuhkan perawatan periodontal komprehensif (TN3) dan hanya 3.6% yang tidak membutuhkan perawatan periodontal
(TN0). Tingkat keparahan penyakit periodontal pada diabetes melitus dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas
kolagenase, yang menyebabkan prevalensi kerusakan gingiva, gangguan kekebalan tubuh dan perkembangan intensif flora
bakteri.9 Penelitian yang dilakukan oleh Bakhshandeh S dkk tidak menemukan satupun periodonsium yang sehat pada
pasien diabetes melitus. Status periodontal pasien diabetes melitus yang buruk mengindikasikan adanya kebutuhan untuk
mengadakan program promosi kesehatan mulut yang komprehensif untuk penderita diabetes melitus, berdasarkan
kolaborasi antara kesehatan gigi dan kesehatan umum profesional yang terlibat dalam perawatan diabetes melitus.11
Berdasarkan penelitian Das M dkk yang meneliti 223 pasien diabetes melitus dan 236 pasien non-diabetes melitus,
menunjukkan hasil bahwa 69.9% pasien diabetes melitus dan 45.3% pasien non-diabetes melitus membutuhkan intruksi
kesehatan mulut dan scalling. Penyakit periodontal ditemukan lebih parah pada pasien diabetes melitus daripada pasien
non-diabetes melitus.4 Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebutuhan perawatan
periodontal pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam melaksanakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sources Similarity
tindakan dental terkait dengan kebutuhan perawatan periodontal pada pasien diabetes melitus. 1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit diabetes melitus yang dilihat berdasarkan skor
CPITN? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit diabetes melitus
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1.
Manfaat bagi pasien diabetes melitus yaitu menambah pengetahuan dan info tentang tingkat kebutuhan perawatan
periodontal 2. Manfaat bagi klinisi / dokter gigi yaitu masukan bagi dokter gigi untuk merencanakan program penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut serta perawatan periodontal yang tepat bagi pasien diabetes melitus. 1.4.2 Manfaat Teoritis 1.
Manfaat bagi peneliti yaitu menambah wawasan peneliti mengenai penyakit periodontal serta pengembangan kemampuan
peneliti dalam menulis. 2. Manfaat bagi akademisi yaitu memberikan dasar pengetahuan dan pengembangan yang dapat
dijadikan sumber gagasan, sehingga dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya khususnya dalam bidang Periodonsia.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 1865 Date October 18,2018
Characters 14775 Exclude Url
8% Plagiarism
92% Unique
6 Plagiarized Sentences
70 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas ditandai oleh
adanya hiperglikemi yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan efektivitas insulin.12 Hal ini disebabkan karena tubuh tidak
dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Penderita diabetes melitusmengalami gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut.12,13 Insulin
merupakan hormon yang diproduksi pankreas untuk mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan
penyimpanannya di dalam tubuh agar tetap seimbang.12,14Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu gula berpindah ke
dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.Penderita Diabetes melitus akan
ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan
penurunan berat badan. Diabetes melitus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskular
sebelum penyakit ini terdeteksi.14,15 2.1.1 Klasifikasi Diabetes melitus Berdasarkan klasifikasinya, DM dibedakan menjadi 2
kategori yaitu:15 1. Diabetes melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 disebut juga Insulin Dependent Diabetes melitus Mellitus
(IDDM), terjadi karena adanya gangguan produksi insulin akibat kerusakan sel β pankreas.
Patofisiologinya yaitu karena adanya reaksi autoimun akibat peradangan pada sel β sehingga menyebabkan timbulnya antibodi
terhadap sel β yang disebut ICA (Islet CellAntibody). Reaksi antigen (sel β) dengan antibodi ICA yang ditimbulkannya
menyebabkan hancurnya sel β. Selain karena autoimun, Diabetes melitus tipe 1 juga bisa disebabkan virus Cocksakie, Rubella,
Citomegalo Virus (CMV), Herpes dan lain-lain. Penderita diabetes melitus tipe 1 umumnya terdiagnosa pada usia muda.15 2.
Diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes melitusMellitus (NIDDM), terjadi
karena kerusakan molekul insulin atau gangguan reseptor insulin yang mengakibatkan kegagalan fungsi insulin untuk
mengubah glukosa menjadi energi. Diabetes melitus tipe 2 memiliki jumlah insulin yang normal dalam tubuh bahkan jumlahnya
bisa meningkat, namun karena jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang menyebabkan glukosa yang masuk
kedalam sel lebih sedikit. Hal ini menyebabkan sel kekurangan jumlah glukosa dan kadar glukosa menjadi tinggi didalam
pembuluh darah.15 2.1.2 Etiologi Diabetes melitusdisebabkan karena beberapa faktor yang mengakibatkan sekresi insulin
menurun atau resistensi insulin ditambah dengan kebiasaan gaya hidup, seperti makan berlebih (terutama diet tinggi lemak),
kurang berolahraga dan obesitas yang dihasilkan, sebagai faktor lingkungan dan berakibat pada aksi insulin yang tidak
mencukupi. Diperkirakan bahwa kebanyakan kasus melibatkan beberapa faktor genetik. Berkurangnya sekresi insulin dan
penurunan sensitivitas insulin keduanya terlibat dalam onset diabetes melitus tipe 2, namun proporsi keterlibatannya berbeda-
beda pada masing-masing pasien. Fungsi b-sel pankreas dipertahankan sampai tingkat tertentu, dan injeksi insulin jarang
diperlukan untuk bertahan hidup. Namun, komplikasi seperti infeksi, bisa menyebabkan ketoasidosis untuk sementara dan
sekresi insulin menjadi berkurang pada respon sekretorik awal setelah beban glukosa. Sifat diabetes melitus tipe 2 jelas tidak
seragam, tetapi dikelompokkan sesuai dengan ada tidaknya obesitas dan perbedaan tingkat keterlibatan penurunan sekresi
insulin dan penurunan sensitivitas insulin.16 2.1.3 Faktor Risiko Diabetes melitus Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh
terhadap resistensi atau defisiensi insulin yaitu: 1. Umur Peningkatan risiko diabetes melitus seiring dengan penambahan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi
glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin.
Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.17 2.
Obesitas Seseorang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita diabetes melitus. Kelompok dengan risiko diabetes
melitus terbesar adalah kelompok obesitas, dengan odds 7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal.
Penelitian menurut Sunjaya menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk
terkena diabetes melitus dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.17 Adanya pengaruh indek masa tubuh
terhadap diabetes melitus ini disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak
yang merupakan faktor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid
(FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran plasma, dan
menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose.17 3. Hipertensi Ada hubungan yang bermakna antara
tekanan darah dengan diabetes melitus. Seseorang yang terkena hipertensi berisiko lebih besar untuk menderita diabetes
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
melitus, dengan odds 6,85 kali lebih besar dibanding orang yang tidak hipertensi. Penelitian menurut Sunjaya menemukan
bahwa individu yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes melitus dibanding
individu yang tidak hipertensi.17 Beberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh hipertensi
terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri sehingga diameter pembuluh darah
menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu.17. 4.
