kasus ewing

51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma, yaitu sarcoma pada tulang dan jaringan lunak. Sarcoma dapat berkembang pada dimanapun tulang, namun dapat juga berkembang pada jaringan lunak disekitar tulang. Sarcoma pada jaringan lunak dapat berkembang pada otot, lemak, pembuluh darah atau dimanapun pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. Sarkoma ewinga dalah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Sarkoma ewingdijelaskan pertama kali pada tahun 1921 oleh Dr. James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu. Biasanya penyakit ini menyerang tulang panjang seperti pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma ewingjuga dapat bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun Sarkoma ewingtermasuk salah satu kanker tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal dengan nama ekstraosseus Ewing’s sarcoma. Walaupun Sarkoma ewingjarang terjadi, namun penyakit ini dapat menimbulkan keganasan sekunder (kambuh), terutama pada pasien yang menjalani radioterapi. Sarkoma ewingdapat 1

Upload: zaleyna-nilmaz

Post on 27-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini

berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma, yaitu sarcoma

pada tulang dan jaringan lunak. Sarcoma dapat berkembang pada dimanapun tulang,

namun dapat juga berkembang pada jaringan lunak disekitar tulang. Sarcoma pada

jaringan lunak dapat berkembang pada otot, lemak, pembuluh darah atau dimanapun pada

jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

Sarkoma ewinga dalah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker

dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Sarkoma ewingdijelaskan pertama

kali pada tahun 1921 oleh Dr. James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda

dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu. Biasanya penyakit ini

menyerang tulang panjang seperti pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma

ewingjuga dapat bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal,

hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun Sarkoma ewingtermasuk

salah satu kanker tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal

dengan nama ekstraosseus Ewing’s sarcoma.

Walaupun Sarkoma ewingjarang terjadi, namun penyakit ini dapat

menimbulkan keganasan sekunder (kambuh), terutama pada pasien yang menjalani

radioterapi. Sarkoma ewingdapat menyebar ketika sel tumor memasuki darah dan

mengikuti sirkulasi darah menuju ke bagian tubuh lain sehingga sel tumor akan

membentuk tumor sekunder (metastasis) di tempat lain. Sel tumor juga dapat menyebar

melalui sistem limfatik (dalam hal ini termasuk kelenjar limfa di seluruh tubuh). Tumor

juga dapat menyebar dengan cara pertumbuhan langsung dari tumor primer membentuk

“skip metastases” (metastasis di sekitar kanker terhenti sementara, jauh dari lokasi

kanker, telah ditemukan sel kanker dengan progosis yang buruk) walaupun hal ini jarang

terjadi. Sebenarnya, penyebab Sarkoma ewingmasih belum dapat dipastikan.

Namun, beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena

perubahan sel kromoson pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit ini.

Sarkoma ewingtermasuk penyakit dengan kelainan genetik akibat kesalahan rekombinasi

kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah menjadi sel ganas. Sarkoma

ewingterjadi akibat translokasi kromosom 11 dan 22, dimana gen EWS pada kromoson

1

22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson 11 dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan

translokasi 11; 22 [t(11; 22)]. Translokasi ini menghasilkan potongan baru pada DNA.

Walaupun terjadi translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari

orang tua kepada anaknya. Pasien yang menderita Sarkoma ewingtidak mendapatkan

penyakit tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker

ini kepada anaknya. Demikian pula dengan saudara sedarah dari pasien yang menderita

Sarkoma ewingtidak memiliki resiko menderita Ewing’s sarcoma.3 EWS/FLI berfungsi

sebagai master regulator. Seperti kanker lain, Sarkoma ewingtidak menular dan tidak

dapat berpindah ke tubuh orang lain.

Sarkoma ewingdapat menyerang anak-anak dan dewasa muda, dengan insiden

tertinggi pada usia sekitar 10 sampai 20 tahun. Penyakit ini merupakan penyakit kedua

paling sering dari kelompok kanker tulang pada anak-anak dan remaja. Sekitar 90%

anak-anak yang menderita Ewing's sarcoma akan menunjukkan kelainan pada gen 11 dan

22, yang biasanya membantu dalam mendiagnosa penyakit ini. Penyakit ini jarang terjadi

pada anak dibawah umur 5 tahun dan dewasa diatas umur 30 tahun, namun lebih jarang

lagi pada dewasa diatas 40 tahun.

Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita dengan

perbandingan 3:2. Sekitar 250 anak-anak dan remaja di US menderita penyakit Sarkoma

ewingsetiap tahunnya. Frekuensi Sarkoma ewingdi Amerika Serikat tergantung juga

pada usia pasien, dengan rasio 0,3 kasus per satu juta anak untuk usia lebih muda dari 3

tahun dan 4,6 kasus per satu juta anak untuk remaja usia sekitar 15 – 19 tahun.2 Penyakit

ini juga lebih banyak menyerang orang Kaukasoid daripada orang Asia dan orang

Amerika berkulit hitam.

1.2 Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan :

a. Mahasiswa mengetahui konsep umum dari Osteosarkoma terutama Ewing’s

Sarcoma

b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan dengan pasien Ewing’s

Sarcoma

c. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien Ewing’s Sarcoma

d. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien Sarkoma

ewingkhususnya pada anak-anak

2

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan kasus, kami memperoleh penekanan masalah pada cara pembuatan

asuhan keperawatan, sehingga rumusan masalah yang sesuai dengan kasus tersebut yaitu:

a. Bagaimana penjelasan konsep umum dari penyakit Ewing’s Sarcoma?

b. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus tersebut?

c. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat dibuat oleh perawat sehubungan dengan

kasus tersebut?

d. Apa saja rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat sehubungan

dengan kasus tresebut?

