kebersihan, persampahan, dan pertamanan (upt kp2) )

57

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )
Page 2: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

ii

SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15

TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(Studi Deskriptif Kualitatif di Dinas Lingkungan Hidup Unit Pelaksana Tugas,

Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

Disusun Sebagai Salah satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Ilmu

Pemerintahan (Sarjana) pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

(APMD)

Disusun Oleh:

KAROLINA WOB

15520097

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 3: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )
Page 4: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )
Page 5: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

iv

HALAMAN MOTTO

“BELAJARLAH DARI MASA LALU, KARENA MASA LALU ADALAH

GURU TERBESAR UNTUK LEBIH MEMAHAMI HIDUP DAN SELALU

MENGUCAP SYUKUR ATAS HIDUP YANG TUHAN BERIKAN, SELALU

MENOLONG ORANG LAIN DENGAN IKLAS KARENA KITA MANUSIA

ADALAH MAHKLUK SOSIAL YANG HIDUP SALING BERGANTUNG

SATU DENGAN YANG LAIN.”

(Karolina wob)

“BERJUANGLAH UNTUK HAL YANG PANTAS UNTUK

DIPERJUANGKAN”

“SEBAB ITU JANGANLAH KUATIR AKAN HARI BESOK, KARENA HARI

BESOK MEMPUNYAI KESUSAANNYA SENDIRI. KESUSAHAAN SEHARI

CUKUPLAH SEHARI ( MATIUS 6:34)”

Page 6: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tidak ada kata-kata terindah, selain mengucap puji dan syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena kasih berkat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Skipsi

ini dengan baik. Penyusun berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak. Skripsi ini saya persembahan kepada:

1. Orang tua penulis Mama Helena Keram (Alm), Mama Anemeri Katukdoan,

Mama Agatha, Mama Justina Keram, Bapak Johannes Wob, Bapak Simon

Kambayong, Bapak Marchelus Keram, Bapak Fransiskus Keram, yang

melahirkan, merawat, membesarkan, memotivasi, membiayai dan mendoakan

penulis selama ini.

2. Seluruh keluarga penulis, baik dari pihak bapak maupun pihak

Mama.Terimakasih atas doa, dukungan, nasehat, serta motivasinya selama ini.

3. Saudara dan saudari sepupuh penulis, kakak dan adik Anny Paliama, Jenny,

Olivia, Yakoba, Novita, Marlin, Magrita, Hendrika, Anton, Fransiskus,

Yoseph, Andre, Frengki,Wilhelmus (Alm), Tania. Terimakasih atas doa,

dukungan serta motivasinya selama ini.

4. Sahabat Kental penulis, Feronika, Fransiska, Martha, Novita, Gaudia,

Margaretha, Agustina, Evelina, Welestin, Emma, Trivena, Leominggus,

Kristina, dan Karlin. Terimakasih untuk selalu setia mendengar cerita dan

memotivasi penulis selama melewati masa-masa sulit masa kuliah.

5. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta tempat

penulis mendapatkan proses perkuliahan, pengalaman dalam menigkatkan

pengetahuan.

6. Teman seperjuangan STPMD “APMD” Yogyakarta penulis,( Margaretha

Alakok, Eduar Hamapu, Rind Ngobe, Bernadetha, Theresia, Issay Meku,

Miska, Ayu Resty, Fabianus Kaka, Herman, Grein, Agustinus, Petrus

Asogome, Icuk, Avend, Marsel, Dessy, Sani, Daud Agapa dan TIM Volly

Putri APMD) dan yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis, kalian

terbaik.

7. Untuk Teman-teman KKN angkatan 51 kelompok 18, Fathur Rahman, Safitri,

Kadija Tiro, Rinto Kaka, Bernat Panjaitan, Gabriel, Alexandro ,David.

Terimakasih untuk segala kebaikan serta membangun persaudaraan selama 50

hari, maafkan kalau sering marah-marah.

8. Untuk yang selalu saling jaga dan saling sayang di kota Yogyakarta,saudara,

sepupuh, adik, ponakan penulis ( Ester, Ifan, Valeria, Maria Wonap, Meghi,

Antonia, Stevani, Susan, Mario, Yunita, Evan). Terimakasih dan sukses selalu

Tuhan berkati.

Page 7: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul

“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15

TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN

BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” (Studi Peneliatian

Deskriptif Kualitatif di Dinas Lingkungan Hidup UPT KP2 Kabupaten Bantul).

Tugas Akhir Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi

oleh penulis guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan , di Prodi Ilmu

Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta. Penulis sadar bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari banyak,

untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan pengarahan yang telah

diberikan kepada penulis, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu

Pemerintahan.

3. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dalam mengarahkan serta membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA selaku Dosen Penguji Samping I yang telah

banyak memberi masukan terhadap isi skripsi ini.

5. Ibu Dra. Tri Daya Rini, M.Si selaku Dosen Penguji Samping II yang telah

banyak memberi masukan terhadap isi skripsi ini

6. Bapak / ibu Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan, yang telah banyak memberikan

bekal pendidikan bagi penulis.

7. Seluruh Staf dan Karyawan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta.

Page 8: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

vii

8. Pemerintah Daerah dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul , yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran bagi penulis untuk melakukan

penelitian

Yogyakarta 13 September 2019

Karolina. Wob

Page 9: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

xii

SINOPSIS

Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan akibat bertambahnya pola

konsumsi masyarakat yang akhirnya menyebabkan bertambahnya volume sampah.

Bertambahnya volume sampah bukan hanya pada jumlah, tetapi juga pada jenis

sampah yang semakin beragam. Kondisi ini diperparah dengan pola hidup

masyarakat yang instan dan paradigm masyarakat yang masih menganggap

sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang dan disingkirkan. Pada dasarnya

antara manusia dan lingkungan hidup adalah suatu bangunan yang seharusnya

berdiri saling menguatkan, manusia amat tergantung pada lingkungannya dan

begitu pula sebaliknya lingkungan juga amat tergantung pada aktivitas manusia.

Pengelolaan sampah Kabupaten Bantul dibawah koordinasi Dinas Lingkungan

Hidup bekerja sama dengan instansi lain yang terkait dengan dan juga masyarakat.

Hal ini didasari penetapan dari kebijakan pengelolaan sampah yang baik.

Dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Bantul penyusun ingin

mengetahui upaya apa saja yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH)

Kabupaten Bantul melalui perumusan Masalah sebagai berikut :1. Bagaimana

Implementasi Peraturan Daerah No 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di

Kabupaten Bantul ? 2. Apa kendala yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup

dalam pengelolaan sampah di Unit Pelaksana Tugas, Kebersihan Persampahan

dan Pertanaman (UPT KP2) Kabupaten Bantul DIY terkait Implementasi

Peraturan Daerah No 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah ?

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menuliskan atau

menggambarkan tentang sesuatu hal di daerah tertentu atau kelompok tertentu

atau pada saat tertentu. Metode deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah merupakan metode yang berupaya mendiskripsikan fakta-fakta yang

ditemui dilapangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dalam

upaya pengelolaan sampah DLH Kabupaten Bantul telah menerapkan beberapa

kebijakan. Pada umumnya kebijakan yang telah ditetapkan sesuai dengan kondisi

yang ada di Kabupaten Bantul namun pelaksanaannya belum maksimal karena

masih kurangnya sarana prasarana, petugas pengangkut dan sebagian masyarakat

belum menyadari pentingnya hidup bersih.pelaksanaan teknik oprasional

pengelolaan sampah dimula dari pewadahan, pengumpulan, pengelolaan, serta

pembuangan ke TPA.