Riwayat Keluarga Seorang yang menderita diabetes melitus diduga mempunyai gen diabetes melitus yaitu bakat diabetes
melitus merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita diabetes
melitus. DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan
dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang
tua atau saudara kandung mengalami penyakit DM.18 2.1.4 Manifestasi Diabetes melitus terhadap Rongga Mulut Beberapa
manifestasi diabetes melitus terhadap rongga mulut yaitu: 1. Xerostomia Diabetes melitus menyebabkan suatu kondisi
disfungsi sekresi kelenjar saliva yang disebut xerostomia, dimana kualitas dan kuantitas produksi saliva di rongga mulut
menurun.19Mulut kering atau xerostomia adalah keluhan yang paling sering dirasakan oleh penderita DM yang tidak terkontrol,
tidak tediagnosa, tidak terkontrol dengan baik dengan adanya penurunan saliva. Penelitian yang dilakukan Kartimah
menjelaskan penyebab terjadinya xerostomia pada DM terjadi karena gangguan kongenital neuropati atau karena adanya
kerusakan pada nervus kranial VII (nevus fasialis) dan nervus kranialis IX (nervus glosofaringeal) yaitu nervus yang
menginervasi kelenjar parotis sumber penghasil saliva.20 2. Periodontitis Periodontitis adalah suatu penyakit peradangan
jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang biasanya berasal dari plak gigi yang
dapat mengakibatkan penghancuran progrsif jaringan ikat periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi,
atau keduanya.21 Penderita DM memiliki sistem imun yang rendah sehingga mudah terkena infeksi sehingga periodontitis
dan diabetes melitus mempunyai hubungan timbal balik dan saling berhubungan. C-Reactive protein merupakan suatu alfa-
globulin yang diproduksi di hepar dan kadarnya akan meningkat tinggi pada proses peradangan serta kerusakan jaringan.
Periodontitis, bakteri atau produknya (seperti LPS) menginvasi jaringan secara indirect, merangsang makrofag dan monosit
untuk menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin, khususnya IL-6 dan IL-1. Peningkatan mediator inflamasi akan
merangsang produksi dan mengaktivasi enzim yang merusak jaringan ikat, mematikan fibroblas, meningkatkan produksi
osteoklas, dan mematikan sel osteoblas.22 3. Burning Mouth Syndrom Penderita diabetes melitus biasanya mengeluh tentang
terasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya.Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih saliva berkurang,
sehingga terjadi radang dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar.20 4. Oral thrush Penderita
diabetes melitus yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada
mulut dan lidah. Penderita diabetes melitus yang merokok memiliki risiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar. Oral thrush
atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur candida ada di dalam mulut. Tubuh penderita
diabetes melitus kronis lebih rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik yang dapat mengganggu
keseimbangan bakteri di dalam mulut dan mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkant
thrush.23 Lesi terkait Candida meliputi stomatitis yang diinduksi gigi tiruan, angular chelitis dan glossitis median rhomboid yang
memiliki etiologi bakteri dan jamur campuran.Angular cheilitis terlihat di bibir komisura sebagai lesi pengerasan
eritematosa. Lesi tersebutdilaporkan terjadi pada penderita diabetes melitus dengan kontrol glikemik yang buruk. Median
rhomboid glossitis terlihat pada permukaan dorsal lidah sebagai kumpulan eritematosa berbentuk berlian pada garis tengah.24
Diabetes melitus berpengaruh dengan perkembangan lesi jaringan lunak mulut tertentu,pengaruh ini tidak dilaporkan secara
konsisten pada populasi diabetes melitus yang berbeda. Terdapat juga laporan tentang prevalensi fissure tounge, iritasi
fibroma,traumatic ulcers, lichen planus, stomatitis aphthosa rekuren, serta infeksi jamur, seperti oral kandidiasis. Pengaruh ini
dikarenakanimunosupresan kronis, penyembuhan yang tertunda dan atau hipofungsi saliva.25 5. Karies Karies adalah penyakit
kronis umum yang menyebabkan rasa sakit dan kerusakan gigi pada semua kelompok usia. Jika tidak diobati, karies gigi bisa
menyebabkan rasa sakit, infeksi, kehilangan gigi, dan akhirnya edentulisme. Kehadiran manifestasi oral ini dapat menghambat
kualitas hidup, nutrisi, dan, berpotensi, pengendalian glikemik. Penderita DM rentan terhadap kondisi mulut lainnya, seperti
kelainan periodontal dan kelenjar ludah, yang dapat meningkatkan risiko pengembangan karies gigi baru dan rekuren. Tinjauan
terhadap literatur menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang jelas antara DM dan karies gigi, namun beberapa penelitian
telah melaporkan riwayat karies gigi yang lebih banyak pada orang dengan DM. Berkurangnya sekresi saliva, peningkatan
karbohidrat pada kelenjar parotid, pertumbuhan flora mulut, peningkatan jumlah Streptokokus mutans dan Lactobacilli adalah
beberapa faktor yang berperan pada mulut penderita diabetes melitus terhadap kejadian karies gigi yang lebih tinggi.25Diabetes
melitus menjadi faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya jumlah karies dikarenakan pada diabetes melitus aliran cairan darah
mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik. Penderita diabetes melitus mengalami penurunan
jumlah air liur sehingga makanan melekat pada permukaan gigi, dan jika makanan dari golongan karbohidrat melekat bercampur
dengan bakteri yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat mengakibatkan keasaman didalam mulut
menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang atau karies gigi.23 2.2 Periodontitis Periodontitis adalah penyakit
inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang merupakan hasil respon antara sistem kekebalan tubuh dengan infeksi bakteri
gram-negatif sehingga menyebabkan kerusakan jaringan periodonsium, yaitu gingiva, ligamen periodontal, sementum dan
tulang alveolar. Tiga karekteristik utama yang dimiliki oleh agen patogenesis periodontitis adalah kemampuan berkolonisasi,
kemampuan menghindar dari respon pejamu dan kemampuan memproduksi substansi eksotoksin yang dapat membunuh
netrofil. Selain tiga karakteristik tersebut, Actino-bacillus actinomy cetemcomitans mampu melewati sel-sel epitel penyatu dari
saku periodontal dan berinvasi ke jaringan ikat dibawahnya. Porphyromonas gingivalis hanya dapat berinvasi di antara sel-sel
epitel penyatu. Akibat terjadi serangan bakteri, pejamu akan menghasilkan sel-sel inflamasi yang merespon dengan jalan
migrasi khemotaksis dan berkumpul pada daerah tertentu dimana sel-sel tersebut akan memfagositosis bakteri atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyingkirkan jaringan yang telah rusak.26 Kerusakan jaringan pada periodontal menyebabkan hancurnya serat kolagen dari
ligamen periodontal, yang mengakibatkan pembentukan poket periodontal antara gingiva dan gigi. Poket tidak dapat ditemui
pada pemeriksaan visual sederhana, dan penilaian dengan menggunakan prob periodontal sangat penting. Periodontitis adalah
penyakit yang berkembang perlahan namun kerusakan jaringan yang terjadi sebagian besar tidak dapat diubah. Tahap awal,
kondisinya biasanya asimtomatik; biasanya tidak menyakitkan, dan banyak pasien tidak sadar sampai kondisi ini berkembang
cukup untuk menghasilkan mobilitas gigi. Pokettersebut semakin dalam sebagai hasil dari bentuk penghancuran serat
ligamentum periodontal disebut sebagai kehilangan keterikatan dan resorpsi tulang alveolar yang terjadi bersamaan dengan
hilangnya perlekatan yang progresif. Periodontitis tingkat lanjut ditandai dengan eritema gema dan edema, perdarahan
gingiva, resesi gingiva, mobilitas gigi, drifting gigi, supurasi dari kantong periodontal, dan kehilangan gigi.