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan Masalah

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus

2.2 Pembahasan Kasus

2.2.1 Step 1

2.2.2 Step 2

2.2.3 Step 3

2.2.4 Step 4

2.2.5 Step 5

2.2.6 Step 6

2.2.7 Step 7

2.2.7.1 Konsep Umum

2.2.7.2 Pemeriksaan Diagnostik Pada Ewing’s Sarcoma

2.2.7.3 Patofisiologi

2.2.7.4 Penatalaksanan dan efek samping pengobatab pada Sarkoma ewing

2.2.7.5 Komplikasi

2.2.7.6 Asuhan Keperawatan

3

2.2.7.7 Legal Etik

2.2.7.8 Peran Perawat dan Informed concent

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Daftar Pustaka

4

BAB II

PEMBAHASAN

1.5 Kasus

Seorang laki-laki usia 8 tahun dibvawa orangtuanya ke poli ortopedi karena

mengeluh nyeri pada paha kiri atas dekat selangkangan. Nyeri sudah dirasakan sejak 3

bulan terakhir tetapi nyeri hilang timbul dan berkurang bila tidur terlentang. Seminggu

terakhir pangkal paha mulai membesar dan dirasakan sangat nyeri sehingga pasien

dibawa ke RS. Saat pemeriksaan fisik anak tampak nyeri skala 8 (0 – 10), tidak bisa

memakai celana dalam dan celana panjang karena kaki sangat bengkak dan sakit bila

digerakan, tercium bau pesing, pangkal paha bengkak, merah, teraba massa keras, nyeri

tekan. Ibu pasien berkata pasien jadi rewel dan menghisap tangan bila nyeri. Foto

rontgent menunjukan massa. Dokter berkata akan mengoperasi pasien dan dilanjutkan

dengan kemoterapi. Ayah pasien menolak dengan alasan pasien masih kecil dab bisa

berkulit gosong bila dikemo, lebih baik dibawa ke pengobatan alternatif saja dan

meminta dokter memberikan anti nyeri saja.

1.6 Pembahasan Kasus

1.6.1 Step 1

-

1.6.2 Step 2

1. (Bhekti) Bagaimana legal etik untuk meyakinkan orangtua agar setuju

melakukan operasi dan kemoterapi?

2. (Ribka) Mengapa nyeri hilang bila tidur terlentang?

3. (Rizki) Mengapa baru mulai bengkak satu minggu terakhir?

4. (Siti) Apakah diagnosa medis dari keadaan kondisi anak tersebut?

Jelaskan definisi dari penyakit tersebut?

5. (Putri) Mengapa pada saat di kaji anak bau pesing? Apakah karena

anak pipis terus atau ada sebab lain?

6. (Dini) Bagaimana prognosis dari penyakit tersebut?

7. (Dian) Apa peran perawat yang dapat diberikan pada pasien dengan

penyakit tersebut?

8. (Seviya) Mengapa perjalan penyakitnya lama sampai timbul tanda

gejala?

9. (Dewi) Apa faktor resiko terjadinya penyakit tersebut?

5

10. (Rizki) Apa manifestasi lain selain dari kasus?

11. (Firdha) Apa komplikasi dari penyakit dan efek samping dari

penatalkasanaan?

12. (Ayu) Bagaimana pemeriksaan diagnostiknya?

13. (Ribka) Apa saja masalah keperawatan yang dapat timbul dari kasus

tersebut?

1.6.3 Step 3

1. (Firdha) legal etik respect of autonomy, menjadi advocator untuk pasien,

beneficience

2. (Rizki) Karna penekanan ke pangkal paha berlebih sehingga nyeri yang

timbul juga berlebih

3. (Bhekti) karena tumor ganas atau kanker mempunyai fase-fase tertentu

untuk sampai terjadinya tanda gejala, untuk sarcoma ewing

biasanya mengenai tulang panjang

4. (Siti) Sarkoma ewingyaitu suatu keganasan pada tulang atau

osteosarcoma yang pertumbuhannya tidak terkontrol, sehingga

pemebesaran yang terjadi dapat mengganggu yang lainnya

5. (Ima) Karena kurang perawatan diri, bisa juga karena saraf yang

dilumbal yang mengontrol pipis nya terganggu sehingga ia tak

sadar sudah mengompol.

6. –

7. (Ayu) Nyeri skala 8 di berikan morfin, pembedahan, eksisi lokal

8. (Rizki) Karena sel kanker bisa bermetastasis

9. –

10. (Dian) Deformitas tulang

11. (seviya) sel kanker bisa menyebar ke organ lain, efek samping dari

kemoterapi dapat menimbulkan mual, mintah dan rambut

rontok.

(Bhekti) ada penekanan pada usus, sendi bisa nyeri karena penekanan

(Dini) bisa terjadi gangguan pada hepar

12. (Dewi) Biopsi tulang, photo polos

13. (Putri) Nyeri, gangguan eliminasi, gangguan koping keluarga

(Firdha) kerusakan mobilitas fisik, defisit perawatan diri

(Dian) Gangguan tumbuh kembang

6

1.6.4 Step 4

Mind map

1.6.5 Step 5

Learning Objective

a. Mind map

1.6.6 Step 6

Self Study

1.6.7 Step 7

2.2.7.1 KONSEP UMUM EWING’S SARCOMA

a. Definisi Sarkoma ewing

Dewi

7

SARKOMA EWING

Konsep Umum

Definisi Epedemiologi Faktor Resiko Manifesatasi

Klinik Klasifikasi

Komplikasi PemeriksaanDiagnostik

Penatalaksanaan Efek samping

penatalaksanaan Perawatan luka

pada Keganasan

Legal Etik Peran Perawat peran khusus

sebagai advokasi informed concent

Asuhan Keperawatan

Pengkajian Fokus Analisa Data Diagnosa keperawatan Rencana asuhan

keperawatan

Patofisiologi

Sarcoma ewing adalah tumor ganas primer yang berasala dari medulla

tersusun dari sel bulat, kecil tanpa disertai pembentukan osteoid dan

paling seting mengenaitulang panjang kebanyakan pada diaphisis.

Penampilan kasarnya berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke

retikulumsumsum tulang dan merusak korteks tulang dari sebelah

dalam. Anak-anak lebih sering tetkena dari orang dewasa (biasanya

berumur kurang dari 10 tahun). Sarcoma ewing merupakan tumor yang

jarang mengenai ruang sendi. Ada dua jenis sarcoma yaitu sarcoma

pada tulang dan jaringan lunak (otot, lemak, pembuluh darah).

Rr. Herning

Sarkoma ewingjuga dapat bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum

tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak

lainnya.6 Walaupun Sarkoma ewingtermasuk salah satu kanker tulang,

namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal dengan

nama ekstraosseus Ewing’s sarcoma.

Siti

Tumor sel bulat kecil pada tulang yang metastatic dan sangat ganas,

biasanya terjadi pada diafisis tulang panjang,iga, dan tulang-tulang

pipih anak kecil atau remaja.tumor ini ditandai dengan pembentukkan

cekungan dangkal pada korteks, destruksi premeatif dan tak beraturan,

serta seringkali suatu massa lunak berukuran besar; gejala yang paling

sering ditemukan mencakup nyeri, pembengkakan, leukositosis, dan

demam.

