kebijakan kajian penyelenggaraan infrastruktur.pdf
TRANSCRIPT
-
1
I. PENDAHULUAN
Indonesia telah memasuki suatu tahap transformasi pemerintahan dari sentralistik
menjadi bersifat desentralistik yang ditandai dengan adanya pembagian kewenangan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan
amanat dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pembagian kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, tidak berarti menjadikan kewenangan
Pemerintah Pusat berlawanan dengan Pemerintah Daerah atau bahkan berjalan sendiri-
sendiri. Koordinasi dan sinergi perencanaan pembangunan antartingkatan pemerintahan
(Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota)
merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan
pembangunan di daerah sebagai bagian dari keberhasilan pembangunan nasional.
Instruksi keempat oleh Presiden RI yang disampaikan dalam penutupan Raker III di
Istana Kepresidenan Bogor terkait dengan bidang ke-PU-an yaitu instruksi kepada Menteri
PU dan menteri-menteri yang terkait dengan pembangunan infrastruktur, bersama dengan
unsur daerah untuk menentukan kembali prioritas pembangunan infrastruktur sekaligus
merumuskan sisi penganggaran, paduan antara APBN, APBD Provinsi, dan APBD
Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kementerian PU dalam
dokumen Renstra tahun 2010 2014 menyebutkan bahwa untuk dapat
mengimplementasikan program dan kegiatan yang tertuang di dalamnya, diperlukan
koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah,
dan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan dunia usaha agar sumber daya yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal
dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur yang lebih
merata.
Penyelenggaraan infrastruktur bidang PU dan permukiman hingga saat ini masih
mengalami kendala antara lain: kurangnya koordinasi antara pelaksanaan kebijakan
pemerintah pusat dan daerah, kurangnya kontribusi pemerintah daerah dalam mendukung
kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur yang sumber dananya dari APBN (misalnya
sulitnya proses pembebasan lahan di daerah ketika akan dilakukan pembangunan
infrastruktur) dan masih belum selarasnya rencana pembangunan infrastruktur antara
-
2
pemerintah pusat dengan daerah. Isu dan kendala-kendala yang dihadapi dalam
penyelenggaraan kebijakan infrastruktur PU dan permukiman perlu segera ditangani
dengan mempertimbangkan aspek sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat serta
pengoptimalan biaya investasi dalam pembangunan infrastruktur PU dan permukiman.
Untuk itu, perlu disusun suatu pedoman mengenai strategi dan rencana penyelenggaraan
infrastruktur PU dan permukiman melalui sinergi pusat dan daerah untuk mewujudkan
penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman yang selaras dan saling mendukung
melalui sinergi pusat dan daerah.
Pedoman Kajian Kebijakan Penyelenggaraan Penyelenggaraan Infrastruktur PU
dan Permukiman menjadi panduan bagi daerah, yaitu provinsi dan kabupaten/kota dalam
menyusun dokumen rencana aksi penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman yang
mensinergikan pusat dan daerah (provinsi dan kabupaten/kota), sehingga dapat dihasilkan
suatu produk dokumen rencana aksi yang jelas dan operasional. Untuk menyusun pedoman
ini, dilakukan studi kasus terkait penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di 5
kawasan yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, Jawa Timur, NTT, dan
Kalimantan Selatan.
II. Kebijakan Terkait Sinergi Pusat Daerah dalam Penyelenggaraan Infrastruktur
PU dan Permukiman
Berikut ini akan dijelaskan beberapa kebijakan yang terkait dengan kegiatan
kajian kebijakan Penyelenggaraan Infrastrukur PU dan Permukiman melalui Sinergi
Pusat dan Daerah, yaitu antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 2025
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 20052025 merupakan kelanjutan
dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dengan kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP
Nasional Tahun 20052025 adalah untuk: (a) mendukung koordinasi antarpelaku
pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi,
-
3
sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi
pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d)
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan
dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
2. Undang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bidang
pekerjaan umum adalah salah satu urusan pemerintahan yang bersifat concurrent atau
dilaksanakan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Dengan landasan
ketentuan tersebut, penyelenggaran urusan yang dilaksanakan oleh Kementerian PU
adalah menangani urusan-urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan
Pemerintah, baik yang akan dilaksanakan sendiri maupun yang akan dilakukan melalui
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
percepatan pelembagaan penyelenggaraan urusan bidang pekerjaan umum di daerah
secara sinerjik dengan peran Pemerintah. Ke depan, peran Kementerian PU akan lebih
dititikberatkan untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
(TURBINWAS) di bidang pekerjaan umum, serta pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan DAK infrastruktur bidang pekerjaan umum dan permukiman.
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN)
Pada pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa RPJM Nasional merupakan penjabaran dari
visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program
Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas
kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
Pasal 5 ayat (2): RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi
-
4
pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah,
lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan
rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
4. PP Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penguatan Peran Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah Pusat di Daerah
Dalam kedudukan sebagai wakil Pemerintah, gubernur memiliki tugas dan wewenang:
a) pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota;
b) koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi dan
kabupaten/kota; dan c) koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota.
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
Dalam PP ini disebutkan bahwa pemerintahan daerah (provinsi/kabupaten/kota)
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan
pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota didasarkan atas
prinsip-prinsip penyelenggaraan desentralisasi dan tugas pembantuan
6. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 2014
Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan 2009-2014 yang tertuang dalam
Buku I RPJMN 2010-2014 perlu dirumuskan dan dijabarkan secara operasional dan
terukur ke dalam program dan kegiatan prioritas kementerian/lembaga dan satuan kerja
perangkat daerah. Dalam upaya mewujudkan prioritas nasional tersebut, berbagai
program aksi akan dilaksanakan di seluruh wilayah dengan memperhatikan fokus,
potensi, dan permasalahan di setiap wilayah.
7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang RKP 2011
Pasal 2 ayat (2): RKP tahun 2011 berfungsi sebagai:a. Pedoman
bagiKementerian/Lembaga dalam menyusun RencanaKerja Kementerian/Lembaga
-
5
tahun 2011;b. Acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun Rencana
KerjaPemerintah Daerah tahun 2011;c. Pedoman bagi Pemerintah dalam menyusun
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2011.
8. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang PercepatanPelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010
Instruksi Presiden yaitu mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas,
fungsi dan kewenangan masing-masing, dalam rangka percepatan pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional Tahun 2010. Untuk mengambil langkah-langkah tersebut
berpedoman kepada program-program sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Instruksi Presiden.