Periodontitisparah yang mengancam retensi gigi ditemukan 10-15% orang dewasa darijumlah populasi yang diteliti dan
eriodontitis sedang ditemukan 40-60% orang dewasa.27 Periodontitis merupakan penyakit radang kronis yang sangat
umum, namun sebagian besar tersembunyi. Selain itu, ia memiliki dampak negatif dan mendalam pada banyak aspek
kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup, yang mempengaruhi kepercayaan diri, interaksi sosial dan pilihan makanan. Faktor
risiko untuk penyakit periodontal meliputi diabetes melitus, kondisi yang terkait dengan tanggapan kekebalan yang
dikompromikan (misalnya HIV), merokok, kekurangan nutrisi, osteoporosis, obat-obatan yang menyebabkan pertumbuhan
berlebih gingiva yang disebabkan obat (beberapa penghambat saluran kalsium, fenitoin, ciclosporin), faktor genetik (belum
didefinisikan secara tepat), dan faktor lokal (defisiensi anatomis pada tulang alveolar).27
Sources Similarity
Cha Puskesmas II Tambak DmCompare text
adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin (sunjaya.14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok imt normal.hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (zieve. https://www.scribd.com/doc/257870149/Cha-Puskesmas-II-Tambak-Dm
4%
Definisi Diabetes MelitusCompare text
selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%.diet pada penderita diabetes melitus meliputi pengaturan kalori, dan pemberian makanan karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam ketujuh kelompok... http://repository.ump.ac.id/1590/3/PUPUT AJI TRIJAYANTO BAB II.pdf
4%
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di... - Kompasiana.comCompare text
hal tersebut menyebabkan meningkatnya asam lemak atau free fatty acid (ffa) dalam sel. peningkatan ffa ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose (teixeria-lemos dkk,2011). https://www.kompasiana.com/diansalamah/faktor-risiko-kejadian-diabetes-melitus-tipe-ii-di-puskesmas-kecamatan-cengkareng-jakarta-barat-tahun-2012_55546d5f65 23bda4144af003
6%
Diabetes melitus tipe 2 | Faktor resikoCompare text
dm tipe 2 berasal dari interaksi genetis. dan berbagai faktor mental penyakit ini. sudah lama dianggap berhubungan.diabetes mellitus tipe 2 (dm tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan... http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619
3%
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianCompare text
penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.18 penelitian di jepang yang melibatkan 359 penderita dm tipe 2 dari 159 keluarga, mendukung bahwa penyakit ini berhubungan dengan kromosom 3q, 15q, dan 20q, serta mengidentifikasi 2 loci potensial, yaitu 7p... http://eprints.undip.ac.id/37123/1/Radio_P.W.pdf
3%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 882 Date October 18,2018
Characters 6844 Exclude Url
6% Plagiarism
94% Unique
2 Plagiarized
Sentences
34 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
2.3 Hubungan Diabetes Melitus dengan Periodontitis Periodontitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita
diabetes melitus.20Beberapa peneliti menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal pada penderita DM dipengaruhi oleh
penurunan respon imun.Hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan komplikasi berupa mikrovaskuler yang ditandai dengan
peningkatan Advanced glycation endproduct(AGE) pada plasma dan jaringan. AGE akan berinteraksi dengan RAGE pada endotel
sehingga menimbulkan stres oksidatif menyebabkan terjadinya gangguan pembuluh darah pada jaringan periodontal. Gangguan
pembuluh darah akan menyebabkan gangguan distribusi nutrisi dan oksigen pada jaringan periodontal, sehingga bakteri gram
negatif anaerob yang merupakan bakteri komensal pada poket periodontal akan menjadi lebih patogen. Gangguan pembuluh darah
juga akan mempengaruhi pembuangan sisa metabolisme dalam jaringan periodontal, sehingga akan terjadi toksikasi jaringan
periodontal dan gingiva. 17 Penderita diabetes melitusmengalamipeningkatankadar glukosa dalam darah dan cairan gingival yang
merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan tersebut mengarah pada penyakit
periodontal yang berat. Perubahandalam proses penyembuhan luka adalah masalah umum pada penderitadiabetes melitus.
Proses penyembuhan luka pada jaringan periodontal berubah pada orang dengan hiperglikemia yang berkelanjutan, yang
mengakibatkan meningkatnya bone loss dan kehilangan perlekatan jaringan periodontal.28 Diabetes melitus merupakan faktor risiko
gingivitis dan periodontitis, dan tingkat kontrol glikemik menjadi faktor penting dalam hubungan ini. Bridge dkk. menyatakan bahwa
diabetes melitus mempengaruhi semua parameter periodontal, termasuk skor pendarahan, kedalaman saku, kehilangan
perlekatan dan kehilangan gigi. Penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol menderita kelainan fungsi sel pertahanan
utama periodonsium yaitu tidak seimbangnya fungsi kemotaksis dan fagositosis yang menyebabkan penderita diabetes melitus
lebih rentan terhadap infeksi.28 Periodontitis juga dapat memperburuk kontrol glikemik pada penderita diabetes melitus.Menurut
penelitian Grosso dan Genco, penyakit periodontal dapat meningkatkan tingkat keparahan diabetes melitus. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa terdapat hubungan dua arah antara diabetes melitus dengan penyakit periodontal dengan berinteraksi untuk
meningkatkan kerusakan jaringan. Infeksi kronis dalam respon inflamasi pada penderita diabetes melitus meningkatkan kerusakan
jaringan periodonsium pada penderita diabetes melitus, sedangkan infeksi periodontal dapat menyebabkan keadaan resistensi
insulin kronis sehingga mengubah kontrol metabolisme glukosa. Maka terjadilah siklus degeneratif dimana diabetes melitus
menyebabkan penurunan imunitas yang kemudian mempengaruhi kontrol metabolisme glukosa dan memberikan dampak
negatif terhadap diabetes melitus. 28 Gambar 2. Skema hubungan diabetes melitus dan periodontitis 2.4 Kebutuhan Perawatan
Periodontal Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut.
Penderita DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol. Bila dilakukan skeling
pada penderita diabetes melitus tanpa tindakan profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses periodontal.29 2.4.1 Indeks
Pengukuran Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN) dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan
anggota komite ahli WHO. CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk
menentukan kebutuhan perawatannya.1,11 Prinsip kerja CPITN yaitu: 7,30,31 1. Adanya prob khusus (prob WHO). Prob ini
memiliki ujung yang merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Prob ini digunakan untuk melihat adanya perdarahan dan
mengukur kedalaman saku dan terdapat daerah yang diberwarna hitam.Jika kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka seluruh
warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan
untuk poket kedalaman 6mm atau lebih maka seluruh bagian prob yang berwarna hitam tidak tampak lagi. 2. Penilaian atas tingkatan
kondisi jaringan periodontal. Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan selanjutnya ditentukan
kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria menentukan kebutuhan perawatan tersebut adalah : Tabel 1. Indeks
Kalkulus 0 Tidak ada kalkulus 1 Adanya kalkulus supragingival yang meluas sedikit (tidak lebih dari 1 mm) apikal dari tepi gingiva
bebas 2 Adanya kalkulus supragingival dan subgingival atau kalkulus subgingival saja dalam jumlah sedang 3 Adanya
penumpukan kalkulus supragingival dan subgingival yang banyak Tabel 2. Indeks Perdarahan 0 Tidak terjadi perdarahan 1
Perdarahan berupa titik kecil 2 Perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis 3 Perdarahan menggenang di interdental
Berdasarkan penilaian tersebut dapat ditentukan status periodontal untuk menentukan kebutuhan perawatan periodontal. Tabel 3.