Seviya

Walaupun sarkoma ewingjarang terjadi, namun penyakit ini dapat

menimbulkan keganasan sekunder (kambuh), terutama pada pasien

yang menjalani radio terapi. Sarkoma ewing dapat menyebar ketika sel

tumor memasuki darah dan mengikuti sirkulasi darah menuju ke bagian

tubuh lain sehingga sel tumor akan membentuk tumor sekunder

(metastasis) di tempat lain. Sel tumor juga dapat menyebar melalui

sistem limfatik (dalam hal ini termasuk kelenjar limfa di seluruh tubuh).

Tumor juga dapat menyebar dengan cara prtumbuhan langsung dari

tumor primer membentuk “skip metastases” (metastasis di sekitar

8

kanker terhenti sementara, jauh dari lokasi kanker, telah ditemukan sel

kanker dengan prognosis yang buruk) walaupun hal ini jarang terjadi.

Dian

Sarkoma ewing, neuroepitelioma perifer ( NP, juga dikenal sebagai

tumor neuroektodermal ( TNEP ) merupakan satu keluarga neoplasma

sel bulat kecil tidak berdiferensiasi yang sangat ganas.

Dini

Sarcoma ewing merupakan tumor ganas yang paling sering menyerang

tulang panjang, kebanykan pada diafisis. Sarkoma ewingdijumpai pada

anak-anak, tetapi tumor ini lebih jarang mengenai ruang sendi. Sarkoma

Ewing dapat bernetastase ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-

paru, hati, ginal, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Penyakit

ini dapat menimbulkan kegansan sekunder (kambuh) terutama pada

pasien yang menjalani radioterapi.

b. Epidemiologi

Ima

Diseluruh dunia insidensi bervariaso dari daerah berinsidensi tinggi

misalnya Amerika Serikat dan Eropa ke daerah dengan insidensi rendah

misalnya Afrika dan China. Setiap tahunnya tidak kurang dari 0,2 kasus

per 100.000 anak-anak didiagnosis sebagai sarkoma ewing dan di

perkirakan terdapat 160 kasus baru yan terjadi pada tahun 1993.

Sarkoma ewing terjadi pada 6% dari tumor ganas tulang.anak-anak

lebih sering terkena daripada dewasa. Sarkoma ewing sering terjadi

pada anak usia antara 10 dn 15 tahun. Tumor ini lebih sering mengenai

pada laki-laki daripada wanita dan jarang terjadi pada orang yang

berkulit hitam.

Tulang-tulang pelvis dan ekstremitas bawah merupakan tempat yang

sering terkena, walaupun tiap-tiap tulang disetiap teampat juga

memeiliki kemungkinan terkena. Diafisi femur sering terkena diiukuti

oleh ilium, tibia, humerus, fibula, dan tulang rusuk.

Rr. Hernig

9

Tumor ini paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan

paling sering adalah tulang-tulang panjang.Pada anak-anak, sarcoma

Ewing merupakan tumor tulang primer yang paling umum setelah

osteosarkoma. Setiap tahun tidak kurang dari 0,2 kasus per 100.000

anak-anak di diagnosis sebagai sarcoma ewing, dan diperkirakan

terdapat 160 kasus baru yang terjadi pada tahun 1993. Di seluruh dunia,

insidensinya bervariasi dari daerah dengan insidensi tinggi, misalnya

Amerika Serikat dan Eropa ke daerah dengan insidensi rendah,

misalnya Afrika dan Cina. Sarkoma Ewing sering juga terjadi pada

dekade kedua kehidupan. Jarang terjadi pada umur 5 tahun dan sesudah

30 tahun. Insidensinya sama antara pria dan wanita. Biasanya sarcoma

Ewing tidak berhubungan dengan sindroma congenital, tetapi banyak

berhubungan dengan anomaly skeletal, misalnya : enchondroma,

aneurisma kista tulang dan anomali urogenital, misal : hipospadia.

c. Faktor Resiko Sarkoma Ewing

Ribka

1. Usia : insidensi ewing sarcoma meningkat dengan cepat dari

mendekati 0 – 5 tahun dan mencapai puncaknya pada umur 10-18

tahun

2. Jenis Kelamin : pria lebih berisiko, tetapi saat berumur 13 tahun

insidensi pria dan wanita sama

3. Ras : penyakit ini jarang terjadi pada orang kulit hitam

4. Genetik, yang meliputi :

o Riwayat Keluarga

o Anomali Genetik

o Riwayat Penyakit Tulang

5. Lingkungan : Insidensinya meningkat pada seseorang yang bekerja

di lingkungan yang sering terpapar sinar radioaktif, bahan-bahan

kimia yang dapat merusak sel tulang

Rizki

Genetic

Ewing sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetic akibat

kesalahan rekombinasi kromosom yang dapat menyebabkan sel normal

10

berubah menjadi sel ganas. Ewing sarcoma terjadi akibat translokasi

kromosom 11 dan 22, dimana gen EWS pada kromosom 22 berpindah

ke gen FL11 pada kromosom 11 dan menyatu. Translokasi ini

menghasilkan potongan baru DNA.

Bhekti

Riwayat penyakit tulang :

enchondroma

aneurisma kista tulang

hipospadi

Rr.Herning

Walaupun terjadi translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan

dari orang tua kepada anaknya. Pasien yang menderita Ewing’s

sarcoma tidak mendapatkan penyakit tersebut dari orang tuanya dan

tidak akan menurunkan resiko menderita kanker ini kepada anaknya.

Demikian pula dengan saudara sedarah dari pasien yang menderita

Ewing’s sarcoma tidak memiliki resiko

d. Manifesatasi klinis

Dian

Tanda dan gejala yang khas :

o Nyeri

o Benjolan nyeri tekan

o Demam seperti pada klien osteomielitis akut ( 38-400 C )

o Leukositosis ( 20.000-40.000 leukosit/ mm3)

Ribka

o Manifestasi Lokal : Nyeri dan bengkak pada daerah femur atau pelvis;

massa tulang dan jaringan lunak disekitar tumor teraba; eritema dan

perdarahan

o Manifestasi Sistemik : Lesu, lemah, BB menurun; Demam; terdapat

massa paru (jika sudah bermetastase)

Dini

1. Pembengkakan dan nyeri pada daerah yang terkena

11

2. Nyeri yang sangat membuat pasien anak-anak menjadi regresi :

Ngompol, menghisap jari, rewel.

3. Demam ringan (340 – 400 C )

4. Gejala seperti flu malaise dan kelelahan

5. Anemia lekositosis (20.000 – 40.000 lekosit/mm3)

e. Klasifikasi Sarkoma Ewing.