Dalam penelitian tersebut maka penyusun menyarankan agar DLH

Kabupaten Bantul melakukan penyuluhan atau sosialisasi tentang hidup bersih

dan lingkungan yang bersih dan juga pengawasan regulasi teknis perlu

ditingkatkan lagi agar masyarakat merasa nyaman dengan hati adanya

penumpukan sampah dimana-mana.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan Peraturan, Pengelolaan Sampah

Page 10: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, ditambah

dengan terus bertambahnnya tempat hunian yang tersebar diberbagai daerah

dan perkotaan di Indonesia tidak bisa terlepas dari banyaknya sampah yang

dihasilkan. Belum lagi dengan menjamurnya pabrik-pabrik dan pasar

swalayan yang hampir disetiap daerah, membuat produksi sampah semakin

meningkat, persoalan sampah, merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

sebuah kota atau daerah, seiring pertumbuhan penduduk yang meningkat tentu

saja akan berpengaruh pada penggunaan dan kebutuhan konsumsi

masyarakatnya yang terus melonjak.

Masalah lingkungan telah menjadi perhatian internasional, bahkan

kepopulerannya sering disejajarkan dengan masalah hak asasi manusia (HAM)

dan demokrasi. Lingkungan memang bagian dari integral dari kehidupan

manusia dimana dan kapanpun mereka berada. Lingkungan yang rusak akan

membuat penduduk menderita , lingkungan memang harus menjadi perhatian

dan ukuran keberhasilan suatu proses pembangun bangsa dan umat manusia.

Pertumbuhan penduduk telah menimbulkan akibat bertambahnya pola

konsumsi masyarakat yang akhirnya menyebabkan bertambahnya volume

sampah. Bertambahnnya volume bukan hanya pada jumlah, tetapi juga pada

jenis sampah yang semakin beragam. Kondisi ini diperparah dengan pola

Page 11: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

2

hidup masyarakat yang instan dan paradigma masyarakat yang masih

menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang dan disingkirkan. Di

sisi lain, pengelolaan sampah hanya dilakukan sebagai sesuatu yang bersifat

rutin, yaitu hanya dengan cara membuang sampah. Pada akhirnya, hal ini

berdampak pada semakin langkahnya tempat untuk membuang sampah dan

produksi sampah yang semakin banyak mencapai ribuan m3/hari.

Pada dasarnya antara manusia dan lingkungan hidup adalah suatu

bangunan yang seharusnya berdiri saling menguatkan, manusia amat

tergantung pada lingkungannya dan begitu pula sebaliknya lingkungan juga

amat tergantung pada aktifitas manusia.

Pemerintah diharapkan telah mengambil kebijakan dan langkah-

langkah yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan sebagai tindakan

antisipasi sedini mungkin terhadap masalah lingkungan, permasalah

lingkungan yang akan terjadi baik dimasa sekarang maupun yang akan datang.

Terutama pemecahan terhadap masalah sampah ini sangat diperlukan

pengaturan yang insentif dan terus menerus oleh aparat pemerintah dan

tentunya dukungan serta kesadaran dari segenap lapisan masyarakat. Karena

jika tidak, barang yang sudah tidak dipakai ini bisa menimbulkan masalah

yang lebih besar. Seperti masalah lingkungan, masalah kesehatan dan masalah

etestika.

Pencemaran lingkungan tersebut diatas, dalam kehidupan sehari-hari

banyak ditimbulkan oleh sampah. Sampah yang merupakan benda padat yang

dibuang oleh manusia karena dianggap tidak berguna lagi. Sampah yang

Page 12: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

3

dibuang seringkali dilakukan disembarang tempat, sehingga selain dapat

menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan juga dapat mengganggu

kesehatan dan keindahan lingkungan.

Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat maupun bertepatan langkah-

langkah pemerintah dalam teknik sampah, merupakan syarat pokok untuk

terciptanya keselarasan terhadap ekosistem sebab pada dasarnya pengelolaan

sampah menjadi tanggung jawab setiap warga itu sendiri.

Sampah-sampah yang dihasilkan itu sendiri dapat berupa sampah

rumah tangga, industri, bahkan sampah perkantoran maka pemerintah

direncanakan suatu kebijakan yang dirumuskan, ditetapkan atau disahkan.

Suatu kebijakan atau peraturan harus di implementasikan agar mempunyai

dampak atau tujuan yang diinginkan. Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan

perlu adanya kerja sama dan didukung antara aktor dan masyarakat agar

sebuah kebijakan dapat berjalan dengan baik.

Kondisi ini makin memburuk manakala pengelolaan sampah di

masing-masing daerah masih kurang efektif, efisien, berwawasan lingkungan

serta tidak terkordinasi dengan baik, jika pengelolaan sampah belum

dilaksanakan dengan baik maka akan menjadi sumber masalah, baik sosial

maupun lingkungan yang muncul di masyarakat, munculnya berbagai elemen

penyakit akibat pencemaran air, tanah, polusi udara hanya sebagian kecil

akibat dari buruknya pengelolaan sampah tersebut.

Page 13: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

4

Pengelolaan Sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola

hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan timbulnya

sampah karena tidak seimbangnya sumber daya yang ada dengan keadaan

alam, sehingga pengelolaan kebersihan belum mampu melayani seluruh yang

dihasilkan, oleh karena itu volume sampah yang ditimbulkan semakin

meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah serta volume

sampah yang sangat tinggi.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul, dilakukan berdasarkan

peraturan provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta No.193 tahun 1995,bahwa

pengelolaan sampah dilaksanakan secara terkoordinasi dan atau melalui

kerjasama pembangunan atara daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Jadi untuk pengelolaan sampah di Provinsi

Daerah Istimewah Yogyakarta dilaksanakan secara terpadu antar daerah dalam

lingkup wilayah, Daerah Istimewa Yogyakarta hal ini dimaksudkan agar

kawasan TPA tidak mengaggu kawasan penting lainya dan sebagai bentuk

pengendalian penggunaan ruang,di D.I Yogyakarta.

Pengelolaan Sampah telah menjadi isu yang penting selain masalah

lingkungan lainnya, terutama untuk kota-kota besar yang terdapat di Negara-

negara berkembang, oleh karena itu pemerintah perlu menyediakan fasiitas

pengelolalaan sampah menggunakan teknologi baru agar sampah tersebut

dapat ditangani dan tidak lagi menyebabkan polusi. Pemerintah Kabupaten

Bantul memiliki pekerjaan besar terkait penanggulangan sampah, pasalnya

sampah yang dihasilkan oleh masyarakat di Bumi Projotamansari jumlahnya

Page 14: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

5

mencapai 600 ton setiap hari. Jumlah tersebut belum termasuk sampah

kiriman dari wilayah utara yang hanyut melalui sungai-sungai.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah

sebagai barang sisa yang tak berguna , bukan sebagai sumber daya yang perlu

dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada

pendekatan akhir yaitu, sampah dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat

pemprosesan akhir sampah. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpuk

pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan

paradigma baru pengelolaan sampah, di mana sampah sebagai sumber daya

yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya untuk

energi, kompos, pupuk ataupun bahan baku industri.

Penanganan terkait permasalahan sampah ini bukan hanya

mengandalkan dari pemerintah semata, namun dibutuhkan pula kesadaran

masyarakat untuk secara bersama-sama mengurangi beban sampah. Sebelum

dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), sampah dari limbah rumah

tangga dilakukan proses pemilahan dari sampah organik dan sampah

anorganik ini masing-masing dilakukan di rumah pilah. Adanya rumah pilah

ini agar tidak semua di buang ke TPA sehingga timbunan sampah dikurangi.