9. Rencana Strategis Kementerian PU Tahun 2010 2014
Di dalam Renstra Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014 dinyatakan bahwa upaya
sinergi menjadi faktor penting terutama dalam mewujudkan Visi Kementerian
Pekerjaan Umum yakni tersedianya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Permukiman
yang Andal untuk Mendukung Indonesia Sejahtera 2025. Sinergi yang dilakukan
diantaranya Strategi Pengembangan Wilayah dan Dukungan Terhadap Lintas Sektor.
10. Sinergi antara Pusat-Daerah dan antardaerah
Sinergi pusat-daerah dan antardaerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian
tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Sinergi
pusat-daerah dan antardaerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi,
anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah. Sinergi kebijakan pembangunan
antara pusat dan daerah dan antardaerah diperlukan untuk: (1) memperkuat koordinasi
antarpelaku pembangunan di pusat dan daerah; (2) menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi
pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4) mengoptimalkan
partisipasi masyarakat di semua tingkatan pemerintahan; serta (5) menjamin
-
6
tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
Sinergi dalam perencanaan kebijakan pembangunan pusat dan daerah baik lima
tahunan maupun tahunan akan dilaksanakan dengan mengoptimalkan penyelenggaraan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di semua tingkatan
pemerintahan (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional)
sehingga terwujud sinkronisasi antara kebijakan, program dan kegiatan antarsektor,
antarwaktu, antarwilayah, dan antara pusat dan daerah. Selain itu, Musrenbang juga
diharapkan dapat lebih mendorong terciptanya proses partisipasi semua pelaku
pembangunan dan berkembangnya transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
III. Tinjauan Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Lima
Wilayah Studi dan Survei Satminkal PU
A. Tinjauan Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Wilayah
Studi
1. Tinjauan Pelaksanaan Sinergi Pusat-Daerah di Provinsi Aceh
Pelaksanaan sinergi pusat-daerah di Provinsi Aceh untuk melihat sejauhmana
perkembangan penanganan kawasan prioritas yang di dalamnya terdapat sinergi pusat-
daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman yaitu dengan
penyelenggaraan SPPIP.
Untuk menentukan kawasan prioritas yang akan dikembangkan, dilakukan
indikator-indikator prioritas serta pemetaan permasalahan-permasalahan infrastruktur yang
terdapat di Kota Banda Aceh seperti peta jaringan jalan kota, peta jaringan drainase, dan
lainnya. Dari permasalahan-permasalahan tersebut dan dari hasil indikator yang disusun,
kemudian ditentukan lokasi kawasan prioritas terpilih yang akan dilakukan pengembangan
dan pembangunan infrastruktur. Untuk Kota Aceh, kawasan prioritas terpilih terdiri atas
beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturahman dan
Leungbata.
Kecamatan Kuta Alam memiliki luas wilayah 1.004,70 Ha yang terbagi dalam 11
kelurahan/desa/gampong. Kondisi infrastruktur ke-Cipta Karya-an di Kecamatan Kuta
-
7
Alam diindikasikan cukup buruk. Kecamatan Baiturrahman memiliki luas wilayah 453,90
Ha yang terbagi dalam 10 gampong. Kondisi infrastruktur drainase dan jalan lingkungan di
Kecamatan Baiturrahman relatif baik. Kecamatan Lueng Bata memiliki luas wilayah
534,10 Ha yang terbagi dalam 9 gampong. Kondisi drainase dan jalan lingkungan di
Kecamatan Lueng Bata dapat dilihat pada peta Indikasi Kondisi Drainase dan Jalan
Lingkungan di Kecamatan Leung Bata berada pada taraf sedang.
Pembangunan permukiman yang ingin dibangun dalam penyusunan SPPIP kota
Banda Aceh adalah permukiman yang terpadu dan berpihak kepada masyarakat, artinya
masyarakat diposisikan sebagai target grup sumber aspirasi sekaligus pelaku
pembangunan. Untuk mewujudkannya strategi pengembangan kota Banda Aceh dilakukan
melalui zonasi pengembangan permukiman dikategorikan dalam kelayakan huni, mitigasi
bencana, kepadatan. Strategi juga dijabarkan kedalam kerja teknis melalui proses
identifikasi infrastruktur yang rusak, perbaikan dan pembangunan baru infrastruktur.
Strategi pengembangan permukiman Kota Banda Aceh, yaitu sebagai berikut:
1. Strategi pembanguan fisik infrastruktur permukiman dan perkotaan kota Aceh
2. Strategi pengembangan sosial dalam pembanguan infrastruktur permukiman dan
perkotaan Kota Banda Aceh
3. Strategi pembangunan dan pengembangan kelembagaan untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiataan hasil penyepakatan SPPIP
4. Strategi Pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiataan hasil
penyepakatan SPPIP melalui: Mengembangkan Sistem Pembiayaan (keuangan)
Pengembangan Perumahan, Permukiman dan Infrastruktur yang berbasis
kemampuan daerah, kekuatan pasar, dan potensi ekonomi kawasan serta mobilisasi
partisipasi dana masyarakat dan pihak terkait lain.
5. Strategi Pelibatan masyarakat dan pelaku terkait lain untuk bersama melaksanakan
program dan kegiatan hasil penyepakatan SPPIP melalui: Mengembangkan
Keterlibatan masyarakat dan Pelaku Terkait Lainnya dalam Pengembangan
Permukiman dan Infrastruktur Kota
6. Strategi penguatan hukum dan peraturan untuk menjamin pelaksaaan program dan
kegiatan hasil penyepakatan SPPIP
7. Strategi pemberdayaan ekonomi yang mendukung keberlanjutan pelaksaaan program
dan kegiatan hasil penyepakatan SPPIP
-
8
2. Tinjauan Pelaksanaan Sinergi Pusat-Daerah di Provinsi Riau
Dengan melihat bentuk sinergi kerjasama badan pusat dan daerah Provinsi Riau
dan melihat kawasan yang perlu program pembangunan, maka perkembangan kawasan
prioritas yang ditangani meliputi kawasan permukiman perkotaan prioritas dan kawasan
permukiman kumuh di Provinsi Riau.
Untuk kawasan permukiman perkotaan prioritas arahan pemanfaatan ruang yaitu
Pembangunan baru pada lingkungan siap bangun dalam bentuk kawasan maupun yang
berdiri sendiri pada WP IV dan WP V; pemeliharaan lingkungan pada kawasan kawasan
yang sudah tertata/ stabil dengan kondisi lingkungan baik; perbaikan lingkungan pada
kawasan kawasan dengan kategori kondisi lingkungan sedang namun yang akan
dipertahankan kondisinya; peremajaan pada kawasan dengan kondisi kumuh sedang dan
berat dengan pembangunan vertikal; relokasi kawasan permukiman padat dan kumuh yang
berada di tepian/bantaran Sungai Siak; relokasi permukiman pada areal yang ditetapkan
sebagai kawasan konservasi di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir; penataan
bangunan (baik permukiman maupun non permukiman) yang keberadaannya tidak sesuai
dengan ketentuan batas sempadan sungai; Relokasi permukiman penduduk di sekitar
kawasan bandara yang berada pada radius radiasi kebisingan pesawat pada saat take off
dan landing.