Seviya

Ewing’s tumor terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a) Ewing’s tumor pada tulang

Biasanya ditemukan pada tulang lengan, kaki, dada, tubuh,

punggung, atau kepala. Tumor pada tulang ini terjadi lagi menjadi

3 jenis, yaitu : klasik Ewing’s sarcoma (Ewing’s sarcoma), primitif

neuroektodermal tumor (PNET), dan askin tumor (PNET pada

dinding dada)

b) Ekstraosseus ewing’s sarcoma

Adalah tumor yang tumbuh pada jaringan lunak. Tumor jenis ini

ditemukan pada tubuh, lengan, kaki, kepala, dan leher

Firdha

PREDILEKSI

PROGNOSIS

Buruk.

Mortalitas pada tahun-tahun pertama setelah didiagnosis kurang lebih

sebesar 95%. Namun akhir-akhir ini dengan terapi kombinasi

12

kemoterapi, radiasi, dan bedah insisi, maka prognosisnya menjadi

lebih baik dan survival ratenya akan meningkat juga. Adapun

gambaran patologis berikut ini biasanya akan mempunyai prognosis

buruk:

1).Tumor yang terletak pada bagian proksimal dari tulang.

2). Tumor besar (> 8 cm) dan terletek pada ekstrimitas. Ini

mengurangi survival bebas penyakit 5 tahun dari 72 % menjadi 22 %

dan menaikkan rekurensi local dari 10 % menjadi 30 %. Lesi pelvis

yang lebih besar daripada 5 cm akan menurunkan tingkat control local

dari 92 % menjadi 83 %.

3). Ekstensi ekstraosea menurunkan survival dari 87 % menjadi 20 %.

4).Serum laktat dehidrogenase yang miningkat.

5). Tumor yang responnya buruk terhadap kemotera piinisial

Prognosis pasien yang hanya mendapatkan radioterapi lebih buruk

daripada menjalani pembedahan dengan/ tanpa radioterapi. Sedangkan

adanya fraktur patologis tidak mempengaruhi prognosis sarkoma

Ewing.

Rizki

Stadium ewing sarcoma yang digunakan untuk menentukan

perawatan dan memberikan indikasi mengenai kemungkinan

prognosa baik atau buruk dibagi atas 5 tahap, yaitu:

a. Stadium 1A: tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan hanya pada

lapisan keras tulang.

b. Stadium 1B: tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan memperluas

diri di sekitar jaringan lunak.

c. Stadium 2A: tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan hanya pada

lapisan keras tulang.

d. Stadium 2B: tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan memperluas

diri di sekitar jaringan lunak.

e. Stadium 3: tumor tingkat rendah (ringan) atau tinggi (berat) yang

telah bermetastasis.

13

2.2.7.2 KOMPLIKASI

Dwi

o Gangguan metabolik

o Infeksi akibat kerusakan sumsum tulang

o Fraktur patologik

o Gangguan hematologis

o Penyembuhan luka lambat

o Adanya jaringn parut

o Hilangnya fleksibilitas sendi

o Pengembangan kanker sekunder yang disebabkan oleh radiasi

o Komplikasi utama adalah kembalinya tumor terutama dalam

tahun pertama setelah pengobatan

Bhekti

o efek samping kemoterapi : anoreksia, penghancuran bone

marrow, konstipasi &diare, rambut rontok, mukositis, muntah,

fatigue.

o efek samping radiasi : fatigue, rambut rontok, infertility,mual &

muntah, beratbadan turun, rashes, kanker lain

Dini

1. Kerusakan pembuluh darah dan vena

2. Biasanya pada anak-anak bisa menyebabkan atropi, fibrosis,

gangguan pertumbuhan tulang, gangguan pergerakan, edema, dan

kerusakan saraf perifer

3. Komplikasi sarkoma dari proses penyakit meliputi metastase pada

paru-paru dan nodul limfa dan perlu dilakukan amptusai

4. Jika dilakukan radiasi akan terjadi perlambatan peyembuhan luka,

dan nekrosis jaringan setelahnya

5. Komplikasi dari kemoterapi meliputi mual, muntah, stomatitis,

miopati jantung, sistitis hemoragik, neuropati perifer, dan

kerusakan hepar.

2.2.7.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SARKOMA EWING

Ima

14

1. Pemeriksaan darah

o Pemeriksaan darah rutin

o Transeminase hati

o Laktat dehidrognase

Kenaikan kadar enzim ini berhubungan dengan adanya atau

berkembang nya metastase

2. Pemeriksaan radiologis

o Foto rontgent

o CT scan : pada daerah yang dicurigai neoplasma (misal ; pelvis,

ektremitas, kepala) dan penting untuk mecatata besar dan lokalisasi

massa dan hubungannya dengan struktuk jaringan sekitarnya dan

adanya metastase pulmunoer bila ada gelaja neorologis, ct san

kelapa juga sebaiknya dilakukan.

3. Pemeriksaan invasif

o Biopsi dan aspirasi sumsum tulang

Aspirasi dan biopsi sumsum tulang pada jarak tertentu dari tumor

dilakukan untuk menyingkirkan adanya metastase.

o Biopsi

Biopsi insisi atau dengan jarum pada massa tumor sangat penting

untuk mendiagnosis sarkoma ewing. Jika terdapat komponen

jaringan lunak, biopsi pada daerah ini biasanya lebih dimungkinkan.

4. Gambaran radiologis

Gambaran radiologis sarkoma ewing : tampak lesi destriktif yang

bersifat infiltratif yang berawal di medulla, pada foto terlihat daerah-

daerah raidiolosen. Tumor cepat merusak korteks dan tampak reaksi

periostal. Kadag-kadang reaksi peristalnya tampak sebgai garis-garis

yang bersifat menyerupai kulit bawang dan dikenal sebgaian onion

peel appereance. Gambaran ini dianggap patognomosis untuk tumor

ini, tetapi biasa dijumapi pada lesi tulang lain.

Dewi

o Pemeriksaan radiologis : foto rontgen, CT scan pada daerah yang

dicurigai neoplasma dan penting mencatat besar dan lokasi massa.

o Pemeriksaan invasive : biopsy dan aspirasi sumsum tulang

15

o MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan

penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.

o Skrining tulang untuk melihat penyebaran tumor pada tulang

Seviya

o Pada kasus sulit, pemeriksaan mikroskop elektron dan kromosom

mungkin diperlukan untuk diagnosis tepat. Translokasi kromosom

11 : 22 [t(11:22)] menghasilkan potongan baru pada DNA. Hal

tersebut yang bisa membedakannya darin neoplasma lainnya dengan

histologi serupa. Sehingga pemeriksaan tersebut dapat memastikan

diagnosis pada penyakit ewing’s sarcoma.