Pengoprasiannya bisa di intergrasikan dengan keberadaan bank sampah dan

perajin sampah, sehingga prinsip yaitu (1). pemanfaatan kembali (Reuse)

adalah manfaat barang bekas untuk fungsi sama atau berbeda.misalnya botol

sirup bekas untuk tempat air, memberikan pakian bekas layak pakai kepada

yang membutuhkan, dan menyumbangkan barang bekas ke pihak-pihak yang

Page 15: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

6

membutuhkan. (2). Pengurangan (Reduce) yaitu mengurangi penggunaan

segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Misalnya mengurangi

penggunaaan kertas tissue dan menggantikannya dengan sapu tangan, kurangi

penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar

tidak salah, baca Koran online dan lainnya.(3). Mengolah kembali/mendaur

ulang (recycle), adalah mengubah bentuk atau sifat sampah melalui proses

biofisik-kimiawi menjadi produk baru yang lebih berharga. Misalnya

mengubah sampah basah menjadi kompos, mengolah sampah plastik menjadi

pelet. Untuk memberikan nilai tambah pada sampah, potensi pemanfaatan

sampah hanya bisa di gali oleh individu yang kreatif. Salah satunya adalah

memanfaatkan sampah, baik organik maupun anorganik sebagai sumber daya

kehidupan.

Definisi sampah menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses

alam yang berbentuk padat. Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum (2007), sampah merupakan suatu buangan atau produk sisa

dalam bentuk padat sebagai akibat kegiatan manusia yang dianggap sudah

tidak bermanfaat lagi, untuk itu harus dikelola agar tidak membahayakan

lingkungan dan kesehatan manusia. Sampah yang tidak ditangani dengan baik

dapat mengundang kuman penyakit.

Dari sisi lain pengelolaan sampah hanya dilakukan sebagai suatu yang

bersifat rutin, yaitu hanya dengan cara memindahkan, membuang, dan

memusnakan sampah. Pada akhirnya, hal ini berdampak pada semakin

Page 16: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

7

langkanya tempat untuk membuang sampah dan produksi sampah yang

semakin banyak dicapai ribuan m3/hari,menyebabkan merebaknya TPA/TPS

illegal di berbagai tempat baik lahan kosong maupun di sungai-sungai yang

terdapat di wilayah Kabupaten Bantul.

Pemerintah Kabupaten Bantul guna mengelola sampah membuat satu

kebijakan yaitu dirumuskan dan ditetapkan suatu kebijakan Peraturan Daerah

Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah yang

memutuskan dan menetapkan bahwa Instansi yang berwenang adalah satuan

kerja perangkat daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang

pengelolaan sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia

dan/atau proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah

tangga maupun sampah sejenis sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga

adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga

yang sebagian besar terdiri dari sampah organik, tidak termasuk tinja dan

sampah spesifik.sampah sejenis rumah tangga adalah sampah yang tidak

berasal dari rumah dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial,

kawasan industri, fasilitas umum, dan ataupun fasilitas lainnya.

Menurut Peraturan Daerah No 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Sampah pada pasal 4 menyatakan pengelolaan sampah bertujuan: (a)

Mengurangi kuantitas dan dampak yang ditimbulkan oleh sampah; (b)

Meningkatkan kualitas masyarakat; (c) Meningkatkan kualitas lingkungan

hidup; (d) menjadikan sampah sebagai sumber daya; dan (e) Merubah perilaku

masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Page 17: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

8

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup, kalkulasi timbunan sampah

jika menggunakan perhitungan standar, maka setiap orang menghasilkan

sampah antara 0.55 kg sampai 0.65 kg perhari. Jika perhitungan tersebut

dikalikan dengan jumlah penduduk Kabupaten Bantul sebanyak 955 ribu jiwa

(angka ini berdasarkan sensus BPS tahun 2007), maka sampah yang

dihasilkan sekitar 600-700 ton perhari.

Minimnya jumlah kendaraan pengangkat dan jumlah personil

kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Bantul terhitung tahun

2017 personil dan alat pengangkut masih kurang karena jumlah petugas

kebersihan baru 300 orang dan armada truk pengangkut sampah baru ada 16

unit, idealnya untuk petugas ada 600 orang dan truk pengangkut ada 60 unit.

Dan pada mei 2019 baru ada penambahan 17 armada pengangkut. Masih

banyaknya masyarakat yang membuang sampah di sembarang tempat, ada

beberapa titik yang masih banyaknya tumpukan sampah. Dinas Lingkungan

Hidup akan serius menangani persoalan sampah dan akan rutin menggelar

OTT bagi masyarakat yang gemar membuang sampah sembarang, OTT yang

dimaksud semacam operasi tanggap tangan (OTT) bagi pembuang sampah di

tempat-tempat illegal yang bukan semestinya. Operasi ini melibatkan jajaran

Satpol-PP, Polsek, Koramil hingga Pemerintah Desa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut :

Page 18: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

9

1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Batul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Pada Dinas Lingkungan Hidup, UPT KP2 ?

2. Apa kendala yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dalam

Pengelolaan Sampah di UPT KP2 Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta terkait implementasi Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Sampah ?

C. Tujuan Penelitian

Sebelum dilaksanakannya suatu penelitian, hendaknya diketahui

terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan penelitian tersebut, sehingga

penelitian dapat dilaksanakan secara sistematis dan terarah.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Untuk mendiskripsikan Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No

15 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui sejauh mana Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah

No 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bantul.

Page 19: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

10

b. Memberi informasi kepada masyarakat atau pihak terkait mengenai

Implementasi Kebijakan Perda No. 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Sampah di DLH Kabupaten Bantul, DIY

c. Memberikan input yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi

pihak pelaksana dalam hal ini DLH Kabupaten Bantul, DIY dimasa yang

akan datang.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian yang menjelaskan variabel-variabel

dan hubungan-hubungan antar variabel berdasarkan konsep, defisi tertentu.

Unsur yang paling besar peranannya dalam suatu penelitian adalah teori.

Karena dengan unsur inilah penulis mencoba menjelasakan permasalahn yang

terjadi.

1. Pengertian Implementsi Kebijakan

Menurut Van Metter dan Van Horn dalam Agustino (2008:195)

menjelaskan bahwa, implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau

kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainnya tujuan-tujuan yang telah digaris dalam keputusan kebijakan.

Esensi utama dari implementasi kebijakan adalah memahami apa yang

seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup usaha untuk

mengadministrasikannya dan menimbulkan dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian.

Page 20: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

11

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008:196)

menjelaskan bahwa, implementasi kebijakan adalah keputusan kebijakan

dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang

penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut

mengidentifikasikan masalah-masalah yang ingin diatasi, menyebutkan

secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara

untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.

Berdasarkan rumusan implementasi kebijakan sebagaimana

dikemukakan diatas, maka implementasi kebijakan dapat dimaknai sebagai

pelaksanaan kegiatan/aktifitas mengaju pada pedoman-pedoman yang

telah disiapkan sehingga dari kegiatan/aktifitas yang telah dilaksanakan

tersebut dapat memberikan dampak/akibat bagi masyarakat dan dapat

memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah yang menjadi

sasaran program.