Berdasarkan hasil observasi dan studi-studi terdahulu diketahui bahwa sebaran
lokasi kawasan permukiman kumuh di Kota Pekanbaru umumnya berada di sepanjang tepi
Sungai Siak dan Sungai Sago, yang meliputi Kelurahan Meranti Pandak, Kecamatan
rumbai Pesisir, Kelurahan Limbungan Kecamatan Rumbai Pesisir, Kelurahan Pesisir
Kecamatan Lima Puluh, Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Senapelan, Kelurahan
Kampung Bandar Kecamatan senapelan, Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Senapelan,
Kelurahan Tampan Kecamatan Payung Sekaki, dan Kelurahan eks-Teleju di Kelurahan
Rejosari.
3. Tinjauan Pelaksanaan Sinergi Pusat-Daerah di Provinsi Jawa Timur
Tinjauan pelaksanaan sinergi pusat-daerah di Provinsi Jawa Timur ditujukan
untuk melihat sejauhmana perkembangan penanganan kawasan prioritas yang
didalamnya terdapat sinergi pusat-daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan
-
9
Permukiman. Perkembangan kawasan prioritas yang ditangani meliputi kawasan
permukiman perkotaan prioritas di Kota Surabaya.
Dalam melakukan penentuan Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas yang
terdapat di Kota Surabaya terdapat indikator-indikator yang disusun. Dari kriteria-
kriteria yang telah disepakati tersebut, kemudian dapat ditentukan kawasan permukiman
prioritas di Kota Surabaya yaitu sembilan indikasi kawasan permukiman prioritas yang
terdapat di Kota Surabaya. Dari kesembilan lokasi tersebut kemudian dilakukan
penilaian berdasarkan kriteria dan indikator yang telah disebutkan diatas. Penilaian
terhadap kesembilan lokasi tersebut di dasarkan dari pemangku kepentingan pada
tingkat kota melalui proses diskusi yang intensif. Berdasarkan hasil penilaian merujuk
pada kriteria dan indikator tersebut di atas maka kawasan yang menjadi prioritas
penanganan di Kota Surabaya adalah Kecamatan Krembangan yaitu pada kawasan
permukiman yang terdapat di sekitar Bozem Morokrembangan.
Kawasan permukiman krembangan ini adalah suatu kawasan yang
dikembangkan untuk pengembangan fungsi konservasi sumber daya air Kota Surabaya
(konservasi Bozem Morokrembangan). Kepadatan bangunan di kawasan ini tergolong
tinggi, cakupan pelayanan air bersih ada cakupan air bersih >60% dan ada juga yang
-
10
2. Menertibkan kawasan permukiman yang berkembang pada kawasan yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya;
3. Mengembalikan penguasaan lahandan fungsi kawasan;
4. Menertibkan kawasan permukiman yang berada di kawasan sempadan bozem;
5. Mengendalikan perkembangan kawasan permukiman yang berada di sempadan
bozem;
6. Meningkatkan layanan infrastruktur permukiman melalui swadaya masyarakat;
7. Melakukan penataan bangunan dan lingkungan;
8. Menertibkan kawasan permukiman yang berada di kawasan sempadan sungai;
9. Menegaskan area darat dan basah melalui pembenahan sistem sanitasi
permukiman dan fungsi sungai;
10. Mengembangkan dan meningkatkan layanan infrastruktur melalui subsidi;
11. Melakukan penataan kawasan melalui manajemen lahan;
4. Tinjauan Pelaksanaan Sinergi Pusat-Daerah di Provinsi Kalimantan Selatan
Tinjauan pelaksanaan sinergi pusat-daerah di Provinsi Kalimantan Selatan
ditujukan untuk melihat sejaumana perkembangan penanganan kawasan prrioritas yang di
dalamnya terdapat sinergi pusat-daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan
Permukiman. Perkembangan kawasan prioritas yang ditangani meliputi kawasan
permukiman prioritas, kawasan irigasi/pertanian pangan berkelanjutan dan kawasan
pengembangan koridor ekonomi.
Kawasan Permukiman Perkotaan Prioritas
Penentuan Kawasan permukiman prioritas di Kota Banjarmasin dilakukan dengan
menganalisis kawasan prioritas berdasarkan RPIJM, penetapan kawasan prioritas
berdasarkan rencana tindak kawasan kumuh perkotaan, keterkaitan kawasan yang
diprioritaskan dengan Kawasan Strategis Propinsi dan Nasional, serta berdasarkan tinjauan
terhadap penetapan kawasan strategi menurut RTRW Kota Banjarmasin.
Berdasarkan penilaian tingkat kekumuhan, menunjukan bahwa kelurahan yang termasuk
kategori kumuh tinggi dan luas wilayah lebih dari 5 RT adalah Pekapuran Laut (11 RT),
Pasar Lama (6 RT), Kelayan Selatan (9 RT), Murung Raya (7 RT), Kelayan Tengah (11
RT), Kelayan Timur (8 RT), Pelambuan (6 RT). Sedangkan berdasarkan hasil analisis
-
11
penentuan kawasan permukiman prioritas menurut RPIJM dan Rencana Tindak Kawasan
kumuh perkotaan menunjukan bahwa kawasan Kelayan-Pekapuran dan Kawasan
Pelambuan-Rawasari yang menjadi prioritas utama. Selanjutnya untuk menentukan satu
kawasan terpilih akan dianalisis dengan ketentuan menurut materi teknis RTRW tentang
Kawasan Strategis Kota Banjarmasin yaitu Pelambuan-Basirih.
Kawasan Pelambuan-Basirih memenuhi kriteria dari RTRW sebagai kawasan strategis
Kota Banjarmasin. Kawasan Pelambuan-Basirih juga memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh RPIJM dan Rencana Tindak Kawasan Kumuh Perkotaan. Kawasan
Pelambuan-Basirih juga memenuhi persyaratan dalam mengakomodir kepentingan
Pemerintah Propinsi dan Pusat. Kawasan Pelambuan-Basirih berdekatan dengan Kawasan
Strategis Propinsi dan Pusat yakni kawasan pelabuhan regional Trisakti sebagai Pintu
Gerbang Kalimantan Selatan. Kawasan Pelambuan-Basirih perlu di prioritaskan
pengembangannya karena akan menjadi image dan tolok ukur keberhasilan pembangunan
di Kalimantan Selatan.