Firdha

FOTO RONTGEN

o Foto Rontgen dapat mengidentifikasi adanya

Lesi Litik, Lesi Blastik, Reaksi periosteal

(Sun Ray appearance, Segitiga Codman,

Onion Skin), dan dapat melihat soft tissue

mass atau massa jaringan lunak. Berikut

contoh foto rontgen pada pangkal paha yang

menunjukkan adanya LesiLitik dan Blastik

di metae piphisis Os. Femur kiri, Tak

tampak Soft Tissue Mass, dan Tampa

kreaksi periosteal berupa Onion skin

appearance.

CT SCAN

o CT Scan dapat mengidentifikasi Stadium,

Asal tumor, Batas – batas Soft Tissue Mass.

Berikut contoh CT Scan yang menunjukka

nadanya lesi litik di Diaphisis Os. Femur,

Tampak penebalan ringan kortex dan

ekspansil di Diaphisis Os.Femur, Taktampak

Soft Tissue Mass, T1

16

MRI

o MRI merupakan modalitas terbaik untuk

mendefenisikan Tumor Ewing karena dapat

mengidentifikasikan adanya Derajat ekspansi,

Pembesaran, Soft Tissue Mass, Hubungan

antara lesi yang berdekatan dengan pembuluh

darah dan saraf, Staging dan perencanaan

operasi, dan juga dapat dijadikan bahan

evaluas iuntuk follow-up klien. Berikut

contoh MRI yang menunjukkan adanya Soft

Tissue Mass Os.Femur kiri dengan stadium

T3.

2.2.7.4 PENATALAKSANAAN SARKOMA EWING

Bhekti

Pembedahan

a. indikasi: pada masa sekarang reseksi bedah (biasanya dilakukan

setelah kemoterapiadjuvant preoperatif) dianjurkan pada lesi pelvis

dan tumor yang dapat menyebar kejaringan tulang, mis : fibula, costa,

dan tulang tarsal.

b. pendekatan : sangat bervariasi tergantung pada besar, lokasi, dan

penyebaran tumor.

c. prosedur

biopsi : identik dengan osteosarkoma

reseksi radikal

Jika terapi bedah diindikasikan, pengangkatan tumor dengan

menyertai tepi jaringannormal harus dilakukan, kecuali jika terdapat

defisit fungsional berlebihan. Sebagaicontoh, amputasi primer dengan

:

Terapi radiasi adjuvant

a. radioterapi preoperatif : karena tingginya tingkat kontrol lokal dengan

17

radiasi(sendiri) atau dengan kemoterapi, tetapi ini tidak digunakan

secara luas.

b. terapi radiasi post operatif : setelah radiasi bedah yang sesuai untuk

ewing sarcoma,penanganan dapat dilanjutkan dengan terapi radiasi,

hanya jika tetap ada sisamikroskopik yang besar dan bermakna.

Terapi radiasi sering digunakan untukpengobatan metastase,

khususnya setelah kemoterapi sistemik.

Dewi

Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas

melalui

o Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi

o Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan alkilatin yang diberikan

sebelum dan sesudah pembedahan dengan tujuan untuk membsmi lesi

micro metastatic

o Pemberian analgetik dan narkotik untuk mengurangi rasa nyeri

Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia

Dian

Implementasi Keperawatan pada Luka Kanker

Obat Anti Kanker

Wollina (pada 12th congress of theEuropean Academy of Dermatology

and Venerology in Germany) menyebutkan tindakan yang dilakukan

pada pasien dengan luka kanker tidak hanya untuk mendorong

kesembuhan, tapi juga untuk mencegah dan mengatasi infeksi,

mengontrol dan mencegah perdarahan, menampung drainase dari luka,

mengontrol dan mencegah malodor, dan mendorongkenyamanan

pasien (Rutledge, 2003). Luka kanker sulit untuk disembuhkan tanpa

terapi yang agresif, seperti pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi.

Pemberian obat anti kanker harus mempertimbangkan potensi

keuntungan bagi pasien, misalnya untuk mengontrol gejala pada luka

kanker dan efek samping yang timbul yang dapat menurunkan kualitas

hidup pasien. Tindakan yang biasanya dilakukan adalah radioterapi.

Tindakan ini akan merusak sel kanker dan menurunkan ukuran luka,

juga meminimalkan eksudat, perdarahan maupun nyeri (Naylor, 2002).

18

Penggunaan kemoterapi single-agent atau low-dose juga efektif

menurunkan gejala yang terdapat pada luka kanker, tapi memiliki

respon minimal pada kanker lanjut.

Pencucian Luka

Luka kanker direkomendasikan untuk dicuci menggunakan irigasi

lembut dengan NaCl 0,9% atau air yang hangat. Irigasi dingin dengan

tekanan tinggi dihindari karena dapat menyebabkan nyeri atau

ketidaknyamanan bagi pasien. Penggunaan antiseptik topikal,

misalnya:chlorhexidine, povidone-iodine, hydrogenperoxide dan

sodium hypochlorite juga dihindari karena dapat merusak jaringan dan

menimbulkan nyeri (Gould, 1998, dalam Naylor, 2002).

Manajemen Gejala Luka Kanker

a. Malodor

Penggunaan balutan pengontrol bau yang mengandung charcoal dapat

membantu menurunkan malodor, seperti Actisorb silver 220,

CarboFlex, Lyofoam C (Thomas et al, 1998, dalam White et al,2001).

Terapi antibiotik juga efektif untuk membunuh bakteri yang

menghasilkan malodor (Naylor, 2003). Metronidazole telah digunakan

secara luas sebagai agen topikal untuk mengatasi malodor (Bale et al,

2004). Metronidazole topikal bekerja dengan berikatan dengan DNA

bakteri dan mengganggu replikasi bakteri kemudian luka bebas dari

malodor selama 7 hari (Bower et al, 1992, dalam Bale et al, 2004)

Metronidazole dapat diberikan secara sistemik dengan dosis 200 mg, 3

kali sehari, akan tetapi pemberian melalui cara ini dapat menimbulkan

efek samping mual. Thomas et al (1998, dalam Naylor,

2002b)menyebutkan pemberian antibiotik secara sistemik tidak efektif

pada jaringan nekrotik dengan sirkulasi darah yang buruk.

Metronidazole gel secara topikal mudah digunakan dan merupakan

tindakan yang efektif (Ashford et al 1984; Bower et al, 1992; Finlay et

al 1996; dalam Naylor, 2002b). Metronidazole diberikan langsung pada

dasar luka selama 5-7 hari.Madu juga telah digunakan sejak beberapa

abad yang lalu dan semakin populer penggunaannya saat ini, karena

19

mampu melawan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Madu yang

memberikan lingkungan hiperosmotik pada luka mampu menghambat

pertumbuhan bakteri dan membantu debridemen luka (Cooper dan

Molan, 1999; Edward, 2000;Morgan, 2000, dalam Naylor, 2002b).