Menurut Lester dan Stewart dalam Agustino (2008:196)

mengatakan bahwa, implementasi kebijakan sebagai tahap

penyelenggaraan kebijakan segera telah di tetapkan menjadi undang-

undang. Dalam pandangan luas implementasi kebijakan diartikan sebagai

pengadmisistrasian undang-undang kedalam berbagai aktor, organisasi,

prosedur, dan teknik-teknik yang bekerja secara bersama-sama untuk

mencapai tujuan dan dampak yang ingin diupayakan oleh kebijakan

tersebut. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting

Page 21: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

12

dalam keseluruhan struktur kebijakan karena melalui prosedur ini proses

kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau

tidaknnya pencapaian tujuan.

Menurut Bressman dan Widansky dalam Agustino (2008:198)

menyatakan bahwa, Implementasi kebijakan adalah suatu proses interaksi

antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu mencapai tujuan.

Implementasi kebijakan merupakan proses lanjutan dari tahap formulasi

kebijakan. Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan-tujuan

kebijakan sedangkan pada tahap implementasi kebijakan, tindakan (action)

diselenggarakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Menurut Van Metter dan Van Horn (Wahab, 2001),

menyatakan bahwa ada enam faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan:

1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Setiap kebijakan publik harus mempunyai standar dan sasaran

kebijakan yang jelas dan terukur. Dengan ketentuan tersebut,

tujuan kebijakan dapat terwujud. Apabila standar dan sasaran

kebijakan tidak jelas, akan terjadi multi-interpretasi dan

menimbulkan kesalah pahaman serta konflik di antara para agen

implementasi.

2) Sumber Daya

Page 22: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

13

Suatu implementasi kebijakan memerlukan dukungan sumber

daya, baik sumber daya manusia (human resources), sumber daya

materi (matrial resources), maupun sumber daya metode (method

resources). Dan ketiga sumber daya tersebut, sumber daya yang

paling penting adalah sumber daya manusia karena di samping

sebagai subjek implementasi kebijakan, sumber daya manusia juga

termasuk objek kebijakan pemerintah.

3) Hubungan Antarorganisasi

Dalam berbagai program implementtasi kebijakan, sebagai

realitas dari program kebijakan, diperlukan hubungan yang baik

antarinstansi yang berkaitan, yaitu dukungan komonikasi dan

koordinasi. Komonikasi dan koordinasi merupakan salah satu urat

nadi dari sebuah organisasi agar semua programnya dapat di

realisasikan sesuai dengan tujuan dan sasarannya.

4) Karateristik Agen Pelaksana

Untuk mencapai keberhasilan maksimal suatu implementasi

kebijakan harus diidentifikasikan dan diketahui karateristik agen

pelaksana yang mencakup struktur birokrasi, norma, dan pola

hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah

ditentukan.

Page 23: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

14

5) Disposisi Implementor

Implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor ini

dibedakan menjadi tiga hal yaitu: (a) respons implementor terhadap

kebijakan, yang terkait dengan kemauan implementor untuk

melaksanakan kebijakan pemerintah; (b) kondisi, yaitu pemehaman

terhadap kebijakan yang telah ditetapkan; (c) intens disposisi

implementor, yaitu prefensi nilai yang dimiliki tersebut.

6) Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang

dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh

mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan

bagi implementasi kebijakan; karateristik para partisipan, yaitu

mendukung atau menolak; sifat opini pemerintah yang ada di

lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi

kebijakan.

Lebih lanjut Merille S. Gerindle (1980) mengatakan bahwa

keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variabel yaitu : isi

kebijakan dan lingkungan dari implementasi atau konteks kebijakan.

(Subarsono,2005:93)

a. Isi kebijakan

Isi kebijakan, meliputi beberapa faktor seperti : kepenttingan

yang dipengaruhi, tipe keuntungan yang diharapkan, cakupan

perubahan yang diupayakan, situs pembuatan keputusan, implementor

Page 24: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

15

program, dan sumber daya yang tersedia. Jika semua kepentingan

benar-benar diperhitungkan dan diakomodasikan, maka suatu

kebijakan dapat diimplementasikan jika kebijakan tersebut

memberikan keuntungan kolegian dan dapat langsung dirasakan dari

pada kebijakan yang hanya memberikan manfaat kepada kelompok

tertentu dan hasilnya baru dinikmati dalam jangka panjang. Selain itu,

semakin luas cakupan perubahan yang diupayakan oleh suatu

kebijakan, maka semakin sulit kebijakan tersebut diimplementasikan.

b. Konteks kebijakan

Sedangkan dalam konteks kebijakan tediri dari beberapa

variabel seperti : kekuasaan, kepentingan, dan strategi para aktor yang

terlibat, karakteristik rezim dan institusi, serta ketaatan tingkat daya

tangkap. Aspek yang terakhir ini sangat penting, tanpa responsivitas

yang tinggi, implementor kehilangan banyak informasi yang

sebenarnya dimanfaatkan untuk memperbaiki kebijkan. Daya tangkap

yang dimaksud harus di usahakan dalam kerangka menciptakan

fleksibilitas, dukungan dan umpan balik, sehingga keluaran dan

dampak kebijakan yang diharapkan tetap dapat diwujudkan maka

implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses

melaksanakan suatu keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah

eksekutif atau dekrit Presiden).

Page 25: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

16

Sedangkan menurut Mazmanian dan Sebastier dalam

Agustino,(2008:196) terdapat tiga kelompok veriabel yang

berpengaruh terhadap implementasi suatu kebijakan yaitu:

1. Karakteristik dari masalah (tractability of the problem) kelompok

variabel karakteristik masalah mencakup:

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan,

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran,

c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi,dan

d. Cakupan perubahan perilaku yang diinginkan.

2. Karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to

structure implementation) kelompok variabel karakteristik/

undang-undang mencakup:

a. Kejelasan isi kebijakan,

b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis,

c. Besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan

tersebut,

d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

berbagai institusi pelaksana,

e. Kejelasan dan kostitensi aturan yang ada pada badan pelaksana,

f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebiujakan, dan

g. seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan.

Page 26: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

17

3. Variabel lingkungan (nonstatutory varibles affecting

implementation) variabel lingkungan kebijakan mencakup

a. Kondisi sosial, eonomi masyarakat dan tingkat kemajuan

teknologi

b. Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan

c. Sikap dari kelompok pemilih, dan

d. Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan

implementor

c. Kebijakan

Kebijakan adalah sesuatu ucapan atau tulisan yang memberikan

petunjuk umum tentang penetapan ruang lingkup yang memberi batas

dan arah umum kepada seseorang untuk bergerak secara etimologis.

Kebijakan adalah terjemahan dari kata policy kebijakan dapat juga

sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis pelaksanaan

suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak kebijakan dapat

berbentuk keputusan yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh

pengambil keputusan puncak dan bukan kegiatan-kegiatan yang

berulang rutin dan terprogram atau terkait dengan aturan-aturan

keputusan.

Pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli atau pendapat

para ilmuan sebagai berikut :

Menurut Mustopadidjaja, mengemukakan bahwa kebijakan

adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi

Page 27: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

18

permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan

tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman

perilaku dalam (1) pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus

dilakukan baik kelompok sasaran ataupun unit organisasi pelaksanaan

kebijakan, (2) penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang

telah ditetapkan baik di dalam hubungan dengan unit organisasi

pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

Menurut Friedrik (1963) kebijakan adalah serangkain tindakan

yang diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan

tertentu dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta

kesempatan yang memungkinkan pelaksanaan usulan tersebut dalam

upaya mencapai tunjuan.

Menurut Wiliam Dun (1999), kebijakan adalah aturan tertulis

yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat,

yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tatanilai

baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para

anggota organisasi atau organisasi masyarakat dalam berperilaku.