Kawasan Irigasi/Pertanian Pangan Berkelanjutan
Terdapat 4 (empat) Daerah Irigasi Utama di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu:
1. Daerah Irigasi Alabio (Kab. Hulu Sungai Utara)
2. Daerah Irigasi Pitab (Kab. Balangan)
3. Daerah Irigasi Batang Alay (Kab. Hulu Sungai Tengah)
4. Daerah Irigasi Amandit (Kab. Hulu Sungai Selatan)
Bentuk kerja sama sinergi pusat-daerah dalam membangun daerah irigasi yang ada di
Provinsi Kalimantan Selatan adalah:
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten melalui dana APBD berkontribusi terhadap
pembebasan lahan daerah irigasi termasuk sosialisasi kepada masyarakat sekitar.
Pemerintah melalui APBN membangun saluran/jaringan irigasi pada daerah irigasi
tersebut.
Kawasan Pengembangan Koridor Ekonomi
Batulicin adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan (ibu kota)
Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Batulicin merupakan salah satu kawasan
tambang yang penting dalam proses pengiriman batu bara dari Kalimantan Selatan ke
-
12
berbagai penjuru tanah air dan juga negara - negara internasional. Kawasan Batulicin
menjadi kawasan penambangan yang sangat penting. Hal ini terlihat dari banyaknya
potensi tambang dan potensi lainnya seperti kelapa sawit dan lainnya yang bisa diporelah
dari kawasan ini.
Bentuk sinergi kerjasama pusat-daerah dalam pengelolaan kawasan perekonomian
khususnya kawasan pertambangan Batulicin adalah sebagai berikut:
Pemerintah Pusat melalui APBN mendukung peningkatan Jalan Lintas Selatan
Provinsi Kalsel. Walaupun telah diberlakukan Perda No.3/2008 tentang Pengaturan
Jalan Khusus untuk Angkutan Perkebunan dan Pertambangan tetapi angkutan
CPO/kelapa sawit cair masih diperbolehkan melalui Jalan Nasional) sehingga
peningkatan jalan nasional diperlukan.
Pemerintah Provinsi melalui dana APBD mendukung peningkatan ruas jalan
penghubung (jalan akses) menuju ke Kawasan Batulicin dari kapasitas jalan 10 ton
menjadi 20 ton.
Pemerintah Daerah (Provinsi Kalsel dan Kabupaten Tanah Bumbu) mendukung
pembangunan jalan akses ke Pelabuhan
5. Tinjauan Pelaksanaan Sinergi Pusat-Daerah di Provinsi NTT
Tinjauan pelaksanaan sinergi pusat-daerah di Provinsi NTT ditujukan untuk
melihat sejauhmana perkembangan penanganan kawasan prrioritas yang didalamnya
terdapat sinergi pusat-daerah dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan
Permukiman.Perkembangan kawasan prioritas yang ditangani meliputi kawasan
permukiman prioritas.
Kawasan strategis Kota Kupang sebagaimana telah ditentukan dalam dokumen
perencanaaan sebelumnya meliputi 8 (delapan) kawasan yaitu:
1. Kawasan Strategis Kota Lama,
2. Kawasan Strategis Pantai Pasir Panjang dan Pantai Kelapa Lima,
3. Kawasan Strategis Wisata Tanjung Bululutung dan Pelabuhan Rakyat (Ecoport)
Namosain,
4. Kawasan Strategis Pelabuhan Tenau,
5. Kawasan Strategis Industri dan Pergudangan Alak,
6. Kawasan Strategis Pengembangan Bendungan Kolhua,
-
13
Isu yang terkait dengan perwujudan kawasan strategis nasional dan provinsi, pada
5(lima) tahun pertama indikasi program RTRWN, yaitu:
1. Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste bahwa wilayah perbatasan
kondisinya masih terbelakang serta terbatasnya sarana dan prasarana di perbatasan baik
perhubungan, energi, telekomunikasi, pemukiman, air bersih;
2. Kawasan Perbatasan Laut dan Pulau Terkecil bahwa permasalahan Pulau-pulau kecil di
Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sulit berkembang terutama karena lokasinya
sangat terisolir dan sulit dijangkau serta belum tersentuh oleh pelayanan prasarana
dasar ;
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay, Permasalahan terkait kawasan
Kapet Mbay adalah bahwa kawasan tersebut tidak berkembang secara optimal.
B. Survei Satminkal PU
Bidang Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007tentang Bidang Pekerjaan Umum, terdiri atas beberapa sub bidang yaitu sub bidang
di bawah naungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, sub bidang di bawah naungan
Direktorat Jenderal Bina Marga, sub bidang di bawah naungan Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air dan sub bidang di bawah naungan Direktorat Jenderal Penataan
Ruang. Dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis,
bidang-bidang ini sangat diharapkan kontribusi dan kerja samanya sehingga terjadi
kesinergiaan yang baik.
IV. Konsep Pedoman Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
Melalui Sinergi Pusat dan Daerah
Pedoman kebijakan penyelenggaraan infrastruktur yang disusun ini nantinya akan
berada di bawah kebijakan spasial dan kebijakan sektoral yang ada di daerah sebagai acuan
untuk rencana induk sektor PU dan pemukiman baik di Kawasan Strategis Nasional,
Kawasan Strategis Provinsi dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota. Artinya, setiap
penyelenggara kebijakan dalam tiap level pemerintah terikat komitmen untuk
melaksanakan program yang ada dalam pedoman ini dengan memasukkannya dalam
rencana kerja/RKP/RKPD.
Komponen utama dari pedoman ini sendiri antara lain adalah:
Strategi penyelenggaraan infrastruktur di kawasan strategis
-
14
Sinkronisasi dan prioritas program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
pemukiman yang merupakan hasil kesepakatan dari keempat Direktorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum yaitu Bidang Cipta Karya, Bidang Bina Marga,
Bidang SDA dan Bidang Penataan Ruang.
Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Kawasan
Strategis
Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Kawasan
Strategis
Mekanisme pembagian kewenangan dalam penyelenggaraan infrastruktur
prioritas di kawasan strategis
Mekanisme pengawasan dan pengendalian
Untuk mendapatkan strategi dan rencana penyelenggaraan infrastruktur dalam
pedoman ini maka ada prinsip dan kriteria yang harus diperhatikan. Beberapa prinsip
dalam penyusunan pedoman Peyelenggaraan Infratruktur PU dan Permukiman di Kawasan
Strategis yang dilakukan melalui sinergi pusat dan daerah, antara lain sebagai berikut:
Pedoman ini berbasiskan pada penataan ruang. Artinya, pedoman ini tidak hanya
berisi program-program prioritas penyelenggaraan infrastruktur, namun juga
kawasan-kawasan strategis prioritas yang perlu didorong pengembangannya
karena dianggap memiliki nilai ekonomi dan multiplier effect yang tinggi bagi
pertumbuhan perekonomian nasional maupun kawasan strategis yang perlu
dikendalikan pengembangannya.