Madu juga dapat melepaskan hidrogen peroksida secara perlahan pada

luka sebagai agenantibakteri (Dunford, 2000).

b. Eksudat

Luka kanker biasanya sangat sulit ditangani (Pudner, 1998, dalam

Naylor, 2002). Memilih balutan yang dapat mengabsorbsi eksudat

sangat dianjurkan namun kelembaban area luka tetap dipertahankan

(Naylor, 2002b). Jika eksudat sedikit maka balutan daya serap rendah

dapat digunakan, misalnya hydrocolloid, semipermeable film dan

Melolin (Jones, 1998, dalam Naylor, 2002b). Jika eksudat berlebihan

maka balutan daya serap sedang-tinggi yang digunakan, seperti

alginate, foam dressing, Tielle plus dan Versiva (Naylor, 2002b).

Metronidazole dan madu merupakan agen topikal yang dapat

mengatasi infeksi pada luka kanker sehingga dapat menurunkan

produksi eksudat.

c. Nyeri

WHO guideline untuk mengontrol nyeri kanker harus diikuti (WHO,

1996 dalam Naylor, 2002b). Pemberian analgesik biasanya dilakukan

untuk mengontrol nyeri. Sangat penting untuk mencegah nyeri melalui

penggunaan balutan yang tidak lengket dan mempertahankan

lingkungan yang lembab. Pemberian analgesik diperlukan sebelum

penggantian balutan (Naylor, 2002b). Pemberian analgesik opioid

topikal, misalnya diamorphine dan morphin merupakan alternatif

tindakan yang diberikan jika analgesik konvensional tidak berespon.

Diamorphine dan morphin diberikan dengan hydrogel dan diberikan

langsung pada permukaan luka.Konsentrasi yang diberikan biasanya

0,1% w/w (1mg morphin dalam 1g hydrogel), dan berbagai gel dapat

diberikan. Metronidazole gel biasanya diberikan dengan opioid untuk

mengontrol nyeri dan malodor (Flock et al, 2000; Grocott, 2000, dalam

20

Naylor, 2002b). Kombinasi ini dapatmenurunkan nyeri sampai dengan

24 jam(Naylor, 2002b).

d. Perdarahan

Risiko perdarahan pada luka kanker dapat diturunkan dengan

menggunakan balutan yang tidak lengket dan dapat mempertahankan

kelembaban pada luka.Pemberian inhibitor fibrinolitik (tranexamic)

juga bermanfaat menghentikan perdarahan. Tranexamic acid biasanya

diberikan dengan dosis 1 - 1,5 g, 2-4 kali sehari sampai dengan 10 hari

(Dean, 1997, dalam Nalylor,2002b). Perdarahan yang perlahan melalui

kapiler dapat dihentikan dengan pemberian sucralfat atau alginate

(Emflorgo, 1998; Thomas et al, 1998, dalam Naylor, 2002b).Adrenalin

topikal juga dapat diberikan pada perdarahan berat melalui

vasokontriksi lokal dan menghentikan perdarahan. Tindakan ini harus

dilakukan dengan supervisi medik karena penggunaan yang berlebihan

dapat menyebabkan nekrosis iskemik (Grocott, 2000, dalam Naylor,

2002b).

Psychosocial care

Naylor (2002b) menyebutkan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang

berlebihan

menimbulkan efek negatif terhadap aspek psikososial pasien. Perhatian

pasien berfokus pada balutan yang dapat mempertimbangkan aspek

kosmetik, mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, dan

mempertahankan keharmonisan keluarga (Carville, 1995; Grocott,

1993; Saunders, 1997, dalam Naylor, 2002b). Strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kopingpasien adalah konseling,

dukungan sosial, spritual care, komunikasi terapeutik, touching, dan

terapi komplementer (Naylor, 2002b).

Evaluasi Keperawatan pada LukaKanker

Evaluasi manajemen luka kanker dilakukan untuk memantau nyeri,

infeksi, malodor, jumlah eksudat, perdarahan, dan maserasi sekitar luka

(Kozier et al, 2000; Naylor 2002b). Evaluasi juga dilakukan untuk

menilai efektifitas strategi yang digunakan untuk membantu pasien

melakukan koping terhadap distrespsikososial yang timbul akibat luka

kanker.

21

Ayu

o akupuntur/ akupresur

o terapi sentuh

o pijat

o herbal (minum keladi tikus segar) mampu mempertahankan tubuh

o diet rekomendasi

2.2.7.5 PATOFISIOLOGI

Ayu

Radiasi sinar radioaktif, genetic, virus onkogen

Sel normal mengalami kerusakan DNA

Mutasi gen

Pengaktifan onkogen Perubahan gen yang Pengaktifan gen

Pendorong pertumbuhan mengendalikan pertumbuhan supresor kanker

Proliferasi sel abnormal yang bersifat osteogenik

Mengeluarkan enzim da Sarcoma

toksin metabolic

Luka tidak sembuh-sembuh Menyerang

bagian tulang panjang

RestiGangguan integritas kuli E W I N GS Pemeriksaan rontgen

Erosi korteks dan jaringan lunak Gambaran sunburst

Respon makrofag Osteoblastik Osteolitik

Sekresi TNF-α Kavum medulla diganti oleh tumor Destruksi tulang

Sekresi hormone cahectin Menjadi lapisan tulang

Represi enzim penyimpanan Muncul poriesteum&korteks yg terpisah Pembentukan sel-sel

lemak (cahecxia) tulang abnormal

Membentuk segitiga codman (osteosit, osteoblas, osteoklas)

22

RestiGangguan pemenuhan nutrisi << Reaksi tulang abnormal Osteoblastik

BB Menyerang sumsum tulang (awalnya) Sel-sel plasma yg

belum matang

terusmembelah

Fatigue Sumsum tulang tetap bekerja Pembelahan sel abnormal

Kerusakan mobilitas fisik Hematopoetik cepat TUMOR

MEMBESAR

Timbul

benjolan/massa

Immobilisasi Merusak jar.lunak&pembuluh darah Menekan pembuluh darah

Timbul ulkus disertai pus Pembuluh rupture (robek)