Skor Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Periodontal Skor Status Periodontal Skor Kebutuhan Perawatan 0 Sehat,
tidak ada pendarahan, kalkulus atau poket 0 Tidak membutuhkan (TN0) 1 Terdapat perdarahan secara langsung atau dengan
kaca mulut terlihat setelah probing 1 Memerlukan perbaikan kebersihan mulut (TN1) 2 Terdapat kalkulus (supra atau subgingiva)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sewaktu probing terasa kasar tetapi seluruh daerah hitam pada prob masih terlihat 2 Memerlukan perbaikan kebersihan mulut dan
skeling supra dan subgingiva (TN2) 3 Terdapat poket patologis dengan kedalaman 4-5 mm, sebagian warna hitam pada prob
masih terlihat 4 Terdapat poket patologis dengan kedalaman ≥ 6 mm (bagian probberwarna hitam tidak terlihat lagi) 3
Memerlukan perbaikan kebersihan mulut, skeling supra dan subgingiva, root planing dan perawatan komprehensif (TN3) 3. Sektan
Penilaian dilakukan pada 6 regio gigi berdasarkan sektan-sektan yang ditentukan oleh gigi-gigi 17-14,13-23,24-27,47-44,43-33,34-
37, setiap sektan terdiri dari gigi indeks yang harus diperiksan tapi hanya skor yang terparah atau nilai tertinggi per sektan yang
dicatat. Bila di suatu sektan tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. 4. Gigi Indeks Pemeriksaan
dilakukan tidak pada semua gigi, melainkan hanya pada gigi tertentu saja yang disebut gigi indeks. Gigi-gigi indeks yang diperiksa
untuk umutr diatas 20 tahun yaitu 17, 16,11, 26, 47, 46, 31, 36, dan 37.Jika salah satu gigi molar maupun gigi insisivus tidak ada,
tidak perlu dilakukan penggantian gigi tersebut. Jika dalam sektan tidak terdapat gigi indeks, semua gigi yang ada dalam sektan
tersebut diperiksa dan diambil nilainya yang mempunyai keadaan yang terparah atau mempunyai skor tertinggi pada sektan
tersebut.
Sources Similarity
BAB 2Compare text
community periodontal index of treatment needs (cpitn) dikembangkan oleh ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli
who. cpitn memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi untuk menentukan kebutuhan
perawatannya. selain itu indeks ini juga...
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20431/Chapter%20II.pdf?sequence=4
6%
Penyakit Periodontal|PSYCHOLOGYMANIACompare text
prinsip kerja cpitn adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan
penyakit periodontal.sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 44-47. tapi hanya skor yang
terburuk per sektan yang dicatat.
https://www.psychologymania.com/2012/12/penyakit-periodontal.html
4%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 736 Date October 18,2018
Characters 5278 Exclude Url
13% Plagiarism
87% Unique
3 Plagiarized
Sentences
20 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode
survei untuk melihat kondisi periodontal pada pasien Diabetes melitus di Puskesmas Padang Bulan Medan ditinjau dari aspek
kebutuhan perawatan periodontal. 3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan
tersebar di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan 3.2.2Waktu Penelitian Pengambilan data
dilakukan bulan Februari-Juni 2018 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi penelitian adalah pasien Diabetes melitus
di Puskesmas Padang Bulan Medan 3.3.2Sampel Sampel yang diambil adalah pasien Diabetes Melitus yang memenuhi kriteria
inklusi. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling, yaitu satuan sampling dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu untuk memperoleh satuan sampel yang memiliki karakteristik yang dikehendaki dalam
pengambilan sampel. 3.3.3 Besar Sampel Untuk mendapatkan besar sampel digunakan rumus sebagai berikut: N =
(Z∝^2.P.Q)/d^2 Keterangan: Zα = α = 0,05 -> Zα = 1,96 P = Proporsi penyakit periodontal pasien diabetes melitus = 0,5 Q = 1 – P
= 0,5 d = Perbedaan proporsi yang diharapkan sebesar 20% = 0,2 N = (1,96)2. 0,5 . 0,5 (0,2)2 N = 24.01= 25 3.3.4 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu: 1. Penderita penyakit Diabetes melitus 2. Usia dewasa mulai dari 21 tahun 3. Memiliki
gigi minimal 10 gigi 4. Bersedia menjalani pemeriksaan dan menandatangani informed consent. 3.3.5 Kriteria Eksklusi: Kriteria
eksklusi penelitian ini yaitu: 1. Edentulus 2. Memakai alat orthodonti 3. Kehamilan 4. Penderita penyakit sistemik lainnya 5.
Menerima perawatan periodontal dalam 3 bulan terakhir 3.4. Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas Penderita Diabetes
Melitus 3.4.2 Variabel Terikat Kebutuhan perawatan periodontal CPITN 3.4.3 Variabel Terkendali Variabel terkendali pada
penelitian ini yaitu: 1. Usia 2. Gigi crowded pada gigi indeks 3. Karies pada gigi indeks 4. Penyakit sistemik lainnya 3.4.4
Variabel Tidak Terkendali Variabel tidak terkendali pada penelitian ini yaitu: 1. Pekerjaan 2.Tingkat pendidikan 3. Status
sosial 4. Ekonomi 5.Pemeliharaan kebersihan rongga mulut 3.5 Definisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur Diabetes Melitus Pasien Diabetes Melitus yangberada di wilayah kerja Puskemas Padang Bulan Medan
ditentukan dari rekam medis Rekam Medis DM atau Non-DM Kategorik Pemeriksaan CPITN Pemeriksaan terhadap gigi indeks
berjumlah 10 gigi meliputi gigi17, 16, 11, 26, 47, 46, 31, 36, dan 37. Kebutuhan perawatan penyakit periodontal berdasarkan
hasil pemeriksaan medis yang dilakukan dengan menggunakan indeks CPITN Skor 0 = Tidak membutuhkan perawatan
periodontal Skor 1 = Memerlukan perbaikan kebersihan mulut Skor 2 = Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan
perbaikan kebersihan mulut Skor 3 = Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut Skor 4 =
Memerlukan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva, root planning, dan perbaikan kebersihan mulut Prob WHO
Skor indeks CPITN Numerik 3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
Prob WHO untuk mengukur nilai CPITN Gambar 2. Prob WHO 2. Pinset 3.Sonde 4.Kaca mulut 5.Nierbeken/tray 6.Sarung
tangan 7.Masker 3.6.2 Bahan Penelitian Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu: 1.Alkohol 70% 2.Kapas 3.Tisu 4.Hand
sanitizer 3.7 Prosedur Penelitian 1. Penelitian dilakukan terhadap penderita penyakit Diabetes melitus di Puskesmas Padang
Bulan Medan. Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi.