Kebijakan pada umumnya bersifat problem dan proaktif berbeda

dengan hukum dan peraturan (regulation), kebijakan lebih bersifat

adaptif dan intepratatif, meskipun kebijakan juga mengatur apa yang

boleh, dan apa yang tidak boleh. Kebijakan juga diharapkan dapat

bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik.

Page 28: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

19

Kebijakan harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondiri

spesifik yang ada. Berikut ada tiga petunjuk kebijakan yaitu :

a. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang ,menjadi pedoman atau

petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun bersifat

negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang

bersangkutan.

b. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan

kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah

tentang pelaksanaan suatu undang-undang.

c. Kebijakan teknik, yaitu kebijakan oprasional yang berada dibawah

kebijakan pelaksana.

2. Konsep Dasar Implementasi Kebijakan

Menurut Wahab (2001), implemetasi kebijakan dapat dilihat dari

beberapa sudut pandang, yaitu sebagai berikut:

1) Perhatian pertama pembuat kebijakan memfokuskan diri pada sejauh

mana kebijakan tersebut telah tercapai dan apa alas an yang

menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kebijakan tersebut.

2) Dari sudut pandang implementor, implementasi terfokus pada tindakan

pejabat dan instansi dilapangan untuk mencapai keberhasilan program.

3) Dari sudut pandang target groups, implementasi akan lebih dipusatkan

pada apakah implementasi kebijakan tersebut benar-benar mengubah

pola hidupnya dan berdampak positif panjang bagi peningkatan mutu

hidup termasuk pendapatan mereka.

Page 29: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

20

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli tersebut,

disimpulkan bahwa implemetasi kebijakan merupakan suatu kegiatan atau

usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dengan harapan

memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari suatu

kebijakan itu sendiri.

a. Rumusan Kebijakan Pemerintahan

W.I. Jenkins (Wahab,1997) merumuskan kebijaksanaan

pemerintahan yaitu serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang

diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik

berkenan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk

mencapainya dalam suatu di mana keputusan-keputusan itu pada

prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan

dari para aktor tersebut.

Chief J. O. Udoji (Wahab,1997) mendefinisikan kebijaksanaan

pemerintah yaitu, suatu tindakan yang bersanksi yang mengarah pada

suatu tindakan tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau

sekelompok masalah tertentu yang saling berkaitan yang memengaruhi

sebagian besar warga masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas, kebijakan pemerintah adalah

semacam jawaban terhadap suatu masalah pemerintah dengan

menggunakan serangkaian tindakan yang berpola atau usaha yang

dilakukan, baik oleh perseorangan maupun kelompok dengan

Page 30: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

21

menggunakan sarana-sarana yang cocok dilaksanakan selangkah untuk

mencapai tujuan tertentu serta berpengaruh terhadap orang banyak.

b. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Publik

Anderson (Islamy, 1997) menyebutkan prinsip-prinsip

kebijakan publik adalah kebijakan yang dibangun badan dan pejabat

pemerintah. Implikasi dari kebijakan adalah:

1) Mempunyai tujuan tertentu atau tindakan yang berorientasi pada

tujuan;

2) Berisi tentang tindakan-tindakan pemrintah;

3) Benar-benar dilakukan oleh pemerintah, sehingga bukan

merupakan hal-hal yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;

4) Bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah

mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau yang bersifat

negative dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak

melakukan sesuatu;

5) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang bersifat

meningkat dan memaksa.

c. Faktor Pendorong Keberhasilan dan Kegagalan Perumusan Kebijakan

Publik.

Ripley dan Franklin (Winarno, 2002) menyatakan bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan atau program dapat ditunjukan

dari tiga faktor yaitu:

Page 31: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

22

1) Perspektif kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi

dari kepatuhan terhadap atasan;

2) Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan

tiadanya personal.

3) Implemetasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang

memuaskan semua pihak, terutama kelompok penerima manfaat

yang diharapkan.

Secara sederhana, ketiga faktor di atas merupakan suatu

kepastian dalam menilai keberhasilan suatu implementasi kebijakan

sehingga tidak adanya salah satu faktor memengaruhi kinerja

kebijakan tersebut.

Adapun tentang kegagalan perumusan kebijakan publik

menurut Jam Marse (Solichin, 2005) didasarkan atas tiga faktor berikut.

1) Isu kebijakan, yaitu implementasi kebijakan gagal Karena ketidak

tetapan atau ketidaktegasan internal ataupun eksternal atau

kebijakan itu menunjukan adanya kekurangan yang menyangkut

sumber daya pembantu.

2) Informasi, yaitu kekurangan informasi mengakibatkan gambaran

yang kurang tepat, baik pada objek kebijakan maupun kepada para

pelaksana dari isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-

hasil dari kebijakan itu.

3) Dukungan, yaitu implementasi kebijakan pemerintah sulit apabila

pada pelaksanaanya tidak cukup untuk kebijakan tersebut.

Page 32: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

23

Ketiga faktor yang dapat menimbulkan kegagalan dalam proses

implementasi kebijakan harus dipertimbangkan dalam merumuskan

kebijakan harus dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan, sebab

kegagalan dalam penerapan kebijakan dapat pula pada awal perumusan

kebijakan oleh pemerintah yang tidak dapat bekerja maksimal, bahkan

tidak tau apa yang harus dilakukan.

3. Pengelolaan Sampah

Beberapa dampak apabila sampah tidak dikelola dengan baik

adalah sebagai berikut:

(Suwerda, 2012:6) :

a. Sampah dapat menjadi sumber penyakit, lingkungan menjadi kotor,hal

ini akan menjadi tempat yang subur bagi mikro organisme patogen

yang berbahaya bagi kesehatan manusia, dan juga menjadi tempat

sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya.

b. Pembakaran sampah dapat berakibat terjadinya pencemaran udara

yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat, dan memicu terjadinya

pemansan global.

c. Pembusukan sampah dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan

berbahaya bagi kesehatan. Cairan yang dikeluarkan dapat meresap

ketanah, dan dapat menimbulkan pencemaran sumur, air tanah, dan

yang dibuang ke badan air akan mencemari sungai.

d. Pembuangan sampah kesungai atau badan air dapat menimbulkan

pendangkalan sungai, sehingga dapat memicu terjadinya

Page 33: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

24

banjir .Peningkatan produksi sampah telah menimbulkan masalah pada

lingkungan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk

perkotaan,sementara, lahan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah

juga makin terbatas.

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan

semua sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk

menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Irawan (1997 : 5)

mendefinisikan bahwa : Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu

penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk

memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu

tujuan.

Selanjutnya Reksopoetranto (1992), mengemukakan beberapa

pengertian manajemen (pengelolaan) sebagai berikut :

a) Manajeman adalah unsur yang bertugas mengadakan pengendalian

agar semua sumber dana dan daya yang dimiliki organisasi dapat

dimanfaatkan sebagai daya guna dan berhasil guna diarahkan untuk

mencapai tujuan.

b) Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan

sumberdaya alam untuk mencapai tujuan yang telah tetapkan.

c) Manajeman dapat dirumuskan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan

dengan usaha orang lain.