Di tungkai kanan Inflamasi

Inflamasi Timbul benjolan/massa

Pelepasan mediator kimia (bradikinin) operasi

Merangsang ujung saraf bebas kurang pengetahuan

Rangsang dihantar oleh serabut koping tidak efektif

delta A&C dialirkan dalam

bentuk elektrokimia melalui

infuse ganglia radiks menuju

dorsal horn di medulla spinalis

bag. posterior bawah

Dihantar melalui spinotalamikus

Thalamus

Persepsi nyeri leh korteks serebral

Nyeri

Merangsang s.saraf otonom

23

Mengaktivasi norepinefrin

S.S.Simpatis S.S.Parasimpatis

Gerakan peristaltik Sekresi asam lambung

Sensasi kenyang Anoreksia Mual

2.2.7.6 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus

Ayu

1. Pengkajian

a) Biodata

Nama :

Usia : 8 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : -

Pekerjaan : -

Suku bangsa : -

Diagnosa medis : Ewing

Anamnesa

Keluhan utama : mengeluh nyeri pada paha kiri atas dekat selangkangan ,

nyeri dirasakan sejak 3 bulan terakhir tetapi hilang timbul saat tidur

terlentang

Riwayat Utama

a. Riwayat Kesehatan Sekarang : seminggu terakhir pangkal paha mulai

membesar dan risakan sangat nyeri

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu :-

c. Riwayat Keluarga : -

d. Riwayat Psikologi : -

Pemeriksaan Fisik: nyeri skala 8 (10), tidak bisa memakai celana dalam,

celana panjang karena kaki bengkak dan sakit bila digerakkan. Tercium

bau pesing. Pangkal paha merah, bengkak, teraba massa keras, nyeri

tekan. Pasien rewel dan mengisap jari bila nyeri.

24

Pemeriksaan Diagnostik : Lab : rontgen menunjukkan adanya massa

Dokter berkata akan mengoperasi klien dan dilanjutkan dg tindakan

kemoterapi, ayah klien menolak dengan alasan klien masih kecil dan bisa

berkulit gosong bila di kemo lebih baik dibawa ke pengobatan alternatif

saja dan meminta dokter memberikan anti nyeri saja.

ANALISIS DATA

Data Fokus Etiologi Masalah

DS :

nyeri pada paha

kiri atas dekat

selangkangan ,

nyeri dirasakan

sejak 3 bulan

terakhir tetapi

hilang timbul saat

tidur terlentang

DO :

1. nyeri skala 8 (10)

Tumor

↑ Poliferasi sel

(destruksi tulang dan periosteum)

Ekspansi tumor / metastasis yang

cepat

Menekan jaringan sekitar

Inflamasi

Pembengkakan

Nyeri

Nyeri

DS : -

DO : -

Tumor

↑ Poliferasi sel

(destruksi tulang dan periosteum)

↑ Neovaskularisasi jaringan

↑ Metabolisme

↑ Kebutuhan energi

Resiko tinggi nutrisi

kurang dari kebutuhan

25

Resiko tinggi nutrisi kurang

dari kebutuhan

DS :

1. nyeri pada paha kiri atas

dekat selangkangan ,

nyeri dirasakan sejak 3

bulan terakhir tetapi

hilang timbul saat tidur

terlentang

DO

nyeri skala 8 (10), tidak

bisa memakai celana dalam,

celana panjang karena kaki

bengkak dan sakit bila

digerakkan. Tercium bau

pesing. Pangkal paha

merah, bengkak, teraba

massa keras, nyeri tekan.

Tumor

↑ Poliferasi sel

(destruksi tulang dan periosteum)

Ekspansi tumor / metastasis yang

cepat

Menekan jaringan sekitar

Inflamasi

Pembengkakan

Nyeri

Gangguan mobilisasi

Gangguan mobilisasi

Dokter berkata akan

mengoperasi klien dan

dilanjutkan dg tindakan

kemoterapi, ayah klien

menolak dengan alasan

klien masih kecil dan bisa

berkulit gosong bila di

kemo lebih baik dibawa ke

pengobatan alternatif saja

dan meminta dokter

memberikan anti nyeri saja.

Gen supresor tumor

Delesi/insersi

Pertumbuhan baru sel-sel tulang

& jaringan lunak

Berdiferensiasi menjadi beberapa

sel osteoklas, kondroblas,

fibroblas, mieloblas

Tumor

Bersifat ganas

Koping tidak efektif

26

Tindakan kemoterapi / radioterapi

Kurang pengetahuan

Koping tidak efektif

Diagnosa keperawatan

Nyeri yang berhubungan dengan respon inflamasi yang ditandai dengan pasien

mengeluh nyeri pada paha kiri atas dekat selangkangan

Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri yang ditandai dengan nyeri pada paha kiri atas

dekat , tidak bisa memakai celana dalam karena kaki bengkak, sakit bila digerakkan

Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Koping tidak efektif bd kurang informasi yg ditandai dg ayah klien menolak tindakan

operasi

Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri yang

berhubungan dengan

respon inflamasi

yang ditandai dengan

pasien mengeluh

nyeri pada paha kiri

atas dekat

selangkangan

Klien akan

mengalami

pengurangan nyeri

b.d

lesi tulang.

1.Mengurangi ukuran

atau membuang

tumor.

2. Ajarkan relaksasi :

teknik terkait

ketegangan oto

rangka yg dapat

mengurangi

intensitas nyeri.

3.. Ajarkan metode

distraksi selama nyeri

1. Meningkatkan rasa

nyaman klien dan

mengeliminasi

komplikasi dari

kanker tulang.

2. Akan melancarkan

peredaran darah

sehingga kebutuhan

oksigen pada

jaringan terpenuhi

dan mengurangi

nyeri.

3.Mengalihkan

27

akutperhatian klien thd

nyeri ke hal yg

menyenangkan

2.Gangguan

mobilitas fisik b.d

nyeri yang ditandai

dengan nyeri pada

paha kiri atas dekat ,

tidak bisa memakai

celana dalam karena

kaki bengkak, sakit

bila digerakkan

Jangka panjang

:mobilisasi fisik

terpenuhi

Jangka pendek : klien

dapat merubah posisi

tidur ke posisi duduk,

tonus dan kekuatan

otot terpelihara

1. Kaji

ketidakmampuan

bergerak klien yang

diakibatkan oleh

prosedur pengobatan

dan catat persepsi

klien terhadap

iimobilisasi.

2.Latih klien untuk

menggerakan

anggota badan.

3.Tingkatkan

ambulasi klien

seperti mengajarkan

menggunakan

tongkat dan kursi

roda.