Subjek yang terpilih diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian. Subjek yang setuju untuk mengikuti penelitian diberi lembaran informed
consent yang ditandatangani oleh subjek tersebut. 2. Pemeriksaan dilakukan menggunakan probberdesain khusus dengan ujung bulat
berdiameter 0,5mm dan area berwarna hitam sebagai skala berada pada daerah 3,5-5,5mm yang dikenal dengan nama probWHO. Gambar 3.
Pemeriksaan periodontal 3. Pemeriksaan kebutuhan perawatan periodontal menggunakan indeks CPITN. Sampel diperiksa berdasarkan 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sektan. Suatu sektan dapat diperiksa bila sektan tersebut terdapat paling sedikit dua gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika
di sektan hanya ada satu gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke sektan di sebelahnya, sehingga sektan dengan satu gigi tidak diberi
skor/nilai. 4. Penilaian untuk satu sektan adalah keadaan yang terparah atau skor nilai paling tinggi. Untuk keadaan periodontal sehat, diberikan
skor CPITN yaitu skor 0, bila terjadi perdarahan setelah probing diberi skor 1, bila terlihat kalkulus supragingiva/subgingiva di beri skor 2, untuk
kedalaman poket 4-5 mm diberi skor 3, dan untuk kedalaman poket lebih dari 6 mm diberi skor 4. Keseluruhan skor yang didapatkan dari tiap
segmen ditentukan dari skor tertinggi untuk menentukan nilai CPITN. 3.7.1 Skema Alur Penelitian Skema alur penelitian yang akan dilakukan : 3.7.2
Pengolahan dan Analisis Data Data tentang kebutuhan perawatan periodontal pada pasien periodontal di Puskesmas Padang Bulan Medan
akan dianalisis secara komputerisasi menggunakan uji statistik deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Sources Similarity
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup Zα = 1,96 P = Proporsi penyakit periodontal pasien diabetes melitus =
0,5 Q = 1 – P = 0,5 d = Perbedaan proporsi yang diharapkan sebesar 20% = 0,2 N = (1,96)2. 0,5 . 0,5 (0,2)2 N = 24.01= 25 3.3.4
Kriteria Inklusi Kriteria inklusi penelitian ini yaitu: 1. Penderita penyakit Diabetes melitus 2. Usia dewasa mulai dari 21 tahun 3.
Memiliki gigi minimal 10 gigi 4. Bersedia menjalani pemeriksaan dan menandatangani informed consent. 3.3.5 Kriteria Eksklusi:
Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu:
1. Edentulus 2. Memakai alat orthodonti 3. Kehamilan 4. Penderita penyakit sistemik lainnya 5. Menerima perawatan
periodontal dalam 3 bulan terakhir 3.4. Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas Penderita Diabetes Melitus 3.4.2 Variabel
Terikat Kebutuhan perawatan periodontal CPITN 3.4.3 Variabel Terkendali Variabel terkendali pada penelitian ini yaitu:
1. Usia 2. Gigi crowded pada gigi indeks 3. Karies pada gigi indeks 4. Penyakit sistemik lainnya 3.4.4 Variabel Tidak
Terkendali Variabel tidak terkendali pada penelitian ini yaitu: 1. Pekerjaan 2.Tingkat pendidikan 3. Status sosial 4. Ekonomi
5.Pemeliharaan kebersihan rongga mulut 3.5 Definisi Operasional Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur Diabetes Melitus Pasien Diabetes Melitus yangberada di wilayah kerja Puskemas Padang Bulan Medan ditentukan dari
rekam medis Rekam Medis DM atau Non-DM Kategorik Pemeriksaan CPITN Pemeriksaan terhadap gigi indeks berjumlah 10
gigi meliputi gigi17, 16, 11, 26, 47, 46, 31, 36, dan 37. Kebutuhan perawatan penyakit periodontal berdasarkan hasil
pemeriksaan medis yang dilakukan dengan menggunakan indeks CPITN Skor 0 = Tidak membutuhkan perawatan
periodontal Skor 1 = Memerlukan perbaikan kebersihan mulut Skor 2 = Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan
perbaikan kebersihan mulut Skor 3 = Memerlukan skeling supra dan subgingiva dan perbaikan kebersihan mulut Skor 4 =
Memerlukan perawatan kompleks, skeling supra dan subgingiva, root planning, dan perbaikan kebersihan mulut Prob WHO
Skor indeks CPITN Numerik 3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Prob WHO untuk mengukur nilai CPITN
Gambar 2. Prob WHO 2. Pinset 3.Sonde 4.Kaca mulut 5.Nierbeken/tray 6.Sarung tangan 7.Masker 3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu: 1.Alkohol 70% 2.Kapas 3.Tisu 4.Hand sanitizer 3.7 Prosedur Penelitian 1.
Penelitian dilakukan terhadap penderita penyakit Diabetes melitus di Puskesmas Padang Bulan Medan. Pemilihan sampel
sesuai dengan kriteria inklusi. Subjek yang terpilih diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian. Subjek yang setuju untuk
mengikuti penelitian diberi lembaran informed consent yang ditandatangani oleh subjek tersebut. 2. Pemeriksaan dilakukan
menggunakan probberdesain khusus dengan ujung bulat berdiameter 0,5mm dan area berwarna hitam sebagai skala berada
pada daerah 3,5-5,5mm yang dikenal dengan nama probWHO. Gambar 3. Pemeriksaan periodontal 3. Pemeriksaan kebutuhan
perawatan periodontal menggunakan indeks CPITN. Sampel diperiksa berdasarkan 6 sektan. Suatu sektan dapat diperiksa bila
sektan tersebut terdapat paling sedikit dua gigi dan tidak merupakan indikasi untuk pencabutan. Jika di sektan hanya ada satu
gigi saja, gigi tersebut dimasukkan ke sektan di sebelahnya, sehingga sektan dengan satu gigi tidak diberi skor/nilai. 4. Penilaian
untuk satu sektan adalah keadaan yang terparah atau skor nilai paling tinggi. Untuk keadaan periodontal sehat, diberikan skor
CPITN yaitu skor 0, bila terjadi perdarahan setelah probing diberi skor 1, bila terlihat kalkulus supragingiva/subgingiva di beri skor
2, untuk kedalaman poket 4-5 mm diberi skor 3, dan untuk kedalaman poket lebih dari 6 mm diberi skor 4. Keseluruhan skor yang
didapatkan dari tiap segmen ditentukan dari skor tertinggi untuk menentukan nilai CPITN. 3.7.1 Skema Alur Penelitian Skema
alur penelitian yang akan dilakukan : 3.7.2 Pengolahan dan Analisis Data Data tentang kebutuhan perawatan periodontal
pada pasien periodontal di Puskesmas Padang Bulan Medan akan dianalisis secara komputerisasi menggunakan uji
statistik deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk frekuensi dan persentase. ">Compare text
n : jumlah sampel = 31 zα: α= 0,05 zα = 1,96 r : koefisien korelasi dari pengukuran yang telah dilakukan =
0,072. zβ : power.47. dari hasil perhitungan diatas didapatkan hasil power penelitian kurang.
http://eprints.undip.ac.id/19152/1/ROBERT_SILITONGA.pdf
12%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sources Similarity
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 620 Date October 18,2018
Characters 4066 Exclude Url
0% Plagiarism
100
% Unique
0 Plagiarized
Sentences
6 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Data Demografis Subjek Penelitian Data demografis subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan lamanya menderita penyakit Diabetes Melitus yang dapat dilihat pada tabel
2. Tabel 2. Distribusi data demografis subjek penelitian Variabel n % Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Tingkat Pendidikan a.
SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi Lama Menderita Penyakit Diabetes Melitus a. <1 tahun b. 1-3 tahun c. >3 tahun 9 16 4 7 5 9
5 5 15 36 64 16 28 20 36 20 20 60 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 25 orang. Berdasarkan jenis
kelamin perempuan 16 orang (64%) dan laki-laki 9 orang (36%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas adalah Perguruan
Tinggi yaitu 9 orang(36%), SMP 7 orang (28%), SMA 5 orang (20%), dan SD 4 orang (16%).Berdasarkan lamanya menderita
penyakit Diabetes Melitus, paling banyak adalah kelompok subjek yang menderita penyakit Diabetes Melitus>3 tahun sebanyak 15
orang (60%), sedangkan kelompok subjek yang mederita Diabetes Melitus <1 tahun dan 1-3 tahun berjumlah sama masing-masing
5 orang (20%). 4.2. Gambaran Kondisi Rongga Mulut Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Gambaran kondisi rongga mulut subjek penelitian Kondisi Rongga Mulut n % Mengalami Gusi Berdarah saat Menyikat
Gigi a. Ya b. Tidak Mengalami Gusi Bengkak a. Ya b. Tidak 11 14 11 14 44 56 44 56 Berdasarkan tabel 3, subjek penelitian yang
pernah mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak adalah 11 orang (44%), dan subjek yang tidak mengalami
gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak adalah 14 orang (56%). 4.3. Distribusi Status Periodontal Terhadap Lamanya
Menderita Penyakit Diabetes Melitus Distribusi statusperiodontal terhadap lamanya menderita Diabetes Melitus pada subjek
penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi status periodontal terhadap lamanyamenderita penyakit Diabetes
Melitus Lama Menderita Diabetes Melitus Status Periodontal Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor3 Skor 4 Jumlah <1 tahun 0 (0%) 0 (0%)
1(4%) 3(12%) 1(4%) 5 (20%) 1-3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 1(4%) 3(12%) 1(4%) 5 (20%) >3 tahun 0 (0%) 0 (0%) 2 (8%) 9(36%) 4(16%)
15 (60%) Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa mayoritas subjek yang menderita penyakit Diabetes Mellitus > 3 tahun memiliki status
periodontal yang buruk dengan skor 3, sebanyak 9orang (36%),skor 4 sebanyak 4 orang (16%), skor 2 sejumlah 2 orang (8%),
sedangkan skor 0-1 adalah 0% sehingga jumlahnya 15 orang (60%). Subjek yang menderita Diabetes Melitus <1 tahun memiliki
status periodontal skor 3 sebanyak 3 orang (12%), skor 4 sebanyak 1 orang (4%), skor 2 sejumlah 1 orang (4%), sedangkan skor
0-1 adalah 0% sehingga jumlahnya 5 orang (20%). Subjek yang menderita Diabetes Melitus 1-3 tahun memiliki status
periodontal skor 3 sebanyak 3 orang (12%), skor 4 sebanyak 1 orang (4%), skor 2 sejumlah 1 orang (4%), sedangkan skor 0-1
adalah 0% sehingga jumlahnya 5 orang (20%). 4.4. Distribusi Kebutuhan Perawatan Periodontal pada Penderita Penyakit
Diabetes Melitus Distribusi kebutuhan perawatan periodontal penderita penyakit Diabetes Melitus pada subjek penelitian dapat
dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi kebutuhan perawatan periodontal penderitapenyakit Diabetes Melitus Kebutuhan Perawatan
Periodontal Skor CPITN Kebutuhan Perawatan Jumlah n Persentase % 0 Tidak membutuhkan (TN0) 0 0 1 Memerlukan perbaikan
kebersihan mulut (TN1) 0 0 2 Memerlukan perbaikan kebersihan mulut dan skeling supra dan subgingiva (TN2) 19 76 3 4
Memerlukan perbaikan kebersihan mulut, skeling supra dan subgingiva, root planing dan perawatan komprehensif (TN3) 6 24
Berdasarkantabel 5 terlihat bahwa semua subjek penelitian membutuhkan perawatan periodontal. Sebanyak 6 orang (24%) subjek
penelitian pada semua kelompok penderita Diabetes Melitus memiliki skor 4 sehingga membutuhkan skeling, root planing, dan
perbaikan kebersihan mulut. Selain itu, terdapat 19 orang (76%) yang memiliki skor 2 dan skor 3 sehingga membutuhkan skeling
dan perbaikan kebersihan rongga mulut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 950 Date October 18,2018
Characters 7467 Exclude Url
0% Plagiarism
100
% Unique
0 Plagiarized
Sentences
37 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
BAB 5 PEMBAHASAN Data demografi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok Diabetes Melitus
lebih banyak pada perempuan dengan 16 orang (64%) daripada laki-laki dengan 9 orang (36%). Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Maidiana dkk, yang menyatakan bahwa Diabetes Melitus kebanyakan pada
perempuan.Hal ini mungkin disebabkan karena perempuan lebih banyak merasakan stress yang dapat
mendukung terjadinya peningkatan kadar gula darah. Pasien perempuan juga lebih banyak melakukan kontrol
gula darah HbA1c dibandingkan laki-laki.4Berdasarkan penelitian ini, pasien perempuan lebih banyak
memeriksakan diri daripada laki-laki ke Puskesmas Padang Bulan Medan. Berdasarkan tingkat pendidikan pada
kelompok Diabetes Melitus lebih banyak pada perguruan tinggi. Hal ini sama dengan data dari Riset Kesehatan
Dasar 2013 (RISKESDAS) yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Melitus lebih banyak pada tingkat
pendidikan perguruan tinggi dibandingkan dengan SD, SMP dan SMA. Hal ini mungkin dikarenakan pada tingkat
perguruan tinggi memiliki kesibukan yang lebih sehingga tidak memperhatikan pola makan yang baik.7 Gambaran
kondisi rongga mulut penderita diabetes melitus pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak penderita yang
tidak mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak dibandingkan penderita diabetes melitus yang
mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak, dengan 14 orang (56%) yang tidak mengalami gusi
berdarah dan gusi bengkak dan 11 orang (44%) yang mengalami gusi berdarah dan gusi bengkak. Hasil ini tidak
sesuai dengan penelitianyang dilakukan Pranckevicience et al, bahwa tidak ada satupun pasien DM yang memiliki
jaringan periodontal normal. Penderita DM mengalami peningkatan kadar glukosa dalam darah dan cairan gingival
berarti juga mengubah lingkungan mikroflora dan menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan
tersebut mengarah pada penyakit periodontal yang berat. Penyakit periodontal yang parah ditandai dengan gusi
berdarah baik saat menyikat gigi maupun tidak dan gusi bengkak.5 Distribusi pasien berdasarkan lamanya
menderita Diabetes Melitus, jumlah tertinggi >3 tahun sebesar 60% dan memiliki skor CPITN 4 terbanyak yaitu 4
orang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maliya bahwa kondisi periodontal yang buruk banyak ditemui
pada penderita lebih dari 10 tahun. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayati bahwa
keparahan periodontitis tidak dipengaruhi oleh lamanya menderita tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa darah
penderita Diabetes Melitus sendiri.6 Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor
CPITN pada subjek adalah skor 2 dan skor 3 sebanyak 19 orang (76%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan
kebersihan rongga mulut. Skor 4 sebanyak 6 orang (24%) yaitu membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan
kebersihan rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Preferansow E.