Page 34: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

25

d) Manajemen dapat sebagai penyelesaian suatu pekerjaan dengan usaha

orang lain.

e) Manajemen adalah suatu proses meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang setiap bidang

mempergunakan ilmu pengetahuan dan seni secara teratur untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kata pengelolaan

mempunyai empat pengertian yaitu :

a. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan pengelola.

b. Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakan tenaga orang lain.

c. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan

dan tujuan organisasi.

d. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua

hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian

tujuan.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk

memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus

didalam pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang diambil

sesuai dengan yang menjadi kebutuhannya. Jadi yang dimaksud dengan

Analisis Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah No. 15 tahun 2011 tentang

Page 35: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

26

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

penelitian ini adalah :

Pengelolaan sampah merupakan indikator yang paling sulit di tangani

oleh sebagian orang diantaranya ada tujuh indikator dalam pelaksanaan

program pengelolaan sampah tempat kumuh di Kabupaten Bantul, yakni

penataan jalan, lingkungan, keteraaturan bangunan, air minum, drainase

lingkungan, air limbah dan pengamanan kebakaran, maka ruang lingkup

dalam penelitian ini adalah :

Implementasi Kebijakan Perda No. 15 tahun 2011 tentang pengelolaan

sampah.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan

Sampah

2. Sumber Daya Pengelolaan Sampah.

3. Hubungan Antarorganisasi dan aktivitas pelaksana dalam Pengelolaan

Sampah.

4. Kondisi Lingkungan, sosial, politik dan ekonomi Pemerintahan Daerah

dalam Pengelolaan Sampah.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan metode yang menyajikan bagaimana

caranya atau langkah-langkah yang harus diambil dalam suatu penelitian

secara sistematis dan logis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

Page 36: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

27

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk menjawab

permasalahan secara ilmiah. Didalam melaksanakan suatu penelitian harus

menggunakan suatu metode yang sesuai inti dari permasalahan yang akan

diteliti. Supaya dapat memperoleh data relevan sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti metode penelitian ini mempunyai peran

penting. Oleh karena itu, dalam suatu penelitian tersebut terdapat segala

sesuatu yang berhubungan dengan prosedur pelaksanaan suatu penelitian

mulai dari penelitian dan penetapan focus penelitian sampai dengan cara

menganalisis dari data yang diperoleh.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Menurut Moleong (2013:2) penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berupaya mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana

adanya, untuk itu penelitian dibatasi hanya mengungkapkan fakta fakta

dan tidak mengungkapkan hipotensi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu dan keadaan sosial yang

timbul dalam masyarakat untuk dijadikan objek penelitian. Selanjutnya

dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Yang mana

penelitian ini dapat digunakan untuk menggambarkan temuan-temuan

yang diamati, dalam penelitian ini peneliti mengamati Implementasi

Kebijakan Peraturan Daerah No 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Page 37: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

28

Sampah Di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah

Kabupaten Bantul Nomor 15 tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah,

penelitian di Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta.

3. Lokasi Penelitian

Adapun tempat penelitian ini adalah di Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

4. Subyek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai

informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun yang dimaksud

sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh

(Suharsimi Arikunto, 2002:107). Untuk mendapat data yang tepat maka

perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan

kebutuhan data (purposive). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

implementasi kebijakan peraturan daerah No 15 tahun 2011 di DLH

Kabupaten Bantul DIY pelaksanaan Program. Oleh karena itu, subyek

yang diperlukan pada penelitian ini adalah Dinas Lingkungan Hidup dan

UPT KP2 dan Masyarakat sebagai pelaku dari implementasi PERDA

Dalam penelitian yang akan menjadi informan dibagi dalam 9

informan yaitu:

Page 38: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

29

1) Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup

2) Kasie Pengelolaan Sampah

3) Kabag Tata Usaha UPT KP2

4) Staf UPT KP2

5) Masyarakat

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi, yaitu:

a. Teknik Observasi (Pengamatan Langsung)

Teknik observasi ( pengamatan) merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dilakukan berbagai biologis, dan

psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan peneliti untuk mengadakan pengamatan pada

obyek secara langsung untuk mencatat kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan masalah-masalah yang sedang diteliti tanpa terlibat

di dalamnya.

b. Teknik Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu lebih mendalam tentang obyek

penelitian, situasi dan fenomena yang terjadi di lapangan dimana hal

tersebut tidak dapat ditemukan melalu observasi. Esterberg dalam

Sugiyono (2013:23).

Page 39: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

30

Melalui teknik wawancara, maka peneliti dapat mengetahui

hal-hal yang lebih mendalam mengenai informan dalam

menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi. Teknik wawacara yang

digunkan dalam penelitian ini adalah wacara resmi terstruktur. Jenis ini

sudah termasuk dalam kategori in-deppth interview, dimana dalam

pelaksanaanya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara

terstruktur.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menggali lebih dalam

mengenai Analisis implementasi kebijakan peraturan pemerintah

Kabupaten Bantul No.15 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di

dinas lingkungan hidup maka dalam melakukan wawancara, peneliti

perlu mendengarkan secara langsung dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2009:73-74). Selain

berpedoman pada daftar pertanyaan, peneliti juga melakukan

wawacara yang lebih fleksible melalui dialog terasa lebih komunikatif.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang

tertulis atau dicetak mereka dapat berupa catatan surat, buku harian,

dan dokumen-dokumen. Suharsaputra (2012:215) merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu bisa berbentuk tulisan, gambar atau

karya-karya monumental dari seseorang. Selain itu peneliti

dimungkinkan menggunakan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono

Page 40: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

31

(2009:83) triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari

sumber yang sama.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini, dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam

periode tertentu. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2009:91)

aktivitas dalam analisis data ini adalah melakukakan analisis dengan

beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Data reduction (reduksi data) adalah yang diperoleh di lapangan

dengan jumlah yang banyak, rumit dan kompleks perlu dipilih hal-hal

yang pokok dan dicatat secara teliti serta rinci kemudian memfokuskan

pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan polanya.

b. Data display (penyajian data) adalah penyajian data yang telah dipilih

sebelumnya secara terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan

sehingga akan semakin muda dipahami, dengan bentuk teks naratif

atau bentuk tabel, gambar, grafik, dan sejenisnya.

c. Conclusion drawing/verification adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi dari proses sebelumnya. Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Page 41: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

32

BAB II

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

A. Deskripsi Dinas Lingkungan Hidup dan Tugas Pokok

Peraturan Bupati Bantul Nomor 116 Tahun 2016 tentang kedudukan,

susunan organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul menjelaskan sebagai berikut:

Tugas Pokok Dinas Lingkungan Hidup

1. Kedudukan DLH :

a. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul merupakan Perangkat

Daerah unsur pelaksana urusan pemerintahan yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah.

b. Dinas Lingkungan Hidup dipimpin oleh Kepala Dinas

2. Tugas DLH :

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul mempunyai tugas

membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dan tugas pembantuan bidang lingkungan hidup.

3. Fungsi DLH :

a. Perumusan kebijakan bidang lingkungan hidup

b. Pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup.

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang lingkungan hidup.

Page 42: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

33

d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait bidang

lingkungan hidup.

4. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD

Tujuan yang akan dicapai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Bantul adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh

kapabilitas/kemampuan aparatur serta sarana dan prasarana yang

memadai.

b. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melibatkan peran

serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup.

c. Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumberdaya

alam melalui peran serta masyarakat dan seluruh stakeholder.

d. Memantapkan koordinasi dengan semua pihak dalam upaya

peningkatan pengetahuan, kesadaran dan pengembangan

data/informasi di bidang lingkungan hidup.

Sasaran

a. Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung

profesionalisme kinerja instansi.

b. Penurunan beban pencemaran dan perusakan lingkungan.

c. Meningkatkan kepatuhan semua pihak dalam menjaga kualitas fungsi

lingkungan hidup.

Page 43: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

34

d. Terjaganya kualitas sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.

e. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat agar dapat

berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup.

5. Kebijakan Lingkungan Hidup

a. Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendayagunaan pegawai,

optimalisasi anggaran serta sarana dan prasarana yang dimiliki.

b. Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar dan

bimbingan teknis bidang lingkungan hidup.

c. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral, masyarakat, swasta dan

pelaku usuaha untuk menurunkan pencemaran &perusakan lingkungan

hidup.

d. Meningkatkan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R.

e. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan pelaku usaha/kegiatan.

f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan

konservasi dan pelestari keanekaragaman hayati.

g. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi tentang kondisi

lingkungan hidup

6. TRI Sukses DLH :

a. Sekolah Adiwiyata Nasional Tahun 2017.

b. Kota Adipura Tahun 2018.

c. Bantul Bersih Sampah Tahun 2019.

Unit-Unit Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup

Page 44: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

35

a. Unit Pelayanan Teknis Kebersihan Persampahan dan Pertamanan

(UPT KP2).

b. Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan.

c. Pelayanan Dokumen Lingkungan.

d. Posko Pengaduan Kasus Lingkungan.

e. Perijinan Limbah B3, serta .

f. Pelayanan data info terkait lingkungan hidup.

7. Sekretariat Dinas Lingkungan Hidup Tupoksi

Tugas Sekretariat adalah melaksanakan urusan kesekretariatan dan

pengoordinasian pelaksanaan tugas satuan organisasi di lingkungan Dinas

Lingkungan Hidup. Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kerja Sekretariat,

b. Perumusan kebijakan teknis kesekretariatan,

c. Pemberian dukungan administrasi yang meliputi kepegawaian,

ketatausahaan, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hukum,

organisasi dan tata laksana, hubungan masyaraka, kearsipan, dan

dokumentasi.

d. Pengelolaan barang milik daerah,

e. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas satuan organisasi di lingkungan

DLH,

f. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas &

fungsi DLH,

Page 45: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

36

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan

fungsi Sekretariat,

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

8. Bidang Penataan Dan Penaatan PPLH

Tugas Bidang Penataan dan Penaatan Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) adalah melaksanakan perumusan

dan pelaksanaan kebijakan bidang penataan dan penaatan perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup. Bidang Penataan dan Penaatan PPLH

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kerja bidang,

b. Perumusan kebijakan bidang perencanaan dan kajian dampak

lingkungan, pengaduan dan penyelesaian sengketa lingkungan, serta

penegakan hukum,

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang perencanaan dan

kajian dampak lingkungan, pengaduan dan penyelesaian sengketa serta

penegakan hukum,

d. Pelaksanaan monev dan pelaporan bidang perencanaan dan kajian

dampak lingkungan, pengaduan dan penyelesaian sengketa serta

penegakan hukum,

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan tugas dan fungsi

bidang, dan

Page 46: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

37

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tupoksinya.

9. Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, Dan Peningkatan Kapasitas

Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Peningkatan

Kapasitas mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan bidang pengelolaan sampah, limbah B3, dan peningkatan

kapasitas. Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Peningkatan

Kapasitas menyelenggaraan fungsi :

a. Penyusunan rencana kerja bidang,

b. Perumusan kebijakan bidang pengelolaan sampah, limbah B3, dan

peningkatan kapasitas lingkungan hidup,

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang pengelolaan sampah,

limbah B3, dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup,

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan bidang pengelolaan

sampah, limbah B3, dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup,

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan tugas dan fungsi

bidang, dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tupoksinya.

10. Bidang Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Hidup mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

Page 47: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

38

hidup. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Hidup bertugas menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kerja bidang,

b. Perumusan kebijakan bidang pencemaran lingkungan, kerusakan

lingkungan, serta pemeliharaan lingkungan hidup,

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang pencemaran

lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pemeliharaan lingkungan

hidup,

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan bidang pencemaran

lingkungan, kerusakan lingkungan, serta pemeliharaan lingkungan

hidup,

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan tugas dan fungsi

bidang, dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tupoksinya.

11. Unit Pelaksana Teknis Kebersihan, Persampahan Dan Pertamanan (Upt

Kp2)

Unit Pelaksana Teknis Kebersihan, Persampahan dan Pertamanan

(UPT KP2) merupakan unsur pelaksana kegiatan teknis operasional dan

penunjang tugas Dinas di bidang Kebersihan, Persampahan, dan

Pertamanan yang mempunyai tugas :

a. Melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam hal pelayanan kebersihan,

persampahan, dan pertamanan;

Page 48: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

39

b. Memberikan pelayanan pengangkutan sampah dari Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) Sampah ke Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) Sampah;

c. Melakukan kebersihan/penyapuan jalan protokol Kabupaten;

d. Melakukan perawatan taman.

12. Unit Pelaksana Teknis Kebersihan, Persampahan dan Pertamanan (UPT

KP2) menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kerja UPT,

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional kebersihan,

persampahan, dan pertamanan,

c. Pelaksanaan kegiatan teknis operasional kebersihan, persampahan, dan

pertamanan,

d. Pelaksanaan ketatausahaan UPT,

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan

fungsi UPT, dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

B. Visi Misi Dinas Lingkungan Hidup.

Visi:

"Bantul yang bersih, sehat, sejuk, lestari dan proaktif di bidang pengendalian

dampak lingkungan' Visi tersebut akan diwujudkan melalui misi.

Page 49: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

40

Bersih : Artinya mengandung aspek estetika artinya disamping pengelolaan

sampah, kotoran dan limbah secara benar namun juga indah

dipandang mata.

Sehat : Artinya lingkungan yang bebas dari kuman dan sarang penyakit.

Sejuk : Artinya suatu kondisi yang dipengaruhi oleh banyaknya pepohonan

rindang yang tumbuh terpelihara dimana-mana.

Lestari : Artinya tetap terjaga alam sebagai daya tampung dan daya dukung

makhluk hidup khususnya masyarakat Bantul.

Proaktif : Arti harfiah "lebih aktif yang berarti DLH Kabupaten Bantul akan

lebih aktif dan responsiif menjawab kondisi, tantangan dan

permasalahan lingkungan hidup.

Misi:

RPJMD Kabupaten Bantul tahun 2016 - 2021, bidang lingkungan

hidup ada pada misi 4 "Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana prasarana

umum, pemanfaatan SDA dengan memperhatikan kelestarian lingkungan

hidup dan pengelolaan risiko bencana". Mengacu pada misi yang tertuang

dalam RPJMD tersebut, misi DLH Kabupaten Bantul adalah :

1. Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan meningkatkan

kualitas pelayanan

2. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan

3. Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya alam.

4. Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas .

Page 50: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

41

C. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup

Gambar 1.1

Organisasi Dinas Lingkungan Hidup

Sumber Data: Profil Kabupaten Bantul 2018

Berdasarkan Struktur Organisasi Dinas LIngkungan Hidup, berikut ini

adalah nama perangkat Organisasi di Dinas Lingkungan Hidup:

Page 51: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

42

Tabel 2.1

Nama Perangkat Organisasi DLH

No Nama Jabatan

1. Ari Budi Nugroho, ST, M.Sc Kepala Dinas Lingkungan Hidup

2. Ir. Wahid, MA Sekretris

3. Tuti Yulianti, SIP, M.Si Kasubag Umum dan Kepegawaian

4. Esti Puspitaningtyas, SE Kasubag Program, Keuangan dan Asset

5. Tri Manora, S.Sos Bidang Penataan dan Penaatan PPLH

6. Dra. Dyah Triwulandari Seksi Perencanaan dan Kajian Dampak

Lingkungan

7. Ichsan Santoso, S.T. Seksi Penegakan Hukum Lingkungan

8. Yohanes Ariyanto, SE, MP Bidang Pengendalian Pencemaran dan

Perusakan Lingkungan Hidup

9. Bambang Sudirmanto, S.T. Seksi Pencemaran Lingkungan

10. Yuyun Prihatining Rahmah,

Sp. Pt., M.Ec.Dev

Seksi Kerusakan Lingkungan

11. Ch. Woro Suryani Seksi Pemeliharaan Lingkungan

12. Karyana, ST, M. Si Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah

B3 dan Peningkatan Kapasitas

13. Esti Rahayu, S.Si, M.I.L Seksi Pengelolaan Sampah

14. Yudhi Wibowo, S.Si Seksi Limbah B3

15. Sri Rahayu, S.T. Seksi Peningkatan Kapasitas LH

16. Dra. Agustarini UPT Laboratorium Lingkungan

17. Rosnita Irawati, SE UPT Kepala UPT

18. Arief Riyadi, S.SI Kepala Subag TU

19. Drs. Suranta Kasubag.TU UPT Laboratorium

Sumber Data:Profil Dinas Lingkungan Hidup 2019

D. Komposisi Pegawai Dinas Lingkungan Hidup

Pegawai Negeri Sipil

Sumberdaya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdapat di Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Page 52: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

43

dan Pegawai tidak tetap. PNS Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul

sejumlah 116 orang dengan rincian tingkat pendidikan sebagai berikut ini:

Tabel 2.2

Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Pegawai Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Master (S2) 3 4 7

2. Sarjana (S1) 16 9 25

3. Diploma (D3/D4) 2 2 4

4. SLTA 70 1 71

5. SMP 9 9

6. SD

7 Jumlah 116

Sumber Data: Dinas Lingkungan Hidup 2018

Dari tabel diatas menunjukan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul terdapat mayoritas tingkat

pendidikan tamatan SLTA, laki-laki 70 perempuan 1,berjumlah 71

orang,Sarjana (S-1) laki-laki berjumlah 16, orang perempuan 9 orang

berjumlah 25 orang Diploma (D3/D4), laki-laki 2, perempuan 2 berjumlah 4

orang, kemudian SMP terdapat laki-laki 9 orang dari data ini dapat

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan di Dinas Lingkugan Hidup Kabupaten

bantul lebih dominan tamat SLTA, namun dari sisi pendidikan mulai dari LTA,

Sarjana, Diploma (D3/D4), dan SMP, menunjukan cukup memadai dari sisi

sumber daya manusia (SDM). Untuk melaksanakan sesuai dengan

jabatan/golongan yang mereka duduki sebagai ABDI Negara (PNS).

Page 53: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

44

Pegawai Tidak Tetap Pemerintah

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul memiliki Pegawai tidak

tetap yang berupa Pekerja Harian Lepas (PHL) sebanyak 64 orang yang terdiri

dari :

a. 3 PHL analis kimia di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Laboratorium

Lingkungan,

b. 23 PHL Kebersihan dan 5 PHL supir truk sampah di Unit Pelayanan

Teknis Kebersihan Persampahan dan Pertamanan (UPT KP2),

c. 3 PHL kebersihan kantor, laboratorium, taman dan lingkungan kantor,

d. 20 PHL Satgas Adipura.

Tabel 2.3

Jumlah PNS Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 91

2. Perempuan 25

3 Jumlah 116

Sumber Data: Dinas Lingkungan Hidup 2018

Berdaarkan data tabel diatas dapat menunjukan bahwa jumlah Pegawai

Negeri Sipil (PNS) mayoritas lebih bayak laki-laki berjumlah 91 orang

sedangkan jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS), perempuan hanya berjumlah

25 orang Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) laki-laki lebih banyak dari

jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) perempuan dari jumlah persentase diatas

dapat disimpulkan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Bantul

Dinas Lingkungan Hidup lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

Page 54: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

45

Tabel 2.4

Jumlah PNS Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah

1. Islam 104

2. Kristen 4

3. Katholik 5

4. Jumlah 113

Sumber Data:Dinas Lingkungan Hidup 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa, Pegawai Negeri Sipil

(PNS) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul,menunjukan mayoritas

menganuut Agama Islam berjumah 104,Kristen Protestan berjumlah 4 orang

sedagkan Kristen Katolikk 5 orang persentase diatas dapat disimpulkan bawa,

agama atau kepercayaan yang terdapat 3 agama yang dianut oleh Pegawai

Negeri Sipil (PNS) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, yaiitu

Islam,Kristen Protestan dan Kristen Katholik mayoritas lebih dominan adalah

beragama Islam .

Tabel 2.5

Jumlah PNS Berdasarkan Pangkat/Golongan

No Pangkat/Golongan Jumlah

1. Pegawai Golongan IV 8

2. Pegawai Golongan III 28

3. Pegawai Golongan II 69

4. Pegawai Golongan I 11

5. Jumlah 116

Sumber Data: Dinas Lingkungan Hidup 2018

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa Pangkat/Golongan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul,

Page 55: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

46

lebih banyak Golongan II, terdapat 69 orang, Golongan III, 28 orang dan

Golongan I, 11 orang ssedangkan Golongan IV 8 orang persentasi ini dapat

disimpukan bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul cukup seimbang dalam menjalankan tugas sebagai PNS di

lingkungan pemerintah Kabupaten Bantul khususnya Dinas Lingkungan

Hidup.

Page 56: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

61

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. (2008: 196) Dasar-Dasar Kebijakan Publik. CV. Alfabeta: Jakarta

Ahmad, R. and Kamarudin, A. (2001), “Audit Delay and Timeliness of Corporate

Reporting: Malaysian Evidence”, Lecturers, MARA University of

Technology, Malaysia

Ahmad, R. and Kamarudin, A. (2001:34) Delay and Timeliness of Corporatez

Reporting: Malaysian Evidence”, Lecturers, MARA University of

Technology, Malaysia

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2007: 20-22) Psikologi Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. (2007:20-22) Psikologi Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Drs. Herabudin, M.Si. (Februari 2016) Studi Kebijakan Pemerintahan dari

Filosofi ke Implementasi. CV Pustaka Setia: Bandung

Dunn, William, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, (2003,43) Friedrich, Carl J., ( 1963,36) Man and His

Government. New York: McGraw-H.

Dunn. William N. (1999:24) Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Friedrich, Carl J., 1963, Man and His Government. New York: McGraw-H

Nurhayati, M. (2013:5) Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan

Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Sektor

Non Jasa. Jurnal Keuangan dan Bisnis.

Reksopoetranto, Sumardi. (1992:4) Manajemen Proyek Pembangunan. Jakarta :

Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Moleong (2013:2 ) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :

Alfabeta.

Suwerda, Bambang. (2012:32) Bank Sampah. Yogyakarta: Pustaka

Rihama.Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suwerda, Bambang. (2012:6) Bank Sampah Kajian Teori dan Penerapan. Pustaka

Rihama. Yogyakarta

Page 57: Kebersihan, Persampahan, dan Pertamanan (UPT KP2) )

62

Swastha, Basu dan Irawan. (1997:5) Manajemen Pemasaran Modern. Cetakan

Kelima. Yogyakarta:Liberty.

Swastha, Basu dan Irawan. (1997:5) Manajemen Pemasaran Modern. Cetakan

Kelima. Yogyakarta:Liberty. Reksopoetranto, Soemardi. (1992:36),

Manajemen Proyek Pembangunan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Tangkilisan, Hesel Nogi. (2003:3) Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Lukman Offset YPAPI.

Winarno, F.G. (2007:27) Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Sumber Lain

Undang-Undang Republik Indonesia 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah

Peraturan Kabupaten Bantul Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah

http://digilib.unila.ac.id/16786/47/BAB%20II.pdf