4.Ganti posisi klien

1. Dengan

mengetahui

derajat

ketidakmampuan

bergerak klien dan

persepsi klien

terhadap

imobilisasi akan

dapat

menemukan aktivitas

mana saja yang perlu

dilakukan

2. Pergerakan dapat

meningkatkan aliran

darah ke otot,

memelihara

pergerakan sendi, dan

mencegah kontraktur,

serta atropi

3. Dengan ambulasi

demikian klien dapat

mengenal dan

menggunakan alat-

alat

yang perlu digunakan

oleh klien dan juga

untuk memenuhi

aktivitas klien

4. Pergantian posisi

28

setiap 3-4 jam secara

periodic.

5. Bantu klien

mengganti posisi dari

tidur ke duduk dan

turun dari tempat

tidur

3-4 jam dapat

mencegah

terjadinya kontraktur.

5. Membantu klien

untuk

meningkatkan

kemampuan dalam

duduk dan turun dari

tempat tidur.

3. Resiko gangguan

pemenuhan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi secara

adekuat.

Kriteria:

- Nafsu makan

meningkat

- Porsi makan

dihabiskan

1. Kaji riwayat

nutrisi atau

penurunan nafsu

makan.

2. Observasi dan

catat masukan

makanan pasien

3. Berikan makanan

yang mudah

ditelan, mudah

dicerna

4. Berikan makan

sedikit dan

frekuensi sering

dan/atau makan di

antara waktu

makan

5. Hindari makanan

yang merangsang

: pedas, asam

1. Mengidentifikasi

resiko defisiensi,

menentukan

intervensi

selanjutnya.

2. Mengawasi

masukan kalori atau

kualitas kekurangan

konsumsi makanan

3. Mengurangi

kelelahan klien dan

mencegah

perdarahan

gastrointestinal

4. Makan sedikit

dapat

menurunkan

kelemahan dan

meningkatkan

pemasukan

5. Mencegah

terjadinya distensi

pada lambung yang

dapat menstimulasi

29

6. Beri makanan

kesukaan klien

7. Berikan dan bantu

higiene mulut

yang baik;

sebelum dan

sesudah makan,

gunakan sikat gigi

halus untuk

penyikatan yang

lembut.

KOLABORASI

1. Kolaborasi

pemberian cairan

parenteral

2. Konsul pada ahli

Gizi.

3. Pantau

pemeriksaan

laboratorium seperti

Hb, Hct, BUN,

Albumin,

muntah

6. Memungkinkan

pemasukan yang

lebih banyak

7. Meningkatkan

nafsu

makan dan

pemasukan oral,

menurunkan

pertumbuhan

bakteri,

meminimalkan

kemampuan infeksi

1. Nutrisi parenteral

sangat diperlukan

jika intake peroral

sangat kurang

2.Membantu dalam

membuat rencana

diet untuk

memenuhi

kebutuhan

individual

3. Meningkatkan

efektivitas program

pengobatan,

termasuk

sumber diet nutrisi

yang dibutuhkan

2.2.7.7 LEGAL ETIK

30

Rr.Herning

Dilema legal

Dalam kasus perawat harus bersikap tegas pada pasien dalam pemeberian

obat rasa nyeri dan keputusan klien untuk memilih pengobtan tradisional

daripada secara medis disini perawat harus memberikan pedidikan

kesehatan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya. Agar pasien dapa memilih

pengobatan terbaik bagi dirinya.

Dilema etik

Dalam kasus ini autonomy lah yang sangat berperan karena pada saat ini

usia pasien masih 8 tahun sehingga kemungkinan pengambilan keputusan

untuk prosedur pengobatan berada ditangan orangtuanya. Perawat sangan

berperan penting dalam menjembatani orangtua pasien dengan dokter agar

orangtua pasien dapat menentukan pengobtan terbaik untuk anaknya.

2.2.7.8 PERAN PERAWAT

Rizki

Rizki

a. Informed consent / educator

Perawat dapat memberikan penjelasan tentang penyakit klien,

pengobatan, efek samping, proses pengobatan pada klien. Tapi

sebelumnya kita bisa meminta dokter untuk menjelaskan hal – hal

tersebut, karena umunya klien lebih percaya pada dokter dan menuruti

nasihat/penjelasan dokter. Dan jika dokter sudah memberikan

penjelasan, tetapi klien masih tidak mengerti maka perawat bisa lebih

memberikan penjelasan dengan pendekatan trust terlebih dahulu.

b. Advocator

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga

dalam menjelaskan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau

informasi khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan.

- Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan.

- Sebagai mediator antara klien dengan tenaga kesehatan lain seperti

dokter dan farmasi.

31

- Senbagai yang bertindak dengan atas nama klien.

BAB III

PENUTUP

1.7 Simpulan

32

Sarkoma ewinga dalah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker

dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Sarkoma ewingdijelaskan pertama

kali pada tahun 1921 oleh Dr. James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda

dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu. Biasanya penyakit ini

menyerang tulang panjang seperti pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma

ewingjuga dapat bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal,

hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun Sarkoma ewingtermasuk

salah satu kanker tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal

dengan nama ekstraosseus Ewing’s sarcoma.

Namun, beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena

perubahan sel kromoson pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit ini.

Sarkoma ewingtermasuk penyakit dengan kelainan genetik akibat kesalahan rekombinasi

kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah menjadi sel ganas. Sarkoma

ewingterjadi akibat translokasi kromosom 11 dan 22, dimana gen EWS pada kromoson

22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson 11 dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan

translokasi 11; 22 [t(11; 22)]. Translokasi ini menghasilkan potongan baru pada DNA.

Walaupun terjadi translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari

orang tua kepada anaknya. Pasien yang menderita Sarkoma ewingtidak mendapatkan

penyakit tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker

ini kepada anaknya. Demikian pula dengan saudara sedarah dari pasien yang menderita

Sarkoma ewingtidak memiliki resiko menderita Ewing’s sarcoma.3 EWS/FLI berfungsi

sebagai master regulator. Seperti kanker lain, Sarkoma ewingtidak menular dan tidak

dapat berpindah ke tubuh orang lain.

Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita dengan perbandingan

3:2. Sekitar 250 anak-anak dan remaja di US menderita penyakit Sarkoma ewingsetiap

tahunnya. Frekuensi Sarkoma ewingdi Amerika Serikat tergantung juga pada usia pasien,

dengan rasio 0,3 kasus per satu juta anak untuk usia lebih muda dari 3 tahun dan 4,6

kasus per satu juta anak untuk remaja usia sekitar 15 – 19 tahun.2 Penyakit ini juga lebih

banyak menyerang orang Kaukasoid daripada orang Asia dan orang Amerika berkulit

hitam.

33