Penelitian yang dilakukan Preferansow terhadap 155 pasien penyakit Diabetes Melitus dan dari hasil penelitian
ditemukan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada
kelompok penderita penyakit Diabetes Melitus.9Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bakhshandeh dkk menunjukkan bahwa sebanyak 35% pasien Diabetes Melitus memiliki poket ≥ 6mm (skor 4),
52% pasien dengan poket 4-5 mm (skor 3).11 Dinamika patologi periodontal pada diabetes tergantung banyak
faktor, terutama pada tingkat kontrol diabetes dan adanya komplikasi vaskular. Ukuran jangka panjang dari kontrol
diabetes adalah melalui penentuan konsentrasi hemoglobin terglikasi.Sejumlah penelitian menunjukkan korelasi
yang signifikan antara parameter kontrol metabolik diabetes dengan perkembangan mikrovaskular kronis dan
komplikasi makrovaskuler. Tingkat keparahan penyakit periodontal pada diabetes dapat disebabkan oleh
peningkatan aktivitas kolagenase yang mengarah pada prevalensi perusakan gingiva, gangguan kekebalan tubuh,
dan perkembangan intensif lokal dan umum flora bakteri mulut, khususnya bakteri Gram -negatif. Bakteri ini dapat
menurunkan fungsi neutrofil sekunder dengan memproduksi leukotoksin dan menyebabkan peradangan. Faktor-
faktor inilah yang berkontribusi terhadap penyakit periodontal yang lebih progresif dan cepat pada orang dengan
diabetes tidak terkontrol dibandingkan dengan orang sehat. Selain itu, mikroangiopati pembuluh darah pada
gingiva mengganggu distribusi oksigen, pembuangan produk limbah, dan migrasi leukosit. Faktor-faktor ini merusak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemampuan untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan periodontal pada pasien Diabetes Melitus.9 Banyak
penelitian mengemukakan keberadaan poket periodontal patologis pada pasienDiabetes melitus dan sering
hilangnya perlekatan epitel. Menurut Iacopino, ini menyebabkan penurunan kemampuan adaptasi periodontal dan
menciptakan kondisi untuk terinfeksi yang lebih sering, baik spesifik dan non-spesifik. Perubahan di atas didukung
oleh gangguan metabolisme lokal dan kemotaksis makrofag yang abnormal dari neutrofil. Rodrigues dkk meyakini
bahwa ruang lingkup dan sifat kebutuhan perawatan periodontitis secara signifikan membedakan pasien diabetes
dibandingkan dengan orang-orang sehat, terutama dalam hal penskelingan gigi.9 Tingkat kerusakan periodontal
pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi oleh kontrol glikemik dan kapasitas imunitas individu. Tervonen dan
Karjalainen yang meneliti pasien Diabetes dan non Diabetes sebagai kontrol selama 3 tahun menemukan bahwa
level dari tingkat kesehatan periodontal pada pasien Diabetes yang terkontrol dengan baik atau sedang kondisinya
sama dengan pasien yang nonDiabetes. Pasien dengan kontrol yang buruk memiliki lebih banyak kehilangan
perlekatan dan lebih cenderung memiliki penyakit periodontal rekuren.31 Adanya penyakit periodontal pada
pasien Diabetes Melitus juga menyebabkan kontrol glikemik yang buruk.32 Pasien Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol diketahui memiliki resiko yang sangat tinggi terkena periodontitis.33 Lipopolisakarida (LPS) bakteri
periodontal memberikan stimulus secara langsung maupun tidak langsung ke sel endotel, monosit, dan makrofag.
Peningkatan reaktivitas endotel dapat mengaktifkan sel inflamatori dan selanjutnya meningkatkan sitokin pro
inflamatori. Interleukin-1β(IL-1), Interleukin-6 (IL-6), Tumor Necrosis Factor-α(TNF- α) dan prostaglandin-E2 (PGE2)
memberikan sinyal pada sel-sel target dan jaringan yang berubah, seperti liver menghasilkan respon fase akut, dan
sel beta pankreas dan jaringan adiposa yang mempengaruhi fungsi sensitivitas insulin dan transportasi glukosa.
Diabetes Melitus meningkatkan penghancuran jaringan periodontal akibat respon imun yang tidak normal,
perubahan fungsi fibroblas dan level kolagen, serta efek mikrovaskular dari Advanced glycation end products
(AGEs). Akumulasi AGEs pada jaringan periodontal berkorelasi dengan peningkatan level dari mediator inflamasi,
yang berhubugan dengan kerusakan jaringan. Mediator inflamasi ini dapat menyebabkan keparahan kerusakan
jaringan periodontal pada penderita Diabetes Melitus. Peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada penderita
Diabetes Melitus membuktikan hubungan oral dan penyakit sistemik.
Penderita Diabetes Melitus dengan periodontitis aktif cenderung memiliki kontrol glikemik yang buruk bila dibandingkan
dengan pasien Diabetes Melitus tanpa periodontitis.15,27,33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5 PEMBAHASAN Data demografi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok Diabetes Melitus
lebih banyak pada perempuan dengan 16 orang (64%) daripada laki-laki dengan 9 orang (36%). Hal ini sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Maidiana dkk, yang menyatakan bahwa Diabetes Melitus kebanyakan pada
perempuan.Hal ini mungkin disebabkan karena perempuan lebih banyak merasakan stress yang dapat
mendukung terjadinya peningkatan kadar gula darah. Pasien perempuan juga lebih banyak melakukan kontrol
gula darah HbA1c dibandingkan laki-laki.4Berdasarkan penelitian ini, pasien perempuan lebih banyak
memeriksakan diri daripada laki-laki ke Puskesmas Padang Bulan Medan. Berdasarkan tingkat pendidikan pada
kelompok Diabetes Melitus lebih banyak pada perguruan tinggi. Hal ini sama dengan data dari Riset Kesehatan
Dasar 2013 (RISKESDAS) yang menyatakan bahwa prevalensi Diabetes Melitus lebih banyak pada tingkat
pendidikan perguruan tinggi dibandingkan dengan SD, SMP dan SMA. Hal ini mungkin dikarenakan pada tingkat
perguruan tinggi memiliki kesibukan yang lebih sehingga tidak memperhatikan pola makan yang baik.7 Gambaran
kondisi rongga mulut penderita diabetes melitus pada penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak penderita yang
tidak mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak dibandingkan penderita diabetes melitus yang
mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi dan gusi bengkak, dengan 14 orang (56%) yang tidak mengalami gusi
berdarah dan gusi bengkak dan 11 orang (44%) yang mengalami gusi berdarah dan gusi bengkak. Hasil ini tidak
sesuai dengan penelitianyang dilakukan Pranckevicience et al, bahwa tidak ada satupun pasien DM yang memiliki
jaringan periodontal normal. Penderita DM mengalami peningkatan kadar glukosa dalam darah dan cairan gingival
berarti juga mengubah lingkungan mikroflora dan menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif. Perubahan
tersebut mengarah pada penyakit periodontal yang berat. Penyakit periodontal yang parah ditandai dengan gusi
berdarah baik saat menyikat gigi maupun tidak dan gusi bengkak.5 Distribusi pasien berdasarkan lamanya
menderita Diabetes Melitus, jumlah tertinggi >3 tahun sebesar 60% dan memiliki skor CPITN 4 terbanyak yaitu 4
orang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Maliya bahwa kondisi periodontal yang buruk banyak ditemui
pada penderita lebih dari 10 tahun. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayati bahwa
keparahan periodontitis tidak dipengaruhi oleh lamanya menderita tetapi dipengaruhi oleh kadar glukosa darah
penderita Diabetes Melitus sendiri.6 Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor
CPITN pada subjek adalah skor 2 dan skor 3 sebanyak 19 orang (76%) yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan
kebersihan rongga mulut. Skor 4 sebanyak 6 orang (24%) yaitu membutuhkan skeling, root planing, dan perbaikan
kebersihan rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Preferansow E.