Pembagian kewenangan dalam pedoman ini harus jelas porsinya dan mengikat
setiap pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pedoman ini. Dalam
pedoman ini terdapat pengaturan kewenangan penyelenggara bidang Pekerjaan
Umum (Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007) yang terdiri atas bidang
Cipta Karya, Bina Marga, Sumber Daya Air dan Penataan Ruang baik tingkat
pusat maupun daerah (PP No. 38 Tahun 2007) dalam penyelenggaraan
infrastruktur di kawasan strategis.
Pendanaan program dan strategi yang termuat dalam program ini akan bersifat
sharing. Artinya pendanaan dianggarkan dengan mempertimbangkan kapasitas
pendanaan dari APBN, APBD Provinsi/Kabupaten/ Kota dan juga melibatkan
peran serta masyarakat dan swasta.
-
15
V. Kegiatan Penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman Melalui Sinergi Pusat dan Daerah
Sasaran operasional dari kegiatan penyusunan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis adalah:
Terlaksananya review kebijakan spasial dan program infrastruktur PU dan
Permukiman di kawasan strategis.
Terumuskannya kriteria dan indikator kawasan strategis prioritas
Terumuskannya strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di
kawasan strategis.
Terbentuknya metode sosialisasi strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman di kawasan strategis.
Kegiatan Penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
melibatkan berbagai pihak yang memiliki interest/kepentingan dalam hal ini, seperti (1)
Pemerintah dalam hal ini adalah Koordinator Wilayah pada Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, dan
Direktorat Penataan Ruang; (2) Dinas Cipta Karya, Bina Marga, Sumber Daya Air dan
Penataan Ruang Provinsi. Satuan ini merupakan perpanjangan tangan dari Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Bina Marga, dan Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air untuk menjalankan proses penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
PU dan Permukiman yang berada di bawah dinas di tingkat provinsi yang menangani
persoalan infrastruktur PU dan permukiman kawasan strategis; (3) Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang dalam hal ini adalah Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) yang
berasal dari dinas atau badan/instansi pemerintah ataupun keahlian baik dari Perguruan
Tinggi maupun perwakilan masyarakat yang membidangi infrastruktur PU dan
permukiman; dan (4) pihak ketiga atau konsultan yang membantu proses penyusunan
Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan permukiman.
Lingkup Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur
PU Dan Pemukiman melalui Sinergi Pusat Daerah
Dalam kerangka waktu 6 (enam) bulan, lingkup kegiatan ini ditekankan kepada
penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan permukiman di kawasan
-
16
strategis prioritas. Secara garis besar, lingkup kegiatan strategi penyusunan pedoman
penyelenggaraan infrastruktur PU dan pemukiman meliputi 4 (empat) kegiatan, yaitu:
(1) review kebijakan spasial dan penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman
di kawasan strategis
Pada tahap ini dilakukan review terhadap kebijakan-kebijakan spasial yang terkait
infrastruktur dan permukiman baik itu kebijakan, strategi, dan program pembangunan
infrastruktur dan permukiman yang ada di kawasan strategis. Pada tahapan ini dilakukan
kajian-kajian terhadap arahan spasial pengembangan wilayah dalam 3 (tiga) tahun ke
depan (2012, 2013 dan 2014) yaitu Kawasan Strategis Nasional, Kawasan Strategis
Provinsi dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota sehingga diperoleh arahan pengembangan
di kawasan strategis yang perlu didorong maupun yang perlu dikendalikan, beserta rencana
infrastruktur pendukungnya.
(2) perumusan kriteria dan indikator kawasan strategis prioritas
Perumusan kriteria dan indikator pemilihan kawasan strategis prioritas dirumuskan melalui
penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD). Perumusan kriteria dan indikator
kawasan prioritas bisa didasarkan pada beberapa hal berikut:
1. Sesuai dengan arahan spasial dan pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman
2. Memiliki kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
3. Memiliki urgenitas penanganan.
Kegiatan penilaian kawasan prioritas ini dilakukan dengan menggunakan sistem
pembobotan (scoring) pada masing-masing kriteria dan pada setiap kriteria memiliki
bobot pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot kriteria bersifat
relatif dan bergantung pada preferensi individu atau institusi atau kelompok masyarakat
dalam melihat pengaruh masing-masing kriteria. Penilaian akhir identifikasi kawasan
prioritas dilakukan sebagai akumulasi dari hasil perhitungan terhadap kriteria
sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Dari penjumlahan berbagai peubah akan
diperoleh diperoleh total nilai maksimum dan minimum setiap variabel kriteria.
(3) strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis
Keluaran yang dihasilkan dalam kegiatan penyusunan Strategi Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan Permukiman meliputi; (1) Dokumen Strategi penyelenggaraan
-
17
infrastruktur PU dan Permukiman dan Dokumen Penyelenggaraan Kegiatan (Proceeding
Kegiatan) dengan rincian muatan sebagai berikut:
Indikasi arah penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman
Kajian mengenai arahan spasial pengembangan Kawasan Strategis dan program
infrastruktur
Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan strategis Rumusan tujuan
dan kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
Rumusan strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
Rumusan program Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
(4) Sosialisasi strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di
kawasan strategis
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan akan substansi
dari dokumen Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Kawasan
Strategis kepada dinas atau instansi terkait di daerah. Sosilisasi dan finalisasi berisikan
masukan untuk penyempurnaan dan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan finalisasi dan sosialisasi merupakan kegiatan penyempurnaan produk-produk
penyusunan strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman yang dihasilkan
untuk disebarluaskan kepada pemerintah pusat, propinsi dan daserah beserta pemangku
kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman di
kawasan Strategis. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada masukan
dari berbagai diskusi, FGD, dan konsultasi publik.
-
18
GAMBAR 1
LINGKUP PELAKSANAAN KEGIATAN PENYUSUNAN STRATEGI
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PEMUKIMAN
PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN
TAHAP 2
FGD
PENENTUAN KRITERIA DAN INDIKATOR
KAWASAN STRATEGIS PRIORITAS
1. Tabel Kriteria Dan Indikator Dengan
Pemberian Bobot. 2. Peta Kawasan Prioritas
(no 1,2,3)
TAHAP 3
FGD
STRATEGI PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR PU & PERMUKIMAN DI
KAWASAN STRATEGIS
Tabel
Matriks Arahan Spasial
Matriks Program Infrastruktur Matriks SWOT Kawasan
Strategis
TAHAP 4
FGD
SOSIALISASI STRATEGI
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU &
PERMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS PRIORITAS
Output: Leaflet Banner
TAHAP 1
WORKSHOP
REVIEW KEBIJAKAN
SPASIAL TERKAIT INFRASTURKTUR DAN
PERMUKIMAN
RENCANA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS
-
19
VI. Kegiatan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman Melalui Sinergi Pusat dan Daerah
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan Permukiman melalui Sinergi Pusat dan Daerah, antara lain sebagai
berikut:
Teridentifikasinya masalah-masalah dan potensi yang berpengaruh terhadap
pengembangan kawasan strategis (indikasi kawasan strategis berdasarkan arahan
Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman) terkait
infrastruktur PU dan permukiman.
Terindentifikasinya institusi dan berbagai kepentingan yang terlibat dalam
penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman.
Terumuskannya kawasan strategis terpilih yang akan diprioritaskan
pengembangannya dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman.
Terindentifikasinya berbagai sumber daya yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman serta sumber daya eksisting
yang dimiliki terhadap pengembangan kawasan strategis prioritas.
Terumuskannya indikasi program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman di kawasan strategis terpilih.
Terumuskannya urutan prioritas program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman di kawasan strategis terpilih.
Tersedianya rencana aksi program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman yang bersifat operasional dan berdampak pada penyelesaian
persoalan infrastruktur PU dan permukiman yang lebih luas.
Tersedianya acuan bagi direktorat dalam Kementerian Pekerjaan Umum yaitu
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang dalam
mengoptimalkan penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di kawasan
strategis.
Kegiatan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
melibatkan berbagai pihak yang memiliki interest/kepentingan dalam infrastruktur PU dan
permukiman, yaitu (1) Pemerintah dalam hal ini adalah Koordinator Wilayah pada
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal
-
20
Sumber Daya Air, Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum; (2) Dinas Cipta
Karya, Bina Marga, Sumber Daya Air dan Penataan Ruang Provinsi kawasan strategis
prioritas. Satuan ini merupakan perpanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat
Jenderal Penataan Ruang untuk menjalankan proses penyusunan Rencana Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan Permukiman yang berada di bawah dinas di tingkat provinsi yang
menangani persoalan infrastruktur PU dan permukiman kawasan strategis prioritas; (3)
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang dalam hal ini adalah Kelompok Kerja Teknis
(Pokjanis) yang berasal dari dinas atau badan/instansi pemerintah ataupun keahlian baik
dari Perguruan Tinggi maupun perwakilan masyarakat yang membidangi infrastruktur PU
dan permukiman ; dan (4) pihak ketiga atau konsultan yang membantu proses
penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan permukiman di kawasan
strategis terpilih.
Lingkup Kegiatan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman
Dalam kerangka waktu 6 (enam) bulan, lingkup kegiatan penyelenggaraan
infrastruktur PU dan permukiman ditekankan kepada penyusunan Rencana
Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis terpilih. Secara
garis besar, lingkup kegiatan penyusunan rencana penyelenggaraan infrastruktur PU dan
pemukiman meliputi:
(1) persiapan dan pemantapan kerja
Pada tahap ini dilakukan persiapan dan pemantapan kerja yang akan melandasi rangkaian
pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan. Cakupan kegiatan yang dilakukan yaitu
penyusunan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, sintesa data dan informasi
yaitu arahan spasial dan rencana infrastruktur kawasan strategis yang diperoleh dari
penyusunan Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman, dan
pembentukan kelompok kerja teknis (pokjanis) yang bertugas untuk mengarahkan dan
mengawasi kegiatan penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman. Adapun tim ini mencakup bidang-bidang dalam Kementerian PU yaitu Cipta
Karya, Bina Marga, SDA dan Penataan Ruang serta pihak- pihak lainnya seperti lembaya
masyarakat dan swasta (konsultan).
-
21
(2) Pemindaian masalah di kawasan strategis terkait penyelenggaraan infrastruktur
PU dan permukiman
Pemindaian/identifikasi masalah yang dilakukan bukan merupakan proses analitikal
ataupun suatu studi elaborasi masa lalu atau sekarang maupun masa depan, melainkan
problem scanning yang hanya merupakan suatu daftar dari problem dari kawasan itu.
Daftar problem yang dimaksud berupa kekurangan sumber daya/infrastruktur, tindakan
yang tidak diinginkan (berupa pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, kekurangan air
bersih, banjir, kurangnya koordinasi, dan lain sebagainya).
Lingkup kegiatan dari tahapan ini adalah melakukan survei primer dan survei sekunder.
Survei primer dilakukan melalui pengamatan langsung ke lapangan di kawasan-kawasan
strategis yang ditetapkan dalam Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman. Sedangkan survei sekunder dengan melakukan kajian terhadap kebijakan dan
strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis yang
dijadikan acuan pembangunan. Selain itu juga disiapkan peta dasar dengan skala 1:
150.000.
(3) Penentuan kawasan strategis terpilih
Dalam Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman telah dihasilkan
indikasi-indikasi kawasan strategis. Pada tahapan ini, selanjutnya akan ditentukan urutan
kawasan strategis tersebut berdasarkan hasil kajian pemindaian masalah pada tahap
sebelumnya (survei data sekunder dan survei data primer).
Namun sebelum melakukan penentuan kawasan strategis, terlebih dahulu diidentifikasi
institusi yang terlibat dalam penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di
kawasan strategis. Melalui FGD, institusi (dinas Pekerjaan Umum, lembaga swadaya
masyarakat, swasta, dan lain-lain), merumuskan dan menentukan kawasan strategis yang
dipilih. Metode atau proses yang digunakan yaitu proses konsultatif dengan orang-orang
yang yang berkaitan langsung dengan kawasan. Pembentukan tim penyusun yang bertugas
untuk mengarahkan dan mengawasi kegiatan Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman dilakukan oleh Pemerintah Pusat yaitu melalui pembentukan satker.
Dengan terindentifikasinya berbagai institusi/stakeholder yang terlibat dalam penyusunan
Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman, maka pihak-pihak inilah
yang akan berdiskusi melalui FGD untuk menentukan kawasan strategis yang akan
-
22
diprioritaskan pembangunannya (kawasan prioritas terpilih). Dalam penyelenggaraan
infrastruktur, menciptakan common interest diantara berbagai institusi yang terlibat dapat
menunjang keberhasilan penyelenggaraan infrastruktur tersebut. Hal ini yang membuat
perlu adanya suatu pemahaman yang jelas di antara berbagai institusi sehingga mereka
mendukung satu sama lain.
(4) Identifikasi program penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di
kawasan strategis terpilih
Pedoman ini memperlakukan program sebagai suatu 'basis untuk dimodifikasi' melalui
serangkaian tindakan analisis dan prioritas untuk memilih alternatif investasi program yang
bisa dilakukan, bukan didasarkan pada pandangan scientific mengenai kebutuhan dari
kawasan melalui 'analisis dan sintesis dari masa lalu dan tren masa depan.
Identifikasi program penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman dilakukan
berdasarkan konsep strategi penyelenggaraan infrastruktur PU dan pemukiman dan juga
dengan melakukan perkiraan mobilisasi sumber daya. Kelangkaan sumber daya
merupakan salah satu hambatan dalam implementasi penyelenggaraan infrastruktur
khususnya di dalam negara berkembang. Jadi rencana yang tidak didukung dengan sumber
daya yang cukup tidak memiliki kesempatan untuk diterjemahkan ke dalam aksi.
Kriteria dalam mobilisasi sumber daya, antara lain :
1. Memiliki dana untuk implementasi program
2. Memiliki sumber daya manusia yang cukup untuk mengimplementasikan
program
3. Apakah target grup memiliki kemungkinan untuk dikenakan membayar
infrastruktur yang dibangun.
Kriteria ini bukan merupakan suatu sistem pembiayaan detail dan pengkajian atau
perhitungan dari berbagai proposal yang biasanya berlaku, melainkan hanya
merupakansuatu indikasi dari sumber daya manusia dan dana.
(5) Penetapan prioritas program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman di kawasan strategis terpilih
Dalam mendesain program perlu melihat inovasi (teknis finansial manajerial). Inovasi ini
sering kali merupakan adaptasi dari solusi yang sama walaupun berbeda konteks yang
-
23
dilihat sebagai suatu penyelesaian masalah (best practices). Fokus yang dilakukan dalam
analisis program, antara lain :
1. Dampak dari mobilisasi sumber daya, misalnya penilaian dari kapasitas target grup
untuk membayar jasa/infrastruktur yang diterima baik secara langsung (retribusi)
atau secara tidak langsung (pajak) untuk memastikan keberlanjutan dari
penyelanggaraan dari infrastruktur
2. Complementary (Saling Melengkapi) yaitu program harus merupakan kerjasama
dari berbagai institusi, karena jarang sekali satu program di dalam satu kawasan bisa
berhasil jika diimplementasikan oleh salah satu institusi saja.
Penetapan prioritas merupakan suatu alat screening untuk menyeleksi dan pentahapan dari
program. Jadi ini merupakan suatu proses penajaman program agar bisa berhasil.
Penetapan prioritas ini merupakan penilaian terhadap jenis, besaran dan lokasi infrastruktur
yang dibutuhkan berdasarkan potensi permasalahan yang ada, proyeksi dan rencana
penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman di masa yang akan datang. Hasil dari
analisis ini disusun menjadi daftar Penetapan prioritas kawasan strategis yang akan
ditangani.
(6) Operasionalisasi dan sosialisasi.
Operasionalisasi merupakan suatu dokumen yang detail dari implementasi program. Di
dalamnya sudah mencantumkan mengenai detail dari aspek teknis dan biaya dari program-
program yang terpilih, struktur organisasi, pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi,
time schedule, sumber daya yang dibutuhkan, dan monitoring/review. Realisasi program
ini sangat penting sehingga dimasukkan dalam siklus pembangunan. Jadi, persiapan
rencana hanya merupakan suatu langkah pendahuluan dari arahan untuk menuju kesiapan
manajerial yang lebih baik untuk menghadapi tanggangan yang ada. Implementasi
merupakan suatu proses yang berorientasi pada program dimana institusi, sumber daya dan
penyesuaian-penyesuaian teknis dapat dilakukan.
Operasionalisasi dan implementasi Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman di Kawasan Strategis, memiliki lingkup kegiatan antara lain:
Menyusun tahapan pelaksanaan penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman
berdasarkan prioritas program yang telah ditetapkan sebelumnya.
-
24
Melakukan penyesuaian-penyesuaian teknis yang ditemui di lapangan dalam
pelaksanaannya.
Sosialisasi Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di Kawasan
Strategis memiliki lingkup kegiatan, seperti:
Melakukan sosialisasi hasil penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU
dan Permukiman di Kawasan Strategis melalui diseminasi kepada dinas/instansi
terkait di daerah.
Melakukan rekapitulasi dan notulensi terhadap berbagai masukan dari semua pihak
dalam tiap diskusi dan konsultasi publik.
Menyusun materi visualisasi hasil rencana yang akan digunakan untuk kebutuhan
sosialisasi dalam bentuk poster dan leaflet. Materi visualisasi ini berisikan konsep,
rencana, strategi dan rencana aksi program penyelenggaraan infrastruktur PU dan
permukiman di kawasan strategis terpilih.
Melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap rencana penyelenggaraan
infrastruktur PU dan Permukiman di kawasan strategis
Kegiatan penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU Dan Permukiman
dilakukan untuk kawasan strategis terpilih yang terdapat di Kawasan strategis Nasional,
kawasan strategis Provinsi maupun kawasan strategis kabupaten/kota dan mengacu pada
arahan yang terdapat dalam Strategi Penyelenggaraan Infrastruktur PU Dan Permukiman
di Kawasan Strategis. Dari kawasan tersebut akan dipilih dan ditentukan kawasan prioritas
mana yang akan disusun penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman.
Secara substansi, keluaran akhir yang diharapkan dari kegiatan penyusunan Rencana
Penyelenggaraan Infrastruktur PU Dan Permukiman berupa rencana aksi program
sehingga dapat diturunkan dan didetailkan dalam bentuk rencana teknis. Adapun rencana
aksi program ini disusun untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan didetailkan pada program
tahunan/1 (satu) tahun.
Kegiatan Penyusunan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
di Kawasan Strategis diselenggarakan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan pada satu tahun
anggaran yang terhitung sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.
-
25
GAMBAR 2
LINGKUP KEGIATAN PENYUSUNAN RENCANA PENYELENGGARAAN
INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN
OPERASIONALISASI DAN SOSIALISASI
PENETAPAN PRIORITAS PROGRAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN
STRATEGIS TERPILIH
IDENTIFIKASI PROGRAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN TERPILIH
PENENTUAN KAWASAN STRATEGIS TERPILIH
PEMINDAIAN MASALAH DI KAWASAN STRATEGIS
PERSIAPAN DAN PEMANTAPAN KERJA
RENCANA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS
FGD
FGD
FGD
-
26
Rencana Penyelenggaraan infrastruktur PU dan permukiman di kawasan strategis
ini dapat digunakan sebagai alat dalam penentuan dukungan pemerintah pusat kepada
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Adapun draft Surat Kesepakatan
Rencana Program Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Pemukiman di kawasan strategis
dan draft surat keputusan pembentukan Satgas dapat dilihat berikut ini.
LEMBAR KESEPAKATAN RENCANA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN
PERMUKIMAN DI KAWASAN STRATEGIS
PROVINSI.....................................................................................
KABUPATEN/KOTA........................................................................
Nomor .........................................................................................
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
ditetapkan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota. Menghadapi dinamika perubahan
yang terjadi tersebut, kami menyadari bahwa diperlukan keselarasan dalam cara
pandang atau paradigma dalam sinergi pemerintah pusat dan daerah dalam
penyelenggaraan infrastruktur PU dan Pemukiman yang terintegrasi baik dalam
konteks kewilayahan maupun dalam keterkaitannya dengan pengembangan
sektor lain.
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pada hari........ Tanggal..............2012,
kami sepakat untuk saling mendukung dalam perencanaan dan pelaksanaan
Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Pemukiman pada tahun 2013-
2015.
Demikian Program Kerja ini kami buat berdasarkan kepedulian kami dalam
upaya-upaya Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penyelenggaraan
infrastruktur.
Gubernur Sekjen Kementerian PU Ketua DPRD
-
27
FORMAT SURAT KEPUTUSAN PEMBENTUKAN SATUAN TUGAS (SATGAS) RENCANA
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN
KOP PEMERINTAH PROVINSI
K E P U T U S A N
GUBERNUR PROVINSI .....................
Nomor : ..........
TENTANG
PEMBENTUKKAN SATGAS (SATUAN TUGAS)
PENYUSUNAN RENCANA DAN PROGRAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU
DAN PERMUKIMAN
DI PROVINSI
GUBERNUR PROVINSI ..
MENIMBANG: a. bahwa untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dan keberlanjutan
penyelenggaraan infrastruktur, disusun rencana dan program
penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman di kawasan
strategis.
b. bahwa untuk keperluan tersebut di atas, dianggap perlu dibentuk
Satgas terpadu yang keanggotaannya dari pejabat/staf di tingkat
Provinsi ....................;
-
28
c. bahwa Pejabat/Staf yang namanya tertera pada daftar lampiran Surat
Keputusan ini, dipandang cakap dan memenuhi syarat untuk ditunjuk
sebagai Tim Penyusun Strategi dan Rencana dan Program
Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Pemukiman di Kawasan
Strategis
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir
tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Keputusan Gubernur
...............
MENGINGAT: 1. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
4. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional;
5. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota; dan
6. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI .............. TENTANG
PEMBENTUKAN SATGAS PENYUSUNAN STRATEGI DAN RENCANA
PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN DI
KAWASAN STRATEGIS
Pertama : Membentuk Satgas Penyusunan Rencana dan Program
Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman yang selanjutnya
disebut Tim Satgas Provinsi terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana,
-
29
dan Tim Sekretariat, dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Surat Keputusan ini.
Kedua : TIM PENGARAH, mempunyai tugas:
1. Memberikan arahan kebijakan untuk kegiatan Penyusunan Strategi
dan Rencana Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman
Provinsi di kawasan strategis;
2. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan
pimpinan instansi mitra kerjasama di dalam dan di Provinsi
.......................; dan
3. Menetapkan kebijakan program dan anggaran APBN yang layak
mendukung Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman.
Ketiga : TIM PELAKSANA, mempunyai tugas:
1. Melaksanakan tugas menyusun Rencana dan Program
Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi.
2. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya
manusia di tingkat Kota dan Kabupaten, dengan pemberdayaan
Satgas Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi
di tingkat Kota dan Kabupaten;
3. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan Rencana Penyelenggaran
Infrastruktur PU dan Permukiman yang akan dihasilkan dari proses
pendampingan ini; dan
4. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan terus
menerus pendampingan Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan
Permukiman Provinsi dan Daerah Kab/Kota.
Keempat : TIM SEKRETARIAT, mempunyai tugas:
1. Melaksanakan tugas untuk memberi dukungan teknis, administrasi,
dan logistik pada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana;
2. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk
pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Penyelenggaraan
-
30
Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi, dan Daerah
Kota/Kabupaten; dan
3. Melaksanakan tugas lain yang diinstruksikan oleh Tim Pengarah dan
Tim Pelaksana.
Kelima : Untuk mendukung pekerjaan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana, Ketua
Tim Pelaksana dapat membentuk Tim Ahli yang beranggotakan
tenaga-tenaga ahli yang kompeten dan berpengalaman dalam
Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi Daerah;
Keenam : Segala biaya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
Pendampingan Penyusunan dan Rencana Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi ini, dibebankan kepada
Satuan Kerja ...............
Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan ditinjau
dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : ...............
Pada tanggal : ...............
GUBERNUR PROVINSI ..................
..............................................
NIP. : ...........................
Tembusan Kepada Yth.:
1. Menteri PPN/Kepala Bappenas (sebagai laporan);
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum;
3. Para Anggota Satgas Penyelenggaraan Infrastruktur PU dan Permukiman Provinsi
yang bersangkutan; dan
4. Pertinggal.
-
31
Tabel 1. 1
Perbandingan Antara RPIJM, RPIIJM, SPPIP, RPKPP Dan Penyelenggaraan Infrastruktur PU Dan Permukiman
Aspek RPIJM RPI2JM SPPIP/
RPKPP
Penyelenggaraan
Infrastruktur PU dan
Permukiman Objek Penyusunan Investasi Jangka
Menengah
Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah
Infrastruktur dan permukiman
kumuh
Infrastruktur PU dan
permukiman
Keluaran Rencana program
investasi jangka
menengah tahunan
Rencana program investasi
pembangunan infrastruktur
tahunan
Strategi Pembangunan
Permukiman dan
Infrastruktur
Perkotaan
Rencana Pengembangan
Kawasan Permukiman
Prioritas
Strategi dan Rencana
Penyelenggaraan Infrastruktur
PU dan Permukiman di
Kawasan Strategis
Lingkup Cipta Karya Infrastruktur PU
Infrastruktur
perhubungan
Infrastruktur
telekomunikasi
Infrastruktur energi
dan ketenagalistrikan
Cipta Karya-Permukiman Kumuh Kementerian PU (Cipta Karya,
Bina Marga, SDA)
Sifat Operasional Operasional Operasional Operasional
Batasan Kawasan Batas Administratif Batas Administratif Batas Administratif dan Kawasan
Strategis
Kawasan strategis
Koordinator Gubernur Gubernur Gubernur Bappenas (KSN), Bappeprov
(KSP), dan Bappeda (KSK)
Skala Kabupaten, kota Provinsi, Kabupaten, kawasan
strategis
Kota Kawasan Strategis (Nasional,
provinsi, kabupaten, kota)
Sinergi Pusat Daerah Pusat Daerah Pusat Daerah Pusat Daerah
-
32
COVER Ringkasan Eksekutif.pdfKebijakan Kajian Penyelenggaraan Infrastruktur.pdf