Penelitian yang dilakukan Preferansow terhadap 155 pasien penyakit Diabetes Melitus dan dari hasil penelitian
ditemukan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada
kelompok penderita penyakit Diabetes Melitus.9Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bakhshandeh dkk menunjukkan bahwa sebanyak 35% pasien Diabetes Melitus memiliki poket ≥ 6mm (skor 4),
52% pasien dengan poket 4-5 mm (skor 3).11 Dinamika patologi periodontal pada diabetes tergantung banyak
faktor, terutama pada tingkat kontrol diabetes dan adanya komplikasi vaskular. Ukuran jangka panjang dari kontrol
diabetes adalah melalui penentuan konsentrasi hemoglobin terglikasi.Sejumlah penelitian menunjukkan korelasi
yang signifikan antara parameter kontrol metabolik diabetes dengan perkembangan mikrovaskular kronis dan
komplikasi makrovaskuler. Tingkat keparahan penyakit periodontal pada diabetes dapat disebabkan oleh
peningkatan aktivitas kolagenase yang mengarah pada prevalensi perusakan gingiva, gangguan kekebalan tubuh,
dan perkembangan intensif lokal dan umum flora bakteri mulut, khususnya bakteri Gram -negatif. Bakteri ini dapat
menurunkan fungsi neutrofil sekunder dengan memproduksi leukotoksin dan menyebabkan peradangan. Faktor-
faktor inilah yang berkontribusi terhadap penyakit periodontal yang lebih progresif dan cepat pada orang dengan
diabetes tidak terkontrol dibandingkan dengan orang sehat. Selain itu, mikroangiopati pembuluh darah pada
gingiva mengganggu distribusi oksigen, pembuangan produk limbah, dan migrasi leukosit. Faktor-faktor ini merusak
kemampuan untuk memperbaiki dan meregenerasi jaringan periodontal pada pasien Diabetes Melitus.9 Banyak
penelitian mengemukakan keberadaan poket periodontal patologis pada pasienDiabetes melitus dan sering
hilangnya perlekatan epitel. Menurut Iacopino, ini menyebabkan penurunan kemampuan adaptasi periodontal dan
menciptakan kondisi untuk terinfeksi yang lebih sering, baik spesifik dan non-spesifik. Perubahan di atas didukung
oleh gangguan metabolisme lokal dan kemotaksis makrofag yang abnormal dari neutrofil. Rodrigues dkk meyakini
bahwa ruang lingkup dan sifat kebutuhan perawatan periodontitis secara signifikan membedakan pasien diabetes
dibandingkan dengan orang-orang sehat, terutama dalam hal penskelingan gigi.9 Tingkat kerusakan periodontal
pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi oleh kontrol glikemik dan kapasitas imunitas individu. Tervonen dan
Karjalainen yang meneliti pasien Diabetes dan non Diabetes sebagai kontrol selama 3 tahun menemukan bahwa
level dari tingkat kesehatan periodontal pada pasien Diabetes yang terkontrol dengan baik atau sedang kondisinya
sama dengan pasien yang nonDiabetes. Pasien dengan kontrol yang buruk memiliki lebih banyak kehilangan
perlekatan dan lebih cenderung memiliki penyakit periodontal rekuren.31 Adanya penyakit periodontal pada
pasien Diabetes Melitus juga menyebabkan kontrol glikemik yang buruk.32 Pasien Diabetes Melitus yang tidak
terkontrol diketahui memiliki resiko yang sangat tinggi terkena periodontitis.33 Lipopolisakarida (LPS) bakteri
periodontal memberikan stimulus secara langsung maupun tidak langsung ke sel endotel, monosit, dan makrofag.
Peningkatan reaktivitas endotel dapat mengaktifkan sel inflamatori dan selanjutnya meningkatkan sitokin pro
inflamatori. Interleukin-1β(IL-1), Interleukin-6 (IL-6), Tumor Necrosis Factor-α(TNF- α) dan prostaglandin-E2 (PGE2)
memberikan sinyal pada sel-sel target dan jaringan yang berubah, seperti liver menghasilkan respon fase akut, dan
sel beta pankreas dan jaringan adiposa yang mempengaruhi fungsi sensitivitas insulin dan transportasi glukosa.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diabetes Melitus meningkatkan penghancuran jaringan periodontal akibat respon imun yang tidak normal,
perubahan fungsi fibroblas dan level kolagen, serta efek mikrovaskular dari Advanced glycation end products
(AGEs). Akumulasi AGEs pada jaringan periodontal berkorelasi dengan peningkatan level dari mediator inflamasi,
yang berhubugan dengan kerusakan jaringan. Mediator inflamasi ini dapat menyebabkan keparahan kerusakan
jaringan periodontal pada penderita Diabetes Melitus. Peningkatan prevalensi penyakit periodontal pada penderita
Diabetes Melitus membuktikan hubungan oral dan penyakit sistemik.
Penderita Diabetes Melitus dengan periodontitis aktif cenderung memiliki kontrol glikemik yang buruk bila dibandingkan
dengan pasien Diabetes Melitus tanpa periodontitis.15,27,33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sources Similarity
PLAGIARISM SCAN REPORT
Words 168 Date October 19,2018
Characters 1201 Exclude Url
0% Plagiarism
100
% Unique
0 Plagiarized
Sentences
8 Unique Sentences
Content Checked For Plagiarism
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Mayoritas pasien penyakit Diabetes Melitus memiliki poket yang dalam dan
kalkulus supra dan subgingiva. 2. Kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit Diabetes Melitusdi Puskesmas
Padang Bulan Medan didominasi oleh skor 2 sebanyak 19 orang, yaitu memerlukan skeling dan perbaikan kebersihan rongga
mulut. 3. Pasien penyakit Diabetes Melitus, kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, dilihat dari frekuensi dan waktu
menyikat gigi yang tidak tepat. 4. Beberapa pasien belum pernah ke dokter gigi dan berkunjung ke dokter gigi hanya bila hendak
mencabut gigi. Hal ini akan memperparah kondisi periodontal dari pasien penyakit Diabetes Melitus. 6.2. Saran 1. Perlu
dilakukan edukasi dan motivasi terhadap pasien penyakit Diabetes Melitus agar lebih peduli dalam menjaga kesehatan rongga
mulut, sehingga dapat mencegah berkembangnya penyakit periodontal. 2. Pihak klinik dapat bekerjasama dengan dokter gigi
untuk melakukan program kesehatan gigi dan mulut agar tercapai kualitas hidup yang baik. 3. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan kondisi periodontal pasien penyakit Diabetes Melitus terhadap tipe Diabetes Melitus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA